Analisis Peran Fasilitas Pembiayaan Daru

ANALISIS PERAN KEBIJAKAN FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT
(FPD) TERHADAP STABILITAS SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas UAS Kebanksentralan

Diusulkan Oleh :
Mohammad ZeqiYasin

(Ekonomi Pembangunan/2013)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izin-Nya penulis
dapat

menyelesaikan


makalah

yang

berjudul

“ANALISIS

PERAN

KEBIJAKAN FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT (FPD) TERHADAP
STABILITAS SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA ”
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebanksentralan.
Rasanya tidak berlebihan jika penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis sehingga Makalah ini bisa
terselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih ini terutama penulis sampaikan kepada:
1. Bu Wasiaturrahma,

Dr., SE.,


M.Si.

selalu dosen mata kuliah

Kebanksentralan
2. Orang tua penulis yang telah memberikan penulis izin, dana, dan
dukungan moral sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu dan tanpa hambatan yang berarti.
3. Teman-teman penulis di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Airlangga, yang telah banyak membantu dan memberi kebahagiaan yang
tak terhingga.
4. Dan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Terima kasih.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Surabaya, 22 Juni 2016


Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................................. iii
Daftar Gambar .................................................................................................................... iv
Abstrak................................................................................................................................. v
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD)............................................................................... 5
2.2 Stabilitas Sistem Keuangan............................................................................................. 7
2.3 Bantuan Langsung Bank Indonesia (BLBI).................................................................... 9
2.4 Penelitian Sebelumnya .................................................................................................... 9

2.5 Kerangka Berpikir........................................................................................................... 10
BAB III : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Stabilitas Bank Umum di Indonesia .................................................................. 11
3.2 Transmisi Kebijakan Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) dalam Menjaga
Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia .............................................................................. 14
BAB IV : PENUTUP
4.1 Simpulan ......................................................................................................................... 17
4.2 Saran................................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 19

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Jumlah Kantor Bank Umum Tahun 2011-2015 ............................ 2
Gambar 1.2 : Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia Tahun 2013-2015 .. 2
Gambar 2.1 : Proses Permohonan dan Pemberian Fasilitas Pembiayaan Darurat
(FPD)................................................................................................................... 6
Gambar 2.2 : Karakteristik Stabilitas Sistem Keuangan (SSK).......................... 8
Gambar 3.1 : Financial Sytem di Indonesia Tahun 2009.................................... 11
Gambar 3.2 : Pola Pergerakan Risiko Kredit dan Periode Krisis Perbankan Tahun

2000-2014 ........................................................................................................... 12
Gambar 3.3 : Pola Pergerakan Risiko Likuiditas dan Periode Krisis Perbankan
Tahun 2000-2014 ................................................................................................ 12
Gambar 3.4 : Pola Pergerakan Risiko Pasar dan Periode Krisis Perbankan Tahun
2000-2014 ........................................................................................................... 13
Gambar 3.5 : Pola Pergerakan Indeks Kerentanan Perbankan dan Peride Krisis
Tahun 2000-2014 ................................................................................................ 14
Gambar 3.6 : Transmisi FPD Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia
............................................................................................................................. 15

iv

ANALISIS PERAN KEBIJAKAN FASILITAS PEMBIAYAAN DARURAT
(FPD) TERHADAP STABILITAS SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA
Mohammad Zeqi Yasin1
1

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK

Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) menjadi permasalahan yang harus
diperhatikan oleh pemerintah melalui Kementerian Keuangan. Pemerintah harus
menggagas kebijakan yang transmisinya mendukung terciptanya SSK di
Indonesia. Kebijakan yang ada saat ini adalah Fasilitas Pembiayaan Darurat
(FPD). Tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui kondisi stabilitas bank
umum di Indonesia sebagai sasaran pelaksanaan kebijakan FPD dan mengetahui
transmisi kebijakan FPD dalam menjaga stabilitas system keuangan di Indonesia.
Kondisi stabilitas perbankan di Indonesia berdasarkan indeks kerentanan dengan
pertimbangan beberapa indikator menunjukkan performa yang cukup baik. Hal
tersebut didasarkan pada upaya Indonesia setelah adanya krisis yang terjadi pada
tahun 2008. Adanya indeks kerentanan perbankan yang cukup stabil juga dapat
menggambarkan kesiapan suatu kebijakan yang nantinya akan ditujukan pada
lembaga keuangan untuk stabilitas sistem keuangan. Transmisi Fasilitas
Pembiayaan Darurat (FPD) bagi stabilitas sistem keuangan adalah melalui adanya
berbagai kondisi bank umum berkaitan dengan sistemik. Adanya permasalahanpermasalahan sistemik yang dimiliki perbankan, likuiditas misalnya, dapat
mengganggu stabilitas sistem keuangan. Sehingga FPD hadir untuk mengatasi
potensi permasalahan tersebut. Selain itu, program BLBI yang sebelumnya
menuai kontroversi karena rendahnya regulasi juga menjadi evaluasi pada
program FPD ini. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga SSK melalui FPD,
diharapkan pemerintah dapat serius dan menerapkan regulasi yang baik sehingga

implementasinya dapat efektif.

Kata Kunci : Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD), Bank Indonesia, Bank
Umum, Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)

v

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997
memberikan pelajaran berharga tentang urgensi membangun sistem keuangan
yang siap dan kuaat terhadap permasalahan krisis di Indonesia (Bank Indonesia,
2005). Krisis yang telah melanda berbagai sektor termasuk perbankan tersebut
telah mengakibatkan berbagai kerugian. Pada awal Juli tahun 1997, telah terjadi
gejolak nilai tukar yang secara bersamaan pemerintah melakukan pengetatan
likuiditas (Tambunan, 2010). Selain itu, banyak perbankan yang melakukan
pengetatan likuiditas hingga suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB)
mencapai 300 persen (Bank Indonesia, Tanpa Tahun). Dampaknya adalah
kemunculan krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional,

utamanya setelah pencabutan izin usaha 16 bank pada 1 November 1997
(Tambunan, 2010).
Kondisi krisis kepercayaan yang pernah melanda Indonesia tersebut
seharusnya mampu diatas dengan upaya penguatan sistem keuangan yang ada.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, kebijakan yang ditempuh antara lain
melalui restrukturisasi lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pemeliharaan
stabilitas keuangan dan membangun mekanisme koordinasi antar lembaga
tersebut (Bank Indonesia, 2005). Sehingga penguatan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kembali kepercayaan masyarakat pascakrisis yang melanda pada
tahun 1998.
Namun, upaya penguatan stabilitas sistem keuangan seharusnya ditargetkan
pada lembaga-lembaga yang tinggi jumlahnya di Indonesia, yakni perbankan.
Sehingga dengan jumlah yang tinggi, industri perbankan menjadi salah satu
senjata

untuk

meningkatkan

kembali


kepercayaan

masyarakat

dalam

memanfaatkan lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Berdasarkan data
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (2015), jumlah pendirian kantor perbankan di

1

Indonesia telah mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga tahun 2015
(gambar 1.1).

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, 2015
Gambar 1.1 : Jumlah Kantor Bank Umum di Indonesia Tahun 2011-2015
Berdasarkan gambar diatas, jumlah kantor bank umum di Indonesia pada
tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami peningkatan. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan mulai

meningkat kembali, terutama pascakrisis tahun 1998.
Selain dari jumlah kantor perbankan yang semakin meningkat, tingkat
kepercayaan masyarakat yang semakin meningkat juga terlihat pada pertumbuhan
kredit perbankan pada tahun 2013 hingga tahun 2015 (gambar 1.2).

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, 2015
Gambar 1.2 : Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia Tahun 20132015
2

Berdasarkan gambar 1.2, pertumbuhan kredit perbankan pada bulan Agustus 2015
adalah sebesar 11,20 persen y-o-y lebih tinggi bila dibandingkan dengan Juni 2015
sebesar 10,48 persen (Purnawan dkk., 2015). Peningkatan pertumbuhan kredit
terjadi pada kredit modal dan kredit investasi yang tumbuh masing-masing
sebesar 10,49 persen dan 12,93 persen atau lebih tinggi dari kuartal sebelumnya
Juni 2015 sebesar 8,65 persen dan 11,94 persen (Purnawan dkk., 2015)..
Sedangkan dari sisi kredit konsumsi tercatat sedikit lebih tinggi menjadi 9,98
persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya Juni 2015 sebesar 9,52 persen
(Purnawan dkk., 2015). Kondisi tersebut semakin menunjukkan bahwa perbankan
menjadi lembaga vital untuk kebijakan stabilitas sistem keuangan di Indonesia.
Adanya sektor perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang potensial

untuk objek kebijakan stabilitas sistem keuangan menggagas sebuah kebijakan
yang terbingkai dalam salah satu Protokol Manajemen Krisis Bank Indonesia
yakni kebijakan Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD). Protokol Manahemen Krisis
yang salah satunya berisi kebijakan FPD tersebut nantinya dapat dijadikan
guidance untuk mengantisipasi terjadinya krisis maupun memitigasi apabila krisis
terjadi (Brodjonegoro dalam Yoga, 2015). Pembentukan FPD tersebut dilakukan
atas dasar mengatasi permasalahan perbankan yang sering terjadi yakni kesulitan
likuiditas yang berdampak pada kelangsungan usaha perbankan tersebut juga
dampak sistemik yang berimbas pada stabilitas sistem keuangan (Bank Indonesia,
2005). Kebijakan oleh Bank Indonesia sebagai lender of the last resort ini,
diharapkan dapat memberikan FPD pada bank umum untuk mengatasi likuiditas
yang menjadi beban pemerintah sesuai UU no. 3 Tahun 2004 tentang Bank
Indonesia (Bank Indonesia, 2005).
Namun, peran FPD dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di Indonesia
masih meninggalkan berbagai permasalahan. Bahkan terjadi ketidakpahaman para
stakeholder terkait kebijakan FPD dengan kebijakan serupa yakni Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang dirasa kurang efektif dalam mengatasi
permasalahan likuidutas bank umum (Batunangar, 2006). Sehingga diperlukan
suatu analisis peran FPD kaitannya dengan kondisi stabilitas sistem keuangan
yang transmisinya pada perbankan yang ada di Indonesia.

3

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi stabilitas perbankan di Indonesia?
2. Bagaimana transmisi kebijakan Fasilitas Pembiayaan Darurat dalam menjaga
stabillitas sistem keuangan (SSK) di Indonesia?
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kondisi stabilitas perbankan di Indonesia
2. Mengetahui transmisi kebijakan Fasilitas Pembiayaan Darurat dalam menjaga
stabillitas sistem keuangan di Indonesia

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD)
Fasilitas Pembiayaan Darurat menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor :
8/1/PBI/2006 Tentang Fasilitas Pembiayaan Darurat (FDI) merupakan suatu
fasilitas pembiayaan dari Bank Indonesia kepada bank bermasalah yang
mengalami kesulitan likuiditas, tetapi masih memenuhi tingkat solvabilitas yang
ditetapkan Bank Indonesia, serta berdampak sistemik yang pemberiannya
didasarkan pada keputusan rapat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia
dan pendanaanya menjadi beban pemerintah.
Sumber pendanaan FPD berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
melalui penerbutan Surat Utang Negara (SUN) oleh Menteri Keuangan
berdasarkan ketentuan yang berlaku (Bank Indonesia, 2005). SUN diterbitkan
dalam upaya pemberian FPD adalah SUN yang tradable (dapat diperdagangkan)
(Bank Indonesia, 2005).
Mekanisme pengajuan dan persyaratan FPD kepada Bank Indonesia (Bank
Indonesia, 2005) adalah sebagai berikut.
1. Bank yang sedang bermasalah mengajukan permohonan untuk mendapatkan
FDP dari Bank Indonesia yang pendanaanya menjadi beban negara. FDP dapat
diberikan sepanjang permasalahan bank yang memenuhi criteria, 1) Memenuhi
persyaratan penyediaan modal minim (Capital Adequacy Ratio, CAR) yang
berlaku yakni minimal 5% dan 2) Memiliki dampak atau risiko yang sistemik.
2. Permohonan FPD harus dilengkapi dengan dokumen seperti perhitungan
jumlah kebutuhan FPD, surat pernyataan pemegang saham, dan pengendali
bank tentang kesanggupan penyerahan aset bank yang dijaminkan, personal
guarantee, dan/atau corporate guarantee, kesanggupan pemegang saham
pengendali dan pengurus bank bermasalah untuk membayar kembali FPD dan
melakukan dan/atau tidak melakukan tindakan yang diperintahkan oleh Bank

5

Indonesia

serta

strategi

dan

upaya

bank

bermasalah

untuk

dapat

mengembalikan FPD.
3. Jaminan (Agunan)
Bank bermasalah harus menyerahkan jaminan berupa aktiba milik bank (hasil
valuasi dari penilai independen) dengan prioritas dari yang paling likuid dan
berkualitas. Apabila setelah penilaian dan pengikatan ternyata nilai agunan
lebih kecil dari pagu FPD, maka bank yang bermasalah harus menambah
jumlah aset. Jaminan yang diserahkan bank kepada BI harus bebas dari sitaan,
tidak sedang digadaikan, ataupun dipertanggungkan secara apapun baik kepada
orang lain, pihak lain, maupun pihak Bank Indonesia, serta tidak sedang
tersangkut suatu sengketa atau perkara.
Ilustrasi permohonan dana dari bank yang bermasalah kepada Bank Indonesia
adalah sebagai berikut.

Sumber : Bank Indonesia, 2005
Gambar 2.1 : Proses Permohonan dan Pemberian Fasilitas Pembiayaan
Darurat (FPD)

6

Berdasarkan gambar 2.1, pemberian FDP pada bank yang memiliki permasalahan
likuiditas adalah diawali dari pemenuhan kriteria dari bank yang mengajukan.
Kemudian, diadakan rapat Gubernur BI dan Kementerian Keuangan terkait
penyetujuan pengajuan FPD. Setelah itu, apabila pengajuan pinjaman dana FPD
disetujui oleh forum, maka Bank Indonesia akan mengkredit rekening giro bank
yang bermasalah. Kemudian, dana terealisasi segera setelah SUN diterbitkan.
2.2 Stabilitas Sistem Keuangan
Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) tidak memiliki definisi formal yang telah
diterima secara internasional (Normawati, 2016). Sehingga muncul beberapa
pengertian mengenai SSK yang pada intinya dipahami sebagai suatu sistem
keuangan memasuki tahap tidak stabil pada saat sistem tersebut telah
membahayakan dan menghambat kegiatan ekonomi (Normawati, 2016).
Pengertian stabilitas sistem keuangan dapat dipahami dengan melakukan
penelitian terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakstabilan di
sektor keuangan (Bank Indonesia, Tanpa Tahun). Stabilitas keuangan menurut
Schinasi dalam Morgan dan Pontines (2014) merupakan sebuah kondisi stabilitas
ketika stabilitas berkapasitas untuk memudahkan (ketimbang

menghalangi)

performa ekonomi, serta menghilangkan ketidakseimbangan finansial yang
muncul secara endogen atau sebagai suatu hasil dari kejadian yang merugikan dan
tidak diharapkan. ECB dalam Morgan dan Pontines (2014) menjelaskan 3 kondisi
yang berkaitan dengan stabilitas keuangan yakni 1) Sistem keuangan harus dapat
secara efisien menyalurkan sumber daya dari saver kepada investor, 2) Risiko
financial harus dinilai dan dihargai secara beralasan maupun akurat, serta harus
baik dalam manajemennya, 3) Sistem keuangan harus pada kondisi yang dapat
menyerap shocks dari ekonomi finansial dan riil.
Ketidakstabilan sistem keuangan dapat dipicu oleh berbagai macam
penyebab dan gejolak yang merupakan kombinasi antara kegagalan pasar, baik
karena faktor struktural maupun perilaku (Bank Indonesia, Tanpa Tahun).
Kegagalan pasar itu sendiri dapat bersumber dari eksternal (internasional) dan
internal (domestik). Risiko yang sering menyertai kegiatan dalam sistem

7

keuangan antara lain risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko
operasional (Bank Indonesia, Tanpa Tahun).
Kriteria stabilitas sistem keuangan menurut Anatolyevna dan Ramilevna
(2013) adalah sebagai berikut.
Alokasi Kredit pada

Fungsi Keuangan

Kesem patan

Baik pada proses

Investasi

interm ediasi

Jasa

Smooth market

Pem bayaran

functioning

Posisi yang Stabil

Stabilitas

dari Lem baga

M oneter

Keuangan Utana

Tingkat
Kepercayaan
yang Tinggi

KARAKTERISTIK
STABILITAS

Kem am puan SK

SISTEM

untuk Bertahan

KEUANGAN (SSK)

dari shocks

Sumber : Anatolyevna dan Ramilevna, 2013
Gambar 2.2 : Karakteristik Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)
Berdasarkan gambar diatas, Anatolyevna dan Ramilevna menjelaskan bahwa
terdapat 8 karakteristik dari stabilitas sistem keuangan suatu negara, yakni
1)tingkat kepercayaan yang tinggi, 2) Posisi yang stabil dari lembaga keuangan
utama, 3) Jasa pembayaran, 4)Alokasi kredit kepada kesempatan investasi,
5)Fungsi keuangan yang baik pada proses intermediasi, 6) Smooth market
functioning, 7) Stabilitas Moneter, 8) Kemampuan sistem keuangan yang baik
untuk dapat bertahan terhadap shock ekonomi.
Secara umum, ketidakstabilann SSK dapat mengakibatkan timbulnya
beberapa kondisi yang merugikan (Normawati, 2016) diantaranya.

8

1. Ketidakpercayaan publik terhadap sistem keuangan yang umumnya akan
diikuti dengan kepanikan para investor untuk menarik dananya sehingga
berdampak pada kesulitan likuiditas.
2. Transmisi kebijakan moneter tidak berjalan secara normal sehingga
terjadi ketidakefektifan kebijakan moneter
3. Tidak berjalannya fungsi intermediasi secara semestinya karena alokasi
dana yang tidak tepat yang berdampak pada terhambatnya pertumbuhan
ekonomi
4. Tingginya biaya penyelamatan terhadap SSK apabila terjadi krisis
sistemik (potensi instabilitas sebagai akibat terjadinya gangguan yang
menular (contagion) pada sebagian atau seluruh sistem keuangan)
2.3 Bantuan Langsung Bank Indonesia (BLBI)
Bantuan Langsung Bank Indonesia (BLBI) merupakan bantuan pinjaman
yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada bank yang mengalami permasalahan
likuiditas saat terjadi krisis moneter 1998 di Indonesia. Pada skema ini dilakukan
berdasarkan perjanjian Indonesia dengan International Monetary Fund (IMF)
dalam mengatasi permasalahan krisis.
2.4 Penelitian Sebelumnya
Penelitian terkait perkembangan Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) di Indonesia
telah dilakukan oleh beberapa pihak, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Pratiwi (2009)
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi bertujuan untuk mengetahui
ketentuan kebijakan pemberian FPD oleh Bank Indonesia kepada bank
umum yang mengalami kesulitan likuiditas, mengetahui prospek kebijakan
pemberian FPD, serta menjelaskan format FPD yang ideal untuk menjaga
stabilitas sistem keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi tersebut
didasarkan pada kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh FPD.
Sehingga pada pembahasannya juga dibahas format ideal yang seharusnya
dibentuk dan dilaksanakan untuk pelaksanaan FPD di Indonesia.
2. Dewi (2010)

9

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi menyoroti kasus Bank Century yang
merupakan salah satu skandal perbankan terbesar. Dewi meneliti bahwa
diketahui dasar hukum penyelaman Bank Century sebagai bank gagal
bayar sangat berdampak sistemik. Sesuai dengan tahap-tahap penangannya
dapat dianalisis berdasarkan 3 asas yakni asas kesesuaian aturan
perundang-undangan, asas kewenangan yang sah, dan asas tujuan yang
bermanfaat dan bertanggungjawab. Dewi juga menekankan pada kebijakan
KSSK dalam menetapkan Bank Century sebagai bank gagal bayar
berdampak sistemik sebenarnya memenuhi dua asas yakni kewenangan
yang sah dan tujuan yang bermanfaat dan bertanggungjawab, tetapi tidak
untuk kesesuaian aturan perundang-undangan. Adanya berbagai perbedaan
pendapat tentang sumber dana penyelamatan Bank Century juga dibahas
pada penelitian Dewi. Hal tersebut dikarenakan aset Bank Century yang
sebagian dimiliki negara (melalui surat berharga) mengakibatkan secara
ideal kegagalan Bank Century mampu diselamatkan oleh Fasilitas
Pembiayaan Darurat, tetapi pada kenyataannya opsi tersebut tidak diambil
melainkan menggunakan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sehingga
eksistensi FPD sebagai instrument untuk menghindari risiko sistemik pun
kembali dipertanyakan.
2.5 Kerangka Berpikir

Sumber : Penulis, 2016

10

BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Stabilitas Bank Umum di Indonesia
Stabilitas bank umum sebagai sasaran program Fasilitas Pembiayaan Darurat
(FPD) sangat mutlak diperlukan. Sebab, kondisi perbankan yang tidak stabil
merupakan awal ketidaksehatan sistem keuangan di suatu negara khususnya di
Indonesia. Hal tersebut tercermin pada proporsi lembaga yang masih didominasi
oleh perbankan (gambar 3.1).

Sumber : IMF, 2010
Gambar 3.1 : Financial Sistem di Indonesia Tahun 2009
Berdasarkan gambar 3.1, terlihat bahwa bank masih memiliki kontribusi terbesar
bagi sistem keuangan yang ada di Indonesia pada tahun 2009 yakni sebesar 79,5
persen. Sedangkan pada lembaga keuangan lain masih memiliki kontribusi
dibawah 10 persen. Oleh karena itu, kondisi perbankan akan sangat berpengaruh
terhadap stabilitas sistem keuangan di Indonesia.
Kondisi stabilitas perbankan dapat dilihat dari parameter indeks kerentanan
perbankan yang telah diteliti oleh beberapa pihak. Terdapat indikator yang dapat
digunakan untuk melihat kerentanan perbankan yakni risiko kredit, risiko
likuiditas, dan risiko pasar (Riyanto dkk., 2014).

11

Sumber : Riyanto dkk., 2014
Gambar 3.2 : Pola Pergerakan Risiko Kredit dan Periode Krisis Perbankan
Tahun 2000-2014
Berdasarkan gambar 3.2, terlihat bahwa pada akhir tahun 2014 terjadi penurunan
risiko kredit setelah pada akhir tahun 2010 sempat mengalami peningkatan hingga
pada akhir tahun 2012. Adanya penurunan tersebut salah satunya disebabkan oleh
penerapan kebijakan kredit oleh Bank Indonesia seperti Loan to Value Ratio
(RTV) , peningkatan Down Payment (DP), dan penurunan Loan to Deposit Ratio
(LDR) maksimum menjadi 92 persen (Riyanto dkk., 2014). Kebijakan tersebut
telah berdampak pada penurunan risiko kredit terlebih terjadi penurunan rasio
kredit macet yang merupakan optimistis setelah adanya krisis pada tahun 2008.

Sumber : Riyanto dkk., 2014
Gambar 3.3 : Pola Pergerakan Risiko Likuiditas dan Periode Krisis
Perbankan Tahun 2000-2014

12

Berdasarkan gambar 3.3, terlihat bahwa pada pertengahan tahun 2013 risiko
likuditas mengalami peningkatan hingga pada awal tahun 2014. Terjadinya
peningkatan

risiko

likuditas

tersebut

salah

satunya

disebabkan

oleh

ketidakseimbangan jumlah permintaan kredit dengan penawaran Dana Pihak
Ketiga (DPK), sehingga meningkatkan risiko likuditas perbankan (Riyanto dkk.,
2014).

Sumber : Riyanto dkk., 2014
Gambar 3.4 : Pola Pergerakan Risiko Pasar dan Periode Krisis Perbankan
Tahun 2000-2014

Berdasarkan gambar 3.4, terlihat bahwa terjadi peningkatan risiko pasar pada
akhir tahun 2013 hingga pada awal tahun 2014. Terjadinya gejolak pasar hingga
meningkatkan risiko pasar tersebut salah satunya disebabkan oleh melemahnya
nilai tukar rupiah terhadap dollar (depresiasi) pada periode tersebut. Tercatat
bahwa pada awal bulan Agustus tahun 2013, nilai tukar rupiah terhadap dollar
adalah Rp 10.237, sedangkan pada akhir tahun yakni bulan Desember tahun 2013
telah mencapai Rp 12.128 (mengalami depresiasi sebesar 1,891 basis poin) (Bank
Indonesia, Tanpa Tahun). Oleh karena itu, indikator risiko pasar mengalami
peningkatan pada periode tersebut.
Berdasarkan ketiga indikator tersebut, indeks kerentanan perbankan juga
secara umum menunjukkan stabilitas yang baik. Kondisi tersebut dapat terlihat
pada ilustrasi gambar 3.5.

13

Sumber : Riyanto dkk., 2014
Gambar 3.5 : Pola Pergerakan Indeks Kerentanan Perbankan dan Periode
Krisis Tahun 2000-2014

Berdasarkan gambar 3.5, terlihat bahwa stabilitas perbankan dari indeks
kerentanan pada awal tahun 2014 telah menujukkan perbaikan (indeks kerentanan
yang menurun). Setelah pada periode tahun 2008 mengalami kerentanan yang
sangat tinggi hingga melebih 1%, perbankan Indonesia mulai meningkatkan
ketahanannya kembali dengan berbagai instrument yang dimiliki.
Berdasarkan hasil yang telah dilakukan oleh Riyanto tersebut dapat
digambarkan kondisi perbankan di Indonesia yang nantinya dapat dijadikan
pertimbangan dalam menyusun kebijakan. Kebijakan yang telah diterapkan,
Fasilitas Pembiayaan Darurat (FDP) misalnya, seharusnya memiliki dampak
positif terhadap stabilitas perbankan terutama berkaitan dengan indikator yang
menjadi tolak ukur stabilitas perbankan tersebut (risiko kredit, risiko likuditas, dan
risiko pasar). Dengan adanya kebijakan yang telah ada yakni FPD, diharapkan
semakin menguatkan perbankan di Indonesia terutama kaitannya dalam stabilitas
sistem keuangan (SSK).
3.2 Transmisi Kebijakan Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) dalam
Menjaga Stabillitas Sistem Keuangan di Indonesia
Kebijakan Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) sebagai salah satu upaya
mengantisipasi instabilitas sistem keuangan memiliki transmisi sebagai berikut.

14

Sumber : Penulis, 2016
Gambar 3.6 : Transmisi FPD Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) di
Indonesia
Berdarkan gambar 3.6, Fasilitas Pembiayaan Darurat berangkat dari urgensi untuk
mewujudukan stabilitas ekonomi secara makro. Perwujudan tersebut dapat
dilakukan oleh pemerintah melalui alokasi pada APBN yang dianggarkan untuk
program FPD. Pada kerangka kerja FPD tersebut terlihat bahwa terjadi linkage
antara Bank Indonesia dan Bank Umum pada skema FPD. Adanya linkage
tersebut didasarkan pada masing-masing urgensi pada kedua pihak. Pada linkage
tersebut, Bank Indonesia memberikan pembiayaan pinjaman kepada bank umum
dalam mengatasi permasalahan likuiditas yang dapat berdampak pada risiko
sistemik. Sedangkan bank umum memberikan agunan kepada Bank Indonesia.
Adanya linkage tersebut nantinya secara tidak langsung akan menjaga stabilitas
sistem keuangan karena Bank Indonesia sebagai otoritas moneter berfungsi untuk
menjaga kestabilan kondisi sistem keuangan di Indonesia. Sehingga program FPD
ini akan berkontribusi untuk menjaga SSK di Indonesia.

15

Berkaitan dengan transmisi tersebut, terdapat suatu program serupa yang
menyamai program FPD ini yakni Bantuan Langsung Bank Indonesia (BLBI).
Namun, terdapat beberapa perbedaan antara FPD dan BLBI baik dari segi
mekanisme maupun transmisi.
1) Kebijakan FPD diatur secara tegas dalam peraturan perundang-undangan
yang

berlaku

untuk

meyakinkan

transparansi

dan

akuntabilitas

pemberiannya.
2) Pemberian FPD dilakukan secara sangat selektif yakni hanya bank yang
memenuhi persyaratan yang ketat (harus solven), menghadapi masalah
likuiditas yang berdampak sistemik dan agunan. Sebelum meminjam
dengan FPD, bank umum harus meminjam pada pasar uang antar bank
(PUAB) dan FPJP.
3) Pemberian FPD didasarkan pada keputusan bersama Menteri Keuangan
dan Gubernur BI secara obyektif sehingga potensi konflik dapat
terhindarkan.
4) Pendanaan FPD bersumber dari APBN termasuk dengan penerbitan SUN
sehingga BI tidak menghadapi risio kredit.
5) FPD wajib dijamin dengan agunan yang memadai untuk meminimalkan
risiko kredit
6) BI akan mengawasi penerima FPD secara khusus untuk meyakinkan agar
tidak terjadi penyalahgunaan (moral hazard).
Berdasarkan perbedaan yang dimiliki oleh FPD tersebut, jelas sekali bahwa FPD
dan BLBI memiliki perbedaan karakteristik. Dapat dikatakan bahwa keduanya
merupakan upaya mengasi stabilitas sistem ekonomi, tetapi pada pelaksanaan
FPD lebih termekanisme secara strict. Sehingga diharapkan dapat mengurangi
potensi penyalahgunaan yang kerap terjadi pada BLBI.

16

BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan 2
poin dari makalah ini, yakni.
1. Kondisi stabilitas perbankan di Indonesia berdasarkan indeks kerentanan
dengan pertimbangan beberapa indikator menunjukkan performa yang cukup baik.
Hal tersebut didasarkan pada upaya Indonesia setelah adanya krisis yang terjadi
pada tahun 2008. Adanya indeks kerentanan perbankan yang cukup stabil juga
dapat menggambarkan kesiapan suatu kebijakan yang nantinya akan ditujukan
pada lembaga keuangan untuk stabilitas sistem keuangan.
2. Transmisi Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) bagi stabilitas sistem keuangan
adalah melalui adanya berbagai kondisi bank umum berkaitan dengan sistemik.
Adanya permasalahan-permasalahan sistemik yang dimiliki perbankan, likuiditas
misalnya, dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan. Sehingga FPD hadir
untuk mengatasi potensi permasalahan tersebut. Selain itu, program BLBI yang
sebelumnya menuai kontroversi karena rendahnya regulasi juga menjadi evaluasi
pada program FPD ini.

17

4.2 Saran
1. Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Keuangan diharapkan dapat benarbenar serius dalam menjaga stabilitas ekonomi melalui program FPD, terutama
berkaitan dengan potensi moral hazard seperti yang terjadi pada kebijakan
pembiayaan sebelumnya. Sehingga regulasi yang benar-benar baik harus
diterapkan.
2. Bank Indonesia
Bank Indonesia sebagai eksekutor program FPD diharapkan dapat menjalankan
tugasnya dengan baik. Hal tersebut didasarkan juga pada berbagai potensi
penyimpangan yang terjadi berkaitan dengan pengajuan pinjaman yang dilakukan
oleh Bank Umum kepada Bank Indonesia.

18

DAFTAR PUSTAKA
Anatolyevna, Morozova Irina dan Ramilevna, Sahabutdinova Liliya. 2013.
Financial Stability Concept: Main Characteristics and Tools. World
Applied Sciences Journal 22 (6): 856-858, 2013
Bank Indonesia. 2005. Seputar Fasilitas PEmbiayaan Darurat (FPD). Lampiran
Siaran Pers Bank Indonesia dan Departemen Keuangan. Jakarta :
Bank Indonesia
___________.

Tanpa

Tahun.

Sejarah

Bank

Indonesia.

Artikel

dalam

www.bi.go.id. Diakses pada 18 Juni 2016
Batunanggar, S. 2006. Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) vs BLBI. Artikel
dalam www.bi.go.id. Diakses pada 18 Juni 2016
Dewi, Sandra. 2010. Kebijakan pemberian fasilitas pembiayaan darurat oleh Bank
Indonesia kepada bank umum bermasalah likuiditas berdampak
sistemik di Indonesia.Thesis. Riau-Indonesia : Universitas Islam Riau
International Monetary Fund (IMF). 2010. Indonesia: Financial Sistem Stability
Assessment. IMF Country Report No. 10/288. Washington DC : IMF
Morgan, Peter J. dan Pontines, Victor. 2014. Financial Stability and Financial
Inclusion. ADBI Working Paper Series no 488 July 201
Normawati,

Dewi.

2016.

Stabilitas

Sistem

Keuangan

dan

Kebijakan

Makroprudensial. Bahan Ajar pada Kuliah Tamu di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Airlangga pada 8 April 201
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/1/PBI/2006 Tentang Fasilitas Pembiayaan
Darurat (FDI
Purnawan, Muhammad E dkk. 2015. Perkembangan Sektor Perbankan 2015.
Artikel

dalam

http://macroeconomicdashboard.feb.ugm.ac.id/perkembangan-sektorperbankan-2015iii/ diakses pada 18 Juni 2016

19

Pratiwi, Dina Anggun. 2009. Kebijakan pemberian fasilitas pembiayaan darurat
oleh Bank Indonesia kepada bank umum bermasalah likuiditas
berdampak sistemik di Indonesia. Thesis S1. Solo-Indonesia :
Universitas Sebelas Maret
Tambunan, Vina Gustria. 2010. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK),
Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Capital Adequacy Ratio (CAR)
Terhadap Likuiditas Bank Umum di Indonesia. Thesis S1. MedanIndonesia : Universitas Sumatera Utara
Yoga, Paulus. 2015. Menkeu : RI Sangat Butuh Protokol Manajemen Krisis.
Artikel

dalam

http://infobanknews.com/menkeu-ri-sangat-butuh-

protokol-manajemen-krisis/. Diakses pada 18 Juni 2016

20

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63