I PTEK MENURUT PANDANGAN ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IPTEK DALAM ISLAM

Disusun oleh:
Kelompok 1
 Ahmad Ghulam Ibadullah
 Aldi Yanto
 Ananta Rizky Prawira
 Aqidatul Izzah
I SIPIL 3
D3 KONTRUKSI SIPIL
TEKNIK SIPIL

A. Latar Belakang
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan
berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan

yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua,
menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang
seharusnya

yang

digunakan

umat

Islam,

bukan

standar

manfaat


(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halalharam (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika
telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah
diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun
ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh
perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai
penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh

perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya
hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif
yang diakibatkanya.
Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah
SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan
menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW:
“menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan
perempuan”. Ilmu adalah kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.

B. Pengertian Ilmu Pengetahuan, Ilmu Teknologi dan Seni
Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu

pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui
proses yang disebut metode ilmiah (scientific method). Sedang teknologi adalah
pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah
dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.
Seni memiliki berbagai macam pengertian, berikut penjelasan seni menurut
berbagai macam sumber:
- Seni ialah: Penciptaan dari segala macam hal atau benda yang karena keindahan
bentuknya orang senang melihatnya atau mendengarnya.

- Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni adalah: Penjelmaan rasa
indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat
komunikasi kedalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra pendengar (seni
suara), penglihatan (seni lukis) atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni
tari, drama.
- Seni adalah: satu kalimat terkait yang menunjukkan makna luas. Seni yang
indah mempunyai beberapa macam ma`na, diantaranya; melukis, menggambar,
dan musik. Ada juga yang berma`na sesuatu yang biasa dilakukan oleh manusia
seperti seni bertanam, berdagang, dongeng, memasak dan pengetahuan. Oleh
karena banyaknya perbedaan tentang makna tersebut maka ia mempunyai satu

arti atau satu makna dasar yaitu (‫ ) الحذق‬yang berarti : mahir, cakap dan ulet.
Atau kemampuan yang diperoleh seseorang melalui cara pentadaburan dan
angan-angan.
- Adapun seni itu mempunyai dua arti : umum dan khusus, umum ialah :
mencakup suatu perbuatan atau tingkah laku manusia yang tersusun dengan rapi
dan dimaksudkan pada tujuan-tujuan tertentu, baik berupa kecakapan, keuletan
dan kepandaian. Adapun makna khusus ialah : setiap perbuatan yang timbul dan
ditujukan pada kemunculan hal-hal yang indah baik berupa ; gambar, suara,
gerakan dan perkataan.
Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah

Islam) wajib dijadikan tolak ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga
bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah
Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan
syariah Islam.
Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada
Allah. Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di AlQur’an dan Al-Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan
sungguh-sungguh perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim

ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu
tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi),
sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah
(ilmu

bagi

waris

atau

ilmu

faroidh

yang

adil)

Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “ mencari ilmu itu wajib bagi setiap

muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan
menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.”(HR. Ibnu Majah dan lainya)
Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri cina”.
Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini
rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu
haru tetap dikejar.

Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut
trlebih dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal
diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih.
Apabila kedua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya,
misalnya ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lainya.
Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih
mengutamakan ilmu-ilmu umum dari pada ilmu agama. Maka anak menjadi orang
yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini
orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya
mempelajari ilmu-ilmu umum.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama
adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang
lain.”(HR. Ibnu Majah).

Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu
kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama
dianding sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu
agama, berarti menenan amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang manfaatnya
bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang
lain.

C. Keutamaan Orang yang Beriman dan Berilmu
Manusia mahluk ciptaan tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaan manusia
karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling utama dalam diri manusia
adalah akal. Akal berfungsi untuk berfikir dan hasil pemukiran itu adalah ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan
ketakwaan akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia
termasuk bagi lingkungannya. Berkenaan dengan keutamaan orang-orang berilmu, Al
Ghazali mengatakan :“ barang siapa berilmu, membimbing manusia dan
memanfaatkan ilmu bagi orang lain bagaikan matahari selain menerangi dirinya juga
menerangi orang lain, dia bagaikan minyak kasturi yang harum dan menyebarkan
keharumaannya dengan orang yang berpapasan dengannya “.
Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah
dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia

dan terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di
sisi Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm”
(Al Imran : 7), “Ulul al-Ilmi” (Al Imran : 18), “Ulul al-Bab” (Al Imran : 190), “alBasir” dan “as-Sami' “ (Hud : 24), “al-A'limun” (al-A'nkabut : 43), “al-Ulama”
(Fatir : 28), “al-Ahya' “ (Fatir : 35) dan berbagai nama baik dan gelar mulia lain.
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak

disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Dalam ayat ini ditegaskan
pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat istimewa di sisi Allah SWT .
Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan
Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang
menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya orangorang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keteranganketerangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia
dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk)
yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159) Rasulullah saw juga bersabda: "Barang
siapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari
kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau.
Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa
hadits ini sahih). Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar

ilmu yang ia peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau
mengamalkan pengetahuannya untuk hal-hal yang bermanfaat. Qs Al Mujadalah ayat
11: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

D. Tanggung Jawab Ilmuwan dan Seniman
Manusia, sebagaimana makhluk lainnya, memiliki ketergantungan terhadap
alam. Namun, di sisi lain, manusia justru suka merusak alam. Bahkan tak cukup
merusak, juga menghancurkan hingga tak bersisa.

Tiap sebentar kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan baru yang
timbul pada sumber air, gunung atau laut. Para ilmuwan mengumumkan ancaman
meluasnya padang pasir, semakin berkurangnya hutan, berkurangnya cadangan air
minum, menipisnya sumber energi alam, dan semakin punahnya berbagai jenis
tumbuhan dan hewan.
Sayangnya, meski nyata terasa dampak akibat kerusakan tersebut, sebagian
besar manusia sulit menyadarinya. Mereka berdalih apa yang mereka lakukan adalah
demi kepentingan masa depan. Padahal yang terjadi justru sebaliknya; tragedi masa
depan itu sedang berjalan di depan kita. Dan, kitalah sesungguhnya yang menjadi
biang kerok dari tragedi masa depan tersebut.

Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan
kerusakan
Allah

di
SWT

bumi.

Namun,

manusia

menggambarkan

mengingkari

situasi

ini


peringatan
dalam

tersebut.
Al-Qur’an:

“Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi’, mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan.” (QS Al-Baqarah:11)
Allah SWT juga mengingatkan manusia: “Telah tampak kerusakan di darat dan
di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)’. Katakanlah, ‘Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah).’’ (QS Ar-ruum: 41-42)

Pada masa sekarang pendidikan lingkungan menjadi mutlak diperlukan.
Tujuannya mengajarkan kepada masyarakat untuk menjaga jangan sampai berbagai
unsur lingkungan menjadi hancur, tercemar, atau rusak.
Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dan sebagai ilmuwan harus bisa
melestarikan alam. Mungkin bisa dengan cara mengembangkan teknlogi ramah
lingkungan, teknologi daur ulang, dan harus bisa memanfaatkan sumber daya alam
dengan bijak.

E. Kewajiban Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan hal yang paling wajib yang dilakukan manusia untuk
memperluas wawasan sehingga derajat kita pun bisa terangkat. Menuntut ilmu
merupakan ibadah sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW “Menuntut Ilmu
diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan”. Maka itu baik orang yang
berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan wajib menuntut ilmu. Selain itu ayat
alquran tentang menuntut ilmu juga termasuk dengan jelas, sehingga jangan ada
keraguan lagi untuk menuntut ilmu, berikut beberapa ayat tersebut:


Qs Ali Imraan ayat 18:
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali Imraan : 18]

Qs Thaaha ayat 114



“Dan katakanlah (wahai Nabi Muhammad) tambahkanlah ilmu kepadaku.” [Thaaha :
114]


Qs Az Zumar ayat 9
“Katakanlah, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak
tahu.” [Az Zumar : 9]
Adapun salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya,
dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Yang membahas menuntut ilmu,
sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barang siapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu
maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum
disalah satu masjid diantara masjid-masjid Allah, mereka membaca Kitabullah serta
saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat
serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para
malaikat.

F. Integrasi Iman Iptek dan Akal
Dalam pandangan Islam, antara agama, Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
terdapat hubungan yg harmonis dan dinamis yg terintegrasi dlm suatu sistem yg
disebut dinul Islam.Didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah,syariah
dan akhlak (iman, ilmu & amal shalih).

Islam merupakan ajaran yang sempurna, kesempurnaannya terkandung dalam
inti ajarannya. Ada 3 inti ajaran Islam yaitu Iman, Islam dan Ikhsan, ketiga inti ajaran
itu disebut Dinul Islam. Sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an yang artinya
“Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg baik
(Dinul Islam) seperti sebatang pohon yg baik, akarnya kokoh (menghujam ke bumi)
dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim
dg seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan – perumpamaan itu agar manusia
selalu ingat (QS>14;24-25).
Ayat diatas mengindentikkan bahwa Iman adalah akar, ilmu adalah pohon yg
mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat
buah dari pohon itu identik dengan teknologi dan seni. Ipteks dikembangkan diatas
nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh bukan kerusakan alam.

G. Kesimpulan
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada
2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu
pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek.
Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya
dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek.

Untuk itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk
perkembangan iptek dan seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang ada.
Yaitu dengan cara mencari ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang teguh pada
syari’at Islam.