Legal Opinion Penegakan Hukum Mengenai

Legal Opinion
Penegakan Hukum Mengenai Pencemaran Laut Di Daerah Pesisir Yang
Diakibatkan Perusahaan
Friedapratiwi61@students.unnes.ac.id

A. PENDAHULUAN
Perkembangan hukum lingkungan saat ini tidak dapat dipisahkan dari
gerakan sedunia untuk memberikan perhatian lebih besar kepada lingkungan
hidup, mengingat kenyataan bahwa lingkungan hidup telah menjadi masalah
yang perlu ditanggulangi bersama demi kelangsungan hidup di dunia ini.
Permasalahan lingkungan telah terjadi salah satu isu penting dalam dunia
nasional maupun internasional dimana suatu permasalahan lingkungan yang
terjadi di suatu negara telah menjadi tanggung jawab dunia Internasional.
Permasalahan lingkungan yang terjadi meliputi pencemaran lingkungan,
degrasi sumber daya dan pemanasan global. Laut terutama sekali merupakan
jalan raya penghubung seluruh pelosok dunia. Melalui laut, masyartakat
berbagai bangsa mengadakan segala bentuk pertukaran komoditi perdagangan
sampai ilmu pengetahuan.1 Sumber daya alam harus dijamin kelestarianya
antara lain dengan tetap memepertahankan lingkungan laut. Pada kondisi yang
menghubungkan bagi hakikat laut juga sistem pengelolaan dalam sumber daya
alam yang ada.Tumbuhnya kesaaran yang diciptakan mengoordinasikan laut

ataupun dalam memenuhi kebutuhan dari laut, merupakan langkah untuk
mewujudkan pelestarian lingkungan laut, sekalian sumber yang terkandung
dalam laut tidak terbatas. Di dalam mengupayakan laut misalnya penangkapan
ikan, jenis ikan, yang berlebihan dengan menggunakan pukat harimau
sangatlah berbahaya dan menimbulkan kepunahan itu tidak dapat dirasakan
dalam jangka waktu yang pendek. Pencemaran laut memberikan dampak yang
cukup berpengaruh bagi lingkungan sekitar apabila disekitarnya merupakan
penduduk yang mana penduduk pada umumnya bermata pencaharian sebgai
nelayan. Pemukiman penduduk yang semakin meluas, membuat semakin
meningkatnya produksi rumah tangga yang berakibat perkembangan kawasan
industri di kota besar.2
Industri perkotaan memiliki pengaruh positif untuk menghasilkan barang
atau produk dan jasa yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat. Selain
itu juga beraibat negatif karena dapat menyebabkan pencemaran air, tanah,
udara. Hal tersebut akan memicu terjadinya pencemaran pada perairan pantai
dan laut, karena semua limbah dari daratan,, baik yang berasal dari
pemukiman perkotaan maupun yang bersumber dari kawasan industri, pada
akhirnya bermuara ke pantai dan kelaut. Pencemaran laut disebabkan oleh
manusia dan bahaya akibat dari pada pencemaran atas kemantapan ekologis
dari laut. 3

1 Andi Hamzah. Penegakan Hukum Lingkungan, 2008 Jakarta : Sinar Grafik hlm 22
2 Hasjim Djalal. Perjuangan Indonesia di Bidang Hukum Laut. Bandung, Bina Cipta. 1979. hlm
179
3 Johny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media, Malang, 2006, hal.
321.

Indonesia, dan dengan semakin pentingnya lalu-lintas kapal-kapal nuklir,
baik di atas maupun di bawah permukaan air laut, maka bahaya yang dihadapi
negara Indonesia terhadap keserasian dan kelestarian lingkungan lautnya juga
akan semakin besar. Sehingga, dari sekarang sudah perlu mulai dipikirkan
bagaimana caranya menanggulangi bahaya-bahaya tersebut di masa
mendatang. Kerusakan laut yang diakibatkan oleh aktivitas pertambangan
seharusnya diantisipasi sejak dini. Pemerintah seyogianya telah menyiapkan
berbagai aturan-aturan hukum guna melindungi seluruh kekayaan dan
keindahan laut Indonesia. Agar kelestarian sumber daya dan ekosistem yang
ada di laut tetap terjaga, sehingga bisa diwariskan kepada generasi yang akan
datang.
Produk laut yang sudah tercemar sulit masuk ke dalam pasar ekspor
sehingga merugikan banyak pihak. Hampir banyak daerah ditemukan banyak
daerah laut yang sudah tercemar dengan logam berat. Terutama di daerah laut

di pesisir kota. Terlebih didaerah Cilincing Teluk Jakarta, Teluk Lampung, Pesisir
Berau, Pelabuhan Arae, Peariran Serang, dan Teluk Banten, Teluk Bayur, dan
Palabuhan Ratu yang telah mengalami perubahan yaitu airnya telah
terkontaminasi dengan logam berat. Logam berat tersebut sudah terjadi
puluhan tahun yang lalu, tetapi belakangan ini di lautan Indonesia mendapat
polutan baru yaitu berupa sampah plastik, bentuk makro bisa dilihat dengan
kasatmata, plastik mikro dan plastik berukuran nano pun ada didalam perairan
tersebut. Sebuah riset terbaru menemukan tingginya volume sampah plastik di
sekitar Pulau Biawak, Indramayu Jawa Barat. Riset 46 lokasi lain di Laut Jawa,
di sekitar Kepulauan Seriu dan perairan Banten, juga menemukan tingkat
pencemaran plastik tinggi.
Pencemaran sampah plastik, terutama mikro dan nano bisa masuk rantai
makanan dilaut dan masuk tubuh manusiajika makan ikan tercemar. Riset
bersama Universitas Hassanudin dan University of
California Davis
menemukan cemaran plastik mikro dalan pencernaan ikan dan kerang yang
dijual ditempat pelelangan ikan terbesar di wilayah Makassar, Sulawesi
Selatan. Hasil riset tersebut di publikasikan di dalam jurnal internasional,
Nature, september 2015.
“Sepertiga sempel atau 28 persennya mengandung plastik mikro”, kata Guru

Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Ada 76 ikan yang diteliti
kandungan plastikk mikronya.
Menurut Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Univeristas Maritim di
perairan laut, sampah plastik bisa melepas senyawa kimia beracun seperti
nonylphenols plastik mikro mudah mengikat bahan pencemar beracun, seperti
pestisida dan aneka jenis logam berat. Bahan tersebut memicu kanker
(karsinogenik), mutasi genetic dan merusak embrio.
Soal lain yang harus diwaspadai adalah pencemaran logam berat di laut.
Riset terbaru menyebut, pencemaran logam berat disejumlah perairan di
Indonesia melampaui batas aman, dengan intensitas dan sebaran yang
meningkat. Data Dinas Lingkungan Hidup Di Kota Semarang mencatat air
muara dan air laut kota Semarang tahun 2015 tercemar logam berat. Kepala
Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang Gunawan Saptogiri mengakui
pencemaran di pesisir kota Semarang amat parah.
Pencemaran logam berat juga teridentifikasi pada biota di perairan dekat
penambangan emas rakyat di Pulau Buru, Maluku. Menurut penelitian balai
besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan hasil
laut Indonesia ditolak oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat karena ada cemaram
logam berat, mikroba, pathogen, residu histamine, dan obat hewan.


Etty Riani mengatakan, kerugian ekonomi akibat tercemarnya laut
Indonesia lebih besar jika menghitung aspek kesehatan masyarakat terdampak
dan kehancuran ekologi tak bisa lagi dipulihkan.4

B. ANALISIS ATURAN HUKUM
Berdasarkan kasus posisi dan fakta hukum pada bagian sebelumnya
yang telah memaparkan kronologis kasus dan bentuk pelanggaran yang
terjadi di lapangan, kita dapat melihat bahwa begitu banyak fakta yang
menyalahi
peraturan
perundang-undangan. Pelanggaran
terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup dapat kita lihat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu sebagai berikut :
1. Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukannya
makhluk hidup, zat , energy dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku

mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”.
2. Pasal 67 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
“Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup”.
3. Pasal 68 huruf (b) dan huruf (c) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
berbunyi :
“Setiap
orang
yang
melakukan
usaha
dan/atau
kegiatan
berkewajiban :
4. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup;
5. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau
criteria baku kerusakan lingkungan hidup.

6. Pasal 69 ayat 1 huruf (a), huruf (e), dan huruf (f) Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dinyatakan :
“Setiap orang dilarang :
a) melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran adan/atau
perusakan lingkungan hidup;
b) membuang limbah ke media lingkungan hidup;
c) membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
Pencemaran ini telah menghilangkan hak masyarakat Teluk Buyat atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Karena mereka adalah korban yang
4 Kompas 25 Oktober 2017 Halaman 17

merasakan dampak langsung pencemaran ini. Ketentuan hak mereka ini dapat
kita lihat dalam Pasal 65 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari hak asasi manusia”
Hak masyarakat atas lingkungan hidup yang baik dan sehat ini dapat pula
kita lihat dalam Pasal 9 ayat 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, yang berbunyi :

“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”
Selain itu, hak masyarakat atas suatu kondisi kesehatan yang baik dapat
pula kita lihat dalam Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan
Budaya Pasal 12 :
1. Negara Pihak dalam Kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk
menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik
dan mental.
2. Langkah-langkah yang akan diambil oleh Negara Pihak pada Kovenan
ini guna mencapai perwujudan hak ini sepenuhnya, harus meliputi halhal yang diperlukan untuk mengupayakan:
a) Ketentuan-ketentuan untuk pengurangan tingkat kelahiran-mati dan
kematian anak serta perkembangan anak yang sehat;
b) Perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri;
c) Pencegahan, pengobatan dan pengendalian segala penyakit menular,
endemik, penyakit lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan;
d) Penciptaan kondisi-kondisi yang akan menjamin semua pelayanan dan
perhatian medis dalam hal sakitnya seseorang.5

Menyimak fakta hukum dan konsep hukum yang dipaparkan berdasarkan
kasus posisi yang diuraikan sebelumnya, jelas bahwa kasus ini adalah sebuah
kasus hukum. Fakta-fakta hukum di lapangan sangat berkaitan erat dengan

peraturan perundang-undangan yang diindikasikan telah dilanggar.Fakta
lapangan yang menunjukkan bahwa sampah atau limbah yang dibuang oleh
suatu perusahaan memenuhi unsur-unsur pelanggaran terhadap peraturan
perundangan-undangan bidang lingkungan hidup yaitu terhadap UndangUndang Nomor 32 Tahun Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup adalah ditemukannya zat logam berat berupa Arsen dan
Merkuri di dasar Teluk Buyat, dalam tubuh ikan yang hidup di Teluk Buyat,
dalam air minum (air tanah) penduduk, dalam tubuh penduduk dan dalam
udara sekitar Teluk Jakarta. Zat logam berat tersebut terbukti dihasilkan dari
aktifitas bukan tercipta secara ilmiah. Zat logam berat ini telah menyalahi
ambang batas dan baku mutu lingkungan hidup sehingga berdampak buruk
bagi kesehatan masyarakat dan merusak kelestarian lingkungan sekitarnya.
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa perusahaan yang telah menyalahi
kewajibannya memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
mengendalikan pencemaran lingkungan hidup serta menyalahi ketentuan
5 UU 32 Tahun 2009 Tentang Lingkungan Hidup.

tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup. akta lapangan yang menunjukkan bahwa pencemaran
olehperusahaan yang telah merenggut hak masyarakat Teluk Jakarta untuk
mendapatkan lingkungan yang sehat dan baik yang diatur dalam Pasal 65 ayat

1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan dalam Pasal 9 ayat 3 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dapat kita lihat dari hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa air, ikan, dan udara yang menjadi bagian
dari lingkungan sekitar mereka tersebut telah tercemari oleh logam berat yang
mengakibatkan kesehatan mereka ikut terganggu dan bahkan terancam akan
menurun hingga generasi ke sepuluh keturunan mereka. Fakta-fakta lapangan
di atas merupakan fakta hukum yang terungkap dan tak perlu pembuktian
lebih lanjut lagi. Sehingga pihak perusahaan
dituntut untuk melakukan
tanggung jawab mutlak sebagaimana diatur dalam Pasal 88 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup : “Setiap orang yang tindakannya menggunakan B3, mengahsilkan dan
atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius
terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang
terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan”.
Pada kasus ini, peran aktif masyarakat menuntut proses hukum
sangatlah penting. Masyarakat Teluk Jakarta dapat menggugat perusahaan
tersebut secara Perdata, Pidana maupun dengan penyelesaian non litigasi
untuk menuntut ganti rugi. Hak gugat masyarakat ini dapat dilakukan dalam

bentuk gugatan class action yang telah diatur dalam Pasal 91 Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu :
1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk
kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat
apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup
2) Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa,
dasar hukum, serta jenis tuntutan diantara wakil kelompok dan anggota
kelompoknya.
3) Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang – undangan.
Sedangkan untuk mempersiapkan tuntutan secara Perdata diatur dalam
Pasal 87 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu :
“Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melanggar hukum
berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan
kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi
dan/atau melakukan tindakan tertentu”.
Pihak organisasi lingkungan hidup pun dapat melakukan gugatan legal
standing yang diatur dalam Pasal 92 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu :
1. Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak

mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan
hidup
2. Hak mengajukan guagatn terbatas pada tuntutan untuk melakukan
tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau
pengeluaran riil.
Dalam hal ini negara harus lebih berhati-hati dan lebih bisa mengendalikan
limbah yang dibuang ke laut apabila terus menerus dilakukan akan merusak
ekosistem laut dan membuat ikan-ikan dan kehidupan dilaut mati.
C. UJI SYARAT
Menurut saya untuk alternatifnya adalah:
1. Syarat untuk menghukum mereka yang membuang limbah dilaut ialah
mereka yang dengan sengaja atau tidak sengaja membuang sampah
dengan jumlah banyak dan mereka tidak mengerti apabila dilakukan
terus menerus akan membuat ekosistem lat menjadi mati.
2. Dalam hal ini perusahaan dijerat dengan Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009.
3. Pasal 65 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan dalam Pasal 9 ayat
3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Dalam kasus, yang dapat dimintai pertanggungjawaban adalah perusahaan
tersebut karena perusahaan tersebut telah membuang limbah di laut dan
menyebakan matinya organism dan kehidupan dibawah laut.

KESIMPULAN
Dari analisa hukum yang ada, dapat disimpulkan bahwa :
Pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan
hidup dapat kita lihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu
sebagai berikut :Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi : “Pencemaran
lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat ,
energy dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan”.Pasal 67 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :“Setiap orang
berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup”.Pasal 68
huruf (b) dan huruf (c) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :“Setiap orang
yang melakukan
usaha
dan/atau kegiatan berkewajiban :menjaga
keberlanjutan fungsi lingkungan hidup;menaati ketentuan tentang baku mutu
lingkungan hidup dan/atau criteria baku kerusakan lingkungan hidup.Pasal 69
ayat 1 huruf (a), huruf (e), dan huruf (f) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan Setiap
orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran
adan/atau perusakan lingkungan hidup;membuang limbah ke media lingkungan
hidup;membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup.Dalam hal ini
orang yang benar-benar sudah merusak ekosistem laut seharusnya dihukum
dengan setimpal karena sudah mematikan kehidupan yang ada dilaut.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Djalal, Hasjim.1979. Perjuangan Indonesia di Bidang Hukum Laut.
Bandung, Bina Cipta
Johny Ibrahim, Johny. 2006. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif.
Malang: Bayu Media.

Kompas 25 Oktober 2017 Halaman 17.
Hamzah,Andi. 2008 Penegakan Hukum Lingkungan, 2008 Jakarta : Sinar
Grafik

Perundang-Undangan
1. UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999
TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

Dokumen yang terkait

Hukum Konsumsi Tembakau (Merokok)

0 30 6

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

Tinjauan Hukum Terhadap Kemiripan Merek Pada Produk Makanan Dan Minuman Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

4 81 87

Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Pengikatan Jaminan Kebendaan Menurut Undang-Undang Nomor Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

0 16 1

Representasi Pesan Verbal Kritik Sosial Dalam Film Kartun "The SpongeBob Squarepants Movie" (Analisis Semiotik Roland Barthes Mengenai Pesan Verbal Kritik Sosial Dalam Film Kartun The SpongeBob Squarepants Movie)

2 29 1

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1

Penolakan Terhadap Permohonan Pendaftaran Merk Yang Ditangani Oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan Ham Jawa Barat

1 23 1

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Jalanan Atas Eksploitasi Dan Tindak Kekerasan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

1 15 79

Politik Hukum Pembaharuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Kajian Pasal 74 beserta Penjelasannya)

0 1 22

Ketaatan Masyarakat Internasional terhadap Hukum Internasional dalam Perspekti Filsafat Hukum

0 5 23