Restorasi Ketahanan Energi Analisis Kebi

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

RESTORASI KETAHANAN ENERGI: ANALISIS KEBIJAKAN
KONVERSI SUMBER ENERGI NASIONAL DARI
MINYAK KE GAS
Oleh:
Zulmi Fajar Rukhmana
Program Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada
Email: rissingkingdom@yahoo.com
Bayu Mitra Adhyatma Kusuma
Prodi Manajemen Dakwah (Manajemen Publik Islam) UIN Sunan Kalijaga
Email: bayumitraa.kusuma@yahoo.com

ABSTRAK
Ketersediaan energi adalah salah satu barometer penting dalam pembangunan ekonomi
suatu negara di era modern seperti dewasa ini. Ditinjau dari aspek politik, energi
memiliki posisi yang sangat strategis sebagai komoditas politik bagi para pembuat
kebijakan. Sedangkan dari aspek lingkungan, energi dan penggunaannya yang dilakukan

secara besar-besaran adalah salah satu isu yang selalu dibahas pada setiap diskusi
kontemporer tentang perubahan iklim. Di Indonesia, hal ini sangat menarik untuk dikaji
karena mobilitas penduduk yang semakin tinggi dan meningkatnya perekonomian
berbanding lurus dengan kebutuhan energi baik di sektor industri, transportasi, maupun
rumah tangga yang pada umumnya masih bergantung pada bahan bakar minyak.
Beberapa alternatif kebijakan yang dapat dimunculkan untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah memaksa tetap pada status quo, penambahan kilang minyak,
pembangunan pipa gas perkotaan, pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas
(SPBG), dan peningkatan jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hasil
analisis penelitian yang dilakukan berdasarkan matrix display system dari Gueller
menunjukkan bahwa membangun SPBG adalah alternatif yang paling realistis untuk
diterapkan. Strategi implementasinya adalah dengan membangun SPBG di kota-kota
besar terlebih dahulu disertai dengan regulasi standar emisi yang ketat dan pengurangan
alokasi BBM untuk memaksa pemilik kendaraan beralih ke kendaraan berbahan bakar
gas. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, pendekatan deskriptif, dan
menekankan pada studi literatur.
Kata Kunci: Kebijakan Publik, Ketahanan Energi, Konversi Sumber Energi
1

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP


Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

ABSTRACT
The energy supply is one of important barometer for a country's economic development
in modern era like nowadays. From the political aspect, the energy has strategic
positioned as a political commodity for policy makers. While in environmental aspect,
energy and its uses in large number is one issue that is always discussed in any
contemporary discussion on climate change. In Indonesia, it is very interesting to study
because of the higher population mobility and economic growth is directly equivalent to
the energy needs in the industrial, transportation, and households which in general are
still dependent on fossil fuels. Some of the policy alternatives that appear to overcome
these problems are to keep the status quo, adding oil refineries, construction of urban
gas pipelines, constructing Fuel Gas Filling Station (SPBG), and the increase of Steam
Power number (PLTU). The analysis result which done with matrix display system from
Gueller showed that building SPBG is the most realistic alternative to be applied.
Implementation strategy is to build a gas fuel stations in major cities in advance
accompanied by strict regulation of emissions standards and the reduction of fuel
allocation for forcing vehicle owners to switch to natural gas vehicles. This study uses

qualitative research, descriptive approach, and emphasizes on the literature study.
Keywords: Public Policy, Energy Security, Energy Resource Conversion

sesuai

A. LATAR BELAKANG
Tidak dapat dipungkiri bahwa

dengan

kebudayaan

kebutuhan

masayarakat

dan
(Reddy,

kebutuhan manusia akan energi dari


2009). Ditinjau dari aspek ekonomi,

waktu ke waktu senantiasa meningkat.

sebagaimana telah dinyatakan di awal

Hal

bahwa energi merupakan salah satu

ini

sangat

wajar

karena

perkembangan energi menjadi salah


ukuran

satu

modernisasi

barometer

bagi

proses

bagi

perkembangan
suatu

atau
negara.


pembangunan ekonomi suatu negara.

Pembangunan

Keberadaan

telah

berbanding lurus dengan penggunaan

kekuatan

energi. Atau dengan kata lain jika

manusia pada sektor pertanian, industri,

semakin tinggi pembangunan ekonomi

dan pelayanan rumah tangga yang telah


suatu negara maka akan semakin tinggi

menyumbang pembangunan ekonomi

pula kebutuhan penggunaan energinya.

secara signifikan. Selain itu peningkatan

Apalagi saat ini Indonesia sedang aktif

energi

melakukan pembangunan nasional yang

mampu

energi

dianggap


menggantikan

akan

merangsang

aktivitas

ekonomi sejalan dengan penggunaan

merupakan

jenis energi baru oleh masyarakat yang

pembangunan
2

ekonomi


suatu

dianggap

rangkaian

upaya

berkelanjutan

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

sebagaimana tertuang dalam tujuan

oleh

negara-negara


nasional bangsa dan negara sesuai

mendatangkan konsekuensi penggunaan

mandat dari Undang-Undang Dasar

energi fosil yang berlebihan dan tak

1945 (Kusuma, 2014:24).

terbendung lagi. Penggunaan energi
dalam

Jika ditinjau dari aspek politik,

jumlah

energi memiliki potensi besar dalam


selanjutnya

mempengaruhi

dampak

berjalannya

proses

bagi

pencemaran

atau

sebagainya.

oleh

pemangku

menjadikan

energi

banyak

berbagai

lingkungan,

air,

ini

udara,

seperti

dan

lain

Praktik yang terjadi di Indonesia

kebijakan. Posisi energi yang strategis
akan

yang

dunia

melahirkan

politik dan isu-isu politik yang diangkat
diwacanakan

di

terkait

sebagai

penggunaan

energi

sangat

komoditas politik yang sangat menarik

menarik untuk dikaji secara lebih

bagi para pembuat kebijakan. Selama

mendalam. Hal ini karena mobilitas

ini isu-isu tentang kebijakan energi

penduduk Indonesia dewasa ini yang

memang

semakin

tinggi

khususnya dalam hal pengelolaan dan

tingkat

perekonomian

pemanfaatan energi, baik yang dikelola

sektor industri, transportasi, dan rumah

langsung oleh pemerintah ataupun lewat

tangga

investor. Dalam hal politik luar negeri

mempengaruhi peningkatan kebutuhan

misalnya, isu tentang energi merupakan

sumber energi khususnya bahan bakar

salah satu isu yang menjadi domain

minyak

utama pada sebagian besar perjanjian

energi yang tergolong sebagai energi

politik luar negeri baik yang sifatnya

fosil yang tak terbarukan, cadangannya

hubungan

bilateral,

multilateral,

terbatas,

maupun

regional

(Stockholm

lingkungan, dan dalam konteks di

2011:11).

Indonesia, sumber energi jenis ini

selalu

Environment

menjadi

Institute,

sorotan,

dan

meningkatnya
menjadikan

masyarakat

(BBM).

emisinya

sangatlah

BBM

dapat

merupakan

merusak

aspek

memberikan dampak besar pada beban

lingkungan, energi selalu menjadi salah

subsidi yang ditanggung oleh APBN.

satu isu menarik yang hampir selalu

Ini tak lepas dari fluktuatifnya harga

dibahas pada setiap diskusi kontemporer

minyak mentah dunia, melemahnya

mengenai

nilai

Adapun

jika

dikaji

perubahan

dari

iklim.

tukar

amerika

Pembangunan ekonomi yang dilakukan
3

rupiah
serikat,

terhadap
dan

dollar
jumlah

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

konsumsinya yang selalu meningkat

diagram tersebut juga terlihat bahwa

tanpa disertai peningkatan kapasitas

kebutuhan energi fosil khususnya yang

produksi

Akibatnya

berasal dari minyak bumi mengalami

kebijakan impor BBM menjadi tak

tren peningkatan sangat tajam yang

terelakkan

tentunya

dalam

lagi.

negeri.

Sungguh

ironis

akan

berkibat

pula pada

sebenarnya, sebuah negara anggota

meningkatnya beban subsidi energi

organisasi

penghasil

pada APBN Indonesia. Jika mengacu

minyak justru harus mengimpor BBM

pada data terkait subsidi energi fosil

untuk negaranya. Apalagi proyeksi

yang

kebutuhan energi final Indonesia sampai

selama tahun 2009-2012, jumlah subsidi

tahun 2025 diprediksi terus meningkat

untuk energi fosil memang mengalami

sebagaimana diagram berikut ini.

peningkatan yang pesat. Yaitu pada

internasional

dikeluarkan

oleh

pemerintah

tahun 2009 adalah sebesar Rp. 98,96
Gambar 1.
Proyeksi Kebutuhan Energi Final
Tahun 2009-2025

Trilyun, kemudian pada tahun 2010
meningkat menjadi Rp. 99,4 Trilyun,
selanjutnya tahun 2011 sebesar Rp.
127,73 Trilyun, dan pada tahun 2012
sebesar Rp. 225,35 Trilyun. Jumlah
subsidi

tersebut

mengalami

tren

peningkatan yang signifikan, sehingga
perlu adanya kebijakan untuk mengatasi
hal tersebut (Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, 2011).
Beban subsidi energi fosil yang
(Sumber: Badan Pengkajian dan

ditanggung oleh pemerintah indonesia

Penerapan Teknologi, 2011)

berdasarkan data tersebut merupakan
beban

Berdasarkan proyeksi kebutuhan

yang

pemerintah

berat,
tidaksegera

terlebih

jika

mengambil

energi final sampai tahun 2025 di atas

sikap untuk membuat kebijakan untuk

terlihat bahwa kebutuhan energi di

mengurangi

indonesia akan meningkat dua kali lipat

khususnya BBM. Beban subsidi energi

dalam periode lima belas tahun. Dalam

fosil dalam APBN yang meningkat
4

konsumsi

energi

fosil

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

tentu akan mengurangi alokasi anggaran

2016? Bisa dipastikan kebutuhan akan

belanja di sektor lainnya. Adapun

energi fosil juga semakin meningkat

kebijakan

mengingat

yang

bisa

dibuat

oleh

jumlah

kendaraan

dan

mengatasi

industri yang juga semakin meningkat

diantaranya

pesat. Jika dibiarkan hal ini tentu sangat

adalah dengan cara melakukan konversi

berbahaya mengingat cadangan minyak

bahan bakar fosil khususnya BBM

bumi

kepada sumber energi lainnya yang

menipis sebagaimana digambarkan pada

lebih murah, mudah didapat, dan ramah

diagram berikut ini.

pemerintah

untuk

permasalahan

tersebut

di

Indonesia

yang

semakin

lingkungan. Indonesia sebagai negara
Gambar 2.
Cadangan Minyak Bumi di Indonesia
Tahun 2000-2010

tropis yang begitu kaya akan sumber
daya alam baik yang renewable maupun
unrenewable semestinya dapat dengan
mudah mencari sumber-sumber energi
alternatif

baru

sebagai

pengganti

minyak. Namun faktanya upaya tersebut
tak

semudah

membalikkan

telapak

tangan.
Pada tahun 2006 saja, mayoritas
(52%) kebutuhan energi dipasok oleh
minyak bumi, 15 % dari batubara, 29%

(Sumber: Pusdatin Kementerian ESDM

dari gas, dan sisanya berasal dari

RI, 2005)

sumber energi hydro dan geothermal
(Pusdatin

Kementerian

ESDM

RI,

Dengan adanya permasalahan di

2005). Berdasarkan data tersebut dapat

atas, maka kebijakan untuk mengurangi

dilihat bahwa rasio ketergantungan

ketergantungan akan kebutuhan energi

sumber energi berupa minyak bumi di

fosil khususnya BBM di Indonesia

Indonesia sangatlah tinggi, padahal

harus segera direalisasikan. Hal ini agar

cadangan minyak bumi yang ada di

beban anggaran subsidi energi fosil

Indonesia tidaklah banyak dan jumlah

dalam APBN tidak terus membengkak

produksinya cenderung menurun tiap

dan agar sumber energi lainnya bisa

tahunnya. Lalu bagaimana dengan tahun

dikembangkan sebesar-besarnya secara
5

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

optimal. Ini bertujuan agar Indonesia

dampak

aman dari bahaya laten terjadinya krisis

diramalkan.

tingkat

publik

B. KAJIAN TEORITIK

konteks

makro

Public

Kebijakan

yang mengarah pada

tujuan

sesuatu yang diputuskan pemerintah
untuk dilakukan atau tidak dilakukan

yang

pemerintah

diusulkan oleh seseorang, kelompok,
dalam

mencapai
sasaran

tujuan
yang

atau

berakhir.

seraya

(Wahab,

ataupun
pemerintah

tidak
dengan

dilakukan

oleh

tujuan

untuk

mengatasi permasalahan tertentu yang

memberikan dua pandangan mengenai

muncul. Dalam kajian ini, analisis

kebijakan publik. Pertama, kebijakan

kebijakan

publik adalah tindakan-tindakan yang

publik

ditekankan

pada

kebijakan konversi sumber daya energi

dilakukan oleh pemerintah. Kedua,

nasional guna mewujudkan ketahanan

kebijakan publik adalah keputusan-

energi. Model analisis kebijakan publik

keputusan yang mempunyai tujuan atau
dan

berdasarkan

adalah segala sesuatu yang dilakukan

Wahab (2008, 51-52) secara lebih jauh

tertentu

Sehingga

disimpulkan bahwa kebijakan publik

2005:3). Di dalam buku yang lain

sasaran

pada

pengertian-pengertian di atas dapat

untuk

mewujudkan

diinginkan

perhatian

publik adalah proses yang tak pernah

tertentu sehubungan dengan adanya

peluang-peluang

dengan

permasalahan tertentu, dan kebijakan

lingkungan

tertentu

menjelaskan

Administration

bahwa kebijakan publik adalah segala

dapat

didefinisikan sebagai suatu tindakan

mencari

lebih

(2005:52) dalam bukunya Introducing

kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

hambatan-hambatan

kurang

Adapun menurut Shafritz dan Russell

baik dalam konteks mikro individu

pemerintah

yang

panjang

kantor atau badan-badan pemerintah.

tak terpisahkan dari kehidupan manusia

atau

rangkaian

tidak berbuat, yang dibuat oleh kantor-

Kebijakan adalah aktivitas yang

bernegara.

Dunn

berhubungan, termasuk keputusan untuk

1. Kebijakan Publik

dan

dapat

menurut

adalah

pilihan-pilihan

dalam

yang

(2006:65), public policy atau kebijakan

perekonomian

nasional yang saat ini terus bertumbuh.

maupun

akibat

Sedangkan

energi yang dikhawatirkan juga akan
menyurutkan

atau

yang digunakan adalah model matrix

mempunyai

display system dari Gueller.
6

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

memberikan perhatian yang besar pada
2. Ketahanan Energi

ketahanan energi dimana dalam poin

Menurut Snyder (2008:1), pasca

ke-7 SDGs disebutkan bahwa salah satu

berakhirnya perang dingin, konsep baru

tujuan yang akan dicapai adalah energi

tentang ketahanan tidak hanya terkait

yang bersih dan layak. SDGs muncul

dengan dunia militer semata, tapi juga

untuk meneruskan cita-cita luhur dari

tentang politik, ekonomi, dan realitas

Millenium

sosial dalam pembangunan. Salah satu

kelangsungan

adalah

ketahanan

Stockholm
(2011:11),

hidup

manusia

energi.

Menurut

Environment
ketahanan

masih sangat tergantung pada sumber
energi fosil terutama minyak bumi,
termasuk di Indonesia. Sehingga saat ini

Institute

energi

kita

telah

mencari

alternatif

sebagai

kini dan di masa yang akan datang.

layak untuk berbagai macam aktivitas
tangga

energi

terus

menunjang kehidupan manusia di masa

layanan energi yang bersih, reliabel, dan

rumah

untuk

konversi pengganti minyak bumi untuk

Bangsa (PBB) sebagai tersedianya akses

dari

dituntut

sumber

didefinisikan oleh Perserikatan Bangsa-

mulai

Goals

(MDGs). Namun sayangnya manusia

konsep ketahanan yang sangat penting
bagi

Development

Salah

sampai

satu

jalan

yang

layak

dikedepankan adalah melalui konversi

aktivitas produksi yang lebih besar yang

sumber energi nasional.

ditandai dengan harga yang pantas serta
tetap

memperhatikan

lingkungan.

Lebih

kelestarian

jauh

3. Konversi Sumber Energi
Konversi dalam Kamus Besar

Stockholm

Environment Institute juga menjelaskan

Bahasa

bahwa ketahanan energi itu sendiri

peralihan fungsi. Sedangkan pengertian

kerap menjadi frame permasalahan

sumber energi adalah segala sesuatu di

geopolitik di dunia, khususnya isu

sekitar kita yang mampu menghasilkan

mengenai suplai ketersediaan energi

energi. Hal ini yang mendasari bahwa

fosil. Kebutuhan akan minyak bumi tak

konversi energi sumber adalah peralihan

jarang mengakibatkan konflik antar

manfaat dari sumber energi yang satu ke

negara yang berujung peperangan.

sumber energi yang lainya. Seperti

United

Nations

misalnya

Development

Indonesia

konversi

(KBBI)

sumber

adalah

energi

Program (2016) melalui Sustainable

minyak menjadi gas oleh pemerintah

Development

atas dasar kelangkaan yang terjadi pada

Goals

(SDGs)

juga
7

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

bahan bakar minyak. Bahkan jika

sistematis, faktual dan akurat mengenai

ditinjau dari pesrpektif Nexus yang

fakta dan hubungan antar fenomena,

dihasilkan dari konferensi solusi untuk

khususnya

ekonomi hijau yang dilakukan di Bonn

energi nasional. Teknik pengumpulan

tahun 2011, ketersediaan energi sangat

data dilakukan melalui studi literatur,

berpengaruh pada ketersediaan air dan

sehingga penulis melakukan analisis

makanan di suatu negara (Stockholm

berdasarkan

Environment Institute, 2011). Untuk

dokumen terkait yang didapatkan dari

itulah

media massa, laporan Badan Pengkajian

pemerintah

Indonesia

mulai

dalam

konversi

sumber

naskah-naskah

menggalakkan cara agar minyak tanah

dan

bisa dikonversi menjadi gas. Pada

laporan Pusat Data dan Informasi

dasarnya

(Pusdatin) Kementerian Energi dan

ini

bukanlah

hal

baru.

Penerapan

Teknologi

dan

Mengingat konversi energi sudah lama

Sumber

dilakukan

orang-orang Eropa.

Indonesia, dan lain sebagainya. Metode

Bahkan saat ini beberapa negara Asia

analisis data yang digunakan dalam

telah menerapkan kebijakan tersebut.

penelitian ini adalah metode Interaktif

Ini

Miles dan Huberman (1998) yang

oleh

penting

agar

Indonesia

tidak

Daya

mengalami krisis energi di masa depan.

terdiri

.
C. METODE PENELITIAN

pengumpulan
penyajian

Jenis penelitian yang digunakan

muncul

Moleong (2000:6) menyatakan bahwa

penelitian

yang

adalah

menggunakan

peneliti

penelitian

data,

reduksi

data,

data

untuk

mengatasi

persoalan

permasalaan

keterbatasan energi tersebut.

untuk
D. PEMBAHASAN

dalam penelitian ini adalah agar hasil

1. Analisa Masalah
Tingginya konsumsi energi fosil

dari penelitian dapat dideskripsikan dan
dalam

penarikan

disebabkan

deskriptif

digambarkan

dan

alternatif kebijakan yang paling realistis

dari orang dan perilaku yang dapat
Alasan

yaitu:

minyak dan selanjutnya menawarkan

data

deskriptif berupa kata-kata atau lisan

diamati.

tahap

keterbatasan energi fosil khususnya

prosedur

menghasilkan

empat

adalah menganalisis akar masalah yang

dengan pendekatan analisis deskriptif.

kualitatif

Republik

kesimpulan. Fokus dari penelitian ini

dalam penelitian ini adalah kualitatif

metode

dari

Mineral

(BPPT),

kalimat

khususnya

yang
8

minyak

di

indonessia

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

faktor,

tingginya angka konsumsi bahan bakar

Diantaranya yang paling vital adalah

fosil khusunya BBM. Jika diteliti lebih

karena adanya subsidi yang diberikan

jauh, konsumen energi terbesar yang

oleh pemerintah. Akibat dari subsidi

ada di Indonesia dapat diklasifikasikan

tersebut membentuk pola konsumsi

ke

masyarakat terhadap BBM yang relatif

transportasi, industri, rumah tangga, dan

tinggi jika dibandingkan dengan energi

komersial. Secara lebih detail presentasi

lainnya. Selain itu, minimnya instalasi

konsumen energi tersebut sebagaimana

sumber energi selain energi fosil di

terlihat pada diagram berikut ini:

dipengaruhi

oleh

banyak

dalam

empat

sektor

yaitu

dalam negeri pun turut menyumbang
Gambar 3.
Tren Kebutuhan Energi Final pada Sektor Transportasi, Industri,
Rumah Tangga, dan Komersial

(Sumber: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011)
Berdasarkan keempat diagram di

peningkatan yang lebih cepat dibanding

atas, dapat diketahui bahwa kebutuhan

dengan sumber energi lainnya seperti

energi khususnya energi yang berasal

gas dan batubara dari tahun ke tahun.

dari minyak bumi cenderung mengalami

Dampak yang nantinya akan terjadi
9

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

apabila

tidak

ada

kebijakan

mampu menekan
energi

dari

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

tingkat

minyak

batubara 33%, non fosil 17% dan gas

yang

30%.

konsumsi

bumi

Artinya target yang harus dikejar

adalah

Indonesia akan mengalami defisit energi

untuk

menghadapi

minyak bumi dimana nanti satu-satunya

tingginya konsumsi energi minyak bumi

cara instan untuk memenuhi kebutuhan

adalah

tersebut adalah dengan cara impor

kebutuhan energi minyak bumi dengan

minyak bumi.

cara meningkatkan konsumsi energi

dengan

permasalahan

cara

mengkonversi

atas

yang bersumber dari batubara atau gas.

terlihat pula bahwa tingkat produksi

Jika target tersebut mampu terpenuhi

minyak bumi di Indonesia mengalami

maka kebutuhan energi di Indonesia

tren penurunan tajam dalam periode dua

akan cenderung aman dan konsumsi

puluh tahun, padahal tingkat konsumsi

minyak bumi dapat ditekan yang pada

energi dari minyak bumi selalu tinggi.

akhirnya juga akan berdampak positif

Sehingga

pada turunnya angka beban subsidi

Berdasarkan

diagram

Indonesia

mampu

di

yang

mengekspor

semula

energi

produksi

minyak

bumi

pada

APBN

Indonesia.

minyaknya justru akan menjadi negara
pengimpor minyak bumi. Jika hal ini

2. Alternatif Kebijakan

tidak diantisipasi dengan tepat dan

Untuk melakukan konversi energi

cepat, maka Indonesia akan benar-benar

agar kebutuhan minyak bumi tidak

mengalami krisis energi minyak bumi

terlalu banyak dan untuk menjaga

ataupun harga sumber energi jenis ini

neraca subsidi dalam APBN, maka

akan menjadi mahal dan tak terjangkau
mesyarakat.

Adapun

upaya

perlu ada beberapa alternatif kebijakan

yang

untuk

seharusnya dilakukan untuk mengatasi
permasalahan

yang

mungkin

Alternatif-alternatif

akan

dari

energi

quo

bumi

adalah

mempertahankan

sumber energi lainnya dengan target
minyak

kebijakan

yang

quo. Yang dimaksud tetap pada status

yang

bersumber dari minyak bumi, menuju

penggunaan

tersebut.

pertama, memaksakan tetap pada status

adalah dengan cara membuat kebijakan
energi

kondisi

dapat ditawarkan di antaranya adalah:

muncul sesuai dengan penjelasan di atas

konversi

mengatasi

tetap
kondisi

berupaya
seperti

sekarang ini meskipun ke depan jelas

20%,

semakin sulit dimana pemerintah hingga
10

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

saat

ini

tidak

begitu

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

opsi

banyak

yang

dipilih,

maka

untuk

mengembangkan energi alternatif dan

mempermudah pendistribusian bahan

terus memberikan subsidi yang sangat

bakar gas tersebut pembangunan pipa

besar terhadap energi minyak bumi baik

gas untuk perumahan di perkotaan dan

untuk

Kedua,

kawasan industri merupakan alternatif

penambahan kilang minyak nasional.

yang bisa digunakan untuk mengurangi

Alternatif ini ditempuh dengan cara

konsumsi

menambah jumlah kilang minyak yang

Penyaluran melalui pipa akan lebih

ada di Indonesia agar mampu mengolah

efektif

minyak bumi produksi dalam negeri

menggunakan

atau jika harus impor maka minyak

banyak ditemui saat ini. Keempat,

bumi yang diimpor adalah minyak

pembangunan Stasiun Pengisian Bahan

mentah saja. Impor minyak mentah

Bakar Gas (SPBG). Saat ini sektor

tentu sangat meringankan keuangan

transportasi

negara dibanding mengimpor minyak

energi

yang sudah diproses menjadi bahan

Indonesia yang jumlahnya diperkirakan

bakar siap pakai. Saat ini estimasi

akan terus meningkat ke depan. Apalagi

kebutuhan

bumi

dengan adanya program mobil-mobil

mencapai 1,5 juta barel per hari

murah dikhawatirkan akan membuat

sedangkan kemampuan kilang minyak

jumlah

kendaraan

di Indonesia untuk mengolah minyak

beredar

di

mentah menjadi minyak siap pakai

terkendali.

hanya sekitar 800.000 barel per hari.

cadangan minyak bumi dan mahalnya

Dengan melihat kondisi tersebut maka

harga minyak dunia, sektor transportasi

artinya adalah Indonesia setiap hari

pula lah yang sering menjadi penyebab

harus mengimpor minyak jadi sebesar

utama membengkaknya subsidi BBM.

700.000 barel per hari dan tentunya

Untuk

harganya jauh lebih tinggi daripada

menghemat

impor minyak mentah.

sangat perlu ada alternatif kebijakan

bensin

dan

energi

solar.

minyak

energi

minyak

dibandingkan

dengan

tabung-tabung

merupakan

minyak

itu

bumi.

bumi

konsumen
terbesar

bermotor

jalanan

semakin

Dengan

yang

di

yang
tak

terbatasnya

agar

Indonesia

bisa

subsidi

tersebut

maka

Ketiga, pembangunan saluran pipa

untuk membangun SPBG agar sektor

gas untuk wilayah perkotaan. Jika

transportasi bisa lebih mudah dalam

konversi minyak menuju gas adalah

mendapatkan bahan bakar di luar
11

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

minyak bumi. Dan kelima, peningkatan

dari

jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap

kriteria menggunakan nilai kumulatif

(PLTU). Opsi menambah jumlah PLTU

10. Jadi setiap bobot dari 5 alternatif

atau mengubah bahan baku listrik di

kebijakan tersebut memiliki nilai yang

beberapa pembangkit dilakukan dengan

berbeda-beda

mengganti bahan pembangkit

yang

maksimalnya adalah 10. Selain itu,

masih menggunakan bahan bakar solar

untuk mempermudah perhitungan maka

untuk

setiap alternatif diberi warna yang

diganti

menggunakan

energi

Gueller

dimana

tetapi

pembobotan

jumlah

nilai

berbeda berdasarkan skor. Skor 1 untuk

batubara.
alternatif

kolom berwarna merah, skor 2 untuk

kebijakan manakah yang paling sesuai

kolom berwarna kuning, dan skor 3

dan cocok untuk diterapkan dalam

untuk kolom berwarna hijau. Secara

rangka mencapai tujuan yang dimaksud

lebih detail dapat dilihat pada tabel di

di atas, maka penulis menggunakan

bawah ini).

Untuk

menguji

teknik analisis Matrix Display System
Tabel 1. Analisis Alternatif Kebijakan
Alternatif Kebijakan
Kriteria

Penghematan
APBN
Kemudaan
Implementasi
Dampak
Lingkungan
Pemanfaatan
Energi
Alternatif
Dampak Pada
Perekonomian
Skor Total

Penambahan
Kilang
Minyak

Pembangunan
Pipa Gas

Pembangunan
SPBG

Peningkatan
Jumlah
PLTU

Subsidi sangat
tinggi

Menghemat
APBN

Biaya
pengadaan
sangat tinggi

Biaya dapat
ditekan dengan
melibatkan
swasta

Menghemat
subsidi
minyak

Sangat mudah

Mudah, tapi
bahaya mafia

Cukup rumit

Mudah

Mudah

Polusi tinggi

Polusi tinggi

Polusi sedikit

Polusi sedikit

Polusi tinggi

Tidak ada

Tidak ada

Gas

Gas

Batubara

Sektor usaha
mendapat
subsidi

Sektor usaha
mendapat
subsidi

Biaya produksi
menurun

Peningkatan
belanja
masyarakat

16
Keterangan Skor

17

23
1

28
2

Tetap Pada
Status Quo

(Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2016)
12

Tersedianya
pasokan
listrik untuk
industri
26
3

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

Selanjutnya

Berdasarkan hasil analisis tabel

dalam

rangka

diatas, alternatif untuk membangun

mengimplementasikan

SPBG mendapatkan skor paling tinggi

kebijakan yang dipilih di atas, maka

yaitu dengan total nilai 28. Sehingga

cara yang dilakukan adalah dengan

berdasarkan analisis di atas maka

mengawali pembangunan SPBG di

alternatif yang terpilih dan dirasa paling

kota-kota

applicable

untuk

besar

terlebih

dahulu.

Pembangunan SPBG di kota besar

mengatasi

permasalahan energi adalah dengan cara

tersebut

kemudian

membangun

adanya

regulasi

SPBG.

alternatif

Pembangunan

yang

dengan

mewajibkan

SPBG bisa dilakukan dengan beberapa

kendaraan

cara, misalnya atas dasar kerjasama

tersebut menggunakan standar emisi

operasional, kerjasama kontrak, maupun

yang ketat. Sehingga nantinya seolah-

melalui kerjasama antara pemerintah

olah muncul pressure bahwa bahan

dengan pihak

mudah

bakar kendaraan tersebut harus berupa

permodalannya.

gas. Selanjutnya, pasokan BBM yang

Namun dalam hal ini yang perlu diingat

dialokasikan kepada SPBU di kawasan

adalah bahwa pembangunan SPBG

perkotaan

tidaklah ada artinya jika tidak dibarengi

Pengurangan ini bermaksud agar para

dengan kebijakan menasionalkan bahan

pemilik

bakar gas melalui penerapan regulasi-

membeli kendaraan berbahan bakar gas.

regulasi terkait transportasi dan lain

Dalam

sebagainya. Apabila moda transportasi

kebijakan ini, sang pembuat kebijakan

sudah beralih ke gas maka peran dari

atau policy maker harus berani dan

SPBG akan semakin vital. Dan apabila

tegas

program ini berhasil maka konsumsi

Karena jika tidak diimplementasikan

bahan

dengan tegas, maka kebijakan ini tidak

mendapatkan

bakar

swasta
akses

agar

minyak

bumi

akan

di

disertai

kawasan

harus

segera

kendaraan

berguna

dikurangi.

segera

implementasi

menjalankan

perkotaan

beralih

alternatif

aturan

menurun drastis sesuai dengan target

akan

yang telah ditentukan di atas yaitu pada

berpengaruh terhadap jumlah konsumsi

tahun 2025 dimana penggunaan energi

energi minyak bumi di Indonesia.

minyak bumi bisa ditekan menurun

Akibat

hingga mencapai 20% saja.

lingkungan hidup tentu meningkatnya

yang

dan

tersebut.

tidak

ditimbulkan

akan

pada

tingkat pencemaran akibat polusi yang
13

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

Sedangkan

ketergantungan akan kebutuhan energi

secara ekonomis anggaran subsidi BBM

fosil khususnya BBM di Indonesia

pun akan semakin menguras APBN.

harus

Padahal kita tahu bahwa subsidi BBM

anggaran subsidi energi fosil dalam

adalah salah satu pos yang setiap

APBN

tahunnya sangat menguras anggaran

pemanfaatan sumber energi lainnya

negara. Jika dibiarkan terus menerus ini

dapat dikembangkan sebesar-besarnya

akan menghambat pembangunan di

guna menghindari krisis energi di masa

sektor yang lainnya seperti peningkatan

depan.

semakin

tak

terkendali.

masih

memerlukan

yang

agar

sektor yaitu transportasi, industri, rumah

berjalannya proses politik dan isu

tangga, dan komersial. Tingkat produksi

politik. Pada aspek lingkungan, energi

minyak bumi di Indonesia mengalami

menjadi salah satu isu yang menarik

tren penurunan tajam dalam periode 20

yang hampir selalu dibahas pada setiap

tahun

diskusi mengenai perubahan iklim.

tingkat

menjadikan

sektor

relatif

dapat dikelompokkan ke dalam empat

politik, energi sangat mempengaruhi

meningkatnya

konsumsinya

energi terbesar yang ada di Indonesia

modernisasi suatu negara. Di aspek

semakin

pemerintah

energi selain energi fosil. Konsumen

salah satu ukuran bagi perkembangan

yang

pola

oleh

lainnya dan minimnya instalasi sumber

Pada aspek ekonomi, energi merupakan

perekonomian

dan

tinggi jika dibandingkan dengan energi

dari waktu ke waktu terus meningkat.

dan

diberikan

sehingga

Kebutuhan manusia akan energi

tinggi

ditekan

beban

faktor, seperti karena adanya subsidi

E. KESIMPULAN

penduduk

agar

di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa

perhatian

ekstra, pendidikan, dan kesehatan.

Mobilitas

dapat

dibuat

Tingginya konsumsi energi fosil

kelengkapan infrastruktur di perbatasan
yang

segera

terakhir,

sedangkan

tingkat

konsumsinya semakin tinggi. Untuk
melakukan konversi energi maka perlu
ada beberapa alternatif yang diantaranya
adalah: mempertahankan status quo,

industri, transportasi dan rumah tangga

penambahan kilang minyak nasional,

masyarakat berbanding lurus dengan

pembangunan

peningkatan kebutuhan sumber energi

perkotaan,

khususnya bahan bakar minyak (BBM).

saluran
pembangunan

pipa

gas

Stasiun

Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG),

Sehingga kebijakan untuk mengurangi
14

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

dan peningkatan jumlah Pembangkit

pembangunan SPBG di kota-kota besar

Listrik Tenaga Uap (PLTU).

terlebih dahulu, menerbitkan regulasi

Berdasarkan

hasil

analisis

yang

mewajibkan

kendaraan

di

berdasarkan model Gueller, alternatif

perkotaan menggunakan standar emisi

paling rasional yang terpilih untuk

yang ketat, dan mengurangi pasokan

mengatasi permasalahan energi adalah

BBM yang di alokasikan kepada SPBU

dengan

wilayah perkotaan agar para pemilik

cara

Apabila

membangun

program

diimplementasikan,

SPBG.

ini

berhasil

maka

konsumsi

kendaraan

beralih

berbahan

bakar

ke
gas.

kendaraan
Untuk

akan

mensukseskan program ini, pembuat

menurun drastis sesuai dengan target di

kebijakan harus berani dengan tegas.

tahun 2025 dimana penggunaan energi

Karena jika tidak diimplementasikan

minyak bumi bisa menurun hingga

dengan konsisten maka kebijakan ini

mencapai

Untuk

tidak akan berguna dan tidak akan

alternatif

berpengaruh terhadap jumlah konsumsi

bahan

bakar

minyak

20%.

mengimplementasikan

bumi

kebijakan tersebut, maka cara yang

energi minyak di Indonesia.

dilakukan adalah dengan mengawali

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. (2011). Outlook Energi Indonesia 2011.
Jakarta: BPPT Press.
Dunn, William. (2006). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2005). Blueprint Pengelolaan Energi
Nasional 2005-2025. Jakarta: Pusdatin Kementerian ESDM RI.
Kusuma, Bayu Mitra A. (2014). “The Role of Government in Overcoming Industrial
Development Impact toward Environmental Sustainability”. Jurnal Pembangunan
dan Alam Lestari Vol. 5 No. 1.
Miles, Matthew B. dan Michael A. Huberman. (1998). Qualitative Data Analysis: A
Source Book of New Methods. London: Sage Publication.
Moleong, Lexy J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

15

http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP

Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516

Reddy, B. Sudhakara dan Gaudenz B Assenza. (2009). “Climate Change: A Developing
Country Perspective”. Journal of Current Science Vol. 97, No. 1.
Shafritz, Jay M. dan Edward W. Russell. Introducing Public Administration. New
Jersey: Pearson Education.
Snyder, Craig A. (2008). Contemporary Security and Strategy. New York: Palgrave
Macmillan.
Stockholm Environment Institute. (2011). Understanding the Nexus: The Water,
Energy, and Food security Nexus. Background Paper for the Bonn 2011 Nexus
Conference. Stockholm: SEI.
United Nations Development Program. (2016). Sustainable Development Goals. New
York: United Nations Publication.
Wahab, Solichin Abdul. (2008). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM
Press.
__________. (2005). Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan. Jakarta: Bumi Aksara.

16

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

IbM Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Menuju Desa Mandiri Energi

25 108 26