Kerajaan Singosari and Kerajaan Majapahi

Kerajaan Singosari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Kerajaan ini beribu
kota di Tumapel yang terletak di kawasan bernama Kutaraja. Pada awalnya, Tumapel
hanyalah sebuah wilayah kabupaten yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Kediri dengan
bupati/akuwu bernama Tunggul Ametung. Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok yang
merupakan pengawalnya karena terpikat oleh kecantikan istri akuwu Tunggul Ametung yang
bernama Ken Dedes, dan Ken Arok ingin memperistri Ken Dedes. Ken Arok membunuh
Tunggul Ametung dengan sebilah keris buatan Mpu Gandring, dimana keris ini sebetulnya
belumlah sempurna, akan tetapi karena Ken Arok sudah tidak sabar untuk meminang Ken
Dedes maka direbutlah keris itu dari tangan Mpu Gandring, dan sang Mpu pun akhirnya
dibunuh menggunakan keris tersebut. Sebelum meninggal Mpu Gandring mengeluarkan
kutukan bahwa keris itu akan membunuhmu sampai tujuh turunan.
Keberadaan Kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak
ditemukan di Jawa Timur dari daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab sastra
peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang
menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab Pararaton yang juga
menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab Pararaton isinya sebagian besar
adalah mitos atau dongeng tetapi dari kitab Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja
dapat diketahui. Sebelum menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di
Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes
istri Tunggul Ametung. Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan

kerajaan Kediri yang diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum
Brahmana Kediri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M
/1144 C Ken Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada
pertempuran di desa Ganter. Ken Arok yang mengangkat dirinya sebagai raja Tumapel
bergelar
Sri
Rajasa
Sang
Amurwabhumi.
Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini. Versi pertama
adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu. Pararaton
menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan oleh Anusapati
(1247–1249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249–1250 M), yang diteruskan oleh
Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272 M). Terakhir adalah Kertanegara yang
memerintah sejak 1272 hingga 1292 M. Sementara pada versi Negarakertagama, raja pertama
Kerajaan Singasari adalah Rangga Rajasa Sang Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya
adalah Anusapati, yang dilanjutkan Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah
Kertanagara (1254–1292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula Malurung.
Berikut ini merupakan raja-raja dari Kerajaan Singosari :
 Ken Arok (1222 M - 1227 M)

Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja Singasari
yang pertama dengan gelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok
sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti
Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah
selama lima tahun (1222–1227 M). Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang
suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok), sebagai terusan kutukan dari Mpu Gandring.
Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.

 Anusapati (1227 M – 1248 M)
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan
Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak
melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung
ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjaya
(putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjaya mengetahui bahwa Anusapati gemar
menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan
Tohjaya) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan
aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjaya menyabut keris buatan Mpu Gandring yang
dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah
Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.
 Tohjaya (1248 M)

Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjaya.
Namun, Tohjaya memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang
bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa
Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjaya dan
kemudian menduduki singgasana.
 Ranggawuni (1248 M – 1268 M)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya
Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi
kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Ppemerintahan
Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun
1254 M Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai
yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan
Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardana meninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu
atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.
 Kertanegara (1268 M – 1292 M)
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita
untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri
Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang
mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan.
Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat

yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani.
Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiraraja.
Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain.
Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi
Pamalayu 1275 yang dipimpin oleh Adityawarman dan berhasil menguasai Kerajaan
Melayu. Hal ini ditandai dengan pengiriman Arca Amoghapasa ke Dharmasraya atas
perintah Raja Kertanegara.
Pasukan Kediri dari arah utara dipimpin oleh Jaran Guyang, Kertanegara mengutus
Raden Wijaya dan Ardharaja untuk melawan pasukan Jaran Guyang. Pasukan Jaran
Guyang pun berhasil dikalahkan. Sementara pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin
Patih Mahisa Mundarang dan berhasil masuk istana dan menemukan Kertanegara
berpesta pora dengan para pembesar istana. Kertanegara beserta pembesar-pembesar
istana tewas dalam serangan tersebut. Ardharaja(menantu Kertanegara, anak dari
Jayakatwang) berbalik memihak kepada ayahnya, sedangkan Raden Wijaya berhasil

menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan
bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat
pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah
yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk ditempati. Dengan gugurnya
Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya

kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang dianutnya, Kertanegara
kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di Candi Singasari. Arca
perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang berada di Taman
Simpang, Surabaya.
Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun. Ketika
Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan
masyarakatnya. Banyak daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada
pemerintahan Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian karena ia
larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial
masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf
kehidupan masyarakatnya. Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari
pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.
Politik Dalam Negeri:
1. Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih Raganata digantikan
oleh Aragani, dll.
2. Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat putra Jayakatwang
(Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya.
3. Memperkuat angkatan perang.
Politik Luar Negeri:
1. Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu serta melemahkan

posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
2. Menguasai Bali.
3. Menguasai Jawa Barat.
4. Menguasai Malaka dan Kalimantan.
Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung diantaranya candi
Kidal, candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan patung-patung yang ditemukan adalah
patung Ken Dedes sebagai Dewi Prajnaparamita lambang kesempurnaan ilmu, patung
Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolog, dan patung Amogaphasa juga merupakan
perwujudan Kertanegara (kedua patung Kertanegara baik patung Joko Dolog maupun
Amoghapasa menyatakan bahwa Kertanegara menganut agama Buddha beraliran
Tantrayana).
Sebagai sebuah kerajaan, perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung
singkat. Hal ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang
kental dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk
mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari mengalami
keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati
Gelang-Gelang(Kediri), yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari
Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya
Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat
Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.


Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit berhubungan dengan Kerajaan Singasari. Hal ini dibuktikan
dengan Pararaton, Nagarakretagama, dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya cucu
Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanagara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria
Wiraraja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan
diberi hak mendirikan desa Majapahit.
Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk
menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di
Kerajaan Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir
tentara Mongol keluar dari tanah Jawa.
Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan
Singhasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang
didirikan oleh Ken Arok.
Setelah Raja Kertanegara wafat dalam penyerangan Jayakatwang dari Kediri, maka
berakhir pula riwayat Kerajaan Singasari. Raja Kertanegara beserta semua pembesar istana
tewas dalam penyerangan tersebut. Sementara itu, Raden Wijaya(menantu Kertanegara)
berhasil melarikan diri dan meminta perlindungan kepada Aria Wiraraja(Adipati Sumenep) di
Madura. Atas bantuan Arya Wiraraja pulalah Raden Wijaya bisa diampuni oleh Jayakatwang
dan kemudian menjadi orang kepercayaan raja Kediri tersebut. Atas bantuan Arya Wiraraja

pulalah Raden Wijaya dihadiahi Hutan Tarik oleh Jayakatwang. Raden Wijaya beserta
pengikutnya yang setia membuka hutan Tarik(wilayah Trowulan, Mojokerto) untuk dihuni.
Disinilah asal mula berdirinya Majapahit. Kata Majapahit sendiri diambil dari buah Maja
yang rasanya pahit. Karena hutan Tarik banyak sekali buah Maja.
Pada tahun 1293 pasukan Kubilai Khan dari Cina datang dengan tujuan untuk
menghancurkan Kerajaan Singasari. Mereka tidak mengetahui bahwa Singasari telah hancur.
Hal ini dimanfaatkan oleh Raden Wijava untuk membalas dendam kepada Raja
Jayakatwang.Dengan siasat dari Aria Wiraraja, dikatakanlah bahwa Raja Jawa itu adalah
Jayakatwang, maka bergabunglah pasukan Raden Wijaya dengan pasukan mongol untuk
membalas dendam kepada Jayakatwang. Dalam waktu singkat, Kerajaan Kediri hancur dan
Raja Jayakatwang terbunuh. Pasukan Kubilai Khan kembali ke pelabuhan, namun di tengah
perjalanan pasukan Raden Wijaya dengan bantuan pasukan Singasari dari Sumatera dan
tambahan bala tentara dari Kadipaten Sumenep menyerang pasukan tersebut. Pasukan
Kubilai Khan segera pergi dari tanah Jawa dan Raden Wijaya menjadi raja dengan gelar
Kertarajasa Jayawardhana. Menurut kidung Harsa Wijaya penobatannya itu terjadi pada
tanggal 15 bulan Karttika (ri purneng karttikamasa pancadasi) tahun 1215 saka (12 Nopember
1293 M). Raden Wijaya mempunyai 4 orang istri :
1. Dyah Sri Tribuaneswari (karena sebagai putri sulung maka menjadi permaisuri)
dikaruniai seorang anak laki-laki yang kemudian sebagai putra mahkota bernama
“Jayanegara”).

2. Dyah Dewi Narendraduhita (tidak mempunyai putra)
3. Dyah Dewi Prajna Paramita (tidak mempunyai putra)
4. Dyah Putri Gayatri (sebagai putri bungsu dijadikan Rajapatni) dikaruniai 2 orang putri
bernama “Tribuanatungga Dewi Jaya Wisnuwardhani (memjadi Bhre Kahuripan) dan
Rajadewi Maharajasa (menjadi Bhre Daha)

Semasa berkuasa Raden Wijaya memerintah dengan bijaksana. Semua yang berjasa
dalam berdirinya Majapahit diberi imbalan. Arya Wiraraja diberi kekuasaan di wilayah timur.
Ronggolawe(anak dari Aria Wiraraja) diberi jabatan sebagai Adipati Tuban. Sementara itu
Nambi diangkat sebagai mahapatih. Lembu Sora dan Gajah Biru diangkat sebagai panglima
perang. Sayang, pengangkatan Nambi sebagai mahapatih ternyata menimbulkan
kecemburuan pada diri Ronggolawe. Dia merasa bahwa seharusnya Lembu Soralah yang
diangkat menjadi mahapatih karena Nambi dinilai tidak besar jasanya terhadap berdirinya
Majapahit. Akhirnya Ronggolawe pun memberontak terhadap Kertarajasa. Raja Kertarajasa
memerintahkan Nambi didampingi Lembu Sora dan Kebo Anabrang untuk menumpas
pemberontakan Ronggolawe. Pada pertempuran di sungai Tambak Beras, Kebo Anabrang
berhasil membunuh Ronggolawe secara kejam. Melihat keponakannya dibunuh secara kejam
oleh Kebo Anabrang, Lembu Sorapun akhirnya membunuh Kebo Anabrang.
Putra dan penerus Wijaya adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet,
yang berarti "penjahat lemah". Kepemimpinan Jayanegara kurang bijaksana dan kurang

berwibawa. Pada masa pemerintahannya banyak ditandai oleh pemberontakanpemberontakan, semua yang berjasa mengantarkan Raden Wijaya menjadi raja Majapahit
merasa tidak puas dengan pemerintahan Jayanegara dan akhirnya memberontak antara lain :
pemberontakan Lembu Sora, pemberontakan Juru Demung dan Gajah Biru, pemberontakan
Nambi, pemberontakan Ra Kuti dan Ra Semi. Pemberontakan terakhir merupakan
pemberontakan yang paling besar dan berbahaya, pasukan Ra Kuti berhasil menguasai
ibukota kerajaan sehingga Raja Jayanegara terpaksa melarikan diri ke Bedonder. Atas usaha
pasukan Bhayangkari pimpinan Gajah Mada pemberontakan Ra Kuti dapat dipadamkan.
Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Ra Tanca. Ra Tanca sendiri akhirnya
tewas ditangan Gajah Mada saat itu juga.
Jayanegara tidak mempunyai keturunan, oleh karena itu Ibu tirinya yaitu Gayatri
Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri
dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana
Tunggadewi Jayawisnuwardhani untuk menjadi ratu Majapahit. Tribhuwana memerintah
dibantu dengan suaminya yaitu Kertawardhana. Pada saat pemerintahannya terjadi
pemberontakan Sadeng dan Keta, pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada.
Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih menggantikan Mpu
Nala, pada saat pelantikannya Gajah Mada bersumpah tidak makan Palapa sebelum wilayah
Nusantara bersatu. Sumpahnya itu dikenal dengan Sumpah Palapa, adapun isi dari amukti
palapa adalah sebagai berikut :”Lamun luwas kalah nusantara isum amakti palapa, lamun
kalah ring Gurun, ring Seram, ring Sunda, ring Palembang, ring Tumasik, samana sun amukti

palapa” yang artinya “Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa.
Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”. Kemudian Gajah
Mada melakukan penaklukan-penaklukan yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan
kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan.
Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar
dan terkenal di kepulauan Nusantara. Karena pada tahun 1350 Rajapatni Dyah Dewi Gayatri
meninggal, maka Tribuana Tungga Dewi terpaksa turun tahta dan digantikan oleh putranya
yaitu Hayam Wuruk. Menurut Pararaton, Tribhuwana Tunggadewi didharmakan dalam Candi
Pantarapura yang terletak di desa Panggih. Sedangkan suaminya, yaitu Kertawardhana Bhre

Tumapel meninggal tahun 1386, dan didharmakan di Candi Sarwa Jayapurwa, yang terletak
di desa Japan.
Hayam Wuruk adalah raja keempat Kerajaan Majapahit yang memerintah tahun 13511389, bergelar Maharaja Sri Rajasanagara. Hayam Wuruk naik tahta pada usia yang sangat
muda yaitu 16 tahun dan bergelar Rajasanegara. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang
didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai keemasannya. Dari Kitab
Negarakertagama dapat diketahui bahwa daerah kekuasaan pada masa pemerintahan Hayam
Wuruk, hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh
kerajaan Majapahit sampai ke negara-negara tetangga. Satu-satunya daerah yang tidak tunduk
kepada kekuasaaan Majapahit adalah kerajaan Sunda yang saat itu dibawah kekuasaan Sri
Baduga Maharaja. Hayam Wuruk bermaksud mengambil putri Sunda untuk dijadikan
permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta ayahnya Sri Baduga Maharaja
bersama para pembesar Sunda berada di Bubat, Gajah Mada melakukan tipu muslihat, Gajah
Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk dengan putri Sunda dilangsungkan begitu saja. Ia
menghendaki agar putri Sunda dipersembahkan kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka
terjadilah perselisihan paham dan akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua
belah pihak, Sri Baduga gugur, putri Sunda bunuh diri. Tahun 1364 Gajah Mada meninggal,
Kerajaan Majapahit kehilangan seorang mahapatih yang tak ada duanya. Untuk memilih
penggantinya bukan suatu pekerjaan yang mudah. Dewan Saptaprabu yang sudah beberapa
kali mengadakan sidang untuk memilih pengganti Gajah Mada akhirnya memutuskan bahwa
Patih Hamungkubhumi Gajah Mada tidak akan diganti “untuk mengisi kekosongan dalam
pelaksanaan pemerintahan diangkat Mpu Tandi sebagai Wridhamantri, Mpu Nala sebagai
menteri Amancanegara dan patih dami sebagai Yuamentri. Raja Hayam Wuruk meninggal
pada tahun 1389.
Pengganti Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani. Namun dalam
prakteknya sang suami Wikramawardhanalah yang menjalankan roda pemerintahan.
Sedangkan Bhre Wirabhumi anak Hayam Wuruk dari selir, karena Bhre Wirabhumi (Putri
Hayam Wuruk) dari selir maka ia tidak berhak menduduki tahta kerajaan walaupun demikian
ia masih diberi kekuasaan untuk memerintah di Bagian Timur Majapahit , yaitu daerah
Blambangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi
disebut perang Paregreg. Wikramawardhana meninggal tahun 1429, pemerintahan raja-raja
berikutnya berturut-turut adalah Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana, Purwawisesa dan
Brawijaya V, yang tidak luput ditandai perebutan kekuasaan.
Pada tahun 1526 Majapahit menemui kehancurannya setelah diserbu oleh pasukan
Islam dari Demak. Sejarah runtuhnya Kerajaan Majapahit ditandai dengan Candra Sengkala
"Sirna Ilang Kertaning Bhumi".

Silsilah Dinasti Rajasa (Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit)

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

The correlation intelligence quatient (IQ) and studenst achievement in learning english : a correlational study on tenth grade of man 19 jakarta

0 57 61

An analysis of moral values through the rewards and punishments on the script of The chronicles of Narnia : The Lion, the witch, and the wardrobe

1 59 47

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22