PERKEMBANGAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM DARUL HIKMAH DI JATILUHUR BEKASI 1997.2010

(1)

PERKEMBANGAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM

DARUL HIKMAH DI JATILUHUR BEKASI 1997-2010

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum.)

Oleh:

KHOIRUNNISA

NIM: 1110022000040

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H./2015 M.


(2)

LEMBARAN PERNYATAAN

Dengan ini Saya Menyatakan Bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli dari saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana jenjang Strata Satu (S1) di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber yang saya gunakan dalam ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 November 2014


(3)

PERKEMBANGAN YAYASAN

PERGURUAN

ISLAM

DARUL

HIKMAH

DI JATILUHUR BEKASI

1997.2010

Skripsi

Diaj ukan kepoda Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sa{ana Humaniora (S.Hum.)

Oleh KEOIRUNI\tISA

NIM:111fi)22fiXM0

Drs. H. M. Ma'ruf Misbah- M.A.

MP:

195912221991031003

JURUSAN SEJARAH IIAN KEBTIDAYAAITT

ISII\M

FAKI'LTAS ADAB DAN ETJMANIORA

T]NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATTILLAE

JAKARTA 1436 H./2015 M.


(4)

l\,-PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PERKEMBANGAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM

DARUL HIKMAH DI JATILUHUR BEKASI 1997-2010 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2 Januari 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) pada progmm studi Sejarah dan

Kebudayaan Islam.

Jakarta 2 Januari 2015

SIDANG MUNAQASYAH

Anggota Penguji

I

flr;r

Dr. Perlindung:an Siregar. MA

NIP: l95901 15 199403 1 002

Drs. H. M. Ma'ruf Misbah. MA NIP: 19591222 199103 1003

Pensuii

II

t

,;

'l

<$w

Iha. Tati Hartimall MA

NIP: 19550731 198903 2 001

|


(5)

i ABSTRAK

Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah (YAPIDH) dirintis sejak tahun 1983 dipimpin H. Muhammad Sidik, berawal dari tanah wakaf seluas 5.000 m2, didirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs). Kedua jenjang lembaga pendidikan ini menggunakan kurikulum Departeman Agama (Depag). Lalu pada tahun 1997/1998 YAPIDH berkembang menjadi sekolah Islam Terpadu yang memadukan kurikulum agama (Materi dari Timur Tengah) dengan Kemendikbud (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia), hal itu terjadi karena tuntutan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Studi ini menjelaskan aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan YAPIDH dalam hal pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat yang tadinya tidak kenal menjadi kenal tentang YAPIDH, melalui sumber tertulis, wawancara, dan survei langsung. Dengan masalah di atas studi ini melihat masalahnya dengan menggunakan metode historis dengan pendekatan sosiologi.

Temuan studi ini adalah bahwa YAPIDH sudah memberikan kontribusi positif bagi kemajuan masyarakat, yang dapat diketahui dari adanya sarana dan prasarana pendidikan mulai dari tingkat TKIT sampai Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) dengan berbagai alumninya yang sudah berperan di masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya dakwah, pendidikan, ekonomi, sosial, dan tokoh masyarakat.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala kebesaran dan karunia-Nya yang telah menciptakan bumi dan alam semesta beserta seluruh isinya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita para pengikutnya sampai akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “Perkembangan Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah di Jatiluhur Bekasi 1997-2010” ditulis dalam konteks untuk menyelesaikan studi Strata (S1) pada Fakultas Adab dan Humaniora, Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam menyelesaikan Skripsi ini, tentunya banyak mendapatkan hambatan dan tantangan. Namun, berkat usaha dan bantuan serta kerja sama yang penulis dapatkan dari berbagai pihak, baik itu dukungan materil, maupun non materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis berterima kasih kepada mereka yang telah membantu, membimbing dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. H. Nurhasan MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sholikatus Sa’diyah, M.Pd, selaku Sekertaris Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, yang selalu memberikan pelayanan kepada mahasiswanya dengan baik.

3. Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan kepada penulis.

4. Dr. Saidun Derani, MA, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta masukan-masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi, terutama kesediaan waktunya dalam membimbing. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(7)

iii

5. Dr. Perlindungan Siregar, MA, dan Dra. Tati Hartimah, MA, selaku penguji skripsi yang telah memberikan masukan demi layaknya skripsi penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang selalu memberikan bimbingan dan pelajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Orang tua tercinta; ayahanda H. Supandi dan ibunda Hj. Alawiyah yang telah mengasuh, membimbing dengan sabar dan penuh kasih sayang, serta senantiasa memberikan semangat dan mendoakan. Begitu juga Aa Abd. Fahmi, Ade Dini Nur Amaliyah, Ade Hasanah Nur Fitri, dan Ade Ahmad Fauzan Kamali.

8. Kepada Bpk H. Muhammad Sidik selaku ketua umum Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah, Bpk Dadi Kusdiman, S.Pd. selaku Koordinator humas yang telah memberikan izin penelitian, para ustazah serta guru-guru yang telah menerima kehadiran penulis dengan hati yang tulus dan ikhlas, dan menyediakan ruang waktunya selama proses penulisan skripsi, serta ucapan terimakasih kepada semua keluarga besar pengurus harian Yayasan.

9. Teman-teman SKI seperjuangan angkatan 2010. Yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu, yang selama ini telah bersama-sama memberikan kenangan terindah yang tidak akan terlupakan oleh penulis. Semoga kebaikan-kebaikan yeng telah mereka berikan dapat bermanfaat dan mendapatkan balasan serta limpahan dari Allah swt.

10. Seluruh dosen fakultas Adab dan Humaniora, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis.


(8)

iv

Semoga semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, mendapatkan balasan dari Allah SWT. Dan penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi lebih baiknya skripsi ini. Sebagai akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Jakarta, 04 November 2014


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...

i

KATA PENGANTAR ...

ii

DAFTAR ISI ...

v

DAFTAR TABEL ...

vii

DAFTAR LAMPIRAN ...

viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Batasan Masalah... 5

3. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

D. Studi Pendahuluan ... 6

E. Metode Penelitian... 8

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II DESKRIPSI KELURAHAN JATILUHUR BEKASI A. Letak Geografis ... 13

B. Kondisi Ekonomi dan Keagamaan ... 16

C. Kondisi Pendidikan Islam ... 20

BAB III PERKEMBANGAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM DARUL HIKMAH A. Sejarah Berdirinya Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah... 27

1. Struktur Organisasi ... 32


(10)

vi

3. Sistem Pendidikan ... 35

B. Tokoh Pendiri Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah ... 41

C. Visi, Misi Dan Tujuan Berdirinya Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah ... 44

BAB IV AKTIVITAS YAYASAN PERGURUAN ISLAM DARUL HIKMAH A. Bidang Pendidikan Islam ... 47

B. Bidang Dakwah ... 51

C. Bidang Sosial Keagamaan... 58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Saran-saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(11)

vii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Data penduduk Kelurahan Jatiluhur berdasarkan agama…………. 19 2. Tabel 2 Data siswa/siswi, guru, dan karyawan YAPIDH tahun 2013-2014 22 3. Tabel 3 Data Perkembangan Siswa/siswi Yayasan Perguruan Islam Darul

Hikmah (YAPIDH) setelah menjadi Sekolah Islam Terpadu Tahun

1997-2010 ……… 30

4. Tabel 4 Data Pengajar Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah (YAPIDH) setelah menjadi Sekolah Islam Terpadu Tahun 1997-2010……….. 31 5. Tabel 5 Data Mahasiswa/I, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Tahun

2003-2010……… 32

6. Tabel 6 Kegiatan Siswa/i Boarding (Mukim) di YAPIDH……….. 37 7. Tabel 7 Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada di YAPIDH……….. 40


(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian ( Fakultas Adab dan Humaniora, Kel. Jatiluhur, Kec. Jatiasih, Kesbangpol, Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah)

2. Data-data tertulis dari kantor Kel. Jatiluhur (Monografi, Laporan Bulanan, dan Laporan Kependudukan)

3. Data tertulis dari Yayasan ( Susunan Kepengurusan Yayasan, Struktur Kepesantrenan, Data siswa yang sudah menghafal Al-Qur’an 30 Juz, Program Jadwal Pelajaran Pesantren, Brosur, Program Jadwal Sekolah, Data Pengajar, dan Prestasi, Program pengajaran Al-Qur’an dan

pembimbing LTQ YAPIDH Eksternal, Akses masji, nama Da’i dan Da’iah)

4. Surat Pernyataan telah melaksanakan wawancara sekaligus daftar pertanyaan dan jawaban dari Narasumber


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam Sejarah, pondok pesantren di Indonesia terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Para ulama selalu menjadikan pesantren sebagai tempat kajian-kajian ilmu pengetahuan Islam yang menghasilkan generasi-generasi yang islami dan mampu mengadapi perubahan sosial.1 Melalui dakwah yang mereka lakukan maka Islam menjadi agama yang banyak dianut rakyat Indonesia.2 Demikianlah, begitu penting peran Ulama dalam membentuk dan memwarnai kehidupan masyarakat Indonesia.

Dalam hubungan ini, Hasbullah dalam bukunya “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia”,3 menerangkan bahwa pesantren adalah sebagai “bapak” dari pendidikan Islam di Indonesia, dimana didirikannya atas dasar kesadaran kewajiban dakwah islamiah yaitu menyebar dan mengembangkan Islam sekaligus melahirkan kader ulama. Hal yang sama juga dikatakan Azyumardi Azra dalam bukunya “Jaringan Ulama”,4 bahwa proses sejarah yang terjadi dalam perjalanan Islam di Nusantara hubungannya dengan perkembangan Islam di Timur Tengah

1Mohammad Said dan Junimar Affan, Mendidik dari Zaman ke zaman (Bandung: Jemmars, 1987), hal. 7.

2Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 penduduk Indonesia yang beragama Islam tercatat sebanyak 207.176.162 jiwa. Lihat.

http://www.dokumenpemudatqn.com/2013/07/persentase-jumlah-umat-islam-berbagai.html (akses 30 September 2014)

3Habullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: LSIK, 1996), hal. 138.

4Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara, Abad ke XVII dan XVIII (Jakarta: Mizan 1998), hal. 44.


(14)

2

sejak awal penyebarannya selalu dimulai dengan mendirikan lembaga pendidikan, salah satunya adalah lembaga pendidikan pondok pesantren.

Dalam konteks ini, secara sosiologis ditemukan bahwa pertumbuhan dan perkembangan pondok pesantren mengalami pasang surut terkadang mengalami perkembangan yang sangat maju dan bahkan ada yang sampai tutup (bubar), ini artinya bahwa kedudukan pemimpin nampaknya memiliki peranan penting atas pasang surutnya sebuah pondok pesantren. Menurut Nurcholish Madjid dalam

bukunya “Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan”5 mengemukakan beberapa kriteria yang dijadikan tolak ukur bagi seorang pemimpin pesantren,

Pertama, karisma. Pola kepemimpinan karismatik sudah cukup menunjukkan segi

tidak demokratisnya, sebab tidak rasional. Kedua, personal. Karena kepemimpinan kiyai adalah karismatik maka dengan sendirinya juga bersifat pribadi atau personal. Ketiga, relegio-feodalisme. Seorang kiyai selain menjadi pimpinan agama sekaligus merupakan traditional mobility dalam masyarakat feodal. Keempat, kecakapan teknis. Karena dasar kepemimpinan dalam pesantren adalah seperti di atas, maka dengan sendirinya faktor kecakapan teknis menjadi tidak begitu penting. Kekurangan inilah yang menjadikan salah satu penyebab pokok tertinggalnya pesantren dan akhirnya tutup.

Dalam perkembangannya walaupun lembaga pondok sudah memakai sistem klasikal, tetapi pada umumnya mereka masih mempertahankan cara belajar

5Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1992), cet. ke-1, hal. 95-96.


(15)

3

sorogan6 dan bandongan.7 Adapun dari aspek sebutan, lembaga pondok kalau di aceh disebut dengan Meunasah, Surau di Minangkabau, Pondok Pesantren di Jawa, dan Rangkang di Sulawesi.8

Sejalan dengan pemikiran di atas menurut Abudin Nata, guru besar pendidikan Islam UIN Jakarta, bahwa pendidikan Islam baik itu secara kelembagaan maupun pemikiran harus di modernisasikan.9 Mengapa demikian menurut beliau hal ini terkait dengan tuntutan perkembangan masyarakat karena didorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kerangka ini penulis melihat perkembangan dan kemajuan pondok pesantren darul hikmah (disingkat dan selanjutnya ditulis YAPIDH),10 sudah mampu menjawab perkembangan dan kebutuhan masyarakat Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih-Bekasi Jawa Barat. Hal ini dapat diketahui dari informasi yang diberikan bpk Dadi Kusdiman sebagai koordinator humas yang menjelaskan bahwa sekarang ini YAPIDH telah memiliki lembaga pendidikan mulai dari tingkat TKIT (Taman Kanak-kanak

6Sorogan termasuk cara belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan langsung menghadap kiyai, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai tahap pemula bagi seorang santri, seorang santri membaca kitab di hadapan kiyai, mereka tidak hanya membaca melainkan dibimbing, diarahkan cara membacanya dan dievelauasi perkembangan kemampuannya.

7Bandongan bisa disebut juga dengan halaqoh, yaitu suatu metode cara pengajaran dimana seorang kiyai membawa sebuah kitab klasik dan para santri membawakitab yang sama pula. Para santri mendengarkan kiyai menjelaskan (menerangkan) kitab dalam bahasa arab. Lihat, Zamkhasyari Dhofier, Tradisi Pesantren study: Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES 1982), hal. 28.

8Mahmud MM, Model-Model Pembelajaran di Pesantren (Jakarta: Media Nusantara 2006), cet. ke-1, hal. 3.

9Abudin Nata, Sejarah pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal.185. Lihat, Zamkhasyari Dhofier, Tradisi Pesantren study: Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1982), hal. 17-18 bahwa pesantren mengalami modernisasi dalam perkembangannya. Karena, di dalam perkembangannya pondok pesantren tidaklah semata-mata tumbuh atas pola lama yang bersifat tradisonal melainkan melakukan inovasi dalam perkembangannya.


(16)

4

Islam Terpadu) SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu), SMPIT (Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu), SMAIT (Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu) dan STIU (Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin),11 yang tadinya sebelum tahun 1983 hanya semacam pengajian masyarakat biasa.

Demikianlah, sekarang ini YAPIDH merupakan salah satu pondok pesantren di Bekasi yang telah memberikan kontribusi bagi kemajuan masyarakat sekitaranya, sungguhpun di sana sini masih terus melakukan upaya-upaya perbaikan untuk meningkatkan kualitasnya. Atas dasar pemikiran itulah penulis melihat sangat diperlukan sebuah studi yang bertanggung jawab tentang dinamika perkembangan YAPIDH dalam merespon tuntutan kemajuan masyarakat. Untuk melihat YAPIDH dalam perkembangannya, maka penulis perlu untuk memperkenalkan YAPIDH kepada masyarakat sebagai lembaga yang berperan aktif dalam kemajuan masyarakatnya khususnya di bidang pendidikan.

Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk membahas “Perkembangan Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah di Jatiluhur Bekasi 1997-2010” Studi ini diharapkan dapat menjelaskan proses dinamika kemajuan yang di maksud.

11Wawancara pribadi dengan Dadi Kusdiman, S.Pd (Koordinator Humas), di YAPIDH, Bekasi, 18 Februari 2014, pukul 10.45-12.00 WIB. Studi awal penulis melakukan survei ke lokasi (18-20 Februari) mengurus perizinan untuk melakukan penelitian dan mencari informasi mengenai sejarah pendiri dan sistemnya dan dilanjutkan penelitian 1 bulan penuh tanggal 7 april hingga 7 mei 2014 untuk pencarian data. Hal demikian penulis menyimpulkan bahwa YAPIDH mengalami perkembangan, baik dari sarana dan prasarana, jumlah siswa, dan aktivitas kemasyarakatan. Selain wawancara tersebut penulis sendiri menyaksikan secara langsung apa yang dikatakan koordinator humas tersebut.


(17)

5

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Dengan latar belakang masalah di atas, timbul permasalahan yang dapat diidentifikasikan, antara lain persoalan perkembangan Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah di Jatiluhur Bekasi 1997-2010.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan gambaran yang tertuang dari latar belakang di atas, merasa perlu untuk memberikan batasan kajian dan merumuskan terlebih dahulu masalah yang akan dibahas oleh peneliti agara arah, tujuan dan sasaran yang akan disampaikan akan lebih jelas dan terarah. Dengan demikian penelitian ini akan difokuskan pada perkembangan Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah di Jatiluhur Bekasi 1997-2010.

3. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang dan pemikiran di atas rumusan pokok studi ini adalah “Bagaimana dinamika perkembangan Yayasan Perguruan Darul Hikmah di Kelurahan Jatiluhur, Kecamatan Jatiasih Bekasi”.

Adapun sub pertanyaan studi ini adalah:

1) Bagaimana deskripsi kondisi ekonomi, agama dan pendidikan di Kelurahan Jatiluhur?

2) Bagaimana perkembangan Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah? 3). Apa saja aktivitas kegiatan yang dilakukan Yayasan Perguruan Islam


(18)

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:

1) Menjelaskan dinamika perkembangan kemajuan YAPIDH.

2) Menjelaskan aktivitas YAPIDH dalam memperdayakan masyarakat di Kelurahan Jatiluhur-Bekasi, secara tertulis melaui buku dan wawancara.

2. Manfaat Penelitian

1) Dengan mengetahui sejarah YAPIDH diharapkan mendapatkan tambahan wawasan sejarah pondok pesantren di Indonesia sebagai motivasi bagi generasi Islam untuk perjuangan Islam.

2) Dengan diketahui dinamika perkembangan dan kemajuan YAPIDH diharapkan menjadi inspirasi generasi muda Islam Bekasi untuk bekal perjuangan memajukan masyarakat.

D. Studi Pendahuluan

Dari hasil penelusuran penulis, belum ditemukan hasil penelitian mengenai perkembangan YAPIDH di Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih-Bekasi. Secara akademis skripsi ini merupakan studi awal dalam penulisan perkembangan YAPIDH, maka penulis memberanikan diri untuk membahas kajiannya mulai dari tahun 1997-2010, hal ini disebabkan ketertarikan penulis untuk meneliti lebih dalam dan luas mengenai YAPIDH. Dalam penelitian ini penulis memerlukan data-data sejarah, pengalaman para pelaku sejarah, dan saksi sejarah di masa silam mengenai YAPIDH sebagai cerminan atau bahan pelajaran di masa yang akan datang, hal tersebut akan lebih bermanfaat dan dapat dijadikan


(19)

7

bahan perbandingan serta pertimbangan. Dari hasil penelusuran penulis belum menemukan studi yang komprehensif mengenai sejarah dan perkembangan YAPIDH. Memang benar ada sebuah buku yang di tulis oleh tim yayasan tetapi belum menjelaskan secara maksimal, buku itu baru menjelaskan secara kronologis tentang YAPIDH. Di bawah ini ada buku terkait dengan penelitian ini.

Pertama. Buku Refleksi Duapuluh Tahun Perjalanan Yayasan Perguruan Islam darul hikmah (YAPIDH)12, terbitan yayasan YAPIDH pada tahun 2003 yang di tulis sebuah tim diketuai H. Muhammad Sidik, dkk. Buku ini bisa menjadi acuan penulis untuk bahan skripsi, karena di dalam buku ini memberikan beberapa informasi sejarah dan perkembangan YAPIDH. Akan tetapi sejauh penelaahan penulis dalam karya ini belum terlihat penjelasan secara mendalam dinamika perkembangan kemajuan YAPIDH, selain itu juga buku ini belum menerangkan tokoh pendiri YAPIDH padahal secara sosiologis maju mundurnya pondok pesantren sangat besar peranan pendirinya.

Kedua. Buku Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisonal,13 karya Yasmadi melalui pendekatan sosiologis. Dalam buku ini dijelaskan masalah pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sekularisme, masyarakat madani, yang berkaitan erat dengan pendidikan pesantren sebagai pendidikan alternative untuk mewujudkan masyarakat madani. selain itu diterangkan juga kritik Cak Nur atas kekecewaan dan kelemahan terhadap pendidikan Islam tradisonal, sekaligus solusi yang ditawarkan Cak Nur dalam perannya mewujudkan masyarakat madani di Indonesia. Dan bagaimana sebaiknya pesantren merespon perkembangan dunia modern dan memodernisasi pendidikan Islam. Akan tetapi dalam buku ini tidak menjelaskan perkembangan terhadap modernisasi pesantren.

Ada beberapa buku yang terkait dengan masalah perkembangan dan perubahan pondok pesantren, misalnya, buku : (1) Manfred Ziemek, Pesantren

12H. Muhammad Sidik, dkk., Refleksi Duapuluh Tahun Perjalanan Yayasan Perguruan Islam darul Hikmah (YAPIDH) (Bekasi, 2003).

13Yasmadi Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisonal ( Jakarta: Ciputat Press, 2002)


(20)

8

dalam Perubahan Sosial, terbitan P3M Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat 1986, (2) Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES 1983, (3) Zamakhsyari Dhofier Tradisi Pesantren Study: Pandangan Hidup Kyai,Jakarta: LP3ES, 1982.

Dari ketiga buku ini penulis memandang banyak informasi yang diperlukan terkait dinamika perkembangan YAPIDH sebagai acuan.

E. Metode Penelitian

Skripsi ini menggunakan metode historis dengan pendekatan sosiologi.

menurut Sartono Kartodirdjo dalam bukunya “Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah”14

pendekatan sosiologi yaitu melihat suatu gejala dari aspek sosial yang mencakup hubungan sosial, interaksi, jaringan hubungan sosial, yang ada hubungannya dengan manusia.

Lihat hal yang sama Menurut Dudung Abdurrahman dalam bukunya

Metode Penelitian Sejarah”15

pendekatan sosiologi ialah penggambaran peristiwa masa lalu yang di dalamnya akan terungkap segi-segi sosial, sejarah sosial yakni pembahasannya mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial, konflik berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial, peranan dan status sosial, dan sebagainya, metode historis dengan pendekatan sosiologi dapat dikatakan sebagai sejarah sosial. Karena, ada hubungannya dengan upaya pemahaman atas pergerakan sosial dan perubahan sosial yang mempunyai epek terhadap kehidupan masyarakat.

14Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), hal. 5.

15

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), cet ke-2, hal. 11.


(21)

9

Adapun metode yang digunakan penulis yaitu Metode historis, sebuah penelitian yang tujuannya mendeskripsikan serta menganalisis peristiwa-peristiwa masa lampau, melaui empat tahapan yaitu, Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi.16

Dalam metode sejarah tahapan penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pencarain Sumber ( Heuristik )

Heuristik merupakan tahap pertama, yaitu tahap pengumpulan sumber. Pengumpulan sumber yang dilakukan penulis melalui survei lapangan, data tertulis berupa dokumen, buku-buku, majalah, dan wawancara langsung. Pengumpulan sumber-sumber dilakukan penulis dengan menggunakan metode

library research dan field research.

Library research (Penelusuran Kepustakaan) yang dimaksud di sini adalah penulis mengadakan penelusuran terhadap data-data tertulis, berupa buku-buku dan skripsi-skripsi yang berhubungan dengan tema skripsi, terkait dengan pencarian sumber penulis mencarinya di Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Adab dan Humaniora dan Perpustakaan Pribadi milik Dr. Saidun Derani, M.A.

Field research ( Penelitian Lapangan), yaitu dengan mengunjungi kantor Kelurahan Jatiluhur dan kantor Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah yang berlokasi di Jl. Raya Wibawa Mukti II Km. 3 Gg. H. Awi Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Bekasi. Pengumpulan data yang dilakukan secara tertulis dengan mengajukan beberapa pertanyaan melalui wawancara kepada ketua umum

16Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), cet ke-1, hal. 63.


(22)

10

yayasan atau pengurus yang terlibat di dalam YAPIDH, penulis melakukan penelitian untuk tahap awal tanggal 18-20 Februari untuk mengurus perizinan dan dilanjutkan penelitian 1 bulan penuh tanggal 7 april hingga 7 mei 2014 untuk pencarian data. Adapun orang-orang yang di wawancarai yaitu H. Muhammad Sidik (selaku pendiri YAPIDH), Dadi Kusdiman, S.Pd (selaku koord humas), Dr. H. Ahmad Kusyairi Suhail, M.A (selaku direktur STIU), H. Maftuh Asmuni, Lc, S.Ag (selaku koord pesantren, sosial dan dakwah), Yulianto Fajar Wahyudi, M. Pd (selaku koord Pendidikan), H. Abdullah Adam, Lc. (Ketua LDDH), H. Abdurrahman Makatita, Lc M. Kom (Ketua LTQ), Muhammad Yunus (Sekertaris kelurahan), bpk Amri (Ketua Rt 01), Hermansyah (Staff Lembaga Amil Zakat), Ibu Sion Payapo S.Ag (Ketua LTQ Ruuhan), Ibu Farida dan ibu salma (warga Kelurahan Jatiluhur), Elsa dhea lestari dan Fadilah mujahidah (santri YAPIDH).

2. Kritik Sumber

Kritik Sumber merupakan tahap menganalisis dan mengkritik sumber-sumber yang didapat serta melakukan perbandingaan terhadap sumber-sumber-sumber-sumber yang ada agar mendapatkan sumber yang valid dan releven dengan tema yang dikaji.

3. Interpretasi

Penulis mencoba menafsirkan sumber yang telah dikritisi, terhadap fakta-fakta yang didapat. Demikianlah, dari penafsiran ini diharapkan mendapat gambaran yang komprehensif ketertarikan antar unsur yang menjadi sebuh kisah sejarah. Setelah tahapan heuristik dan kritik, kemudian dilakukan usaha untuk


(23)

11

menginterpretasikan sehingga dapat ditemukan bahwa data itu menjadi sumber sejarah yang benar.

4. Historiografi

Tahapan historiografi yaitu tahapan akhir dari penelitian sejarah, hasil penafsiran fakta-fakta itu di tulis menjadi suatu kisah sejarah berupa laporan tertulis persi penulis.

Sebagai pedoman dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku Pedoman penulisan karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh Ceqda, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.17

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab yaitu:

Bab Pertama, Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, permasalahan, identifikasi, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi pendahuluan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, Deskripsi Kelurahan Jatiluhur Bekasi, yang meliputi: letak geografis, kondisi ekonomi, keagamaan dan kondisi pendidikan Islam.

Bab Ketiga, membahas perkembangan Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah (YAPIDH), yang meliputi: sejarah berdirinya, struktur organisasi, sarana dan prasarana, sistem pendidikan, tokoh pendiri, Visi, Misi dan Tujuan.

17Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)


(24)

12

Bab Keempat, membahas aktivitas Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah (YAPIDH), untuk pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan, dakwah dan sosial.


(25)

13

BAB II

DESKRIPSI KELURAHAN JATILUHUR BEKASI

A. Letak Geografis

Kelurahan Jatiluhur merupakan suatu kawasan perkotaan yang terletak di Kecamatan Jatiasih. Luas wilayah 410.295 Ha,1 dan menjadi wilayah daratan sebagai lokasi permukiman penduduk, pendidikan dan perkebunan. Berdasarkan informasi yang di dapat dari bpk Muhammad Yunus selaku seketaris Kelurahan menjelaskan bahwa banyak warganya yang masih menanam sayuran, buah-buahan, yang menjadi ciri khasnya, yaitu rambutan, durian, dan masih banyak pohon-pohon lain yang ditanam di wilayah ini, adapun batas wilayah Kelurahan Jatiluhur :2

 Sebelah Barat : Kelurahan Jatimelati

 Sebelah Timur : Kelurahan Bojong Kulur/Kab Bogor  Sebelah Utara : Kelurahan Jatiasih

 Sebelah Selatan : Kelurahan Jatisari

Kelurahan Jatiluhur berada di Kota Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kantor Kelurahan Jatiluhur berada di ibukota Kecamatan, sekitar 5 Km ke ibukota Kecamatan dan 12 Km ke ibukota Kabupaten Bekasi.

1Monografi Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi (Kantor Kelurahan Jatiluhur), 2014

2Wawancara pribadi dengan Muhammad Yunus (Sekertaris Kelurahan), di Kantor Kelurahan Jatiluhur, Bekasi, 27 Februari 2014, pukul 11.00-12.00 WIB. Penulis juga melakukan wawancara


(26)

14

Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km, yang berada pada posisi 106° 55 Bujur Timur dan 6° 7’- 6° 15 Lintang Selatan, dengan ketinggian 19 m di atas permukaan laut, dengan batas wilayah:3

 Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi

 Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok  Sebelah Barat : Provinsi DKI Jakarta

 Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi

Kondisi topografi dengan kemiringan antara 0-2 % dan ketinggian antara 11 - 81 m di atas permukaan air laut dan ketinggian antara 25 - 100 m di Kecamatan Jatiasih, wilayah dengan ketinggian dan kemiringan rendah yang menyebabkan daerah yang banyak genangan, terutama pada saat musim hujan. Kondisi air tanah yang ada sebagian besar merupakan air tanah dangkal yang berada pada kedalaman 5 – 25 meter dari permukaan tanah, sedangkan air tanah pada umumnya didapat pada kedalaman antara 90 – 200 meter.4

Wilayah Kelurahan Jatiluhur cukup potensial untuk digunakan sebagai sumber air bersih, di wilayah tersebut secara umum tergolong pada iklim kering dengan tingkat kelembaban yang rendah. Dari segi iklim memiliki 200 Mm curah hujan, dengan rata-rata jumlah hujan selama 6 bulan. Kondisi lingkungan yang meningkat terutama industri atau perdagangan dan permukiman, sehingga sehari-hari sangat panas dengan suhu rata-rata mencapai 24 - 33 Celcius. Selain sebagai lokasi permukiman penduduk dan pendidikan, Kelurahan Jatiluhur juga berfungsi

3Profil Kependudukan Kota Bekasi 2012 (Kantor Kelurahan Jatiluhur), hal. 6.

4Lihat. http://www.bekasikota.go.id/read/5456/kondisi-geografis-wilayah-kota-bekasi / www.bekasikota.go.id (akses 26 Februari 2014)


(27)

15

sebagai perkebunan bagi masyarakat sekitar yang dijadikan tempat untuk menanam pohon yang menghasilkan buah-buahan yang banyak di daerah tersebut. Data monografi Kelurahan Jatiluhur menunjukkan bahwa jumlah penduduk wilayah Kelurahan Jatiluhur sekitar 21.441 (dua puluh satu ribu empat ratus empat puluh satu ribu) jiwa, yang terdiri dari laki-laki 10.799 (sepuluh ribu tujuh ratus sembilan puluh sembilan) dan perempuan 10.642 (sepuluh ribu enam ratus empat puluh dua), Kelurahan Jatiluhur memiliki 12 Rukun Warga (RW), dan 72 Rukun Tetangga (RT) dan terbagi ke dalam 5.188 kepala keluarga. Mereka adalah masyarakat pribumi.5

Masyarakat Kelurahan Jatiluhur mayoritas dihuni oleh penduduk pribumi yang sebagian besar penduduknya terdiri dari kelompok suku Betawi. Kelompok Betawi ini memang merupakan kelompok penduduk pribumi asli, selain Betawi ada juga kelompok lain atau pendatang yang terdiri dari suku Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura, Bali, Makasar, Ambon, dan Dayak. Bahasa sehari-hari yang dipakai masyarakat Jatiluhur adalah bahasa Betawi. Ada juga yang menggunakan bahasa Jawa dan Sunda tetapi tidak terlalu banyak, karena mayoritas penduduknya bersuku Betawi. Umumnya penduduk bekerja sebagai karyawan swasta, buruh, pegawai negeri sipil dan lain-lain.

5Monografi Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi (Kantor Kelurahan Jatiluhur), 2014


(28)

16

B. Kondisi Ekonomi dan Keagamaan

Secara global Bekasi merupakan daerah penyangga ibukota Jakarta yang baik bagi pertumbuhan kemajuan wilayah, perekonomian, dan kependudukannya yang amat pesat.

Faktor yang menunjang perekonomian Kelurahan Jatiluhur dapat dilihat dari jenis-jenis pekerjaan masyarakat yang di antaranya: (1) petani 280 orang (2) buruh 402 orang (3) wiraswasta 150 orang (4) pedagang 150 orang (5) pegawai negeri sipil 512 orang (6) karyawan swasta 4215 orang (7) pensiunan 89 orang (8) TNI/Polri 85 orang.6

Daerah Kelurahan Jatiluhur adalah daerah yang cukup makmur dan tanahnya yang subur. Hal tersebut terlihat dengan luas perkebunan 114,87 m2.7 Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi penulis di lapangan, dapat diketahui bahwa taraf kehidupan perekonomian masyarakat Kelurahan Jatiluhur dikategorikan ke dalam kategori masyarakat menegah ke atas. Hal ini dapat dilihat dari bangunan-bangunan rumah mereka yang sudah permanen menggunakan batu bata, oleh masyarakat setempat disebut dengan rumah gedong, serta sarana dan prasarana pembangunan yang setiap tahunnya mengalami perkembangan.

Masyarakatnya yang dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu yang memiliki perusahan atau pengusaha, yang memiliki pesantren sekaligus ulama maupun guru atau dosen yang biasa disebut orang yang dihormati atau terpandang dan hanya bekerja sebagai buruh atau karyawan, yang dikenal sebagai orang biasa yang tidak cukup dikenal.

6Monografi Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Bekasi (Kantor Kelurahan Jatiluhur), 2014


(29)

17

Sebagian besar masyarakat Kelurahan Jatiluhur beragama Islam. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan sehari-hari mereka yang sifatnya religius, mulai dari tata kehidupan pribadi sampai tata cara bermasyarakat, dalam kegiatan keagamaan. Kehidupan beragama di tengah-tengah masyarakat sangat penting karena agama merupakan unsur mutlak dalam mencapai keadaan masyarakat yang aman dan nyaman serta damai dan tentram dalam membina masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Mayoritas penduduknya yang beragama Islam penganut paham Ahlussunah Wal’jamaah yang tata peribadatannya mengikuti ajaran Imam Syafi’i, karena lebih cocok dengan adat istiadat dan kultur mereka.

Kerukunan antar umat beragama diupayakan agar senantiasa terbina dengan baik demi terlaksananya kesinambungan pembangunan dan kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa. Hal tersebut merupakan usaha yang membentengi diri terhadap dampak negative atas modernisasi dan globalisasi.8

Anak-anak muslim yang berusia 5-12 tahun biasanya belajar mengenai cara membaca Al-Qur’an dan tata cara sholat. Sedangkan guru mengajarkan kitab klasik kepada santri, pengajian kitab biasanya diajarkan di pesantren yang hanya diikuti oleh orang dewasa. Peranan pemimpin pesantren yang disebut ulama sangat besar pengaruhnya. Pesantren berperan sebagai penyebarluaskan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat, bukan hanya dari lembaga formal saja akan

8Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia

(T.tp.:Menara Kudus, 2000), hal. 1-2.


(30)

18

tetapi juga non-formal, seperti pengajian majlis ta’lim dan pengajian TPA/TPQ yang ikut berkembang dengan seiring perkembangan zaman.

Untuk mendukung hal tersebut pemerintah senantiasa berusaha mempasilitasi kebutuhan pembangunan sarana peribadatan dan saling bekerja sama para tokoh agama untuk meningkatkan kerukunan hidup dan keharmonisan sesama umat beragama. Hal ini dikarenakan penduduk setempat mayoritas Islam, dalam menunjang pendidikan di bidang keagamaan telah di upayakan pembinaan-pembinaan berupa pengajian baik untuk anak-anak, remaja maupun orang dewasa yang diadakan di musholla, masjid, atau majlis ta’lim.

Adapun tempat-tempat peribadatan dan sarana pendidikan Islam yang terdapat di Kelurahan Jatiluhur adalah 15 buah masjid, 23 buah mushalla, 5

pesantren, 20 majlis ta’lim dan 6 TPA. Secara kualitatif besarnya jumlah

penduduk yang beragama Islam tersebut sekaligus merupakan potensi yang diharapkan mampu menunjang pelaksanaan dakwah islamiyah. Sarana keagamaan tersebar di mana-mana seperti, masjid, mushollah, majlis ta’lim TPA dan lembaga-lembaga lainnya yang menjadikan Kelurahan Jatiluhur lebih kental dengan nuansa ke-islamannya.

Kegiatan umat beragama di Kelurahan Jatiluhur semakin semarak dan telah berjalan sebagaimana mestinya, hal ini menunjukkan adanya peningkatan, penghayatan dan pengajaran agama sebagaimana tuntutan kitab suci dan rasul-Nya. Kegiatan keagamaan itu sangat didukung pula oleh ketersediaan sarana keagamaan, terlihat dari jumlah beragam penganut agama di Kelurahan Jatiluhur seperti, Islam, Kristen, Katolik Hindu dan Budha.


(31)

19

Tabel.1

Data penduduk Kelurahan Jatiluhur berdasarkan agama.9

Tahun Islam Kristen Khatolik Hindu Budha Jumlah

2004 10,803 222 180 12 20 11,237

2005 11,070 224 185 12 20 11,511

2006 11,028 224 185 14 20 11,471

2007 15,925 224 190 14 20 16,375

2008 18,727 224 190 14 21 19,176

2009 22,665 224 190 14 21 23,114

2010 22,672 224 190 14 21 23,121

2011 22,657 229 190 14 21 23,111

2012 20.888 232 190 14 21 21,345

2013 20,988 232 190 14 21 21,445

2014 21,116 232 190 14 21 21,573

Berdasarkan data setiap tahunnya mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi rasa solidaritas antar penganut agama lain sangat tinggi. Masing-masing penganut agama saling menghargai satu dengan yang lainnya, mereka melakukan kegiatan ibadah dengan lancar tanpa adanya gangguan, seperti halnya acara-acara peringatan hari-hari besar setiap tahunnya.

9Berdasarkan hasil wawancara dengan bpk Nurhasan selaku staf Kecamatan Jatiasih data penduduk berdasarkan agama kelurahan Jatiluhur yang masih ada tercatat dari tahun 2004-2014.


(32)

20

C. Kondisi Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran murid dengan penjelasan-penjelasan, tetapi juga untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, menunjukkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, dan menyiapkan para murid untuk hidup sederhana dan bersih hati. Di antara cita-cita pendidikan pesantren adalah melatih untuk dapat berdiri sendiri dan membina diri agar tidak menggantungkan sesuatu kepada orang lain kecuali kepada Tuhan.10

Berikut lembaga pendidikan yang ada di Kelurahan Jatiluhur Bekasi baik formal dan non formal.11

- Pendidikan formal:

1. Taman Kanak-kanan (TK) : 6 Unit 2. Sekolah Dasar (SD) : 8 Unit 3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) : 4 Unit 4. Sekolah Menengah Atas (SMA) : 5 Unit 5. Perguruan Tinggi : 1 Unit - Pendidikan non Formal:

1. Tempat Pendidikan Anak : 6 Unit 2. Pesantren : 5 Unit

Mutu pendidikan Islam di Kelurahan Jatiluhur meningkat, terlihat dengan

munculnya beberapa pesantren dan tempat-tempat pendidikan agama.

10Zamkhasir Dhofier, Teradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1982), hal. 16-21.

11Wawancara pribadi dengan Muhammad Yunus (Seketaris Kelurahan), di Kantor Kelurahan Jatiluhur, Bekasi, 27 Februari 2014, pukul 11.00-12. 00 WIB.


(33)

21

Dr. Manfried Ziemek mengatakan “pendidikan pesantrenlah yang dapat membuat orang berlaku tawadhu dan rendah hati, akibat pengaruh pendidikan seorang kyai

atau ulama”. Hal tersebut membuktikan bahwa apa yang diajarkan kiyai

mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan membekas, sehingga salah satu keberhasilan pendidikan pesantren adalah tertanamnya sifat kerjasama yang kuat, baik dalam bidang agama maupun sosial.12

Perubahan yang terjadi di YAPIDH tahun 1997 menjadikan YAPIDH sebagai Sekolah Islam Terpadu mulai berkembang dari tingkat TKIT, SDIT, SMPIT, SMAIT dan STIU, rata-rata muridnya yang mendalami ilmu pendidikan di sekolah mengalami proses naik turun pada tahunnya. Siswa/siswi yang belajar di YAPIDH pastinya mempunyai segudang prestasi, adapun jumlah siswa dan mahasiswa tahun ajaran 2013-2014 ini secara keseluruhan dari semua tingkat adalah 1943 orang siswa/i, seluruh karyawan dan tenaga pengajar yang ada di YAPIDH berjumlah 203 orang.


(34)

22

Tabel. 2

Data siswa/siswi per kelas, guru, dan karyawan YAPIDH tahun 2013-2014.13 TKIT YAPIDH

Kepala sekolah: Nur Endah Sari Pengajar : 14

Karyawan : 1

TK A TK B Jumlah

60 55 115

SDIT YAPIDH

Kepala sekoala : Elok Alamah, M.Pd Pengajar : 69

Karyawan : 10

Kls I Kls II Kls III Kls IV Kls V Kls VI Jumlah

L P L P L P L P L P L P

55 78 73 75 67 58 90 80 89 64 70 68 867

SMPIT YAPIDH

Kepala sekoala : Sari Amelia, S.Pd Pengajar : 42

Karyawan : 4

13Data yang diperoleh berdasarkan dari sekertaris disetiap unit TKIT, SDIT, SMPIT, SMAIT dan STIU, data yang diperoleh baik wawancara maupun data arsip di setiap masing-masing unit, di YAPIDH, Bekasi 07-10 April 2014


(35)

23

Kls VII Kls VIII Kls IX Jumlah

L P L P L P

74 70 70 80 70 79 444

SMAIT YAPIDH

Kepala sekoala : Nurmiyati, M.Pd Pengajar : 24

Karyawan : 3

Kls X Kls XI Kls XII Jumlah

L P L P L P

35 29 24 27 27 34 176

STIU YAPIDH

Direktur STIU : Dr. H. Heri Koswara, MA Pengajar : 29

Karyawan : 7

Semester 2 Semester 4 Semester 6 Smester 8 Jumlah


(36)

24 BAB III

PERKEMBANGAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM DARUL HIKMAH

Pendidikan Islam muncul dan berkembang di Nusantara sejak Islam masuk di kepulauan ini, dibawa para sufi pengembara atau pedagang dari Timur Tengah yang kemudian hidup membaur dengan penduduk lokal.1 Meskipun demikian perkembangan Islam di Nusantara ditandai oleh lahirnya berbagai kerajaan Islam, mulai dari Samudera Pasai sampai ke luar pulau Jawa, hal tersebut menandakan bahwa Islam adalah agama yang paling kuat.

Islam merupakan komponen penting dalam mempengaruhi bentuk dan mewarnai corak kehidupan masyarakat, Indonesia sebagai salah satu agama yang paling banyak dianut. Jika dilihat dari letak geografis Zajirah Arab yang merupakan pusat penduduk Islam dengan Indonesia sangatlah jauh, tetapi persebaran Islam di Indonesia sangat luas.2

Pesantren merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan dan keagamaan Islam yang berada di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pesantren merupakan salah satu pendidikan yang sudah ada sejak kedatangan Islam ke Nusantara dibawa oleh para pedagang. Meskipun demikian perkembangan pesantren mampu memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadapi

1Ada beberapa teori tentang kedatangan Islam ke Nusantara yang dikembangkan oleh para sejarawan. Di antaranya ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh para pedagang Gujarat dan Malabar. Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam dibawa langsung dari Arab dan kaum sufi yang berperan sebagai para pendakwah Islam di Nusantara. Uraian yang lebih rinci tentang masalah ini dapat dilihat dalam buku Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad ke-XVII & XVIII (Jakarta: Kencana 2007) Edisi Revisi, Cet ke-3 hal. 1-46.


(37)

25

perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat saat ini. Pesantren merupakan wujud dari perkembangan belajar mengajar yang dulu dikenal dengan pengajian non-formal dan kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan tradisonal.

Pondok pesantren di Indonesia mempunyai sejarah mengenai asal-usul dan perkembangannya, ada beberapa pendapat yang mengatakan sebagai berikut

Pertama: pendapat yang menyebutkan bahwa pesantren berakar pada tradisi Islam, yaitu tradisi tarekat.3 Kedua: pendapat yang menyatakan bahwa kehadiran pesantren di Indonesia diilhami oleh lembaga pendidikan “Kuttab” dan Ketiga:

mulanya merupakan pengambil-alihan dari sistem pesantren orang-orang Hindu di Nusantara pada masa pra-Islam.4

Jika dikaitkan sebagai lembaga pendidikan, pesantren merupakan institusi pendidikan Islam yang dinilai paling tua, dan memiliki akar sejarah yang jelas. Orang yang pertama kali mendirikannya dapat dilacak meskipun ada sedikit perbedaan dari berbagai pemahaman. Beberapa pendapat mengatakan bahwa pendiri pondok pesantren pertama di pulau Jawa adalah Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang dikenal dengan nama Syaikh Maghribi dari Gujarat India.5

Perkataan “Pondok” dalam penggunaan kata pondok pesantren diambil

dari bahasa Arab yaitu funduk yang artinya penginapan atau hotel, sedangkan

3Istilah Tarekat diambil dari bahasa Arab Thariq, yang berarti “ Jalan: Jalan Kontemplatif

Islam”. Lihat, Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Cirebon (Jakarta: Lp gos, 2001), hal. 337, dan Istilah “Kuttab” adalah lembaga pendidikan dasar yang telah muncul sejak zaman Nabi. Lihat Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam.

4Dewan Redaksi Ensklopedi Islam “Ensklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeven, 1999), hal. 100-104.

5Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1957), hal. 231. Lihat juga Mujamil Qomar, Dari Transformasi Menuju Demokrasi Institusi (Jakarta: Erlangga), hal. 8-9, buku ini juga menjelaskan bahwa Syaikh Maulana Malik Ibrahim atau Syaikh Maghribi adalah pendiri pondok pesantren di pulau Jawa.


(38)

26

“Pesantren” berasal dari kata santri, yang berarti tempat tinggal para santri.6

Menurut WJS. Poerwadarmita dalam Kamus Bahasa Indonesia,

“Pondok mengandung empat makna; 1) rumah untuk sementara, 2) rumah, 3) rumah yang agak kurang baik biasanya berdinding bilik beratap rumbia, dibuat berpetak-petak untuk tempat tinggal (beberapa keluarga), 4) madrasah dan asrama (tempat mengaji belajar agama Islam).7

Perlu kita ketahui bahwa lembaga-lembaga pendidikan Indonesia tidak terlepas dari lembaga-lembaga pendidikan Islam. Sebelum timbulnya sekolah-sekolah dan universitas-universitas yang dikenal dengan lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan yang sifatnya non-formal, kegiatan mengaji Al-Qur’an dan tata cara beribadah yang biasanya di dalam mengajar terjadi interaksi aktif antara kyai sebagai guru dan santri sebagai murid, kegiatan belajar tersebut biasanya dilaksanakan di masjid, surau atau tempat lainnya. Seiring dengan perkembangan zaman, lembaga pendidikan Islam mengalami berbagai perubahan mulai dari perubahan kelembagaan, kurikulum, para pendidik, dan modifikasi metode.

Tentunya perubahan tersebut mengalami perkembangannya sebagai pola penyelenggaraan pendidikan Islam secara umum. Hal tersebut menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang dapat diklasifikasikan menjadi

6Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahalan Sosial (Jakarta : P3M, 1986), hal. 99. 7WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hal. 955


(39)

27

tiga, yaitu: pesantren salaf atau tradisonal, pesantren khalaf atau modern, dan pesantren kombinasi.8

Keberhasilan pondok pesantren telah diakui sebagai sebuah lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam perkembangannya pesantren menjadi basis sentral dalam penyebaran agama Islam dan menjadi pusat masa yang bergerak menentang penjajah pada masa pra-kemerdekaan. Akan tetapi eksistensi dari berdirinya pesantren adalah sebagai sebuah lembaga yang berorintasi pada pendidikan dan pengajaran agama Islam, bukan lembaga pergerakan sosial dan politik.

Tentu saja fungsi pesantren adalah mencetak ulama dan ahli agama, dalam artian mencetak muslim yang menguasai ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi al-din) secara mendalam serta menghayati dan mengamalkannya dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, selain kegiatan pendidikan dan pengajaran agama, beberapa pesantren yang awalnya memakai sistem non-formal kini telah melakukan pembaharuan dengan mengembangkan komponen-komponen pendidikan formal, seperti ditambahkannya pendidikan sistem madrasah atau sekolah.

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah

Yayasan perguruan Islam darul hikmah terletak di kelurahan Jatiluhur, dirintis sejak tahun 1983. Pada saat didirikan yayasan ini mengelola lembaga pendidikan untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah

8Berdasarkan pengelompokan di atas, pesantren terbagi beberapa tipe dan ciri-cirinya. Lihat, Mahmud, MM, Model-model Pembelajaran di Pesantren (Jakarta: Media Nusantara, 2006), hal. 15-20.


(40)

28

(MTs) di atas tanah wakaf seluas 5000 m2, kedua jenjang ini menggunakan kurikulum dari Departemen Agama (Depag), pada awal didirikan muridnya kurang lebih sekitar 70 orang. Melihat respon dan kebutuhan masyarakat sekitar terhadap pendidikan, akhirnya YAPIDH pun membuka jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP YAPIDH) tahun 1987, jenjang ini menggunakan kurikulum dari Departeman Pendidikan Nasional (saat itu Depdikbud).9

Pada tahun 1996/1997, atas permintaan dari Departeman Agama Kantor wilayah Jawa Barat, MTs Darul Hikmah diubah menjadi MTs Negeri Jatiasih dan tidak dikelolah lagi oleh yayasan. Setahun kemudian tepatnya tahun ajaran 1997/1998 atas prakarsa pengurus yayasan YAPIDH pun melakukan pembaharuan kurikulum, SLTP YAPIDH yang semula hanya menerapkan kurikulum Depdiknas saja, dengan pembaharuan ini YAPIDH pun memadukan dua kurikulum yaitu kurikulum Depdiknas (sekarang Kemendikbud) dengan kurikulum agama (Materi dari Timur Tengah).

Orang-orang yang berperan atas pembaharuan kurikulum yang terjadi di YAPIDH, yaitu Dr. H. Ahzami Samiun Jazuli, MA, (lulusan dari Al Imam Muhammad Ibn Saud Islamic University Riyadh Saudi Arabia, sekaligus menantu H. Muhammad Sidik), yang dibantu oleh KH. Yusuf Supendi Lc, Dr. Ahmad Satori Ismail, Dr. Muslih Abdul Karim, Drs. Anwar, Drs. H. Heri Koswara, M.A, dan Dadi Kusdiman, S.Pd.

Informasi yang diberikan bpk Dadi Kusdiman sebagai koordinator humas menjelaskan bahwa kebijakan yang diambil pengurus yayasan atas pembaharuan

9

Wawancara pribadi dengan H. Muhammad. Sidik (Ketua Dewan Pembina), Bekasi, 14 April 2014, pukul 11.00-12.00 WIB.


(41)

29

kurikulum tersebut dengan memadukan dua kurikulum menjadikan YAPIDH sebagai Sekolah Islam Terpadu (IT).10 Perubahan tersebut dilakukan mulai dari tingkat SMPIT pada tahun 1997/1998, tahun berikutnya tingkat TKIT tahun 1998/1999, SDIT tahun 1999/2000, dan dilanjutkan tahun berikutnya SMAIT tahun 2000/2001.

Perannya dalam mengembangkan bidang pendidikan bukan sampai situ saja, melainkan YAPIDH juga ikut serta aktif dalam menyiapkan sumber daya dan tenaga-tenaga da’i dan da’iah yang handal sehingga menjadi aset intelektual dalam membangun manusia seutuhnya, dan pada akhirnya YAPIDH pun menjatuhkan pilihan dengan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin ( STIU) tahun 2003 dengan jurusan tafsir hadits. Pembangunan STIU ini menjadi awal kebangkitan untuk menjadi lembaga pendidikan yang lebih baik lagi.11

Perkembangan yang terjadi di YAPIDH mulai dari awal berdiri, dan terjadi pembaharuan kurikulum YAPIDH tahun 1997 rata-rata muridnya yang mendalami ilmu pendidikan di sekolah mengalami proses naik turun pada tahunnya. Berikut jumlah data guru dan siswa/I mulai dari tahun 1997-2010.

10Sekolah Islam Terpadu adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan diartikan sebagai sekolah yang menerapkan pendekatannya dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi satu kurikulum. Perpaduan dua kurikulum yang ada di YAPIDH adalah Kurikulum umum yaitu pelajaran-pelajaran umum yang mengacu pada Kemendikbud, dan kurikulum pesantren yaitu pelajaran-pelajaran syari (agama) yang diambil materinya dari Timur Tengah.

11Wawancara pribadi dengan H. Ahmad Kusyairi Suhail, M.A. (Ketua STIU Darul Hikmah), Bekasi, 03 April 2014, pukul10,20-11.10 WIB.


(42)

30 Tabel. 3

Data Perkembangan Siswa/siswi Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah (YAPIDH) setelah menjadi Sekolah Islam Terpadu Tahun 1997-2010.

Tahun SMPIT TKIT SDIT SMAIT

siswa siswi siswa siswi siswa siswi siswa siswi

1997-1998 80 50 - - - -

1998-1999 110 85 5 5 - - - -

1999-2000 120 95 10 11 50 72 - -

2000-2001 135 95 15 15 85 72 14 14

2001-2002 100 97 14 18 100 90 29 28

2002-2003 110 100 21 19 150 142 43 35

2003-2004 122 91 28 33 189 159 42 41

2004-2005 114 92 37 43 186 161 38 22

2005-2006 110 90 73 66 270 264 41 20

2006-2007 91 100 71 79 313 305 38 18

2007-2008 136 91 77 56 367 323 51 29

2008-2009 181 133 78 56 409 366 60 38

2009-2010 234 174 87 56 429 388 62 43


(43)

31 Tabel. 4

Data Pengajar Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah (YAPIDH) setelah menjadi Sekolah Islam Terpadu Tahun 1997-2010.

Tahun SMPIT TKIT SDIT SMAIT

L P L P L P L P

1997-1998 10 10 - - - -

1998-1999 11 12 - 3 - - - -

1999-2000 11 12 - 3 10 10 - -

2000-2001 11 12 - 3 10 15 8 7

2001-2002 10 15 - 4 10 15 8 7

2002-2003 10 15 - 5 12 18 8 7

2003-2004 10 15 - 5 12 18 8 7

2004-2005 10 15 - 6 12 18 8 7

2005-2006 10 15 - 12 20 25 8 7

2006-2007 10 15 - 13 20 26 8 7

2007-2008 20 21 - 13 20 27 8 7

2008-2009 20 21 - 11 27 30 14 10

2009-2010 20 21 - 14 27 30 14 10


(44)

32 Tabel. 5

Data Mahasiswa/I, Dosen, Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Tahun 2003-2010

Tahun Siswa/i Dosen

2003-2004 74 27

2004-2005 121 27

2005-2006 86 27

2006-2007 139 28

2007-2008 218 28

2008-2009 284 29

2009-2010 367 29

2010-2011 452 29

1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah (YAPIDH) mulai berdiri tahun 1986-1996.

1. Ketua : H. Muhammad Sidik

2. Dakwah & sosial 1. Ketua DKM 2. Ketua LAZ 3. Lembaga Pendidikan

1. Kepala Sekolah MI : Sumarta 2. Kepala Sekolah MTs : Drs. Anwar


(45)

33

Setelah terjadi pembaharuan yang terjadi tahun 1997 sampe sekarang maka Struktur organisasi Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah (YAPIDH) berubah menjadi sebagai berikut:12

1. Ketua : H. Muhammad Sidik

2. Pengawas : Dr. H. Ahmad Kusyairi Suhail, M.A. 3. Ketua Pengurus Harian : Dr. H. Ahzami Samiun Jazuli, M.A. 4. Sekertaris / Bendahara : Drs. H. Heri Koswara, M.A.

5. Direktur STIU : Dr. H. Ahmad Kusyairi Suhail, M.A. 6. Kabag Keuangan : Erwin Hendarwan, S.E.

7. Badan Usaha : Drs. H. Heri Koswara, M.A. 8. Koord. Pes. Dakwh & Sos: H. Maftuh Asmuni, Lc, S.Ag.

1. Wali Santri Ikhwan LTQ : H. Abdurrahman Makatita, M.A, 2. Wali Santri Akhwat : Hj. Dadah Kholidah, S.Pd. 3. Ketua LTQ : H. Abdurrahman Makatita, M.A, 4. Ketua DKM : Drs. H. Abdul Salam

5. Ketua LAZ : Hj. Nur Indah, S.Si, S.T. 6.Ketua Lembaga Dakwah : H. Abdullah Adam, Lc.

9. Koord Pendidikan : Yulianto Fajar Wahyudi, M.Pd 1. Kepala Sekolah TKIT : Nur Endah

2. Kepala Sekolah SDIT : Elok Alamah, M.Pd. 3. Kepala Sekolah SMPIT : Sari Amelia, S.Pd. 4. Kepala Sekolah SMAIT : Nurmiyati,M.Pd.


(46)

34

10.Koord Humas : Dadi Kusdiman, S.Pd. 11.Koord Sarana & Prasarana : Drs. H. Martan Yahya 12.Koord RTP : Drs. Hj. Maryani Sidik 2. Sarana dan Prasarana

Dalam sejarah awal berdiri YAPIDH tahun 1983 sarana dan prasarana yang sudah ada pada saat itu diantaranya: Gedung Sekolah, Mushollah, perpustakaan, dan lapangan futsal. Seiring dengan terjadinya pembaharuan yang terjadi tahun 1997 YAPIDH terus berkembang dan berusaha untuk mencapai tujuan pendidikan yang di cita-citakan dan menyempurnakan SDM, baik penambahan gedung, lokal, sarana dan prasarana yang dibutuhkan, keberhasilannya begitu besar dipengaruhi oleh fasilitas belajar atau sarana dan prasarana. Sarana dan fasilitas yang dimiliki kini merupakan aset pribadi yayasan di antaranya: Gedung TKIT, Gedung SDIT, Gedung SMPIT, Gedung SMAIT, Lab Bahasa, Lab Komputer, Lab IPA, Perpustakaan, 1 Masjid, 1 Musholla,

Asrama Putra, Asrama Putri, Sport Hall Bulu Tangkis “Quwwatuna”, Kolam Renang “Rahmah”, Balai Pengobatan, Lapangan Basket, Kantin dan Mini Mart “

Satya Store”, Area Parkir, Ambulan Gratis, Saung / Tempat Tunggu Orang Tua, yang berlokasi di Jl. Raya Wibawa mukti II Km. 3 Gg. H. Awi Pedurenan Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih-Bekasi yang disebut YAPIDH I dengan luas 13.500 m2, sedangkan fasilitas lainnya seperti, Gedung STIU 2 lantai, 1 masjid, perpustakaan, dan lapangan parkir yang disebut YAPIDH II yang berlokasi di Kelurahan Jatisari Kecamatan Jatiasih–Bekasi dengan luas 1.000 m2, dan untuk pengembangannya YAPIDH berencana akan membangun pesantren


(47)

35

Qur’an, baru berdiri 1 masjid, dan beberapa lokal ruangan yang berlokasi di sentul

Kabupaten Bogor dengan luas 10.000 m2 yang disebut YAPIDH III.13 3. Sistem Pendidikan

Sistem pendidikan di YAPIDH sejak awal berdiri tahun 1983- 1996 jenjang MI dan MTs menggunakan kurikulum dari Departeman Agama (saat itu Depag) Dan untuk jenjang SLTP yang menggunakan kurikulum dari Departeman Pendidikan Nasional (saat itu Depdikbud). Dengan beberapa pelajaran yang diajarkan sebagai berikut: Agama. Akidah Akhlaq, Al-Qur’an Hadits, fiqih,

Ulumul Qur’an, Bahasa Arab. Umum. Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA,

IPS, Matematika, Sejarah.

Pembaharuan yang terjadi di YAPIDH tahun 1997 dimana pembaharuan ini adanya, sistem pendidikan non-formal dan sistem pendidikan formal. Pendidikan non-formal (pesantren) meliputi kegiatan (pengajian kitab kuning,

kader da’i/ da’iah dan muhadhoroh), sedangkan pendidikan formal mengikuti

kurikulum umum (Kemendikbud) dengan memadukan kurikulum agama (Materi dari Timur Tengah).14 Akan tetapi dengan perpaduan kurikulum tersebut menyebabkan jumlah mata pelajaran agama yang didapat para siswa/siswi menjadi bertambah, namun tidak mempengaruhi jumlah mata pelajaran dan jumlah jam yang ditentukan.

Sekolah Islam Terpadu juga memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasaddiyah yang menjadikan keterlibatan dan partisipasi aktif lingkungan sekolah,

13Wawancara pribadi dengan Ust. H. Maftuh Asmuni, Lc, S.Ag (Koordinator Pesantren &

Dak’wah Sosial), Bekasi, 14 April 2014, pukul 10.30-11.15 WIB.

14Wawancara pribadi dengan Yulianto Fajar Wahyudi, M,Pd (Koordinator Pendidikan), Bekasi, 14 April 2014, pukul 09.38-10.20 WIB.


(48)

36

rumah dan masyarakat. YAPIDH sebagai pesantren modern mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu menjadi Sekolah Islam Terpadu, dan menjadikan siswa/siswinya menjadi penghafal Al-Qur’an. Sampai sekarang tercatat 32 orang yang hafal

Al-Qur’an.15

Kegiatan pesantren Darul Hikmah (Non-Formal) pada umumnya sama dengan pesantren-pesantren lainnya dalam menggunakan kitab pelajarannya yaitu menggunakan kitab–kitab klasik, dimana kebanyakan kitab klasik itu hasil karya dari ulama-ulama terdahulu dari berbagai disiplin ilmu.

Adapun sistem pengajaran maupun penyampaian materi pelajaran adalah sebagai berikut: 1) mengulang dan mengulas kembali pelajaran yang terlebih dahulu di setiap memulai pengajian atau pelajaran, 2) memberi arti pada setiap kata di bawah kalimat sehingga santri mengetahui tata cara bahasa Arab secara benar, 3) memberikan terjemahan bebas terhadap kalimat yang telah di terjemahkan dan menjelaskan materi dalam bentuk ceramah dengan menguraikan materinya dengan sumber lain yang ada referensinya dengan materi pembahasan tersebut.

Berikut kitab-kitab yang diajarkan di pesantren Darul Hikmah yaitu:16 1. Akhlak (Kesopanan, kehalusan dan budi pekerti)

2.Ushul Hadits, Ushul Fiqih, Ta’limul Muta’alim ( Tata cara mencari ilmu),

3. Kifayatul Akhyar,

4. Qiroatul Kutub

5. Nahu–Sharaf,

15

Lihat lampiran nama siswa/siswi yang sudah selesai menghafal Al-Qur’an 30 juz 16


(49)

37 6. Balaghah.

Dengan sistem pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren Darul Hikmah maka santri diharapkan nantinya menjadi alumnus pondok pesantren yang menguasai ilmu agama dengan akhlak yang mulia dan kepribadian yang tangguh dan mandiri.

Adapun untuk memperlancar jalannya sistem yang ditetapkan, maka pondok pesantren Darul Hikmah membuat dan memberikan jadwal aktivitas keseharaian serta tata tertib santri untuk mengatur serta mendisiplinkan para santri yang ada.

Tabel. 6

Kegiatan Siswa/i Boarding (Mukim) di YAPIDH

Waktu Kegiatan

04.00 - 04.40 Bangun Sholat Lail dan Persiapan sholat subuh 04.40 - 05.00 Sholat Subuh Berjama’ah

05.00 – 05.30 Tahfidz Qur’an Boarding

05.30 - 06.00 Pemberian Mufrodat atau Vocabulary 06.00 - 06.30 Mandi Pagi

06.30 – 07. 20 Sarapan Pagi dan Persiapan Sekolah untuk Siswa/I Boarding

06.00 – 07.20 Tahfiz Qur’an untuk Siswa/I Fullday

07-.30 – 12.00 Proses KBM di Kelas Siswa/I Boarding dan Fullday 12.00 – 13.00 Istirahat Sholat Dzuhur dan Makan Siang


(50)

38

15.00 – 17.00 Sholat Ashar dan Ektrakurikuler 17.00 – 17.30 Makan Sore

17.30 – 18.00 Mandi dan Persiapan Sholat

18.00 – 19.00 Sholat Maghrib Berjama’ah dan Tahfidz Qur’an 19.00 – 20.00 Sholat Isya Berjama’ah dan Kajian Kitab Kuning 20.00 – 21.30 Belajar Pelajaran Sekolah

21.30 – 22.00 Persiapan Tidur 22.00 – 04.00 Istirahat Panjang

Kegiatan Sekolah (formal), Kurikulum untuk tingkat TKIT menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dipandu dengan Kurikulum 2006.

Kurikulum Lokal yang meliputi: Qiroati dan Hafalan Do’a do’a harian, Hadits

-hadits pilihan, Siroh Nabawiyah, dan Bahasa Arab. Dan untuk tingat SDIT menggunakan Kurikulum KTSP 2006 dengan mata pelajaran yang meliputi: PAI, Matematika, PKn, B. Indonesia, IPA, IPS, Seni Budaya dan keterampilan, Penjas Olahraga dan Kesehatan. Adapun Kurikulum Lokal sebagai berikut: Qiroati dan Tahfidz, Tarikh Islam, Fiqih, B. Arab, B. Inggris, dan Komputer.

Sedangkan Kurikulum tingkat SMPIT dan SMAIT menggunakan perpaduan antara Kurikulum (KTSP) dengan Kurikulum khas pesantren atau biasa disebut dengan kurikulum umum dan agama, adapun mata pelajarannya sebagai berikut:


(51)

39

Kurikulum umum: Sejarah, PPKN, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Biologi, Kimia, Ekonomi, Sosiologi, Geografi, Antropologi, TIK, Penjaskes, Seni Budaya, dan Matematika.

Kurikulum agama mengacu kepada materi dari Timur Tengah yang mengacu kepada buku-buku salaf yang berbahasa Arab. Adapun yang diajarkan sebagai berikut: Hadits,17Nahwu Shorof,18 Bahasa Arab, Tafsir, Tauhid (Keesaan Allah), Tajwid, Sirah, Fiqih (Ilmu tentang hukum Islam), Qiroa’ti–Tahsin Tahfidzul Qur’an, Khat Imla, Mentoring atau Halaqoh Tarbiyah. Lembaga pendidikan yang ada di YAPIDH terdiri dari lima tingkat yaitu: Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT), Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT), Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMAIT), dan Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU).

Adapun sasaran kemampuan khusus yang diwajibkan bagi siswa/siswi YAPIDH sebagai berikut:

A. Iman dan Taqwa 1. Hafal Al-Qur’an

- TKIT : Surat Al-Fatihah–Surat Ad-Dhuha - SDIT : Juz 30 – Juz 1

- SMPIT / SMPIT : Fullday : 3 Juz

17Hadits adalah sabda dan perbuatan nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan atau diceritakan oleh sahabat-sahabatnya ( untuk menjelaskan dan menentukan hukum Islam) Lihat. Muhaemin, Al-Qur’an dan Hadist untuk Kelas VII Mts (Bandung: Grafindo Media Pertama, 2008), Jil ke-1. Cet ke-1. hal. 5.

18Nahwu adalah kaidah-kaidah Bahasa Arab untuk mengetahui bentuk kata dan keadaan-keadaannya ketika masih satu kata (Mufrod) atau ketika sudah tersusun (Murokkab). Sedangkan Sharaf atau dibaca Shorof adalah salah satu nama cabang Ilmu dalam pelajaran Bahasa Arab yang khusus membahas tentang perubahan bentuk kata (Bahasa Arab). Perubahan bentuk kata ini dalam prakteknya disebut Tashrif (Perubahan: mengubah). Lebih jelas. Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, (Jakarta: Lkis, 1994), hal. 260.


(52)

40

: Boarding : 4, 5 Juz - STIU : 3.5 Juz

2. Kebiasaan membaca Al-Qur’an 3. Rajin beribadah dan belajar

4. Sholat berjama’ah dan Qiamullail

5. Puasa sunnah

B. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 1. Nilai rapot tinggi

2. Nilai NEM di atas rata-rata

3. Mampu menulis artikel dan laporan 4. Mampu membuat penelitian sederhana C. Kemampuan lain

1. Mampu berbahasa Arab dan Inggris sehari-hari 2. Mampu membaca kitab

3. Mampu mengoperasikan komputer program aplikasi

Mengembangkan bakat dan minat santri dalam hal pendidikan dan ketrampilan. Kegiatan ekstrakurikuler adalah salah satu kegiatan yang membantu siswa/i untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat yang dimiliki pada setiap murid.

Tabel. 7

Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada di YAPIDH:19

19Data yang diperoleh berdasarkan dari sekertaris di setiap unit SDIT, SMPIT, dan SMAIT, data yang diperoleh baik wawancara maupun data asrip masing-masing unit. Bekasi, 07-10 April 2014.


(53)

41 No Ekstrakurikuler

SDIT

Ekstrakurikuler SMPIT

Ekstrakurikuler SMAIT

1 Mipa Pramuka Pramuka

2 English Club Futsal Futsal

3 Futsal Bola Basket Bola Basket

4 Melukis/Mewarnai Badminton Badminton

5 Badminton Pencak silat Pencak silat

6 Taekwondo Karya Ilmiah Remaja Karya Ilmiah Remaja

7 Nasyid Jurnalistik Kaligrafi

8 Dokcil Keputrian Bahasa Jepang

9 Tahfidz Nasyid Bahasa Arab

10 Bahasa Arab Bahasa Arab Bahasa Inggris

11 Renang Bahasa Inggris Jurnalistik

12 Pramuka Tari Saman

13 Fotografi

B.Pendiri Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah

H. Muhammad Sidik kecil dilahirkan di Bekasi 15 Juni 1943, anak pertama dari sembilan bersaudara dari pasangan H. Muztaba bin H. Nasimun dan Hj. Sima binti Tongo, dan sejak kecil, H. Muhammad Sidik di asuh oleh kakeknya.20

Menurut Informasi yang penulis dapat dari Dr. H. Abdul Junaedi bahwa H. Muhammad Sidik adalah sosok figur seorang kakak yang sangat baik terhadap

20Wawancara pribadi dengan H. Muhammad Sidik (Ketua Dewan Pembina), Bekasi 14 April 2014, pukul 11.00-12.00 WIB.


(54)

42

adik-adiknya, terutama keluarga besarnya. Orangnya yang ulet dan selalu tegas atas prinsip-prinsipnya menjadikan H. Muhammad Sidik selalu dikenal di masyarakatnya sampai sekarang.21

Sewaktu kecil H. Muhammad Sidik mulai mengenyam bangku sekolah di Sekolah Rakyat (SR) pada tahun 1950. Setelah itu melanjutkannya ke Sekolah Rakyat Islam sampai kelas 2 saja, dan H. Muhammad Sidik pun lebih memilih melanjutkan pendidikan non–formal (pesantren salaf) kepada KH. Tajuddin di Kayuringin untuk mendalami pelajaran agama. Selesai belajar agama selama tujuh tahun di pesantren, H. Muhammad Sidik pun mulai terjun di dunia politik pada tahun 1970 meskipun hanya sebagai juru kampanye di salah satu partai pada saat itu. Selain aktif di dunia politik H. Muhammad Sidik juga terjun sebagai seorang pebisnis toko bahan baju di pasar kecapi Pondok Gede, atas keuletannya pun menjadikan H. Muhammad Sidik sebagai pebisnis yang sangat berhasil dan sukses pada saat itu, tentunya dengan kedua profesi tersebut menjadikan H. Muhammad Sidik yang dikenal di masyarakatnya sebagai orang yang sangat aktif, ulet, dan tegas.

Melihat kehidupannya yang mencukupi dalam hal materi, H. Muhammad Sidik merasa hidupnya semakin banyak uang semakin tidak tentram dan resah. Akhirnya H. Muhammad Sidik pun berkonsultasi dan bertukar fikiran dengan seorang kiyai bernama Drs. KH. Dawam Anwar, H. Muhammad Sidik menanyakan kepada kiyai tersebut kenapa hidupnya selalu tentram, kemudian

kiyai tersebut mengatakan “Ente klo mau hidup tentram, cobalah mendirikan

21Wawancara pribadi dengan Dr. H. Abdul Junaedi (adik ke-5 dari H. Muhammad Sidik), Bekasi 6 Mei 2014, pukul 17.00-17.40 WIB.


(55)

43

lembaga pendidikan Islam” kata-kata kiyai tersebut menjadikan H. Muhammad

Sidik semakin yakin untuk mewujudkan keinginannya yang dari dulu ingin mendirikan lembaga pendidikan Islam, karena perihatin melihat ketidaktahuan masyarakat sekitar lingkungannya dalam hal pendidikan Islam dan keagamaan yang sangat minim pada saat itu. Tanah wakaf seluas 5.000 m² yang diberikan oleh orang tuanya H. Muztaba, H. Muhammad Sidik pun mulai mendidirikan lembaga pendidikan Islam pada tahun 1983 yang terdiri dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) pertama di Jatiasih yang dibantu oleh saudara dan teman-teman terdekat sebagai tenaga pengajar seperti, Dr. H. Abdul Junaedi, Drs. Anwar, dan H. saman. Pada awal beliau mendirikan lembaga pendidikan memang tidak begitu banyak masyarakat sekitar yang mendukung dikarenakan masyarakatnya yang tidak begitu paham tentang pendidikan Islam, sehingga murid yang belajar pada saat itu kebanyakan dari luar Jatiasih. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang di cita-citakan YAPIDH terus berusaha melakukan perbaikan dalam hal sarana dan prasarana yang dibutuhkannya, banyak bantun dana yang diperoleh H. Muhammad Sidik dari salah satu partai untuk menyempurnakan SDM di YAPIDH.

Kedatangan Dr. H. Ahzami Samiun Jazuli, MA, (lulusan dari Al Imam Muhammad Ibn Saud Islamic University Riyadh Saudi Arabia) menantu H. Muhammad Sidik, yang dibantu oleh KH. Yusuf Supendi Lc, Dr. Ahmad Satori Ismail, dan Dr. Muslih Abdul Karim, Drs. Anwar, Drs. Heri Koswara, M.A, dan Dadi Kusdiman, S.Pd, telah terjadi pembaharuan terhadap perpaduan kurikulum yang terjadi di YAPIDH tahun 1997/1998 menjadikan awal perkembangannya


(56)

44

menjadi pondok pesantren modern, terlihat dari bertambahnya jumlah murid yang masuk ke YAPIDH dari tahun ke tahun, selain tujuan dari didirikannya YAPIDH untuk memperjuangkan atau mempertahankan syiar Islam. H. Muhammad Sidik bercita-cita ingin mengembangkan YAPIDH menjadi yang lebih baik lagi dengan cara membuka atau mendirikan pondok pesantren di berbagai tempat yang merupakan cabang dari YAPIDH. Melihat apa yang terjadi itu semua menjadikan suatu kebanggaan bagi H. Muhammad Sidik.

Menjelang masa tuanya, H. Muhammad Sidik tidak begitu banyak berperan dalam perkembangan YAPIDH, karena semua itu sudah di percayakan kepada anak dan menantunya. H. Muhammad Sidik di usianya yang sekarang sekitar 70 tahun masih tetap gigih dalam berkerja, selain mengontrol perkembangan YAPIDH H. Muhammad Sidik dalam mengisi waktu luangnya sekarang mencoba menjadi pengusaha peternak ikan lele di sekitar rumahnya. C. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Yayasan Perguruan Islam Darul

Hikmah

Sebuah pesantren harus mempunyai visi yang jelas yang dapat diimplementasikan dalam setiap tindakan dan program yang terukur. Visi atau tujuan jangka panjang akan menjadi cita-cita yang berdampak pada sikap optimis dan harapan di masa yang akan datang. YAPIDH memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas, sebagai berikut:

1. Visi Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah

Visi YAPIDH adalah merupakan gambaran cita-cita yang ingin diwujudkan melalui semua kegitan yakni, Mencetak Generasi yang Faqih dan


(57)

45

Qur’ani.22 Faqih adalah Menjadikan anak-anak yang lulusan dari YAPIDH lebih

memahami agama Islam dengan baik, sedangkan Qur’ani adalah memiliki

kemampuan berinteraksi dengan Al-Qur’an, diantaranya:

- Membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaedah Islam dengan baik. - Memiliki hafalan Al-Qur’an dengan target yang telah di sesuaikan

dengan jenjang pendidikan masing-masing. 2. Misi Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah

Suatu keharusan di dalam dunia pendidikan adalah melakukan perubahan-perubahan dan penyesuaian seirama dengan arus modern. Dengan bijak para tokoh-tokoh pendidikan di lingkungan YAPIDH, membuat langkah baru yang diharapkan cukup mengena dalam membuat metode pendidikan yang baik, dengan Misi sebagai berikut:

- Melaksanakan Pembelajaran Islami secara terpadu bagi siswa dan guru.

- Membangun potensi peserta didik berdasarkan emosional, intelektual, dan fisik.

- Meningkatkan kemampuan bahasa

3. Tujuan Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah

- Memahami nilai-nilai Islam dan memiliki akhlaqul karimah.

- Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Arab dan Inggris dengan benar.


(58)

46

- Memiliki kemampuan akademis sehingga mereka mampu bersaing untuk melanjutkan di Perguruan Tinggi unggulan yang mereka inginkan.

- Memiliki kemampuan manajeral sehingga dapat mengerjakan tugas-tugas dan bekerja dalam tim serta beradaptasi pada setiap perubahan.


(59)

47

BAB IV

AKTIVITAS YAYASAN PERGURUAN ISLAM DARUL HIKMAH

A. Bidang Pendidikan Islam

YAPIDH di bidang pendidikan hingga kini masih terus berkembang dan berusaha membenahi diri guna meningkatkan fungsi perannya sebagai wadah untuk membina umat Islam di sekitarnya. Dalam usaha ini, YAPIDH telah melakukan segala tindakan dan aktivitasnya secara intensif sehingga pembinaan yang dilakukannya mencapai hasil yang cukup memuaskan.

Keberadaan YAPIDH di tengah-tengah masyarakat bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai dakwah Islam kepada masyarakat dengan tujuan memahami nilai-nilai Islam dan memiliki akhlaqul karimah. Hasbullah

juga mengatakan dalam bukunya “Kapita Selekta Pendidikan Islam”1 pondok

pesantren bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiar. Peran pondok pesantren bukan hanya menekankan pengetahuan agama semata, tetapi juga dengan pengetahuan umum melalui lembaga-lembaga formal.

Pendidikan berasal dari kata “didik” yang mendapat awalan “pen” dan

akhiran “an”, berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2

1Habullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Rajawali Pres, 1996), cet. ke-1, hal. 1. 2Daud Ali, Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 149


(60)

48

Menurut Drs. Ahmad Marsimba, pengertian pendidikan Islam adalah bimbingan Jasmani utama menurut ukuran-ukuran Islam.3 Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali pendidikan agama Islam adalah suatu proses memanusiakan manusia sejak kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, di mana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna.4

Untuk menjadi pondok pesantren yang besar dan maju, tidak bisa begitu saja menjadi pesantren yang besar dan terkenal, melainkan tumbuh sedikit demi sedikit melalui kurun waktu yang lama. YAPIDH sebagai lembaga pendidikan Islam, tentu saja dalam kiprahnya tidak hanya menyelenggarakan pendidikan agama saja tetapi juga menyelenggarakan pendidikan dalam bidang ilmu umum dalam menghadapi masa depan. Dengan pendirian pondok pesantren tersebut, secara tidak langsung YAPIDH telah memainkan perannya dalam mengupayakan perkembangannya dalam bidang pendidikan dan lambat laun telah berkembang menjadi pesantren yang terorganisir di lingkungan masyarakat sekitar.

Hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar perorangan, maupun antar perorangan dengan kelompok manusia merupakan sebuah interaksi sosial. Apabila dua orang bertemu, maka interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menyapa, berjabat tangan, saling berbicara. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi

3Hamdani Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 15.

4Abiddin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghalazali Tentang Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hal. 5.


(61)

49

sosial.5 Respon dan antusias masyarakat terhadap YAPIDH sebagai lembaga

pendidikan Islam dan salah satu bukti dalam penyebaran syi’ar Islam terhadap

masyarakat. Hal itu terbukti bahwa YAPIDH mendapat dukungan yang sangat besar dari masyarakat sekitar.

YAPIDH yang dirintis oleh H. Muhammad Sidik sudah banyak mencetak para generasi penerus yang dapat mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu yang didapat dari pesantren, terbukti para alumninya menjadi orang-orang yang berguna di masyarakat. Sistem pendidikan YAPIDH termasuk sistem pesantren khalaf atau modern, pesantren yang selain bermateriutamakan pendalaman agama Islam (tafaqquh fi al-din) dan memasukkan unsur-unsur modern seperti penggunaan sistem klasikal atau sekolah dalam pembelajaran ilmu-ilmu umum dalam muatan kurikulumnya, bahkan memperpadukan dua kurikulum umum (Kemendikbud) dengan kurikulum agama.

Pendidikan non-formal (Pesantren) yang ada di YAPIDH sama halnya seperti pesantren-pesantren yang lainnya meliputi kegiatan (pengajian keagamaan kitab-kitab kuning, kader da’i/ da’iah dan muhadhoroh), sedangkan pendidikan formal mengikuti kurikulum umum (Kemendikbud) dengan memadukan kurikulum agama dan menjadi Sekolah Islam Terpadu. Lembaga pendidikan yang ada di YAPIDH terdiri dari lima tingkat yaitu: Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT), Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), Sekolah Menengah

5Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 64


(62)

50

Pertama Islam Terpadu (SMPIT), Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMAIT), dan Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU).

Berbicara tentang pesantren, di Indonesia selama ini bukan saja selalu aktual dan menarik tetapi juga telah memunculkan dimensi-dimensi baru sesuai dengan perubahan lingkungan yang strategis yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global. Demikian halnya dengan YAPIDH, sebagaimana yang telah dimuat dalam bab sebelumnya, bahwa YAPIDH berdiri atas keinginan, keprihatinan dan perjuangan dalam meningkatkan kualitas perkembangan pendidikan generasi muslim pada umumnya.

Berdasarkan data perkembangan YAPIDH yang diperoleh dari setiap unit secara keseluruhan jumlah siswa/i mengalami peningkatan. Seperti yang dijelaskan di bab sebelumnya dalam bentuk tabel bahwa faktor utama penambahan jumlah siswa/i seiring dengan penambahan tingkat pendidikan yang dibuka, hingga kini YAPIDH telah memiliki 1943 orang siswa/i. Hal itu terbukti bahwa santri YAPIDH tidak hanya berasal dari daerah sekitar Bekasi, melainkan dari berbagai daerah di Indonesia.

YAPIDH dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) terus berusaha memperluas dan menambah kekurangan-kekurangannya, mulai dari masalah sarana dan prasarana, misalnya dengan menambah ruangan kelas tempat belajar beserta perlengkapan yang dibutuhkan dan tenaga pengajar seperti guru-guru yang berkualitas dan profesional dalam dunia pendidikan dengan lulusan S1,


(1)

Gambar. 11

KEGIATAN TAHFIDZ SEBELUM BERANGKAT SEKOLAH


(2)

Gambar. 13 Lab. Bahasa

Gambar. 14 Lab. Sains


(3)

Gambar. 15

HAFLAH AKHIR TAHUN DAN WISUDA TKIT

Gambar. 16


(4)

Gambar. 17

PEMBAGIAN SEMBAKO UNTUK DHUAFA

Gambar. 18


(5)

Gambar. 19

PENGAJIAN LTQ RUUHAN IBU-IBU

Gamabar. 20


(6)

Gambar. 21 Dewan Guru SDIT

Gambar. 22