Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Numbered Head Together (NHT) dan Alat Peraga Model Rangka Segitiga Siswa Kelas V SD Negeri Karang Duren 03 KecamatanTengaran Kabupaten Semarang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Peningkatan Hasil Belajar Matematika

  a. Hakekat Belajar Belajar berarti usaha memperoleh kepandaian atau ilmu, atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Jean Piaget (Coni R. Semiawan,

  2008:11) “belajar adalah adaptasi yang holistic dan bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru sehingga mengalami perubahan yang relative permanen

  ”. Ngalim Purwanto (1997:102) menjelaskan bahwa “belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecerdasan ”.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat dirtarik sebuah kesimpulan belajar merupakan proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku atau kecerdasan karena adaptasi yang bermakna yang datang dari diri seseorang terhadap situasi baru.

  b. Hasil Belajar Secara etimologi hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha. Hasil adalah sesuatu yang menjadi akibat dari sebuah usaha. Oemar Hamalik (2009:155)

  “hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan

  ”. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Dirujuk dari pengertian di atas bahwa hasil belajar berupa prestasi belajar dan perubahan tingkah laku atau kecerdasan.

  c. Hakekat Pembelajaran Pembelajaran Matematika SD merupakan salah satu kajian yang menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik diperlukan jembatan yang dapat menetralisir perbedaan pertentangan tersebut.

  Menurut Karso Dkk, (2008: 1.4) Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berfikir mereka masih belum formal, malahan para siswa SD kelas rendah bukan tidak mungkin masih pada tahapan prakonkrit. Dilain pihak metematika adalah ilmu deduktif, oksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya.

  Gatot Muhsetyo dkk (2011:1.2) menyatakan “matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, hierarkis, dan logis

  ”. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebut matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap matematika. Ini berarti perlu jembatan yang dapat menghubungkan tetap terjaga matematika dapat lebih mudah dipahami.

  Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pembelajaran Matematika SD diperlukan kemampuan guru untuk memilih model, strategi yang sesuai untuk menjembatani tingkat pikir anak yang masih prakonkrit dengan matematika agar matematika lebih mudah dipahami siswa, menggugah semangat, menantang sehingga menjadikan siswa cerdas matematika.

  d. Hasil Pembelajaran Matematika Hasil pembelajaran matematika menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi adalah sebagai berikut:

  1. Agar siswa dapat memahami konsep matematika menjelaskan keterkaitan anatara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah

  2. Agar siswa dapat menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan peryataan matematika.

  3. Agar siswa dapat memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Siswa dapat mengkomunikasikan gagasan dengan simbul, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

  5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

  Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan- kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah

2.2.1 Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

  a. Pengertian NHT menurut para ahli Menurut Kagen (Ibrahim, 2000: 28) “NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik ”. Dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

  Menurut Ranayu (2006) “Number Head Together adalah suatu Model mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas ”.

  NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).

  b. Kelebihan dan Kelemahan Kelebihan Model Number Heads Together : 1.

  Setiap siswa menjadi siap semua 2. Dalam melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh 3. Dapat melakukan diskusi mengajari siswa yang kurang pandai 4. Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi

  5. Siswa pandai maupun siswa lemah sama -sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif

  6. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan 7. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan Selain terdapat kelebihan, strategi numbered head together juga mempunyai beberapa kelemahan atau kekurangan diantaranya :

1. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat

  2. Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.

  3. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda -beda serta membutuhkan waktu khusus.

  4. Guru tidak mengetahui kemampuan masing-masing siswa.

  5. Waktu yang dibutuhkan banyak 6.

  Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru 7. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

  Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran numbered head

  

together menuntut kesiapan dan kreativitas guru, agar senantiasa melakukan

  pengembangan materi. Disamping itu kesiapan siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran akan menentukan kualitas yang ideal. Jika kualitas pembelajaran meningkat, dapat diasumsikan terjadi peningkatan penguasaan materi pembelajaran yang akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa.

  Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT oleh Lundgren (Ibrahim, 2000: 18), antara lain adalah :

  1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2.

  Memperbaiki kehadiran 3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil 5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam 7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi

  Langkah-langkah numbered head together dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :

  Langkah 1. Persiapan

  Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

  Langkah 2. Pembentukan kelompok

  Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre- test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

  Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

  Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

  Langkah 4. Diskusi masalah

  Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

  Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

  Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

  Langkah 6. Memberi kesimpulan

  Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

  Sintaks pembelajaran eksperimen sesuai dengan standar proses, adalah sebagai berikut: No Kegiatan Keterangan Kegiatan

  1 Pendahuluan a.

  Guru membuka pembelajaran.

  b.

  Guru memberi motivasi kepada siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan tertib.

  c.

  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

  d.

  Guru menyiapkan Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Alat Peraga rangka segitiga untuk melakukan pembelajaran dengan model NHT.

  2 Inti a.

  Siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Kelompok dibentuk secara heterogen.

  b.

  Guru memberikan nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.

  c.

  Guru menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan diskusi kelompok.

  d.

  Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tata cara yang akan digunakan pada saat melakukan diskusi kelompok.

  e.

  Guru membagikan alat peraga dan lembar kerja siswa yang diperlukan untuk melakukan diskusi kepada setiap kelompok.

  f.

  Siswa mulai melakukan diskusi sesuai dengan tahapan-tahapan yang sudah dijelaskan oleh guru.

  g.

  Guru mengamati proses diskusi yang dilakukan siswa, jika ada kelompok yang mengalami kesulitan guru membimbing kelompok tersebut.

  h.

  Setelah setiap kelompok melakukan diskusi, guru memanggil satu nomor secara acak dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban. i.

  Kelompok lain boleh menanggapi hasil jawaban yang disampaikan oleh siswa yang di tunjuk jika memiliki jawaban yang berbeda. j.

  Guru mengecek dan menyimpan kembali alat perga dan Lembar Kerja Siswa.

  3 Penutup a.

  Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab tentang materi yang belum dipahami siswa.

  b.

  Guru melakukan tanya jawab untuk menguji pemahaman siswa.

  c.

  Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.

  d.

  Guru menutup pembelajaran.

2.3 Alat Peraga

2.3.1 Pengertian alat peraga Menurut Wijaya dan Rusyan (1994)

  “Alat Peraga Pendidikan adalah

  

media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan

  motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar ”.

  Sudjana (2002: 59) menuliskan

  “Alat Peraga Pendidikan adalah suatu

  alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien

  Faizal (2010) mendefinisikan

  “Alat Peraga Pendidikan sebagai instrumen audio maupun visual yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi

  ”. Dari beberapa uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa alat peraga pendidikan adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

2.3.2 Macam-macam media/alat perga

  Menurut para ahli media, bahan pembelajaran dalam bentuk media pembelajaran diklasifikasikan dalam beberapa bentuk.

  1. Media grafis, yaitu media yang menyajikan desain materi dalam bentuk simbol-simbol komunikasi visual. Media ini bersifat sederhana, mudah pembuatannya dan relatif murah. Contoh media grafis antara lain: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan bulletin.

  2. Media audio, yaitu media yang menyajikan desain materi dalam bentuk lambang lambang auditif. Media audio ini terdiri dari: media radio, media rekaman, laboratorium bahasa.

  3. Media Proyeksi diam, yaitu media yang menyajikan desain pesan/materi layaknya media grafis, tetapi penyajiannya dengan teknik diproyeksikan dengan peralatan yang disebut proyektor. Media proyeksi diam, terdiri dari: film bingkai (slide), film rangkai (film strip), media transparansi (overhead projector/transparancy).

  4. Media proyeksi gerak, yaitu media yang menyajikan desain pesan/materi dalam bentuk obyek yang bergerak. Media Proyeksi gerak digunakan melalui proses perekaman dan menggunakan alat perekam gerak (seperti kamera video), atau menyajikan gerakan-gerakan yang ditampilkan langsung oleh pemeran, yang termasuk media ini, terdiri dari: film,

  5. Media cetak, yaitu media yang menyajikan desain pesan/materi (verbal tulis dan gambar) dalam bentuk cetak. Contoh media cetak adalah buku, modul, surat kabar, majalah, LKS dan sebagainya.

  6. Media nyata, yaitu media dalam bentuk benda aslinya, baik dalam bentuk keseluruhan/utuh, maupun dalam bentuk bagian/contoh bagian dari benda tertentu. Media nyata ini, seperti obyek, specimen, mock up, herbarium , insektarium dan sebagainya.

2.3.3 Manfaat Media / Alat Peraga

  Menurut Roseffendi (1997: 227-228) ada beberapa fungsi penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika, diantaranya sebagai berikut:

  1. Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar. Anak senang, terangsang, kemudian tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.

  2. Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.

  3. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.

  4. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu dalam bentuk model matematika dapat dijadikan obyek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.

  Dengan demikian, yang dimaksud alat peraga pada penelitian ini adalah media pengajaran yang diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yang berfungsi untuk menghilangkan keabstrakan konsep segitiga pada mata pelajaran

2.3.4 Tujuan alat peraga

  Berikut ini beberapa tujuan dan manfaat alat peraga disebutkan sebagai berikut:

  1. Alat peraga pendidikan bertujuan agar proses pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar siswa,

  2. Alat peraga pendidikan memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para siswa belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu, 3. Alat peraga pendidikan memiliki manfaat agar belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan diluar kelas, (d) alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis dan teratur. Dengan demikian, yang dimaksud alat peraga pada penelitian ini adalah media pengajaran yang diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yang berfungsi untuk menghilangkan keabstrakan konsep dalam model rangka segitiga pada mata pelajaran matematika.

2.4 Penelitian Yang Relevan

  Suatu penelitian yang akan dibuat, perlu memperhatikan penelitian lain yang digunakan sebagai bahan kajian yang relevan. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan variable penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukeni dengan judul meningkatkan hasil belajar matematika model number head together siswa kelas V SD Negeri Tondokerto Kecamatan Jatenan Kabupaten Pati dengan Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan hasil belajar matematika pada materi operasi hitung bilangan bulat, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan model tindakan kelas dengan menggunakan model siklus. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SD Negeri Tondokerto Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Pembelajaran NTH dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika. Rata-rata kelas pada pra siklus adalah 60,38. Setelah dilakukan tindakan siklus I rata-ratanya menjadi 68,10. Kemudian dilakukan lagi tindakan siklus II dengan perolehan rata-rata kelas 77,33. Ketuntasan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari pra siklus,siklus I dan siklus II. Jumlah keseluruhan siswa kelas 5 adalah 21 orang. Dengan demikian,pelaksanaan tindakan siklus 2 dinyatakan berhasil.Kesimpulan penelitian ini adalah model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 dalam pembelajaran matematika tentang operasi hitung bilangan bulat Tahun Pelajaran 2013/2014 di SDN Tondokerto, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati.

  Peneliti juga mengkaji hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Pembelajaran Number Head Hogether (NHT) Bagi Biswa Kelas I SDN Sukoharjo

  01 Kecamatan Wedari Jaksa Kabupaten Pati Semester I /2011-2012. Penelitian ini adalah merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dua siklus. Penelitian di adakan di SD Sukoharjo 01 Kelas I dengan menggunakan model pembelajaran Number Heads Together (NHT). Penerapan pembelajaran Number Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika menggunakan waktu dan panjang peningkatan ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dengan kondisi awal, pre tes, siklus I dan siklus II. Pada kondisi awal yang tuntas 25 siswa (60,9%) yang belum tuntas 16 siswa (39,1%) rata-rata nilai 71, pada pre tes yang tuntas 25 siswa (60,9%) yang belum tuntas 16 siswa (39,1%) rata-rata nilai 69, Pada Siklus I yang tuntas 30 siswa (73,2%) yang belum tuntas 161siswa (26,8%) rata-rata nilai 77, Pada Siklus II yang tuntas 34 siswa (82,9%) yang belum tuntas 7 siswa (17,1%) rata-rata nilai 86.

  Berdasarkan analisis dari penelitian yang dilakukan oleh Sukeni dan Wahyuni telah menunjukkan keberhasilan dalam penggunaan model Numbered

  Penulis memilih dua penelitian tersebut karena sangat Heads Together / NHT. releven untuk penelitian berikutnya dilingkungan yang berbeda. Oleh karena itu,penulis juga optimis dan yakin bahwa pada penelitian ini juga akan berhasil meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas V SDN Tengaran

  01 Melalui model Numbered Heads Together pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.

2.5 Kerangka Pikir

  Model pembelajaran Numbered Head Together adalah model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dengan cara kerja kelompok dan pada akhirnya masing-masing siswa akan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

  Untuk menunjang keberhasilan penggunaan model pembelajaran

  

numbered head together dibutuhkan alat bantu pembelajaran, dalam hal ini

  digunakan alat peraga model rangka segitiga. Model rangka segitiga merupakan salah satu alat peraga konkrit yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu membelajarkan Matematika sifat-sifat bagun datar segitiga. Dengan menggunakan alat peraga model rangka segitiga siswa akan lebih dapat memahami sift-sifat bagun datar segitiga.

  Dengan model pembelajaran numbered head together dan alat peraga model rangka segitiga ini siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran Matematika sifat-sifat bagun datar segitiga. Pada kegiatan perbaikan pembelajaran ini penulis mempunyai alur pemikiran yang tersaji dalam data berikut:

  

Kerangaka Pikir Penelitian

Diskusi pemecahan masalah

  Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan penggunaan alat peraga Evaluasi awal

  Evaluasi efek Evaluasi akhir 1. Kurang memanfaatkan alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran

  3. Rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi sifat-sifat segitiga

  4. Kurangnya rasa tanggung jawab

  5. Siswa kurang tertarik pada materi pelajaran tentang sifat-sifat segitiga 6. Sebagian siswa masih pasif dalam menggunakan alat peraga yang dibutuhkan

  7. Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan pada saat ada masalah yang kurang jelas.

  1. Perbaikan penggunaan

model pembelajaran

numbered head together 2.

  Perbaikan menggunakan alat peraga model rangka segitiga.

  3. Dilakukan dengan dua siklus yaitu: Siklus I 4.

  Perbaikan penggunaan

model pembelajaran

numbered head together dan menggunakan alat

peraga model rangka

segitiga.

  Siklus II 1.

  Mengoptimalkan

penggunaan model

pembelajaran numbered

head together dan

penggunaan alat peraga model rangka segitiga.

  Penggunaan model pembelajaran numbered head together dan alat peraga model rangka segitiga dapat meningkatkan hasil belajar matematika sifar-sifat bagun datar segitiga siswa kelas V SD Negeri Tengaran 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2014/2015.

  Kondisi awal Tindakan Tujuan/hasil

2. Strategi yang digunakan kurang sesuai.

2.6 Hipotesis

  Bertolak dari latar belakang, identifikasi masalah, dapat diputuskan hipotesis tindakan sebagai berikut. Pembelajaran Matematika Menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dan alat peraga rangka segitiga, maka Hasil Belajar Meningkat pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tengaran 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Standar Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di KB/TK Xaverius Marsudirini 78 Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018

0 1 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengelolaan Kelas 1. Pengertian Pengelolaan Kelas - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Standar Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di KB/TK Xaverius Marsudirini 78 Salatiga Tahun Ajar

0 0 14

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Standar Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di KB/TK Xaverius Marsudirini 78 Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018

0 0 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Standar Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di KB/TK Xaverius Marsudirini 78 Salatiga Tahun Ajaran

0 7 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Yang Signifikan antara Pendekatan Saintifik Metode Discovery dengan Metode Inquiry terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Tahun Pelajaran 2014-2015

0 0 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Operasional Pelabuhan Menggunakan COBIT 5 pada PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Panjang, Lampung

0 6 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Sistem Informasi Akademik Berbasis Web Menggunakan PHP: Studi Kasus Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Buku Cerita Bergambar sebagai Media Pembelajaran Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerka Sistem Informasi / Teknologi Informasi pada Perusahaan Manufaktur Berbasis Manfaat Bisnis Menggunakan Framework Val-IT: Studi Kasus PT. Purinusa Eka Persada

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Numbered Head Together (NHT) dan Alat Peraga Model Rangka Segitiga Siswa Kelas V SD Negeri Karang Duren

0 0 6