76462294 Analisis Kesalahan Berbahasa Di Sekolah

METODE ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA KELAS XII IPA SMA NEGERI PRONOJIWO KABUPATEN
LUMAJANG
. Pendahuluan
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia.
Bagi siswa SD, SMP, dan SMA bahasa Indonesia selain dipelajari secara teoritis dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia juga sebagai alat komunikasi sebagai penerapannya.
Dengan demikian, sekolah sebagai lingkungan pendidikan diharapkan menjadi tempat
pembinaan dan pemeliharaan bahasa Indonesia.
Siswa-siswa di Indonesia umumnya dwibahasawan. Bahasa pertama (B1) mereka adalah
bahasa ibu, yaitu bahasa daerah dan bahasa kedua (B2) adalah bahasa Indonesia. Akibat
pemakaian dua bahasa dalam praktik sehari-hari inilah maka muncul interferensi dalam
bahasa yang mereka pakai. Wujud interferensi itu adalah adanya pengaruh sistem B1 di
dalam penggunaan B2 atau sebaliknya adanya pengaruh sistem B2 di dalam penggunaan B1
(Bloomfield dalam Tarigan:1990).
Saling pengaruh ini dapat terjadi pada setiap tataran bahasa, seperti fonologi, morfologi, dan
sintaksis. Keadaan ini berakibat bagi guru, yaitu adanya kesulitan dalam pengajaran bahasa
Indonesia sebagai B2. Sedangkan akibat bagi siswa adalah ia akan merasa sulit menerima dan
memahami mata pelajaran lain karena ia tidak terampil menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik. Oleh karena itu, terasa perlu adanya penelitian terhadap pemakaian bahasa
Indonesia siswa di sekolah.

Adanya kesalahan pemakaian bahasa yang diuraikan di atas terjumpai di SMA Negeri
Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Siswa-siswa SMA Negeri Pronojiwo berbahasa ibu (B1)
bahasa Jawa sehingga bahasa Indonesia menjadi B2 mereka. Sebagai pembelajar B2, siswa
SMA Negeri Pronojiwo banyak melakukan kesalahan berbahasa. Sangatlah menarik bagi
peneliti untuk lebih mengenali kesalahan berbahasa itu, apa yang menjadi penyebab
terjadinya kesalahan berbahasa dan bagaimana solusi permasalahannya menjadi hal yang
menarik untuk diteliti.
Penelitian ini merupakan penelitian terhadap masalah yang muncul saat peneliti mengajar
Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas XII IPA tahun ajaran 2009/2010, yaitu peneliti
menemukan banyaknya kesalahan bahasa tulis dalam karangan siswa. Melihat hal ini peneliti
ingin mendeskripsikan kesalahan-kesalahan pemakaian bahasa Indonesia tulis yang dilakukan
oleh siswa kelas XII IPA. Dengan metode analisis kesalahan pemakaian bahasa diharapkan
dapat ditemukan penyebab terjadinya kesalahan itu sehingga dapat ditemukan solusi untuk
mengatasi terjadinya kesalahan-kesalahan itu.
Masalah analisis kesalahan pemakaian bahasa siswa dalam penelitian ini mencakup lingkup
yang sangat luas, yaitu seluruh pemakaian bahasa Indonesia secara lisan dan tulis dari
berbagai tataran gramatikalnya. Tetapi, dari seluruh pemakaian bahasa itu penelitian ini hanya
akan difokuskan pada analisis kesalahan pemakaian bahasa Indonesia tulis siswa, yaitu (1)
bentuk kesalahan ejaan, (2) bentuk kesalahan kalimat, dan (3) bentuk kesalahan paragraf.
2. Landasan Tori


2.1 Kedwibahasaan dan Interferensi
Saat berkomunikasi antarsuku masyarakat Indonesia menggunakan bahasa Indonesia tetapi
bila berkomunikasi di dalam lingkungan keluarga atau suku, mereka menggunakan bahasa
daerah seperti bahasa Jawa, Madura, Sunda, Bali, dan sebagainya. Ini berarti masyarakat
Indonesia menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi atau dwibahasawan. Disebabkan
pemakaian dua bahasa inilah muncul adanya kedwibahasaan dan interferensi. Menurut
Bloomfield (dalam Tarigan, 1990), kedwibahasaan adalah penguasaan dua bahasa secara
sempurna. Interferensi adalah penerapan penggunaan dua bahasa secara bergantian sehingga
menimbulkan kekacauan bahasa. Dengan demikian, interferensi merupakan akibat negatif
dari dwibahasawan.
2.2 Kesalahan Berbahasa
Di dalam teori kesalahan berbahasa baik penutur asli maupun orang yang sedang belajar B2
dapat membuat kesalahan berbahasa. Tetapi, kedua kesalahan yang dilakukan dua penutur itu
tidak sama sifat dan penyebabnya. Corder (dalam Tarigan, 1990) membedakan kesalahan
berbahasa yang dibuat oleh penutur asli dan orang yang sedang belajar bahasa. Menurutnya
ada tiga macam kesalahan berbahasa yang dibuat oleh penutur asli, yaitu (1) lapse adalah
kesalahan yang timbul karena pembicara berganti cara saat mengatakan sesuatu sebelum
kalimat selesai diucapkan selengkapnya. Kesalahan ini terjadi karena tidak disengaja (slip of
tongue atau slip of the pen); (2) error (kesalahan), kesalahan yang timbul karena pembicara

melanggar aturan tatabahasa. Pelanggaran ini disebabkan pembicara kemungkinan memiliki
aturan tatabahasa yang berbeda dari yang lain; dan (3) mistake (kekeliruan), kesalahan yang
terjadi karena pembicara tidak tepat memilih kata atau ungkapan untuk situasi tertentu.
Seorang penutur asli membuat kesalahan berbahasa karena ia berpendapat bahwa aturan
tatabahasanya sudah benar. Tetapi, seorang pembelajar B2 membuat kesalahan karena
pengetahuannya tentang bahasa itu belum sempurna.
2.3 Analisis Kesalahan Berbahasa
Menurut Ellis (dalam Tarigan, 1990:190), Analisis Kesalahan Berbahasa adalah suatu
prosedur yang digunakan oleh para peneliti atau guru dalam menganalisis pemakaian
bahasa pembelajar B2. Berkaitan dengan pendapat Ellis tersebut Tarigan (1990:71)
menjelaskan, Analisis Kesalahan Berbahasa merupakan proses yang memiliki prosedur
sebagai pedoman kerja. Prosedur ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
(1) mengumpulkan data: berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa, misalnya
karangan, kertas ujian, ujaran, dan sebagainya;
(2) mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan: mengenali dan memilah-milah
kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan misalnya: kesalahan-kesalahan pelafalan,
pembentukan kata, penggabungan kata, penyusunan kalimat;
(3) memperingkat kesalahan: mengurutkan kesalahan berdasar frekuensi atau
keseringannya;
(4) menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan

memberikan contoh yang benar;

(5) memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kesalahan yang rawan:
meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial mendatangkan kesalahan.
(6) mengoreksi kesalahan: memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui
penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang
tepat pula.
2.4 Kaidah Ejaan
Bahasa adalah suatu alat untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemauan yang murni
manusiawi dan tidak distingtif, dengan pertolongan sistem lambang-lambang bunyi yang
diciptakan dengan sengaja (Edwar Sapir dalam Marsoedi, tanpa tahun:16). Dalam pengertian
sehari-hari bahasa yang dimaksud adalah bahasa lisan sedangkan bahasa tulis merupakan
pencerminan kembali dari bahasa lisan tersebut dalam bentuk simbol-simbol (Keraf,
1984:12). Tatacara menulis bahasa lisan dalam bahasa Indonesia dalam huruf Latin di sebut
dengan ejaan (Alwi, 1997:15). Secara teknis yang dimaksud dengan ejaan ialah tatacara
penulisan huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca. Pemerintah Republik Indonesia
pada tahun 1972 mengeluarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) sebagai pedoman resmi ejaan bahasa Indonesia.
2.5 Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau gagasan

pengarang dan mampu menimbulkan kembali gagasan atau pikiran itu dalam pikiran
pembaca dengan tepat pula. Dalam menyusun kalimat efektif seorang penulis harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu kesatuan gagasan, koherensi yang baik dan kompak,
penekanan, variasi, paralelisme, dan penalaran atau logika (Keraf, 2004:35-37).
2.6 Keutuhan Paragraf dalam Wacana
Menurut Tarigan (1987:27), wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, tertinggi atau
terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi,
berkesinambungan yang memiliki awal dan akhir yang nyata disampaikan secara tertulis.
Lebih lanjut dijelaskan (Tarigan, 1987: 97-110), kepaduan (kohesi) dan kerapian (koherensi)
merupakan unsur hakiki wacana, unsur yang menentukan keutuhan wacana.
Keutuhan sebuah wacana akan terlihat dari paragraf-paragraf penyusunnya. Dengan
mengetahui hubungan kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf akan menunjukkan utuh atau
tidaknya sebuah wacana. Paragraf yang kohesi dan koheren akan menjadikan sebuah wacana
utuh.
2.6.1 Kohesi
Kohesi adalah hubungan antarkalimat di dalam sebuah paragraf, baik dalam strata gramatikal
maupun leksikal. Sarana kohesi gramatikal adalah: pronomina, substitusi, elipsis, dan
konjungsi. Sarana kohesi leksikal adalah: repetisi, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi,
ekuivalensi.
2.6.2 Koherensi


Koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi
urutan logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya. Keutuhan paragraf dalam
wacana dari aspek semantik dapat menggunakan sarana: (1) hubungan sebab-akibat, (2)
hubungan alasan-sebab, (3) hubungan sarana-hasil, (4) hubungan sarana tujuan, (5) hubungan
sarana-latar, (6) hubungan hasil-kegagalan, (7) hubungan syarat-hasil, (8) hubungan
perbandingan, (9) hubungan parafrastis, (10) hubungan aplikatif, (11) hubungan aditif
temporal, (12) hubungan nontemporal, (13) hubungan identitas, (14) hubungan generikspesifik, dan (15) hubungan ibarat. Ditambahkan pula dalam sarana itu kelogisan turut juga
menentukan utuh tidaknya suatu paragraf. Kelogisan bentuk dan kelogisan makna yang runtut
pada suatu paragraf akan membuat wacana utuh. Kelogisan makna menuntut kecermatan
dalam pemakaian bahasa.
3. Bentuk-bentuk Kesalahan Berbahasa
3.1 Kesalahan Penulisan Ejaan
3.1.1 Kesalahan Pemakaian Kata Depan ‘di’
Kesalahan penulisan kata depan ‘di’ dapat dilihat pada contoh data berikut ini.
(1) Udara disekitar Pronojiwo sangat segar.
(2) Burung-burung yang hinggap dipepohonan itu telah berkicau.
(3) Diantaranya adalah pohon pinus dan cemara.
Pada data di atas tampak kesalahan penulisan kata depan ‘di’. Siswa menerapkan kaidah
penulisan kata depan ‘di’ sebagai awalan’di-‘ sehingga penulisan kata depan ‘di’ yang

seharusnya dipisah tetapi ditulis serangkai dengan kata yang diikuti.
Perbaikan kesalahan penulisan kata-kata di atas adalah sebagai berikut ini.
- Udara di sekitar Pronojiwo sangat segar.
- Burung-burung yang hinggap di pepohonan itu telah berkicau.
- Di antaranya adalah pohon pinus dan cemara.
3.1.2 Kesalahan Pemakaian Tanda Koma (,)
Kesalahan pemakaian tanda koma dapat dilihat pada contoh data berikut ini
(4) Di saat matahari mulai terbit dari timur, ayam-ayam mulai berkokok.
(5) Burung-burung beterbangan ke sana ke mari, mencari makan buat anak-anak
mereka.
(6) Pronojiwo terletak di daerah tinggi, dan memiliki keindahan alam yang eksotis.
(7) Malam telah tiba, terdengar suara katak yang saling berkorek.

(8) Di kala pagi desa Pronojiwo kelihatan indah, yang dihiasi dengan pepohonan,
udaranya sejuk dan segar.
Pemakaian tanda koma pada data di atas salah. Siswa memakai tanda koma untuk
memisahkan anak kalimat yang terletak setelah induk kalimat. Dalam kaidahnya, tanda koma
tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat jika anak kalimat itu terletak
sesudah induk kalimat. Oleh karena itu, pada kalimat-kalimat di atas tanda koma harus
dihilangkan.

Perbaikan kesalahan pemakaian tanda pada data di atas sebagai berikut.
- Di saat matahari mulai terbit dari timur ayam-ayam mulai berkokok.
- Burung-burung beterbangan ke sana ke mari mencari makan buat anak-anak
mereka.
- Pronojiwo terletak di daerah tinggi dan memiliki keindahan alam yang eksotis.
- Malam telah tiba terdengar suara katak yang saling berkorek.
- Di kala pagi desa Pronojiwo kelihatan indah yang dihiasi dengan pepohonan, udaranya
sejuk dan segar.
3.1.3 Kesalahan Pemakaian Tanda Titik (.)
Kesalahan pemakaian tanda titik dapat dilihat pada contoh data berikut ini.
(9) Di bawah kaki Gunung Semeru terdapat hutan yang ditumbuhi dengan pepohonan
rindang yang sangat subur dan berwarna kehijauan. Diantaranya adalah pohon pinus
dan cemara.
(10) Di kala pagi desa Pronojiwo kelihatan indah. Yang dihiasi dengan pepohonan.
(11) Saat siang hari teriknya matahari mulai menyengat kulit warga yang sedang
bekerja. Tapi mereka tidak tampak lelah.
(12) Matahari yang sudah meninggi dan aktifitas sudah mulai dijalani. Para petani
pergi sawah dan ladang dengan membawa peralatannya masing-masing.
(13) Pasir gunung Semeru sangat baik mutunya untuk dijadikan bahan bagunan.
Karena tidak bercampur dengan tanah.

Pada data di atas tampak kesalahan pemakaian tanda titik. Siswa menggunakan tanda titik itu
untuk mengakhiri kalimat yang belum lengkap. Sedangkan kalimat berikutnya merupakan
bagian keterangannya itu. Kedua kalimat itu sebenarnya berkedudukan sebagai anak kalimat
dan induk kalimat. Oleh karena itu, tanda titik itu harus dihilangkan.
Perbaikan kalimat-kalimat di atas adalah sebagai berikut ini.

- Di bawah kaki Gunung Semeru terdapat hutan yang ditumbuhi dengan pepohonan
rindang yang sangat subur dan berwarna kehijauan. Diantaranya adalah pohon pinus dan
cemara.
- Di kala pagi desa Pronojiwo kelihatan indah dihiasi dengan pepohonan.
- Saat siang hari teriknya matahari mulai menyengat kulit warga yang sedang bekerja
tidak tampak lelah.
- Matahari yang sudah meninggi dan aktifitas sudah mulai dijalani para petani pergi
sawah dan ladang dengan membawa peralatannya masing-masing.
- Pasir gunung Semeru sangat baik mutunya untuk dijadikan bahan bagunan karena tidak
bercampur dengan tanah.
3.2 Kesalahan Penyusunan Kalimat
3.2.1 Kesatuan Gagasan Kabur
Kesalahan penyusunan kalimat karena kesatuan gagasan kabur dapat dilihat pada contoh data
sebagai berikut.

(14) Pronojiwo terletak di lereng Semeru dan berbatasan dengan daerah Malang, di
Pronojiwo tempatnya sejuk serta air bersih di mana saja.
(15) Setiap hari aku berangkat dari rumah ke sekolah, tak akan hilang dari pandangan
gunung semeru walaupun terkadang pandangan ini ditutupi awan.
(16) Pronojiwo adalah desa yang letaknya sangat tinggi apalagi kalau melihat di
sebelah utara Pronojiwo kita dapat melihat gunung Semeru yang besar dan menjulang
tinggi, langit biru yang membentang luas serta dihiasi awan-awan putih.
(17) Salak yang ditanam adalah salak pondoh, salak yang mempunyai buah yang manis
dan membuat ketagihan para konsumen.
Kalimat-kalimat pada di atas tidak memiliki kesatuan gagasan. Gagasan yang dikandungnya
menjadi kabur karena siswa mengubah gagasan dari satu gagasan ke gagasan yang lain
sebelum satu gagasan selesai ditulis, bahkan gagasan-gagasan itu tidak berhubungan.
Kesatuan gagasan dalam sebuah kalimat sebenarnya tidak berarti hanya ada satu gagasan
dalam satu kalimat tetapi bisa terdiri atas dua gagasan atau lebih asalkan saling berhubungan.
Kalimat-kalimat yang tidak memiliki kesatuan gagasan di atas dapat diperbaiki sebagai
berikut ini.
- Pronojiwo terletak di lereng Semeru dan berbatasan dengan daerah Malang. Di daerah
ini udaranya sejuk serta air bersih di mana saja.
- Setiap hari aku berangkat dari rumah ke sekolah. Gunung Semeru tak akan hilang dari
pandanganku meskipun kadang-kadang gunung itu tertutup awan.


- Pronojiwo adalah desa yang terletak di dataran tinggi. Di sebelah utara Pronojiwo kita
dapat melihat gunung Semeru yang menjulang tinggi dengan langit biru yang membentang
luas dihiasi awan-awan putih.
- Salak yang ditanam adalah salak pondoh. Salak ini mempunyai rasanya manis sehingga
bisa membuat ketagihan para konsumen.
3.2.2 Kalimat Tidak Logis
Kesalahan penyusunan kalimat disebabkan kalimat tidak logis dapat dilihat pada contoh data
berikut ini.
(18) Bukan hanya udara yang bisa aku hirup dengan lepas bebas tapi juga keindahan
desaku yang menakjubkan.
(19) Meskipun cuaca panas tetapi udara tetap sejuk dan segar karena tidak banyak
polusi.
(20) Udara dingin mulai terasa menjadikan masyarakat Pronojiwo kelihatan tentram
dan sejahtera.
(21) Mereka mencari batu-batu di sungai itu dan kemudian dijual dan diangkut dengan
truk dan harganya tiap truk adalah sekitar Rp 30.000.
(22) SMA Negeri Pronojiwo letaknya di atas bukit di bawah Semeru jauh dari
keramaian.
Logika merupakan jalan pikiran yang berusaha menghubung-hubungkan pernyataanpernyataan menuju kesimpulan masuk akal. Untuk hal ini kalimat-kalimat harus ditulis secara
logis. Pada data di atas menunjukkan kalmat-kalimat yang disusun oleh siswa sulit dipahami
dan sulit diterima akal.
Perbaikan kalimat tidak logis di atas adalah sebagai berikut.
- Bukan hanya udara yang bisa aku hirup dengan lepas bebas tapi aku juga bisa menikmati
keindahan desaku yang menakjubkan mata.
- Meskipun cuaca panas tetapi udara tetap sejuk dan segar karena banyaknya pohon yang
rindang.
- Udara dingin dan suasana yang sunyi menjadikan kehidupan masyarakat Pronojiwo
kelihatan tentram dan damai.
- Mereka mencari batu-batu di sungai itu kemudian diangkut dengan truk untuk dijual.
Harga batu tiap truk sekitar Rp 30.000.
- SMA Negeri Pronojiwo terletak di lereng Semeru yang jauh dari keramaian.
3.3 Kesalahan Penataan Paragraf

3.3.1 Paragraf Berisi Lebih dari Satu Pikiran Pokok
Kesalahan paragraf karena berisi lebih dari satu pikiran pokok dapat di lihat dari contoh data
berikut ini.
(23) Keindahan panorama telaga Ranu menjadikan para pengunjung terkesan, serta
banyak mahasiswa mengadakan penelitian di sekitar hutan telaga Ranu, serta tidak
jarang orang mengadakan kemping untuk dapat menikmati keindahan panorama telaga
Ranu yang masih terpendam dan melihat tingginya puncak Semeru yang berdiri kokoh
di pagi hari. Telaga Ranu merupakan bagian yang sangat penting di desa Pronojiwo
karena dari sini banyak masyarakat mengambil air untuk memenuhi kebutuhan air
sehari-hari, serta dapat menjadikan desa Pronojiwo sebagai lahan wisata.
(24) Ketika matahari tenggelam di ufuk barat dari kejauhan langit berwarna jingga
menandakan siang telah berlalu. Masyarakat Pronojiwo mengakhiri segala
aktivitasnya untuk melihat indahnya malam dengan bintang-bintang yang bertaburan
di langit luas, bulan bersinar menerangi seluruh alam dan aku pun tertegun
menyaksikan indahnya Pronojiwo di malam hari.
(25) Resiko yang dihadapi para penambang pasir cukup besar mereka harus hati-hati
pada saat menaikkan pasir ke atas truk. Kalau tidak, kaki mereka akan tertimpa batu
yang terjatuh dari truk. Apalagi kalau aktivitas gunung Semeru sedang meningkat dan
hujan turun, para penambang tidak berani menambang pasir karena sungai banjir.
Pada contoh data di atas dalam tiap paragraf terdapat dua ide pokok, padahal dalam sebuah
paragraf harus ada satu ide pokok. Jika dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari satu ide
pokok maka sebaiknya paragraf itu dipecah sesuai dengan ide pokok yang ada. Paragrafparagraf di atas dapat diperbaiki sebagai berikut ini.
- Keindahan panorama telaga Ranu menjadikan para pengunjung terkesan, misalnya
banyak mahasiswa mengadakan penelitian di sekitar hutan telaga Ranu, bahkan
tidak jarang orang mengadakan kemping untuk dapat menikmati keindahan
panorama telaga Ranu yang masih terpendam atau melihat tingginya puncak Semeru
yang berdiri kokoh di pagi hari.
Telaga Ranu merupakan bagian yang sangat penting di desa Pronojiwo karena dari
sini masyarakat mengambil air untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
- Ketika matahari tenggelam di ufuk barat dari kejauhan langit berwarna jingga
menandakan siang telah berlalu. Masyarakat Pronojiwo mengakhiri segala
aktivitasnya.
Indahnya malam dengan bintang-bintang yang bertaburan di langit luas, bulan
bersinar menerangi seluruh alam dan aku pun tertegun menyaksikan indahnya
Pronojiwo di malam hari.
– Resiko yang dihadapi para penambang pasir cukup besar mereka harus hati-hati
pada saat menaikkan pasir ke atas truk. Kalau tidak, kaki mereka akan tertimpa batu
yang terjatuh dari truk.

Selain itu, pada saat aktivitas gunung Semeru sedang meningkat dan hujan turun, para
penambang pun tidak berani menambang pasir karena sungai banjir.
3.3.2 Paragraf Tidak Utuh
Kesalahan paragraf karena tidak utuh dapat di lihat dari contoh data berikut ini.
(26) Kalau keadaannya sudah begitu para penambang pasir hanya berdiam diri dan
menganggur. Setelah banjir berhenti biasanya pasir dan batu yang mereka kumpulkan
ikut hanyut dan jalannya truk untuk mengangkut pasir dan batu juga akan rusak. Para
penambang pasir pun bergotong royong untuk membetulkan jalan agar bisa di lewati
truk. Setelah selesai mereka pun menambang pasir dan batu kembali.
(27) Pronojiwo yang berada di dataran tinggi ini memiliki keistimewaan tersendiri.
Aku merasa kagum dengan keindahan yang ada di sekitarnya. Berbagai macam
tanaman selalu memberi warna serta kesejukan untuk semua orang yang melihatnya,
udara yang begitu dingin tidak aku hiraukan walaupun dinginnya menusuk pori-pori
tubuhku. Keadaan alam yang memberi kesejukan untuk kehidupan orang yang tinggal
di Pronojiwo dijadikan semangat dalam menjalani kegiatan di bawah mentari yang
cerah.
(28) Semeru terasa sangat indah jika kita memandanginya pada waktu pagi hari saat
matahari terbit dengan cerahnya. Tetapi keindahan itu akan hilang jika saat itu
mendung. Mendung yang seakan-akan menurunkan hujan. Keindahan gunung Semeru
menjadi hal biasa bagi kami, tetapi jika orang baru pertama kali menginjakkan kaki di
Pronojiwo mereka pasti akan kagum melihat keindahan alamnya.
Untuk membentuk satu pokok pikiran dalam sebuah paragraf diperlukan penanda kepaduan
antarkalimat baik secara eksplisit maupun implisit. Bila hal itu diabaikan, paragraf akan
terasa melompat-lompat atau sukar dipahami jalan pikirannya. Hal inilah tampak pada contoh
data di atas. Pemakaian tanda koherensi berupa kata transisi dan konjungsi kurang tepat
sehingga paragraf pun tidak padu.
Paragraf-paragraf di atas dapat diperbaiki sebagai berikut ini.
- Kalau keadaan sudah begitu, para penambang pasir hanya berdiam diri dan
menganggur. Saat sungai banjir pasir dan batu yang mereka kumpulkan hanyut. Jalan
tempat truk melintas saat mengangkut pasir dan batu juga rusak. Para penambang
pasir pun bergotong royong membetulkan jalan agar bisa di lintasi truk. Setelah banjir
reda mereka pun kembali menambang pasir dan batu.
Pronojiwo berada di dataran tinggi. Tempat ini memiliki keistimewaan tersendiri. Aku
kagum pada keindahan alam yang ada di sekitarnya. Berbagai macam tanaman
memberi warna serta kesejukan untuk semua orang yang melihatnya. Udara di
Pronojiwo dingin sekali, rasanya seperti menusuk pori-pori tubuhku. Tetapi, udara
dingin itu tidak aku pedulikan. Bagi masyarakat pronojiwo keadaan alam yang indah
dan udara yang dingin memberi semangat dalam menjalani kegiatan di bawah mentari
yang cerah seperti hari ini.

- Semeru terasa sangat indah bila kita memandangnya saat matahari cerah di pagi
hari. Tetapi, keindahan itu akan hilang saat mendung yang seakan-akan turun hujan.
Keindahan gunung Semeru akan sangat mengagumkan bagi mereka yang baru pertama
kali menginjakkan kakinya di Pronojiwo. Tetapi, pemandangan indah itu sudah menjadi
hal biasa bagi kami yang menjadi penduduk Pronojiwo.
3.3.3 Paragraf Tidak Logis
Kesalahan paragraf karena isi paragraf tidak logis dapat dilihat pada contoh data berikut ini.
(29) Ketika senja mulai nampak di ufuk timur dan ayam-ayam mulai berkokok merdu
dengan diiringi kicauan burung pagi. Tanaman hijau meneteskan embun pagi yang
sejuk dan angin yang berhembus dengan sepoi-sepoi yang membuat udara menusuk
kulit. Ketika matahari mulai nampak di langit yang luas hangatnya mulai
membangkitkan semangat untuk beraktifitas.
(30) Semeru adalah gunung yang sangat terbesar di Pulau Jawa. Gunung Semeru
berada di Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Lumajang, Kecamatan Pronojiwo. Oleh
karena Gunung Semeru berada di desa Pronojiwo udara di desa Pronojiwo sangat
sejuk, tanah di Pronojiwo pun sangat subur karena dekat dengan gunung berapi.
Sehingga pertanian yang ada di desa pronojiwo dan sekitarnya juga tumbuh dengan
subur.
(31) Menyambut pagi cerah semua tersenyum dan saling bernyanyian suara burung.
Ketika pagi datang jendela rumah terbuka untuk menggantikan udara yang masuk ke
dalam sudut-sudut rumah. Cahaya mentari menembus di hutan yang rimbun. Pagi ini
akankah datang kembali. Karena aku sangat menyukai pagi yang cerah seperti ini.
Berdasarkan contoh data di atas terlihat paragraf-paragraf itu tidak logis. Pertalian kalimat
menuju pada suatu pengertian tidak sampai pada kebenaran logika. Paragraf nomor 29, senja
diufuk timur? Bisakah angin yang berhembus sepoi-sepoi membuat udara menusuk kulit?
Seharusnya adalah ‘matahari terbit di ufuk timur’. Sedangkan yang bisa membuat udara
semakin dingin adalah angin pegunungan di pagi hari bukan angin sepoi-sepoi yang
menyegarkan. Paragraf 30, benarkah Gunung Semeru berada di desa Pronojiwo atau yang
benar adalah Desa Pronojiwo terletak di lereng Gunung Semeru. Karena letaknya di lereng
Semeru, Desa Pronojiwo menjadi sangat subur. Pada paragraf 31, siapa yang tersenyum dan
saling bernyanyian suara burung? Bisakah jendela yang terbuka mengganti udara yang masuk
ke dalam sudut-sudut rumah? Apa hubungannya dengan cahaya mentari yang menembus
hutan rimbun? Dengan demikian, ketiga paragraf di atas terlihat kacau penalarannya.
Perbaikan paragraf-paragaraf di atas adalah sebagai berikut.
- Ketika matahari terbit di ufuk timur ayam-ayam mulai berkokok merdu dengan
diiringi kicauan burung pagi. Tanaman hijau meneteskan embun pagi yang sejuk.
Angin pegunungan pagi yang berhembus membuat udara dingin menusuk kulit.
Perlahan matahari mulai merangkak di langit luas sinarnya yang hangat mulai
membangkitkan semangat untuk beraktivitas.
- Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Gunung Semeru berada di Jawa
Timur, membatasi antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Salah satu

desa yang berada di lereng Gunung Semeru adalah Desa Pronojiwo, Kecamatan
Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Karena letaknya di kaki Semeru itulah, udara di
desa Pronojiwo sangat sejuk, tanahnya pun sangat subur karena dekat dengan
gunung berapi. Sehingga pertanian yang ada di desa Pronojiwo dan sekitarnya
berkembang dengan baik.
- Menyambut pagi cerah burung-burung bernyanyi merdu. Jendela rumah-rumah
terbuka. Udara pagi yang segar masuk ke dalam sudut-sudut ruangan untuk
menggantikan udara pengap yang semalaman terjebak dalam rumah. Pagi ini alam
begitu cerah di desaku. Aku sangat menyukai pagi yang indah seperti ini.
Dari keseluruhan data kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam penelitian dapat
direkapitulasi sebagai berikut.
Tabel 1. Rekapitulasi Kesalahan Berbahasa

KESALAHAN

JUMLAH

KATEGORI KESALAHAN

ERROR

Ejaan

69

Kalimat

92

Paragraf

40

Jumlah

201

LAPSE

MISTAKE

a

a

a

a

1

1

2

4. Pembahasan
4.1 Kesalahan Ejaan
Kesalahan ejaan yang dilakukan siswa meliputi: (1) kesalahan pemakaian kata depan ‘di’, (2)
kesalahan pemakaian tanda koma, dan (3) kesalahan pemakaian tanda titik.
Kesalahan pemakaian kata depan ‘di’ terjadi karena cara penulisannya diserangkaikan dengan
kata yang mengikutinya, seharusnya kata depan selalu ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya. Di sini terlihat siswa tidak bisa membedakan cara penulisan antara kata depan
‘di’ dan imbuhan ‘di-’. Cara penulisan kata depan selalu di pisahkan dari kata yang
mengikutinya, contoh: di sekitar, di pepohonan, di halaman. Sedangkan imbuhan ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya, contoh: dimakan, diberi, dinasihati.

Kesalahan pemakaian tanda koma terjadi karena siswa menggunakan tanda koma untuk
memisahkan antara induk kalimat dan anak kalimat. Padahal dalam kalimat majemuk
bertingkat, tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan induk kalimat dan anak kalimat
jika induk kalimat terletak mendahului anak kalimat.
Kesalahan pemakaian tanda titik terjadi karena siswa tidak bisa membedakan fungsi tanda
titik dan koma sehingga mencampuradukkan fungsi tanda titik dan koma dalam kalimat.
Dalam contoh data terlihat siswa mengakhiri kalimat yang belum lengkap dengan tanda titik
padahal itu seharusnya tanda koma.
Melihat kesalahan-kesalahan ejaan tersebut di atas terlihat bahwa siswa banyak melanggar
kaidah tata bahasa. Kesalahan terjadi karena siswa melanggar kaidah ejaan yang baik dan
benar, tidak sesuai dengan EYD. Kesalahan berbahasa yang disebabkan melanggar aturan tata
bahasa dikategorikan sebagai error.
4.2 Kesalahan Kalimat
Kesalahan kalimat yang dilakukan siswa meliputi: (1) kesatuan gagasan yang kabur dan (2)
kalimat tidak logis.
Kesatuan gagasan yang kabur dalam kalimat terjadi karena di saat siswa belum selesai
mengungkapkan satu gagasan utuh dalam sebuah kalimat lalu muncul gagasan lain dalam
pikirannya lalu siswa berganti mengungkapkan sesuatu yang lain, contoh kalimat nomor (15)
Setiap hari aku berangkat dari rumah ke sekolah, tak akan hilang dari pandangan gunung
semeru walaupun terkadang pandangan ini ditutupi awan. Dalam kalimat itu ada dua
gagasan yaitu ‘aku berangkat ke sekolah’ dan ‘ aku selalu memandang Gunung Semeru setiap
berangkat ke sekolah’. Seharusnya dua gagasan itu dituangkan dalam dua kalimat tetapi
siswa menuangkan dalam satu kalimat. Akibatnya terjadilah kalimat dengan gagasan yang
kabur.
Selain itu, kalimat tidak logis terjadi karena siswa memasukkan tata bahasa lisan dalam
tulisannya. Tata bahasa lisan ini berupa unsur bahasa daerah yaitu Bahasa Jawa yang masuk
ke dalam bahasa tulis siswa. Inilah salah satu bentuk interferensi kalimat. Karena siswa
belum menguasai tata bahasa Indonesia dengan baik, tata bahasa daerah yang telah dikuasai
siswa dengan sempurna akhirnya mempengaruhi B2 yang sedang dipelajarinya, contoh
kalimat nomor (21) Mereka mencari batu-batu di sungai itu dan kemudian dijual dan
diangkut dengan truk dan harganya tiap truk adalah sekitar Rp 30.000. Imbuhan ‘di-’ pada
kata ‘dijual’, ‘diangkut’ dan ‘-nya’ pada kata ‘harganya’ adalah imbuhan bahasa Jawa yang di
masukkan ke dalam tata bahasa Indonesia. Dengan demikian, muncullah kalimat-kalimat
tidak logis yang di buat siswa dalam karangannya.
Kesalahan berbahasa karena kesatuan kalimat yang kabur dan kalimat tidak logis
menunjukkan siswa belum menguasai tata bahasa Indonesia dengan baik. Kesalahankesalahan itu dapat dikategorikan, yaitu (1) karena siswa berganti-ganti dalam
mengungkapkan sesuatu dalam satu kalimat, kesalahan berbahasa ini dikategorikan lapse;.
(2) karena belum menguasai tata bahasa dengan baik, muncullah interferensi dari bahasa
Jawa. Kesalahan berbahasa yang demikian dikategorikan mistake.
4.3 Kesalahan Paragraf

Berdasarkan hasil penelitian, kesalahan paragraf yang dilakukan siswa meliputi: (1) paragraf
berisi lebih dari satu pikiran pokok, (2) paragraf tidak utuh, dan (3) paragraf tidak logis.
Dari data-data yang ada, kesalahan-kesalahan paragraf yang dibuat siswa menunjukkan
bahwa siswa belum menguasai cara menyusun paragraf yang baik untuk membentuk
keutuhan sebuah wacana. Sebuah paragraf baik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
hanya ada satu pikiran pokok, kalimat-kalimat yang disusun harus padu (kohesi dan
koherensi), dan logis. Dengan mengetahui hubungan kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf
akan menunjukkan utuh atau tidaknya sebuah paragraf. Paragraf yang kohesi dan koheren
dan logis akan menjadikan paragraf utuh. Utuhnya hubungan paragraf-paragraf dalam sebuah
wacana menjadikan wacana utuh pula.
Melihat kesalahan paragraf yang dibuat siswa terlihat bahwa siswa sebagai pembelajar B2
belum menguasai cara menyusun paragraf yang baik. Kesalahan berbahasa yang disebabkan
pengetahuan tentang paragraf belum dikuasai dengan baik dikategorikan sebagai mistake.
5. Simpulan
(1) Kesalahan ejaan yang dilakukan siswa yaitu: (a) kesalahan pemakaian kata depan
‘di’, (b) kesalahan pemakaian tanda koma, dan (c) kesalahan pemakaian tanda titik.
Kesalahan ejaan yang dilakukan oleh siswa ini dikategorikan sebagai error, karena
siswa melanggar kaidah-kaidah ejaan yang ditetapkan dalam EYD.
(2) Kesalahan kalimat yang dilakukan oleh siswa yaitu: (a) kesatuan gagasan yang
kabur dan (b) kalimat tidak logis. Kesatuan gagasan yang kabur dalam kalimat terjadi
karena di saat siswa belum selesai mengungkapkan satu gagasan utuh dalam sebuah
kalimat lalu muncul gagasan lain dalam pikirannya lalu siswa berganti
mengungkapkan sesuatu yang lain , kalimat tidak logis terjadi karena siswa
memasukkan tata bahasa lisan dalam tulisannya. Tata bahasa lisan ini berupa unsur
bahasa daerah yaitu Bahasa Jawa yang masuk ke dalam bahasa tulis siswa. Inilah
salah satu bentuk interferensi kalimat. Kesalahan-kesalahan itu dikategorikan, yaitu
(1) karena siswa berganti-ganti dalam mengungkapkan sesuatu dalam satu kalimat,
kesalahan berbahasa ini dikategorikan lapse;. (2) karena belum menguasai tata bahasa
dengan baik, muncullah interferensi dari bahasa Jawa. Kesalahan berbahasa yang
demikian dikategorikan mistake.
(3) Kesalahan paragraf yang dilakukan siswa yaitu: (a) paragraf berisi lebih dari satu
pikiran pokok, (c) paragraf tidak utuh, dan (3) paragraf tidak logis. Kesalahan
paragraf yang dibuat siswa menunjukkan bahwa siswa sebagai pembelajar B2 belum
menguasai cara menyusun paragraf yang baik. Kesalahan berbahasa yang disebabkan
pengetahuan tentang paragraf belum dikuasai dengan baik dikategorikan sebagai
mistake.
Di antara kesalahan-kesalahan berbahasa itu, kesalahan kalimatlah yang paling banyak
dilakukan siswa. Berdasarkan penyebab kesalahan berbahasa ditemukan bahwa mistake
paling banyak dilakukan siswa. Mistake terjadi karena siswa sebagai pembelajar B2 belum
menguasai kaidah Bahasa Indonesia. Dengan demikian, siswa melakukan kesalahan
berbahasa karena ia belum menguasai kaidah Bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai
Pustaka.
Arifin, E. Zaenal. 1991. 1001 Kesalahan Berbahasa Bahan Penyuluhan Bahasa
Indonesia. Jakarta: Akademik Pressindo.
Keraf, Gorys. 1982. Tata Bahasa Indonesia untuk SLA. Ende-Flores: Nusa Indah.
——–, 2004. Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah
Soedjito. 1991 (a). Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung:

Remaja Rosda Karya.

Sekilas Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Oleh: Elyhawiyaty, S.Pd
1. Pengertian Analisis Kontrastif
a. Konsep analisis kontrastif perlu dipahami oleh guru bahasa Indonesia mengingat bahasa
Indonesia bagi sebagian besar siswa merupakan bahasa kedua, walaupun bahasa Indonesia
tidak tergolong bahasa asing di Indonesia.
b. Dalam mempelajari bahasa kedua yang paling sering dialami oleh siswa adalah siswa
sering menghadapi kesulitan dalam mempelajari bahasa kedua itu dan membuat kesalahan
berbahasa dalam proses mempelajari bahasa kedua tersebut.
c. Ada empat langkah kerja analisis kontrastif
1) Guru membandingkan struktur bahasa pertama dengan bahasa kedua yang akan dipelajari
siswa.
2) Guru memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa.
3) Berkaitan dengan pemilihan atau penyusunan, pengurutan, dan penekanan bahan
pengajaran.
4) Berkaitan dengan pemilihan cara-cara penyajian bahan pengajaran.
d. Sebagai contoh kesalahan berbahasa yang sering terjadi dibuat oleh siswa, saya temui saat
mengajar bahasa Indonesia di sekolah yaitu saat pengajaran bahasa Indonesia berlangsung
siswa sering menggunakan bahasa ibunya (daerah) atau menulis dengan bahasa ibunya.
e. Analisi kontrastif ialah suatu proses kerja yang memiliki empat langkah yakni
membandingkan struktur bahasa pertama dan bahasa kedua, memprediksi kesulitan belajar
dan kesalahan berbahasa, memilih bahan pengajaran, serta menentukan cara penyajian bahan
yang tepat dalam rangka mengefesiensikan dan mengefektifkan pengajaran bahasa kedua.
2. Aspek-aspek Analisis Kontrastif
a. Aspek analisis kontrastif ada dua, yakni, aspek linguistik dan aspek psikologi (teori
belajar).
Cara menentukan aspek-aspek analisis kontrastif tersebut yakni,
1) Aspek lingistik adalah berkaitan dengan perbandingan struktur dua bahasa untuk
menemukan perbedaan-perbedaannya.
2) Aspek psikologi berkaitan dengan langkah kedua yakni berdasarkan perbedaan struktur
bahasa pertama dan bahasa kedua yang akan dipelajari siswa diprediksikan kesulitan belajar
dan kesalahan berbahasa yang mungkin dihadapi oleh siswa dalam belajar bahasa kedua
3) Langkah ketiga berdasarkan kesulitan belajar dan kesalahan-kesalahan berbahasa itu,
disusun bahan pengajaran bahasa kedua yang lebih tepat susunannya, urutannya, dan
penekanannya.

4) Langkah keempat, bahan pengajaran itu disajikan dengan cara-cara tertentu. Dasar
psikologi analisis kontrastif ada dua yakni asosiasionisme dan teori stimulus-respon.
b. Tataran lingistik yang sudah digarap oleh analisis kontrastif yaitu fonologi dan sintaksis.
c. Melalui perbandingan struktur dua bahasa dapat diungkap enam hal.
1) Tiada perbedaan, sistem atau aspek tertentu dalam dua bahasa tidak ada perbedaan sama
sekali.
Misalnya konsonan /l, m, n/ diucapkan sama baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam
bahasa Inggris.
2) Fonemena konvergen, dua butir atau lebih dalam bahasa pertama menjadi satu butir dalam
bahasa kedua.
Misalnya, kata-kata padi, beras, nasi dalam bahasa Indonesia menjadi satu dalam bahasa
Inggris yakni rice.
3) Ketidakadaan, butir atau sistem tertentu dalam bahasa pertama tidak terdapat atau tidak
ada dalam bahasa kedua atau sebaliknya.
Misalnya, sistem penjamakkan dengan penanda –s atau –es dalam bahasa inggris tidak ada
dalam bahasa Indonesia. Sebaliknya, sistem penjamakkan dengan pengulangan kata dalam
bahasa Indonesia (meja-meja, kursi-kursi, sayur-sayur) tidak ada dalam bahasa Inggris.
4) Beda distribusi, butir tertentu dalam bahasa pertama berbeda distribusi dengan butir yang
sama dalam bahasa kedua.
Misalnya, fonem /ng/ dalam bahasa Indonesia dapat menduduki posisi awal, tengah, dan
akhir (ngeri, dengan, sayang). Dalam bahasa Inggris fonem /ng/ hanya terdapat pada tengah
dan akhir kata (linguistic, sing).
5) Tiada persmaan, butir tertentu dalam bahasa pertama tidak mempunyai persamaan dalam
bahasa kedua.
Misalnya, predikat kata sifat dan kata benda dalam bahasa Indonesia tidak terdapat dalam
bahasa Inggris.
Dia kaya. He is rich.
Dia guru. He is a techer.
6) Fonemena divergen, satu butir tertentu dalam bahasa pertama menjadi dua butir dalam
bahasa kedua.
Misalnya, kata we dalam bahasa Inggris menjadi kita atau kami dalam bahasa Indonesia.
d. Beberapa makna istilah-istilah
1) Asosiasi kontak atau asosiasi hubungan yaitu apabila seseorang mendengar kata meja
maka yang bersangkutan teringat atau terpikir kepada kata kursi, karena kedua kata itu sering
digunakan bersma-sama atau berpasangan. Contoh lain, sendok – garpu, kopi – susu.
2) Asosiasi kesamaan yaitu apabila seseorang mendengar kata sulit, maka yang bersangkutan
segera teringat kata sukar karena kedua kata itu bersinonim. Contoh lain, pintar – pandai,
mati – meninggal.
3) Asosiasi kontras yaitu apabila seseorang mendengar kata atas, maka yang bersangkutan
segera teringat atau terpikir kata bawah karena kedua kata itu mempunyai makna yang
berlawanan.
Contoh lain, susah – senang, rajin – malas.
4) Belajar secara asosiatif, belajar apabila terjadi hubungan kontak, koneksi, atau asosiasi
antara dua hal atau benda.
5) Stimulus responsi, reaksi yang ditimbulkan antara stimulus dan respon atau kebiasaan.
Kalau stimulus berlangsung secara tetap maka responsi pun terlatih dan diarahkan tetap.
6) Kebiasaan (habit), apabila hubungan antara stimulus dan responsi itu sudah bersifat mapan
atau tetap maka hubungan antara stimulus dan responsi disebut kebiasaan (habit).
7) Ciri-ciri kebiasaan: pertama, kebiasaan itu bersifat observable atau dapat diamati. Apabila
kebiasaan itu berupa benda maka benda itu dapat diraba. Kedua, kebiasaan itu terjadi secara

spontan tanpa disadari. Ketiga, kebiasaan itu sukar dihilangkan, kecuali kalau lingkungannya
diubah.
Hubungan antara stimulus-responsi, dan penguatan dapat digambarkan sebagai berikut.
Stimulus adalah suatu rangsangan atau aksi yang menuntut suatu tindakan atau reaksi pada
seseorang atau organisme. Responsi adalah perilaku yang timbul sebagai reaksi seseorang
terhadap suatu aksi atau stimulus. Penguatan adalah suatu stimulus baru yang mengikuti
terjadinya suatu responsi. Stimulus baru dapat membuat responsi yang telah terjadi berulang
terjadi lagi atau tidak terjadi. Penguatan yang menunjang suatu responsi berulang kembali
disebut sebagai penguatan positif dan sebaliknya.
9) Penerapan pembentukan kebiasaan dalam pengajaran bahasa, dalam pengajaran bahasa
pertama anak-anak menguasai bahasa ibunya melalui peniruan. Melalui kegiatan peniruan
itulah anak-anak menguasai struktur dan kebiasaan yang berlaku dalam bahasa ibunya. Hal
yang sama juga terjadi dalam pengajaran bahasa kedua.
10) Tekanan bahasa ibu, pengaruh yang ditimbulkan oleh struktur bahasa ibu. Tekanan bahasa
ibu ini berkaitan dengan teori belajar terutama teori transfer. Dengan adanya penguatan,
tekanan bahasa ibu terhadap bahasa kedua diharapkan dapat dihilangkan.
3. Tujuan, Metodologi, dan Cakupan Analisis Kontrastif
a. Tujuan analisis kontrastif adalah mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh guru dan
dialami oleh siswa dalam proses belajar mengajar bahasa kedua.
b. Metodologi analisis kontrastif adalah langkah-langkah kerja analisis kontrastif sekaligus
melukiskan daerah cakupan analisis kontrastif.
c. Analisis kontrastif mencakup empat langkah yaitu (1) membandingkan struktur bahasa
pertama dan bahasa kedua, (2) memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa, (3)
memilih bahan pengajaran dan (4) menentukan cara penyajian bahasa secara tepat dalam
rangka mengefesienkan dan mengefektifkan pengajaran bahasa kedua.
d. Implikasi analisis kontrastif dalam pengajaran bahasa kedua, (1) membandingkan
struktur bahasa ibu siswa dengan bahasa kedua yang akan dipelajari oleh siswa, (2)
berdasarkan perbedaan struktur antara bahasa ibu dan bahasa kedua, guru dapat
memprediksikan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang mungkin dialami dan
diperbuat oleh siswa dalam belajar bahasa kedua, (3) kesulitan belajar dan kesalahan
berbahasa yang telah diprediksi itu dijadikan sebagai landasan dalam memilih dan menyusun
bahan, dan menentukan penekanan bahan pengajaran, (4) pemilihan cara-cara penyajian
bahan.
e. Hubungan antara linguistik dan psikologi dengan metodologi analisis kontrastif berkaitan
erat karena landasan kerja analisis kontrastif ada dua yakni teori linguistik dan teori
psikologi, langkah-langkah kerja analisis kontrastif sekaligus melukiskan daerah cakupan
analisis kontrastif. Langkah pertama berkaitan dengan perbandingan struktur dua bahasa. Ini
menunjukkan bahwa analisis kontrastif berkaitan erat dengan linguistik. Langkah
kedua,ketiga, dan keempat berkaitan dengan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa,
pemilihan dan penyusunan bahan, serta cara penyajian bahan pengajaran bahasa kedua. Ini
membuktikan bahwa analisis kontrastif berkaitan erat dengan psikologi belajar.
4. Hipotesis Analisis Kontrastif
a. Asumsi yang mendasari hipotesis bentuk kuat analisis kontrastif ialah berdasar pada lima
asumsi berikut. (1) Penyebab utama kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa dalam
mempelajari bahasa kedua adalah interferensi bahasa ibu, (2) kesulitan belajar itu disebabkan
oleh perbedaan struktur bahasa ibu dan bahasa kedua yang dipelajari oleh siswa, (3) semakin
besar perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa kedua semakin besar pula kesulitan belajar, (4)
perbedaan struktur bahasa pertama dan bahasa kedua diperlukan untuk memprediksi kesulitan

belajar dan kesalahan berbahasa yang akan terjadi dalam belajar bahasa kedua, (5) bahan
pengajaran bahasa kedua ditekankan pada perbedaan bahasa pertama dan kedua yang disusun
berdasarkan analisis kontrastif.
b. Analisis yang tersirat dalam hipotesis bentuk lemah analisis kontrastif ialah kesalahan
berbahasa yang disebabkan oleh berbagai faktor. Peranan bahasa pertama tidak besar dalam
mempelajari bahasa kedua. Analisis kontrastif dan analisis kesalahan berbahasa harus saling
melengkapi.
c. Isi yang tersirat dalam hipotesis bentuk kuat analisis kontrastif menyatakan bahwa semua
kesalahan berbahasa dalam bahasa kedua dapat diramalkan dengan mengidentifikasikan
perbedaan struktur bahasa pertama dan bahasa kedua yang dipelajari siswa.
d. Isi yang tersirat dalam bentuk lemah analisis kontrastif menyatakan bahwa tidak semua
kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi.
e. Sumber rasional hipotesis analisis kontrastif adalah (i) pengalaman guru, (ii) kontak
bahasa, (iii) teori belajar, penjelasan dari ketiga sumber tersebut adalah:
1) Setiap guru bahasa asing atau bahasa kedua yang sudah berpengalaman pasti mengetahui
kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa dalam mempelajari bahasa kedua. Mereka juga
dapat mengaitkan kesalahan tersebut dengan tekanan bahasa ibu siswa.
2) Kontak bahasa terjadi di dalam situasi kedwibahasaan orang yang mengenal atau
mengetahui dua bahasa disebut dwibahasawan. Dwibahasawan merupakan wadah terjadinya
kontak bahasa.
3) Teori belajar merupakan sumber ketiga pendukung hipotesis analisis kontrastif terutama
teori transfer. Transfer diartikan sebagai satu proses yang melukiskan penggunaan tingkah
laku yang telah di[elajari digunakan secara spontan dalam memberikan responsi baru
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
1. Kaitan antara pengajaran berbahasa, pemerolehan bahasa, kedwibahasaan, interferensi,
dan kesalahan berbahasa.
a. Yang dimaksud dengan pengajaran bahasa pertama dan pengajaran bahasa kedua ialah
(1) pengajaran bahasa pertama adalah pengajaran bersifat informal yang titik beratnya
pada penguasaan bahasa ibu. (2) Sementara pengajaran bahasa kedua ialah kegiatan
pemerolehan bahasa biasanya berlangsung melalui pengajaran bahasa yang bersifat formal
yang berlangsung di sekolah, dapat juga berlangsung secara informal.
b. Yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah pengajaran bahasa secara alamiah,
tidak berencana, tidak disengaja dan tidak disadari. Contohnya anak kecil berumur satu
tahun bisa berbicara seperti kakak-kakaknya atau orang tuanya dengan cara meniru dan
mendengar.
c. Interferensi ialah terjadinya kekacauan pemakaian bahasa oleh dwibahasawan.
Contohnya orang Dayak Ma’anyan tidak mengenal fonem /o/ sehingga dalam bahasa
Indonesia sering terjadi kesalahan fonem /o/ diucapkan /u/.
d. Makna istilah dwibahasawan ialah orang menggunakan/menguasai dua bahasa atau
lebih, sehingga saling mempengaruhi antara b1 dan b2. Contoh, bahasa Ma’anyan dan
bahasa Indonesia (supir, bahasa Ma’anyan) (sopir, bahasa Indonesia).
e. Kesahan bahasa adalah transfer negatif yang menyebabkan timbulnya kesulitan dalam
pengajaran b2 akibat dari sistem yang digunakan berlainan dalam penyampaiannya.
f. Kaitan antara pengajaran bahasa, pemerolehan bahasa, kedwibahasaan, interferensi dan
kesahan bahasa oleh adanya umpan balik antara kelima unsur itu atau dengan kata lain
semua unsur saling berhubungan dan saling berkaitan, sehingga merupakan satu kesatuan
yang utuh.
2. Pengertian dan analisis kesalahan berbahasa.

a. Pendapat pengikut pendekatan komunikatif terhadap kesalahan berbahasa merupakan
bagian dari proses belajar mengajar. Ini berarti kesalahan berbahasa adalah bagian yang
integral dari pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa bersifat formal maupun informal.
b. Kesimpulan yang diperoleh dari pengalaman guru bahasa di lapangan mengenai
kesalahan berbahasa tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari bahasa kedua, tetapi
juga bagi siswa yang mempelajari bahasa pertama, diibaratkan ikan dengan air. Ikan tidak
dapat hidup tanpa air begitu pula kesalahan berbahasa selalu terjadi dalam pengajaran
bahasa.
c. Sangat setuju! Alasannya, saya sering mengalami sendiri waktu mengajar saya sudah
berusaha mengarahkan siswa menggunakan bahasa Indonesia (b2) tetapi mereka tetap saja
menyelingkannya dengan bahasa pertama (b1) atau bahasa ibu.
d. Kaitan antara kesalahan berbahasa dengan tujuan pengajaran bahasa adalah untuk
memperkecil kesalahan yang dibuat dalam mempelajari kedua bahasa (b2 maupun b1),
bahkan kalau bisa kesalahan itu dihapus sama sekali.
e. Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh
peneliti atau guru bahasa, yang meliputi kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan,
mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut,
mengklasifikasikan kesalahan itu dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan itu.
f. Analisis kesalahan berbahasa menurut saya adalah suatu cara atau langkah kerja yang
biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi
kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan dan mengevaluasi taraf
keseriusan kesalahan berbahasa.
3. Tujuan dan metodologi analisis kesalahan berbahasa.
a. Kesalahan-kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa harus dicatat dengan teliti oleh
guru karena berdasarkan hasil analisis kesalahan berbahasa tersebut dapat digunakan
sebagai dasar dalam memperbaiki komponen proses belajar mengajar berbahasa berikutnya.
b. Data atau kesalahan berbahasa yang telah dibuat siswa diolah dengan cara (1)
mengklasifikasikan jenis kesalahan, (2) mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuinsinya,
(3) menggambarkan letak kesalahan dan memperkirakan penyebab kesalahan, (4)
memperkirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan kesalahan, (5)
mengoreksi kesalahan atau memperbaiki kesalahan.
c. Yang dimaksud dengan metodologi analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur
atau langkah-langkah kerja analasis kesalahan berbahasa.
d. Langkah-langkah kerja analisis kesalahan berbahasa berikut (1) mengumpulkan data
kesalahan, maksudnya segala kesalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran baik
formal maupun nonformal perlu didata atau dicatat dan dikumpulkan, (2) mengidentifikasi
dan mengklasifikasikan kesalahan, kesalahan yang telah didata diidentifikasi kemudian
diklasifikasikan sesuai tingkat keslahannya, (3) mengurutkan kesalahan berdasarkan
frekuinsinya, kesalahan itu dilihat dan diurutkan berdasarkan tingkat keseringan terjadinya
kesalahan, (4) menjelaskan kesalahan, kesalahan yang terjadi setelah diurutkan dijelaskan
sebab akibat terjadinya keslahan, (5) memprediksi tataran kebahasaan yang rawan
kesalahan, memper

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63