Chapter II Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Organik Cair Urine Kelinci Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)

17

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Klasifikasi tanaman mentimun sebagai berikut : Kingdom : Plantae ;
Divisio : Spermatophyta ; Sub Divisio : Angiospermae ; Class : Dicotyledoneae ;
Ordo : Cucurbitales ; Family : Cucurbitaceae ; Genus : Cucumis dan Spesies :
Cucumis sativus L (Rukmana, 1994).
Perakaran mentimun memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi
daya tembusnya relatif dangkal pada kedalaman 30-60 cm. Oleh karena itu
tanaman mentimun termasuk tanaman peka terhadap kekurangan dan kelebihan
air (Rukmana,1994).
Mentimun termasuk tanaman semusim yang bersifat menjalar atau
memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin. Batangnya basah,
berbulu serta berbuku-buku, panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50 cm –
250 cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh di sisi tangkai daun
(Rukmana, 1994).
Daun tanaman mentimun lebar berlekuk menjari dan dangkal, berwarna
hijau muda sampai hijau tua.daun ini tumbuh berselang seling keluar dari ruas
batang. Daunnya beraroma kurang sedap dan langu, berbulu tidak begitu tajam
( Sunarjono, 2003).

Tanaman mentimun memiliki jumlah bunga jantan lebih banyak daripada
bunga betina, dan bunga jantan muncul lebih awal beberapa hari. Bunga jantan
muncul lebih awal beberapa hari mendahului bunga betina. Penyerbukan bunga
mentimun adalah penyerbukan menyerbuk silang, penyerbukan buah dan biji menjadi
penentu rendah dan tinggi produksi mentimun(Milawatie, 2006).

18

Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) memiliki bunga berbentuk
terompet, warna kuning dan berumah satu. Bunga betina mempunyai bakal buah
yang membengkak, terletak di bawah mahkota bunga. Pada bunga jantan tidak
terdapat bagian yang membengkak, sehingga dalam pemilihan tetua, jumlah
bunga betina per pohon terbanyak yang terpilih (Suryadi, dkk, 2004).
Tanaman mentimun dalam proses kehidupan mengalami fase jouvenil
(fase muda) relatif pendek. Pada umur 20-25 hari umumnya tanaman sudah
berbunga dalam bentuk calon bunga yang belum mekar. Apabila bunga pertama
tumbuh merupakan pertanda bahwa tanaman sudah mengakhiri fase pertumbuhan
muda dan beralih ke fase dewasa (produksi) (Imdad dan Nawangsih, 1995)
Perkembangan buah mentimun dimulai dari mengembangnya bakal buah
yang terdapat tepat di belakang (dibawah) kelopak dan mahkota bunga. Lambat

laun buah akan terbentuk sedang bagian kelopak dan mahkota bunga akan
terdorong kemuka menempel dipucuk buah muda. Buah mentimun letaknya
menggantung dari ketiak antara daun dan batang. Bentuk dan ukurannya
bermacam-macam tetapi umumnya bulat panjang dan bulat pendek, kulit buah
mentimun

ada

yang

berbintil-bintil

ada

pula

yang

halus


(Imdad dan Nawangsih, 1995).
Biji mentimun bentuknya pipih, kulitnya berwarna putih atau putih
kekuning-kuningan sampai coklat. Biji ini dapat digunakan sebagai alat
perbanyakan tanaman (Rukmana, 1994).

19

Syarat Tumbuh
Iklim
Kelembapan relatif udara (RH) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun
untuk pertumbuhannya antara 50-85 %, sementara curah hujan yang diinginkan
tanaman sayuran ini antara 200-400 mm/bulan, curah hujan yang terlalu tinggi
tidak baik untuk pertumbuhan tanaman ini terlebih pada saat mulai berbunga
karena curah hujan yang sangat tinggi akan banyak menggugurkan bunga
(Sumpena, 2005).
Cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman mentimun, penyerapan unsur hara akan berlangsung dengan optimal jika
pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari (Sumpena, 2005).
Tanaman mentimun yang tumbuh baik pada daerah dengan suhu 22 -30ºC
ini lebih banyak ditemukan di dataran rendah. Diperlukan cuaca panas, namun

tidak lebih panas daripada cuaca untuk semangka. Selama pertumbuhannya,
tanaman mentimun membutuhkan iklim kering, dan sinar matahari cukup
(tempat terbuka) (Sunarjono, 2003).
Tanah
Tanaman mentimun dapat tumbuh baik di ketinggian 0-1000 m diatas
permukaan laut, diketinggian lebih dari 1.000 meter dpl tanaman mentimun harus
menggunakan mulsa plastik perak hitam karena diketinggian tersebut suhu tanah
kurang dari 18°C dan suhu udara kurang dari 25°C (Sumpena, 2005)
Pada dasarnya mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua
jenis tanah. Tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanah yang
bertekstur liat berat dan juga pada tanah organik seperti lahan gambut.

20

Kemasaman tanah yang optimal adalah antara 5,5-6,5. Tanah yang banyak
mengandung air, terutama pada frekuensi berbunga merupakan jenis tanah yang
baik untuk penanaman mentimun diantaranya aluvial, latosol dan andosol
(Sumpena, 2005).
Urine Kelinci
Menurut Kartadisastra (2001), kelinci pada awalnya adalah ternak liar

yang sulit dijinakkan. Tetapi sejak dua puluh abad yang silam hewan ini sudah
mulai dijinakkan. Pada umumnya tujuan pemeliharaan kelinci adalah untuk ternak
hias, penghasil daging, kulit dan untuk hewan percobaan. Manfaat lain yang bisa
diambil dari kelinci adalah hasil ikutannya yang dapat dijadikan pupuk, kerajinan
dan pakan ternak.
Menurut Syafwan (2011), secara kimiawi kandungan zat dalam
urine diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam
hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolisme
lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormon, dan
sebagainya.
Menurut Sarwono (2002), kotoran dan urin kelinci mengandung unsurunsur berpotensi tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan baku teknologi
terapan seperti pembuatan kompos, biogas, pupuk tanaman bunga (terutama
tanaman bunga anggrek) dan sebagai media yang baik bagi pertumbuhan jamur
dan cacing tanah. Kandungan unsur-unsur dalam kotoran dan urin kelinci dapat
dilihat pada Tabel 1. Tingginya kandungan nitrogen dari kelinci baik sebagai
pensuplai unsur hara yang diperlukan tanaman.

21

Tabel 1. Kandungan zat hara beberapa kotoran ternak padat dan cair

No. Nama Ternak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Bentuk Kotoran

Kuda

Padat
Cair
Kerbau
Padat
Cair

Sapi
Padat
Cair
Kambing
Padat
Cair
Domba
Padat
Cair
Babi
Padat
Cair
Ayam
Padat dan Cair
Kelinci muda*
Cair
Kelinci dewasa** Cair

N (%)


P(%)

0.55
0.30
1.40
0.02
0.60
0.30
1.00
0.15
0.40
0.20
1.00
0.50
0.60
0.30
1.50
0.13
0.75
0.50

1.35
0.05
0.95
0.35
0.40
0.10
1.00
0.80
1.6-2.0 0.43-1.3
2.72
1.1

K(%)

Air (%)

0.40
75
1.60
90

0.34
85
1.50
92
0.10
85
1.50
92
0.17
60
1.80
85
0.45
60
2.10
85
0.40
80
0.45
87

0.40
55
0.4-1.0 44.7-32.5
0.5
55.3

Sumber : (Klaus, 1985 dalam Sarwono, 2002).
Menurut Suradi (2005), potensi kelinci tidak hanya sebagai penghasil
daging yang sehat. Juga sebagai penghasil kulit bulu (fur) dan wool. Selain dari
pada itu kotoran kelinci merupakan sumber pupuk kandang yang baik karena
mengandung unsur hara N, P dan K yang cukup baik dan arena kandungan
proteinnya yang tinggi (18% dari berat kering) sehingga kotoran kelinci masih
dapat diolah menjadi pakan ternak.
Menurut Sarwono (2002), pemberian pakan berupa kubis atau limbah
sayuran lain akan membuat kencing kelinci keluar berlebihan. Karena limbah itu
memiliki kandungan air tinggi. Kalau sistem perkandangan kurang bagus dan
perawatan tidak memadai, di lingkungan peternakan kelinci akan timbul bau
kurang sedap. Air kencing kelinci mengandung nitrogen (N) tinggi. Ketika terurai
oleh bakteri akan menimbulkan bau gas amoniak yang kurang sedap.

22

Menurut Syafwan (2011), sebelum urine kelinci dimanfaatkan, sebaiknya
urine difermentasikan terlebih dulu. Secara umum fermentasi akan memperkaya
kandungan bahan kimia yang berguna bagi tanaman sehingga lebih mudah dicerna
oleh tanaman karena sudah matang. Selain itu, baunya sudah tidak menyengat.
Fermentasi ini dilakukan supaya hasil/kandungan kimia urine lebih baik dengan
bantuan mikroorganisme fermentasi.
Menurut Noor dkk. (1996), manure dan urine kelinci dikenal sebagai
sumber pupuk organik yang potensial untuk tanaman hortikultura. Petani sayuran
di Ciwidey dan Lembang, Bandung juga banyak memanfaatkan manure dan urine
kelinci yang dicampur berbagai bahan lain untuk strawberry, tomat dan sayuran
lainnya. Penggunaan manure kelinci dibandingkan dengan manure ayam pada
berbagai jenis sayuran di Sulawesi Selatan menunjukkan peningkatan produksi
sebesar 2,1% (jagung), 11,8% (kubis), 12,5% (buncis), 22,7% (kacang merah) dan
(kentang) 5,5%.
Menurut Sarwono (2002), urine kelinci banyak dimanfaatkan sebagai
pupuk cair untuk bunga potong dan sayuran dan diduga mengandung hormon
penunjang tumbuh seperti auxin atau giberillin. Untuk meningkatkan mutu pupuk
yang dihasilkan termasuk mengurangi bau yang timbul, dekomposisi manure
dan/atau urine dapat dilakukan dengan penggunaan probiotik.
Menurut Jumiati (2007), semakin tinggi dosis dan konsentrasi pupuk yang
diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin
tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang
dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi.
Namun, pemberian dengan dosis dan konsentrasi yang berlebihan justru akan

23

mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman Oleh karena itu,
pemilihan dosis dan konsentrasi yang tepat perlu diketahui oleh para peneliti
maupun petani dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di
lapangan.