Restorasi Ketahanan Energi Analisis Kebi
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
RESTORASI KETAHANAN ENERGI: ANALISIS KEBIJAKAN
KONVERSI SUMBER ENERGI NASIONAL DARI
MINYAK KE GAS
Oleh:
Zulmi Fajar Rukhmana
Program Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada
Email: rissingkingdom@yahoo.com
Bayu Mitra Adhyatma Kusuma
Prodi Manajemen Dakwah (Manajemen Publik Islam) UIN Sunan Kalijaga
Email: bayumitraa.kusuma@yahoo.com
ABSTRAK
Ketersediaan energi adalah salah satu barometer penting dalam pembangunan ekonomi
suatu negara di era modern seperti dewasa ini. Ditinjau dari aspek politik, energi
memiliki posisi yang sangat strategis sebagai komoditas politik bagi para pembuat
kebijakan. Sedangkan dari aspek lingkungan, energi dan penggunaannya yang dilakukan
secara besar-besaran adalah salah satu isu yang selalu dibahas pada setiap diskusi
kontemporer tentang perubahan iklim. Di Indonesia, hal ini sangat menarik untuk dikaji
karena mobilitas penduduk yang semakin tinggi dan meningkatnya perekonomian
berbanding lurus dengan kebutuhan energi baik di sektor industri, transportasi, maupun
rumah tangga yang pada umumnya masih bergantung pada bahan bakar minyak.
Beberapa alternatif kebijakan yang dapat dimunculkan untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah memaksa tetap pada status quo, penambahan kilang minyak,
pembangunan pipa gas perkotaan, pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas
(SPBG), dan peningkatan jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hasil
analisis penelitian yang dilakukan berdasarkan matrix display system dari Gueller
menunjukkan bahwa membangun SPBG adalah alternatif yang paling realistis untuk
diterapkan. Strategi implementasinya adalah dengan membangun SPBG di kota-kota
besar terlebih dahulu disertai dengan regulasi standar emisi yang ketat dan pengurangan
alokasi BBM untuk memaksa pemilik kendaraan beralih ke kendaraan berbahan bakar
gas. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, pendekatan deskriptif, dan
menekankan pada studi literatur.
Kata Kunci: Kebijakan Publik, Ketahanan Energi, Konversi Sumber Energi
1
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
ABSTRACT
The energy supply is one of important barometer for a country's economic development
in modern era like nowadays. From the political aspect, the energy has strategic
positioned as a political commodity for policy makers. While in environmental aspect,
energy and its uses in large number is one issue that is always discussed in any
contemporary discussion on climate change. In Indonesia, it is very interesting to study
because of the higher population mobility and economic growth is directly equivalent to
the energy needs in the industrial, transportation, and households which in general are
still dependent on fossil fuels. Some of the policy alternatives that appear to overcome
these problems are to keep the status quo, adding oil refineries, construction of urban
gas pipelines, constructing Fuel Gas Filling Station (SPBG), and the increase of Steam
Power number (PLTU). The analysis result which done with matrix display system from
Gueller showed that building SPBG is the most realistic alternative to be applied.
Implementation strategy is to build a gas fuel stations in major cities in advance
accompanied by strict regulation of emissions standards and the reduction of fuel
allocation for forcing vehicle owners to switch to natural gas vehicles. This study uses
qualitative research, descriptive approach, and emphasizes on the literature study.
Keywords: Public Policy, Energy Security, Energy Resource Conversion
sesuai
A. LATAR BELAKANG
Tidak dapat dipungkiri bahwa
dengan
kebudayaan
kebutuhan
masayarakat
dan
(Reddy,
kebutuhan manusia akan energi dari
2009). Ditinjau dari aspek ekonomi,
waktu ke waktu senantiasa meningkat.
sebagaimana telah dinyatakan di awal
Hal
bahwa energi merupakan salah satu
ini
sangat
wajar
karena
perkembangan energi menjadi salah
ukuran
satu
modernisasi
barometer
bagi
proses
bagi
perkembangan
suatu
atau
negara.
pembangunan ekonomi suatu negara.
Pembangunan
Keberadaan
telah
berbanding lurus dengan penggunaan
kekuatan
energi. Atau dengan kata lain jika
manusia pada sektor pertanian, industri,
semakin tinggi pembangunan ekonomi
dan pelayanan rumah tangga yang telah
suatu negara maka akan semakin tinggi
menyumbang pembangunan ekonomi
pula kebutuhan penggunaan energinya.
secara signifikan. Selain itu peningkatan
Apalagi saat ini Indonesia sedang aktif
energi
melakukan pembangunan nasional yang
mampu
energi
dianggap
menggantikan
akan
merangsang
aktivitas
ekonomi sejalan dengan penggunaan
merupakan
jenis energi baru oleh masyarakat yang
pembangunan
2
ekonomi
suatu
dianggap
rangkaian
upaya
berkelanjutan
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
sebagaimana tertuang dalam tujuan
oleh
negara-negara
nasional bangsa dan negara sesuai
mendatangkan konsekuensi penggunaan
mandat dari Undang-Undang Dasar
energi fosil yang berlebihan dan tak
1945 (Kusuma, 2014:24).
terbendung lagi. Penggunaan energi
dalam
Jika ditinjau dari aspek politik,
jumlah
energi memiliki potensi besar dalam
selanjutnya
mempengaruhi
dampak
berjalannya
proses
bagi
pencemaran
atau
sebagainya.
oleh
pemangku
menjadikan
energi
banyak
berbagai
lingkungan,
air,
ini
udara,
seperti
dan
lain
Praktik yang terjadi di Indonesia
kebijakan. Posisi energi yang strategis
akan
yang
dunia
melahirkan
politik dan isu-isu politik yang diangkat
diwacanakan
di
terkait
sebagai
penggunaan
energi
sangat
komoditas politik yang sangat menarik
menarik untuk dikaji secara lebih
bagi para pembuat kebijakan. Selama
mendalam. Hal ini karena mobilitas
ini isu-isu tentang kebijakan energi
penduduk Indonesia dewasa ini yang
memang
semakin
tinggi
khususnya dalam hal pengelolaan dan
tingkat
perekonomian
pemanfaatan energi, baik yang dikelola
sektor industri, transportasi, dan rumah
langsung oleh pemerintah ataupun lewat
tangga
investor. Dalam hal politik luar negeri
mempengaruhi peningkatan kebutuhan
misalnya, isu tentang energi merupakan
sumber energi khususnya bahan bakar
salah satu isu yang menjadi domain
minyak
utama pada sebagian besar perjanjian
energi yang tergolong sebagai energi
politik luar negeri baik yang sifatnya
fosil yang tak terbarukan, cadangannya
hubungan
bilateral,
multilateral,
terbatas,
maupun
regional
(Stockholm
lingkungan, dan dalam konteks di
2011:11).
Indonesia, sumber energi jenis ini
selalu
Environment
menjadi
Institute,
sorotan,
dan
meningkatnya
menjadikan
masyarakat
(BBM).
emisinya
sangatlah
BBM
dapat
merupakan
merusak
aspek
memberikan dampak besar pada beban
lingkungan, energi selalu menjadi salah
subsidi yang ditanggung oleh APBN.
satu isu menarik yang hampir selalu
Ini tak lepas dari fluktuatifnya harga
dibahas pada setiap diskusi kontemporer
minyak mentah dunia, melemahnya
mengenai
nilai
Adapun
jika
dikaji
perubahan
dari
iklim.
tukar
amerika
Pembangunan ekonomi yang dilakukan
3
rupiah
serikat,
terhadap
dan
dollar
jumlah
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
konsumsinya yang selalu meningkat
diagram tersebut juga terlihat bahwa
tanpa disertai peningkatan kapasitas
kebutuhan energi fosil khususnya yang
produksi
Akibatnya
berasal dari minyak bumi mengalami
kebijakan impor BBM menjadi tak
tren peningkatan sangat tajam yang
terelakkan
tentunya
dalam
lagi.
negeri.
Sungguh
ironis
akan
berkibat
pula pada
sebenarnya, sebuah negara anggota
meningkatnya beban subsidi energi
organisasi
penghasil
pada APBN Indonesia. Jika mengacu
minyak justru harus mengimpor BBM
pada data terkait subsidi energi fosil
untuk negaranya. Apalagi proyeksi
yang
kebutuhan energi final Indonesia sampai
selama tahun 2009-2012, jumlah subsidi
tahun 2025 diprediksi terus meningkat
untuk energi fosil memang mengalami
sebagaimana diagram berikut ini.
peningkatan yang pesat. Yaitu pada
internasional
dikeluarkan
oleh
pemerintah
tahun 2009 adalah sebesar Rp. 98,96
Gambar 1.
Proyeksi Kebutuhan Energi Final
Tahun 2009-2025
Trilyun, kemudian pada tahun 2010
meningkat menjadi Rp. 99,4 Trilyun,
selanjutnya tahun 2011 sebesar Rp.
127,73 Trilyun, dan pada tahun 2012
sebesar Rp. 225,35 Trilyun. Jumlah
subsidi
tersebut
mengalami
tren
peningkatan yang signifikan, sehingga
perlu adanya kebijakan untuk mengatasi
hal tersebut (Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, 2011).
Beban subsidi energi fosil yang
(Sumber: Badan Pengkajian dan
ditanggung oleh pemerintah indonesia
Penerapan Teknologi, 2011)
berdasarkan data tersebut merupakan
beban
Berdasarkan proyeksi kebutuhan
yang
pemerintah
berat,
tidaksegera
terlebih
jika
mengambil
energi final sampai tahun 2025 di atas
sikap untuk membuat kebijakan untuk
terlihat bahwa kebutuhan energi di
mengurangi
indonesia akan meningkat dua kali lipat
khususnya BBM. Beban subsidi energi
dalam periode lima belas tahun. Dalam
fosil dalam APBN yang meningkat
4
konsumsi
energi
fosil
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
tentu akan mengurangi alokasi anggaran
2016? Bisa dipastikan kebutuhan akan
belanja di sektor lainnya. Adapun
energi fosil juga semakin meningkat
kebijakan
mengingat
yang
bisa
dibuat
oleh
jumlah
kendaraan
dan
mengatasi
industri yang juga semakin meningkat
diantaranya
pesat. Jika dibiarkan hal ini tentu sangat
adalah dengan cara melakukan konversi
berbahaya mengingat cadangan minyak
bahan bakar fosil khususnya BBM
bumi
kepada sumber energi lainnya yang
menipis sebagaimana digambarkan pada
lebih murah, mudah didapat, dan ramah
diagram berikut ini.
pemerintah
untuk
permasalahan
tersebut
di
Indonesia
yang
semakin
lingkungan. Indonesia sebagai negara
Gambar 2.
Cadangan Minyak Bumi di Indonesia
Tahun 2000-2010
tropis yang begitu kaya akan sumber
daya alam baik yang renewable maupun
unrenewable semestinya dapat dengan
mudah mencari sumber-sumber energi
alternatif
baru
sebagai
pengganti
minyak. Namun faktanya upaya tersebut
tak
semudah
membalikkan
telapak
tangan.
Pada tahun 2006 saja, mayoritas
(52%) kebutuhan energi dipasok oleh
minyak bumi, 15 % dari batubara, 29%
(Sumber: Pusdatin Kementerian ESDM
dari gas, dan sisanya berasal dari
RI, 2005)
sumber energi hydro dan geothermal
(Pusdatin
Kementerian
ESDM
RI,
Dengan adanya permasalahan di
2005). Berdasarkan data tersebut dapat
atas, maka kebijakan untuk mengurangi
dilihat bahwa rasio ketergantungan
ketergantungan akan kebutuhan energi
sumber energi berupa minyak bumi di
fosil khususnya BBM di Indonesia
Indonesia sangatlah tinggi, padahal
harus segera direalisasikan. Hal ini agar
cadangan minyak bumi yang ada di
beban anggaran subsidi energi fosil
Indonesia tidaklah banyak dan jumlah
dalam APBN tidak terus membengkak
produksinya cenderung menurun tiap
dan agar sumber energi lainnya bisa
tahunnya. Lalu bagaimana dengan tahun
dikembangkan sebesar-besarnya secara
5
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
optimal. Ini bertujuan agar Indonesia
dampak
aman dari bahaya laten terjadinya krisis
diramalkan.
tingkat
publik
B. KAJIAN TEORITIK
konteks
makro
Public
Kebijakan
yang mengarah pada
tujuan
sesuatu yang diputuskan pemerintah
untuk dilakukan atau tidak dilakukan
yang
pemerintah
diusulkan oleh seseorang, kelompok,
dalam
mencapai
sasaran
tujuan
yang
atau
berakhir.
seraya
(Wahab,
ataupun
pemerintah
tidak
dengan
dilakukan
oleh
tujuan
untuk
mengatasi permasalahan tertentu yang
memberikan dua pandangan mengenai
muncul. Dalam kajian ini, analisis
kebijakan publik. Pertama, kebijakan
kebijakan
publik adalah tindakan-tindakan yang
publik
ditekankan
pada
kebijakan konversi sumber daya energi
dilakukan oleh pemerintah. Kedua,
nasional guna mewujudkan ketahanan
kebijakan publik adalah keputusan-
energi. Model analisis kebijakan publik
keputusan yang mempunyai tujuan atau
dan
berdasarkan
adalah segala sesuatu yang dilakukan
Wahab (2008, 51-52) secara lebih jauh
tertentu
Sehingga
disimpulkan bahwa kebijakan publik
2005:3). Di dalam buku yang lain
sasaran
pada
pengertian-pengertian di atas dapat
untuk
mewujudkan
diinginkan
perhatian
publik adalah proses yang tak pernah
tertentu sehubungan dengan adanya
peluang-peluang
dengan
permasalahan tertentu, dan kebijakan
lingkungan
tertentu
menjelaskan
Administration
bahwa kebijakan publik adalah segala
dapat
didefinisikan sebagai suatu tindakan
mencari
lebih
(2005:52) dalam bukunya Introducing
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
hambatan-hambatan
kurang
Adapun menurut Shafritz dan Russell
baik dalam konteks mikro individu
pemerintah
yang
panjang
kantor atau badan-badan pemerintah.
tak terpisahkan dari kehidupan manusia
atau
rangkaian
tidak berbuat, yang dibuat oleh kantor-
Kebijakan adalah aktivitas yang
bernegara.
Dunn
berhubungan, termasuk keputusan untuk
1. Kebijakan Publik
dan
dapat
menurut
adalah
pilihan-pilihan
dalam
yang
(2006:65), public policy atau kebijakan
perekonomian
nasional yang saat ini terus bertumbuh.
maupun
akibat
Sedangkan
energi yang dikhawatirkan juga akan
menyurutkan
atau
yang digunakan adalah model matrix
mempunyai
display system dari Gueller.
6
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
memberikan perhatian yang besar pada
2. Ketahanan Energi
ketahanan energi dimana dalam poin
Menurut Snyder (2008:1), pasca
ke-7 SDGs disebutkan bahwa salah satu
berakhirnya perang dingin, konsep baru
tujuan yang akan dicapai adalah energi
tentang ketahanan tidak hanya terkait
yang bersih dan layak. SDGs muncul
dengan dunia militer semata, tapi juga
untuk meneruskan cita-cita luhur dari
tentang politik, ekonomi, dan realitas
Millenium
sosial dalam pembangunan. Salah satu
kelangsungan
adalah
ketahanan
Stockholm
(2011:11),
hidup
manusia
energi.
Menurut
Environment
ketahanan
masih sangat tergantung pada sumber
energi fosil terutama minyak bumi,
termasuk di Indonesia. Sehingga saat ini
Institute
energi
kita
telah
mencari
alternatif
sebagai
kini dan di masa yang akan datang.
layak untuk berbagai macam aktivitas
tangga
energi
terus
menunjang kehidupan manusia di masa
layanan energi yang bersih, reliabel, dan
rumah
untuk
konversi pengganti minyak bumi untuk
Bangsa (PBB) sebagai tersedianya akses
dari
dituntut
sumber
didefinisikan oleh Perserikatan Bangsa-
mulai
Goals
(MDGs). Namun sayangnya manusia
konsep ketahanan yang sangat penting
bagi
Development
Salah
sampai
satu
jalan
yang
layak
dikedepankan adalah melalui konversi
aktivitas produksi yang lebih besar yang
sumber energi nasional.
ditandai dengan harga yang pantas serta
tetap
memperhatikan
lingkungan.
Lebih
kelestarian
jauh
3. Konversi Sumber Energi
Konversi dalam Kamus Besar
Stockholm
Environment Institute juga menjelaskan
Bahasa
bahwa ketahanan energi itu sendiri
peralihan fungsi. Sedangkan pengertian
kerap menjadi frame permasalahan
sumber energi adalah segala sesuatu di
geopolitik di dunia, khususnya isu
sekitar kita yang mampu menghasilkan
mengenai suplai ketersediaan energi
energi. Hal ini yang mendasari bahwa
fosil. Kebutuhan akan minyak bumi tak
konversi energi sumber adalah peralihan
jarang mengakibatkan konflik antar
manfaat dari sumber energi yang satu ke
negara yang berujung peperangan.
sumber energi yang lainya. Seperti
United
Nations
misalnya
Development
Indonesia
konversi
(KBBI)
sumber
adalah
energi
Program (2016) melalui Sustainable
minyak menjadi gas oleh pemerintah
Development
atas dasar kelangkaan yang terjadi pada
Goals
(SDGs)
juga
7
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
bahan bakar minyak. Bahkan jika
sistematis, faktual dan akurat mengenai
ditinjau dari pesrpektif Nexus yang
fakta dan hubungan antar fenomena,
dihasilkan dari konferensi solusi untuk
khususnya
ekonomi hijau yang dilakukan di Bonn
energi nasional. Teknik pengumpulan
tahun 2011, ketersediaan energi sangat
data dilakukan melalui studi literatur,
berpengaruh pada ketersediaan air dan
sehingga penulis melakukan analisis
makanan di suatu negara (Stockholm
berdasarkan
Environment Institute, 2011). Untuk
dokumen terkait yang didapatkan dari
itulah
media massa, laporan Badan Pengkajian
pemerintah
Indonesia
mulai
dalam
konversi
sumber
naskah-naskah
menggalakkan cara agar minyak tanah
dan
bisa dikonversi menjadi gas. Pada
laporan Pusat Data dan Informasi
dasarnya
(Pusdatin) Kementerian Energi dan
ini
bukanlah
hal
baru.
Penerapan
Teknologi
dan
Mengingat konversi energi sudah lama
Sumber
dilakukan
orang-orang Eropa.
Indonesia, dan lain sebagainya. Metode
Bahkan saat ini beberapa negara Asia
analisis data yang digunakan dalam
telah menerapkan kebijakan tersebut.
penelitian ini adalah metode Interaktif
Ini
Miles dan Huberman (1998) yang
oleh
penting
agar
Indonesia
tidak
Daya
mengalami krisis energi di masa depan.
terdiri
.
C. METODE PENELITIAN
pengumpulan
penyajian
Jenis penelitian yang digunakan
muncul
Moleong (2000:6) menyatakan bahwa
penelitian
yang
adalah
menggunakan
peneliti
penelitian
data,
reduksi
data,
data
untuk
mengatasi
persoalan
permasalaan
keterbatasan energi tersebut.
untuk
D. PEMBAHASAN
dalam penelitian ini adalah agar hasil
1. Analisa Masalah
Tingginya konsumsi energi fosil
dari penelitian dapat dideskripsikan dan
dalam
penarikan
disebabkan
deskriptif
digambarkan
dan
alternatif kebijakan yang paling realistis
dari orang dan perilaku yang dapat
Alasan
yaitu:
minyak dan selanjutnya menawarkan
data
deskriptif berupa kata-kata atau lisan
diamati.
tahap
keterbatasan energi fosil khususnya
prosedur
menghasilkan
empat
adalah menganalisis akar masalah yang
dengan pendekatan analisis deskriptif.
kualitatif
Republik
kesimpulan. Fokus dari penelitian ini
dalam penelitian ini adalah kualitatif
metode
dari
Mineral
(BPPT),
kalimat
khususnya
yang
8
minyak
di
indonessia
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
faktor,
tingginya angka konsumsi bahan bakar
Diantaranya yang paling vital adalah
fosil khusunya BBM. Jika diteliti lebih
karena adanya subsidi yang diberikan
jauh, konsumen energi terbesar yang
oleh pemerintah. Akibat dari subsidi
ada di Indonesia dapat diklasifikasikan
tersebut membentuk pola konsumsi
ke
masyarakat terhadap BBM yang relatif
transportasi, industri, rumah tangga, dan
tinggi jika dibandingkan dengan energi
komersial. Secara lebih detail presentasi
lainnya. Selain itu, minimnya instalasi
konsumen energi tersebut sebagaimana
sumber energi selain energi fosil di
terlihat pada diagram berikut ini:
dipengaruhi
oleh
banyak
dalam
empat
sektor
yaitu
dalam negeri pun turut menyumbang
Gambar 3.
Tren Kebutuhan Energi Final pada Sektor Transportasi, Industri,
Rumah Tangga, dan Komersial
(Sumber: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011)
Berdasarkan keempat diagram di
peningkatan yang lebih cepat dibanding
atas, dapat diketahui bahwa kebutuhan
dengan sumber energi lainnya seperti
energi khususnya energi yang berasal
gas dan batubara dari tahun ke tahun.
dari minyak bumi cenderung mengalami
Dampak yang nantinya akan terjadi
9
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
apabila
tidak
ada
kebijakan
mampu menekan
energi
dari
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
tingkat
minyak
batubara 33%, non fosil 17% dan gas
yang
30%.
konsumsi
bumi
Artinya target yang harus dikejar
adalah
Indonesia akan mengalami defisit energi
untuk
menghadapi
minyak bumi dimana nanti satu-satunya
tingginya konsumsi energi minyak bumi
cara instan untuk memenuhi kebutuhan
adalah
tersebut adalah dengan cara impor
kebutuhan energi minyak bumi dengan
minyak bumi.
cara meningkatkan konsumsi energi
dengan
permasalahan
cara
mengkonversi
atas
yang bersumber dari batubara atau gas.
terlihat pula bahwa tingkat produksi
Jika target tersebut mampu terpenuhi
minyak bumi di Indonesia mengalami
maka kebutuhan energi di Indonesia
tren penurunan tajam dalam periode dua
akan cenderung aman dan konsumsi
puluh tahun, padahal tingkat konsumsi
minyak bumi dapat ditekan yang pada
energi dari minyak bumi selalu tinggi.
akhirnya juga akan berdampak positif
Sehingga
pada turunnya angka beban subsidi
Berdasarkan
diagram
Indonesia
mampu
di
yang
mengekspor
semula
energi
produksi
minyak
bumi
pada
APBN
Indonesia.
minyaknya justru akan menjadi negara
pengimpor minyak bumi. Jika hal ini
2. Alternatif Kebijakan
tidak diantisipasi dengan tepat dan
Untuk melakukan konversi energi
cepat, maka Indonesia akan benar-benar
agar kebutuhan minyak bumi tidak
mengalami krisis energi minyak bumi
terlalu banyak dan untuk menjaga
ataupun harga sumber energi jenis ini
neraca subsidi dalam APBN, maka
akan menjadi mahal dan tak terjangkau
mesyarakat.
Adapun
upaya
perlu ada beberapa alternatif kebijakan
yang
untuk
seharusnya dilakukan untuk mengatasi
permasalahan
yang
mungkin
Alternatif-alternatif
akan
dari
energi
quo
bumi
adalah
mempertahankan
sumber energi lainnya dengan target
minyak
kebijakan
yang
quo. Yang dimaksud tetap pada status
yang
bersumber dari minyak bumi, menuju
penggunaan
tersebut.
pertama, memaksakan tetap pada status
adalah dengan cara membuat kebijakan
energi
kondisi
dapat ditawarkan di antaranya adalah:
muncul sesuai dengan penjelasan di atas
konversi
mengatasi
tetap
kondisi
berupaya
seperti
sekarang ini meskipun ke depan jelas
20%,
semakin sulit dimana pemerintah hingga
10
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
saat
ini
tidak
begitu
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
opsi
banyak
yang
dipilih,
maka
untuk
mengembangkan energi alternatif dan
mempermudah pendistribusian bahan
terus memberikan subsidi yang sangat
bakar gas tersebut pembangunan pipa
besar terhadap energi minyak bumi baik
gas untuk perumahan di perkotaan dan
untuk
Kedua,
kawasan industri merupakan alternatif
penambahan kilang minyak nasional.
yang bisa digunakan untuk mengurangi
Alternatif ini ditempuh dengan cara
konsumsi
menambah jumlah kilang minyak yang
Penyaluran melalui pipa akan lebih
ada di Indonesia agar mampu mengolah
efektif
minyak bumi produksi dalam negeri
menggunakan
atau jika harus impor maka minyak
banyak ditemui saat ini. Keempat,
bumi yang diimpor adalah minyak
pembangunan Stasiun Pengisian Bahan
mentah saja. Impor minyak mentah
Bakar Gas (SPBG). Saat ini sektor
tentu sangat meringankan keuangan
transportasi
negara dibanding mengimpor minyak
energi
yang sudah diproses menjadi bahan
Indonesia yang jumlahnya diperkirakan
bakar siap pakai. Saat ini estimasi
akan terus meningkat ke depan. Apalagi
kebutuhan
bumi
dengan adanya program mobil-mobil
mencapai 1,5 juta barel per hari
murah dikhawatirkan akan membuat
sedangkan kemampuan kilang minyak
jumlah
kendaraan
di Indonesia untuk mengolah minyak
beredar
di
mentah menjadi minyak siap pakai
terkendali.
hanya sekitar 800.000 barel per hari.
cadangan minyak bumi dan mahalnya
Dengan melihat kondisi tersebut maka
harga minyak dunia, sektor transportasi
artinya adalah Indonesia setiap hari
pula lah yang sering menjadi penyebab
harus mengimpor minyak jadi sebesar
utama membengkaknya subsidi BBM.
700.000 barel per hari dan tentunya
Untuk
harganya jauh lebih tinggi daripada
menghemat
impor minyak mentah.
sangat perlu ada alternatif kebijakan
bensin
dan
energi
solar.
minyak
energi
minyak
dibandingkan
dengan
tabung-tabung
merupakan
minyak
itu
bumi.
bumi
konsumen
terbesar
bermotor
jalanan
semakin
Dengan
yang
di
yang
tak
terbatasnya
agar
Indonesia
bisa
subsidi
tersebut
maka
Ketiga, pembangunan saluran pipa
untuk membangun SPBG agar sektor
gas untuk wilayah perkotaan. Jika
transportasi bisa lebih mudah dalam
konversi minyak menuju gas adalah
mendapatkan bahan bakar di luar
11
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
minyak bumi. Dan kelima, peningkatan
dari
jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap
kriteria menggunakan nilai kumulatif
(PLTU). Opsi menambah jumlah PLTU
10. Jadi setiap bobot dari 5 alternatif
atau mengubah bahan baku listrik di
kebijakan tersebut memiliki nilai yang
beberapa pembangkit dilakukan dengan
berbeda-beda
mengganti bahan pembangkit
yang
maksimalnya adalah 10. Selain itu,
masih menggunakan bahan bakar solar
untuk mempermudah perhitungan maka
untuk
setiap alternatif diberi warna yang
diganti
menggunakan
energi
Gueller
dimana
tetapi
pembobotan
jumlah
nilai
berbeda berdasarkan skor. Skor 1 untuk
batubara.
alternatif
kolom berwarna merah, skor 2 untuk
kebijakan manakah yang paling sesuai
kolom berwarna kuning, dan skor 3
dan cocok untuk diterapkan dalam
untuk kolom berwarna hijau. Secara
rangka mencapai tujuan yang dimaksud
lebih detail dapat dilihat pada tabel di
di atas, maka penulis menggunakan
bawah ini).
Untuk
menguji
teknik analisis Matrix Display System
Tabel 1. Analisis Alternatif Kebijakan
Alternatif Kebijakan
Kriteria
Penghematan
APBN
Kemudaan
Implementasi
Dampak
Lingkungan
Pemanfaatan
Energi
Alternatif
Dampak Pada
Perekonomian
Skor Total
Penambahan
Kilang
Minyak
Pembangunan
Pipa Gas
Pembangunan
SPBG
Peningkatan
Jumlah
PLTU
Subsidi sangat
tinggi
Menghemat
APBN
Biaya
pengadaan
sangat tinggi
Biaya dapat
ditekan dengan
melibatkan
swasta
Menghemat
subsidi
minyak
Sangat mudah
Mudah, tapi
bahaya mafia
Cukup rumit
Mudah
Mudah
Polusi tinggi
Polusi tinggi
Polusi sedikit
Polusi sedikit
Polusi tinggi
Tidak ada
Tidak ada
Gas
Gas
Batubara
Sektor usaha
mendapat
subsidi
Sektor usaha
mendapat
subsidi
Biaya produksi
menurun
Peningkatan
belanja
masyarakat
16
Keterangan Skor
17
23
1
28
2
Tetap Pada
Status Quo
(Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2016)
12
Tersedianya
pasokan
listrik untuk
industri
26
3
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
Selanjutnya
Berdasarkan hasil analisis tabel
dalam
rangka
diatas, alternatif untuk membangun
mengimplementasikan
SPBG mendapatkan skor paling tinggi
kebijakan yang dipilih di atas, maka
yaitu dengan total nilai 28. Sehingga
cara yang dilakukan adalah dengan
berdasarkan analisis di atas maka
mengawali pembangunan SPBG di
alternatif yang terpilih dan dirasa paling
kota-kota
applicable
untuk
besar
terlebih
dahulu.
Pembangunan SPBG di kota besar
mengatasi
permasalahan energi adalah dengan cara
tersebut
kemudian
membangun
adanya
regulasi
SPBG.
alternatif
Pembangunan
yang
dengan
mewajibkan
SPBG bisa dilakukan dengan beberapa
kendaraan
cara, misalnya atas dasar kerjasama
tersebut menggunakan standar emisi
operasional, kerjasama kontrak, maupun
yang ketat. Sehingga nantinya seolah-
melalui kerjasama antara pemerintah
olah muncul pressure bahwa bahan
dengan pihak
mudah
bakar kendaraan tersebut harus berupa
permodalannya.
gas. Selanjutnya, pasokan BBM yang
Namun dalam hal ini yang perlu diingat
dialokasikan kepada SPBU di kawasan
adalah bahwa pembangunan SPBG
perkotaan
tidaklah ada artinya jika tidak dibarengi
Pengurangan ini bermaksud agar para
dengan kebijakan menasionalkan bahan
pemilik
bakar gas melalui penerapan regulasi-
membeli kendaraan berbahan bakar gas.
regulasi terkait transportasi dan lain
Dalam
sebagainya. Apabila moda transportasi
kebijakan ini, sang pembuat kebijakan
sudah beralih ke gas maka peran dari
atau policy maker harus berani dan
SPBG akan semakin vital. Dan apabila
tegas
program ini berhasil maka konsumsi
Karena jika tidak diimplementasikan
bahan
dengan tegas, maka kebijakan ini tidak
mendapatkan
bakar
swasta
akses
agar
minyak
bumi
akan
di
disertai
kawasan
harus
segera
kendaraan
berguna
dikurangi.
segera
implementasi
menjalankan
perkotaan
beralih
alternatif
aturan
menurun drastis sesuai dengan target
akan
yang telah ditentukan di atas yaitu pada
berpengaruh terhadap jumlah konsumsi
tahun 2025 dimana penggunaan energi
energi minyak bumi di Indonesia.
minyak bumi bisa ditekan menurun
Akibat
hingga mencapai 20% saja.
lingkungan hidup tentu meningkatnya
yang
dan
tersebut.
tidak
ditimbulkan
akan
pada
tingkat pencemaran akibat polusi yang
13
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
Sedangkan
ketergantungan akan kebutuhan energi
secara ekonomis anggaran subsidi BBM
fosil khususnya BBM di Indonesia
pun akan semakin menguras APBN.
harus
Padahal kita tahu bahwa subsidi BBM
anggaran subsidi energi fosil dalam
adalah salah satu pos yang setiap
APBN
tahunnya sangat menguras anggaran
pemanfaatan sumber energi lainnya
negara. Jika dibiarkan terus menerus ini
dapat dikembangkan sebesar-besarnya
akan menghambat pembangunan di
guna menghindari krisis energi di masa
sektor yang lainnya seperti peningkatan
depan.
semakin
tak
terkendali.
masih
memerlukan
yang
agar
sektor yaitu transportasi, industri, rumah
berjalannya proses politik dan isu
tangga, dan komersial. Tingkat produksi
politik. Pada aspek lingkungan, energi
minyak bumi di Indonesia mengalami
menjadi salah satu isu yang menarik
tren penurunan tajam dalam periode 20
yang hampir selalu dibahas pada setiap
tahun
diskusi mengenai perubahan iklim.
tingkat
menjadikan
sektor
relatif
dapat dikelompokkan ke dalam empat
politik, energi sangat mempengaruhi
meningkatnya
konsumsinya
energi terbesar yang ada di Indonesia
modernisasi suatu negara. Di aspek
semakin
pemerintah
energi selain energi fosil. Konsumen
salah satu ukuran bagi perkembangan
yang
pola
oleh
lainnya dan minimnya instalasi sumber
Pada aspek ekonomi, energi merupakan
perekonomian
dan
tinggi jika dibandingkan dengan energi
dari waktu ke waktu terus meningkat.
dan
diberikan
sehingga
Kebutuhan manusia akan energi
tinggi
ditekan
beban
faktor, seperti karena adanya subsidi
E. KESIMPULAN
penduduk
agar
di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa
perhatian
ekstra, pendidikan, dan kesehatan.
Mobilitas
dapat
dibuat
Tingginya konsumsi energi fosil
kelengkapan infrastruktur di perbatasan
yang
segera
terakhir,
sedangkan
tingkat
konsumsinya semakin tinggi. Untuk
melakukan konversi energi maka perlu
ada beberapa alternatif yang diantaranya
adalah: mempertahankan status quo,
industri, transportasi dan rumah tangga
penambahan kilang minyak nasional,
masyarakat berbanding lurus dengan
pembangunan
peningkatan kebutuhan sumber energi
perkotaan,
khususnya bahan bakar minyak (BBM).
saluran
pembangunan
pipa
gas
Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG),
Sehingga kebijakan untuk mengurangi
14
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
dan peningkatan jumlah Pembangkit
pembangunan SPBG di kota-kota besar
Listrik Tenaga Uap (PLTU).
terlebih dahulu, menerbitkan regulasi
Berdasarkan
hasil
analisis
yang
mewajibkan
kendaraan
di
berdasarkan model Gueller, alternatif
perkotaan menggunakan standar emisi
paling rasional yang terpilih untuk
yang ketat, dan mengurangi pasokan
mengatasi permasalahan energi adalah
BBM yang di alokasikan kepada SPBU
dengan
wilayah perkotaan agar para pemilik
cara
Apabila
membangun
program
diimplementasikan,
SPBG.
ini
berhasil
maka
konsumsi
kendaraan
beralih
berbahan
bakar
ke
gas.
kendaraan
Untuk
akan
mensukseskan program ini, pembuat
menurun drastis sesuai dengan target di
kebijakan harus berani dengan tegas.
tahun 2025 dimana penggunaan energi
Karena jika tidak diimplementasikan
minyak bumi bisa menurun hingga
dengan konsisten maka kebijakan ini
mencapai
Untuk
tidak akan berguna dan tidak akan
alternatif
berpengaruh terhadap jumlah konsumsi
bahan
bakar
minyak
20%.
mengimplementasikan
bumi
kebijakan tersebut, maka cara yang
energi minyak di Indonesia.
dilakukan adalah dengan mengawali
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. (2011). Outlook Energi Indonesia 2011.
Jakarta: BPPT Press.
Dunn, William. (2006). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2005). Blueprint Pengelolaan Energi
Nasional 2005-2025. Jakarta: Pusdatin Kementerian ESDM RI.
Kusuma, Bayu Mitra A. (2014). “The Role of Government in Overcoming Industrial
Development Impact toward Environmental Sustainability”. Jurnal Pembangunan
dan Alam Lestari Vol. 5 No. 1.
Miles, Matthew B. dan Michael A. Huberman. (1998). Qualitative Data Analysis: A
Source Book of New Methods. London: Sage Publication.
Moleong, Lexy J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
15
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
Reddy, B. Sudhakara dan Gaudenz B Assenza. (2009). “Climate Change: A Developing
Country Perspective”. Journal of Current Science Vol. 97, No. 1.
Shafritz, Jay M. dan Edward W. Russell. Introducing Public Administration. New
Jersey: Pearson Education.
Snyder, Craig A. (2008). Contemporary Security and Strategy. New York: Palgrave
Macmillan.
Stockholm Environment Institute. (2011). Understanding the Nexus: The Water,
Energy, and Food security Nexus. Background Paper for the Bonn 2011 Nexus
Conference. Stockholm: SEI.
United Nations Development Program. (2016). Sustainable Development Goals. New
York: United Nations Publication.
Wahab, Solichin Abdul. (2008). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM
Press.
__________. (2005). Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan. Jakarta: Bumi Aksara.
16
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
RESTORASI KETAHANAN ENERGI: ANALISIS KEBIJAKAN
KONVERSI SUMBER ENERGI NASIONAL DARI
MINYAK KE GAS
Oleh:
Zulmi Fajar Rukhmana
Program Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada
Email: rissingkingdom@yahoo.com
Bayu Mitra Adhyatma Kusuma
Prodi Manajemen Dakwah (Manajemen Publik Islam) UIN Sunan Kalijaga
Email: bayumitraa.kusuma@yahoo.com
ABSTRAK
Ketersediaan energi adalah salah satu barometer penting dalam pembangunan ekonomi
suatu negara di era modern seperti dewasa ini. Ditinjau dari aspek politik, energi
memiliki posisi yang sangat strategis sebagai komoditas politik bagi para pembuat
kebijakan. Sedangkan dari aspek lingkungan, energi dan penggunaannya yang dilakukan
secara besar-besaran adalah salah satu isu yang selalu dibahas pada setiap diskusi
kontemporer tentang perubahan iklim. Di Indonesia, hal ini sangat menarik untuk dikaji
karena mobilitas penduduk yang semakin tinggi dan meningkatnya perekonomian
berbanding lurus dengan kebutuhan energi baik di sektor industri, transportasi, maupun
rumah tangga yang pada umumnya masih bergantung pada bahan bakar minyak.
Beberapa alternatif kebijakan yang dapat dimunculkan untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah memaksa tetap pada status quo, penambahan kilang minyak,
pembangunan pipa gas perkotaan, pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas
(SPBG), dan peningkatan jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hasil
analisis penelitian yang dilakukan berdasarkan matrix display system dari Gueller
menunjukkan bahwa membangun SPBG adalah alternatif yang paling realistis untuk
diterapkan. Strategi implementasinya adalah dengan membangun SPBG di kota-kota
besar terlebih dahulu disertai dengan regulasi standar emisi yang ketat dan pengurangan
alokasi BBM untuk memaksa pemilik kendaraan beralih ke kendaraan berbahan bakar
gas. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, pendekatan deskriptif, dan
menekankan pada studi literatur.
Kata Kunci: Kebijakan Publik, Ketahanan Energi, Konversi Sumber Energi
1
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
ABSTRACT
The energy supply is one of important barometer for a country's economic development
in modern era like nowadays. From the political aspect, the energy has strategic
positioned as a political commodity for policy makers. While in environmental aspect,
energy and its uses in large number is one issue that is always discussed in any
contemporary discussion on climate change. In Indonesia, it is very interesting to study
because of the higher population mobility and economic growth is directly equivalent to
the energy needs in the industrial, transportation, and households which in general are
still dependent on fossil fuels. Some of the policy alternatives that appear to overcome
these problems are to keep the status quo, adding oil refineries, construction of urban
gas pipelines, constructing Fuel Gas Filling Station (SPBG), and the increase of Steam
Power number (PLTU). The analysis result which done with matrix display system from
Gueller showed that building SPBG is the most realistic alternative to be applied.
Implementation strategy is to build a gas fuel stations in major cities in advance
accompanied by strict regulation of emissions standards and the reduction of fuel
allocation for forcing vehicle owners to switch to natural gas vehicles. This study uses
qualitative research, descriptive approach, and emphasizes on the literature study.
Keywords: Public Policy, Energy Security, Energy Resource Conversion
sesuai
A. LATAR BELAKANG
Tidak dapat dipungkiri bahwa
dengan
kebudayaan
kebutuhan
masayarakat
dan
(Reddy,
kebutuhan manusia akan energi dari
2009). Ditinjau dari aspek ekonomi,
waktu ke waktu senantiasa meningkat.
sebagaimana telah dinyatakan di awal
Hal
bahwa energi merupakan salah satu
ini
sangat
wajar
karena
perkembangan energi menjadi salah
ukuran
satu
modernisasi
barometer
bagi
proses
bagi
perkembangan
suatu
atau
negara.
pembangunan ekonomi suatu negara.
Pembangunan
Keberadaan
telah
berbanding lurus dengan penggunaan
kekuatan
energi. Atau dengan kata lain jika
manusia pada sektor pertanian, industri,
semakin tinggi pembangunan ekonomi
dan pelayanan rumah tangga yang telah
suatu negara maka akan semakin tinggi
menyumbang pembangunan ekonomi
pula kebutuhan penggunaan energinya.
secara signifikan. Selain itu peningkatan
Apalagi saat ini Indonesia sedang aktif
energi
melakukan pembangunan nasional yang
mampu
energi
dianggap
menggantikan
akan
merangsang
aktivitas
ekonomi sejalan dengan penggunaan
merupakan
jenis energi baru oleh masyarakat yang
pembangunan
2
ekonomi
suatu
dianggap
rangkaian
upaya
berkelanjutan
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
sebagaimana tertuang dalam tujuan
oleh
negara-negara
nasional bangsa dan negara sesuai
mendatangkan konsekuensi penggunaan
mandat dari Undang-Undang Dasar
energi fosil yang berlebihan dan tak
1945 (Kusuma, 2014:24).
terbendung lagi. Penggunaan energi
dalam
Jika ditinjau dari aspek politik,
jumlah
energi memiliki potensi besar dalam
selanjutnya
mempengaruhi
dampak
berjalannya
proses
bagi
pencemaran
atau
sebagainya.
oleh
pemangku
menjadikan
energi
banyak
berbagai
lingkungan,
air,
ini
udara,
seperti
dan
lain
Praktik yang terjadi di Indonesia
kebijakan. Posisi energi yang strategis
akan
yang
dunia
melahirkan
politik dan isu-isu politik yang diangkat
diwacanakan
di
terkait
sebagai
penggunaan
energi
sangat
komoditas politik yang sangat menarik
menarik untuk dikaji secara lebih
bagi para pembuat kebijakan. Selama
mendalam. Hal ini karena mobilitas
ini isu-isu tentang kebijakan energi
penduduk Indonesia dewasa ini yang
memang
semakin
tinggi
khususnya dalam hal pengelolaan dan
tingkat
perekonomian
pemanfaatan energi, baik yang dikelola
sektor industri, transportasi, dan rumah
langsung oleh pemerintah ataupun lewat
tangga
investor. Dalam hal politik luar negeri
mempengaruhi peningkatan kebutuhan
misalnya, isu tentang energi merupakan
sumber energi khususnya bahan bakar
salah satu isu yang menjadi domain
minyak
utama pada sebagian besar perjanjian
energi yang tergolong sebagai energi
politik luar negeri baik yang sifatnya
fosil yang tak terbarukan, cadangannya
hubungan
bilateral,
multilateral,
terbatas,
maupun
regional
(Stockholm
lingkungan, dan dalam konteks di
2011:11).
Indonesia, sumber energi jenis ini
selalu
Environment
menjadi
Institute,
sorotan,
dan
meningkatnya
menjadikan
masyarakat
(BBM).
emisinya
sangatlah
BBM
dapat
merupakan
merusak
aspek
memberikan dampak besar pada beban
lingkungan, energi selalu menjadi salah
subsidi yang ditanggung oleh APBN.
satu isu menarik yang hampir selalu
Ini tak lepas dari fluktuatifnya harga
dibahas pada setiap diskusi kontemporer
minyak mentah dunia, melemahnya
mengenai
nilai
Adapun
jika
dikaji
perubahan
dari
iklim.
tukar
amerika
Pembangunan ekonomi yang dilakukan
3
rupiah
serikat,
terhadap
dan
dollar
jumlah
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
konsumsinya yang selalu meningkat
diagram tersebut juga terlihat bahwa
tanpa disertai peningkatan kapasitas
kebutuhan energi fosil khususnya yang
produksi
Akibatnya
berasal dari minyak bumi mengalami
kebijakan impor BBM menjadi tak
tren peningkatan sangat tajam yang
terelakkan
tentunya
dalam
lagi.
negeri.
Sungguh
ironis
akan
berkibat
pula pada
sebenarnya, sebuah negara anggota
meningkatnya beban subsidi energi
organisasi
penghasil
pada APBN Indonesia. Jika mengacu
minyak justru harus mengimpor BBM
pada data terkait subsidi energi fosil
untuk negaranya. Apalagi proyeksi
yang
kebutuhan energi final Indonesia sampai
selama tahun 2009-2012, jumlah subsidi
tahun 2025 diprediksi terus meningkat
untuk energi fosil memang mengalami
sebagaimana diagram berikut ini.
peningkatan yang pesat. Yaitu pada
internasional
dikeluarkan
oleh
pemerintah
tahun 2009 adalah sebesar Rp. 98,96
Gambar 1.
Proyeksi Kebutuhan Energi Final
Tahun 2009-2025
Trilyun, kemudian pada tahun 2010
meningkat menjadi Rp. 99,4 Trilyun,
selanjutnya tahun 2011 sebesar Rp.
127,73 Trilyun, dan pada tahun 2012
sebesar Rp. 225,35 Trilyun. Jumlah
subsidi
tersebut
mengalami
tren
peningkatan yang signifikan, sehingga
perlu adanya kebijakan untuk mengatasi
hal tersebut (Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, 2011).
Beban subsidi energi fosil yang
(Sumber: Badan Pengkajian dan
ditanggung oleh pemerintah indonesia
Penerapan Teknologi, 2011)
berdasarkan data tersebut merupakan
beban
Berdasarkan proyeksi kebutuhan
yang
pemerintah
berat,
tidaksegera
terlebih
jika
mengambil
energi final sampai tahun 2025 di atas
sikap untuk membuat kebijakan untuk
terlihat bahwa kebutuhan energi di
mengurangi
indonesia akan meningkat dua kali lipat
khususnya BBM. Beban subsidi energi
dalam periode lima belas tahun. Dalam
fosil dalam APBN yang meningkat
4
konsumsi
energi
fosil
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
tentu akan mengurangi alokasi anggaran
2016? Bisa dipastikan kebutuhan akan
belanja di sektor lainnya. Adapun
energi fosil juga semakin meningkat
kebijakan
mengingat
yang
bisa
dibuat
oleh
jumlah
kendaraan
dan
mengatasi
industri yang juga semakin meningkat
diantaranya
pesat. Jika dibiarkan hal ini tentu sangat
adalah dengan cara melakukan konversi
berbahaya mengingat cadangan minyak
bahan bakar fosil khususnya BBM
bumi
kepada sumber energi lainnya yang
menipis sebagaimana digambarkan pada
lebih murah, mudah didapat, dan ramah
diagram berikut ini.
pemerintah
untuk
permasalahan
tersebut
di
Indonesia
yang
semakin
lingkungan. Indonesia sebagai negara
Gambar 2.
Cadangan Minyak Bumi di Indonesia
Tahun 2000-2010
tropis yang begitu kaya akan sumber
daya alam baik yang renewable maupun
unrenewable semestinya dapat dengan
mudah mencari sumber-sumber energi
alternatif
baru
sebagai
pengganti
minyak. Namun faktanya upaya tersebut
tak
semudah
membalikkan
telapak
tangan.
Pada tahun 2006 saja, mayoritas
(52%) kebutuhan energi dipasok oleh
minyak bumi, 15 % dari batubara, 29%
(Sumber: Pusdatin Kementerian ESDM
dari gas, dan sisanya berasal dari
RI, 2005)
sumber energi hydro dan geothermal
(Pusdatin
Kementerian
ESDM
RI,
Dengan adanya permasalahan di
2005). Berdasarkan data tersebut dapat
atas, maka kebijakan untuk mengurangi
dilihat bahwa rasio ketergantungan
ketergantungan akan kebutuhan energi
sumber energi berupa minyak bumi di
fosil khususnya BBM di Indonesia
Indonesia sangatlah tinggi, padahal
harus segera direalisasikan. Hal ini agar
cadangan minyak bumi yang ada di
beban anggaran subsidi energi fosil
Indonesia tidaklah banyak dan jumlah
dalam APBN tidak terus membengkak
produksinya cenderung menurun tiap
dan agar sumber energi lainnya bisa
tahunnya. Lalu bagaimana dengan tahun
dikembangkan sebesar-besarnya secara
5
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
optimal. Ini bertujuan agar Indonesia
dampak
aman dari bahaya laten terjadinya krisis
diramalkan.
tingkat
publik
B. KAJIAN TEORITIK
konteks
makro
Public
Kebijakan
yang mengarah pada
tujuan
sesuatu yang diputuskan pemerintah
untuk dilakukan atau tidak dilakukan
yang
pemerintah
diusulkan oleh seseorang, kelompok,
dalam
mencapai
sasaran
tujuan
yang
atau
berakhir.
seraya
(Wahab,
ataupun
pemerintah
tidak
dengan
dilakukan
oleh
tujuan
untuk
mengatasi permasalahan tertentu yang
memberikan dua pandangan mengenai
muncul. Dalam kajian ini, analisis
kebijakan publik. Pertama, kebijakan
kebijakan
publik adalah tindakan-tindakan yang
publik
ditekankan
pada
kebijakan konversi sumber daya energi
dilakukan oleh pemerintah. Kedua,
nasional guna mewujudkan ketahanan
kebijakan publik adalah keputusan-
energi. Model analisis kebijakan publik
keputusan yang mempunyai tujuan atau
dan
berdasarkan
adalah segala sesuatu yang dilakukan
Wahab (2008, 51-52) secara lebih jauh
tertentu
Sehingga
disimpulkan bahwa kebijakan publik
2005:3). Di dalam buku yang lain
sasaran
pada
pengertian-pengertian di atas dapat
untuk
mewujudkan
diinginkan
perhatian
publik adalah proses yang tak pernah
tertentu sehubungan dengan adanya
peluang-peluang
dengan
permasalahan tertentu, dan kebijakan
lingkungan
tertentu
menjelaskan
Administration
bahwa kebijakan publik adalah segala
dapat
didefinisikan sebagai suatu tindakan
mencari
lebih
(2005:52) dalam bukunya Introducing
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
hambatan-hambatan
kurang
Adapun menurut Shafritz dan Russell
baik dalam konteks mikro individu
pemerintah
yang
panjang
kantor atau badan-badan pemerintah.
tak terpisahkan dari kehidupan manusia
atau
rangkaian
tidak berbuat, yang dibuat oleh kantor-
Kebijakan adalah aktivitas yang
bernegara.
Dunn
berhubungan, termasuk keputusan untuk
1. Kebijakan Publik
dan
dapat
menurut
adalah
pilihan-pilihan
dalam
yang
(2006:65), public policy atau kebijakan
perekonomian
nasional yang saat ini terus bertumbuh.
maupun
akibat
Sedangkan
energi yang dikhawatirkan juga akan
menyurutkan
atau
yang digunakan adalah model matrix
mempunyai
display system dari Gueller.
6
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
memberikan perhatian yang besar pada
2. Ketahanan Energi
ketahanan energi dimana dalam poin
Menurut Snyder (2008:1), pasca
ke-7 SDGs disebutkan bahwa salah satu
berakhirnya perang dingin, konsep baru
tujuan yang akan dicapai adalah energi
tentang ketahanan tidak hanya terkait
yang bersih dan layak. SDGs muncul
dengan dunia militer semata, tapi juga
untuk meneruskan cita-cita luhur dari
tentang politik, ekonomi, dan realitas
Millenium
sosial dalam pembangunan. Salah satu
kelangsungan
adalah
ketahanan
Stockholm
(2011:11),
hidup
manusia
energi.
Menurut
Environment
ketahanan
masih sangat tergantung pada sumber
energi fosil terutama minyak bumi,
termasuk di Indonesia. Sehingga saat ini
Institute
energi
kita
telah
mencari
alternatif
sebagai
kini dan di masa yang akan datang.
layak untuk berbagai macam aktivitas
tangga
energi
terus
menunjang kehidupan manusia di masa
layanan energi yang bersih, reliabel, dan
rumah
untuk
konversi pengganti minyak bumi untuk
Bangsa (PBB) sebagai tersedianya akses
dari
dituntut
sumber
didefinisikan oleh Perserikatan Bangsa-
mulai
Goals
(MDGs). Namun sayangnya manusia
konsep ketahanan yang sangat penting
bagi
Development
Salah
sampai
satu
jalan
yang
layak
dikedepankan adalah melalui konversi
aktivitas produksi yang lebih besar yang
sumber energi nasional.
ditandai dengan harga yang pantas serta
tetap
memperhatikan
lingkungan.
Lebih
kelestarian
jauh
3. Konversi Sumber Energi
Konversi dalam Kamus Besar
Stockholm
Environment Institute juga menjelaskan
Bahasa
bahwa ketahanan energi itu sendiri
peralihan fungsi. Sedangkan pengertian
kerap menjadi frame permasalahan
sumber energi adalah segala sesuatu di
geopolitik di dunia, khususnya isu
sekitar kita yang mampu menghasilkan
mengenai suplai ketersediaan energi
energi. Hal ini yang mendasari bahwa
fosil. Kebutuhan akan minyak bumi tak
konversi energi sumber adalah peralihan
jarang mengakibatkan konflik antar
manfaat dari sumber energi yang satu ke
negara yang berujung peperangan.
sumber energi yang lainya. Seperti
United
Nations
misalnya
Development
Indonesia
konversi
(KBBI)
sumber
adalah
energi
Program (2016) melalui Sustainable
minyak menjadi gas oleh pemerintah
Development
atas dasar kelangkaan yang terjadi pada
Goals
(SDGs)
juga
7
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
bahan bakar minyak. Bahkan jika
sistematis, faktual dan akurat mengenai
ditinjau dari pesrpektif Nexus yang
fakta dan hubungan antar fenomena,
dihasilkan dari konferensi solusi untuk
khususnya
ekonomi hijau yang dilakukan di Bonn
energi nasional. Teknik pengumpulan
tahun 2011, ketersediaan energi sangat
data dilakukan melalui studi literatur,
berpengaruh pada ketersediaan air dan
sehingga penulis melakukan analisis
makanan di suatu negara (Stockholm
berdasarkan
Environment Institute, 2011). Untuk
dokumen terkait yang didapatkan dari
itulah
media massa, laporan Badan Pengkajian
pemerintah
Indonesia
mulai
dalam
konversi
sumber
naskah-naskah
menggalakkan cara agar minyak tanah
dan
bisa dikonversi menjadi gas. Pada
laporan Pusat Data dan Informasi
dasarnya
(Pusdatin) Kementerian Energi dan
ini
bukanlah
hal
baru.
Penerapan
Teknologi
dan
Mengingat konversi energi sudah lama
Sumber
dilakukan
orang-orang Eropa.
Indonesia, dan lain sebagainya. Metode
Bahkan saat ini beberapa negara Asia
analisis data yang digunakan dalam
telah menerapkan kebijakan tersebut.
penelitian ini adalah metode Interaktif
Ini
Miles dan Huberman (1998) yang
oleh
penting
agar
Indonesia
tidak
Daya
mengalami krisis energi di masa depan.
terdiri
.
C. METODE PENELITIAN
pengumpulan
penyajian
Jenis penelitian yang digunakan
muncul
Moleong (2000:6) menyatakan bahwa
penelitian
yang
adalah
menggunakan
peneliti
penelitian
data,
reduksi
data,
data
untuk
mengatasi
persoalan
permasalaan
keterbatasan energi tersebut.
untuk
D. PEMBAHASAN
dalam penelitian ini adalah agar hasil
1. Analisa Masalah
Tingginya konsumsi energi fosil
dari penelitian dapat dideskripsikan dan
dalam
penarikan
disebabkan
deskriptif
digambarkan
dan
alternatif kebijakan yang paling realistis
dari orang dan perilaku yang dapat
Alasan
yaitu:
minyak dan selanjutnya menawarkan
data
deskriptif berupa kata-kata atau lisan
diamati.
tahap
keterbatasan energi fosil khususnya
prosedur
menghasilkan
empat
adalah menganalisis akar masalah yang
dengan pendekatan analisis deskriptif.
kualitatif
Republik
kesimpulan. Fokus dari penelitian ini
dalam penelitian ini adalah kualitatif
metode
dari
Mineral
(BPPT),
kalimat
khususnya
yang
8
minyak
di
indonessia
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
faktor,
tingginya angka konsumsi bahan bakar
Diantaranya yang paling vital adalah
fosil khusunya BBM. Jika diteliti lebih
karena adanya subsidi yang diberikan
jauh, konsumen energi terbesar yang
oleh pemerintah. Akibat dari subsidi
ada di Indonesia dapat diklasifikasikan
tersebut membentuk pola konsumsi
ke
masyarakat terhadap BBM yang relatif
transportasi, industri, rumah tangga, dan
tinggi jika dibandingkan dengan energi
komersial. Secara lebih detail presentasi
lainnya. Selain itu, minimnya instalasi
konsumen energi tersebut sebagaimana
sumber energi selain energi fosil di
terlihat pada diagram berikut ini:
dipengaruhi
oleh
banyak
dalam
empat
sektor
yaitu
dalam negeri pun turut menyumbang
Gambar 3.
Tren Kebutuhan Energi Final pada Sektor Transportasi, Industri,
Rumah Tangga, dan Komersial
(Sumber: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2011)
Berdasarkan keempat diagram di
peningkatan yang lebih cepat dibanding
atas, dapat diketahui bahwa kebutuhan
dengan sumber energi lainnya seperti
energi khususnya energi yang berasal
gas dan batubara dari tahun ke tahun.
dari minyak bumi cenderung mengalami
Dampak yang nantinya akan terjadi
9
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
apabila
tidak
ada
kebijakan
mampu menekan
energi
dari
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
tingkat
minyak
batubara 33%, non fosil 17% dan gas
yang
30%.
konsumsi
bumi
Artinya target yang harus dikejar
adalah
Indonesia akan mengalami defisit energi
untuk
menghadapi
minyak bumi dimana nanti satu-satunya
tingginya konsumsi energi minyak bumi
cara instan untuk memenuhi kebutuhan
adalah
tersebut adalah dengan cara impor
kebutuhan energi minyak bumi dengan
minyak bumi.
cara meningkatkan konsumsi energi
dengan
permasalahan
cara
mengkonversi
atas
yang bersumber dari batubara atau gas.
terlihat pula bahwa tingkat produksi
Jika target tersebut mampu terpenuhi
minyak bumi di Indonesia mengalami
maka kebutuhan energi di Indonesia
tren penurunan tajam dalam periode dua
akan cenderung aman dan konsumsi
puluh tahun, padahal tingkat konsumsi
minyak bumi dapat ditekan yang pada
energi dari minyak bumi selalu tinggi.
akhirnya juga akan berdampak positif
Sehingga
pada turunnya angka beban subsidi
Berdasarkan
diagram
Indonesia
mampu
di
yang
mengekspor
semula
energi
produksi
minyak
bumi
pada
APBN
Indonesia.
minyaknya justru akan menjadi negara
pengimpor minyak bumi. Jika hal ini
2. Alternatif Kebijakan
tidak diantisipasi dengan tepat dan
Untuk melakukan konversi energi
cepat, maka Indonesia akan benar-benar
agar kebutuhan minyak bumi tidak
mengalami krisis energi minyak bumi
terlalu banyak dan untuk menjaga
ataupun harga sumber energi jenis ini
neraca subsidi dalam APBN, maka
akan menjadi mahal dan tak terjangkau
mesyarakat.
Adapun
upaya
perlu ada beberapa alternatif kebijakan
yang
untuk
seharusnya dilakukan untuk mengatasi
permasalahan
yang
mungkin
Alternatif-alternatif
akan
dari
energi
quo
bumi
adalah
mempertahankan
sumber energi lainnya dengan target
minyak
kebijakan
yang
quo. Yang dimaksud tetap pada status
yang
bersumber dari minyak bumi, menuju
penggunaan
tersebut.
pertama, memaksakan tetap pada status
adalah dengan cara membuat kebijakan
energi
kondisi
dapat ditawarkan di antaranya adalah:
muncul sesuai dengan penjelasan di atas
konversi
mengatasi
tetap
kondisi
berupaya
seperti
sekarang ini meskipun ke depan jelas
20%,
semakin sulit dimana pemerintah hingga
10
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
saat
ini
tidak
begitu
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
opsi
banyak
yang
dipilih,
maka
untuk
mengembangkan energi alternatif dan
mempermudah pendistribusian bahan
terus memberikan subsidi yang sangat
bakar gas tersebut pembangunan pipa
besar terhadap energi minyak bumi baik
gas untuk perumahan di perkotaan dan
untuk
Kedua,
kawasan industri merupakan alternatif
penambahan kilang minyak nasional.
yang bisa digunakan untuk mengurangi
Alternatif ini ditempuh dengan cara
konsumsi
menambah jumlah kilang minyak yang
Penyaluran melalui pipa akan lebih
ada di Indonesia agar mampu mengolah
efektif
minyak bumi produksi dalam negeri
menggunakan
atau jika harus impor maka minyak
banyak ditemui saat ini. Keempat,
bumi yang diimpor adalah minyak
pembangunan Stasiun Pengisian Bahan
mentah saja. Impor minyak mentah
Bakar Gas (SPBG). Saat ini sektor
tentu sangat meringankan keuangan
transportasi
negara dibanding mengimpor minyak
energi
yang sudah diproses menjadi bahan
Indonesia yang jumlahnya diperkirakan
bakar siap pakai. Saat ini estimasi
akan terus meningkat ke depan. Apalagi
kebutuhan
bumi
dengan adanya program mobil-mobil
mencapai 1,5 juta barel per hari
murah dikhawatirkan akan membuat
sedangkan kemampuan kilang minyak
jumlah
kendaraan
di Indonesia untuk mengolah minyak
beredar
di
mentah menjadi minyak siap pakai
terkendali.
hanya sekitar 800.000 barel per hari.
cadangan minyak bumi dan mahalnya
Dengan melihat kondisi tersebut maka
harga minyak dunia, sektor transportasi
artinya adalah Indonesia setiap hari
pula lah yang sering menjadi penyebab
harus mengimpor minyak jadi sebesar
utama membengkaknya subsidi BBM.
700.000 barel per hari dan tentunya
Untuk
harganya jauh lebih tinggi daripada
menghemat
impor minyak mentah.
sangat perlu ada alternatif kebijakan
bensin
dan
energi
solar.
minyak
energi
minyak
dibandingkan
dengan
tabung-tabung
merupakan
minyak
itu
bumi.
bumi
konsumen
terbesar
bermotor
jalanan
semakin
Dengan
yang
di
yang
tak
terbatasnya
agar
Indonesia
bisa
subsidi
tersebut
maka
Ketiga, pembangunan saluran pipa
untuk membangun SPBG agar sektor
gas untuk wilayah perkotaan. Jika
transportasi bisa lebih mudah dalam
konversi minyak menuju gas adalah
mendapatkan bahan bakar di luar
11
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
minyak bumi. Dan kelima, peningkatan
dari
jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap
kriteria menggunakan nilai kumulatif
(PLTU). Opsi menambah jumlah PLTU
10. Jadi setiap bobot dari 5 alternatif
atau mengubah bahan baku listrik di
kebijakan tersebut memiliki nilai yang
beberapa pembangkit dilakukan dengan
berbeda-beda
mengganti bahan pembangkit
yang
maksimalnya adalah 10. Selain itu,
masih menggunakan bahan bakar solar
untuk mempermudah perhitungan maka
untuk
setiap alternatif diberi warna yang
diganti
menggunakan
energi
Gueller
dimana
tetapi
pembobotan
jumlah
nilai
berbeda berdasarkan skor. Skor 1 untuk
batubara.
alternatif
kolom berwarna merah, skor 2 untuk
kebijakan manakah yang paling sesuai
kolom berwarna kuning, dan skor 3
dan cocok untuk diterapkan dalam
untuk kolom berwarna hijau. Secara
rangka mencapai tujuan yang dimaksud
lebih detail dapat dilihat pada tabel di
di atas, maka penulis menggunakan
bawah ini).
Untuk
menguji
teknik analisis Matrix Display System
Tabel 1. Analisis Alternatif Kebijakan
Alternatif Kebijakan
Kriteria
Penghematan
APBN
Kemudaan
Implementasi
Dampak
Lingkungan
Pemanfaatan
Energi
Alternatif
Dampak Pada
Perekonomian
Skor Total
Penambahan
Kilang
Minyak
Pembangunan
Pipa Gas
Pembangunan
SPBG
Peningkatan
Jumlah
PLTU
Subsidi sangat
tinggi
Menghemat
APBN
Biaya
pengadaan
sangat tinggi
Biaya dapat
ditekan dengan
melibatkan
swasta
Menghemat
subsidi
minyak
Sangat mudah
Mudah, tapi
bahaya mafia
Cukup rumit
Mudah
Mudah
Polusi tinggi
Polusi tinggi
Polusi sedikit
Polusi sedikit
Polusi tinggi
Tidak ada
Tidak ada
Gas
Gas
Batubara
Sektor usaha
mendapat
subsidi
Sektor usaha
mendapat
subsidi
Biaya produksi
menurun
Peningkatan
belanja
masyarakat
16
Keterangan Skor
17
23
1
28
2
Tetap Pada
Status Quo
(Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2016)
12
Tersedianya
pasokan
listrik untuk
industri
26
3
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
Selanjutnya
Berdasarkan hasil analisis tabel
dalam
rangka
diatas, alternatif untuk membangun
mengimplementasikan
SPBG mendapatkan skor paling tinggi
kebijakan yang dipilih di atas, maka
yaitu dengan total nilai 28. Sehingga
cara yang dilakukan adalah dengan
berdasarkan analisis di atas maka
mengawali pembangunan SPBG di
alternatif yang terpilih dan dirasa paling
kota-kota
applicable
untuk
besar
terlebih
dahulu.
Pembangunan SPBG di kota besar
mengatasi
permasalahan energi adalah dengan cara
tersebut
kemudian
membangun
adanya
regulasi
SPBG.
alternatif
Pembangunan
yang
dengan
mewajibkan
SPBG bisa dilakukan dengan beberapa
kendaraan
cara, misalnya atas dasar kerjasama
tersebut menggunakan standar emisi
operasional, kerjasama kontrak, maupun
yang ketat. Sehingga nantinya seolah-
melalui kerjasama antara pemerintah
olah muncul pressure bahwa bahan
dengan pihak
mudah
bakar kendaraan tersebut harus berupa
permodalannya.
gas. Selanjutnya, pasokan BBM yang
Namun dalam hal ini yang perlu diingat
dialokasikan kepada SPBU di kawasan
adalah bahwa pembangunan SPBG
perkotaan
tidaklah ada artinya jika tidak dibarengi
Pengurangan ini bermaksud agar para
dengan kebijakan menasionalkan bahan
pemilik
bakar gas melalui penerapan regulasi-
membeli kendaraan berbahan bakar gas.
regulasi terkait transportasi dan lain
Dalam
sebagainya. Apabila moda transportasi
kebijakan ini, sang pembuat kebijakan
sudah beralih ke gas maka peran dari
atau policy maker harus berani dan
SPBG akan semakin vital. Dan apabila
tegas
program ini berhasil maka konsumsi
Karena jika tidak diimplementasikan
bahan
dengan tegas, maka kebijakan ini tidak
mendapatkan
bakar
swasta
akses
agar
minyak
bumi
akan
di
disertai
kawasan
harus
segera
kendaraan
berguna
dikurangi.
segera
implementasi
menjalankan
perkotaan
beralih
alternatif
aturan
menurun drastis sesuai dengan target
akan
yang telah ditentukan di atas yaitu pada
berpengaruh terhadap jumlah konsumsi
tahun 2025 dimana penggunaan energi
energi minyak bumi di Indonesia.
minyak bumi bisa ditekan menurun
Akibat
hingga mencapai 20% saja.
lingkungan hidup tentu meningkatnya
yang
dan
tersebut.
tidak
ditimbulkan
akan
pada
tingkat pencemaran akibat polusi yang
13
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
Sedangkan
ketergantungan akan kebutuhan energi
secara ekonomis anggaran subsidi BBM
fosil khususnya BBM di Indonesia
pun akan semakin menguras APBN.
harus
Padahal kita tahu bahwa subsidi BBM
anggaran subsidi energi fosil dalam
adalah salah satu pos yang setiap
APBN
tahunnya sangat menguras anggaran
pemanfaatan sumber energi lainnya
negara. Jika dibiarkan terus menerus ini
dapat dikembangkan sebesar-besarnya
akan menghambat pembangunan di
guna menghindari krisis energi di masa
sektor yang lainnya seperti peningkatan
depan.
semakin
tak
terkendali.
masih
memerlukan
yang
agar
sektor yaitu transportasi, industri, rumah
berjalannya proses politik dan isu
tangga, dan komersial. Tingkat produksi
politik. Pada aspek lingkungan, energi
minyak bumi di Indonesia mengalami
menjadi salah satu isu yang menarik
tren penurunan tajam dalam periode 20
yang hampir selalu dibahas pada setiap
tahun
diskusi mengenai perubahan iklim.
tingkat
menjadikan
sektor
relatif
dapat dikelompokkan ke dalam empat
politik, energi sangat mempengaruhi
meningkatnya
konsumsinya
energi terbesar yang ada di Indonesia
modernisasi suatu negara. Di aspek
semakin
pemerintah
energi selain energi fosil. Konsumen
salah satu ukuran bagi perkembangan
yang
pola
oleh
lainnya dan minimnya instalasi sumber
Pada aspek ekonomi, energi merupakan
perekonomian
dan
tinggi jika dibandingkan dengan energi
dari waktu ke waktu terus meningkat.
dan
diberikan
sehingga
Kebutuhan manusia akan energi
tinggi
ditekan
beban
faktor, seperti karena adanya subsidi
E. KESIMPULAN
penduduk
agar
di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa
perhatian
ekstra, pendidikan, dan kesehatan.
Mobilitas
dapat
dibuat
Tingginya konsumsi energi fosil
kelengkapan infrastruktur di perbatasan
yang
segera
terakhir,
sedangkan
tingkat
konsumsinya semakin tinggi. Untuk
melakukan konversi energi maka perlu
ada beberapa alternatif yang diantaranya
adalah: mempertahankan status quo,
industri, transportasi dan rumah tangga
penambahan kilang minyak nasional,
masyarakat berbanding lurus dengan
pembangunan
peningkatan kebutuhan sumber energi
perkotaan,
khususnya bahan bakar minyak (BBM).
saluran
pembangunan
pipa
gas
Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG),
Sehingga kebijakan untuk mengurangi
14
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
dan peningkatan jumlah Pembangkit
pembangunan SPBG di kota-kota besar
Listrik Tenaga Uap (PLTU).
terlebih dahulu, menerbitkan regulasi
Berdasarkan
hasil
analisis
yang
mewajibkan
kendaraan
di
berdasarkan model Gueller, alternatif
perkotaan menggunakan standar emisi
paling rasional yang terpilih untuk
yang ketat, dan mengurangi pasokan
mengatasi permasalahan energi adalah
BBM yang di alokasikan kepada SPBU
dengan
wilayah perkotaan agar para pemilik
cara
Apabila
membangun
program
diimplementasikan,
SPBG.
ini
berhasil
maka
konsumsi
kendaraan
beralih
berbahan
bakar
ke
gas.
kendaraan
Untuk
akan
mensukseskan program ini, pembuat
menurun drastis sesuai dengan target di
kebijakan harus berani dengan tegas.
tahun 2025 dimana penggunaan energi
Karena jika tidak diimplementasikan
minyak bumi bisa menurun hingga
dengan konsisten maka kebijakan ini
mencapai
Untuk
tidak akan berguna dan tidak akan
alternatif
berpengaruh terhadap jumlah konsumsi
bahan
bakar
minyak
20%.
mengimplementasikan
bumi
kebijakan tersebut, maka cara yang
energi minyak di Indonesia.
dilakukan adalah dengan mengawali
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. (2011). Outlook Energi Indonesia 2011.
Jakarta: BPPT Press.
Dunn, William. (2006). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2005). Blueprint Pengelolaan Energi
Nasional 2005-2025. Jakarta: Pusdatin Kementerian ESDM RI.
Kusuma, Bayu Mitra A. (2014). “The Role of Government in Overcoming Industrial
Development Impact toward Environmental Sustainability”. Jurnal Pembangunan
dan Alam Lestari Vol. 5 No. 1.
Miles, Matthew B. dan Michael A. Huberman. (1998). Qualitative Data Analysis: A
Source Book of New Methods. London: Sage Publication.
Moleong, Lexy J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
15
http://ejournal.wiraraja.ac.id/FISIP
Policy Corner Vol. 9 No.1 (2016)
ISSN: 2087-9516
Reddy, B. Sudhakara dan Gaudenz B Assenza. (2009). “Climate Change: A Developing
Country Perspective”. Journal of Current Science Vol. 97, No. 1.
Shafritz, Jay M. dan Edward W. Russell. Introducing Public Administration. New
Jersey: Pearson Education.
Snyder, Craig A. (2008). Contemporary Security and Strategy. New York: Palgrave
Macmillan.
Stockholm Environment Institute. (2011). Understanding the Nexus: The Water,
Energy, and Food security Nexus. Background Paper for the Bonn 2011 Nexus
Conference. Stockholm: SEI.
United Nations Development Program. (2016). Sustainable Development Goals. New
York: United Nations Publication.
Wahab, Solichin Abdul. (2008). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM
Press.
__________. (2005). Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan. Jakarta: Bumi Aksara.
16