Makalah Bentuk Negara an Bentuk Pemerint
Makalah Bentuk Negara an Bentuk Pemerintahan Indonesia
Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Pemerintahan
M A K A LA H
“Bentuk Negara Indonesia dan Bentuk Pemerintahan
Indonesia”
OLEH:
NAMA : NURLIATI
NIM : 12.21.043
SEMESTER : II (DUA)
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
STISIP MUHAMMADIYAH SINJAI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat beriring salam kita hanturkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah
Pengantar Ilmu Pemerintahan ini.
Makalah dengan judul “Bentuk Negara Indonesia dan Bentuk Pemerintahan Indonesia”
ini disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pemerintahan yang
diberikan oleh bapak Mochamat Nurdin, S.Ip., M.A
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Mochamat Nurdin, S.Ip., M.A,
selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Pemerintahan serta pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan kerendahan hati,
Penulis memohon maaf.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Sinjai,
Juni 2013
Penulis
A.
B.
C.
A.
B.
C.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................
Latar Belakang.................................................................................
1
Rumusan Masalah............................................................................
2
Tujuan Penulisan..............................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................
Definisi Negara................................................................................
3
Tujuan Negara..................................................................................
6
Unsur – unsur Negara......................................................................
7
i
ii
iii
1
3
D. Bentuk Negara dan Bentuk pemerintahan.......................................
11
BAB III PENUTUP....................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
22
B. Saran................................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
22
23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki
cita-cita untuk bersatu, hidup di daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat,
didefinisikan pula oleh Roger H. Soltau dengan alat (agency) atau wewenang (authority), yang
mengatur persoalan-persoalan bersama, atas nama rakyat. Maka, bernegara dengan baik menjadi
sangat urgen bagi setiap warga negara.
Plato telah menggambarakan secara naratif alasan mengapa manusia perlu bernegara.
Menurut Plato, pada mulanya manusia hidup sendiri-sendiri. Lantaran tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan teman untuk dapat memenuhinya. Lantas mereka
bergabung dengan manusia lain. Jumlah mereka yang banyak secara tidak langsung menuntut
adanya aturan yang disepakati dan ditaati serta seorang pemimpin.
Kemudian dilanjutkan dengan pembagian tugas masing-masing agar tidak ada tumpang
tindih satu sama lain. Selain itu mereka juga membutuhkan seseorang yang memiliki otoritas
guna melakukan tindakan tertentu jika terjadi sesuatu dengan mereka. Dia juga harus sekaligus
mampu menjadi penengah atas semua konflik yang terjadi. Inilah yang mereka sebut sebagai raja
atau kepala Negara. Konklusinya adalah bahwa manusia tidak dapat hidup dengan teratur, tertib
dan terjamin keamanannya tanpa adanya negara. Karena pada hakikatnya, dalam komunitas
sekecil apapun diperlukan adanya pemimpin dan aturan.
Selain dari pada itu untuk memimpin suatu negara juga harus mengetahui bagaimana
sebenarnya negara, bentuk negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia itu sendiri. Untuk itu
dalam makalah ini Penulis menkaji sedikit mengenai hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka Penulis mengambil titik permasalahan mengenai Bentuk
Negara Indonesia dan Bentuk Pemerintahan Indonesia.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pemerintahan
2. Untuk mengetahui dan memberikan pemahaman mengenai bentuk negara dan bentuk
pemerintahan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Negara
Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum yaitu untuk memudahkan anggotanya
dalam hal ini adalah rakyat dalam mencapai tujuan bersama atau yang dicita - citakan. Keinginan
bersama ini dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut sebagai Konstitusi, termasuk
didalamnya nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara. Sebagai
dokumen yang mencantumkan cita-cita bersama, maksud didirikannya negara Konstitusi
merupakan dokumen hukum tertinggi pada suatu negara. Karenanya dia juga mengatur
bagaimana negara dikelola. Konstitusi di Indonesia disebut sebagai Undang-Undang Dasar.
Dalam bentuk modern negara terkait erat dengan keinginan rakyat untuk mencapai kesejahteraan
bersama dengan cara-cara yang demokratis. Bentuk paling kongkrit pertemuan negara dengan
rakyat adalah pelayanan publik, yakni pelayanan yang diberikan negara pada rakyat. Terutama
sesungguhnya adalah bagaimana negara memberi pelayanan kepada rakyat secara keseluruhan,
fungsi pelayanan paling dasar adalah pemberian rasa aman. Negara menjalankan fungsi
pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila semua rakyat merasa bahwa tidak ada ancaman
dalam kehidupannya. Dalam perkembangannya banyak negara memiliki kerajang layanan yang
berbeda bagi warganya.
Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga negara, atau hukum,
baik yang merupakan penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas dalam Konstitusi maupun untuk
menyesuaikan terhadap perkembangan zaman atau keinginan masyarakat, semua kebijakan ini
tercantum dalam suatu Undang-Undang. Pengambilan keputusan dalam proses pembentukan
Undang-Undang haruslah dilakukan secara demokratis, yakni menghormati hak tiap orang untuk
terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan mengikat mereka itu. Seperti juga dalam
organisasi biasa, akan ada orang yang mengurusi kepentingan rakyat banyak. Dalam suatu
negara modern, orang-orang yang mengurusi kehidupan rakyat banyak ini dipilih secara
demokratis pula.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu
wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain
keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lain
adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.
Adapun definisi negara dari beberapa pendapat ahli yaitu sebagai berikut :
Prof. Farid S. Negara adalah Suatu wilayah merdeka yang mendapat pengakuan negara lain serta
memiliki kedaulatan.
Georg Jellinek, Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu.
Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai
sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal
Roelof Krannenburg, Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu
golongan atau bangsanya sendiri.
Roger H. Soltau, Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan
bersama atas nama masyarakat.
Prof. R. Djokosoetono, Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang
berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
Prof. Mr. Soenarko, Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana
kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.
Aristoteles, Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada
akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama.
Negara merupakan suatu organisasi dari rakyat negara tersebut untuk mencapai tujuan
bersama dalam sebuah konstitusi yang dijunjung tinggi oleh warga negara tersebut. Indonesia
memiliki Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi cita-cita bangsa secara bersama-sama.
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berbentuk republik yang telah diakui oleh dunia
internasional dengan memiliki ratusan juta rakyat, wilayah darat, laut dan udara yang luas serta
terdapat organisasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berkuasa.
B. Tujuan Negara
Sebagai suatu organisasi kekuasaan dari kumpulan orang –orang yang mendiaminya,
negara memiliki suatu tujuan yang disepakati bersama. Tujuan suatu negara bermacam –macam
diantaranya:
a. Memperluas kekuasaan;
b. Menyelenggarakan ketertiban hukum;
c. Mencapai kesejahteraan umum.
Adapun tujuan negara dari beberapa pendapat, konsep dan ajaran diantaranya sebagai
berikut :
a.
Dalam konsep dan ajaran Plato, negara bertujuan untuk memajukan kesusilaan manusia, sebagai
b.
perseorangan (individu) dan sebagai makhluk sosial;
Dalam ajaran dan konsep Teokratis Thomas Aquinas dan Agustinus, negara bertujuan untuk
mencapai dan penghidupan dan kehidupan aman dan tenteram dengan taat kepada Tuhan;
c. Menurut Ibnu Arabi, negara bertujuan untuk menjalankan kebijaksanaan dengan baik, jauh dari
sengketa dan menjaga intervensi pihak –pihak asing;
d. Menurut Ibnu Khaldum, negara bertujuan untuk mengusahakan kemaslahatan agama dan negara
yang bermuara pada kepentingan akhirat.
Namun tujuan negara dalam konteks negara sebagaimana yang tertuang dalam
pembukaan dan penjelasan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. Mensejahterakan serta memakmurkan rakyat. Negara yang sukses dan maju adalah
negara yang bisa membuat masyarakat bahagia secara umum dari sisi ekonomi dan sosial
kemasyarakatan.
2. Melaksanakan ketertiban. Untuk menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif dan
damani diperlukan pemeliharaan ketertiban umum yang didukung penuh oleh
masyarakat.
3. Pertahanan dan keamanan. Negara harus bisa memberi rasa aman serta menjaga dari
segala macam gangguan dan ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar.
4. Menegakkan keadilan. Negara membentuk lembaga-lembaga peradilan sebagai tempat
warganya meminta keadilan di segala bidang kehidupan.
C. Unsur –Unsur Negara
Mahfud M.D menyatakan tiga unsur penting dalam suatu negara yaitu rakyat, wilayah
dan pemerintah yang disebutnya sebagai unsur konstitutif. Namun ketiga unsur tersebut harus
ditunjang oleh unsur lain seperti dengan adanya konstitusi dan pengakuan dari negara lain yang
disebut sebagai unsur deklaratif.
Unsur –unsur pokok dalam suatu negara adalah sebagai berikut :
a.
Rakyat yaitu sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama –sama
mendiami suatu wilayah;
b. Wilayah yaitu unsur terpenting dalam suatu negara sebab tidak mungkin ada negara tanpa ada
batas –batas teritorial yang jelas;
c.
Pemerintah yaitu alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara untuk
mencapai tujuan didirikannya sebuah negara;
d. Pengakuan dari negara lain yaitu hanya bersifat menerangkan tentang adanya negara. Ada dua
pengakuan negara yaitu pengakuan de jure dan pengakuan de facto.
Mengenai asal mula terjadinya negara berdasarkan fakta sejarah diuraikan sebagai
berikut:
Pendudukan (Occupatie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki
dan dikuasai.Misalnya, Liberia yang diduduki budak-budak Negro yang dimerdekakan tahun
1847.
Peleburan (Fusi)
Hal ini terjadi ketika negara-negara kecil yang mendiami suatu wilayah mengadakan perjanjian
untuk saling melebur atau bersatu menjadi Negara yang baru. Misalnya terbentuknya Federasi
Jerman tahun 1871.
Penyerahan (Cessie)
Hal ini terjadi Ketika suatu Wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan suatu perjanjian
tertentu. Misalnya, Wilayah Sleeswijk pada Perang Dunia I diserahkan oleh Austria kepada
Prusia,(Jerman).
Penaikan (Accesie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat penaikan Lumpur Sungai atau dari dasar
Laut (Delta). Kemudian di wilayah tersebut dihuni oleh sekelompok orang sehingga terbentuklah
Negara. Misalnya wilayah negara Mesir yang terbentuk dari Delta Sungai Nil.
Pengumuman (Proklamasi)
Hal ini terjadi karena suatu daerah yang pernah menjadi daerah jajahan ditinggalkan begitu saja.
Sehingga penduduk daerah tersebut bisa mengumumkan kemerdekaannya. Contohnya, Indonesia
yang pernah di tinggalkan Jepang karena pada saat itu jepang dibom oleh Amerika di daerah
Hiroshima dan Nagasaki.
Banyak pula teori –teori yang ditemukan tentang terbentuknya suatu negara, diantaranya
sebagai berikut :
1. Theory Social Contract (Kontrak Sosial)
Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat menganggap bahwa negara dibentuk
berdasarkan perjanjian –perjanjian masyarakat dalam tradisi masyarakat. Teori ini meetakkan
bahwa negara tidak berpotensi menjadi negara tirani, karena keberlangsungannya bersandar pada
kontrak sosial antara warga dengan lembaga negara.
Thomas Hobbes (1588 -1679) menyatakan bahwa kehidupan manusia terpisah dalam dua zaman
yakni keadaan sebelum dan sestelah ada negara. Menurutnya keadaan alamiah sama sekali bukan
keadaan yang aman dan sejahtera tapi sebaliknya akan menimbulkan suatu keadaan sosial yang
kacau tanpa hukum, tanpa pemerintah dan ikatan sebab dibutuhkan kontrak atau perjanjian antar
individu yang tadinya hidup dama keadaan alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak kodrat
yang dimilikinya kepada sebuah badan yang disebut negara;
John Locke (1632 -1704) menyatakan bahwa unsur pimpinan sangat penting yang mengatur
kehidupan mereka demi menghindari konflik di antara warga negara. Namun menurutnya
penyelenggaraan pimpinan harus dibatasi karena dalam melakukan perjanjian individu –individu
warga negara tersebut tidak menyerahkan seluruh hak –hak alamiahnya kecuali hak –hak asasi
warga negara;
Jean Jacques Rousseau (1712 -1778) menyatakan bahwa suatu negara bersandar pada perjanjian
warga negara untuk mengikatkan diri dengan suatu pemerintahan yang dilakukan oleh suatu
organisasi politik. Menurutnya negara dibentuk dari adanya pemimpin dari organisasi politik
ditentukan oleh yang berdaulat dari wakil –wakil warga negara.
2. Theory Teokratis (Ketuhanan)
Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah doktrin teokratis. Doktrin ini memiliki
pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para raja berasal dari tuhan. Para raja
mengklaim sebagai wakil tuhan di dunia yang mempertanggungjawabkan kekuasaannya hanya
kepada tuhan bukan kepada manusia. Dalam sejarah tata negara islam , pandangan teokratis
serupa dengan yang dujalankan oleh negara – negara muslim sepeninggal nabi muhammad saw.
Paham teokratis islam ini akhirnya melahirkan doktrin politik islam sebagai agama
sekaligus kekuasaan. Pandangan berkembang menjadi paham dominan bahwa dalam islam tidak
ada pemisahan antara agama dengan negara. Menurut pandangan modernis muslim kekuasaan
dalam islam harus dipertanggung jawabkan baik kepada allah maupun kepada rakyat.
3. Teori Kedaulatan
Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena adanya
dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan menjadi pembenaran dari
terbentuknya suatu negara. Melalui proses penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok
etnis atas kelompok tertentusehingga dimulailah pproses pembentukan negara. Dengan kata lain
negara terbentuk karena adanya pertarungan kekuatan dimana sang pemenang memiliki kekuatan
untuk membentuk suatu negara.
D. Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan
Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik atau lebih
dikenal dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan bentuk pemerintahan
adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian institusi politik yang
digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk menegakkan kekuasaannya atas suatu
komunitas politik. Definisi ini tetap berlaku bahkan untuk pemerintahan yang tidak sah atau
tidak berhasil menegakkan kekuasaannya. Tak tergantung dari kualitasnya, pemerintahan yang
gagalpun tetap merupakan suatu bentuk pemerintahan.
Dalam berbagai literatur hukum dan apalagi dalam penggunaannya sehari-hari, konsep
Bentuk Negara seringkali dicampuradukkan dengan konsep Bentuk Pemerintahan. Hal ini juga
tercermin dalam perumusan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan
bahwa: "Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik". Dari kalimat ini
tergambar bahwa the founding fathers Indonesia sangat menekankan pentingnya konsepsi
Negara Kesatuan sebagai definisi hakiki negara Indonesia (hakikat negara Indonesia). Bentuk
dari negara kesatuan Indonesia itu ialah republik. Jadi jelaslah bahwa konsep bentuk negara yang
diartikan disini adalah republik yang merupakan pilihan lain dari kerajaan (monarki) yang telah
ditolak oleh para anggota BPUPKI mengenai kemungkinan penerapannya untuk Indonesia
modern.
Kelemahan rumusan di atas terkait dengan pengertian bentuk negara yang tidak
dibedakan dari pengertian bentuk pemerintahan. Padahal kedua konsep ini sangat berbeda satu
sama lain. Karena yang dibicarakan adalah bentuk negara berarti bentuk organ atau organisasi
negara itu sebagai keseluruhan. Jika yang dibahas bukan bentuk organnya, melainkan bentuk
penyelenggaraan pemerintahan atau bentuk penyelenggaraan kekuasaan maka istilah yang lebih
tepat dipakai adalah istilah bentuk pemerintahan.
Sedangkan kata pemerintahan dalam 'sistem pemerintahan' terbatas pengertiannya pada
cabang eksekutif saja. Penggunaan kata government dalam bahasa Inggris juga sering
menimbulkan kesalahpahaman. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kata itu mengandung
dua arti, yaitu arti luas dan arti sempit. Keduanya dipengaruhi oleh tradisi pemerintahan yang
berkembang di Inggris (British) dan Amerika Serikat. Karena Kerajaan Inggris mempraktekkan
sistem pemerintahan parlementer, maka perkataan government disana menunjuk kepada
pengertian yang sempit, yaitu hanya cabang kekuasaan eksekutif saja. Tetapi, dalam bahasa
Inggris Amerika, kata government mencakup pengertian yang luas, yaitu keseluruhan pengertian
penyelenggaraan negara. Dalam konstitusi Amerika Serikat misalnya, istilah "the Government of
the United States" selain mencakup cabang eksekutif yang dipegang oleh Presiden, juga
mencakup Kongres yang terdiri atas House of Repre sentatives dan Senat.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, perlu diperjelas adanya perbedaan mendasar
antara pengertian 'bentuk negara', 'ben tuk pemerintahan', dan 'sistem pemerintahan'. Ketiga
istilah tersebut sebaiknya tidak dipertukarkan satu sama lain, sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman dalam praktek.
Di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan bentuk negara yaitu: bentuk
negara Federal, Kesatuan atau sistem pemerintahan yang parlementer, Semi-Presidensil, dan
Presidensil.
Menurut pidato Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 17 Agustus 2007 dikatakan bahwa bentuk negara Indonesia yang paling tepat adalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Empat pilar utama yang menjadi nilai dan
konsensus dasar yang selama ini menopang tegaknya Republik Indonesia adalah: Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
a.
Negara Kesatuan (Unitaris)
Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur
seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang kedaulatan
sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan antara pemerintah pusat dengan rakyat
dan daerahnya dapat dijalankan secara langsung. Dalam negara kesatuan hanya ada satu
konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen. Demikian pula
dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang tertinggi dalam
segala aspek pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi parlemen pusat dan
tiadanya badan-badan lain yang berdaulat. Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam
sistem, yaitu:
1) Sentralisasi, dan
2) Desentralisasi.
Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturanperaturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang membuat peraturan-peraturan
sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri.
Keuntungan sistem sentralisasi:
1. Adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;
2. Adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang berwenang
membuatnya;
3. Penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah negara.
Kerugian sistem sentralisasi:
1)
Bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat kelancaran jalannya
pemerintahan;
2) Peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/ kebutuhan daerah;
3) Daerah-daerah lebih bersifat pasif, menunggu perintah dari pusat sehingga melemahkan sendisendi pemerintahan demokratis karena kurangnya inisiatif dari rakyat;
4) Rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan bertanggung jawab
tentang daerahnya;
5) Keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.
Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk mengatur
rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung aspirasi rakyat di daerah,
terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah pusat tetap memegang kekuasaan
tertinggi.
Keuntungan sistem desentralisasi:
1. Pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu sendiri;
2. Peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah itu
sendiri;
3. Tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan dapat berjalan
lancar;
4. Partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan meningkat;
5. Penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.
Sedangkan kerugian sistem desentralisasi adalah ketidakseragaman peraturan dan
kebijakan serta kemajuan pembangunan.
b. Negara Serikat (Federasi)
Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian yang
masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki konstitusi sendiri,
kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet sendiri, yang berdaulat dalam negara serikat
adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut negara federal.
Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan
konstitusi federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh
pemerintah federal. Ciri-ciri negara serikat/ federal:
1.
Tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri (kabinet) demi
kepentingan negara bagian;
2. Tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh bertentangan
dengan konstitusi negara serikat;
3. Hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui negara bagian,
kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah diserahkan secara langsung kepada
pemerintah federal.
Dalam praktik kenegaraan, jarang dijumpai sebutan jabatan kepala negara bagian
(lazimnya disebut gubernur negara bagian). Pembagian kekuasaan antara pemerintah federal
dengan negara bagian ditentukan oleh negara bagian, sehingga kegiatan pemerintah federal
adalah hal ikhwal kenegaraan selebihnya (residuary power).
Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian kepada pemerintah
federal meliputi:
1. Hal-hal yang menyangkut kedudukan negara sebagai subyek hukum internasional,
misalnya: masalah daerah, kewarganegaraan dan perwakilan diplomatik;
2. Hal-hal yang mutlak mengenai keselamatan negara, pertahanan dan keamanan nasional,
perang dan damai;
3. Hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas pokok
hukum maupun organisasi peradilan selama dipandang perlu oleh pemerintah pusat,
misalnya: mengenai masalah uji material konstitusi negara bagian;
4. Hal-hal tentang uang dan keuangan, beaya penyelenggaraan pemerintahan federal,
misalnya: hal pajak, bea cukai, monopoli, matauang (moneter);
5. Hal-hal tentang kepentingan bersama antarnegara bagian, misalnya: masalah pos,
telekomunikasi, statistik.
Menurut C.F. Strong, yang membedakan negara serikat yang satu dengan yang lain
adalah:
1. cara pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian;
2. badan yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul antara pemerintah
federal dengan pemerintah negara bagian.
3. Berdasarkan kedua hal tersebut, lahirlah bermacam-macam negara serikat, antara lain:
Negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah
federal, dan kekuaasaan yang tidak terinci diserahkan kepada pemerintah negara
bagian. Contoh negara serikat semacam itu antara lain: Amerika Serikat,
Australia, RIS (1949);
Negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah
negara bagian, sedangkan sisanya diserahkan kepada pemerintah federal. Contoh:
Kanada dan India;
Negara serikat yang memberikan wewenang kepada mahkamah agung federal
dalam menyelesaikan perselisihan di antara pemerintah federal dengan
pemerintah negara bagian. Contoh: Amerika Serikat dan Australia;
Negara serikat yang memberikan kewenangan kepada parlemen federal dalam
menyelesaikan perselisihan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara
bagian. Contoh: Swiss.
Persamaan antara negara serikat dan negara kesatuan bersistem desentralisasi ialah
Pemerintah Pusat sebagai pemegang kedaulatan ke luar dan sama-sama memiliki hak mengatur
daerah sendiri (otonomi). Sedangkan perbedaannya adalah mengenai asal-asul hak mengurus
rumah tangga sendiri itu. Pada negara bagian, hak otonomi itu merupakan hak aslinya,
sedangkan pada daerah otonom, hak itu diperoleh dari pemerintah pusat.
Sedangkan perbincangan mengenai 'bentuk pemerintahan' (regerings vormen) berkaitan
dengan pilihan antara bentuk kerajaan (monarki), atau bentuk republik. Jika jabatan kepala
negara itu bersifat turun temurun maka negara itu disebut kerajaan. Jika kepala pemerintahannya
tidak bersifat turun temurun, melainkan dipilih, maka negara itu disebut republik. Sementara itu,
dalam perkataan 'sistem pemerintahan' (regerings systeem) terkait pilihan-pilihan antara sistem
pemerintahan presidensiil, sistem pemerintahan parlementer, sistem pemerintahan campuran,
yaitu quasi presidensiil seperti di Indonesia (di bawah UUD 1945 yang asli) atau quasi
parlementer seperti sistem Perancis yang dikenal dengan istilah hybrid system, dan sistem
pemerintahan collegial seperti Swiss.
Dari ketiga konsep tersebut di atas, bangsa Indonesia sejak kemerdekaan pada tahun 1945
cenderung mengidealkan bentuk negara kesatuan (eenheidstaatsvorm), bentuk pemerintahan
republik (republic regeringsvorm), dan sistem pemerintahan presidentil (presidential system).
Dalam UUD 1945, pengaturan mengenai bentuk negara dan bentuk pemerintahan ini diatur
dalam bab yang tersendiri, yaitu Bab I tentang Bentuk dan Kedaulatan. Dalam Pasal ayat (1)
dinyatakan: "Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk republik." Ayat (2)
menegaskan: "Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar." Sedangkan ayat (3) menentukan: "Negara Indonesia adalah Negara Hukum". Khusus
mengenai bentuk negara sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 1 ayat (1) tersebut, tidak
dikategorikan sebagai objek perubahan yang diatur mekanismenya dalam pasal 7 UUD 1945.
Dalam Pasal 7 ayat (5) UUD 945, dinyatakan: "Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia, tidak dapat dilakukan perubahan".
Pasal ini jelas mengandung komitmen dan tekad bahwa negara Republik Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, akan tetap berbentuk Negara Kesatuan selamanya,
kecuali tentunya jika Majelis Permusyawaratan Rakyat pada suatu hari mengubah lagi ketentuan
Pasal 7 ayat (5) ini atau perubahan UUD terjadi bukan karena prosedur yang ditentukan sendiri
oleh UUD 1945 (verfassung wandlung). Namun, jika yang terakhir ini yang terjadi maka hukum
yang berlaku bukan lagi hukum konstitusi, melainkan revolusi yang mempunyai aturan
hukumnya sendiri.
Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk pemerintahan digolongkan
dalam tiga kelompok yaitu sebagai berikut:
Monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh raja atau ratu. Dalam praktiknya monarki
tterbagi atas dua jenis yaitu monarki absolut dengan kekuasaan tertinngi di tangan raja dan ratu
serta
monarki
konstitusional
dengan
bentuk
pemerintahan
yang
kekuasaan
kepala
pemerintahannya dibatasi oleh ketentuan –ketetuan konstitusi negara;
Oligarki adalah model pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari
golongan atau kelompok tertentu;
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang bersandar pada kedaulatan rakyatatau yang
mendasarkan kekuasaannya pada pilihan dan kehendak rakyat melalui pemilu.
Istilah bentuk pemerintahan pun harus dibedakan pula dari istilah 'sistem pemerintahan'
yang menyangkut pilihan antara sistem presidential, sistem parlementer, atau sistem campuran.
Konsepsi yang terakhir ini berkenaan dengan sistem penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan
dalam arti cabang kekuasaan eksekutif. Perbedaannya dari pengertian bentuk pemerintahan.
Pertama adalah bahwa istilah pemerintahan dalam konsepsi 'bentuk pemerintahan' bersifat statis,
yaitu berkenaan dengan ben- tuknya (vormen), sedangkan dalam 'sistem pemerintahan', aspek
pemerintahan yang dibahas bersifat dinamis. Kedua, dalam konsepsi bentuk pemerintahan, kata
pemerintahan lebih luas pengertiannya karena mencakup keseluruhan cabang kekuasaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahsan diatas maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai :
a) Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik atau lebih dikenal
dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
b)
Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian
institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk menegakkan
kekuasaannya atas suatu komunitas politik.
c)
Dalam konsep teori modern negara terbagi dalam dua bentuk yaitu Negara Kesatuan
(Unitarianisme) dan Negara Serikat
d) Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk pemerintahan digolongkan dalam
tiga kelompok yaitu monarki, oligarki dan demokrasi.
B. Saran
Sebagai warga negara, sudah selayaknya kita mengkaji lebih dalam mengenai bentuk
negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia. Selain untuk memperluas cakrawala berpikir,
kelak ketika kita menempati posisi strategis dipemerintahan. Dan niscaya kita akan menjadi
warga negara dan pemimpin yang baik, berakhlak dan rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Makalah ‘Hubungan Negara, Agama dan Warga Negara’ Mata Kuliah Ham & Kewarganegaraan
oleh Mahasiswa IP Reguler STISIP Muhammadiyah Sinjai.
http://diajengayu-ajeng.blogspot.com/2011/04/bentuk-negara-indonesia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia
http://www.icrp-online.org/wmview.php?ArtID=154&page=1-5
http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/2002 September/000310.html
Makalah Sistem Pemerintahan di Indonesia
By aprileo1923 on Maret 19, 2013 | 2 Komentar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya kami masih
diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga selesainya makalah ini
dapat bermanfaat bagi teman-teman sekalian.
Amien.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara
itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan
yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai
fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan
mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selamalamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah
laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan
politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontiniu
dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem
pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem
pemerintahan itu secara menyeluruh.
Secara sempit,Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda
pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya
perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri. Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut, maka penulis memberi judul“ SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA‘’.
Perumusan Masalah
Agar perumusan masalah ini tidak meluas maka penulis perlu membatasi ruang lingkup masalah
Sistem Pemerintahan ini adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Sistem Pemerintahan.
2. Organisasi Sistem Pemerintahan Negara.
3. Macam-macam Sistem Pemerintahan Negara.
4. Ciri-ciri Pemerintahan Parlementer dan Presidensial.
5. Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial.
6. Kekurangan Sistem Parlementer dan Presidensial.
7. Sistem Pemerintahan Indonesia.
8. Kelebihan dan kelemahan Sistem Pemerintahan Indonesia
9. Lembaga-lembaga Negara
10. Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia
11. Sistem Pemilihan Umum Indonesia
Tujuan Penelitian
1. Sebagai salah satu tugas dalam mata pelajaran PKN.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sistem Pemerintahan
3. Pengelompokkan Sistem Pemerintahan
4. Mengetahui Pelaksanaan Sistem pemerintahan Negara Indonesia.
5. Mengetahui Kelebihan Sistem Pemerintahan Indonesia
6. Mengetahui Kelemahan Sistem Pemerintahan Indonesia
7. Mengetahui Lembaga-lembaga Negara
8. Mengetahui Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia
9. Mengetahui Sistem Pemilihan Umum Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pemerintahan
Sistem adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan
fungsional terhadap keseluruhan. Dengan demikian dalam usaha ilmiah sistem adalah suatu tatanan
atau susunan yang berupa suatu struktur yang terdiri dari bagian-bagian atau komponenyang berkaitan
antara satu dengan lainnya secara teratur dan terencana untuk mencapai suatu tujun. Maka dalam art
yang luas, pemerintahan adalah segala bentuk kegiatan atau aktfitas penyelenggaraan negara yang
dilakukan oleh organ-organ negara yang mempunyai otoritas atau kewenangan untuk menjalankan
kekuasaan. Pengertan pemerintahan sepert ini mencakup kegiatan atau aktfitas penyelenggaraan
negara yang dilakukan oleh eksekutf, legislatf maupun yudikatf. Dalam art yang sempit, pemerintahan
adalah aktvitas atau kegiatan yang diselenggarakan oleh fungsi eksekutf, presiden ataupun perdana
menteri, sampai dengan level birokrasi yang paling rendah tngkatannya. Dari dua pengertan tersebut,
maka dalam melakukan pembahasan mengenai pemerintahan negara ttk tolak yang dipergunakan
adalah dalam konteks pemerintahan dalam art luas. Yaitu meliput pembagian kekuasaan dalam negara,
hubungan antar alat-alat perlengkapan negara yang menjalankan kekuasaan tersebut.
Dengan demikian, jika pengertan pemerintahan tersebut dikaitkan dengan pengertan sistem,
maka yang dimaksud dengan sistem pemerintahan adalah suatu tatanan atau susunan pemerintahan
yang berupa suatu struktur yang terdiri dari organ-organ pemegang kekuasaan di dalam negara dan
saling melakukan hubungan fungsional di antara organ-organ tersebut baik secara vertkal maupun
horisontal untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Jadi, sistem pemerintahan negara
menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya
lembaga negaradalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan. Tujuan pemerintahan
negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara. Misalnya, tujuan pemerintahan
negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
2. Organisasi Sistem Pemerintahan
Negara
dibedakan menjadi 2 yaitu :
A. Organisasi Pemerintahan Dalam Garis Horizontal
Menurut konsep trias politica kekuasaan didalam negara dapat dibagi menjadi tiga cabang
kekuasaan utama, yaitu:
a) kekuasaan legislatif : kekuasaan untuk membentuk undang-undang
b) kekuasaan eksekutif : kekuasaan untuk menjalankan undang-undang
c) kekuasaan yudikatif : kekuasaan untuk melaksanakan peradilan
Kekuasaan ini dilakukan oleh badan-badan peradilan dengan susunan bertingkat-tingkat sesuai
dengan kewenangan masing-masing tingkat dan berpuncak pada Mahkamah Agung.
B. Organisasi Sistem Pemerintahan Dalam Garis Vertikal
Menurut Kranenburg kedua satuan pemerintahan yang lebih rendah dibawah pemerintah pusat,
baik yang terdapat di negara kesatuan maupun serikat, masing-masing mempunyai ciri-ciri yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lain bedasarkan hukum positif, yaitu :
a) negara bagian yang terdapat di dalam Negara Serikat memiliki wewenang untuk membentuk
UUD sendiri serta mempunyai wewenang untuk membentuk organisasi sendiri dalam rangka dan
batas-batas konstitusi federal. Sedangkan dalam negara Kesatuan organisasi bagian-bagian
negara (pemerintah daerah) secara garis besar telah ditetapkan oleh pembentuk undang-undang
pusat.
b) dalam negara federal (serikat), wewenang membentuk Undang-undang Pusat untuk bidang
tertentu telah diperinci satu persatu dalam konstitusi federal.
3. Macam-macam Sistem Pemerintahan Negara.
Sistem pemerintahan negara dibagi menjadi dua klasifikasi besar, yaitu:
1. Sistem pemerintahan parlementer.
Pada prinsipnya sistem pemerintahan parlementer menitik beratkan pada hubungan
antara organ negara pemegang kekuasaan eksekutif dan legeslatif. Sistem ini merupakan sisa-sisa
peninggalan sistem pemerintahan dalam arti paling luas yakni morankhi. Dikatakan demikian
karena kepala negara apapun sebutanya mempunyai kedudukan yang tidak dapat di ganggu
gugat. Sedangkan penyelenggara pemerintah sehari-hari diserahkan kepada menteri.
2.Sistem pemerintahan Presidensial
Dalam sistem pemerintahan presidensial, badan eksekutif dan legislatif memiliki
kedudukan yang independen. Kedua badan tersebut tidak berhubungan secara langsung seperti
dalam sistem pemerintahan parlementer. Mereka dipilih oleh rakyat secara terpisah.
4. Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut :
1. Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih langsung
oleh rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar sebagai badan
perwakilan dan lembaga legislatif.
2. Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai politik yang memenangkan pemiihan
umum. Partai politik yang menang dalam pemilihan umum memiliki peluang besar menjadi
mayoritas dan memiliki kekuasaan besar di parlemen.
3. Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan perdana menteri sebagai pemimpin
kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksakan kekuasaan eksekutif. Dalam
sistem ini, kekuasaan eksekutif berada pada perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
Anggota kabinet umumnya berasal dari parlemen.
4. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan sepanjang mendapat
dukungan mayoritas anggota parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu-waktu parlemen dapat
menjatuhkan kabinet jika mayoritas anggota parlemen menyampaikan mosi tidak percaya kepada
kabinet.
5. Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan adalah
perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah presiden dalam negara republik atau raja/sultan
dalam negara monarki. Kepala negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan. Ia hanya
berperan sebgai symbol kedaulatan dan keutuhan negara.
6. Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet maka presiden atau raja atas saran
dari perdana menteri dapat membubarkan parlemen. Selanjutnya, diadakan pemilihan umum lagi
untuk membentukan parlemen baru.
Ciri-ciri dari sistem pemerintahan presidensial adalah sebagai berikut.
1. Penyelenggara negara berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih langsung oleh rakyat
atau suatu dewan majelis.
2. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertangungjawab kepada presiden
dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau legislatif.
3. Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal itu dikarenakan presiden tidak dipilih
oleh parlemen.
4. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.
5. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan. Anggota parlemen
dipilih oleh rakyat.
6. Presiden tidak berada dibawah pengawasan langsung parlemen.
Sistem pemerintahan Presidensial merupakan system pemerintahan di mana kepala pemerintahan
dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen (legislatif).
Menteri bertanggung jawab kepada presiden karena presiden berkedudukan sebagai kepala
Negara sekaligus kepala pemerintahan. Contoh Negara: AS, Pakistan, Argentina, Filiphina,
Indonesia.
5. Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer
Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat
antara eksekutf dan legislatf. Hal ini karena kekuasaan eksekutf dan legislatf berada pada satu
partai atau koalisi partai.
Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
barhat-hat dalam menjalankan pemerintahan.
Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial :
Badan eksekutf lebih stabil kedudukannya karena tdak tergantung pada parlemen.
Masa jabatan badan eksekutf lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, masa jabatan
Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia adalah lima tahun.
Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya.
Legislatf bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutf karena dapat diisi oleh orang
luar termasuk anggota parlemen sendiri.
6. Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer :
Kedudukan badan eksekutf/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen
sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
Kelangsungan kedudukan kabinet tdak bisa ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya
karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet adalah
anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka yang besar
diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutf. Pengalaman mereka
menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal pentng untuk menjadi menteri atau
jabatan eksekutf lainnya.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial :
Kekuasaan eksekutf diluar pengawasan langsung legislatf sehingga dapat menciptakan
kekuasaan mutlak.
Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara eksekutf
dan legislatf sehingga dapat terjadi keputusan tdak tegas dan memakan waktu yang lama.
7. Sistem Pemerintahan Indonesia
1) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut Konstitusi RIS
Sistem Pemerintahan Indonesia menurut konstitusi RIS adalah sistem Pemerintah Parlementer
yang tidak murni. Pasal 118 konstitusi RIS antara lain :
a. Presiden tidak dapat di ganggu gugat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
Ketentuan pasal tersebut menunjukkan bahwa RIS mempergunakan sistem pertanggung jawaban
menteri.
2) Sistem Pemerintahan Indonesia menurut UUDS 1950
UUDS 1950 masih tetap mempergunakan bentuk sistem pemerintahan seperti yang diatur dalam
konstitusi RIS. Di dalam pasal 83 UUDS 1950 dinyatakan :
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik bersamasama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri.
3) Sistem Pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum diamandemen:
1. Kekuasaan tertinggi diberikan rakyat kepada MPR.
2. DPR sebagai pembuat UU.
3. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan.
4. DPA sebagai pemberi saran kepada pemerintahan.
5. MA sebagai lembaga pengadilan dan penguji aturan.
6. BPK pengaudit keuangan.
4) Sistem Pemerintahan setelah amandemen
1. MPR bukan lembaga tertinggi lagi.
2. Komposisi MPR terdiri atas seluruh anggota DPR ditambah DPD yang dipilih oleh rakyat.
3. Presiden dan wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
4. Presiden tidak dapat membubarkan DPR.
5. Kekuasaan Legislatif lebih dominan.
Negara indonesia adalah negara yang berbentuk republik. Pemerintahan republik adalah suatu
pemerintahan dimana seluruh atau sebagian rakyat memegang kekuasaan yang tertinggi di dalam
negara. Oleh karena itu, kadaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undangundang dasar.
8. Kelebihan Sistem Pemerintahan Indonesia
1. Presiden dan menteri selama masa jabatannya tidak dapat dijatuhkan DPR.
2. Pemerintah punya waktu untuk menjalankan programnya dengan tidak dibayangi krisis
kabinet.
3. Presiden tidak dapat memberlakukan dan atau membubarkan DPR.
Kelemahan Sistem Pemerintahan Indonesia
1. Ada kecenderungan terlalu kuatnya otoritas dan konsentrasi kekuasaan di tangan Presiden.
2. Sering terjadinya pergantian para pejabat karena adanya hak perogatif presiden.
3. Pengawasan rakyat terhadap pemerintah kurang berpengaruh.
4. Pengaruh rakyat terhadap kebijaksanaan politik kurang mendapat perhatian.
9. Lembaga-Lembaga Negara
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
MPR tugas wewenangnya adalah mengubah dan menetapkan UUD 1945, disamping itu
wewenang dan tugas lainnya adalah melantik Presiden dan Wakil presiden berdasar hasil
pemilu.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR adalah salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan
umum yang dipilih melalui pemilihan umum. DPR dianggap sebagai salah satu lembaga yang
paling korup di Indonesia.
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Sebelum 2004 disebut Utusan Daerah, adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang anggotanya merupakan perwakilan dari setiap provinsi yang
dipilih melalui Pemilihan Umum.
DPD memiliki fungsi:
a. Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan
bidang legislasi tertentu
b. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu.
4. Presiden dan Wakil Presiden
Sebagai konsekuensi dari sistem pemerintahan Indonesia yang menganut presidensiil , maka
presiden memiliki dua kekuasaan sekaligus yaitu sebagai kepala pemerintahan (eksekutif) dan
sebagai kepala negara.
Wewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain:
a. Sebagai kepala pemerintahan (UUD 1945 pasal 4 ayat 1)
b. Mengangkat menteri
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
BPKadalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki
wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945,
BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh
Presiden.
Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD.
6. Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan
bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung membawahi badan
peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara. Menurut Undang-Undang Dasar 1945,
kewajiban dan wewenang MA adalah:
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah
Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang
b. Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi
c. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberikan grasi dan rehabilitasi.
7. Komisis Yudisial (KY)
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU no 22 tahun 2004 yang
berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama calon hakim agung. Komisi
Yudisial berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran m
Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Pemerintahan
M A K A LA H
“Bentuk Negara Indonesia dan Bentuk Pemerintahan
Indonesia”
OLEH:
NAMA : NURLIATI
NIM : 12.21.043
SEMESTER : II (DUA)
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
STISIP MUHAMMADIYAH SINJAI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat beriring salam kita hanturkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah
Pengantar Ilmu Pemerintahan ini.
Makalah dengan judul “Bentuk Negara Indonesia dan Bentuk Pemerintahan Indonesia”
ini disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pemerintahan yang
diberikan oleh bapak Mochamat Nurdin, S.Ip., M.A
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Mochamat Nurdin, S.Ip., M.A,
selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Pemerintahan serta pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan kerendahan hati,
Penulis memohon maaf.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Sinjai,
Juni 2013
Penulis
A.
B.
C.
A.
B.
C.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................
Latar Belakang.................................................................................
1
Rumusan Masalah............................................................................
2
Tujuan Penulisan..............................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................
Definisi Negara................................................................................
3
Tujuan Negara..................................................................................
6
Unsur – unsur Negara......................................................................
7
i
ii
iii
1
3
D. Bentuk Negara dan Bentuk pemerintahan.......................................
11
BAB III PENUTUP....................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
22
B. Saran................................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
22
23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki
cita-cita untuk bersatu, hidup di daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat,
didefinisikan pula oleh Roger H. Soltau dengan alat (agency) atau wewenang (authority), yang
mengatur persoalan-persoalan bersama, atas nama rakyat. Maka, bernegara dengan baik menjadi
sangat urgen bagi setiap warga negara.
Plato telah menggambarakan secara naratif alasan mengapa manusia perlu bernegara.
Menurut Plato, pada mulanya manusia hidup sendiri-sendiri. Lantaran tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan teman untuk dapat memenuhinya. Lantas mereka
bergabung dengan manusia lain. Jumlah mereka yang banyak secara tidak langsung menuntut
adanya aturan yang disepakati dan ditaati serta seorang pemimpin.
Kemudian dilanjutkan dengan pembagian tugas masing-masing agar tidak ada tumpang
tindih satu sama lain. Selain itu mereka juga membutuhkan seseorang yang memiliki otoritas
guna melakukan tindakan tertentu jika terjadi sesuatu dengan mereka. Dia juga harus sekaligus
mampu menjadi penengah atas semua konflik yang terjadi. Inilah yang mereka sebut sebagai raja
atau kepala Negara. Konklusinya adalah bahwa manusia tidak dapat hidup dengan teratur, tertib
dan terjamin keamanannya tanpa adanya negara. Karena pada hakikatnya, dalam komunitas
sekecil apapun diperlukan adanya pemimpin dan aturan.
Selain dari pada itu untuk memimpin suatu negara juga harus mengetahui bagaimana
sebenarnya negara, bentuk negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia itu sendiri. Untuk itu
dalam makalah ini Penulis menkaji sedikit mengenai hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka Penulis mengambil titik permasalahan mengenai Bentuk
Negara Indonesia dan Bentuk Pemerintahan Indonesia.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pemerintahan
2. Untuk mengetahui dan memberikan pemahaman mengenai bentuk negara dan bentuk
pemerintahan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Negara
Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum yaitu untuk memudahkan anggotanya
dalam hal ini adalah rakyat dalam mencapai tujuan bersama atau yang dicita - citakan. Keinginan
bersama ini dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut sebagai Konstitusi, termasuk
didalamnya nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara. Sebagai
dokumen yang mencantumkan cita-cita bersama, maksud didirikannya negara Konstitusi
merupakan dokumen hukum tertinggi pada suatu negara. Karenanya dia juga mengatur
bagaimana negara dikelola. Konstitusi di Indonesia disebut sebagai Undang-Undang Dasar.
Dalam bentuk modern negara terkait erat dengan keinginan rakyat untuk mencapai kesejahteraan
bersama dengan cara-cara yang demokratis. Bentuk paling kongkrit pertemuan negara dengan
rakyat adalah pelayanan publik, yakni pelayanan yang diberikan negara pada rakyat. Terutama
sesungguhnya adalah bagaimana negara memberi pelayanan kepada rakyat secara keseluruhan,
fungsi pelayanan paling dasar adalah pemberian rasa aman. Negara menjalankan fungsi
pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila semua rakyat merasa bahwa tidak ada ancaman
dalam kehidupannya. Dalam perkembangannya banyak negara memiliki kerajang layanan yang
berbeda bagi warganya.
Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga negara, atau hukum,
baik yang merupakan penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas dalam Konstitusi maupun untuk
menyesuaikan terhadap perkembangan zaman atau keinginan masyarakat, semua kebijakan ini
tercantum dalam suatu Undang-Undang. Pengambilan keputusan dalam proses pembentukan
Undang-Undang haruslah dilakukan secara demokratis, yakni menghormati hak tiap orang untuk
terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan mengikat mereka itu. Seperti juga dalam
organisasi biasa, akan ada orang yang mengurusi kepentingan rakyat banyak. Dalam suatu
negara modern, orang-orang yang mengurusi kehidupan rakyat banyak ini dipilih secara
demokratis pula.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu
wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain
keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lain
adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.
Adapun definisi negara dari beberapa pendapat ahli yaitu sebagai berikut :
Prof. Farid S. Negara adalah Suatu wilayah merdeka yang mendapat pengakuan negara lain serta
memiliki kedaulatan.
Georg Jellinek, Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu.
Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai
sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal
Roelof Krannenburg, Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu
golongan atau bangsanya sendiri.
Roger H. Soltau, Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan
bersama atas nama masyarakat.
Prof. R. Djokosoetono, Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang
berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
Prof. Mr. Soenarko, Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana
kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.
Aristoteles, Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada
akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama.
Negara merupakan suatu organisasi dari rakyat negara tersebut untuk mencapai tujuan
bersama dalam sebuah konstitusi yang dijunjung tinggi oleh warga negara tersebut. Indonesia
memiliki Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi cita-cita bangsa secara bersama-sama.
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berbentuk republik yang telah diakui oleh dunia
internasional dengan memiliki ratusan juta rakyat, wilayah darat, laut dan udara yang luas serta
terdapat organisasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berkuasa.
B. Tujuan Negara
Sebagai suatu organisasi kekuasaan dari kumpulan orang –orang yang mendiaminya,
negara memiliki suatu tujuan yang disepakati bersama. Tujuan suatu negara bermacam –macam
diantaranya:
a. Memperluas kekuasaan;
b. Menyelenggarakan ketertiban hukum;
c. Mencapai kesejahteraan umum.
Adapun tujuan negara dari beberapa pendapat, konsep dan ajaran diantaranya sebagai
berikut :
a.
Dalam konsep dan ajaran Plato, negara bertujuan untuk memajukan kesusilaan manusia, sebagai
b.
perseorangan (individu) dan sebagai makhluk sosial;
Dalam ajaran dan konsep Teokratis Thomas Aquinas dan Agustinus, negara bertujuan untuk
mencapai dan penghidupan dan kehidupan aman dan tenteram dengan taat kepada Tuhan;
c. Menurut Ibnu Arabi, negara bertujuan untuk menjalankan kebijaksanaan dengan baik, jauh dari
sengketa dan menjaga intervensi pihak –pihak asing;
d. Menurut Ibnu Khaldum, negara bertujuan untuk mengusahakan kemaslahatan agama dan negara
yang bermuara pada kepentingan akhirat.
Namun tujuan negara dalam konteks negara sebagaimana yang tertuang dalam
pembukaan dan penjelasan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. Mensejahterakan serta memakmurkan rakyat. Negara yang sukses dan maju adalah
negara yang bisa membuat masyarakat bahagia secara umum dari sisi ekonomi dan sosial
kemasyarakatan.
2. Melaksanakan ketertiban. Untuk menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif dan
damani diperlukan pemeliharaan ketertiban umum yang didukung penuh oleh
masyarakat.
3. Pertahanan dan keamanan. Negara harus bisa memberi rasa aman serta menjaga dari
segala macam gangguan dan ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar.
4. Menegakkan keadilan. Negara membentuk lembaga-lembaga peradilan sebagai tempat
warganya meminta keadilan di segala bidang kehidupan.
C. Unsur –Unsur Negara
Mahfud M.D menyatakan tiga unsur penting dalam suatu negara yaitu rakyat, wilayah
dan pemerintah yang disebutnya sebagai unsur konstitutif. Namun ketiga unsur tersebut harus
ditunjang oleh unsur lain seperti dengan adanya konstitusi dan pengakuan dari negara lain yang
disebut sebagai unsur deklaratif.
Unsur –unsur pokok dalam suatu negara adalah sebagai berikut :
a.
Rakyat yaitu sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama –sama
mendiami suatu wilayah;
b. Wilayah yaitu unsur terpenting dalam suatu negara sebab tidak mungkin ada negara tanpa ada
batas –batas teritorial yang jelas;
c.
Pemerintah yaitu alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara untuk
mencapai tujuan didirikannya sebuah negara;
d. Pengakuan dari negara lain yaitu hanya bersifat menerangkan tentang adanya negara. Ada dua
pengakuan negara yaitu pengakuan de jure dan pengakuan de facto.
Mengenai asal mula terjadinya negara berdasarkan fakta sejarah diuraikan sebagai
berikut:
Pendudukan (Occupatie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki
dan dikuasai.Misalnya, Liberia yang diduduki budak-budak Negro yang dimerdekakan tahun
1847.
Peleburan (Fusi)
Hal ini terjadi ketika negara-negara kecil yang mendiami suatu wilayah mengadakan perjanjian
untuk saling melebur atau bersatu menjadi Negara yang baru. Misalnya terbentuknya Federasi
Jerman tahun 1871.
Penyerahan (Cessie)
Hal ini terjadi Ketika suatu Wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan suatu perjanjian
tertentu. Misalnya, Wilayah Sleeswijk pada Perang Dunia I diserahkan oleh Austria kepada
Prusia,(Jerman).
Penaikan (Accesie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat penaikan Lumpur Sungai atau dari dasar
Laut (Delta). Kemudian di wilayah tersebut dihuni oleh sekelompok orang sehingga terbentuklah
Negara. Misalnya wilayah negara Mesir yang terbentuk dari Delta Sungai Nil.
Pengumuman (Proklamasi)
Hal ini terjadi karena suatu daerah yang pernah menjadi daerah jajahan ditinggalkan begitu saja.
Sehingga penduduk daerah tersebut bisa mengumumkan kemerdekaannya. Contohnya, Indonesia
yang pernah di tinggalkan Jepang karena pada saat itu jepang dibom oleh Amerika di daerah
Hiroshima dan Nagasaki.
Banyak pula teori –teori yang ditemukan tentang terbentuknya suatu negara, diantaranya
sebagai berikut :
1. Theory Social Contract (Kontrak Sosial)
Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat menganggap bahwa negara dibentuk
berdasarkan perjanjian –perjanjian masyarakat dalam tradisi masyarakat. Teori ini meetakkan
bahwa negara tidak berpotensi menjadi negara tirani, karena keberlangsungannya bersandar pada
kontrak sosial antara warga dengan lembaga negara.
Thomas Hobbes (1588 -1679) menyatakan bahwa kehidupan manusia terpisah dalam dua zaman
yakni keadaan sebelum dan sestelah ada negara. Menurutnya keadaan alamiah sama sekali bukan
keadaan yang aman dan sejahtera tapi sebaliknya akan menimbulkan suatu keadaan sosial yang
kacau tanpa hukum, tanpa pemerintah dan ikatan sebab dibutuhkan kontrak atau perjanjian antar
individu yang tadinya hidup dama keadaan alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak kodrat
yang dimilikinya kepada sebuah badan yang disebut negara;
John Locke (1632 -1704) menyatakan bahwa unsur pimpinan sangat penting yang mengatur
kehidupan mereka demi menghindari konflik di antara warga negara. Namun menurutnya
penyelenggaraan pimpinan harus dibatasi karena dalam melakukan perjanjian individu –individu
warga negara tersebut tidak menyerahkan seluruh hak –hak alamiahnya kecuali hak –hak asasi
warga negara;
Jean Jacques Rousseau (1712 -1778) menyatakan bahwa suatu negara bersandar pada perjanjian
warga negara untuk mengikatkan diri dengan suatu pemerintahan yang dilakukan oleh suatu
organisasi politik. Menurutnya negara dibentuk dari adanya pemimpin dari organisasi politik
ditentukan oleh yang berdaulat dari wakil –wakil warga negara.
2. Theory Teokratis (Ketuhanan)
Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah doktrin teokratis. Doktrin ini memiliki
pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para raja berasal dari tuhan. Para raja
mengklaim sebagai wakil tuhan di dunia yang mempertanggungjawabkan kekuasaannya hanya
kepada tuhan bukan kepada manusia. Dalam sejarah tata negara islam , pandangan teokratis
serupa dengan yang dujalankan oleh negara – negara muslim sepeninggal nabi muhammad saw.
Paham teokratis islam ini akhirnya melahirkan doktrin politik islam sebagai agama
sekaligus kekuasaan. Pandangan berkembang menjadi paham dominan bahwa dalam islam tidak
ada pemisahan antara agama dengan negara. Menurut pandangan modernis muslim kekuasaan
dalam islam harus dipertanggung jawabkan baik kepada allah maupun kepada rakyat.
3. Teori Kedaulatan
Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena adanya
dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan menjadi pembenaran dari
terbentuknya suatu negara. Melalui proses penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok
etnis atas kelompok tertentusehingga dimulailah pproses pembentukan negara. Dengan kata lain
negara terbentuk karena adanya pertarungan kekuatan dimana sang pemenang memiliki kekuatan
untuk membentuk suatu negara.
D. Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan
Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik atau lebih
dikenal dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan bentuk pemerintahan
adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian institusi politik yang
digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk menegakkan kekuasaannya atas suatu
komunitas politik. Definisi ini tetap berlaku bahkan untuk pemerintahan yang tidak sah atau
tidak berhasil menegakkan kekuasaannya. Tak tergantung dari kualitasnya, pemerintahan yang
gagalpun tetap merupakan suatu bentuk pemerintahan.
Dalam berbagai literatur hukum dan apalagi dalam penggunaannya sehari-hari, konsep
Bentuk Negara seringkali dicampuradukkan dengan konsep Bentuk Pemerintahan. Hal ini juga
tercermin dalam perumusan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan
bahwa: "Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik". Dari kalimat ini
tergambar bahwa the founding fathers Indonesia sangat menekankan pentingnya konsepsi
Negara Kesatuan sebagai definisi hakiki negara Indonesia (hakikat negara Indonesia). Bentuk
dari negara kesatuan Indonesia itu ialah republik. Jadi jelaslah bahwa konsep bentuk negara yang
diartikan disini adalah republik yang merupakan pilihan lain dari kerajaan (monarki) yang telah
ditolak oleh para anggota BPUPKI mengenai kemungkinan penerapannya untuk Indonesia
modern.
Kelemahan rumusan di atas terkait dengan pengertian bentuk negara yang tidak
dibedakan dari pengertian bentuk pemerintahan. Padahal kedua konsep ini sangat berbeda satu
sama lain. Karena yang dibicarakan adalah bentuk negara berarti bentuk organ atau organisasi
negara itu sebagai keseluruhan. Jika yang dibahas bukan bentuk organnya, melainkan bentuk
penyelenggaraan pemerintahan atau bentuk penyelenggaraan kekuasaan maka istilah yang lebih
tepat dipakai adalah istilah bentuk pemerintahan.
Sedangkan kata pemerintahan dalam 'sistem pemerintahan' terbatas pengertiannya pada
cabang eksekutif saja. Penggunaan kata government dalam bahasa Inggris juga sering
menimbulkan kesalahpahaman. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kata itu mengandung
dua arti, yaitu arti luas dan arti sempit. Keduanya dipengaruhi oleh tradisi pemerintahan yang
berkembang di Inggris (British) dan Amerika Serikat. Karena Kerajaan Inggris mempraktekkan
sistem pemerintahan parlementer, maka perkataan government disana menunjuk kepada
pengertian yang sempit, yaitu hanya cabang kekuasaan eksekutif saja. Tetapi, dalam bahasa
Inggris Amerika, kata government mencakup pengertian yang luas, yaitu keseluruhan pengertian
penyelenggaraan negara. Dalam konstitusi Amerika Serikat misalnya, istilah "the Government of
the United States" selain mencakup cabang eksekutif yang dipegang oleh Presiden, juga
mencakup Kongres yang terdiri atas House of Repre sentatives dan Senat.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, perlu diperjelas adanya perbedaan mendasar
antara pengertian 'bentuk negara', 'ben tuk pemerintahan', dan 'sistem pemerintahan'. Ketiga
istilah tersebut sebaiknya tidak dipertukarkan satu sama lain, sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman dalam praktek.
Di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan bentuk negara yaitu: bentuk
negara Federal, Kesatuan atau sistem pemerintahan yang parlementer, Semi-Presidensil, dan
Presidensil.
Menurut pidato Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 17 Agustus 2007 dikatakan bahwa bentuk negara Indonesia yang paling tepat adalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Empat pilar utama yang menjadi nilai dan
konsensus dasar yang selama ini menopang tegaknya Republik Indonesia adalah: Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
a.
Negara Kesatuan (Unitaris)
Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur
seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang kedaulatan
sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan antara pemerintah pusat dengan rakyat
dan daerahnya dapat dijalankan secara langsung. Dalam negara kesatuan hanya ada satu
konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen. Demikian pula
dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang tertinggi dalam
segala aspek pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi parlemen pusat dan
tiadanya badan-badan lain yang berdaulat. Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam
sistem, yaitu:
1) Sentralisasi, dan
2) Desentralisasi.
Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturanperaturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang membuat peraturan-peraturan
sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri.
Keuntungan sistem sentralisasi:
1. Adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;
2. Adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang berwenang
membuatnya;
3. Penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah negara.
Kerugian sistem sentralisasi:
1)
Bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat kelancaran jalannya
pemerintahan;
2) Peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/ kebutuhan daerah;
3) Daerah-daerah lebih bersifat pasif, menunggu perintah dari pusat sehingga melemahkan sendisendi pemerintahan demokratis karena kurangnya inisiatif dari rakyat;
4) Rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan bertanggung jawab
tentang daerahnya;
5) Keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.
Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk mengatur
rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung aspirasi rakyat di daerah,
terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah pusat tetap memegang kekuasaan
tertinggi.
Keuntungan sistem desentralisasi:
1. Pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu sendiri;
2. Peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah itu
sendiri;
3. Tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan dapat berjalan
lancar;
4. Partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan meningkat;
5. Penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.
Sedangkan kerugian sistem desentralisasi adalah ketidakseragaman peraturan dan
kebijakan serta kemajuan pembangunan.
b. Negara Serikat (Federasi)
Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian yang
masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki konstitusi sendiri,
kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet sendiri, yang berdaulat dalam negara serikat
adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut negara federal.
Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan
konstitusi federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh
pemerintah federal. Ciri-ciri negara serikat/ federal:
1.
Tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri (kabinet) demi
kepentingan negara bagian;
2. Tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh bertentangan
dengan konstitusi negara serikat;
3. Hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui negara bagian,
kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah diserahkan secara langsung kepada
pemerintah federal.
Dalam praktik kenegaraan, jarang dijumpai sebutan jabatan kepala negara bagian
(lazimnya disebut gubernur negara bagian). Pembagian kekuasaan antara pemerintah federal
dengan negara bagian ditentukan oleh negara bagian, sehingga kegiatan pemerintah federal
adalah hal ikhwal kenegaraan selebihnya (residuary power).
Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian kepada pemerintah
federal meliputi:
1. Hal-hal yang menyangkut kedudukan negara sebagai subyek hukum internasional,
misalnya: masalah daerah, kewarganegaraan dan perwakilan diplomatik;
2. Hal-hal yang mutlak mengenai keselamatan negara, pertahanan dan keamanan nasional,
perang dan damai;
3. Hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas pokok
hukum maupun organisasi peradilan selama dipandang perlu oleh pemerintah pusat,
misalnya: mengenai masalah uji material konstitusi negara bagian;
4. Hal-hal tentang uang dan keuangan, beaya penyelenggaraan pemerintahan federal,
misalnya: hal pajak, bea cukai, monopoli, matauang (moneter);
5. Hal-hal tentang kepentingan bersama antarnegara bagian, misalnya: masalah pos,
telekomunikasi, statistik.
Menurut C.F. Strong, yang membedakan negara serikat yang satu dengan yang lain
adalah:
1. cara pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian;
2. badan yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul antara pemerintah
federal dengan pemerintah negara bagian.
3. Berdasarkan kedua hal tersebut, lahirlah bermacam-macam negara serikat, antara lain:
Negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah
federal, dan kekuaasaan yang tidak terinci diserahkan kepada pemerintah negara
bagian. Contoh negara serikat semacam itu antara lain: Amerika Serikat,
Australia, RIS (1949);
Negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah
negara bagian, sedangkan sisanya diserahkan kepada pemerintah federal. Contoh:
Kanada dan India;
Negara serikat yang memberikan wewenang kepada mahkamah agung federal
dalam menyelesaikan perselisihan di antara pemerintah federal dengan
pemerintah negara bagian. Contoh: Amerika Serikat dan Australia;
Negara serikat yang memberikan kewenangan kepada parlemen federal dalam
menyelesaikan perselisihan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara
bagian. Contoh: Swiss.
Persamaan antara negara serikat dan negara kesatuan bersistem desentralisasi ialah
Pemerintah Pusat sebagai pemegang kedaulatan ke luar dan sama-sama memiliki hak mengatur
daerah sendiri (otonomi). Sedangkan perbedaannya adalah mengenai asal-asul hak mengurus
rumah tangga sendiri itu. Pada negara bagian, hak otonomi itu merupakan hak aslinya,
sedangkan pada daerah otonom, hak itu diperoleh dari pemerintah pusat.
Sedangkan perbincangan mengenai 'bentuk pemerintahan' (regerings vormen) berkaitan
dengan pilihan antara bentuk kerajaan (monarki), atau bentuk republik. Jika jabatan kepala
negara itu bersifat turun temurun maka negara itu disebut kerajaan. Jika kepala pemerintahannya
tidak bersifat turun temurun, melainkan dipilih, maka negara itu disebut republik. Sementara itu,
dalam perkataan 'sistem pemerintahan' (regerings systeem) terkait pilihan-pilihan antara sistem
pemerintahan presidensiil, sistem pemerintahan parlementer, sistem pemerintahan campuran,
yaitu quasi presidensiil seperti di Indonesia (di bawah UUD 1945 yang asli) atau quasi
parlementer seperti sistem Perancis yang dikenal dengan istilah hybrid system, dan sistem
pemerintahan collegial seperti Swiss.
Dari ketiga konsep tersebut di atas, bangsa Indonesia sejak kemerdekaan pada tahun 1945
cenderung mengidealkan bentuk negara kesatuan (eenheidstaatsvorm), bentuk pemerintahan
republik (republic regeringsvorm), dan sistem pemerintahan presidentil (presidential system).
Dalam UUD 1945, pengaturan mengenai bentuk negara dan bentuk pemerintahan ini diatur
dalam bab yang tersendiri, yaitu Bab I tentang Bentuk dan Kedaulatan. Dalam Pasal ayat (1)
dinyatakan: "Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk republik." Ayat (2)
menegaskan: "Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar." Sedangkan ayat (3) menentukan: "Negara Indonesia adalah Negara Hukum". Khusus
mengenai bentuk negara sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 1 ayat (1) tersebut, tidak
dikategorikan sebagai objek perubahan yang diatur mekanismenya dalam pasal 7 UUD 1945.
Dalam Pasal 7 ayat (5) UUD 945, dinyatakan: "Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia, tidak dapat dilakukan perubahan".
Pasal ini jelas mengandung komitmen dan tekad bahwa negara Republik Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, akan tetap berbentuk Negara Kesatuan selamanya,
kecuali tentunya jika Majelis Permusyawaratan Rakyat pada suatu hari mengubah lagi ketentuan
Pasal 7 ayat (5) ini atau perubahan UUD terjadi bukan karena prosedur yang ditentukan sendiri
oleh UUD 1945 (verfassung wandlung). Namun, jika yang terakhir ini yang terjadi maka hukum
yang berlaku bukan lagi hukum konstitusi, melainkan revolusi yang mempunyai aturan
hukumnya sendiri.
Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk pemerintahan digolongkan
dalam tiga kelompok yaitu sebagai berikut:
Monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh raja atau ratu. Dalam praktiknya monarki
tterbagi atas dua jenis yaitu monarki absolut dengan kekuasaan tertinngi di tangan raja dan ratu
serta
monarki
konstitusional
dengan
bentuk
pemerintahan
yang
kekuasaan
kepala
pemerintahannya dibatasi oleh ketentuan –ketetuan konstitusi negara;
Oligarki adalah model pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari
golongan atau kelompok tertentu;
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang bersandar pada kedaulatan rakyatatau yang
mendasarkan kekuasaannya pada pilihan dan kehendak rakyat melalui pemilu.
Istilah bentuk pemerintahan pun harus dibedakan pula dari istilah 'sistem pemerintahan'
yang menyangkut pilihan antara sistem presidential, sistem parlementer, atau sistem campuran.
Konsepsi yang terakhir ini berkenaan dengan sistem penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan
dalam arti cabang kekuasaan eksekutif. Perbedaannya dari pengertian bentuk pemerintahan.
Pertama adalah bahwa istilah pemerintahan dalam konsepsi 'bentuk pemerintahan' bersifat statis,
yaitu berkenaan dengan ben- tuknya (vormen), sedangkan dalam 'sistem pemerintahan', aspek
pemerintahan yang dibahas bersifat dinamis. Kedua, dalam konsepsi bentuk pemerintahan, kata
pemerintahan lebih luas pengertiannya karena mencakup keseluruhan cabang kekuasaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahsan diatas maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai :
a) Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik atau lebih dikenal
dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
b)
Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian
institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk menegakkan
kekuasaannya atas suatu komunitas politik.
c)
Dalam konsep teori modern negara terbagi dalam dua bentuk yaitu Negara Kesatuan
(Unitarianisme) dan Negara Serikat
d) Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk pemerintahan digolongkan dalam
tiga kelompok yaitu monarki, oligarki dan demokrasi.
B. Saran
Sebagai warga negara, sudah selayaknya kita mengkaji lebih dalam mengenai bentuk
negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia. Selain untuk memperluas cakrawala berpikir,
kelak ketika kita menempati posisi strategis dipemerintahan. Dan niscaya kita akan menjadi
warga negara dan pemimpin yang baik, berakhlak dan rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Makalah ‘Hubungan Negara, Agama dan Warga Negara’ Mata Kuliah Ham & Kewarganegaraan
oleh Mahasiswa IP Reguler STISIP Muhammadiyah Sinjai.
http://diajengayu-ajeng.blogspot.com/2011/04/bentuk-negara-indonesia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia
http://www.icrp-online.org/wmview.php?ArtID=154&page=1-5
http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/2002 September/000310.html
Makalah Sistem Pemerintahan di Indonesia
By aprileo1923 on Maret 19, 2013 | 2 Komentar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya kami masih
diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga selesainya makalah ini
dapat bermanfaat bagi teman-teman sekalian.
Amien.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara
itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan
yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai
fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan
mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selamalamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah
laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan
politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontiniu
dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem
pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem
pemerintahan itu secara menyeluruh.
Secara sempit,Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda
pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya
perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri. Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut, maka penulis memberi judul“ SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA‘’.
Perumusan Masalah
Agar perumusan masalah ini tidak meluas maka penulis perlu membatasi ruang lingkup masalah
Sistem Pemerintahan ini adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Sistem Pemerintahan.
2. Organisasi Sistem Pemerintahan Negara.
3. Macam-macam Sistem Pemerintahan Negara.
4. Ciri-ciri Pemerintahan Parlementer dan Presidensial.
5. Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial.
6. Kekurangan Sistem Parlementer dan Presidensial.
7. Sistem Pemerintahan Indonesia.
8. Kelebihan dan kelemahan Sistem Pemerintahan Indonesia
9. Lembaga-lembaga Negara
10. Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia
11. Sistem Pemilihan Umum Indonesia
Tujuan Penelitian
1. Sebagai salah satu tugas dalam mata pelajaran PKN.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sistem Pemerintahan
3. Pengelompokkan Sistem Pemerintahan
4. Mengetahui Pelaksanaan Sistem pemerintahan Negara Indonesia.
5. Mengetahui Kelebihan Sistem Pemerintahan Indonesia
6. Mengetahui Kelemahan Sistem Pemerintahan Indonesia
7. Mengetahui Lembaga-lembaga Negara
8. Mengetahui Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia
9. Mengetahui Sistem Pemilihan Umum Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pemerintahan
Sistem adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan
fungsional terhadap keseluruhan. Dengan demikian dalam usaha ilmiah sistem adalah suatu tatanan
atau susunan yang berupa suatu struktur yang terdiri dari bagian-bagian atau komponenyang berkaitan
antara satu dengan lainnya secara teratur dan terencana untuk mencapai suatu tujun. Maka dalam art
yang luas, pemerintahan adalah segala bentuk kegiatan atau aktfitas penyelenggaraan negara yang
dilakukan oleh organ-organ negara yang mempunyai otoritas atau kewenangan untuk menjalankan
kekuasaan. Pengertan pemerintahan sepert ini mencakup kegiatan atau aktfitas penyelenggaraan
negara yang dilakukan oleh eksekutf, legislatf maupun yudikatf. Dalam art yang sempit, pemerintahan
adalah aktvitas atau kegiatan yang diselenggarakan oleh fungsi eksekutf, presiden ataupun perdana
menteri, sampai dengan level birokrasi yang paling rendah tngkatannya. Dari dua pengertan tersebut,
maka dalam melakukan pembahasan mengenai pemerintahan negara ttk tolak yang dipergunakan
adalah dalam konteks pemerintahan dalam art luas. Yaitu meliput pembagian kekuasaan dalam negara,
hubungan antar alat-alat perlengkapan negara yang menjalankan kekuasaan tersebut.
Dengan demikian, jika pengertan pemerintahan tersebut dikaitkan dengan pengertan sistem,
maka yang dimaksud dengan sistem pemerintahan adalah suatu tatanan atau susunan pemerintahan
yang berupa suatu struktur yang terdiri dari organ-organ pemegang kekuasaan di dalam negara dan
saling melakukan hubungan fungsional di antara organ-organ tersebut baik secara vertkal maupun
horisontal untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Jadi, sistem pemerintahan negara
menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya
lembaga negaradalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan. Tujuan pemerintahan
negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara. Misalnya, tujuan pemerintahan
negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
2. Organisasi Sistem Pemerintahan
Negara
dibedakan menjadi 2 yaitu :
A. Organisasi Pemerintahan Dalam Garis Horizontal
Menurut konsep trias politica kekuasaan didalam negara dapat dibagi menjadi tiga cabang
kekuasaan utama, yaitu:
a) kekuasaan legislatif : kekuasaan untuk membentuk undang-undang
b) kekuasaan eksekutif : kekuasaan untuk menjalankan undang-undang
c) kekuasaan yudikatif : kekuasaan untuk melaksanakan peradilan
Kekuasaan ini dilakukan oleh badan-badan peradilan dengan susunan bertingkat-tingkat sesuai
dengan kewenangan masing-masing tingkat dan berpuncak pada Mahkamah Agung.
B. Organisasi Sistem Pemerintahan Dalam Garis Vertikal
Menurut Kranenburg kedua satuan pemerintahan yang lebih rendah dibawah pemerintah pusat,
baik yang terdapat di negara kesatuan maupun serikat, masing-masing mempunyai ciri-ciri yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lain bedasarkan hukum positif, yaitu :
a) negara bagian yang terdapat di dalam Negara Serikat memiliki wewenang untuk membentuk
UUD sendiri serta mempunyai wewenang untuk membentuk organisasi sendiri dalam rangka dan
batas-batas konstitusi federal. Sedangkan dalam negara Kesatuan organisasi bagian-bagian
negara (pemerintah daerah) secara garis besar telah ditetapkan oleh pembentuk undang-undang
pusat.
b) dalam negara federal (serikat), wewenang membentuk Undang-undang Pusat untuk bidang
tertentu telah diperinci satu persatu dalam konstitusi federal.
3. Macam-macam Sistem Pemerintahan Negara.
Sistem pemerintahan negara dibagi menjadi dua klasifikasi besar, yaitu:
1. Sistem pemerintahan parlementer.
Pada prinsipnya sistem pemerintahan parlementer menitik beratkan pada hubungan
antara organ negara pemegang kekuasaan eksekutif dan legeslatif. Sistem ini merupakan sisa-sisa
peninggalan sistem pemerintahan dalam arti paling luas yakni morankhi. Dikatakan demikian
karena kepala negara apapun sebutanya mempunyai kedudukan yang tidak dapat di ganggu
gugat. Sedangkan penyelenggara pemerintah sehari-hari diserahkan kepada menteri.
2.Sistem pemerintahan Presidensial
Dalam sistem pemerintahan presidensial, badan eksekutif dan legislatif memiliki
kedudukan yang independen. Kedua badan tersebut tidak berhubungan secara langsung seperti
dalam sistem pemerintahan parlementer. Mereka dipilih oleh rakyat secara terpisah.
4. Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut :
1. Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih langsung
oleh rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar sebagai badan
perwakilan dan lembaga legislatif.
2. Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai politik yang memenangkan pemiihan
umum. Partai politik yang menang dalam pemilihan umum memiliki peluang besar menjadi
mayoritas dan memiliki kekuasaan besar di parlemen.
3. Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan perdana menteri sebagai pemimpin
kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksakan kekuasaan eksekutif. Dalam
sistem ini, kekuasaan eksekutif berada pada perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
Anggota kabinet umumnya berasal dari parlemen.
4. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan sepanjang mendapat
dukungan mayoritas anggota parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu-waktu parlemen dapat
menjatuhkan kabinet jika mayoritas anggota parlemen menyampaikan mosi tidak percaya kepada
kabinet.
5. Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan adalah
perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah presiden dalam negara republik atau raja/sultan
dalam negara monarki. Kepala negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan. Ia hanya
berperan sebgai symbol kedaulatan dan keutuhan negara.
6. Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet maka presiden atau raja atas saran
dari perdana menteri dapat membubarkan parlemen. Selanjutnya, diadakan pemilihan umum lagi
untuk membentukan parlemen baru.
Ciri-ciri dari sistem pemerintahan presidensial adalah sebagai berikut.
1. Penyelenggara negara berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih langsung oleh rakyat
atau suatu dewan majelis.
2. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertangungjawab kepada presiden
dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau legislatif.
3. Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal itu dikarenakan presiden tidak dipilih
oleh parlemen.
4. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.
5. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan. Anggota parlemen
dipilih oleh rakyat.
6. Presiden tidak berada dibawah pengawasan langsung parlemen.
Sistem pemerintahan Presidensial merupakan system pemerintahan di mana kepala pemerintahan
dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen (legislatif).
Menteri bertanggung jawab kepada presiden karena presiden berkedudukan sebagai kepala
Negara sekaligus kepala pemerintahan. Contoh Negara: AS, Pakistan, Argentina, Filiphina,
Indonesia.
5. Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer
Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat
antara eksekutf dan legislatf. Hal ini karena kekuasaan eksekutf dan legislatf berada pada satu
partai atau koalisi partai.
Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
barhat-hat dalam menjalankan pemerintahan.
Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial :
Badan eksekutf lebih stabil kedudukannya karena tdak tergantung pada parlemen.
Masa jabatan badan eksekutf lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, masa jabatan
Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia adalah lima tahun.
Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya.
Legislatf bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutf karena dapat diisi oleh orang
luar termasuk anggota parlemen sendiri.
6. Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer :
Kedudukan badan eksekutf/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen
sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
Kelangsungan kedudukan kabinet tdak bisa ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya
karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet adalah
anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka yang besar
diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutf. Pengalaman mereka
menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal pentng untuk menjadi menteri atau
jabatan eksekutf lainnya.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial :
Kekuasaan eksekutf diluar pengawasan langsung legislatf sehingga dapat menciptakan
kekuasaan mutlak.
Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara eksekutf
dan legislatf sehingga dapat terjadi keputusan tdak tegas dan memakan waktu yang lama.
7. Sistem Pemerintahan Indonesia
1) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut Konstitusi RIS
Sistem Pemerintahan Indonesia menurut konstitusi RIS adalah sistem Pemerintah Parlementer
yang tidak murni. Pasal 118 konstitusi RIS antara lain :
a. Presiden tidak dapat di ganggu gugat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
Ketentuan pasal tersebut menunjukkan bahwa RIS mempergunakan sistem pertanggung jawaban
menteri.
2) Sistem Pemerintahan Indonesia menurut UUDS 1950
UUDS 1950 masih tetap mempergunakan bentuk sistem pemerintahan seperti yang diatur dalam
konstitusi RIS. Di dalam pasal 83 UUDS 1950 dinyatakan :
a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat
b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik bersamasama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri.
3) Sistem Pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum diamandemen:
1. Kekuasaan tertinggi diberikan rakyat kepada MPR.
2. DPR sebagai pembuat UU.
3. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan.
4. DPA sebagai pemberi saran kepada pemerintahan.
5. MA sebagai lembaga pengadilan dan penguji aturan.
6. BPK pengaudit keuangan.
4) Sistem Pemerintahan setelah amandemen
1. MPR bukan lembaga tertinggi lagi.
2. Komposisi MPR terdiri atas seluruh anggota DPR ditambah DPD yang dipilih oleh rakyat.
3. Presiden dan wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
4. Presiden tidak dapat membubarkan DPR.
5. Kekuasaan Legislatif lebih dominan.
Negara indonesia adalah negara yang berbentuk republik. Pemerintahan republik adalah suatu
pemerintahan dimana seluruh atau sebagian rakyat memegang kekuasaan yang tertinggi di dalam
negara. Oleh karena itu, kadaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undangundang dasar.
8. Kelebihan Sistem Pemerintahan Indonesia
1. Presiden dan menteri selama masa jabatannya tidak dapat dijatuhkan DPR.
2. Pemerintah punya waktu untuk menjalankan programnya dengan tidak dibayangi krisis
kabinet.
3. Presiden tidak dapat memberlakukan dan atau membubarkan DPR.
Kelemahan Sistem Pemerintahan Indonesia
1. Ada kecenderungan terlalu kuatnya otoritas dan konsentrasi kekuasaan di tangan Presiden.
2. Sering terjadinya pergantian para pejabat karena adanya hak perogatif presiden.
3. Pengawasan rakyat terhadap pemerintah kurang berpengaruh.
4. Pengaruh rakyat terhadap kebijaksanaan politik kurang mendapat perhatian.
9. Lembaga-Lembaga Negara
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
MPR tugas wewenangnya adalah mengubah dan menetapkan UUD 1945, disamping itu
wewenang dan tugas lainnya adalah melantik Presiden dan Wakil presiden berdasar hasil
pemilu.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR adalah salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan
umum yang dipilih melalui pemilihan umum. DPR dianggap sebagai salah satu lembaga yang
paling korup di Indonesia.
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Sebelum 2004 disebut Utusan Daerah, adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang anggotanya merupakan perwakilan dari setiap provinsi yang
dipilih melalui Pemilihan Umum.
DPD memiliki fungsi:
a. Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan
bidang legislasi tertentu
b. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu.
4. Presiden dan Wakil Presiden
Sebagai konsekuensi dari sistem pemerintahan Indonesia yang menganut presidensiil , maka
presiden memiliki dua kekuasaan sekaligus yaitu sebagai kepala pemerintahan (eksekutif) dan
sebagai kepala negara.
Wewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain:
a. Sebagai kepala pemerintahan (UUD 1945 pasal 4 ayat 1)
b. Mengangkat menteri
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
BPKadalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki
wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945,
BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh
Presiden.
Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD.
6. Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan
bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung membawahi badan
peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara. Menurut Undang-Undang Dasar 1945,
kewajiban dan wewenang MA adalah:
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah
Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang
b. Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi
c. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberikan grasi dan rehabilitasi.
7. Komisis Yudisial (KY)
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU no 22 tahun 2004 yang
berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama calon hakim agung. Komisi
Yudisial berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran m