Unit_6 Analisis Kesalahan Berbahasa

Subunit 1 Analisis Kesalahan Berbahasa Fonologi Dan Morfologi

audara, dalam proses berkomunikasi perlu menggunakan bentuk kata dan pelafalan yang tepat. Hal ini agar gagasan dan ide-ide inovatif yang Anda

sampaikan kepada orang lain dapat dipahami secara efektif. Agar hal itu dapat terwujud, perlu kita memiliki pemahaman dan kemampuan menganalisis kesalahan berbahasa khususnya dalam bidang fonologi dan morfologi. Fungsinya, agar kita dapat membedakan bentuk komunikasi verbal yang benar dan yang salah. Untuk memahami apa sesungguhnya hakikat analisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dan morfologi, bacalah dengan saksama uraian berikut.

Analisis Kesalahan Fonologi

Sebelum Anda memasuki uraian tentang menganalisis kesalahan berbahasa, tak ada salahnya jika Anda kembali mengingat kembali uraian unit

VI tentang STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA. Masih ingat, kan? Kalau masih ingat, apa yang dimaksud fonologi? Menurut Kridalaksana (1982:45) fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya, fonemik. Sedangkan Alwasilah (1983) menyatakan bahwa fonologi adalah salah satu bidang tatabahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia dalam rangka mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan atau mengidentifikasi kata-kata tertentu. Dengan kata lain, fonologi merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa yang membahas bunyi bahasa yang digunakan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain. Bunyi bahasa yang dimaksud meliputi bunyi vokal, seperti: a, i, u, e, o, e, bunyi konsonan seperti: k, l, m, dan sebagainya, dan bunyi diftong seperti: au, o, dan ai.

Kaitannya dengan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, Tarigan dan Suliastianingsih (1998) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi meliputi perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, dan perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 3 6- 3

Kata-kata yang berakhir fonem /n/ seperti makan, lafal bakunya /makan/. Namun karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /n/ pada akhir kata sehingga kadang-kadang kata-kata makan dilafalkan /makang/. Contoh yang lain:

ikan

/ikan/ arisan

dilafalkan semestinya

/arisan/ taman

dilafalkan semestinya

dilafalkan semestinya

/taman/

(2) Pelafalan fonem /t/ pada akhir kata diubah menjadi /’/ Kata-kata yang berakhir fonem /t/ seperti pada kata tepat, lafal bakunya adalah /tepat/. Namun karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /t/ pada akhir kata, yang ada adalah fonem /’/ sehingga “kadang-kadang” kata-kata tepat dilafalkan /tepa’/. Kata- kata lain yang mengalami pelafalan seperti kata tepat antara lain adalah:

cepat dilafalan

/cepat/ hormat

/cepa’/

semestinya

/horma’/ dapat

(3) Pelafalan fonem /e/ diubah menjadi /E/ Kata-kata yang berfonem /e/ (e = enam) seperti pada kata senter , lafal bakunya adalah /sEnter/ (E=ekor) Namun, karena faktor pengaruh bahasa daerah (Bugis) yang “biasa” menyebut kata /sEntErE/, maka kata senter dilafalkan /sEntEr/. Kata-kata lain yang mengalami kesalahan pelafalan seperti kata senter antara lain adalah:

/kalEnder/ meter

kalender dilafalan

/kalEndEr/ semestinya

/mEter/ liter

6-4 Unit 6

(4) Pelafalan fonem /E/ diubah menjadi /e/, Fonem /e/ pada kata peka seharusnya dilafalkan /E/ bukan /e/. Kesalahan pelafalan /E/seperti pada kata peka tersebut biasa kita jumpai dalam proses berkomunikasi situasi resmi, pada kata:

sukses dilafalan

/suksEs/ sugesti

/sukses/

semestinya

/sugEsti/ lengah

(5) Fonem /u/ pada kata juang seharusnya dilafalkan /u/ bukan /o/. Kesalahan pelafalan /u/ seperti pada kata juang tersebut, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi situasi resmi, pada kata:

/lubang/ gua

lubang dilafalan

(6) Pelafalan fonem /i/ diubah menjadi /E/ Fonem /i/ pada kata tarikat seharusnya dilafalkan /i/ bukan /E/. Kesalahan pelafalan /i/ pada kata tarikat, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi situasi resmi, seperti pada kata:

hakikat dilafalkan /hakEkat/ semestinya /hakikat/ nasihat dilafalkan /nasEhat/ semestinya /nasihat/

(7) Pelafalan fonem /ai/ dilafalkan /E/ atau /Ei/ Fonem /ai/ pada kata sampait seharusnya dilafalkan /ai/ bukan /E/ atau /Ei/ . Kesalahan pelafalan /ai/ pada kata sampai tersebut, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi situasi resmi , seperti pada kata:

semestinya /santai/ pantai

santai dilafalan

/santEi/santE/

dilafalan /pantEi/pantE/ semestinya /pantai/ balai

dilafalan

/balEi/balE/

semestinya /balai/

(8) Pelafalan fonem /g/ pada akhir kata diubah menjadi /h/ atau /ji/ Kata geologi seharusnya dilafalkan /geologi/ bukan /geolohi/ atau /geoloji/. Kesalahan pelafalan /g/ pada kata gelogi tersebut, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi situasi resmi, seperti pada kata:

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 5 6- 5

/idiolohi/ atau

semestinya /idiologi/

/idioloji/

morfologi dilafalan /morfolohi/ atau semestinya /morfologi/ /morfoloji/

sosiologi dilafalan

/sosiolohi/ atau

semestinya /sosiologi/

/sosioloji/

(9) Pelafalan fonem /h/ dihilangkan / / Fonem /h/ pada kata hilang seharusnya dilafalkan /h/ atau tidak dihilangkan. Penghilangan pelafalan /h/ seperti pada kata hilang. Contoh lain:

/hilang/ pahit

hijau dilafalan

/ijau/

semestinya

/pahit/ tahi

(10) Penambahan fonem /h/ pada awal atau akhir kata Pelafalan kata andal seharusnya tidak ditambah /h/. Penambahan pelafalan /h/ seperti pada kata andal, di depan atau pada akhir kata, biasa pula dijumpai dalam proses komunikasi situasi resmi. Contoh lain:

semestinya /alangan/ imbau

alangan

dilafalan /halangan/

semestinya /imbau/ silakan

dilafalan /himbau/

dilafalan /silahkan/

semestinya /silakan/

sempurna dilafalan /sempurnah/ semestinya

/sempurna/

(11) Pelafalan fonem /f/ diubah menjadi /p/ Fonem /f/ pada kata feodal harusnya tidak dilafalkan /p/ . Kesalahan pelafalan /f/ pada kata feodal. Contoh yang lain:

/aktif/ negatif

aktif dilafalan

/aktip/

semestinya

/negatif/ kreatif

6-6 Unit 6

(12) Pelafalan fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/ Fonem /z/ pada kata izin seharusnya tidak dilafalkan /s/ atau /j/. Kesalahan pelafalan /z/ pada kata izin. Contoh yang lain:

/zakat/ zaman

zakat dilafalan /sakat /jakat/

semestinya

dilafalan /saman/jaman/ semestinya /zaman/ ijazah

dilafalan /ijasah/ ijajah/ semestinya /ijazah/

(13) Pelafalan /au/ diganti menjadi /h/ Fonem /kh/ pada kata khawatir seharusnya tidak dilafalkan /h/ tetapi /kh/. Kesalahan pelafalan /kh/ pada kata khawatir. Contoh yang lain:

khatib dilafalan

/khatib/ khutbah

/hatib/

semestinya

/khutbah/ khusyuk

Analisis Kesalahan Morfologi

Anda masih ingat apa yang dimaksud dengan morfologi? Semoga masih ingat. Jika belum, Badudu (1976:15) mengemukakan bahwa “morfologi adalah ilmu bahasa yang mebicarakan morfem dan bagaimana morfem itu dibentuk menjadi sebuah kata”. Berbicara tentang morfem terbagi atas tiga macam morfem bebas seperti makan, minum, dan lain-lain, morfem terikat seperti ber- ber, -kan , dan lain sebagainya, morfem unik, misalnya juang, tawa, dan sebagainya. Morfem bebas /makan/ digabung morfem terikat –an/ menjadi kata berimbuhan, misanya, makanan. Morfem bebas /minum/ mengalami pengulangan /minum-minum/ disebut kata ulang. Morfem bebas /mata/ digabung dengan morfem bebas /hari/ menjadi matahari disebut kata majemuk.

Kaitannya dengan keperluan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi, menurut Badudu (1982) dan Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) terbagi atas tiga kelompok: (a) kesalahan afiksasi, (b) kesalahan reduplikasi, (c) kesalahan pemajemukan.

Kesalahan bidang afiksasi.

Kesalahan berbahasa dalam bidang afiksasi antara lain seperti yang dipaparkan berikut ini.

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 7

(1) Afik yang luluh, tidak diluluhkan Kaidah afiksasi awalan meN- manakala memasuki kata dasar yang dimulai huruf t, s, k, p harus luluh menjadi men-, meny-, meng-, dan mem- , misalnya meN- memasuki kata dasar tarik, satu, kurang, dan pinjam akan menjadi menarik, menyatu, mengurang, dan meminjam. Dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan:

mentabrak seharusnya menabrak mempahat seharusnya memahat

mempabrik seharusnya memabrik

(2) Afiks yang tidak luluh, diluluhkan Afiks meN- memasuki kata asal atau kata dasar yang dimulai huruf kluster seperti transmigrasi dan prosentase tidak luluh misalnya mentrasmigrasikan dan memprosentasekan. Akan tetapi, dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan penggunaan kata berimbuhan seperti:

menerasmigrasikan seharusnya mentransmgraskan memerotes

seharusnya memprotes memerakarsai

seharusnya memprakarsai

(3) Morf men- disingkat n, Bentuk narik merupakan salah satu contoh kata dasar dari sekian kata dasar yang nonbaku. Kata dasar tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari kata tarik lalu mendapat awalan meN-, menjadilah kata menarik. Selanjutnya, dalam proses komunikasi hanya menggunakan narik padahal seharusnya menarik seperti dalam kalimat Saya belum menarik kesimpulan . Kata-kata yang tidak baku seperti itu adalah:

natap

seharusnya menatap

nangis

seharusnya menangis

nabrak

seharusnya menabrak

(4) Morf meny- disingkat ny, misalnya: Bentuk kata nyampakan, bukanlah kata dasar yang baku. Kata dasar tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari kata sampai

6-8 Unit 6 6-8 Unit 6

nyapu

seharusnya menyapu

nyisir

seharusnya menyisir

nyusun

seharusnya menyusun

(5) Morf meng disingkat ng, misalnya: Kata berimbuhan seperti ngoreksi bukanlah kata berimbuhan yang baku. Kata berimbuhan tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi alomorf meng-. Yakni dari kata koreksi lalu dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan mengoreksi. Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya menggunakan ngoreksi padahal seha-rusnya mengoreksi seperti dalam kalimat Aminuddin mengoreksi pemerintah secara sopan. Kata berimbuhan lain yang tidak baku seperti itu, sebagai berikut:

ngarang

seharusnya mengarang

ngantuk

seharusnya mengantuk

ngurung

seharusnya mengurung

(6) Morf menge- disingkat nge- Kata dasar seperti ngebom bukanlah kata yang baku. Kata dasar tersebut muncul sebagai akibat kesalahan afiksasi alomorf menge-. Yakni, dari kata dasar bom lalu dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan mengebom. Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi masyarakat hanya menggunakan ngebom padahal seharusnya mengebom seperti dalam kalimat Syarifuddin berencana akan mengebom pantai Sanur. Contoh lain kata berimbuhan yang tidak baku seperti itu adalah sebagai berikut:

ngelap

seharusnya mengelap

ngebom

seharusnya mengebom

ngecet

seharusnya mengecet

ngelas

seharusnya mengelas

(7) Kesalahan morfologi segi reduplikasi Salah satu betuk kesalahan morfologis dalam segi redukplikasi adalah perulangan bentuk dasar , misalnya ngarang-mengarang. Bentuk

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 9 6- 9

ngejek-mengejek seharusnya ejek-mengejek ngutip-mengutip

seharusnya kutip-mengutip ngunjung mengunjungi seharusnya kunjung-mengunjungi

Kesalahan morfologis segi proses pemajemukan

(1) Kata majemuk yang seharusnya disatukan tetapi dipisahkan Kata majemuk yang ditulis terpisah seperti pasca panen, ekstra kurikler , adalah kata majemuk yang nonbaku. Kata tersebut semestinya ditulis serangkai seperti pascapanen dan ekstrakurikuer. Karena kata-kata: pasca , ektra, antar , infra, intra, anti, panca, dasa, anti, pra, proto, mikro, maha, psiko, ultra, supra, para , dan sebagainya adalah kata-kata yang harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh kata majemuk yang seharusnya ditulis serangkai tetapi ditulis terpisah adalah sebagai berikut.

anti karat

antikarat ekstra kurikuler

seharusnya

ekstrakurikuler antar universitas

seharusnya

antaruniversitas psiko terapi

seharusnya

psikoterapi supra segmental

seharusnya

suprasegmental proto tipe

seharusnya

prototipe para medis

seharusnya

paramedis pramu niaga

seharusnya

pramuniaga infra struktur

seharusnya

infrastruktur mikro film

6 - 10 Unit 6

(2) Kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan Kata majemuk yang ditulis serangkai seperti ibukota, anakasuh, kepala kantor, butahuruf, hakcipta, jurumasak adalah contoh kata majemuk yang semestinya ditulis terpisah seperti ibu kota, anak asuh, kepala kantor, buta huruf, hak cipta, juru masak. Karena, kedua kata tersebut masing- masing adalah kata dasar yang tergolong morfem bebas. Contoh kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan adalah sebagai berikut.

aducepat

adu cepat ibuangkat

seharusnya

ibu angkat kerjabakti

seharusnya

seharusnya

kerja bakti

obatnyamuk seharusnya

obat nyamuk

Apakah Anda sudah memahami dengan baik materi di atas? Semoga, karena Anda adalah pebelajar yang tekun dan cerdas! Kalau sudah, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap materi subunit 1 ini cobalah kerjakan latihan berikut.

1. Analisis kesalahan berbahasa yang terdapat dalam dialog berikut dari segi fonologi/pelafalannya.

Rudy : “Kafan kita kak jalan-jalan bersama paman di pante pulo Lumpue sambil makang ikan bakar?” Tina : “Saya masih sibuk mengurusi adikku yang sakit polio” Rudy : “Moga-moga bulan depan ada waktu kakak, sudah lama saya

tida ke pulo kamerang!” Rudy “Menurut Tina yang bagus pulo Lumpue daripada Kamerrang?” Tina “ Pada hakekatnya, sejak jaman dulu Kamerang lebi seju’

karena anya bilohi lautnya yang menawan..”

2. Analisislah kesalahan yang terdapat pada kalimat berikut dari segi morfologi

(afiksasi, perulangan, dan pemajemukan) - Dia sudah nyusun laporan pertangungan jawab keuangan koperasi. - Arkadilah mencari ikan di laut dengan cara ngebom di tengah laut. - Pemerintah galakkan semangat anti narkoba di kalngan pemuda. - Jangan mengenyampingkan pendidikan matematika dan bahasa. - Mereka sedang giatnya mempelajari ngarang-mengarang cerpen.

Rambu-rambu pengerjaan latihan.

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 11

1. Untuk mengerjakan latihan nomor satu Anda perlu mengingat aspek yang berkaitan dengan lafal yang baku, jika bingung buka kamus bahasa Indonesia.

2. Untuk mengerjakan latihan nomor dua, perhatikan hakikat proses afiksasi, pemajemukan, dan perulangan serta aspek-aspeknya masing- masing.

3. Agar pekerjaan Anda bisa benar dalam mengerjakan latihan bagian ketiga, perhatikan hakikat frasa, klausa dan kalimat serta jenisnya dan contohnya masing-masing.

4. Sebelum Anda mengerjakan latihan bagian keempat, cermati sungguh- sungguh lebih dahulu pengertian gejala hiperkret dan pleonasme dan contohnya masing-masing.

Rangkuman

Kesalahan berbahasa yang relatif dilakukan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain, antara lain dapat disebabkan dari segi fonologi dan morfologi. (1) Kesalahan dalam bidang fonologi pada umumnya berupa: fonem /n/

dilafalkan /ng/ fonem /t/ pada akhir kata dilafalkan /’/ fonem /e/ dilafalkan /E/, fonem /E/ dilafalkan /e/, fonem /u/ dilafalkan /o/, fonem /i/ dilafalkan /E/, fonem /ai/ dilafalkan /E/ atau /Ei/ , fonem /g/ dilafalkan /h/ atau /j/, penambahan atau penghilangan fonem /h/ pada awal atau akhir kata, fonem /f/ dilafalan /p/, fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/, .

(2) Kesalahan dalam bidang morfologi relatif dalam bentuk: (a) afiksasi, seperti: afik yang luluh, tidak diluluhkan, afiks yang tidak luluh, diluluhkan, morf men- disingkat n. Morf meny- disingkat ny, morf meng disingkat ng, morf menge- disingkat nge.

(b) proses reduplikasi, seperti pengulangan bentuk dasar yang salah. (c) proses pemajemukan, seperti kata majemuk yang seharusnya

disatukan penulisannya tetapi dipisahkan, kata majemuk yang seharusnya dipisahkan penlisannya tetapi disatukan.

6 - 12 Unit 6

Tes Formatif 1

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

1. Pelafalan yang benar pada kata berikut adalah...

A. zakat

B. jakat

C. sakat

D. syakat

2. Kata majemuk yang benar penulisannya berikut ini adalah...

A. adukepintaran

B. adukelincahan

C. anti racun

D. olah raga

3. Bentuk perulangan yang benar berikut adalah…

A. ngarang-mengarang

B. ngutip-mengutip

C. nyalin-menyalin

D. tunjuk-menunjuk

4. Semua pelafalan kata berikut ini benar … kecuali:

A. geolohi

B. juang

C. pulo

D. pante

5. Proses afiksasi yang benar berikut adalah…

A. memahat

B. memproses

C. meneransmigrasikan

D. menterjemahkan

6. Pelafalan yang benar pada kata berikut adalah...

A. pulo

B. pulau

C. pulou

D. fulau

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 13

7. Kata berimbuhan yang benar berikut ini adalah..

A. memelusuri

B. menyelusuri

C. menelusuri

D. mentelusuri

8. Pelafalan kata berikut ini semua benar....kecuali:

A. ijazah

B. ijasah

C. ijadzah

D. ijajah

9. Semua kata majemuk berikut ini benar penulisannya.... kecuali:

A. antar sekolah

B. pascapanen

C. prasejarah

D. ekstrakurikuler

10. Pelafalan kata yang tepat berikut ini adalah ...

A. suksEs

B. sukses

C. sakses

D. syukses

6 - 14 Unit 6

Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Apakah semua soal sudah Anda kerjakan. Kalau sudah, sekarang cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif unit 6 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 1.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar

Tingkat penguasaan = x 100%

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 – 100% = baik sekali

80 – 89% = baik

70 – 79% = cukup < 70%

= kurang Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, selamat! Anda sukses! Anda dapat terus mempelajari subunit berikutnya. Bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, jangan putus asa. Ulangilah mempelajari subunit 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Selamat atas kesuksesan Anda ! Semoga terus belajar dengan tekun. Jangan putus asa jika mendapat masalah! Belajar terus dengan semangat yang tinggi dan dengan harapan akan berhasil di masa depan.

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 15

Subunit 2 Analisis Kesalahan Berbahasa Sintaksis Dan Semantik

etiap hari Anda selalu berkomunikasi dengan orang lain , bukan? Tentu Anda ingin agar proses komunikasinya dengan lain tersebut berlangsung

secara komunikatif, baik secara lisan maupun secara tertulis! Bagaimana supaya proses komunikasi tersebut dapat berjalan lancar dan efektif, antara lain Anda perlu memiliki pemahaman dan kemampuan menganalisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis dan semantik. Dengan memahami bidang sintaksis dan semantik, Anda dapat mengidentifikasi dan membedakan bentuk-bentuk komunikasi verbal yang benar dan yang salah. Di samping itu, Anda memperoleh bekal untuk diterapkan kelak dalam membimbing siswanya d ikelas menggunakan bahasa Indonesia yang baik dana benar. Untuk memahami apa sesungguhnya hakikat menganalsisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis, dan semantik, bacalah dengan saksama uraian berikut.

Analisis Kesalahan Sintaksis

Kalau fonologi membahas tentang bunyi-bunyi bahasa, sedang morfologi membahas tentang morfem dan kata, maka sintaksis membahas tentang apa? Tarigan (1984) mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang dari tatabahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa. Oleh Kridalaksana (1982 ) kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa, misalnya saya makan nasi. Sedang klausa adalah satuan bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Lalu apa yang dimaksud frasa? Frasa adalah satuan tatabahasa yang tidak melampaui batas fungsi subjek atau predikat (Ramlan, 1978).

Kaitannya dengan hal tersebut, Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) dan Semi (1990) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis meliputi: kesalahan frasa, kesalahan klausa, dan kesalahan kalimat. Adapun rincian kesalahan setiap aspek tersebut antara lain sebagai berikut.

6 - 16 Unit 6 6 - 16 Unit 6

Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa, antara lain sebagai berikut. (1) Pengunaan kata depan tidak tepat: di masa itu Beberapa frasa preposisional yang tidak tepat karena mengunakan kata depan yang tidak sesuai. Hal ini pengaruh dari bahasa sastra atau bahasa media masa, misalnya sebagai berikut.

di masa seharusnya pada masa itu di waktu itu

seharusnya pada waktu itu di malam ini

pada malam itu di hari itu

seharusnya

seharusnya

pada hari itu

(2) Penyusunan frasa yang salah struktur Sejumlah frasa kerja yang salah karena strukturnya yang tidak tepat karena kata keterangan atau modalitas terdapat sesudah kata kerja. Misalnya:

belajar sudah seharusnya sudah belajar minum belum

seharusnya belum minum makan sudah

seharusnya

sudah makan

(3) Penambahan yang dalam frasa benda (B+S) Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata sifat tidak diantarai kata penghubung yang. Misalnya:

petani yang muda seharusnya petani muda pedagang yang hebat

pedagang hebat guru yang profesional

seharusnya

guru profesional Anak yang saleh

seharusnya

seharusnya

anak saleh

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 17

(4) Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B) Frasa benda yang berstruktur Kata benda + kata benda tidak diantarai kata penghubung yang atau dari, karena tanpa kata dari sudah menunjukkan asal. Contoh:

gadis dari Bali seharusnya gadis Bali pisang dari Ambon

pisang ambon daram dari inggris

seharusnya

seharusnya

garam inggris

(5) Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+Pr) Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata pronomina tidak diantarai kata penghubung milik atau kepunyaan, karena tanpa kata itu sudah menunjukkan kepunyan posesif, misalnya:

Destar kepunyaan ibu seharusnya destar ibu Golok milik Abdullah

seharusnya golok Abdullah Buku kepunyaan

buku adik Motor milik Imran

seharusnya

seharusnya

motor Imran

(6) Penambahana kata untuk dalam frasa Kerja (K pasif + K lain) Frasa kerja yang berstruktur kata kerja pasif + kata kerja aktif tidak diantarai kata seperti untuk supaya makna yang ditunjuk tanpak jelas, misalnya sebagaiberkut

diajar untuk membaca

seharusnya

diajar membaca

dituduh membunuh dibimbing untuk menulis

dituduh untuk membunuh seharusnya

dibimbing menulis dididik untuk berani

seharusnya

seharusnya

dididik berani

(7) Penghilangan kata yang dalam Frasa Benda (Benda+yang+K pasif) Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata kerja pasif memerlukan kata yang untuk memperjelas makna frase tersebut. Misalnya sebagai berikut.

Kursi kududuki seharusnya kursi yang kududuki Taman kupelihara

seharusnya taman yang kupelihara

6 - 18 Unit 6

Baju kubersihkan

baju yang kebersihkan Kursi kuperbaiki

seharusnya

seharusnya

kursi yang kuperbaki

(8) Penghilangan kata oleh dalam Frasa Kerja Pasif (K pasif+oleh+B) Frasa yang berstruktur dimulai dari kata kerja fasif + kata benda seharusnya tidak dihilangkan kata oleh atau perlu ada kata oleh diantaranya untuk memperjelas makna pasif frase tersebut. Misalnya sebagai berikut:

diminta ibu

diminta oleh ibu dinasihati kakak

seharusnya

dinasihati oleh kakak dibimbing paman

seharusnya

dibimbing oleh paman dididik kakek

seharusnya

seharusnya

dididik oleh kakek

(9) Penghilangan kata yang dalam frasa Sifat (yang +paling +sifat) Dialah paling pintar di kampung ini . Kalimat tersebut kurang tegas makna yang dimaksud karena tidak menggunakan kata penghubung yang sesudah kata Dialah. Oleh karena itu, kalimat tersebut seharusnya menjadi Dialah yang paling pintar di kampung ini. Jadi, frase sifat yang dimulai kata paling seharusnya diawali kata yang , misalnya sebagai berikut.

paling besar seharusnya yang paling besar paling tinggi

seharusnya yang palingtinggi sangat berwibawa

seharusnya yang sangat berwibawa yang amat

yang amat profesional profesional

seharusnya

b. Kesalahan bidang klausa

Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi klausa, antara lain sebagai berikut. (1) Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif Dalam klausa aktif seharusnya antara kata kerja dan objeknya tidak diantarai modalitas atau kata keterangan tertentu. Hal ini agar supaya tanpak hubungan yang erat antara predikat dan objek dalam

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 19 6- 19

- Rakyat mencintai akan pimpinan yang jujur. seharusnya - Rakyat mencintai pimpinan yang jujur. - Pemimpin itu melindungi akan rakyatnya, seharusnya - Pemimpim itu melindungi rakyatnya.

(2) Penambahan kata kerja bantu dalam klausa ekuasional Dalam klausa ekuaional atau nominal, kata kerja bantu adalah tidak perlu ada di antara subjek dan predikat. Hal ini agar keterpaduan antara subjek dan predikat terpadu secara erat.. Selain itu, makna kalimat tersebut nampak dengan jelas. Misalnya:

- Nenekku adalah dukun. seharusnya - Nenekku dukun - Bapakku adalah guru SD, seharusnya - Bapakku guru SD

(3) Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa aktif Dalam klausa aktif, kata modalitas semestinya tidak ada di antara subjek dan predikat. Hal ini agar hubungan dan keterpaduan subjek dan predikat tanpak secara jelas sekaligus memberikan efek makna yang jelas. Misalnya:

- Saya akan membeli rumah itu. seharusnya - Akan saya membeli rumah itu. - Pak Lurah selalu mengunjungi wilayahnya, seharusnya, - Selalu Pak Lurah mengunjungi wilayahnya.

(4) Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif. Klausa fasif adalah klausa yang salah satu ciricirinya adalah menggunakan kata oleh. Misalnya Buku Pendidikan Agama Islam itu dibaca oleh Andi Makkasau . Namun demikian, biasa dijumpai penggunaan klausa pasif tanpa ada kata oleh di dalamnya. Kluasa pasif seperti itu seharusnya menggunakan kata oleh supaya ciri-cirinya sebagai klauas pasif semakin jelas. Misalnya:

6 - 20 Unit 6

- Roman Tenggelamnya Kapal Tanpomas dibaca Rina. seharusnya - Roman Tenggelamnya Kapal Tanpo Mas dibaca oleh Rina. - Buku ekonomi itu telah dibaca Amir,

seharusnya - Buku ekonomi itu telahdibaca oleh Amir.

(5) Penghilangan kata kerja dalam klausa intranstif Dalam situasi pembicaraan yang resmi, kadang-kadang menggunakan klausa intransitif, yakni klausa yang predikatnya dari kata kerja intransitif. Namun kata kerja tersebut tidak masukkan dalam kalimat, misalnya /Ibu ke Makassar/. Klausa intranstif tersebut tidak jelas predikatnya; klausa tersebut bukan tergolong klausa yang benar. Olehnya itu, klausa itu perlu diperbaiki menjadi Ibu pergi ke Makassar. Contoh lain adalah sebagai berikut.

- Pak camat ke Maros kemarin. Semestinya - Pak Camat pergi ke Maros. - Amin di kolam renang. Semestinya - Amin berenang di kolam renang

c. Bidang kalimat

Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi kalimat antara lain sebagai berikut. (1) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tidak disadari menerapkan struktur bahasa daerah. Seperti (a) Amin pergi ke rumahnya Rudy . (b) Buku ditulis oleh saya (c) Rumah itu dibuat oleh saya . Kalimat (a), (b), dan (c) terpengaruh pada struktur bahasa daerah. Oleh karena itu, kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:

- Amin pergi ke rumah Rudy. - Buku itu saya tulis. - Rumah itu saya buat.

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 21

(2) Kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal Ketika menulis atau berbicara dengan orang lain pada situasi resmi, kadang-kadang menggunakan kalimat yang tidak bersubjek karena adanya kata penghubung seperti dalam, pada, untuk, kepada diletakkan di awal kalimat. Dengan demikian, kalimat tersebut menjadi tidak bersubjek misalnya

- Dalam pertemuan itu membahas berbagai persoalan. Supaya kalimat itu menjadi bersubjek, seharusnya - Pertemuan itu membahas berbagai persoalan. atau - Dalam pertemuan itu dibahas berbagai persalan.

(3) Penggunaan subjek yang berlebihan Biasa kita mendengar kalimat Ety membeli ikan ketika Ety akan makan malam . Kalimat tersebut menggunakan dua subjek yang sama. Semestinya subjek kedua dihilangkan dan hal itu tidak mempengaruhi makna kalimat. Dengan demikian, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi Ety membeli ikan ketika akan makan malam. Contoh lain:

- Ali menulis drama saat Ali telah membaca buku Rendra tentang drama. Seharusnya: - Ali menulis drama setelah membaca buku Rendra tentang drama.

(4) Penggunan kata penghubung secara ganda pada kalimat majemuk Dalam kalimat majemuk setara berlawanan kadang-kadang ada yang menggunakan dua kata penghubung sekaligus. Penggunaan kata penghubung yang ganda dalam suatu kalimat perlu dihindari. Semestinya hanya satu kata penghubung, misalnya sebagai berikut.

- Meskipun sedang sakit kepala, namun Alimuddin tetap pergi sekolah. Seharusnya: Meskipun sedang sakit kepala, Alimuddin tap pergi ke sekolah.

- Walaupun sibuk sekali tetapi Rudi dan Indrawan selalu hadir di acara sederhana ini. Seharusnya:

6 - 22 Unit 6

- Walapun sibuk sekali, Rudi dan Indawan selalau hadir di acara sederhana ini.

(5) Penggunaan kalimat yang tidak logis Buku itu membahas peningkatan mutu pendidkan di Sekolah Dasar . Kalimat tersebut tidak logis karena tidak mungkin buku mempunyai kemampuan membahas peningkatan mutu pendidikan SD. Oleh karena itu, kalimat tersebut perlu diperbaiki menjadi Dalam buku itu dibahas tentang peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.

Atau Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.

(6) Pengunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat Kata penghubung berpasangan yang berfungsi menafikan suatu hal terdiri atas bukan berpasangan melainkan untuk menafikkan ”benda” dan kata penghubung bukan berpasangan tetapi untuk menafikkan ”peristiwa atau kerja”. Kedua kata penghubung berpasangan tersebut seharusnya digunakan secara konsisten dalam berbahasa Indonesia. Misalnya: Bukan Pak Alimuddiin yang mengajarkan IPA tetapi Pak Nurdin. Sudirman tidak menulis buku tetapi menghitung angka . Dengan demikian, kalimat yang menggunakan bukan ..........tetapi atau tidak.....melainkan dapat digolongkan bentuk yang tidak semestinya. Contoh:

- Mereka tidak menulis melainkan sedang melukis. Seharusnya Mereka tidak menulis tetapi sedang melukis.

- Dia bukan perampok tetapi pengemis. Seharusnya - Dia bukan perampok melainkan pengemis.

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 23

(7) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam membuat kalimat tanya. Kata-kata tersebut bila digunakan di tengah kalimat yang fungsinya bukan menanyakan sesuatu merupakan pengaruh bahasa asing. Dengan demikian, perlu dihindari penggunaan di mana, yang mana, dengan siapa diganti dengan kata bahasa Indonesia. Misalnya sebagai berikut.

- Rumah di mana dia bermalam dekat dari pasar - Orang dengan siapa dia ajak bicara belum datang - Kitab yang kami kaji bersama-sama cukup jelas yang mana

memberi contoh-contoh denga jelas pula. Ketiga kalimat di atas seharusnya: - Rumah tempat dia bermalam dekat dari pasar. - Orang yang akan dia ajak bicara belum datang. - Kitab yang kami kaji bersama-sama cukup jelas karena

contoh-contohnya jelas pula

(8) Penggunaan kalimat yang tidak padu Kalimat yang digunakan kadang-kadang kurang padu karena kesalahan struktur kata yang kurang tepat sehingga maknanya agak kabur. Misalnya:

- Mereka menyatakan persetujuannya tentang keputusan yang bijaksana itu - Yang menjadi sebab rusaknya hutan adalah perladangan liar . Kedua kalimat di atas seharusnya:

- Mereka menyetujui keputusan yang bijaksana itu. - Penyebab rusaknya hutan adalah perladangan liar.

(9) Penyusunan kalimat yang mubazir Kalimat yang mubazir biasanya disebabkan penggunaan kata- kata yang berulang secara berlebihan, penggunaan dua kata yang relatif sama maknanya, misalnya sebagai berikut.

- Dalam konsep pedidikan yang disusunnya banyak terdapat berbagai kesalahan.

6 - 24 Unit 6

- Mereka mencari nafkah demi untuk keluarganya. - Mahasiswa harus rajin belajar agar supaya lulus dengan

nilai yang sangat memuaskan. Ketiga kalimat tersebut seharusnya: - Dalam konsep pendidikan yang disusunnya terdapat banyak

kesalahan. - Mereka mencari nafkah demi keluarganya. - Mahasiswa harustrajin belajar agar lulus dengan nilai yang

sangat memuaskan.

Analisis Kesalahan Semantik

Sebelum Anda mempelajari analisis kesalahan berbahasa lebih dahulu memahami apa itu semantik dan ruang lingkupnya. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan mana atau struktur makna. Pengertian tersebut sejalan dengan Sartuni dkk (1982) yang menyatakan bahwa ”semantik adalah bagian dari tatabahasa yang meneliti kata-kata dari makna- maknanya”. Demikian halnya dengan Keraf (1982:143) bahwa semantik adalah bahagian dari tatabahasa yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal mula dan perkembangan arti suatu kata.” Dengan kata lain, semantik adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang menyelidiki seluk beluk makna suatu kata dan perkembangan maknanya secara berkesinambungan .

Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan bidang semantik, Badudu (1982) Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di bidang semantik, adalah seperti berikut.

(1) Adanya penerapan gejala hiperkoret Gejala hiperkoret adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetul-betulkan ahli akhirnya menjadi salah. Misalnya:

(a) /sy/ diganti dengan /s/ atau sebaliknya Syarat dijadikan sarat ’ atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masing-masing mempunyai arti yang berbeda. Syarat ‘ketentuan/aturan’ sarat ‘penuh’. Contoh dalam kalimat: - Kita harus mengikuti syarat itu. - Perahu itu sarat muatan.

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 25

Syah dijadikan sah atau sebaliknya, padahal kedua kata tersebut masing-masing mempunyai makna yang berbeda. Syah ‘raja’ sedangkan sah ’sesuai dengan aturan’. Jadi, tak dapat dipertukarkan penggunaannya, contoh: - Tahun depan akan dinobatkan sebagai Syah Iran. - Belum sah sebagai mahasiswa S1.

(b) /E/ diganti /e/ Kata dekan diganti menjadi dEkan, padahal kedua kata itu berbeda maknanya, dEkan ‘pimpinan fakultas’, sedang dekan ‘ulat’. - Adikku menjadi dEkan FIP UNM. - Pepaya itu banyak dekannya.

(2) Gejala pleonasme Yang dimaksudkan gejalan pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara berlebihan, misalnya - Lukisanmu sangat indah sekali. Seharusnya: Lukisanmu sangat indah atau indah sekali.

- Dia bekerja demi untuk keluarganya. Seharusnya Dia bekerja demi keluarganya, atau untuk keluarganya.

Anda telah mempelajari dengan sungguh-sungguh materi subunit 2 ini dengan seksama, bukan? Anda memang pebelajar yang tekun dan cermat! Kalau sudah, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap materi subunit 2 ini silakan kerjakan latihan analisis sintaksis dan semantik berikut.

1. Dalam bidang sintaksis ada tiga macam kesalahan berbahasa yang biasa terjadi, yakni kesalahan frasa, klausa, dan kalimat. Jelaskan ketiga hal tersebut dan berikan contoh ketiga macam kesalahan tersebut!

2. Analisislah kesalahan kalimat berikut. - Ini hari pemerintah sedang melaksanakan kampanye antinarkoba. - Meskipun banjir besar, namun Dedy tetap pergi. - Ibunya sealu anaknya yang sedang menuntut ilmu di Jawa. - Dalam masyarakat Bugis mengenal budaya mappadendang. - Susy pergi ke rumahnya Andika kemarin.

6 - 26 Unit 6

- Paman sedang mencangkul rumput di halaman rumah. - Mereka ke Malang dengan kereta api tadi pagi. - Kamus dibeli oleh dia di pasar kemarin. - Sisawa selalu menghargai akan gurunya yang bijaksana. - Dia dinasihati kakak iparnya di rumah nenek kemarin.

3. Kesalahan berbahasa dalam bidang semantik antara lain berkaitan dengan gejala hiperkoret dan ploenasme. Jelaskan keduakedua hal tersebut disertai contoh!

4. Analisislah kesalahan aspek semantik kalimat berikut: - Sepeda motormu amat bagus sekali. - Ahmad turun ke bawah lantai tadi pagi. - Bayak petani semang rugi karena terkena wabah dEkan ganas. - Diana pergi membeli kain kapan buat pamannya. - Belajar tiap hari agar supaya semakin pintar.

Rambu-rambu pengerjaan latihan.

1. Sebelum mengerjakan latihan pertama, baca secara cermat uraian yang berkaitan dengan pengertian frasa, klausa, dan kalimat serta contohnya masing-masing.

2. Agar pekerjaan Anda bisa benar dalam mengerjakan latihan bagian ketiga, perhatikan hakikat frasa, klausa dan kalimat serta jenisnya dan contohnya masing-masing.

3. Kalau Anda akan mengerjakan latihan bagian ketiga terlebih dahulu membaca secara cermat uraian yang berkaitan dengan pengertian gejala hiperkoret dan pleonsame serta contohnya masing-masing.

4. Sebelum Anda mengerjakan latihan bagian keempat, cermati sungguh- sungguh lebih dahulu pengertian gejala hiperkoret dan pleonasme dan contohnya masing-masing.

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 27

Rangkuman

Mengnalisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis dan semantik merupakan bagian integral dari analisis kesalahan berbahasa secara terpadu di bidang kebahasaan. Kesalahan yang relatif sering terjadi dalam bidang sintaksis adalah sebagai berikut.

(a) Dalam segi frasa, seperti: penggunaan kata depan tidak tepat, penyusunan

yang salah, penambahan yang dalam frasa Benda (B+S), penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B), penghilangan kata yang dalam Frasa Benda (B + yang + K pasif.

(b) Dalam segi klausa, seperti: penambahan kata depan di antara kata kerja

dan objeknya dalam klausa aktif, pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa pasif, penghilangan kata oleh dalam klausa pasif, penghilangan kata kerja dalam klausa intranstif.

(c) Dari segi kalimat, seperti: kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat

preposisi di awal, penggunan kata penghubung pada kalimat majemuk, penggunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat, penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah.

Adapun kesalahan dalam bidang semantik disebabkan pertama adanya adanya penerapan gejala hiperkoret dalam penyusunan kalimat seperti penggantian /E/ menjadi /e/, penggantian fonem /sy/ menjadi /s/, kedua adanya penerapan gejala pleonasme dalam penyusunan kalimat tertentu.

6 - 28 Unit 6

Tes Formatif 2

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

1. Klausa berikut tergolong salah karena penghilangan preposisi dari kata kerja berpreposisi dalam klausa pernyataan, adalah ...

A. Mereka akan pergi ke Cianjur.

B. Aku selalu teringat tindakanmu yang bijak.

C. Guru menjelaskan berbagai pendekatan belajar.

D. Aku selalu terkenang akan ucapanmu dahulu.

2. Kata folio diganti dengan kata polio padahal makna yang dimaksud adalah penyakit tulang adalah contoh...

A. gejala hiperkoret

B. gejala pleonasme

C. gejala kontaminasi

D. A, B, dan C salah

3. Kalimat berikut tergolong salah karena menggunakan struktur bahasa daerah yaitu…

A. Mereka meminjam bukunya Tuty.

B. Dia selalu menunjukan keterampilannya.

C. Jangan mempermainkan teman sendiri.

D. Dia bermain bersama teman-temanya.

4. Bentuk frasa yang benar berikut ini adalah

A. di sore hari

B. pada masa

C. di malam hari

D. di waktu itu

5. Frasa berikut tergolong salah karena mengalami penghilangan kata yang dalam frasa nominal adalah ...

A. sepatu kupakai

B. sepeda baru

C. petani muda

D. mobil biru

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 29

6. Berikut adalah contoh klausa yang benar… kecuali:

A. Amin menjual nasi goreng.

B. Surat itu ditulis Amri.

C. Ayahanda teringat akan nyanyianmu.

D. Akan saya membeli rumah itu.

7. Kalimat yang benar di bawah ini adalah ... kecuali:

A. Dalam rapat itu dibahas masalah peningkatan mutu guru.

B. Rumah tempat dia bermalam dekat dari pasar.

C. Dia mau menang sendiri dikelompoknya.

D. Mereka tidak menulis melainkan sedang melukis.

8. Kalimat berikut yang tergolong salah karena subjeknya berlebihan ialah...

A. Dia pergi ke pasar sesudah dia belajar. IPS

B. Ibu telah mencuci pakaian.

C. Dalam masyarakat Bugis dikenal adat tudang mappacci.

D. Orang yang akan dia ajak bicara belum datang.

9. Kata-kata berikut mengalami gejala hiperkoret... kecuali:

A. tabel diganti tabEl

B. tegel diganti tEgel.

C. peka diganti pEka.

D. dekan diganti dEkan.

10. Kalimat yang predikatnya tidak jelas adalah...

A. Dia akan ke Palembang bulan depan.

B. Ibu telah mencuci pakaian sebelum mati lampu.

C. Saya membeli kue ketika perut sudah lapar.

D. Buku itu dibaca oleh Rina.

6 - 30 Unit 6

Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Telah dipelajari semua materi di atas dengan sungguh-sungguh, bukan? Bagus itu adalah ciri seorang peserta didik yang akan sukses di masa datang! Nah, sekarang cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 2 ini yang terdapat pada bagian akhir unit VI. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 2.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar

Tingkat penguasaan = x 100%

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 – 100% = baik sekali

80 – 89% = baik

70 – 79% = cukup < 70%

= kurang Pemahaman Anda sungguh bagus! Anda memang pantas mendapat pujian sebagai peserta didik yang berprestasi. Hal ini Anda dapat menyelesaikan soal-soal subunit 2 di atas dengan baik! Di atas 80 %, bukan! . Jika memang demikian halnya, silakan Anda lanjut untuk mempelajari unit VII. Akan tetapi manakala tidak demikian halnya atau kurang dari 80%, bersemangat terus belajar, jangan putus asa! Ulangilah mempelajari subunit 2, terutama bagian yang belum Anda pahami.

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 31

Kunci Jawaban Tes Formatif 1

Tes Formatif 1

1. A: Fonem z pada kata zakat atau zaman dilafalkan /z/ bukan dilafalkan

/s/, atau /j/

2. C: Olah raga, yang lain seperti adukepintaran dan adu kelincahan

seharusnya ditulis terpisah dan anti karat sehausnya ditulis serangkai.

3. C: Perulangan seperti ngarang-mengarang harus berdasar pada kata

dasar karang seperti karang-mengarang, tunjuk-menunjuk

4. C: Fonem /g/, seharusnya dilafalkan /g bukan /h/. fonem /ai/,

5. A: seharusnya dilafalkan /E/ bukan /Ei/, fonem /au/ tidak dilafalkan

/o/ tetapi seharusnya /au/ Kata dasar yang dimulai huruf p, t, k, s luluh jika dimasuki awalan

6. B: meN- kecuali kata yang huruf awalnya dimulai huruf kluster seperti

transmigrasi proses

7. C: Fonem /au/ harus dilafalkan /au/ bukan /o/, atau /ou/ dan fonem /p/

pada kata pulau harus dilafalkan /p/ bukan /f/

8. A: Kata dasar yang dimulai huruf t seperti telusuri harus luluh jika

9. C: dimsuki awalan meN- misalnya menelusuri,

Pelafalan fonem /z/ yang benar adalah /z/ bukan /s/, dz/, /j/

10. A: Kata-kata seperti pasca, sub, ekstra, dan pra harus dirulis serangkai

dengan yang mengikutinya Pelafalan yang benar pada kata sukses adalah /suksEs/ bukan

/sukses/, /syukses/ atau /saksEs/

Tes Formatif 2

1. B: Dalam klausa pernyataan yang menggunakan kata teringat dalam kalimat semestinya diikuti preposisi akan. /...teringat akan ucapanmu .../

2. A: Suatu kata yang ddilafalkan sudah tepat lalu diganti dengan lafal yang dianggap lebih benar disebut hiperkoret seperti /folio/ diganti /polio/ dalam kalimat Adikku terkena folio sejak umur dua tahun.

6 - 32 Unit 6

3. A: Bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk –nya antara Benda +Benda

yang berarti posesif .misalnya bukunya Tuty. Bentuk seperti itu adalah pengaruh bahasa daerah . Jadi, seharusnya buku Tuty.

4. B: Preposisi di yang terletak di depan kata-kata seperti masa, waktu,

musim tidak tepat. Yang seharusnya adalah pada, misalnya pada waktu.

5. A: Prase nominal yang berstruktur Benda + Ku-Kerja semestinya

diantarai yang , misalnya buku yang kupinjami.

6. B: Klausa Surat itu ditulis Ali kurang tepat karena tidak ada kata oleh

sebelum kata Ali.

7. C: Kalimat Dia mau menang sendiri dalam kelompoknya adalah

kalimat yang strukturnya dipengaruhi bahasa daerah.

8. A: Seharusnya kalimat tersebut membuang kata ganti dia supaya tidak berlebihan subjeknya Dia pergi ke pasar sesudah belajar IPS.

9. A: Kata peka diganti dengan lafal /pEka/ bukan hiperkoret karena

memang itu yang semestinya pelafalannya.

10. A: Seharusnya menggunakan kata kerja pergi agar kalimat itu mempunyai predikat, yakni Dia akan pergi ke Palembang bulan depan .

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 33

Glosarium

preposisi : Kata depan afiks : tentang imbuhan verbal

: kata yang tidak bisa diawali kata sangat /kata kerja

reduplikasi : pengulanga kata asal tertentu afiksasi

: proses atau hasil penambahan afiks pada kata dasar

inovatif : bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru sufiks : akhiran, -an, -kan morf : anggota morfem yang belum ditentukan distribusnya. prefiks : awalan seperti meN-, ber- linguistik

: ilmu bahasa; telahasa secara ilmiah identifikasi

: proses penentuan identitas ssuatu analisis

: penyelidikan terhadap sesuatu. subjek : bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh

pembicara; pokok kalimat

intransitif : kata keja ang tidak memerlukan objek afiksasi

: proses atau hasil penambahan afiks pada kata dasar

aktual : baru saja terjadi predikat

: bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh

pembicraan tentang subjek.

Temporal : berkaitan dengan waktu Mubazir : berlebih-lebihan Menafikkan : meniadakan, atau menyangkalkan Konsisten : tetap atau tidaka berubah-ubah Logis : masuk akal, sesuai nalar yang sehat Intransitif : berkaitan dengan kata kerja yang tidak membutuhkan objek;

lawan dari transitif, memerlukan objek.

6 - 34 Unit 6

Daftar Pustaka

Alwasilah, Abd. Chedar. 1983.Linguistik Suatu Pengantar. Bandung:Angkasa

Badudu, J.S. 1980. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia Jakarta: Bandung Angkasa

__________ 1982. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta:Gramedia.

Kridalaksana. H. 1982. Kamus Lingistik, Jakarta: Gramedia

Keraf, Gorys. 1982. Tatabahasa Indonesia. EndeFlores: Nusa Indah

Ramlan, M. 1988. Sintaksis. Yogyakarta: UP Kencono

Sartuni, Rasyid, dkk. 1984. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Nina Dinamika

Semi, M.Atar.1990 Menulis Efetif. Padang: Angkasa Raya

Tarigan, H,G, 1983. Prinsip-Prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago & Sulistyaningsih, L.S. 1979. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta; Depdikbud

Kajian Bahasa Indonesia di SD

6- 35

6 - 36 Unit 6

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63