makalah farmakologi kebidana poltekkes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari
pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin
adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu hamil adalah persyaratan penting
untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua bagian unit tersebut.
Selama kehamilan, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau gangguan
kesehatan yang membutuhkan obat. Penggunaan obat pada Ibu hamil dapat beresiko bagi ibu
hamil dan janin.Banyak ibu hamil menggunakan obat dan suplemen pada periode
organogenesis sedang berlangsung sehingga risiko terjadi cacat janin lebih besar. Sedangkan
kebanyakan obat yang dipasarkan tidak diteliti efek sampingnya kepada Ibu hamil dan janin.
Beberapa obat yang dapat melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada wanita
hamil perlu berhati-hati. Dalam plasenta obat mengalami proses biotransformasi, mungkin
sebagai upaya perlindungan dan dapat terbentuk senyawa antara yang reaktif, yang bersifat
teratogenik/dismorfogenik. Obat-obat teratogenik atau obat-obat yang dapat menyebabkan
terbentuknya senyawa teratogenik dapat merusak janin dalam pertumbuhan.
Jadi harus diingat bahwa obat yang diberikan selama kehamilan harus untuk
kepentingan ibu tanpa menghasilkan komplikasi yang tidak diinginkan. Beberapa obat dapat
memberi risiko bagi kesehatan ibu, dan dapat memberi efek pada janin juga. Selama
trimester pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir (teratogenesis), dan risiko terbesar
adalah kehamilan 3-8 minggu. Selama trimester kedua dan ketiga, obat dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan secara fungsional pada janin atau dapat meracuni plasenta.
Obat cenderung dikelola sendiri atau diresepkan oleh praktisi kesehatan selama
kehamilan. Cerdas menggunakan obat selama kehamilan mengharuskan praktisi kesehatan
memahami interaksi antara obat-obatan dan kehamilan sehingga menghindari penggunaan
sembarangan obat dengan konsekuensi teratogenik seperti tragedi thalidomide. Perubahan
fisiologi selama kehamilan dapat berpengaruh terhadap kinetika obat dalam ibu hamil dan
menyusui yang kemungkinan berdampak terhadap perubahan respon ibu hamil terhadap obat
yang diminum.
1
Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif
tidak aman hingga harus dihindari selama kehamilan ataupun menyusui agar tidak merugikan
ibu dan janin yang dikandung ataupun bayinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian obat kategori C untuk ibu hamil?
2. Jelaskan 10 obat yang termasuk kategori C untuk ibu hamil?
3. Apa nama zat aktif obat?
4. Apa nama dagang obat?
5. Apa indikasi pemakaian obat?
6. Apa kontraindikasi pemakaian obat?
7. Apa efek samping obat?
8. Apa peringatan penggunaan obat?
9. Berapa dosis obat yang diperlukan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa saja obat kategori C untuk ibu hamil.
2. Untuk mengetahui nama zat aktif, nama dagang, indikasi, kontraindikasi, efek
samping obat, peringatan, dosis obat kategori C untuk ibu hamil.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi kebidanan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obat Kategori C
Obat Kategori C: adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi
binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping bagi janin. Sedangkan pada wanita
hamil belum ada study terkontrol. Obat golongan ini hanya dapat dipergunakan jika
manfaatnya lebih besar ketimbang resiko yang mungkin terjadi pada janin.
B. Contoh Obat Kategori C
1. Ketoconazole (KEE toe KON a zole)
a. Nama zat aktif : Ketoconazole (KEE toe KON a zole)
b. Nama dagang : Nizoral, anfuhex, cidaral, dermaral, dysfungal, fexazol, formyco,
funet, fungasol, grazol, interzol, ketoconazole, ketomed, muzoral, mycoderm,
mycoral, mycozid, nizol, omegzole, profungal, pronazol, solinfec, thicazol, tokasid,
wizol, zoloral, zoralin.
c. Indikasi :
1) Mengobati infeksi jamur
2) Mengatasi ketombe
d. Kontraindikasi :
1) Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki gangguan hati dan
pasien yang sedang diterapi dengan terfenadin atau astemizol.
2) Tidak boleh digunakan untuk meningitis karena jamur.
3) Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif
pada ketoconazole atau obat golongan imidazole lainnya.
4) Pemberian secara oral tidak untuk infeksi superfisial.
5) Jangan diberikan bersamaan dengan obat-obat berikut : dofetilide, quinidine,
pimozide,
cisapride,
metadon,
disopiramid,
dronedarone,
ranolazine.
Ketoconazole dapat meningkatkan konsentrasi plasma obat-obat tersebut dan
dapat memperpanjang interval QT, kadang-kadang menyebabkan disritmia
ventrikel yang membahayakan seperti torsades de pointes.
3
e. Efek samping :
1) Mual.
2) Diare.
3) Sakit kepala.
4) Sakit perut.
5) Biduran.
6) Trombositopenia.
7) Demam.
8) Mengigil.
9) Ruam atau iritasi kulit.
10) Sensitif terhadap cahaya.
11) Sensasi terbakar atau perih pada kulit.
f. Peringatan :
1) Bagi wanita yang merencanakan kehamilan dan sedang hamil, berkonsultasilah
dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan ketoconazole. Sedangkan
ibu menyusui dilarang menggunakan obat ini.
2) Penting bagi pasien untuk menggunakan obat ini sesuai jangka waktu yang
disarankan oleh dokter guna memastikan jamur penyebab infeksi musnah
seluruhnya, serta mencegahnya tumbuh kembali.
3) Ketoconazole oles hanya boleh digunakan sebagai obat luar. Jangan
mengoleskannya pada kulit yang luka, tergores, atau terbakar.
4) Harap berhati-hati jika menderita detak jantung yang tidak teratur (aritmia), alergi
terhadap obat antijamur lain, gangguan hati, kadar tertosteron yang rendah,
gangguan kelenjar adrenal, serta asam lambung yang rendah.
5) Hindari konsumsi minuman keras selama menggunakan ketoconazole oral karena
dapat meningkatkan risiko gangguan hati.
6) Selama menggunakan ketoconazole, beri tahu dokter sebelum menjalani
pengobatan medis apa pun.
7) Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
g. Dosis :
4
1) Takaran ketoconazole tergantung pada jenis infeksi, tingkat keparahannya, serta
bentuk obat yang diberikan.
2) Krim dan sampo ketoconazole yang disarankan adalah dengan kandungan 2%.
Krim ketoconazole umumnya dioleskan sebanyak 1-2 kali sehari pada bagian
yang terinfeksi dan sampo ketoconazole dapat digunakan sebanyak 1 kali sehari
selama maksimal 5 hari.
3) Sedangkan ketoconazole dalam bentuk tablet, diminum dengan dosis 200 mg per
hari. Dosis ini bisa ditingkatkan oleh dokter hingga 400 mg apabila dibutuhkan.
Khusus untuk anak-anak, takaran ketoconazole oral akan disesuaikan dengan
berat badan pasien.
2. Aspirin
a. Nama zat aktif : Aspirin
b. Nama dagang : Aspilet, Aspirin, Bodrexin, Contrxyn, Farmasal, Gramasal, Naspro,
Ascardia, Cardio Aspilet, Miniaspi 80, Procardin, Restro, Thrombo Aspilet
c. Indikasi : Mengurangi nyeri kepala, nyeri gigi, migraine, nyeri menelan, dan
dismenorrhea (nyeri berlebihan saat menstruasi). Selain itu, aspirin juga dapat
digunakan untuk mengurangi gejala pada influenza, demam, nyeri reumatik, dan
nyeri – nyeri otot.
d. Kontraindikasi : Memiliki ulkus peptikum atau tukak lambung. Hemophilia atau
kelainan pendarahan lainnya. Memiliki alergi terhadap asetosal. memiliki alergi
terhadap NSAID, seperti ibuprofen. berisiko mengalami pendarahan gastrointestinal
atau stroke hemoragik. peminum alkohol. sedang menjalani perawatan gigi atau
bedah, betapapun kecilnya. memiliki gangguan hati dan ginjal (tidak mutlak dilarang,
namun perlu hati-hati). penderita asama (tidak mutlak dilarang, namun perlu hatihati).
e. Efek samping :
gangguan pencernaan, sakit perut, mengalami perdarahan atau memar di beberapa
bagian tubuh.Beberapa efek samping lain yang jarang terjadi di antaranya:
a)
Serangan asma secara mendadak dan alergi berupa gangguan pernapasan,
pembengkakan di mulut, tenggorokan, atau bibir.
5
b)
Perdarahan di perut yang menyebabkan muntah darah dan perdarahan di otak
yang bisa mengganggu pengelihatan, sakit kepala, dan bicara cadel.
c)
Biduran (kemunculan bilur berwarna merah atau putih yang terasa gatal) dan
tinnitus (bunyi atau dengungan pada telinga).
f. Peringatan :
Sebelum mengonsumsi aspirin, beri tahu dokter jika Anda:
a) Sedang merencanakan kehamilan, mengandung, atau menyusui.
b) Pernah mengalami gangguan hati, ginjal, jantung, atau tekanan darah tinggi.
c) Memiliki riwayat hemofilia, perdarahan di usus, sakit maag, serta asma.
d) Anak-anak atau remaja, di bawah usia 16 tahun, yang ingin mengatasi demam,
gejala flu, atau cacar air.
e) Sedang menggunakan obat-obatan lain.
f) Memiliki alergi terhadap obat. Jika tidak bisa menggunakan aspirin, dokter
mungkin akan menyarankan Anda untuk mengonsumsi paracetamol (untuk
meredakan rasa sakit) atau clopidogrel (untuk mencegah penggumpalan darah).
g. Dosis :
a) Demam : 325 - 650 mg setiap 4 - 6 jam sekali, tergantung kondisi. Maksimal 4 g/
hari.
b) Serangan jantung : 75 - 325 mg/hari.
c) Rheumatoid arthritis : 80 - 100 mg perhari, dibagi 5 - 6 kali, untuk kondisi akut,
bisa dikonsumsi sampai 130 mg/hari.
d) Gangguan persendian : Dosis awal 2,4 - 3,6 g/hari, selanjutnya 3,6 - 5,4 g/hari
e) Stent implantation : 325 mg 2 jam sebelum prosedur, diikuti dengan 160 – 325
mg/hari setelah prosedur dilakukan.
3. Salbutamol
a. Nama zat aktif : Salbutamol
b. Nama dagang :
Astharol, Azmacon, Fartolin, Glisend, Lasal, Salbuven, Suprasma, Suprasma Nebule,
Velutine, Ventolin Inhaler, Ventolin Nebule, Ventolin Tablet/Sirup
6
c. Indikasi : mengatasi gejala sesak napas yang timbul akibat adanya penyempitan
bronkus seperti pada penyakit asma bronkial, bronchitis asmatis dan emfisema paru,
baik untuk penggunaan akut maupun kronik.
d. Kontraindikasi : Takikardia sekunder dari kondisi jantung
e. Efek samping :
a) Jantung berdebar-debar.
b) Detak jantung yang cepat atau tak teratur.
c) Gemetaran.
d) Sakit perut.
e) Nyeri dada.
f) Batuk berdahak.
g) Diare.
h) Sulit menelan.
i) Sakit kepala.
j) Menggigil.
k) Demam.
l) Mual.
f. Peringatan :
a) Wanita yang sedang hamil dan menyusui hanya boleh menggunakan salbutamol
jika benar-benar dibutuhkan dan dianjurkan oleh dokter.
b) Segera temui dokter jika gejala-gejala tidak berkurang setelah menghirup
salbutamol sesuai dengan petunjuk dokter.
c) Harap berhati-hati jika menderita hipertiroidisme, alergi terhadap protein susu,
gangguan kardiovaskular, hipertensi, diabetes, hipokalemia, gangguan ginjal,
kejang, serta aritmia.
d) Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
g. Dosis :
a) Menangani serangan asma yang parah
a) Inhaler : maksimal 10 kali hirup per hari
b) Nebulizer : 2,5-5 mg; maksimal 4 kali sehari
b) Menangani bronkospasmeyang parah
7
a) Obat suntik dengan kandungan 50 mcg/mL : 4 mcg/kg berat badan
b) Obat infus : 8 mcg/kg berat badan
c) Menangani Bronkospasme akut
Inhaler : Maksimal 4 kali hirup per hari
d) Menangani Bronkospasme akut
Oral : 2-8 mg; 3-4 kali sehari
e) Mencegah bronkospasme akibat olahraga
Inhaler : 2 kali hirup; 10-15 menit sebelum berolahraga
4. Ciprofloxacim
a. Zat aktif : Ciprofloxacim
b. Nama dagang : Baquinor Eye Drops, Baquinor Forte, Bestypro, Ciprofloxacin,
Cifloxan, Pharpros, Cylowam 500, Lapilfox, Ciprec 500, Coroflox, Floksid, Wiaflox
dan Phaproxin
c. Sediaan Obat : Tablet, sirop, obat oles, obat tetes mata, obat tetes telinga, infus
d. Indikasi:
1) Pengobatan infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran kemih, pencernaan, dan
infeksi perut, termasuk infeksi oleh baketri gram negatif (Escherichia coli,
Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, Legionella pneumophila,
Moraxella catarrhalis, Proteus mirabilis, dan Pseudomonas aeruginosa), dan
gram positif (Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus
epidermidis, Enterococcus faecalis, dan Streptococcus pyogenes).
2) Ciprofloxacin juga digunakan untuk infeksi pada kulit dan jaringan lunak, tulang
dan sendi, gonore akut dan osteomilitis akut.
e. Kontra Indikasi:
1) Jangan menggunakan antibiotik ini pada pasien dengan dengan riwayat
hipersensitif atau alergi obat Ciprofloxacin dan antibiotik golongan kuinolon
lainnya.
2) Tidak digunakan untuk ibu hamil, ibu menyusui, anak dan remaja sebelum akhir
fase pertumbuhan.
3) Pasien dengan epilepsi atau gangguan kejang lainnya.
8
4) Tidak diberikan kepada pasien dengan riwayat tendon pecah.
5) Jangan digunakan bersamaan dengan tizanidine.
f. Efek Samping:
1) mual, diare, tes fungsi hati yang abnormal, muntah, dan ruam pada kulit.
2) Sakit kepala, telinga berdenging, pusing, mual, gangguan penglihatan, sakit di
belakang mata.
3) Kulit pucat atau menguning, urin berwarna gelap, demam, lemas.
4) Lebih jarang atau sama sekali tidak buang air kecil.
5) Mudah memar atau berdarah.
6) Mati rasa, kesemutan, atau sakit tidak wajar di bagian tubuh mana pun.
g. Peringatan:
1) Hati-hati pada pemberian obat untuk pasien dengan gangguan fungsi hati dan
ginjal.
2) Untuk mencegah kristaluria, harus ditelan dengan air.
3) Hati-hati pemberian pada pasien lanjutusia.
4) Pada kasus epilepsi dan pasien yang pernah mengalami gangguan SSP (misalnya
ambang kejang rendah, riwayat konvulsi, aliran darah ke otak berkurang dan
stroke), ciprofloxacin hanya diberikan jika manfaatnya lebih besar dibanding
resikonya, karena pasien demikian mungkin akan menderita efek samping SSP.
5) Pemakaian tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
6) Hindari paparan sinar matahari atau sinar UV buatan.
7) Jangan hentikan pengobatan sebelum dosis dan durasi yang dianjurkan dokter
selesai. Jika pengobatan dihentikan sebelum waktunya berpotensi terjadinya
resistensi antibiotik.
h. Dosis:
1) Dosis ciprofooxciin uintuk anthrax prophylxois
Prophylaxis pasca terkena paparan Bacillus anthracis melalui pernapasan:
a) Melalui infus: gunakan sebanyak 400 mg IV setiap 12 jam
9
b) Melalui mulut: gunakan 500 mg dengan mulut setiap 12 jam
2) Dosis ciprofooxciin uintuk bxcteremix
Melalui infus : 400 mg melalui infus atau IV
3) Dosis ciprofooxciin uintuk broinchitis
a) Melalui infus: 400 mg IV setiap 12 jam
b) Melalui mulut : 500 mg setiap 12 jam.
4) Dosis ciprofooxciin uintuk iinfeksi kxinduing kemih
Umur 1-18 tahun
a) Melalui infus: gunakan 6-10 mg/kg/IV setiap 8 jam (dosis maksimal: 400 mg/
dosis)
b) Melalui mulut atau diminum sebanuak10-20 mg/kg setiap 12 jam (dosis
maksimal: 750 mg/dosis)
5. Ofloxacin
a. Zat aktif : ofloxacin
b. Nama dagang : Riloo, Poincoquiin, Grxfooiin, Flotxvid, Akilein, Txrivid,
Ofooxciin.
c. Sedian Obat : Tablet, Tetes Mata, Tetes Telinga, Suntik
d. Indikasi:
1) Infeksi saluran kemi bagian bawah dan bagian atas,
2) Uretritis dan servisitis gonokokkal dan non-gonokokkal,
3) Infeksi saluran pernafasan bagian bawah, kecuali infeksi Streptokokkus,
4) Infeksi kulit dan jaringan lunak,
5) Untuk mengobati infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri yang rentan.
6) Otitis media supuratif kronik, otitis eksterna
e.
Kontra Indikasi:
1) Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap ofloxacin dan golongan kuinolon
lainnya,
2) Wanita hamil dan ibu menyusui,
10
3) Anak dan remaja yang sedang dalam fase pertumbuhan.
f. Efek Samping :
Mual dan muntah, Nafsu makan berkurang, Perut kembung, Diare, Kram perut,
Sakit kepala, Pusing, Gatal pada kelamin, Nyeri dada, Mulut kering.
g.
Peringatan :
1) Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal dan orang lanjut
usia.
2) Jika timbul syok atau gejala lain yang menyerupai syok, hentikan pengobatan dan
segera periksakan diri ke dokter.
3) Jika timbul reaksi hipersensitif atau alergi, hentikan pengobatan dan segera
periksakan diri ke dokter.
4) Penyerapan ofloxacin melalui saluran pencernaan berkurang apabila diberikan
bersamaan dengan antasida yang mengandung aluminium atau magnesium
hidroksida. Oleh karena itu Tarivid sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan
antasida, tetapi diberikan jeda 1 – 2 jam sebelum atau setelah pemberian obat
antasida.
5) Tidak seperti ciprofloxacin, ofloxacin tidak mempengaruhi konsentrasi teofilin
dalam plasma.
h. Dosis:
Kondisi
Bentuk obat
Usia
Dosis
Pneumonia
Tablet
Dewasa
400 mg, 1-2 kali sehari.
400 mg, 2 kali sehari, selama 14
Radang panggul
Tablet
Dewasa
hari.
Gonore
Tablet
Dewasa
400 mg, dosis tunggal.
400 mg per hari, dapat diminum 1
kali sehari atau dibagi menjadi
beberapa jadwal konsumsi, selama
Chlamydia
Tablet
Dewasa
11
7 hari.
Infeksi
kulit dan
jaringan
lunak
Tablet
Dewasa
400 mg, 2 kali sehari.
200 mg, 2 kali sehari, selama 28
Prostatitis akut atau kronis
Tablet
Dewasa
hari.
1-2 tetes setiap 2-4 jam, selama 2
Dewasa
Konjungtivis dan
keratokonjungtivitis
danhari pertama. Dilanjutkan 1-2 tetes,
anak-anak usia 14 kali sehari. Maksimal durasi
Tetes mata
tahun ke atas
Dewasa
pengobatan adalah 10 hari.
dan
anak-anak > 1310 tetes, 1 kali sehari, selama 7
Otitis eksterna
Tetes telinga
tahun
hari.
Anak-anak usia 6
Otitis eksterna
Otitis media
Tetes telinga
Tetes telinga
bulan-13 tahun
5 tetes, 1 kali sehari, selama 7 hari
Dewasa
dan
anak-anak
usia10 tetes, 2 kali sehari, selama 14
12 tahun ke atas hari
6. Digoxin
a. Zat aktif : Digoxin
b. Nama Dagang : Digoxin, Fargoxin.
c. Sedian Obat : Tablet dan suntik
d. Indikasi:
Untuk gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, flutter atrium, dan takikardia atrium
proksimal.
e. Kontrak Indikasi
1) Hipersensitivitas
2) Fibrilasi ventrikel
12
f. Efek samping:
1) Gangguan mental.
2) Pusing.
3) Sakit kepala.
4) Diare.
5) Mual dan muntah.
6) Ruam kulit.
7) Anoreksia.
8) Aritmia pada anak-anak.
g. Peringatan :
1) Gunakan dengan hati-hati pada pasien perikarditis, bradikardia, penyakit paru
berat, takikardia ventrikular, gangguan elektrolit, kontraksi ventrikular prematur,
Sindrom Wolff-Parkinson-White, hipoksia, hipotiroidisme atau hipertiroidisme,
dan penyakit ginjal.
2) Hindari penggunaan digoxin pada pasien miokarditis dan serangan jantung.
3) Jangan hentikan pemberian digoxin pada pasien gagal jantung meski kondisinya
sudah stabil, karena gejala gagal jantung bisa kembali terjadi.
4) Hati-hati penggunaan bersama dengan diuretik.
5) Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan digoxin, segera
temui dokter.
h. Dosis:
Kondisi
Bentuk Obat
Usia
Dosis
0,5-1 mg sebagai dosis tunggal,
Gagal jantung akut
Suntik
Dewasa
infus selama 2 jam.
Gagal jantung,
Tablet
Dewasa
Dosis awal 0,75-1 mg yang
aritmia.
diberikan dalam 24 jam sebagai
dosis tunggal, atau dibagi tiap 6
13
jam. Dosis pemeliharaan 125250 mcg per hari.
Dosis awal 25 mcg/kgBB per
hari, dibagi dalam 3 kali
Bayi dengan berat
pemberian. Dilanjutkan 4-6
badan hingga 1,5
mcg/kgBB per hari, dalam 1
kg
atau 2 kali pemberian.
Dosis awal 30 mcg/kgBB per
hari, dalam 3 kali pemberian.
Dilanjutkan 4-6 mcg/kgBB per
Bayi dengan berat
hari, dalam 1 atau 2 kali
badan 1,5-2,5 kg
pemberian.
Bayi dengan berat
Dosis awal 45 mcg/kgBB per
badan di atas 2,5
hari, dalam 3 kali pemberian.
kg dan balita usia 1 Dilanjutkan 10 mcg/kgBB per
bulan hingga 2
hari, dalam 1 atau 2 kali
tahun
pemberian.
Dosis awal 35 mcg/kgBB per
hari, dalam 3 kali pemberian.
Dilanjutkan 10 mcg/kgBB per
Anak usia 2-5
hari, dalam 1 atau 2 kali
tahun
pemberian.
Dosis awal 25-750 mcg/kgBB
per hari, dalam 3 kali
pemberian. Dilanjutkan 6-250
Anak usia 5-10
mcg/kgBB per hari, dalam 1
tahun
atau 2 kali pemberian.
Anak usia 10 tahun Dosis awal 0,75-1,5 mg/kgBB
hingga usia 18
per hari, dalam 3 kali
tahun
pemberian. Dilanjutkan 62,5-
14
750 mcg per hari, dalam 1 atau
2 kali pemberian.
7. Allopurinol
Allopurinol adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat di
dalam darah. Selain karena pola makan yang kurang sehat, kadar asam urat juga bisa naik
akibat pengobatan kemoterapi pada penderita kanker. Kadar asam urat yang tinggi tidak
hanya dapat menyebabkan peinyxkit
xsxm
urxt atau gout, namun juga bisa
menyebabkan pembentukan bxtu giinjxl.
a. Nama zat aktif : Allupurinol
b. Merek dagang: Ponuric, Sinoric, Puricemia, Zyloric
c. Indikasi dan Kegunaan Allopurinol
Berikut indikasi ataupun kegunaannya:
1) Hiperurisemia primer : gout
2) Hiperurisemia sekunder : mencegah pengendapan asam urat dan kalsium
oksalat. Produksi berlebihan asam urat antara lain pada keganasan, polisitemia
vera, terapi sitostatik.
d. Kontraindikasi
obat ini, alopurinol tidak boleh digunakan untuk:
1) Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap allopurinol ataupun komponen
lain yang terkandung dalamm sediaan obat.
2) Keadaan serangan akut gout
e. Peringatan:
Harap berhati-hati jika menderita gangguan pada ginjal dan hati.
Beri tahu dokter jika memiliki diabetes, tekanan darah tinggi, atau sedang
menjalani program diet.
Allopurinol bisa menyebabkan kantuk. Karena itu, jangan mengemudikan
kendaraan atau mengoperasikan alat berat setelah mengonsumsi obat ini.
Tanyakan dosis allopurinol untuk anak-anak kepada dokter.
15
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
f. Dosis Allopurinol
Dosis dewasa :
Serangan asam urat (gout) ringan
: 200 – 300 mg per hari.
Serangan asam urat (gout) sedang / berat
: 400 – 600 mg per hari.
Hiperurisemia karena obat antikanker
: 600 – 800 mg per hari, dimulai 1 –
2 hari sebelum kemoterapi.
Dosis minimal
: 100 – 200 mg per hari.
Dosis maksimal
: 800 mg per hari.
Terdapat penyesuaian dosis sesuai dengan fungsi ginjal.
Dosis anak :
Tablet
Hiperurisemia : 10 mg/kg/hari dibagi menjadi 2 kali pemberian ; maksimal 600
mg / hari.
Hiperurisemia karena obat antikanker :
o Usia < 6 tahun
: 150 mg / hari dibagi menjadi 3 kali pemberian.
o Usia 6 – 10 tahun
: 300 mg / hari dibagi menjadi 3 – 4 kali pemberian.
g. Efek Samping dan Bahaya Allopurinol
Sama seperti obat-obat lain, allopurinol juga berpotensi menyebabkan efek
samping. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi obat ini
adalah sakit perut, mual, dan diare. Sedangkan efek samping yang tergolong jarang
adalah ruam pada kulit.
Disarankan untuk segera menemui dokter jika Anda mengalami efek samping
yang sangat mengganggu setelah mengonsumsi allopurinol.
8. Haloperidol
Haloperidol
adalah
obat
golongan xintipsikotik yang
bermanfaat
untuk
mengatasi gejala psikosis pada gangguan mental, seperti skizofrenia. Obat ini juga dapat
membantu mengurangi gejala siindrom Tourette, seperti gerakan otot yang tidak
terkontrol.
16
Haloperidol bekerja dengan mengembalikan keseimbangan zat kimia alami dalam
otak, yakni neurotransmitter, sehingga dapat menimbulkan rasa tenang, meredakan
kegelisahan, serta mengurangi perilaku agresif dan keinginan untuk menyakiti orang lain.
a. Nama zat aktif :Haloperidol
b. Merek dagang: Lodomer, Dores, Upsikis, Haloperidol, Haldol Decanoas, Govotil,
Serenace, Seradol
c. Indikasi dan Kegunaan Haloperidol
Obat ini, maka obat ini dapat digunakan untuk: Meredakan gejala skizofrenia.
Mengobati skizoafektif. Mengobati gerakan dan ucapan spontan yang tidak terkontrol
pada penderita sindrom Tourette. Mengatasi perilaku tidak terkontrol pada anak-anak
hiperaktif. Meredakan gangguan mania (perasaan senang yang luar biasa dan begitu
aktif).
Mengatasi tindakan
agitasi. Membantu
mengobati
tindakan agresi.
Menurunkan pikiran negatif dan halusinasi.
d. Kontraindikasi :
Memiliki hipersensitif atau alergi terhadap kandungan obat ini. Penderita penyakit
Parkinson. Pasien depresi berat SSP. Penderita supresi sumsum tulang. Memiliki
penyakit jantung. Penderita gangguan fungsi hati kronis. Pasien koma. Pasien lansia
yang memiliki penyakit Demensia.
e. Peringatan:
1)
Harap berhati-hati bagi penderita gangguan jantung, gangguan pembuluh darah,
gangguan sistem saraf pusat, glxukomx, sindrom mulut kering, atau peinyxkit
Alzheimer.
2)
Orang-orang lanjut usia yang menderita demeinsix tidak boleh mengonsumsi
obat ini.
3)
Harap berhati-hati dan beri tahu dokter jika sedang menjalani pengobatan dengan
obat xintikoinvulsxin (antikejang) dan obat pengencer darah.
4)
Apabila terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan haloperidol,
segera temui dokter.
f. Dosis Haloperidol
Berikut ini adalah dosis umum penggunaan haloperidol berdasarkan kondisi,
bentuk obat, dan usia:
17
1) Dosis Dewasa untuk ICU Agitation Haloperidol lactate:IV, intermiten: 0.03-0.15
mg/kg IV (2-10 mg) setiap 30 menit hingga 6 jam.IV, infus: 3-25 mg/jam dengan
infus IV berkelanjutan, digunakan untuk pasien ventilator dengan agitasi dan
delirium.
2) Dosis Dewasa untuk Dementia Untuk masalah perilaku non psikotik berkaitan
dengan demensia:Dosis awal: 0.5 mg secara oral 2-3 kali sehari.Dosis rumatan:
0.5-3 mg secara oral 2 kali sehari.
3) Dosis Dewasa untuk ManiaOral:Dosis awal: 0.5-5 mg secara oral 2-3 kali
sehariDosis rumatan: 1-30 mg/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Terkadang,
Haloperidol digunakan dalam dosis di atas 100 mg untuk pasien yang sangat
kebal; meski begitu, pemakaian klinis terbata belum mendemonstrasikan
keamanan pemberian jangka panjang pada dosis ini.Parenteral:Haloperidol
Lactate:2-5 mg IM atau IV untuk kontrol segera. Dapat diulang setiap 4-8 jam.
Dosis hingga 8-10 mg dapat diberikan intramuskular. Pasien teragitasi akut dapat
membutuhkan suntikan per jam.
4) Dosis Dewasa untuk Mual/Muntah Oral:1-5 mg secara oral setiap 4-6 jam sesuai
kebutuhan.Parenteral:Haloperidol lactate:1-5 mg IM atau IV setiap 4-6 jam sesuai
kebutuhan.
5) Dosis Dewasa untuk PsikosisOral:Dosis awal: 0.5-5 mg secara oral 2-3 kali
sehariDosis rumatan: 1-30 mg/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Dosis harian hingga
100 mg telah digunakan. Terkadang, Haloperidol digunakan dalam dosis di atas
100 mg untuk pasien yang sangat kebal; meski begitu, pemakaian klinis terbata
belum mendemonstrasikan keamanan pemberian jangka panjang pada dosis
ini.Parenteral:Haloperidol lactate:2-5 mg IM atau IV untuk kontrol segera. Dapat
diulang setiap 4-8 jam. Dosis hingga 8-10 mg dapat diberikan intramuskular.
Pasien teragitasi akut dapat membutuhkan suntikan per jam.
6) Haloperidol decanoate:Dosis awal: 10-15 kali dosisi harian oral sebelumnya
intramuskular setiap 3-4 minggu. Dosis awal tidak lebih dari 100 mg dan harus
diberikan dalam 3-7 hari. Pengalaman terbatas dengan dosis lebih dari 450
mg/bulan. Jangan berikan secara IV.
18
7) Dosis Dewasa untuk Sindroma TouretteDosis awal: 0.5-2 mg secara oral 2-3 kali
sehari.Dosis rumatan: dapat ditingkatkan dalam 5-7 hari menjadi 3-5 mg 2-3 kali
sehari untuk kasus yang lebih berat atau kebal.
Dosis Haloperidol untuk anak-anak
Dosis Anak untuk PsikosisOral:≤ 2 tahun atau kurang dari or 15 kg: Tidak
dianjurkan.3-12 tahun dan 15-40 kg:Dosis awal: 0.5 mg/hari secara oral dalam 23 dosis terbagi.Dosis rumatan: dosis harian dapat ditingkatkan setiap 5-7 hari
dengan peningkatan 0.25-0.5 mg. Rentang biasanya 0.05-0.15 mg/kg/hari dalam
2-3 dosis terbagi. Sedikit bukti bahwa perbaikan perilaku meningkat dengan dosis
lebih dari 6 mg/hari.13-18 tahun dan lebih dari 40 kg:Dosis awal: 0.5-5 mg secara
oral 2-3 kali sehari.Dosis rumatan: 1-30 mg/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Dosis
harian hingga 100 mg telah digunakan. Terkadang, Haloperidol digunakan dalam
dosis di atas 100 mg untuk pasien yang sangat kebal; meski begitu, pemakaian
klinis terbata belum mendemonstrasikan keamanan pemberian jangka panjang
pada dosis ini.Parenteral:Haloperidol lactate:≤ 5 tahun: Tidak dianjurkan.6-12
tahun: 1-3 mg IM setiap 4-8 jam sesuai kebutuhan (maksimal 0.15 mg/kg/hari).
Pasien harus diganti ke terapi oral sesegera mungkin.13-18 tahun: 2-5 mg IM
setiap 4-8 jam sesuai kebutuhan.Haloperidol decanoate:≤ 17 tahun: keamanan dan
efikasi belum diketahui.
Dosis Anak untuk Sindrom Tourette≤2 tahun atau kurang dari 15 kg: Tidak
dianjurkan.3-12 tahun dan 15-40 kg:Dosis awal: 0.5 mg/hari secara oral dalam 23 dosis terbagi.Dosis rumatan: dosis harian dapat ditingkatkan dengan
peningkatan 0.25-0.5 mg hingga 0.05-0.075 mg/kg/hari. Sedikit bukti bahwa
perbaikan perilaku meningkat dengan dosis lebih dari 6 mg/hari.13 -18 tahun dan
lebih dari 40 kg: 1-2 mg secara oral 2-3 kali sehari.
g. Efek Samping Haloperidol
Sama seperti obat pada umumnya, haloperidol juga memiliki efek samping
penggunaan. Efek samping tersebut meliputi:
19
1) Disfungsi ereksi.
2) Gangguan siklus menstruasi.
3) Keinginan untuk terus bergerak (akathisia).
4) Gangguan pada gerakan otot (distonia).
5) Gerakan tidak terkendali pada lidah, wajah, dan bibir.
6) Berat badan bertambah.
7) Otot kaku.
8) Gejala seperti peinyxkit Pxrkiinsoin.
9) Sakit kepala.
10) Sulit tidur.
11) Lemas.
9. Dopamine
a. Nama zat aktif : Dopamine
b. Nama Dagang
Dopac, dopamin giulini, dopamine HCL, dopamine hydrochloride injection,
dopamine, indop, cetadop
c. Indikasi
Koreksi ketidakseimbangan hemodinamik yang terjadi pada saat syok yang
disebabkan infark miokardial, trauma, septikemia (keracunan darah oleh bakteri
patogenik dan atau zat-zat yang dihasilkan oleh bakteri tersebut), gagal ginjal,
dekompensasi jantung kronis.
d. Kontra Indikasi
Feokromositoma, takhiaritmia atrium xtxu veintrikulxr.
e. Perhatian
Jangan diencerkan dengan larutan alkalin.
Hindari penggunaan bersama anestesi/obat bius siklopropan atau halogen
hidrokarbon.
Hipertiroidisme, penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah),
aneurisma (pelebaran darah setempat saja, karena salah perkembangan atau
20
kemunduran dinding pembuluh), angina pektoris, diabetes melitus, glaukoma
sudut tertutup, asma.
f. Efek Samping
Kecemasan,
ketakutan,
kelelahan,
gemetar,
insomnia
(sulit
tidur),
kekacauan/kebingungan, iritabilitas, kelemahan, status psikotik, berkurangnya
nafsu makan, gangguan saluran pencernaan, nyeri dada karena angina, berdebar,
henti jantung, hipotensi, pusing, kemerahan pada wajah dan leher, sulit untuk
buang air kecil, sesak nafas, berkeringat, sakit kepala.
Adakalanya terjadi bradikardia, konduksi abnormal, piloereksi, kenaikan BUN
(blood urea nitrogen).
g. Dosis
2,5 mg/kg berat badan/menit berupa larutan yang diencerkan dengan infus intravena.
Kasus yang berat : 5 mg/kg berat badan/menit, dinaikkan secara bertahap sebanyak 510 mg/kg berat badan/menit menjadi 20-50 mcg/kgbb/menit.
h. Kemasan Dan Sediaan
Ampul 200 mg/5 ml x 5 biji.
10. Ephedrine
a. Nama zat aktif : ephedrine
b. Nama dagang : Aflucaps, antusin, asbron, asficap, asmadex, asmanno, asmasolon,
asmavar, bronchicum, bronchitin ekspektoran, brondilat, bufagan ekspektoran,
bufakris, citobron, citocetin, cold, coparcetin, cosydin, e sepuluh, emkaflucap,
emkanadryl, ephedrine hcl, ephedrine HCL berlico, erladrine, ersylan, etaflusin,
excosin, femeton, flucetin, flukol syrup, flukol x-tra, tresh, getbron, grafasma,
hufagrip, ifasma, influenza super, kafsir plus, koffex, kontrasma, librofludrine,
mediasma, mixadin, multikol, nellco special, neo asma, neo hufasma, neo napacin,
neo suwasthma, new ascaps, hiriton, noscapax, novastusin, obh, omedrine, ophthalin,
oskadryl, paracetin, paratensa, pectorin, phenadex, pimacolin baby’s, pimtracol,
poncolin, prinasma, rexal, sakasma, takarajima, theochodil, thymcal, tusselix.
21
c. Cara Kerjx Obxt
Ephedrine bekerja sebagai broinkodilxtor yang mempengaruhi sistem sxrxf
xdreinergik secara langsung maupun tidak langsung.
d. Iindikxsi:
Pengobatan broinkospxsme (xsmx broinkixl)
e. Kointrx Indikasi
1) Penderita yang hiperseinsitif terhadap ephedrine
2) Penderita tukxk lxmbuing hipertiroid, peinyxkit jxintuing, dixbetes dan
hiperteinsi.
f. Dosis:
0,25-1mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 – 4 dosis
g. Efek Samping:
1) Gxstroiintestiinxl : muxl, muntah, dixre
2) Susunan saraf pusat : sxkit kepxlx, iinsominix
3) Kxrdiovxskuler : pxlpitxsi, txkikxrdix, xritmix ventrikuler
4) Pernafasan : Txchypinex
5) Lain-lain : ruxm kulit, hiperglikemi
h. Peringatan dan Perhatian:
1) Hxti-hati pemberian pada penderita hipoksemix, penderita gangguan fungsi
hati dan giinjxl, penderita di atas 55 tahun terutama pria dan penderita penyakit
pxru-pxru kroinik.
2) Hati-hati pemberian pada wanita hamil, menyusui dan anak-anak.
3) Jangan melampulaui dosis yang dianjurkan dan bila dalam 1 (satu) jam gejxlxgejalanya masih tetap atau bertambah buruk, xgxr menghubungi dokter atau
Rumah Sakit terdekat.
4) Dapat terjadi reteinsi uriine pada penderita hipertrof prostate dan dapat
mengiritasi saluran gastrointestinal.
5) Bila belum pernah menggunakan obat ini agar konsultasikan dahulu ke dokter
untuk memastikan bahwa anda menderita asma.
6) Hentikan penggunaan obat ini jika terjadi jxintuing berdebxr-debar
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat-obatan yang termasuk kategori C setelah dilakukan studi pada hewan
menunjukan efek samping pada fetus (teratogenik) / embriosidal atau yang lainnya, tetapi
belum ada studi control pada wanita hamil. Obat harus diberikan hanya jika keuntungan lebih
besar dari resiko pada fetus.
23
B. Saran
Pada wanita hamil pemberian obat memerlukan pertimbangan yang benar-benar
matang karena pada periode tersebut terjadi proses pembentukan organ (organosenesis).
Zat aktif obat dapat masuk ke peredaran darah janin dan mempengaruhi proses
pembentukan organ tersebut yang akhirnya akan menyebakan terjadinya kecacatan
karena terganggunya proses tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 1. Salemba Medika:Jakarta.
Priyanto. 2010. Farmakologi Dasar. Penerbit Lenskofi: Depok, Jawa Barat.
Dorland’s Illustrated Medical Dictionary 32nd Edition. Elsevier. 2012.MIMS Edisi Bahasa
Indonesia, Volume 11. 2010.
24
25
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari
pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin
adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu hamil adalah persyaratan penting
untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua bagian unit tersebut.
Selama kehamilan, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau gangguan
kesehatan yang membutuhkan obat. Penggunaan obat pada Ibu hamil dapat beresiko bagi ibu
hamil dan janin.Banyak ibu hamil menggunakan obat dan suplemen pada periode
organogenesis sedang berlangsung sehingga risiko terjadi cacat janin lebih besar. Sedangkan
kebanyakan obat yang dipasarkan tidak diteliti efek sampingnya kepada Ibu hamil dan janin.
Beberapa obat yang dapat melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada wanita
hamil perlu berhati-hati. Dalam plasenta obat mengalami proses biotransformasi, mungkin
sebagai upaya perlindungan dan dapat terbentuk senyawa antara yang reaktif, yang bersifat
teratogenik/dismorfogenik. Obat-obat teratogenik atau obat-obat yang dapat menyebabkan
terbentuknya senyawa teratogenik dapat merusak janin dalam pertumbuhan.
Jadi harus diingat bahwa obat yang diberikan selama kehamilan harus untuk
kepentingan ibu tanpa menghasilkan komplikasi yang tidak diinginkan. Beberapa obat dapat
memberi risiko bagi kesehatan ibu, dan dapat memberi efek pada janin juga. Selama
trimester pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir (teratogenesis), dan risiko terbesar
adalah kehamilan 3-8 minggu. Selama trimester kedua dan ketiga, obat dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan secara fungsional pada janin atau dapat meracuni plasenta.
Obat cenderung dikelola sendiri atau diresepkan oleh praktisi kesehatan selama
kehamilan. Cerdas menggunakan obat selama kehamilan mengharuskan praktisi kesehatan
memahami interaksi antara obat-obatan dan kehamilan sehingga menghindari penggunaan
sembarangan obat dengan konsekuensi teratogenik seperti tragedi thalidomide. Perubahan
fisiologi selama kehamilan dapat berpengaruh terhadap kinetika obat dalam ibu hamil dan
menyusui yang kemungkinan berdampak terhadap perubahan respon ibu hamil terhadap obat
yang diminum.
1
Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif
tidak aman hingga harus dihindari selama kehamilan ataupun menyusui agar tidak merugikan
ibu dan janin yang dikandung ataupun bayinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian obat kategori C untuk ibu hamil?
2. Jelaskan 10 obat yang termasuk kategori C untuk ibu hamil?
3. Apa nama zat aktif obat?
4. Apa nama dagang obat?
5. Apa indikasi pemakaian obat?
6. Apa kontraindikasi pemakaian obat?
7. Apa efek samping obat?
8. Apa peringatan penggunaan obat?
9. Berapa dosis obat yang diperlukan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa saja obat kategori C untuk ibu hamil.
2. Untuk mengetahui nama zat aktif, nama dagang, indikasi, kontraindikasi, efek
samping obat, peringatan, dosis obat kategori C untuk ibu hamil.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi kebidanan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obat Kategori C
Obat Kategori C: adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi
binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping bagi janin. Sedangkan pada wanita
hamil belum ada study terkontrol. Obat golongan ini hanya dapat dipergunakan jika
manfaatnya lebih besar ketimbang resiko yang mungkin terjadi pada janin.
B. Contoh Obat Kategori C
1. Ketoconazole (KEE toe KON a zole)
a. Nama zat aktif : Ketoconazole (KEE toe KON a zole)
b. Nama dagang : Nizoral, anfuhex, cidaral, dermaral, dysfungal, fexazol, formyco,
funet, fungasol, grazol, interzol, ketoconazole, ketomed, muzoral, mycoderm,
mycoral, mycozid, nizol, omegzole, profungal, pronazol, solinfec, thicazol, tokasid,
wizol, zoloral, zoralin.
c. Indikasi :
1) Mengobati infeksi jamur
2) Mengatasi ketombe
d. Kontraindikasi :
1) Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki gangguan hati dan
pasien yang sedang diterapi dengan terfenadin atau astemizol.
2) Tidak boleh digunakan untuk meningitis karena jamur.
3) Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif
pada ketoconazole atau obat golongan imidazole lainnya.
4) Pemberian secara oral tidak untuk infeksi superfisial.
5) Jangan diberikan bersamaan dengan obat-obat berikut : dofetilide, quinidine,
pimozide,
cisapride,
metadon,
disopiramid,
dronedarone,
ranolazine.
Ketoconazole dapat meningkatkan konsentrasi plasma obat-obat tersebut dan
dapat memperpanjang interval QT, kadang-kadang menyebabkan disritmia
ventrikel yang membahayakan seperti torsades de pointes.
3
e. Efek samping :
1) Mual.
2) Diare.
3) Sakit kepala.
4) Sakit perut.
5) Biduran.
6) Trombositopenia.
7) Demam.
8) Mengigil.
9) Ruam atau iritasi kulit.
10) Sensitif terhadap cahaya.
11) Sensasi terbakar atau perih pada kulit.
f. Peringatan :
1) Bagi wanita yang merencanakan kehamilan dan sedang hamil, berkonsultasilah
dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan ketoconazole. Sedangkan
ibu menyusui dilarang menggunakan obat ini.
2) Penting bagi pasien untuk menggunakan obat ini sesuai jangka waktu yang
disarankan oleh dokter guna memastikan jamur penyebab infeksi musnah
seluruhnya, serta mencegahnya tumbuh kembali.
3) Ketoconazole oles hanya boleh digunakan sebagai obat luar. Jangan
mengoleskannya pada kulit yang luka, tergores, atau terbakar.
4) Harap berhati-hati jika menderita detak jantung yang tidak teratur (aritmia), alergi
terhadap obat antijamur lain, gangguan hati, kadar tertosteron yang rendah,
gangguan kelenjar adrenal, serta asam lambung yang rendah.
5) Hindari konsumsi minuman keras selama menggunakan ketoconazole oral karena
dapat meningkatkan risiko gangguan hati.
6) Selama menggunakan ketoconazole, beri tahu dokter sebelum menjalani
pengobatan medis apa pun.
7) Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
g. Dosis :
4
1) Takaran ketoconazole tergantung pada jenis infeksi, tingkat keparahannya, serta
bentuk obat yang diberikan.
2) Krim dan sampo ketoconazole yang disarankan adalah dengan kandungan 2%.
Krim ketoconazole umumnya dioleskan sebanyak 1-2 kali sehari pada bagian
yang terinfeksi dan sampo ketoconazole dapat digunakan sebanyak 1 kali sehari
selama maksimal 5 hari.
3) Sedangkan ketoconazole dalam bentuk tablet, diminum dengan dosis 200 mg per
hari. Dosis ini bisa ditingkatkan oleh dokter hingga 400 mg apabila dibutuhkan.
Khusus untuk anak-anak, takaran ketoconazole oral akan disesuaikan dengan
berat badan pasien.
2. Aspirin
a. Nama zat aktif : Aspirin
b. Nama dagang : Aspilet, Aspirin, Bodrexin, Contrxyn, Farmasal, Gramasal, Naspro,
Ascardia, Cardio Aspilet, Miniaspi 80, Procardin, Restro, Thrombo Aspilet
c. Indikasi : Mengurangi nyeri kepala, nyeri gigi, migraine, nyeri menelan, dan
dismenorrhea (nyeri berlebihan saat menstruasi). Selain itu, aspirin juga dapat
digunakan untuk mengurangi gejala pada influenza, demam, nyeri reumatik, dan
nyeri – nyeri otot.
d. Kontraindikasi : Memiliki ulkus peptikum atau tukak lambung. Hemophilia atau
kelainan pendarahan lainnya. Memiliki alergi terhadap asetosal. memiliki alergi
terhadap NSAID, seperti ibuprofen. berisiko mengalami pendarahan gastrointestinal
atau stroke hemoragik. peminum alkohol. sedang menjalani perawatan gigi atau
bedah, betapapun kecilnya. memiliki gangguan hati dan ginjal (tidak mutlak dilarang,
namun perlu hati-hati). penderita asama (tidak mutlak dilarang, namun perlu hatihati).
e. Efek samping :
gangguan pencernaan, sakit perut, mengalami perdarahan atau memar di beberapa
bagian tubuh.Beberapa efek samping lain yang jarang terjadi di antaranya:
a)
Serangan asma secara mendadak dan alergi berupa gangguan pernapasan,
pembengkakan di mulut, tenggorokan, atau bibir.
5
b)
Perdarahan di perut yang menyebabkan muntah darah dan perdarahan di otak
yang bisa mengganggu pengelihatan, sakit kepala, dan bicara cadel.
c)
Biduran (kemunculan bilur berwarna merah atau putih yang terasa gatal) dan
tinnitus (bunyi atau dengungan pada telinga).
f. Peringatan :
Sebelum mengonsumsi aspirin, beri tahu dokter jika Anda:
a) Sedang merencanakan kehamilan, mengandung, atau menyusui.
b) Pernah mengalami gangguan hati, ginjal, jantung, atau tekanan darah tinggi.
c) Memiliki riwayat hemofilia, perdarahan di usus, sakit maag, serta asma.
d) Anak-anak atau remaja, di bawah usia 16 tahun, yang ingin mengatasi demam,
gejala flu, atau cacar air.
e) Sedang menggunakan obat-obatan lain.
f) Memiliki alergi terhadap obat. Jika tidak bisa menggunakan aspirin, dokter
mungkin akan menyarankan Anda untuk mengonsumsi paracetamol (untuk
meredakan rasa sakit) atau clopidogrel (untuk mencegah penggumpalan darah).
g. Dosis :
a) Demam : 325 - 650 mg setiap 4 - 6 jam sekali, tergantung kondisi. Maksimal 4 g/
hari.
b) Serangan jantung : 75 - 325 mg/hari.
c) Rheumatoid arthritis : 80 - 100 mg perhari, dibagi 5 - 6 kali, untuk kondisi akut,
bisa dikonsumsi sampai 130 mg/hari.
d) Gangguan persendian : Dosis awal 2,4 - 3,6 g/hari, selanjutnya 3,6 - 5,4 g/hari
e) Stent implantation : 325 mg 2 jam sebelum prosedur, diikuti dengan 160 – 325
mg/hari setelah prosedur dilakukan.
3. Salbutamol
a. Nama zat aktif : Salbutamol
b. Nama dagang :
Astharol, Azmacon, Fartolin, Glisend, Lasal, Salbuven, Suprasma, Suprasma Nebule,
Velutine, Ventolin Inhaler, Ventolin Nebule, Ventolin Tablet/Sirup
6
c. Indikasi : mengatasi gejala sesak napas yang timbul akibat adanya penyempitan
bronkus seperti pada penyakit asma bronkial, bronchitis asmatis dan emfisema paru,
baik untuk penggunaan akut maupun kronik.
d. Kontraindikasi : Takikardia sekunder dari kondisi jantung
e. Efek samping :
a) Jantung berdebar-debar.
b) Detak jantung yang cepat atau tak teratur.
c) Gemetaran.
d) Sakit perut.
e) Nyeri dada.
f) Batuk berdahak.
g) Diare.
h) Sulit menelan.
i) Sakit kepala.
j) Menggigil.
k) Demam.
l) Mual.
f. Peringatan :
a) Wanita yang sedang hamil dan menyusui hanya boleh menggunakan salbutamol
jika benar-benar dibutuhkan dan dianjurkan oleh dokter.
b) Segera temui dokter jika gejala-gejala tidak berkurang setelah menghirup
salbutamol sesuai dengan petunjuk dokter.
c) Harap berhati-hati jika menderita hipertiroidisme, alergi terhadap protein susu,
gangguan kardiovaskular, hipertensi, diabetes, hipokalemia, gangguan ginjal,
kejang, serta aritmia.
d) Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
g. Dosis :
a) Menangani serangan asma yang parah
a) Inhaler : maksimal 10 kali hirup per hari
b) Nebulizer : 2,5-5 mg; maksimal 4 kali sehari
b) Menangani bronkospasmeyang parah
7
a) Obat suntik dengan kandungan 50 mcg/mL : 4 mcg/kg berat badan
b) Obat infus : 8 mcg/kg berat badan
c) Menangani Bronkospasme akut
Inhaler : Maksimal 4 kali hirup per hari
d) Menangani Bronkospasme akut
Oral : 2-8 mg; 3-4 kali sehari
e) Mencegah bronkospasme akibat olahraga
Inhaler : 2 kali hirup; 10-15 menit sebelum berolahraga
4. Ciprofloxacim
a. Zat aktif : Ciprofloxacim
b. Nama dagang : Baquinor Eye Drops, Baquinor Forte, Bestypro, Ciprofloxacin,
Cifloxan, Pharpros, Cylowam 500, Lapilfox, Ciprec 500, Coroflox, Floksid, Wiaflox
dan Phaproxin
c. Sediaan Obat : Tablet, sirop, obat oles, obat tetes mata, obat tetes telinga, infus
d. Indikasi:
1) Pengobatan infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran kemih, pencernaan, dan
infeksi perut, termasuk infeksi oleh baketri gram negatif (Escherichia coli,
Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, Legionella pneumophila,
Moraxella catarrhalis, Proteus mirabilis, dan Pseudomonas aeruginosa), dan
gram positif (Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus
epidermidis, Enterococcus faecalis, dan Streptococcus pyogenes).
2) Ciprofloxacin juga digunakan untuk infeksi pada kulit dan jaringan lunak, tulang
dan sendi, gonore akut dan osteomilitis akut.
e. Kontra Indikasi:
1) Jangan menggunakan antibiotik ini pada pasien dengan dengan riwayat
hipersensitif atau alergi obat Ciprofloxacin dan antibiotik golongan kuinolon
lainnya.
2) Tidak digunakan untuk ibu hamil, ibu menyusui, anak dan remaja sebelum akhir
fase pertumbuhan.
3) Pasien dengan epilepsi atau gangguan kejang lainnya.
8
4) Tidak diberikan kepada pasien dengan riwayat tendon pecah.
5) Jangan digunakan bersamaan dengan tizanidine.
f. Efek Samping:
1) mual, diare, tes fungsi hati yang abnormal, muntah, dan ruam pada kulit.
2) Sakit kepala, telinga berdenging, pusing, mual, gangguan penglihatan, sakit di
belakang mata.
3) Kulit pucat atau menguning, urin berwarna gelap, demam, lemas.
4) Lebih jarang atau sama sekali tidak buang air kecil.
5) Mudah memar atau berdarah.
6) Mati rasa, kesemutan, atau sakit tidak wajar di bagian tubuh mana pun.
g. Peringatan:
1) Hati-hati pada pemberian obat untuk pasien dengan gangguan fungsi hati dan
ginjal.
2) Untuk mencegah kristaluria, harus ditelan dengan air.
3) Hati-hati pemberian pada pasien lanjutusia.
4) Pada kasus epilepsi dan pasien yang pernah mengalami gangguan SSP (misalnya
ambang kejang rendah, riwayat konvulsi, aliran darah ke otak berkurang dan
stroke), ciprofloxacin hanya diberikan jika manfaatnya lebih besar dibanding
resikonya, karena pasien demikian mungkin akan menderita efek samping SSP.
5) Pemakaian tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
6) Hindari paparan sinar matahari atau sinar UV buatan.
7) Jangan hentikan pengobatan sebelum dosis dan durasi yang dianjurkan dokter
selesai. Jika pengobatan dihentikan sebelum waktunya berpotensi terjadinya
resistensi antibiotik.
h. Dosis:
1) Dosis ciprofooxciin uintuk anthrax prophylxois
Prophylaxis pasca terkena paparan Bacillus anthracis melalui pernapasan:
a) Melalui infus: gunakan sebanyak 400 mg IV setiap 12 jam
9
b) Melalui mulut: gunakan 500 mg dengan mulut setiap 12 jam
2) Dosis ciprofooxciin uintuk bxcteremix
Melalui infus : 400 mg melalui infus atau IV
3) Dosis ciprofooxciin uintuk broinchitis
a) Melalui infus: 400 mg IV setiap 12 jam
b) Melalui mulut : 500 mg setiap 12 jam.
4) Dosis ciprofooxciin uintuk iinfeksi kxinduing kemih
Umur 1-18 tahun
a) Melalui infus: gunakan 6-10 mg/kg/IV setiap 8 jam (dosis maksimal: 400 mg/
dosis)
b) Melalui mulut atau diminum sebanuak10-20 mg/kg setiap 12 jam (dosis
maksimal: 750 mg/dosis)
5. Ofloxacin
a. Zat aktif : ofloxacin
b. Nama dagang : Riloo, Poincoquiin, Grxfooiin, Flotxvid, Akilein, Txrivid,
Ofooxciin.
c. Sedian Obat : Tablet, Tetes Mata, Tetes Telinga, Suntik
d. Indikasi:
1) Infeksi saluran kemi bagian bawah dan bagian atas,
2) Uretritis dan servisitis gonokokkal dan non-gonokokkal,
3) Infeksi saluran pernafasan bagian bawah, kecuali infeksi Streptokokkus,
4) Infeksi kulit dan jaringan lunak,
5) Untuk mengobati infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri yang rentan.
6) Otitis media supuratif kronik, otitis eksterna
e.
Kontra Indikasi:
1) Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap ofloxacin dan golongan kuinolon
lainnya,
2) Wanita hamil dan ibu menyusui,
10
3) Anak dan remaja yang sedang dalam fase pertumbuhan.
f. Efek Samping :
Mual dan muntah, Nafsu makan berkurang, Perut kembung, Diare, Kram perut,
Sakit kepala, Pusing, Gatal pada kelamin, Nyeri dada, Mulut kering.
g.
Peringatan :
1) Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal dan orang lanjut
usia.
2) Jika timbul syok atau gejala lain yang menyerupai syok, hentikan pengobatan dan
segera periksakan diri ke dokter.
3) Jika timbul reaksi hipersensitif atau alergi, hentikan pengobatan dan segera
periksakan diri ke dokter.
4) Penyerapan ofloxacin melalui saluran pencernaan berkurang apabila diberikan
bersamaan dengan antasida yang mengandung aluminium atau magnesium
hidroksida. Oleh karena itu Tarivid sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan
antasida, tetapi diberikan jeda 1 – 2 jam sebelum atau setelah pemberian obat
antasida.
5) Tidak seperti ciprofloxacin, ofloxacin tidak mempengaruhi konsentrasi teofilin
dalam plasma.
h. Dosis:
Kondisi
Bentuk obat
Usia
Dosis
Pneumonia
Tablet
Dewasa
400 mg, 1-2 kali sehari.
400 mg, 2 kali sehari, selama 14
Radang panggul
Tablet
Dewasa
hari.
Gonore
Tablet
Dewasa
400 mg, dosis tunggal.
400 mg per hari, dapat diminum 1
kali sehari atau dibagi menjadi
beberapa jadwal konsumsi, selama
Chlamydia
Tablet
Dewasa
11
7 hari.
Infeksi
kulit dan
jaringan
lunak
Tablet
Dewasa
400 mg, 2 kali sehari.
200 mg, 2 kali sehari, selama 28
Prostatitis akut atau kronis
Tablet
Dewasa
hari.
1-2 tetes setiap 2-4 jam, selama 2
Dewasa
Konjungtivis dan
keratokonjungtivitis
danhari pertama. Dilanjutkan 1-2 tetes,
anak-anak usia 14 kali sehari. Maksimal durasi
Tetes mata
tahun ke atas
Dewasa
pengobatan adalah 10 hari.
dan
anak-anak > 1310 tetes, 1 kali sehari, selama 7
Otitis eksterna
Tetes telinga
tahun
hari.
Anak-anak usia 6
Otitis eksterna
Otitis media
Tetes telinga
Tetes telinga
bulan-13 tahun
5 tetes, 1 kali sehari, selama 7 hari
Dewasa
dan
anak-anak
usia10 tetes, 2 kali sehari, selama 14
12 tahun ke atas hari
6. Digoxin
a. Zat aktif : Digoxin
b. Nama Dagang : Digoxin, Fargoxin.
c. Sedian Obat : Tablet dan suntik
d. Indikasi:
Untuk gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, flutter atrium, dan takikardia atrium
proksimal.
e. Kontrak Indikasi
1) Hipersensitivitas
2) Fibrilasi ventrikel
12
f. Efek samping:
1) Gangguan mental.
2) Pusing.
3) Sakit kepala.
4) Diare.
5) Mual dan muntah.
6) Ruam kulit.
7) Anoreksia.
8) Aritmia pada anak-anak.
g. Peringatan :
1) Gunakan dengan hati-hati pada pasien perikarditis, bradikardia, penyakit paru
berat, takikardia ventrikular, gangguan elektrolit, kontraksi ventrikular prematur,
Sindrom Wolff-Parkinson-White, hipoksia, hipotiroidisme atau hipertiroidisme,
dan penyakit ginjal.
2) Hindari penggunaan digoxin pada pasien miokarditis dan serangan jantung.
3) Jangan hentikan pemberian digoxin pada pasien gagal jantung meski kondisinya
sudah stabil, karena gejala gagal jantung bisa kembali terjadi.
4) Hati-hati penggunaan bersama dengan diuretik.
5) Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan digoxin, segera
temui dokter.
h. Dosis:
Kondisi
Bentuk Obat
Usia
Dosis
0,5-1 mg sebagai dosis tunggal,
Gagal jantung akut
Suntik
Dewasa
infus selama 2 jam.
Gagal jantung,
Tablet
Dewasa
Dosis awal 0,75-1 mg yang
aritmia.
diberikan dalam 24 jam sebagai
dosis tunggal, atau dibagi tiap 6
13
jam. Dosis pemeliharaan 125250 mcg per hari.
Dosis awal 25 mcg/kgBB per
hari, dibagi dalam 3 kali
Bayi dengan berat
pemberian. Dilanjutkan 4-6
badan hingga 1,5
mcg/kgBB per hari, dalam 1
kg
atau 2 kali pemberian.
Dosis awal 30 mcg/kgBB per
hari, dalam 3 kali pemberian.
Dilanjutkan 4-6 mcg/kgBB per
Bayi dengan berat
hari, dalam 1 atau 2 kali
badan 1,5-2,5 kg
pemberian.
Bayi dengan berat
Dosis awal 45 mcg/kgBB per
badan di atas 2,5
hari, dalam 3 kali pemberian.
kg dan balita usia 1 Dilanjutkan 10 mcg/kgBB per
bulan hingga 2
hari, dalam 1 atau 2 kali
tahun
pemberian.
Dosis awal 35 mcg/kgBB per
hari, dalam 3 kali pemberian.
Dilanjutkan 10 mcg/kgBB per
Anak usia 2-5
hari, dalam 1 atau 2 kali
tahun
pemberian.
Dosis awal 25-750 mcg/kgBB
per hari, dalam 3 kali
pemberian. Dilanjutkan 6-250
Anak usia 5-10
mcg/kgBB per hari, dalam 1
tahun
atau 2 kali pemberian.
Anak usia 10 tahun Dosis awal 0,75-1,5 mg/kgBB
hingga usia 18
per hari, dalam 3 kali
tahun
pemberian. Dilanjutkan 62,5-
14
750 mcg per hari, dalam 1 atau
2 kali pemberian.
7. Allopurinol
Allopurinol adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat di
dalam darah. Selain karena pola makan yang kurang sehat, kadar asam urat juga bisa naik
akibat pengobatan kemoterapi pada penderita kanker. Kadar asam urat yang tinggi tidak
hanya dapat menyebabkan peinyxkit
xsxm
urxt atau gout, namun juga bisa
menyebabkan pembentukan bxtu giinjxl.
a. Nama zat aktif : Allupurinol
b. Merek dagang: Ponuric, Sinoric, Puricemia, Zyloric
c. Indikasi dan Kegunaan Allopurinol
Berikut indikasi ataupun kegunaannya:
1) Hiperurisemia primer : gout
2) Hiperurisemia sekunder : mencegah pengendapan asam urat dan kalsium
oksalat. Produksi berlebihan asam urat antara lain pada keganasan, polisitemia
vera, terapi sitostatik.
d. Kontraindikasi
obat ini, alopurinol tidak boleh digunakan untuk:
1) Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap allopurinol ataupun komponen
lain yang terkandung dalamm sediaan obat.
2) Keadaan serangan akut gout
e. Peringatan:
Harap berhati-hati jika menderita gangguan pada ginjal dan hati.
Beri tahu dokter jika memiliki diabetes, tekanan darah tinggi, atau sedang
menjalani program diet.
Allopurinol bisa menyebabkan kantuk. Karena itu, jangan mengemudikan
kendaraan atau mengoperasikan alat berat setelah mengonsumsi obat ini.
Tanyakan dosis allopurinol untuk anak-anak kepada dokter.
15
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
f. Dosis Allopurinol
Dosis dewasa :
Serangan asam urat (gout) ringan
: 200 – 300 mg per hari.
Serangan asam urat (gout) sedang / berat
: 400 – 600 mg per hari.
Hiperurisemia karena obat antikanker
: 600 – 800 mg per hari, dimulai 1 –
2 hari sebelum kemoterapi.
Dosis minimal
: 100 – 200 mg per hari.
Dosis maksimal
: 800 mg per hari.
Terdapat penyesuaian dosis sesuai dengan fungsi ginjal.
Dosis anak :
Tablet
Hiperurisemia : 10 mg/kg/hari dibagi menjadi 2 kali pemberian ; maksimal 600
mg / hari.
Hiperurisemia karena obat antikanker :
o Usia < 6 tahun
: 150 mg / hari dibagi menjadi 3 kali pemberian.
o Usia 6 – 10 tahun
: 300 mg / hari dibagi menjadi 3 – 4 kali pemberian.
g. Efek Samping dan Bahaya Allopurinol
Sama seperti obat-obat lain, allopurinol juga berpotensi menyebabkan efek
samping. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi obat ini
adalah sakit perut, mual, dan diare. Sedangkan efek samping yang tergolong jarang
adalah ruam pada kulit.
Disarankan untuk segera menemui dokter jika Anda mengalami efek samping
yang sangat mengganggu setelah mengonsumsi allopurinol.
8. Haloperidol
Haloperidol
adalah
obat
golongan xintipsikotik yang
bermanfaat
untuk
mengatasi gejala psikosis pada gangguan mental, seperti skizofrenia. Obat ini juga dapat
membantu mengurangi gejala siindrom Tourette, seperti gerakan otot yang tidak
terkontrol.
16
Haloperidol bekerja dengan mengembalikan keseimbangan zat kimia alami dalam
otak, yakni neurotransmitter, sehingga dapat menimbulkan rasa tenang, meredakan
kegelisahan, serta mengurangi perilaku agresif dan keinginan untuk menyakiti orang lain.
a. Nama zat aktif :Haloperidol
b. Merek dagang: Lodomer, Dores, Upsikis, Haloperidol, Haldol Decanoas, Govotil,
Serenace, Seradol
c. Indikasi dan Kegunaan Haloperidol
Obat ini, maka obat ini dapat digunakan untuk: Meredakan gejala skizofrenia.
Mengobati skizoafektif. Mengobati gerakan dan ucapan spontan yang tidak terkontrol
pada penderita sindrom Tourette. Mengatasi perilaku tidak terkontrol pada anak-anak
hiperaktif. Meredakan gangguan mania (perasaan senang yang luar biasa dan begitu
aktif).
Mengatasi tindakan
agitasi. Membantu
mengobati
tindakan agresi.
Menurunkan pikiran negatif dan halusinasi.
d. Kontraindikasi :
Memiliki hipersensitif atau alergi terhadap kandungan obat ini. Penderita penyakit
Parkinson. Pasien depresi berat SSP. Penderita supresi sumsum tulang. Memiliki
penyakit jantung. Penderita gangguan fungsi hati kronis. Pasien koma. Pasien lansia
yang memiliki penyakit Demensia.
e. Peringatan:
1)
Harap berhati-hati bagi penderita gangguan jantung, gangguan pembuluh darah,
gangguan sistem saraf pusat, glxukomx, sindrom mulut kering, atau peinyxkit
Alzheimer.
2)
Orang-orang lanjut usia yang menderita demeinsix tidak boleh mengonsumsi
obat ini.
3)
Harap berhati-hati dan beri tahu dokter jika sedang menjalani pengobatan dengan
obat xintikoinvulsxin (antikejang) dan obat pengencer darah.
4)
Apabila terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan haloperidol,
segera temui dokter.
f. Dosis Haloperidol
Berikut ini adalah dosis umum penggunaan haloperidol berdasarkan kondisi,
bentuk obat, dan usia:
17
1) Dosis Dewasa untuk ICU Agitation Haloperidol lactate:IV, intermiten: 0.03-0.15
mg/kg IV (2-10 mg) setiap 30 menit hingga 6 jam.IV, infus: 3-25 mg/jam dengan
infus IV berkelanjutan, digunakan untuk pasien ventilator dengan agitasi dan
delirium.
2) Dosis Dewasa untuk Dementia Untuk masalah perilaku non psikotik berkaitan
dengan demensia:Dosis awal: 0.5 mg secara oral 2-3 kali sehari.Dosis rumatan:
0.5-3 mg secara oral 2 kali sehari.
3) Dosis Dewasa untuk ManiaOral:Dosis awal: 0.5-5 mg secara oral 2-3 kali
sehariDosis rumatan: 1-30 mg/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Terkadang,
Haloperidol digunakan dalam dosis di atas 100 mg untuk pasien yang sangat
kebal; meski begitu, pemakaian klinis terbata belum mendemonstrasikan
keamanan pemberian jangka panjang pada dosis ini.Parenteral:Haloperidol
Lactate:2-5 mg IM atau IV untuk kontrol segera. Dapat diulang setiap 4-8 jam.
Dosis hingga 8-10 mg dapat diberikan intramuskular. Pasien teragitasi akut dapat
membutuhkan suntikan per jam.
4) Dosis Dewasa untuk Mual/Muntah Oral:1-5 mg secara oral setiap 4-6 jam sesuai
kebutuhan.Parenteral:Haloperidol lactate:1-5 mg IM atau IV setiap 4-6 jam sesuai
kebutuhan.
5) Dosis Dewasa untuk PsikosisOral:Dosis awal: 0.5-5 mg secara oral 2-3 kali
sehariDosis rumatan: 1-30 mg/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Dosis harian hingga
100 mg telah digunakan. Terkadang, Haloperidol digunakan dalam dosis di atas
100 mg untuk pasien yang sangat kebal; meski begitu, pemakaian klinis terbata
belum mendemonstrasikan keamanan pemberian jangka panjang pada dosis
ini.Parenteral:Haloperidol lactate:2-5 mg IM atau IV untuk kontrol segera. Dapat
diulang setiap 4-8 jam. Dosis hingga 8-10 mg dapat diberikan intramuskular.
Pasien teragitasi akut dapat membutuhkan suntikan per jam.
6) Haloperidol decanoate:Dosis awal: 10-15 kali dosisi harian oral sebelumnya
intramuskular setiap 3-4 minggu. Dosis awal tidak lebih dari 100 mg dan harus
diberikan dalam 3-7 hari. Pengalaman terbatas dengan dosis lebih dari 450
mg/bulan. Jangan berikan secara IV.
18
7) Dosis Dewasa untuk Sindroma TouretteDosis awal: 0.5-2 mg secara oral 2-3 kali
sehari.Dosis rumatan: dapat ditingkatkan dalam 5-7 hari menjadi 3-5 mg 2-3 kali
sehari untuk kasus yang lebih berat atau kebal.
Dosis Haloperidol untuk anak-anak
Dosis Anak untuk PsikosisOral:≤ 2 tahun atau kurang dari or 15 kg: Tidak
dianjurkan.3-12 tahun dan 15-40 kg:Dosis awal: 0.5 mg/hari secara oral dalam 23 dosis terbagi.Dosis rumatan: dosis harian dapat ditingkatkan setiap 5-7 hari
dengan peningkatan 0.25-0.5 mg. Rentang biasanya 0.05-0.15 mg/kg/hari dalam
2-3 dosis terbagi. Sedikit bukti bahwa perbaikan perilaku meningkat dengan dosis
lebih dari 6 mg/hari.13-18 tahun dan lebih dari 40 kg:Dosis awal: 0.5-5 mg secara
oral 2-3 kali sehari.Dosis rumatan: 1-30 mg/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Dosis
harian hingga 100 mg telah digunakan. Terkadang, Haloperidol digunakan dalam
dosis di atas 100 mg untuk pasien yang sangat kebal; meski begitu, pemakaian
klinis terbata belum mendemonstrasikan keamanan pemberian jangka panjang
pada dosis ini.Parenteral:Haloperidol lactate:≤ 5 tahun: Tidak dianjurkan.6-12
tahun: 1-3 mg IM setiap 4-8 jam sesuai kebutuhan (maksimal 0.15 mg/kg/hari).
Pasien harus diganti ke terapi oral sesegera mungkin.13-18 tahun: 2-5 mg IM
setiap 4-8 jam sesuai kebutuhan.Haloperidol decanoate:≤ 17 tahun: keamanan dan
efikasi belum diketahui.
Dosis Anak untuk Sindrom Tourette≤2 tahun atau kurang dari 15 kg: Tidak
dianjurkan.3-12 tahun dan 15-40 kg:Dosis awal: 0.5 mg/hari secara oral dalam 23 dosis terbagi.Dosis rumatan: dosis harian dapat ditingkatkan dengan
peningkatan 0.25-0.5 mg hingga 0.05-0.075 mg/kg/hari. Sedikit bukti bahwa
perbaikan perilaku meningkat dengan dosis lebih dari 6 mg/hari.13 -18 tahun dan
lebih dari 40 kg: 1-2 mg secara oral 2-3 kali sehari.
g. Efek Samping Haloperidol
Sama seperti obat pada umumnya, haloperidol juga memiliki efek samping
penggunaan. Efek samping tersebut meliputi:
19
1) Disfungsi ereksi.
2) Gangguan siklus menstruasi.
3) Keinginan untuk terus bergerak (akathisia).
4) Gangguan pada gerakan otot (distonia).
5) Gerakan tidak terkendali pada lidah, wajah, dan bibir.
6) Berat badan bertambah.
7) Otot kaku.
8) Gejala seperti peinyxkit Pxrkiinsoin.
9) Sakit kepala.
10) Sulit tidur.
11) Lemas.
9. Dopamine
a. Nama zat aktif : Dopamine
b. Nama Dagang
Dopac, dopamin giulini, dopamine HCL, dopamine hydrochloride injection,
dopamine, indop, cetadop
c. Indikasi
Koreksi ketidakseimbangan hemodinamik yang terjadi pada saat syok yang
disebabkan infark miokardial, trauma, septikemia (keracunan darah oleh bakteri
patogenik dan atau zat-zat yang dihasilkan oleh bakteri tersebut), gagal ginjal,
dekompensasi jantung kronis.
d. Kontra Indikasi
Feokromositoma, takhiaritmia atrium xtxu veintrikulxr.
e. Perhatian
Jangan diencerkan dengan larutan alkalin.
Hindari penggunaan bersama anestesi/obat bius siklopropan atau halogen
hidrokarbon.
Hipertiroidisme, penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah),
aneurisma (pelebaran darah setempat saja, karena salah perkembangan atau
20
kemunduran dinding pembuluh), angina pektoris, diabetes melitus, glaukoma
sudut tertutup, asma.
f. Efek Samping
Kecemasan,
ketakutan,
kelelahan,
gemetar,
insomnia
(sulit
tidur),
kekacauan/kebingungan, iritabilitas, kelemahan, status psikotik, berkurangnya
nafsu makan, gangguan saluran pencernaan, nyeri dada karena angina, berdebar,
henti jantung, hipotensi, pusing, kemerahan pada wajah dan leher, sulit untuk
buang air kecil, sesak nafas, berkeringat, sakit kepala.
Adakalanya terjadi bradikardia, konduksi abnormal, piloereksi, kenaikan BUN
(blood urea nitrogen).
g. Dosis
2,5 mg/kg berat badan/menit berupa larutan yang diencerkan dengan infus intravena.
Kasus yang berat : 5 mg/kg berat badan/menit, dinaikkan secara bertahap sebanyak 510 mg/kg berat badan/menit menjadi 20-50 mcg/kgbb/menit.
h. Kemasan Dan Sediaan
Ampul 200 mg/5 ml x 5 biji.
10. Ephedrine
a. Nama zat aktif : ephedrine
b. Nama dagang : Aflucaps, antusin, asbron, asficap, asmadex, asmanno, asmasolon,
asmavar, bronchicum, bronchitin ekspektoran, brondilat, bufagan ekspektoran,
bufakris, citobron, citocetin, cold, coparcetin, cosydin, e sepuluh, emkaflucap,
emkanadryl, ephedrine hcl, ephedrine HCL berlico, erladrine, ersylan, etaflusin,
excosin, femeton, flucetin, flukol syrup, flukol x-tra, tresh, getbron, grafasma,
hufagrip, ifasma, influenza super, kafsir plus, koffex, kontrasma, librofludrine,
mediasma, mixadin, multikol, nellco special, neo asma, neo hufasma, neo napacin,
neo suwasthma, new ascaps, hiriton, noscapax, novastusin, obh, omedrine, ophthalin,
oskadryl, paracetin, paratensa, pectorin, phenadex, pimacolin baby’s, pimtracol,
poncolin, prinasma, rexal, sakasma, takarajima, theochodil, thymcal, tusselix.
21
c. Cara Kerjx Obxt
Ephedrine bekerja sebagai broinkodilxtor yang mempengaruhi sistem sxrxf
xdreinergik secara langsung maupun tidak langsung.
d. Iindikxsi:
Pengobatan broinkospxsme (xsmx broinkixl)
e. Kointrx Indikasi
1) Penderita yang hiperseinsitif terhadap ephedrine
2) Penderita tukxk lxmbuing hipertiroid, peinyxkit jxintuing, dixbetes dan
hiperteinsi.
f. Dosis:
0,25-1mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 – 4 dosis
g. Efek Samping:
1) Gxstroiintestiinxl : muxl, muntah, dixre
2) Susunan saraf pusat : sxkit kepxlx, iinsominix
3) Kxrdiovxskuler : pxlpitxsi, txkikxrdix, xritmix ventrikuler
4) Pernafasan : Txchypinex
5) Lain-lain : ruxm kulit, hiperglikemi
h. Peringatan dan Perhatian:
1) Hxti-hati pemberian pada penderita hipoksemix, penderita gangguan fungsi
hati dan giinjxl, penderita di atas 55 tahun terutama pria dan penderita penyakit
pxru-pxru kroinik.
2) Hati-hati pemberian pada wanita hamil, menyusui dan anak-anak.
3) Jangan melampulaui dosis yang dianjurkan dan bila dalam 1 (satu) jam gejxlxgejalanya masih tetap atau bertambah buruk, xgxr menghubungi dokter atau
Rumah Sakit terdekat.
4) Dapat terjadi reteinsi uriine pada penderita hipertrof prostate dan dapat
mengiritasi saluran gastrointestinal.
5) Bila belum pernah menggunakan obat ini agar konsultasikan dahulu ke dokter
untuk memastikan bahwa anda menderita asma.
6) Hentikan penggunaan obat ini jika terjadi jxintuing berdebxr-debar
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat-obatan yang termasuk kategori C setelah dilakukan studi pada hewan
menunjukan efek samping pada fetus (teratogenik) / embriosidal atau yang lainnya, tetapi
belum ada studi control pada wanita hamil. Obat harus diberikan hanya jika keuntungan lebih
besar dari resiko pada fetus.
23
B. Saran
Pada wanita hamil pemberian obat memerlukan pertimbangan yang benar-benar
matang karena pada periode tersebut terjadi proses pembentukan organ (organosenesis).
Zat aktif obat dapat masuk ke peredaran darah janin dan mempengaruhi proses
pembentukan organ tersebut yang akhirnya akan menyebakan terjadinya kecacatan
karena terganggunya proses tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 1. Salemba Medika:Jakarta.
Priyanto. 2010. Farmakologi Dasar. Penerbit Lenskofi: Depok, Jawa Barat.
Dorland’s Illustrated Medical Dictionary 32nd Edition. Elsevier. 2012.MIMS Edisi Bahasa
Indonesia, Volume 11. 2010.
24
25