Epidemiologi Penyakit Menular Kolera. pdf

PENYAKIT KOLERA

MAKALAH
UNT
TUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
H
Epidemiologi Penyakit Menular
yang dibina olehh drg. Rara Warih Gayatri, M.PH, dan dr. Anin
indya Hapsari

Oleh :
1. Bimo Eka Kristanto
2. Fauzia Rafidah
3. Gebby Dwi Puspitarini

(13061260786
866)
(13061260784
842)
(13061260788
881)


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGR
GRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYA
ARAKAT
FEBRUARI 2015

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spesies Vibrio dan lokasi kuman menyebabkan infeksi

5

Tabel 2.2 Klasifikasi dehidrasi dan defisit cairan berdasar temuan klinis
(Lesmana, 2006)

12

Tabel 2.3 Rehidrasi yang Direkomendasikan WHO


15

ii

DAFTAR ISI
Halaman Cover....................................................................................................
Daftar Tabel ........................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................
2.1 Bakteri Vibrio Cholerae ......................................................................
2.1.1 Bakkteri Famili Vibrio ...............................................................
2.1.2 Habitat Bakteri Vibrio ...............................................................
2.1.3 Bakteri Vibrio Cholerae ............................................................
A. Vibrio Cholerae O1 ..............................................................
B. Vibrio Cholerae O139 ..........................................................
2.2 Epidemiologi Penyakit Kolera.............................................................

2.2.1 Epidemiologi Vibrio Cholerae O1 ............................................
2.2.2 Epidemiologi Vibrio Cholerae O139 ........................................
2.3 Penularan Bakteri Vibrio Cholerae .....................................................
2.3.1 Penularan Bakteri Vibrio Cholerae O1 .....................................
2.3.2 Penularan Bakteri Vibrio Cholerae O139 .................................
2.4 Gejala-Gejala Penyakit Kolera ............................................................
2.4.1 Gejala Penyakit Kolera Disebabkan
Bakteri Vibrio Cholerae O1 ...............................................................
2.4.2 Gejala Penyakit Kolera Disebabkan
Bakteri Vibrio Cholerae O139 ...........................................................
2.5 Perjalanan Penyakit Kolera..................................................................
2.6 Pengobatan Penyakit Kolera ................................................................
2.6.1 Pengobatan Penyakit Kolera Disebabkan
Bakteri Vibrio Cholerae O1 ...............................................................
1. Terapi cairan dan elektrolit ..................................................
2. Terapi antibiotika .................................................................
2.6.2 Pengobatan Penyakit Kolera Disebabkan
Bakteri Vibrio Cholerae O139 ...........................................................
2.7 Pencegahan Penyakit Kolera ...............................................................
BAB III PENUTUP ............................................................................................

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................
Daftar Rujukan ....................................................................................................
Laporan Diskusi ..................................................................................................

iii

i
ii
iii
1
1
2
2
4
4
4
6
6
6
8

8
8
9
9
9
10
11
11
12
13
14
14
14
16
17
17
21
21
22
23


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan
kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1.3
miliar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare.
Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun.
Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun
(Widoyono, 2011).
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan
penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Laporan Riskesdas
tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit diare merupakan penyebab kematian
nomer satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan
semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%) (Supriyantoro
dkk, 2013).
Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi (Widoyono, 2011) :
1. Virus : Rotavirus (40-60%), Adenovirus.
2. Bakteri : Escherichia coli ( 20-30%), Shigella sp. (1-2%), Vibrio cholerae,

dan lain-lain.
3. Parasit : Entamoeba histolytica ( 9 tahun: sebanyak
mungkin, hingga 2.000 mL/hari
Bayi < 4 bulan (14 tahun (30 kg atau
lebih): 2.200-4.000 mL

IV drip

Usia < 12 bulan: 30 mL/kg

Ringer

dalam satu jam*, kemudian 70

Dehidrasi

Lactate, atau

mL/kg selama 5 jam


berat

jika tidak

Usia > 1 tahun: 30 mL/kg dalam

tersedia,

30 menit*, kemudian 70 mL/kg

oralit seperti

selama dua setengah jam

15

uraian diatas
*Ulangi sekali lagi jika nadi masih sangat lemah atau tidak terdeteksi
3. pantau terus keadaan pasien selama satu sampai dua jam dan terus
lakukan rehidrasi. Jika dnegan rehidrasi kondisi tidak membaik, berikan infus.

200 mL/kg atau lebih mungkin akan dibutuhkan dalam 24 jam pertama.
4. setelah enam jam (bayi) atau tiga jam (pasien yang lebih tua), lakukan
observasi penuh. Beralih ke oralit jika rehidrasi berhasil dan pasien dapat
minum.
2. Terapi antibiotika
Pengobatan antibiotika merupakan upaya yang penting di samping terapi cairan
(Lesmana, 2006). :
a. pemberian antibiotika dapat mengurangi waktu ekskresi kuman V.
cholerae O1 di tinja di samping mengurnagi gejal-gejala penyakit.
b. Pemberian antibiotika dapat memperpendek lamanya diare.
c. Pemberian antibiotika dapat mengurangi jumlah cairan intravena maupun
oral yang diperlukan untuk rehidrasi penderita.
Meskipun dilaporkan dari beberapa negara seperti India, Thailand dan
beberapa negara di Afrika, adanya kuman-kuman V. cholerae O1 yang telah
resisten terhadap tetrasiklin, yaitu antibiotika yang merupakan obat pilihan
untuk kolera namun di banyak tempat termasuk Indonesia, V. cholerae O1
masih sensitif terhadap tetrasiklin (Lesmana, 2006).
Jenis- jenis antibiotika yang efektif untuk kolera adalah (Lesmana, 2006) :
a. Tetrasiklin
b. Doksisiklin

c. Trimetoprin-sulfametokzasol
d. Norfloksasin

16

2.6.2 Pengobatan Penyakit Kolera Disebabkan Bakteri Vibrio Cholerae O139
Kepekaan antibiotika dari V. cholerae O139 diperlihatkan terhadap ampisilin,
tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, siprofloksasin dan asam nalidiksat. Tetapi
kuman ini resisten terhadap trimetoprim-sulfametokzasol (ko-trimoksazol) dan
streptomisum (Lesmana, 2006).
Pengobatan cairan dan pemberian antibiotika pada kasus-kasus infeksi Vibrio
cholerae O139 sama seperti pada infeksi yang disebabkan oleh V. cholerae O1.
Obat pilihan untuk infeksi O139 adalah tetrasiklin, tetapi dapat pula digunakan
antibiotika lain seperti asam nalidiksat atau siprofloksasin (Lesmana,2006).
Usaha prevensi seperti perbaikan kesehatan perorangan dan lingkungan adalah
strategi yang penting seperti halnya di dalam

pencegahan penyakit diare

umumnya. Dari kasus-kasus pada wabah Bangladesh dan India dapat disimpulkan

bahwa imunisasi dengan O1 tidak memberikan perlindungan silang terhadap
O139. Oleh karena itu, pengembangan vaksin kolera di masa yang akan datang,
untuk daerah-daerah endemis kolera (O1 dan O139) perlu mempertimbangkam
penggunaan vaksin bivalen yang dapat melindungi seseorang baik terhadap
infeksi V. cholerae O1 maupun terhadap O139 (Lesmana,2006).

2.7 Pencegahan Penyakit Kolera
Di dalam kondisi di mana persediaan air bersih tidak memadai dan sanitasi
umum buruk, transmisi dari semua jenis infeksi enterik, termasuk kolera, sangat
mudah terjadi. Jika timbul epidemi kolera maka prioritas pertama adalah upaya
untuk menekan angka kematian dengan menyediakan fasilitas rehidrasi dan
pendidikan kesehatan pada penderita agar segera mencari pertolongan ke pusatpusat kesehatan yang ada. Penyelidikan lapangan untuk menentukan fokus utama
infeksi adalah sangat penting (Lesmana, 2006).

17

Vaksin Kolera
Vaksin kolera berisi V. Cholerae 01 yang sudah dilemahkan lewat serotip
inaba dan ogawa untuk melawan panas tubuh yang muncul akibat serangan
kolera. Dia bisa melindungi sampai 50% selama 3-6 bulan. Bagi orang-orang
berprofesi pergi ketampat lain atau sekedar liburan, vaksin ini selalu
direkomendasika. Tapi nasihat paling bijak tetap saja berhati-hati memilih
makanan dan minuman yang hendak disantap. Bagaimanapun imunisasi hanya
mencegah, tapi kalau gaya hidup tidak dijaga, kolera tetap bisa menyerang (Kelly,
2009).
Vaksin kolera ada 2 macam, yakni vaksin yang telah dimatikan dan vaksin
hidup yang dilemahkan. Vaksin kolera-CSL (suspensi Vibrio cholera klasik
serotype O1 Inaba dan Ogawa) berasal dari bakteri yang telah dimatikan dengan
penambahan fenol 0,5% sebagai pengawet. Vaksin ini memberikan efek selama
beberapa bulan (3-6 bulan). Namun, vaksin ini tidak efektif untuk Vibrio cholera
O139 vaksin hidup yang dilemahkan diberikan satu kali suntikan dan efektif
selama 3 Tahun. Vaksin kolera hidup dalam bentuk oral sedang dalam
pengembangan. Vaksin kolera diberikan satu kali melalui suntikan ke dalam otot.
Dosis orang dewasa 0,5 ml; anak (5 – 9 kali tahun) 0,3 ml; dan bayi 0,1 ml. Agar
perlindungan menjadi lebih optimal, vaksinasi ulangan dapat diberikan 7-28 hari
sesudah suntikan pertama (Cahyono, 2010).
Pada saat ini ada 3 jenis vaksin kolera yang terdaftar dan dapat diperoleh di
berbagai negara. Vaksin tersebut adalah :
a. Vaksin lama dari sel yang dimatikan, diberikan secara parenteral (killed
whole-cell parenteral vaccine)
b. Vaksin dari subunit B dari sel yang dimatikan (BS/WCV), diberikan secara
oral
c. Vaksin hidup dari V. cholerae galur CVD 103-HgR, diberikan secara oral
Oleh karena vaksin lama berupa sel yang dimatikan dan diberikan secara
parenteral hanya memberikan perlindungan parsial dan jangka waktunya pendek,
maka tidak banyak lagi negara-negara yang menggunakannya. Kedua vaksin yang
terakhir lebih disukai karena mudah diberikan (secara oral) dan lebih kuat
merangsang respons kekebalan lokal usus (Lesmana, 2006).

18

Keuntungan dari vaksin BS/WCV adalah karena sangat aman, tetapi
kerugiannya adalah karena vaksin ini perlu diberikan dari 2-3 dosis untuk
mencapai ambang proteksi yang memadai (Lesmana, 2006).
Vaksin oral CVD 103-HgR juga aman dan memberikan imunogenisitas yang
tinggi dengan hanya satu dosis tunggal. Vaksin ini memberikan proteksi terhadap
penyakit kolera baik yang ringan maupun yang berat yang disebabkan oleh semua
biotipe dan serotipe V. cholerae O1 (Lesmana, 2006).
Efek samping yang dapat ditemui sesudah vaksinasi antara lain: pembengkakan
pada tempat bekas suntikan, sedangakan demam, lemah tubuh, dan reaksi serius
jarang terjadi. Vaksin sebaikanya jangan diberikan kepada orang-orang yang
hipersensitif pada dosis sebelumnya, anak-anak yang mudah sakit, bayi berusia <
6 bulan, dan ibu hamil (Cahyono, 2010).

Tabel 2.4 Penjelasan Penggunaan Vaksin Kolera (Cahyono, 2010)
Nama Vaksinasi

Kolera

Sasaran imunisasi

Semua usia, bayi usia > 6 bulan.

Macam Vaksin

Vaksin kolera yang dimatikan dan
vaksin kolera yang dilemahkan..

Dosis

Dosis tunggal

Jadwal Pemberian

Satu kali suntik, booster interval 7-28
hari setelah suntikan pertama.

Cara Pemberian

Suntik Kedalam Otot

Efektivitas

85%

Kontra Indikasi

Orang-orang

yang

diketahui

hipersensitif pada dosis sebelumnya,
anak-anak yang mudah sakit, bayi
berusia > 6 bula, dan Ibu hamil
Efek Samping

Pembengkakan pada tempat bekas
suntikan,

sedangkan

lemah

berak

tubuh dan reaksi serius jarang terjadi

19

Selain vaksin kolera, dapat juga dilakukan langkah-langkah berikut untuk
mencegah masuknya bakteri Vibrio cholerae ke dalam saluran pencernaan
(Irianto, 2013) :
1. Hanya minum air matang
2. Gunakan air bersih untuk memasak, mencuci piring, sikat gigi, mandi,
mencuci baju.
3. Hati-hati jika mencampur minuman dengan es batu jangan menggunakan
es batu dari air mentah.
4. Jangan makan daging mentah atau makanan laut yang kurang matang
seperti kerang.
5. Kupas buah atau sayuran saan akan memakannya.
6. Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
7. Miliki fasilitas MCK dengan pembuangan limbah yang baik agar tidak
mengkontaminasi air bersih di sumur.

20

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penyakit kolera merupakan salah satu infeksi pada usus halus yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae O1 atau Vibrio cholerae O139.
2. Penyakit kolera menimbulkan wabah secara eksplosif serta menjadi suatu
penyakit pandemik, sehingga pada awalnya penyakit ini menyebar ke seluruh
dunia. Diantaranya negara yang banyak terkena adalah negara di benua
Afrika, Asia dan Amerika Latin. Penyakit ini menyerang semua usia dan
banyak menyebabkan kematian.
3. Penularan kolera terjadi melalui makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi dengan bakteri Vibrio cholerae.
4. Perjalanan penyakit kolera di awali dengan interaksi bakteri Vibrio cholera di
luar tubuh manusia atau bakteri belum masuk ke dalam tubuh. Kemudian,
tahap inkubasi yaitu tahap bakteri Vibrio cholerae masuk ke dalam tubuh
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan masa inkubasi
terjadi selama 12-72 jam. Selanjutnya, tahap penyakit dini yaitu bakteri V.
cholerae menginfeksi usus halus setelah lolos dari pengaruh asam lambung.
Dan selanjutnya tahap penyakit lanjut, yaitu penyakit bertambah hebat dan
penderita tidak dapat melakukan pekerjaan. Tahap terkahir yaitu akhir
penyakit, pasien penderita penyakit kolera sembuh total atau meninggal dunia
jika terlambat di berikan pertolongan.
5. Gejala-gejala penyakit kolera yaitu diare mendadak berupa air seperti air
bekas cucian beras, mual, muntah, dan dehidrasi.
6. Pengobatan dilakukan dua terapi yaitu pemberian cairan dan elektrolit kepada
penderita kolera serta pemberian obat antibiotika untuk menghilangkan
bakteri Vibrio cholerae.
7. Penyakit kolera dapat dicegah melalui vaksin kolera serta melakukan
tindakan-tindakan seperti minum air matang, menggunakan air bersih untuk
memasak, mencuci piring, mandi dll, serta tidak memakan bahan makanan
mentah.

21

Daftar Rujukan
Cahyono, J.B. Suharjo dkk. 2010. Vaksinasi: Cara Ampuh Cegah Penyakit
Infeksi. Yogyakarta: Kanisius
Irianto, Koes. 2013. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung. Penerbit Alfabeta Bandung
Kelly, Heath dkk. 2009. 73 Penyakit Yang Penting Diketahui: Pengenalan,
Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit-penyakit Yang Disebabkan oleh
Bakteri dan Virus. Yogyakarta: PALMALL Yogyakarta.
Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit
Universitas Trisakti
Medkes. 2014. Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Kolera. (Online)
(http://www.medkes.com/2014/07/gejala-penyebab-dan-pengobatankolera.html) diakses tanggal 28 januari 2015-01-28
Supriyantoro, dr. Sp.p, MARS. dkk. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012.
Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Widoyono, dr. MPH. 2011. PENYAKIT TROPIS Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan,& Pemberantasannya Edisi Kedua. Semarang. Penerbit
Erlangga

22

LAPORAN DISKUSI
MATAKULIAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
MATERI : PENYAKIT KOLERA

A. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal : Senin, 2 Februari 2015
Pukul

: 07.00 - 8.45 WIB

Tempat

: Gedung T5-202/FIK 2

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab penyakit kolera.
2. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi penyakit kolera.
3. Untuk mengetahui bagaimana penularan bakteri kolera.
4. Untuk mengetahui bagaimana perjalanan penyakit kolera.
5. Untuk mengetahui gejala-gejala yang muncul ketika terinfeksi bakteri
Vibrio cholerae.
6. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan terhadap penderita penyakit
kolera.
7. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan terhadap terinfeksi bakteri
Vibrio cholerae.

C. Penyampaian Materi
Materi disampaiakan oleh kelompok 2 yang dimulai pada pukul 07.00 –
8.45 WIB. Penyampaian materi dipimpin oleh moderator yang membagi diskusi
hanya 3 sesi. Diantaranya: sesi penyampaian materi, sesi penambahan materi
oleh audience dan sesi tanya-jawab.
Penyampaian materi dilakukan oleh 6 anggota kelompok

yang

disampaikan secara bergantian. Tiga anggota tersebut diantaranya:
1. Bimo Eka Kristanto

13 061 260 786 6/2013

2. Fauzia Rafidah

13 061 260 784 2/2013

3. Gebby Dwi Puspitarini

13 061 260 788 1/2013

23

D. Tambahan Materi
1. Aisyah Rachmawati / 130612607828
Bakteri kolera dapat menyebabkan infeksi pada orang sehat jika bakteri
berjumlah 100.000.000. Bakteri kolera mudah menginfeksi seseorang
yang memiliki golongan darah O serta anak-anak ataupun balita.
Kemudian, pada penderita kolera yang tekanan darahnya telah menurun
maka harus diberikan cairan lewat infus (intravena).
2. Lutfi Sovyalatufa/ 130612607890
Pada perjalanan penyakit tahap akhir penyakit, selain sembuh total atau
meninggal dunia. Penderita kolera juga menjadi carier atau pembawa
bakteri melaui fesesnya.
E. Tanya Jawab
1. Bima Pramana Jati/ 130612607828
Bagaimana mekanisme bakteri Vibrio cholerae dapat lolos dari asam
lambung ?
Jawab :
Fauzia Rafidah

13 061 260 784 2/2013

Untuk mekanisme lolosnya bakteri kolera dari asam lambung masih
belum diketahui penyebabnya. Namun, ada 3 penyebab seseorang yang
memiliki resiko besar terinfeksi bakteri kolera yaitu :
1. Pejamu yang memiliki golongan darah O
2. Pejamu yang mengalami hipoklorhidria
3. Pejamu yang sistem imunnya menurun
Dan menurut kelompok kami, seseorang mengalami hipoklorhidria atau
penurunan asam lambung dikarenakan faktor biologis atau tubuh sedang
menghasilkan sedikit asam lambung.

24

2. Bima Indragani Purnomo / 130612607880
Bagaimana perbedaan bakteri Vibrio cholerae O1 dan Vibrio cholerae
O139 ? lalu kenapa diare pada penderita kolera berwarna putih ?
Jawab :
Bimo Eka Kristanto

13 061 260 786 6/2013

Vibrio cholerae O1 memberikan reaksi aglutinasi ketika diberi
antiserum O1 sedangkan Vibrio cholerae O139 tidak memberikan reaksi
aglutinasi ketika diberi antiserum O1. Sehingga, dari perbedaan antigen
menyebabkan timbulnya perbedaan penyakit pula, yaitu Vibrio cholerae
O1 dapat menyebabkan kolera sedangkan Vibrio cholerae O139
menyebabkan gastroenteritis.
Kemudian, diare yang berwarna putih disebabkan oleh bakteri
yang lolos dari asam lambung selanjutnya menempel di mukosa usus
halus dan berkembang biak sambil memproduksi toksin (cholera toxin).
Cholera toxin (tidak tahan panas dan tidak tahan asam) merangsang
epitel usus, meningkatkan aktivitas enzim adenyl cyclase di usus yang
selanjutnya

menyebabkan

peningkatan

cyclic

adenosine

3,5-

monophosate (cAMP) intraseluler. cAMP ini menyebabkan sekresi
cairan intestinal yang luar biasa sehingga terjadi diare yang hebat yang
sifatnya isotonik.
3. Nirmala Tri Kartika / 130612607886
Bagaimana tahap lanjutan bertambah parah kemudian pada tahap akhir
penyakit sembuh total ?
Jawab:
Gebby Dwi Puspitarini

13 061 260 788 1/2013

Pada tahap lanjutan bertambah parah/berat jika pada tahap penyakit
dini penderita tidak diberi pengobatan sehingga sakit atau gejala yang
diderita semakin parah. Namun, jika pada tahap penyakit dini diberikan
pengobatan (rehidrasi dan antibiotika) maka pada tahap lanjut pasien
membaik dan pada akhir penyakit semakin membaik atau sembuh total.

25