Analisis Shift Share Perekonomian Mandai

ANALISIS PERUBAHAN SEKTOR BERDASARKAN PENDAPATAN
DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KABUPATEN
MANDAILING NATAL
Oleh : Edi Nasution*

1. Pendahuluan
Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara.
Kabupaten Mandailing Natal terletak pada 0°10'-1°50' Lintang Utara dan 98°10'-100°10'
Bujur Timur dengan rentang ketinggian 0-2.145 m di atas permukaan laut. Luas wilayah
Kabupaten Mandailing Natal ±6.620,70 km2 atau 9,23 persen dari wilayah Sumatera
Utara dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah Utara Kabupaten Tapanuli
Selatan, sebelah Selatan Provinsi Sumatera Barat, sebelah Barat Samudera Indonesia dan
sebelah Timur Kabupaten Padang Lawas dan Sumatera Barat.
Angka pertumbuhan sektor ekonomi merupakan hal penting yang perlu diperhatikan
mengingat hal tersebut mencerminkan pertambahan output yang lebih lanjut menjadi
pendapatan bagi suatu perekonomian tertentu. Secara keseluruhan, pertumbuhan
ekonomi kabupaten Mandailing Natal cukup tinggi yaitu 6,08 persen pertahun.
Angka pertumbuhan ini meskipun fluktuatif namun cenderung meningkat positif.
Angka pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 6,50 persen (BPS
Kabupaten Mandailing Natal).
Di Kabupaten Mandailing Natal, sektor Pertanian yang merupakan sektor andalan

bagi perekonomiannya, walaupun demikian laju pertumbuhannya paling rendah
dibanding sektor-sektor lainnya. Secara rata–rata subsektor yang mengalami
pertumbuhan tertinggi di sektor Pertanian adalah subsektor Tanaman Perkebunan.
Tingkat pertumbuhan paling rendah dibandingkan subsektor lain yang terdapat di dalam
sektor Pertanian adalah subsektor Kehutanan. Pertumbuhan rata–rata pertahun tertinggi
berasal dari sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sektor-sektor lainnya
(perdagangan, Hotel dan Restoran, pertambangan dan penggalian, sektor industri
pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan
komunikasi serta sektor jasa-jasa) menunjukkan angka pertumbuhan yang fluktuatif per
tahunnya.
Analisis shift–share dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran
serta peranan perekonomian di daerah. Model ini dipakai untuk mengamati struktur
perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pada pertumbuhan sektor di
daerah dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau
* Analis Ketahanan Pangan di Kementerian Pertanian; tulisan ini adalah analisis dan pendapat pribadi
tidak ada kaitannya dengan instritusi penulis.

nasional. Disamping itu, dapat digunakan untuk menganalisa pergeseran struktur
perekonomian daerah dalam hubungannya dengan peningkatan perekonomian daerah
yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang

lamban pertumbuhannya maka perekonomian daerah tersebut akan tumbuh dibawah
tingkat pertumbuhan perekonomian daerah diatasnya.
Dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu
perekonomian daerah ditentukan oleh tiga komponen :


Provincial share, dipakai untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran
struktur perekonomian suatu daerah dengan melihat nilai PDRB daerah
pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan
perekonomian daerah yang lebih tinggi (Nasional). Hasil perhitungan ini akan
menggambarkan besarnya peranan wilayah nasional yang mempengaruhi
pertumbuhan perekonomian suatu Provinsi. Jika pertumbuhan Provinsi sama
dengan pertumbuhan nasional maka peranannya terhadap nasional tetap.



Proportional (Industrial-Mix) Shift (Sp), adalah pertumbuhan Nilai Tambah
Bruto suatu sektor i dibandingkan total sektor di tingkat nasional.




Differential Shift (Sd), adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi di tingkat
Provinsi dengan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat nasional. Suatu
daerah dapat saja memiliki keunggulan dibandingkan daerah lainnya karena
lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat.

Menurut Glasson (1977), mengkaji lebih jauh bahwa kedua komponen shift (Sp dan
Sd) ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan
internal. Sp merupakan akibat pengaruh unsur-unsur eksternal yang bekerja secara
nasional (Provinsi), sedangkan Sd adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja
di dalam daerah yang bersangkutan. Apabila nilai Sd maupun Sp bernilai positif,
menunjukkan bahwa sektor yang bersangkutan dalam perekonomian di daerah
menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan. Sebaliknya bilai nilainya
negatif menunjukkan bahwa sektor tersebut dalam perekonomian masih memungkinkan
untuk diperbaiki dengan membandingkannya terhadap struktur perekonomian Provinsi.
Untuk sektor-sektor yang memiliki proportional shift (Sp) yang positif maka sektor
tersebut memiliki keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor yang sama di daerah
lain. Dan untuk sektor-sektor yang memiliki differential shift (Sd) positif berarti bahwa
sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila negatif maka tingkat pertumbuhan sektor

tersebut relatif lamban.

2

Data yang biasa dipergunakan untuk analisis shift-share adalah pendapatan per kapita
(Y/P), PDRB (Y) atau tenaga kerja (E). Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah
data PDRB (Y) dengan tahun pengamatan pada rentang tertentu dimana data yang
digunakan adalah data tahun 2007, 2011, dan mengestimasi Tahun 2016.

2. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah metode Shift-Share yang
merupakan analisis pergeseran antara sektor-sektor di Mandailing Natal. Data yang
digunakan data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Mandailing
Natal dan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Utara
bersumber dari BPS Kabupaten Mandailing Natal dan BPS Provinsi Sumatera Utara.

3. Hasil dan Pembahasan
Analisis Perubahan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Mandailing Natal dengan Metode Shift-Share (Juta Rp):
Tabel 1. Data Masa Lalu dan Proyeksi untuk Wilayah Nasional (dalam kasus ini

Sumatera Utara)
Sumatera Utara

2011
Er,i,t

Proyeksi
Sumatera
Utara**
2016
EN,i,t+m

949,132

37,977,501

34,917
77,276
5,056
269,567

367,263
83,604
43,038
332,724
2,162,577

1,494,851
31,378,082
1,208,403
12,595,821
32,844,985
19,458,627
16,726,515
18,954,674
172,639,460

Mandailing Natal

Sektor
2007*

EN,i,t-1

2011
EN,i,t

2007
Er,i,t-n

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, &
23,856,155
29,376,578
790,857
Perikanan
Pertambangan & Penggalian
1,229,050
1,494,851
29,151
Industri Pengolahan
23,615,200
26,548,662

68,274
Listrik, Gas & Air Bersih
739,918
943,754
3,533
Konstruksi
6,559,296
8,754,627
173,320
Perdagangan, Hotel & Restoran
18,386,279
23,693,426
286,047
Pengangkutan dan Komunikasi
9,076,562
12,676,427
64,790
Keuangan, Real Estat & Jasa Perush.
6,720,616
9,992,485

33,139
Jasa-Jasa
9,609,197
12,969,811
231,176
Jumlah
99,792,273 126,450,622 1,680,287
Sumber: BPS (2012), diolah
Keterangan: *
= angka perkiraan
**
= angka proyeksi 2016 dihitung berdasarkan rata-rata pertumbuhan
per sektor tahun 2007-2011

Berdasarkan proyeksi PDRB Sumatera Utara Tahun 2016 diketahui bahwa sektor
pertanian tetap mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap PDRB, yaitu sebesar
37,98 milyar, selanjutnya sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 32,85 Milyar,

3


Industri Pengolahan sebesar 31,38 milyar rupiah. Sedangkan sektor Listrik, Gas dan Air
Bersih merupakan penyumbang PDRB terendah dengan nilai sebesar minus 1,21 milyar
rupiah (tabel 1). Rendahnya sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor pertambangan
dan penggalian memiliki nilai lebih kecil dari dari sektor industri pengolahan karena
kedua sektor ini bukan merupakan sektor unggulan dan meskipun di Sumatera Utara
sektor pertambangan dan galian cukup menjanjikan, tetapi belum dikelola secara optimal
padahal kedua sektor ini sangat penting.
Dari table 1 terlihat bahwa terjadi perbedaan mencolok bila dilihat dari PDRB
antar sektor-sektor ekonomi, dimana di Kabupaten Mandailing Natal masih di dominasi
sektor pertanian. Kecilnya pengaruh sektor listrik, gas dan air minum akibat pengaruh
pertumbuhan yang cukup rendah bila dibandingkan dengan sektor pertanian, sehingga
terjadi kesenjangan antar sektor di Kabupaten Mandailing Natal.

a.

National Share (Provincial Share)
Komponen "national share" (N) adalah banyaknya pertambahan PDRB regional

seandainya proporsi perubahannnya sama dengan laju pertambahan nasional selama periode
studi. Hal ini dapat dipakai sebagai kriteria bagi daerah yang bersangkutan untuk mengukur

apakah daerah itu tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dari pertumbuhan nasional secara
rata-rata.
Tabel 2. Perhitungan National Share (Ns)
Sektor
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, &
Perikanan
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estat & Jasa Perush.
Jasa-Jasa
Jumlah
Sumber: BPS (2012), diolah

National
Share
(c) - (a)

Er,i,t-n

En,t / En,t-n

Er,i,t

(a)

(b)

(a) x (b)

790,857

1.2671

1,002,125

211,268

29,151
68,274
3,533
173,320
286,047
64,790
33,139
231,176
1,680,287

1.2671
1.2671
1.2671
1.2671
1.2671
1.2671
1.2671
1.2671
11.404

36,939
86,513
4,477
219,621
362,461
82,097
41,991
292,932
2,129,156

7,787
18,239
944
46,300
76,414
17,308
8,853
61,756
448,869

National Share Mandailing Natal antar sektor terjadi perbedaan yang cukup
signifikan, dimana sektor pertanian tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor lainnya,
berdasarkan data diatas sektor pertanian mengambil proporsi sebesar 47,07 persen, sektor
4

perdagangan, hotel dan restoran 17,02 persen, Jasa 13,76 persen dan konstruksi 10,31
persen. Sedangkan laju pertumbuhan yang paling lambat adalah sektor listrik, gas dan air
bersih sebesar 0,21 persen. Tingginya laju pertumbuhan Mandailing Natal pada sektor
pertanian terutama ditopang oleh subsektor tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
b.

Efek Bauran Industri (Industrial Mix/Proportional Shift)
Komponen "shift" adalah penyimpangan (deviation) dari "national share" dalam

pertumbuhan PDRB. Penyimpangan ini adalah positif di daerah-daerah yang tumbuh lebih
cepat dan negatif di daerah-daerah yang tumbuh lebih lambat/ merosot dibandingkan dengan
pertumbuhan PDRB secara nasional. Bagi setiap daerah, shift netto dapat dibagi menjadi
dua komponen :
"Proportional shift component" (P), kadang-kadang dikenal sebagai komponen
"struktural" atau "industrial mix", mengukur besarnya "shift" regional netto yang
diakibatkan oleh komposisi sektor/ jenis kegiatan di daerah yang bersangkutan. Komponen
ini adalah positif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara
nasional tumbuh dengan cepat, dan negatif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam
sektor-sektor yang secara nasional tumbuh dengan lambat atau bahkan sedang merosot.
Tabel 3. Perhitungan Proporsional Shift (P)
Sektor

Er,i,t-n
A

Pertanian, Peternakan, Kehutanan,
& Perikanan
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estat & Jasa
Perush.
Jasa-Jasa
Jumlah
Sumber: BPS (2012), diolah

En,i,t /
En,i,t-n
B

En,t / En,t-n

D

C

b-c

Proportional
Share
axd

790,857

1.2314

1.2671

(0.036)

(28,260.34)

29,151
68,274
3,533
173,320
286,047
64,790

1.2163
1.1242
1.2755
1.3347
1.2886
1.3966

1.2671
1.2671
1.2671
1.2671
1.2671
1.2671

(0.051)
(0.143)
0.008
0.068
0.022
0.129

(1,483.01)
(9,757.70)
29.49
11,708.08
6,152.51
8,388.47

33,139

1.4868

1.2671

0.220

7,280.62

231,176
1,680,287

1.3497
11.7039

1.2671
11.4042

0.083
0.300

19,092.92
13,151

Efek bauran industri (Industrial Mix) Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada
Tabel 3. Analisis ini dapat ditunjukkan apakah perekonomian di Kabupaten Mandailing
Natal terkonsentrasi pada sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat dibanding perekonomian
Provinsi Sumatera Utara. Dalam hal ini dapat dilihat bagaimana laju pertumbuhan pada
suatu sektor di Kabupaten Mandailing Natal dan juga laju pertumbuhan pada sektor yang

5

sama di Sumatera Utara. Nilai dari efek bauran industri Kabupaten Mandailing Natal adalah
sebesar 13,15 milyar rupiah. Besaran nilai ini menunjukkan bahwa distribusi industri atau
sektoral Provinsi Sumatera Utara menyebabkan naiknya nilai PDRB Kabupaten Mandailing
Natal sebesar 13,15 milyar rupiah.
Dari table diatas dapat dilihat bahwa kabupaten Mandailing Natal memiliki sektorsektor yang memiliki nilai negatif (berarti perekonomian Kabupaten Mandailing Natal
berspesialisasi pada sektor yang sama dan tumbuh lambat pada perekonomian Provinsi
Sumatera Utara), yaitu: sektor peranian, pertambangan & penggalian, dan industri
pengolahan

menunjukkan

bahwa

sektor

tersebut

dalam

perekonomian

masih

memungkinkan untuk diperbaiki dengan membandingkannya terhadap struktur
perekonomian Provinsi. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih; konstruksi;
perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan & komunikasi; keuangan, real estate dan
jasa perusahaan; dan jasa-jasa memiliki nilai Proportional shift positif (berarti
perekonomian Kabupaten Mandailing Natal berspesialisasi pada sektor yang sama yang
tumbuh cepat pada perekonomian Provinsi Sumatera Utara) maka sektor tersebut
memiliki keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor yang sama di daerah lain.
Sektor lainnya yang bernilai positif berarti laju pertumbuhan sektor tersebut lebih
tinggi dibandingkan laju pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara. Sektor
yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah sektor Jasa sebesar 19,09 milyar rupiah
Ini berarti distribusi industri atau sektoral di Sumatera Utara memberikan tambahan nilai
PDRB Kabupaten Mandailing Natal sebesar 19,09 milyar rupiah. Sektor pertanian dan
industri pengolahan merupakan sektor yang memberikan nilai minus terbesar. Kecilnya nilai
tersebut dikarenakan kecilnya nilai laju pertumbuhan sektor tersebut dengan pertumbuhan
PDRB Provinsi Sumatera Utara. Ini menyebabkan distribusi industri atau sektoral nasional
menyebabkan turunnya nilai PDRB Sumatera Utara sebesar 28,26 milyar rupiah.
c.

Regional Shift (Diferential Shift)
Efek persaingan digunakan untuk mengetahui bagaimana daya saing suatu sektor di

suatu daerah dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam
hal ini yang dibandingkan adalah efek persaingan Kabupaten Mandailing Natal dengan
Provinsi Sumatera Sumatera Utara. Nilai efek persaingan di Kabupaten Mandailing Natal
dapat dilihat pada tabel 4. Jika dilihat secara keseluruhan nilai efek persaingan Kabupaten
Mandailing Natal dengan perekonomian Provinsi Sumatera Utara bernilai sebesar 20,27

6

milyar rupiah. Hal ini menunjukkan perekonomian Kabupaten Mandailing Natal memiliki
daya saing yang lebih baik daripada perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Jika dilihat per
sektor, ada sektor yang bernilai positif dan bernilai negatif. Bila bernilai positif, menandakan
sektor tersebut di Kabupaten Mandailing Natal memiliki daya saing yang lebih tinggi
daripada sektor yang sama di Sumatera Utara.
Tabel 4. Perhitungan Differential Shift (D)
Sektor

Er,i,t-n
A

Pertanian, Peternakan, Kehutanan,
& Perikanan
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estat & Jasa
Perush.
Jasa-Jasa
Jumlah

Checking:

En,i,t /
En,i,t-n
B

Er,i,t-n

D

C

bxc

Differential
Shift
a-d

949,132

1.2314

790,857

973,865

(24,733)

34,917
77,276
5,056
269,567
367,263
83,604

1.2163
1.1242
1.2755
1.3347
1.2886
1.3966

29,151
68,274
3,533
173,320
286,047
64,790

35,456
76,755
4,507
231,329
368,614
90,486

(539)
521
549
38,238
(1,351)
(6,882)

43,038

1.4868

33,139

49,272

(6,234)

332,724
2,162,577

1.3497
11.7039

231,176
1,680,287

312,025
2,142,307

20,699
20,270

Total pertambahan PDRB Kabupaten Mandailing Natal=
(PDRB 2011 – PDRB 2007) =
Total National Share
Total Proportional Share
Total Differential Shift
Jumlah

482,290
448,869
13,151
20,270
482,290

Dari table diatas dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang memiliki nilai
Differential Shift positif (berarti bahwa terdapat sektor ekonomi Kabupaten Mandailing
Natal tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di tingkat Provinsi Sumatera
Utara) adalah adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum,
konstruksi, dan jasa yang berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan
mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Selain
itu sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan; perdagangan, hotel & restoran;
pengangkutan & komunikasi dan keuangan, real estate & jasa perusahaan memiliki nilai
negatif (berarti sektor tersebut tumbuh lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di
tingkat Provinsi Sumatera Utara). Berdasarkan nilai efek alokasi yang negatif berarti
sektor pertanian merupakan salah satu sektor penyumbang PDRB tetapi relatif kecil
sehingga tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban. Sektor perekonomian di
Mandailing Natal mempunyai alokasi PDRB yang baik untuk setiap sektor yang ada. Hal ini
7

terlihat dari nilai total efek alokasi yang bernilai positif, tetapi PDRB tersebut belum
terdistribusikan dengan baik di antara sektor-sektor perekonomian. Dilihat dari distribusi per
sektor ternyata sektor listrik, gas & air bersih, industri pengolahan, konstruksi dan jasa-jasa
memiliki nilai positif, hal ini menunjukkan di Kabupaten Mandailing Natal sektor ini
mempunyai daya saing yang lebih tinggi daripada sektor yang sama di Sumatera Utara.
Dari hasil perhitungan diatas berdasarkan analisis secara global, diketahui bahwa
seluruh sector PDRB di Kabupaten Mandailing Natal menyumbang tambahan PDRB di
Provinsi Sumatera Utara sebesar 93,1 persen. Mandailing Natal memiliki industri yang
dalam ukuran Sumatera Utara berkembang pesat, artinya industri ini menyumbang
tambahan PDRB sebesar 2,7 persen. Terdapat industri khusus yang memiliki keunggulan
komparatif di Mandailing Natal dibanding dengan Sumatera Utara dan menyumbang
tambahan PDRB sebesar 4,2 persen.

3.

Proyeksi PDRB Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016
a. National Share (Provincial Share)

Tabel 5. Proyeksi PDRB Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016
Sektor
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, &
Perikanan
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estat & Jasa
Perush.
Jasa-Jasa
Jumlah
Sumber: BPS (2012), diolah

Er,i,t

En,t+m / En,t

C

(a)

(b)

(a) x (b)

National
Share
(c) - (a)

949,132

1.3653

1,295,823

346,691

34,917
77,276
5,056
269,567
367,263
83,604

1.3653
1.3653
1.3653
1.3653
1.3653
1.3653

47,671
105,503
6,903
368,032
501,414
114,142

12,754
28,227
1,847
98,465
134,151
30,538

43,038

1.3653

58,759

15,721

332,724
2,162,577

1.3653
12.287

454,259
2,952,505

121,535
789,928

Proyeksi National Share Mandailing Natal tahun 2016 antar sektor terjadi perbedaan
yang cukup signifikan, dimana sektor pertanian tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan
sektor lainnya, berdasarkan data diatas sektor pertanian mengambil proporsi sebesar 43,89
persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 16,98 persen, Jasa 15,39 persen dan
konstruksi 12,98 persen. Sedangkan laju pertumbuhan yang paling lambat adalah sektor
listrik, gas dan air bersih sebesar 0,23 persen.

8

b.

Efek Bauran Industri (Industrial Mix/Proportional Shift)

Tabel 6. Proyeksi Proporsional Share
Sektor

Er,i,t
A

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, &
Perikanan
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estat & Jasa Perush.
Jasa-Jasa
Jumlah
Sumber: BPS (2012), diolah

En,i,t+m /
En,i,t
b

En,t+m /
En,t
c

D
b-c

Proportional
Share
axd

949,132

1.2928

1.3653

(0.0725)

(68,803)

34,917
77,276
5,056
269,567
367,263
83,604
43,038
332,724
2,162,577

1.0000
1.1819
1.2804
1.4388
1.3862
1.5350
1.6739
1.4614
12.2505

1.3653
1.3653
1.3653
1.3653
1.3653
1.3653
1.3653
1.3653
12.2874

(0.3653)
(0.1834)
(0.0848)
0.0735
0.0210
0.1698
0.3086
0.0962
(0.0369)

(12,754)
(14,170)
(429)
19,810
7,704
14,192
13,283
31,999
(9,166)

Proyeksi propporsional share (Efek bauran industri/Industrial Mix) Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 6. Nilai dari efek bauran industri
Kabupaten Mandailing Natal adalah sebesar -9,17 milyar rupiah. Besaran nilai ini
menunjukkan bahwa distribusi industri atau sektoral Provinsi Sumatera Utara menyebabkan
menurunnya nilai PDRB Kabupaten Mandailing Natal sebesar -9,17 milyar rupiah.
Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa kabupaten Mandailing Natal memiliki sektorsektor yang memiliki nilai negatif yaitu sektor peranian, pertambangan dan penggalian,
industri pengolahan, listrik, gas & air bersih menunjukkan bahwa sektor tersebut dalam
perekonomian masih memungkinkan untuk diperbaiki dengan membandingkannya
terhadap struktur perekonomian Provinsi. Sedangkan sektor konstruksi; perdagangan, hotel
dan restoran; pengangkutan & komunikasi; keuangan, real estate dan jasa perusahaan; dan
jasa-jasa memiliki nilai Proportional shift positif maka sektor tersebut memiliki
keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor yang sama di daerah lain.
Sektor lainnya yang bernilai positif berarti laju pertumbuhan sektor tersebut lebih
tinggi dibandingkan laju pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara. Sektor
yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah sektor Jasa sebesar 31,99 milyar rupiah
Ini berarti distribusi sektor ini di Sumatera Utara memberikan tambahan nilai PDRB
Kabupaten Mandailing Natal sebesar 31,99 milyar rupiah. Sektor pertanian dan industri
pengolahan merupakan sektor yang memberikan nilai negatif terbesar. Kecilnya nilai
tersebut dikarenakan kecilnya nilai laju pertumbuhan sektor tersebut dengan pertumbuhan

9

PDRB Provinsi Sumatera Utara. Ini menyebabkan distribusi industri atau sektoral nasional
menyebabkan turunnya nilai PDRB Sumatera Utara sebesar -68,80 milyar rupiah.
c.

Regional Shift (Diferential Shift)
Nilai efek persaingan di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel 7. Jika

dilihat secara keseluruhan proyeksi nilai efek persaingan Kabupaten Mandailing Natal tahun
2016 bernilai sebesar 3,18 milyar rupiah. Hal ini menunjukkan perekonomian Kabupaten
Mandailing Natal memiliki daya saing yang lebih baik. Jika dilihat per sektor, terdapat
sektor yang bernilai positif dan bernilai negatif. Bila bernilai positif, menunjukkan sektor
tersebut di Kabupaten Mandailing Natal memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada
sektor yang sama di Sumatera Utara.
Tabel. 7. Proyeksi Differential Shift (Differential Shift Masa Lalu x Indeks Perubahan
Nasional)
Differential
Shift Masa
Lalu
a

Sektor
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, &
Perikanan
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estat & Jasa Perush.
Jasa-Jasa
Jumlah
Sumber: BPS (2012), diolah

Indeks
Perubahan
B

Differential
Shift yang
Disesuaikan
axb

2,985

1.2928

3,858

13
137
20
113
483
153
22
(1,356)
2,569

1.0000
1.1819
1.2804
1.4388
1.3862
1.5350
1.6739
1.4614
12.2505

13
161
25
162
670
236
37
(1,982)
3,181

Tabel 8. Rekapitulasi Faktor Pengubah dalam Proyeksi PDRB Kabupaten Mandailing
Natal dari Tahun 2011 ke Tahun 2016
PDRB
2011
Sektor

National
Share
b

Proporsional
Share
C

Differential
Shift
D

949,132

346,691

(68,803)

3,858

1,230,879

34,917
77,276
5,056
269,567
367,263
83,604

12,754
28,227
1,847
98,465
134,151
30,538

(12,754)
(14,170)
(429)
19,810
7,704
14,192

13
161
25
162
670
236

34,930
91,495
6,499
388,005
509,788
128,570

43,038

15,721

13,283

37

72,078

332,724
2,162,577

121,535
789,928

31,999
(9,166)

(1,982)
3,181

484,276
2,946,520

Er,i,t
A

Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, & Perikanan
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estat & Jasa
Perush.
Jasa-Jasa
Jumlah
Sumber: BPS (2012), diolah

PDRB
2016

Perubahan karena Faktor

Er,i,t+m
a+b+c+d

10

Checking:

Total PDRB Kabupaten Mandailing Natal=
(PDRB 2016 - PDRB 2011) =
Total National Share
Total Proportional Share
Total Differential Shift
Total

783,943
789,928
(9,166)
3,181
783,943

Berdasarkan proyeksi PDRB Kabupaten Mandailing Natal tahun 2016 sektor
pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan menyumbang sebesar 1,23 trilyun rupiah
(41,77 persen), pertambangan & penggalian 34,9 milyar rupiah (1,19 persen), industri
pengolahan 91,5 milyar rupiah (3,11 persen), listrik, gas & air bersih 6,5 milyar rupiah (0,22
persen), konstruksi 388,0 milyar rupiah (13,17 persen), perdagangan, hotel & restoran 509,8
milyar rupiah (17,30 persen), pengangkutan dan komunikasi 128,6 milyar rupiah (41,77
persen), keuangan, real estate & jasa perusahaan 72,1 milyar rupiah (2,45 persen) dan jasa
484,3 milyar rupiah (16,44 persen).
Dari hasil perhitungan diatas berdasarkan analisis secara global, diketahui bahwa
sseluruh sector PDRB di Kabupaten Mandailing Natal menyumbang tambahan PDRB di
Provinsi Sumatera Utara sebesar 100,8 persen. Mandailing Natal tidak memiliki industri
yang dalam ukuran Sumatera Utara berkembang pesat sehingga proporsional share
bernilai negatif (-1,2 persen). Artinya industri ini menurunkan PDRB Sumatera Utara
sebesar -1,2 persen. Terdapat industri khusus yang memiliki keunggulan komparatif di
Mandailing Natal dibanding dengan Sumatera Utara dan menyumbang tambahan PDRB
sebesar 0,4 persen.
4. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari Analisis Perubahan Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB) Di Kabupaten Mandailing Natal Dengan Metode
Shift-Share sebagai berikut:
-

Periode tahun 2007 – 2011 beberapa sektor bernilai positif adalah sektor industri
pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, konstruksi, dan jasa. Selain itu
sektor pertanian, industri, bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan serta
jasa memiliki nilai negatif di kabupaten Mandailing Natal. Berdasarkan nilai efek
alokasi negatif berarti sektor pertanian merupakan salah satu sektor penyumbang
PDRB tetapi tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.

11

-

Seluruh sector PDRB di Kabupaten Mandailing Natal menyumbang tambahan
PDRB di Provinsi Sumatera Utara sebesar 93,1 persen. Industri menyumbang
tambahan PDRB sebesar 2,7 persen. dan terdapat industri khusus yang memiliki
keunggulan komparatif di Mandailing Natal dan menyumbang tambahan PDRB
sebesar 4,2 persen. Sedangkan berdasarkan proyeksi PDRB tahun 2016, PDRB
Kabupaten Mandailing Natal akan menyumbang PDRB Sumatera Utara sebesar
100,8 persen. Industri Mandailing Natal menurunkan PDRB Sumatera Utara
sebesar -1,2 persen dan terdapat industri khusus yang memiliki keunggulan
komparatif di Mandailing Natal dan menyumbang tambahan PDRB sebesar 0,4
persen.

-

Kesenjangan sektoral timbul karena kecepatan pertumbuhan antar sektor-sektor
ekonomi yang tidak proporsional yang mengakibatkan terjadinya pergeseran
kontribusi (share) sektoral. Berdasarkan analisis Shift-share, dapat dilihat bahwa
masih tingginya peranan sektor pertanian dibandingkan sektor- sektor ekonomi
lainnya (terutama sektor industri pengolahan) dalam perekonomian di Mandailing
Natal.

b. Saran
-

Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal perlu melakukan perbaikan kinerja
disektor unggulan (Listrik, Gas & Air Bersih, pengangkutan, hotel dan restoran)
yang berkembang relatif cepat tanpa melupakan sektor primer (pertanian,
perkebunan, peternakan dan perikanan) yang berjalan relatif lamban.

Daftar Pustaka
BPS, 2012. Mandailing Natal Dalam Angka 2012. BPS Kabupaten Mandailing Natal.
BPS, 2010. Mandailing Natal Dalam Angka 2010. BPS Kabupaten Mandailing Natal.
BPS, 2012. Statistik Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. BPS Provinsi Sumatera Utara.
Medan.
Glasson, J. 1974. An Introduction to Regional Planning. London: Hutchinson
Educational.
Tarigan, R. 2012. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta.

12

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63