Pengendalian Gerak Longitudinal Pesawat Terbang dengan Metode Decoupling
POLITEKNOLOGI VOL. 9 NO. 3, SEPTEMBER 1010
Pengendalian Gerak Longitudinal Pesawat Terbang dengan
Metode Decoupling
- *
Agus Sukandi
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Jakarta,
Kampus Baru Universitas Indonesia, Depok 16425
Email :
Abstract
Aircraft is mode air transportation faster movement. For designing model an aircraft need sufficient
knowledge field of controls such as kinematic, dynamics and stability to fulfill requirement as needed.
Aircraft motions system are MIMO (Multi Input Multi Output) system, where each input to influence
(interaction) to all output, so very complex to analysis. Application of decoupling method for Aircraft
motion MIMO system will be eliminate interaction input-output, so each output are influenced by each
input only. Result of computation using CHARLIE aircraft data [2] are before using controller, aircraft
has unstable characteristics, because it has two positive eigen value i.e. 0.0006 0.0512i . Aircraft
3,4still both controllable and observable, because has full rank controllability and observability matrix i.e.
4. After using decoupling method controller, motion of aircraft is very stable, both output, vertical
velocity w and angular speed q match set-point. Vertical velocity w followed set-point after 12 second,
and angular speed q followed set-point after 14 second.Key words : Longitudinal, decoupling, and stability.
Abstrak
Pesawat terbang merupakan wahana udara yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
transportasi yang lebih cepat. Dalam merancang pesawat terbang yang perlu diperhatikan adalah
memodelkan dan mengendalikan gerakan pesawat sehingga pesawat mampu bermanouver sesuai dengan
yang diinginkan. Sistem gerak pesawat merupakan sistem MIMO (Multi Input Multi Output), di mana
masing-masing input saling mempengaruhi (berinteraksi) terhadap semua output sehingga relatif
kompleks untuk dianalisa. Penerapan metode decoupling pada sistem MIMO gerak pesawat akan
menghilangkan pengaruh interaksi tersebut, sehingga masing-masing output hanya dipengaruhi oleh
masing-masing input.Hasil perhitungan dari data pesawat CHARLIE [2] menunjukkan (sebelum adanya pengendali), gerak
pesawat mempunyai karakteristik tidak stabil, karena ada nilai eigen yang positif yaitu
=0.0006 0.0512i. Tetapi gerak pesawat masih dapat dikontrol (controllability) dan dapat diamati 3,4
(observability) secara lengkap, karena matriks controllability dan matriks observability mempunyai full
rank yaitu 4. Kemudian, setelah menggunakan pengendali dengan metoda decoupling gerakan pesawat
sangat setabil, karena output w dapat mengikuti set-point setelah sekitar 12 detik, dan output q dapat
mengikuti set-point setelah sekitar 14 detik.Kata Kunci: Longitudinal, decoupling, dan stabilitas
Tujuan penelitian ini adalah I.
PENDAHULUAN
memodelkan, menganalisa, Pesawat terbang merupakan wahana mengendalikan dengan metode udara yang dirancang untuk memenuhi decuopling, dan mensimulasikan kebutuhan manusia akan transportasi gerakan longitudinal pesawat terbang. yang lebih cepat. Dalam merancang
Metoda pada penelitian ini adalah merujuk
pesawat terbang bidang ilmu penting
kepada buku referensi dan eksperimen
yang perlu diperhatikan adalah
simulasi menggunakan Simulink
mengendalikan gerakan pesawat, MATLAB. sehingga pesawat mampu bermanouver sesuai dengan yang diinginkan.
Agus Sukandi, Pengendalian Gerak Longitudinal Pesawat Terbang …….
Karena sangat kompleksnya persyaratan yang harus dipenuhi dalam sistem gerak pesawat, maka untuk menyederhanakan analisa, diambil beberapa asumsi, yaitu :
- Gerakan pesawat adalah
longitudinal
- Struktur pesawat dianggap rigid
body
- Metode pengendali yang digunakan
adalah metode decoupling translasi dan rotasi [3]
II. PESAWAT DINAMIKA Gaya pada sumbu (x,y,z) TERBANG
Komponen arah gaya, momen, Pesawat terbang memiliki kemampuan kecepatan translasi dan rotasi (angular) bergerak dalam tiga sumbu (x,y,z), pada koordinat (x,y,z) dijelaskan pada yakni rolling, pitching, dan yawing. gambar (2.3) dan gambar (2.4). Gerak naik turunnya hidung pesawat
(pitching) dikontrol oleh elevator, gerak Lift
naik turunnya sayap kiri atau kanan r pesawat (rolling) dikontrol oleh aileron, udde R sedangkan gerak berbelok dalam bidang Drag P , , L U,X horizontal (yawing) dikontrol oleh El Thrust evator x b
rudder . Pada bagian belakang sayap F laps
terdapat flap yang berfungsi membantu , M ,, ler ons RN Q , meningkatkan gaya angkat (Lift) pada Ai W,Z z b saat take off maupun mengurangi gaya V ,Y Weight angkat pada saat landing [1],[2],[3]. y b
Struktur pesawat, arah gaya, momen, dan kecepatan dijelaskan pada gambar
Gambar 2.3 Komponen arah gaya, (2.1), (2.2) dan (2.3).momen, dan kecepatan
Gerak Translasi
Hukum II Newton :
F ma
(2.1) di mana :
F = resultan gaya yang bekerja pada
pesawat [N] m = massa dari elemen pesawat [kg].
2 Gambar 2.1 Struktur Pesawat Terbang a percepatan translasi [m/s ].
[3]
Tabel 2.1 Komponen arah gaya, momen, dankecepatan pada sumbu (x, y, z) [1] Roll Pitch Yaw
Properties x y z b b b
10 POLITEKNOLOGI VOL. 9 NO. 3, SEPTEMBER 1010
Kecepatan sudut P Q R Kecepatan translasi U
I I dt dt dt
I
2 .rad/sec .]
= momentum angular [kg.m
H
.]
2
2 .rad/sec
= torsi [kg.m
M
(2.7) di mana,
d d d M H
2
Torsi pada center of gravity pesawat [2] :
Gerak Rotasi
(2.6)
VR Y mg m V UR PW Z mg m W
X mg m U QW
sin ( ) cos sin cos cos
gaya pada sumbu (x, y, z) menjadi [1] :
X F Y F Z persamaan
F
= momen inertia [kg.m
] x xx xy xz y xy yy yz z xz yz zz
V W Gaya Aerodynamic
I P
(2.9)
I I PQ
I P QR
I R
I I PR M
I P R
I Q
I I QR M
I R PQ
2 2 x xx xz zz yy y yy xz xx zz z zz xz yy zz M
H
(2.8) Dari persamaan (2.7), (2.8) dan diperoleh :
I R
I Q
I P
I R H
I Q
I P
I R H
I Q
I P
(2.5) Karena , , , x y z
V m
i j k i j k
i j k
VR F mg m V UR PW F mg m W
V W dt
V W P Q R d U
V U
ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ T T
[rad/sec]
= kecepatan angular pesawat
V = kecepatan translasi [m/s].
(2.2) T
V V dt dt
T T T d d F m
V i j k
Gaya karena gaya dorong mesin [1] pesawat :
I xy Perubahan sudut
I xz
I zz Products of Inertia I yz
I yy
I xx
X Y Z Momen Aerodynamic L M N Moment of Inertia
Y co s sin mg
Gambar 2.4 Komponen gaya gravitasi[1] Dari persamaan (2.3) dan (2.4) diperoleh :
sin ( ) cos sin cos cos x y z
F mg m U QW
VP UQ
ˆ ˆ ˆ T
VP UQ
V QW
VR UR PW PV UQ
ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ T x y z
cos mg mg cos mg
δe mg X sin mg
(2.4)
F mg F mg F mg
Gaya karena gravitasi bumi : sin cos sin cos cos x gravity y gravity z gravity
(2.3)
VR F m V UR PW F m W
F m U QW
( ) x y z
Sehingga [1],[2] :
i j k i j k
VP UQ F F F F
V UR PW dt W
VR d F m V m
U QW
VP UQ
0.8 Speed cruising, U
Z 1 s
0.039 w
X 1 s
0.00006 W-derivative,
. m s
M 1 1
Z 1 s
0.0002 u
X 1 s
4.6 U-derivative,
Angle of attack, (degrees)
(m.s -1 ) 250 Pressure dynamics, q (N.m -2 ) 9911
I (kg.m 2 ) 1.32 x 10 6 Flight Condition, Height (m) 12200 Mach Number, M -
M 1 1
I (kg.m 2 ) 67.5 x 10 6 Moment Inertia, xz
I (kg.m 2 ) 45 x 10 6 Moment Inertia, zz
I (kg.m 2 ) 24.6 x 10 6 Moment Inertia, yy
(m) -3.05 Moment Inertia, xx
26.2 Pilot location, P z l
(m)
Pilot location, P x l
0.25 c
7.0 c.g. (center of gravity) (%) c
8.3 Aspect ratio -
(m)
Massa, m (kg) 290000 Wing area, S (m 2 ) 510 Wing m.a.c c
- 0.007 u
- 0.317 w
- 0.003 w
- 0.0004 q-derivative,
. m s
- 1.57 q
- 0.339 T
- 1.5 x 10 -7 T
(2.13) III.
1 1 . m s
M
1 s
0.44 E Z
1 s
X
0.67 x 10 -7 E
1 1 . m s
M
1 s
X 1 s
X 1 s
w Z
1 s
w M
1 1 . m s
q Z
3.434 x 10 - 6 T Z
1 s
M 1 1 . m s
X
1 s
- 5.46 E
I P QR
(2.11) dan persamaan (2.10) menjadi : xx xz yy zz xz
X mg m U Y mg U R m V Z mg U Q m W
cos cos sin
, persamaan (2.6) menjadi :
P Q R
,
V W
X Y Z
(2.10) Pesawat diasumsikan terbang simestris, di mana kondisi awal (initial condition)
I I PQ
I R
I P
I I PR N
I P R
I Q
I I QR M
I R PQ
I P
2 2 xx xz zz yy yy xz xx zz zz xz yy zz L
persamaan torsi pada sumbu (x, y, z) menjadi :
, , x y z M L M M M N
(3.1) Persamaan (3.1) dalam diagram blok adalah : B A + - C x x
Agus Sukandi, Pengendalian Gerak Longitudinal Pesawat Terbang …….
L
I R M
x Ax B y Cx
,
X X u g Z u Z w Z Z w u q M u M w M w M q M M q
e T u w e T u w e T u w w q e T X u X w
menjadi : e T e T
gerak longitudinal (2.11) dilinearkan
relatif kecil, di mana , maka cos = 1 dan sin = 0, [1], [2], [3], maka persamaan
stability derivatives . Karena sudut
. dengan , , x x x X Z M
dan
,
Q q
I Q N
, Z 1 x Z m x
I R
I P
(2.12) Untuk menyederhanakan notasi, didefinisikan : 1 x X X m x
, W w
, M 1 x yy M I x
, U u
, V v
- 1.16
Persamaan ruang keadaan (state space)
PEMODELAN GERAK PESAWAT DALAM RUANG KEADAAN
[2] Parameters Unit Value
Gerak longitudinal pesawat terbang adalah gerak sepanjang sumbu x, di mana control surface yang sangat berpengaruh adalah elevator dan flaps.
12 Karena
y
Gambar 3.1 Diagram blok sistemTabel 3.1 Parameter Pesawat CHARLIEPOLITEKNOLOGI VOL. 9 NO. 3, SEPTEMBER 1010
λ - 0.0002 -0.039
9.81 Penurunan model matematis gerak
longitudinal diperoleh dari persamaan- -5 = 0
- -8.8* 10 0.002873 λ+0.439
- -1 λ
- + M + M Z δ w δ δ + M + M Z δ e δ w δ T e e T T
- + eigen.
- -0.07 -0.317 250 -5.46 -1. 5* 10
- -1.5* 0.44 -0.2129 -0.0000 0.1357 -0.0000 3.5267 -0.000
- -5.46 - 287.754 0.0002 222.2348 -0.0001 78.7
- -0.000 M =
- -1.158 0.5240 -0.0000 0.5967 -0.0000 -0.9005 0.0000 0 0 -1.1578 0.0000 0.5240 -0.0000 0.5967 -0.000
- -0.0002 0.0008 0.7738 - 0.0016 0.0002 0.0022 - 0.5256 - 0.0009
- Setiap sinyal output y i (t) mengikuti sebaik mungkin sinyal acuannya
- di mana
- Setiap sinyal output y
- -6 -7 -7
- -350
- -100
- -150 k
- * R inv D
- Q
- –2 to 1- 16 and 2-1 to 2-17 )
0.07 λ+0.317 -250
(2.13) yang disusun kembali menjadi :
u = X u + X w - g θ + X δ + X δ u w δ e δ T e T
diperoleh nilai eigen :
w = Z u + Z w+ u q + Z δ + Z δ u w δ e δ T e T
λ = -0.3785 + 0.8456i 1
= M + M Z u + M + M Z w+ M + M u q u w u w w w q w 0 q λ = -0.3785 - 0.8456i 2
λ = 0.0006 + 0.0512i 3
θ = q
λ = 0.0006 - 0.0512i 4
(3.2) Karakteristik pesawat CHARLIE tidak
Persamaan (3.2) dalam persamaan stabil, karena ada nilai eigen yang ruang keadaan menjadi :
positif (yaitu
3 dan 4 ).
X X -g u u w
u
Vektor eigen ditentukan dengan w Z Z u w u w
=
persamaan :
q M + M Z M + M Z M + M u q u w u w w w q w 0 θ 1 0 θ
λ I - A V = 0 (3.6)
i i
X X δ δ e T dengan i = 1, 2, 3, 4 dan V = vector i Z Z δ δ δ e
e T
M + M Z M + M Z δ T δ w δ δ w δ e e T T
diperoleh :
v i 11 0.0098 - 0.0106
(3.3)
v 21 0.9999 V 1
v i 31 -0.0002 0.0034
Dengan memasukkan data pesawat
v i 41 0.0034 - 0.0013
CHARLIE pada table (3.1) dan table
v i 12 0.0098 0.0106
(3.3) ke dalam persamaan (3.3) maka
v 22 0.9999
V
diperoleh : 2
v i 32 -0.0002 - 0.0034 -6 0.0002 0.039 -9.81
0.44 3.434* 10 v i 0.0034 0.0013 42
-7
x = x + u -5 -7 v
13 -0.9999 8.8* 10 -0.002873 -0.439 -1.1578 6.701* 10
v i 23 0.0104 0.0037
1
V 3 v i 33 -0.0003 0.0000 1 0
y = x (3.4)
v i 43 0.0001 0.0052 1 0
v
14 -0.9999 Nilai Eigen dan Vektor Eigen
v i 24 0.0104 - 0.0037
V
Karakteristik sistem ditentukan oleh 4
v i 34 -0.0003 - 0.0000 nilai eigen melalui persamaan : v i 44 0.0001 - 0.0052
I A
(3.5) Uji Controllability dan Observability
di mana, merupakan nilai eigen dari Keterkontrolan (controllability) dan sistem. Sistem dikatakan stabil jika keteramatan (observability) suatu sistem semua pole (nilai eigen) adalah dapat ditentukan dengan mengetahui
I A
negative, atau rank dari matriks M dan O, jika full
rank maka sistem tersebut
Karakteristik pesawat CHARLIE :
Controllability dan Observability I A lengkap [1],[2],[3]. 2 3
M = B AB A B A B
(3.7)
R = feedback gain, V = pre-fliter, dan
w
= sinyal acuan.engine ), sedangkan jumlah output = 2
(kecepatan ke arah vertical w dan kecepatan sudut q pitching), sehingga metode decoupling dapat digunakan. y C x Ax Bu w V R
x u
Gambar 4.1 Diagram Blok Sistem Kontrol MetodeDecoupling
Dengan state feedback (metode
decoupling
), sinyal kendali u pada diagram blok (4.1) menjadi [4]: ( , ) ( ,1) ( ,1) ( , ) ( ,1) p n p n p p p
u x V w R (4.1)
Syarat metode decoupling [4] adalah p = q (jumlah input = jumlah output). Pada penelitian ini jumlah input = 2 (defleksi elevator dan change thrust
Tujuan pengendalian
Tujuan pengendalian adalah menentukan matriks pengendali (feedback gain) R dan matriks pre-
filter
V
sedimikan rupa, sehingga [4] :
w i (t)
, i=1,2,…,p
i (t) hanya
Gambar 4.2 Control surface [3] pesawat terbangMulti Output ) di mana masing-masing input (masukan) sangat mempengaruhi
semua output (keluaran), maka akan dipilih perancangan sistem kendali dengan metode decoupling, karena metode ini akan menghilangkan pengaruh interaksi input-output , sehingga masing-masing input hanya untuk satu (masing-masing) output [4].
6.70 212 1*10
Agus Sukandi, Pengendalian Gerak Longitudinal Pesawat Terbang
…….14
di mana M merupakan Matriks Controllability T 2 3 O = C CA CA CA
(3.8)
di mana merupakan Matriks Observability O Uji Controllability 2 3 M = B AB A B A B
3.434*10
10
Persamaan gerak longitudinal merupakan sistem MIMO (Multi Input
Rank dari matriks M adalah 4 (baris 1,2,3,4 pada matriks saling independent), maka pesawat dapat dikontrol (controllability) secara lengkap.
Uji Observability di mana O merupakan Matriks T 2 3 O = C CA CA CA
Observability
0 0 1 0 0 0 0 1 0.0001 - 0.0029 - 0.4390 0 0 0 1 0
O = 0.0002 0.0022 - 0.5256 - 0.0009 0.0001 - 0.0029 - 0.4390 0
Karena rank dari matriks O adalah 4 (kolom 1,2,3,4 pada matriks saling independent), maka pesawat dapat diamati (observability) secara lengkap IV.
PERANCANGAN SISTEM KENDALI DENGAN METODE DECOUPLING
dipengaruhi oleh masing-masing sinyal acuannya w i (t) . Persamaan ruang keadaan (state space) :
POLITEKNOLOGI VOL. 9 NO. 3, SEPTEMBER 1010
i 1 x Ax Bu
x Ax Bu
T v i
menjadi (4.2)
C A q A y Cx 1 iv
y C x D u T i 1 C A B v 1
R
(4.10)
1 T 1
di mana [4], p p
C A B p T v
p C A q A p pv ( ) i
v T i T i 1 y D
i C A C A B i i
Q y C D (4.3)
( ) p p p T T 1
C A C A B p p y
Dari persamaan di atas diperoleh
i : T
matriks R
y C x i i T T T T 1 y C x C Ax Bu C Ax C Bu i i i i i T T T T (4.11) R D Q y C x C Ax Bu C Ax C Bu ( 1) i i i i i i T ( 1) i Penentuan parameter bebas untuk y C A x i i ( ) i T T i i 1 memenuhi respon dinamik yang y C A x C A Bu i p i i i 1,..., diinginkan k , q : ( i )
i iv T i T i 1 T i 1 Solusi persamaan (4.9) dengan y C A C A BR x C A BV w i i i i i
transformasi Laplace
i 1,..., p
(4.4)
k i
Y s ( ) W s ( ); i 1,., p i i i
(4.12)
s ... q s q i 1 i y hanya tergantung w
Setiap : i i T i 1 G s ( ) i C A BV w k w i 1,..., p i i i i = 0, . 0, k , 0, w T 1 i i q i
di mana, ditentukan dengan iv
C A BV 0, . 0, k , 0, i i penempatan kutub yang diinginkan.
(4.5)
k q T i 1 i i (untuk zero steady state error).
C A B k i 1 Sehingga dengan metode decoupling ,
V
(4.6)
p T 1 interaksi multi input-multi output k C A B p
p
disintesa menjadi satu input hanya
K
D
berpengaruh kepada satu output tanpa mempengaruhi input dan output yang Sehingga diperoleh matriks pre-filter
V lainnya.
: W Y W 1 1 1 Y 1
1 G s 1 ( ) V D K
(decoupling pre-filter) Sistem G s ( ) (4.7) W Y W Y p p p p p
det( D )
Syarat decoupling (4.8)
Gambar 4.3 Ilustrasi sitem couplingPenentuan matriks pengendali : R
menjadi decoupling Terbentuk persamaan diferensial hanya
Kemudian dengan memasukan nilai A, antara y i dan w i B, C pada persamaan ruang keadaan T T
i i (state space) pesawat CHARLIE ke
1 i ( ) v 1 C A C A BR x q y ( q = konstan, sembarang) i i iv i iv v
dalam persamaan (4.6) diperoleh : ( ) i i ( ) v 1
y q y = k w i 1,..., p i iv i i i v
(4.9)
Agus Sukandi, Pengendalian Gerak Longitudinal Pesawat Terbang ……. * Uji Simulasi Pengendalian
1 1 1
1 pada kondisi ini
1
1
2 2
elemen matriks D sudah memenuhi syarat, maka : T i 1
C A B 1 T 1 1 T 1 1 C A B C A B 1 1
D T 2 1 T 1 1
1 C A B C A B T p 2 2
C A B p
A B 0 1 0
A B
0 1 0
Gambar 4.4 Diagram blok State space tanpa pengendali 5.460 0.00000015
D 1.157816 0.00000067 50 Step response w dan q sebelum dikontrol
(4.13) q (rad/sec) w (m/sec) Dengan menguji decoupleability sesuai -50 syarat persamaan (4.8) : (r a d /s -150 e c ) q d c ) a n -200 -100
5.460 0.00000015 e /s
D ( m -250 1.157816 0.00000067 6 w
-300 3.8322*10
(decoupleability) -450 -400 Kemudian menempatan kutub yang 10 20 Time (sec.) 30 40 50 60 diinginkan (dipilih p = -1 dan -0.5) maka dengan persamaa (4.12) :
Gambar 4.5 Step response w dan q tanpa pengendali1 Y k
k 1
1 1 1 Step response w (m/sec) 50 s q s 10
1 w (m/sec) k 2
0.5 Y k 0.5 2 2 -50 s q s
0.5 20
k
1 1 K
0.5 2 .) ( m /s -200 e c w
* * -250 1
1 V inv D K D
0.5 -300
(4.14) 0.175 0.0195 -350 5 5
3.021*10 7.124 *10 -400 -450 10 20 30 40 50 60 Dengan persamaan (4.10) diperoleh : Time (sec.)
1 1 T v 1 Gambar 4.6 Step response w tanpa
C A q A 1 1 v T C A q A v v 1 1
pengendali
Q
1 T 2
C A q A T v 2 2 2 v
C A q A 2 2 v v
-0.0700 0.6830 250. Q
0.0001 -0.0029 0.0610
(4.15) Kemudian dengan persamaan (4.11) diperoleh matriks pengendali R : 0.01223 -0.1193 -43.71 (4.16) 4 7
21274.359 -21.044*10 -7.5445*10 0
16 POLITEKNOLOGI VOL. 9 NO. 3, SEPTEMBER 1010
Gambar 4.7 Step response q tanpa pengendaliGambar 4.8 Diagram blok state space dengan pengendaliGambar 4.9 Step response w dan q setelah dikendalikanGambar 4.10 Step response w setelah dikendalikanGambar 4.11 Step response q setelah dikendalikanDari hasil simulasi menggunakan diagram blok (4.4) kemudian diplot pada gambar (4.5), (4.6) dan (4.7) terlihat bahwa step respon w dan q tidak stabil. Dari hasil simulasi menggunakan diagram blok (4.8) dengan metoda
decoupling yang diplot pada gambar
(4.9), (4.10) dan (4.11) terlihat bahwa step respon w dan q jelas mengikuti
set-point .
Kecepatan vertical w dapat mengikuti
set-point setelah sekitar 12 detik,
sedangkan kecepatan sudut q (pitching) dapat mengikuti set-point setelah sekitar 14 detik. Ini berarti metoda
decoupling dapat digunakan dengan baik. 10 20 30 40 50 60 -1.5 -1 -0.5 0.5 1 Time (sec.) q ( ra d /s e c .) Step response q (rad/sec) q (rad/sec) 10 20 30 40 50 60 70 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 Step Response w and q due to the deflection elevator and change throtlle engine Time (sec.) w ( m /s e c ) a n d q ( ra d /s e c ) w (m/s) q (rad/sec) 10 20 30 40 50 60 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 Time (sec.) w ( m /s e c ) Step Respon W due to the deflection elevator and change throtlle engine w (m/sec) 10 20 30 40 50 60 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 Time (sec.) Q ( ra d /s e c ) Step response Q (rad/sec) due to the deflection elevator and change throtlle engine q (rad/sec)
Agus Sukandi, Pengendalian Gerak Longitudinal Pesawat Terbang …….
V. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan dan simulasi, dapat diambil kesimpulan, bahwa :
1. Sebelum adanya pengendali, pesawat CHARLIE mempunyai karakteristik tidak stabil, karena ada nilai eigen yang positif (
0.0006 0.0512i ). 3,4
2. Pesawat CHARLIE dapat dikontrol (controllability) dan dapat diamati (observability) secara lengkap, karena matriks controllability dan matriks observability mempunyai full rank yaitu 4.
3. Setelah menggunakan pengendali dengan metoda decoupling gerakan pesawat sangat stabil, karena output
w dapat mengikuti set-point
setelah sekitar 12 detik, dan output q dapat mengikuti set-point setelah sekitar 14 detik.
VI. DAFTAR PUSTAKA
How, Jonathan, Aircraft Dynamics, (Lecture Notes : 16.61 AC 1
MITOpenCourseWare Spring 2003, (web.mit.edu), Department of Aeronautics and Astronautics Massachusetts Institute of Technology, Cambridge, Massachusetts, Spring 2003.