Pendekatan Scientific Dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing Berbantuan Media Visual Untuk Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas II SD Negeri 141 Seluma

  Artikel ilmiah Pendidikan Geografi

Pendekatan Scientific Dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing

Berbantuan Media Visual Untuk Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa

  

Kelas II SD Negeri 141 Seluma

  Heri Marleni SD Negeri 141 Seluma

  

E-mail: herimarleni@gmail.com

Diterima 27 Maret 2018, Direvisi 2 Mei 2018, Disetujui Publikasi 30Juni 2018

  

Abstract

This Research background result of refleksi early quality learn IPS in the class II SDN 141 Seluma that is

counted 5 class student of II or 26,31% getting value above KKM, while 14 other student still get subject value

of IPS under KKM. This Matter happened because teacher not yet used variation model and appropriate study

media. Dominant teacher use discourse method. Problem formula is do applying approach of scientific with

model study visual media helping throwing snowball can improve quality learn student in the class II SDN 141

Seluma items “ Domicile and Role Of Member Family.” Target of research that is deskription is make-up of

quality learn IPS student in the class II SDN 141 Seluma. Desain Research use research of class action which

consist of two cycle, every cycle cover planning, execution, observation, and refleksi. Research subjek is student

and teacher in the class II SDN 141 Seluma. Technique analyse data use descriptive statistical analysis of

kualitiatif and is quantitative.Result of research show teacher activity manage study in cycle oneI that is 76%

mounting at cycle two ecoming 89% with category very good. Student activity also reach category very good

and expressed complete in cycle one 50,64% and mount at cycle two becoming 84,21 this research node is

approach of scientific with model study of visual media helping throwing snowball can improve quality learn

student in the class II SDN 141 Seluma.

  Keywords: Approach of scientific, Snowball Throwing, Visual Media, Quality Learn.

  

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi hasil refleksi awal kualitas belajar IPS kelas II SDN 141 Seluma yaitu sebanyak 5

siswa kelas IIatau26,31% yang mendapatkan nilai diatas KKM, sedangkan 14 siswa lainnya masih

mendapatkan nilai mata pelajaran IPS dibawah KKM. Hal ini terjadi karena guru belum menggunakan variasi

model dan media pembelajaran yang sesuai. Guru dominan menggunakan metode ceramah. Rumusan masalah

adalah Apakahpenerapan pendekatan scientific dengan model pembelajaran snowball throwing berbantuan

media visual dapat meningkatkankualitas belajar siswa kelas II SDN 141 Seluma materi Kedudukan dan Peran

Anggota Keluarga. Tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan peningkatan kualitas belajar IPS siswa kelas II

SDN 141 Seluma. Desain penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus, tiap

siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru dan siswa II

SDN 141 Seluma. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif kualitiatif dan kuantitatif.Hasil

penelitian menunjukkan aktivitas guru mengelolapembelajaran di siklus I yaitu 76% meningkat pada siklus dua

menjadi 89% dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa juga mencapai kategori sangat baik dan dinyatakan

tuntas dalam siklus satu 50,64% dan meningkat pada siklus dua menjadi 84,21%.Simpulan penelitian ini adalah

pendekatan scientific dengan model pembelajaran snowball throwing berbantuan media visual dapat

meningkatkan kualitas belajar siswa kelas II SDN 141 Seluma.

  Kata kunci: Pendekatan scientific,Snowball Throwing, Media Visual, KualitasBelajar.

A. Pendahuluan

  Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.

  22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk tingkat SD/MI menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran

  IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata

  pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

  Berdasarkan refleksi awal dengan tim kolaborasi melalui hasil belajar ditemukan masalah mengenai kualitas pembelajaran

  IPS pada siswa kelas II SD Negeri 141 Seluma yang masih belum optimal, hal ini dikarenakan peran guru sebagai fasilitator dalam menggunakan media pembelajaran belum optimal sehingga siswa kesulitan dalam memahami materi IPS yang abstrak tanpa pemanfaatan media pembelajaran yang mendukung. Guru dalam mengajar kurang bervariasi dalam menggunakan model pembelajaran, guru belum menggunakan model pembelajaran

  Snowball Throwing sehingga pembelajaran

  di kelas terlihat pasif dan didominasi oleh guru, sedangkan siswa hanya sebagai pendengar saja. Hal tersebut berpengaruh pada aktivitas siswa yang kurang termotivasi dalam pembelajaran IPS selain itu siswa pasif dalam menanggapi pembelajaran di kelas.

  Permasalahan di atas mengakibatkan perolehan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS sebagian besar berada di bawah KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut yaitu >65. Data menunjukkan bahwa dari 19 siswa, hanya 5 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM. Sedangkan 14 siswa lainnya mendapatkan nilai di bawah KKM. Berdasarkan daftar nilai mata pelajaran IPS menunjukan nilai terendah siswa yaitu 45 dan nilai tertinggi 70, dengan rerata kelas 60,78. Dengan data hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran tersebut perlu peningkatkan kualitas pada proses pembelajaran, agar siswa aktif, terampil dan memahami materi pelajaran IPS.

  Permasalahan mengenai kualitas pembelajaran IPS yang belum optimal merupakan masalah yang sangat penting dan mendesak, sehingga perlu dicari alternatif pemecahan masalahnya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD Negeri 141 Seluma Kabupaten Seluma . Peneliti bersama guru mitra berinisiatif menetapkan alternatif tindakan dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat memecahkan masalah tersebut adalah dengan menerapkan pendekatan scientific melalui model pembelajaran snowball

  throwing berbantuan media visual.

  Diharapkan dapat memudahkan siswa untuk memahami materi IPS dengan membuat dan menjawab pertanyaan dari materi IPS materi “ Kedudukan dan Peran

  Anggota Keluarga “ , siswa juga berperan

  sebagai pembicara dan pendengar serta siswa dapat berlatih belajar mandiri, aktif, dan kreatif sehingga menciptakan suasana belajar yang bermakna. Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka peneliti mengkaji masalah yang ada pada siswa kelas II SD Negeri 141 Seluma melalui penelitian tindakan kelas.

  Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas II SDN 141 Seluma yang terdiri dari 19 siswa, meliputi 6 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.

  Penelitian ini dilaksanakan di SDN 141 Seluma Niur, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma.

  Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat untuk mengamati kegiatan guru dalam penyusunan RPP dan mengamati kemampuan guru dalam proses pembelajaran serta mengamati aktivitas siswa dalam proses belajar IPS.

  2.Prosedur Penelitian

  Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu sifatnya berbasis kelas yang melibatkan komponen yang ada di dalam kelas meli- puti siswa, guru, materi pembelajaran, dan media pembelajaran yang terangkum dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

  Menurut Arikunto (2014: 58) PTK adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus PTK dengan langkah-langkah yang sama yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

B. Metode Penelitian

1. Subyek Penelitian

  Gambar 1. Alur Langkah-Langkah PTK

  a. Perencanaan

  Tahap ini akan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakantersebut dilakukan (Arikunto, 2014:17).Perencanaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) menelaah kompetensi dasar mata pelajaran lain yang sesuai dengan kompetensi bahasa Indonesia bersama tim kolaborator; (b) menentukan indikator mata pelajaran yang akan dicapai; (c) menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific dengan model pembelajaran snowballthrowing berbantuan media visual; (d) menyiapkan media visual; (e) menyiapkanLKS dan alat evaluasi; (f) menyiapkan lembar pengamatan untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa.

  b. PelaksanaanTindakan

  Tahap pelaksanaan tindakan adalah tahap kedua dalam kegiatan penelitian tindakan kelas ini. Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas (Arikunto, 2014: 18). Tahap ini dilaksanakan untuk memperbaiki masalah berdasarkan pemecahan masalah yang telah ditetapkan. Selama melaksanakan tindakan, guru sebagai pelaksana tindakan mengacu pada langkah-langkah yang telah dipersiapkan bersama kolaborator.

  c. Pengamatan

  Saminanto (2010: 12) menyebutkan bahwa observasi tindakan kelas merupakan kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh mana efektivitas atas tindakan telah mencapai sasaran. Kegiatan observasi ini dilakukan secara kolaboratif bersa-ma guru kelas dan teman sejawat untuk mengamati proses pembelajaran yaitu mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Alat yang digunakan untuk melakukan observasi dalam penelitian adalah lembar instrumen yang telah dipersiapkan untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

  d. Refleksi

  merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembaliapa yang sudahdilakukan (Arikunto, 2014: 19). Melaluirefleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, danapa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diper-baiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Refleksi dilakukan setelah melakukan tindakan, kemudian penelitidan subjek peneliti bersama-sama mendiskusikan pe-laksaan rancanga ntindakan. Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara me- nyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan selanjutnya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Teknik Analisis Data

  Analisis data yang digunakan adalah Dalam penelitian ini, hasil kuantitatif dan kualitatif. Teknik kuantitatif perhitungan skor dikonsultasikan dengan digunakan untuk menganalisis pencapaian krite-ria ketuntasan belajar siswa yang belajar atau prestasi belajar siswa. dikelompokkan ke dalam dua kategori Sedangkan teknik kualitatif digunakan yaitu, tuntas dan tidak tuntas dengan kritera untuk menggambarkan keterlaksanaan sebagai berikut: rencana tindakan, menggambarkan Tabel 1. KKM SDN 141 Seluma pelaksanaan pembelajaran dan

  Kriteria Ketuntasan

  mendeskripsikan peran aktif siswa dalam

  Individual Klasikal Kriteria kegiatan pembelajaran.

  ≥ 65 ≥ 80% Tuntas

  a) Kuantitatif <65 < 80% Tidak Tuntas

  Data kuantitatif menurut Herrhyanto Secara individu, tingkat penguasaan

  (2008:1.3) adalah data yang berbentuk materi dalam konsep belajar tuntas di- bilangan. Data kuantitatif berupa hasil tetapkan antara 65%-90%. Jadi ketuntasan belajar kognitif siswa dianalisis dengan belajar dapat dicapai siswa apabila >65% menggunakan teknik analisis deskriptif secara individu, Sedangkan tingkat dengan menentukan mean atau rerata, ketuntasan klasikal >80% secara kese- median, modus, nilai terendah, nilai luruhan objek penelitian (Hamdani, 2011: tertinggi, dan ketuntasan belajar secara 60). individual maupun klasikal. Adapun rumus

  b) Kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini ata kualitatif diperoleh dari data hasil sebagai berikut:Ada dua ketuntasan belajar obeservasi, serta hasil catatan lapangan yaitu secara perseorangan dan secara dan wawancara dianalisis dengan klasikal. Penetapan ketuntasan klasikal analisis deskriptif kualitatif. Dengan ditentukan sendiri oleh peneliti. Penetapan cara diorganisasikan, diklasifikasikan ketuntasan klasikal ini merupakan indikator berdasarkan aspek-aspek yang menjadi keberhasilan dalam penelitian yang fokus analisis menurut kategori untuk dilakukan. Untuk mengetahui persentase memperoleh kesimpulan.Menurut ketuntasan belajar klasikal siswa dapat Poerwanti (2008:6.9) dalam mengolah dihitung dengan rumus sebagai berikut: data keterampilan guru dan aktivitas siswa dapat dilakukan langkah sebagai berikut :

  Aspek yang Skor No. diamati 1 2 3 4 a. Menentukan skor terendah.

  Keterampilan 1 membuka pelajaran √

  b. Menentukan skor tertinggi.

  Keterampilan c. Mencari median.

  2 Bertanya √ Keterampilan

  d. Untuk menentukan median, digunakan

  3 Menguatkan √ Keterampilan

  rumus:

  Mengadakan

  4 Variasi √ Keterampilan

  5 Menjelaskan √ Keterampilan

e. Membagi rentan nilai menjadi 4 katagori

  Membimbing

  6 Diskusi Kelompok √ Keterampilan

C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

  7 Mengelola Kelas √ Keterampilan

  1.Hasil Penelitian

  8 Perseorangan √ Keterampilan

  Penelitian yang telah di lakukan

  9 Menutup Pelajaran √

  dalam penerapan pendekatan scientific pada Jumlah

  8

  9

  8 Persentase kemampuan

  pembelajaran IPS menggunakan model

  guru ( jumlah : skor max ) 0,22 0,32 0,22 Jumlah 76%

  pembelajaran snowball throwing berbantuan media visual materi kedudukan Dari hasil pengamatan terhadap Rata-rata dan peran anggota keluarga siswa kelas II dan Persentase Ketuntasan Belajar pada

  SD Negeri 141 Seluma menunjukkan aktivitas kemampuan guru mengelola adanya peningkatan baik dari sisi aktivitas pembelajaran siklus I adalah 76% kategori kemampuan guru dalammengelola proses baik. Aktivitas guru masih perlu pembelajarandan proses belajar siswa serta ditingkatkan dalam siklus 2. sisi hasil belajar. Hal inidapat dilihat dari

  Tabel3.AnalisisNilaiSiklus I

  rangkaian kegiatanpem belajaran dalam 2 Keterangan Jumlah siswa Persentase Tuntas 12 63,16% siklus di bawahini: Tidak tuntas 7 36,84%

  1) Siklus I

  Jumlah 19 100% Nilai rata-rata kelas 70,00

  Padasiklus 1 diperoleh hasil aktivitas kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran dan rata- rata nilai hasil belajar serta persentase ketuntasan belajar seperti pada tabel2 di bawah ini:

  Tabel2.Kemampuan GuruSiklusI

  8 6 Tabel4.ObservasiSiklus I 4 No Pengamat Skor 2

  1 I

  20 Total skor

  20 Rata-rata skor

  20 25 - 35 - 45 - 55 - 64 - 75 - 85 - 95 - 34 44 54 64 74 84 94 100 Kriteria Baik Keterangan: B = 19 – 24 Gambar 2. Nilai Siklus I.

  C = 14 – 18 K = 8 – 13

  Tabel 3 di atas memperlihatkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa Dari tabel di atas dapat diketahui adalah 70,00dan siswa yang mendapatkan bahwa rata-rata skor dari pengamat pada nilai ≥ 6,5 sebanyak 12 orang dari 19 orang kegiatan siswa yaitu 20 termasuk dalam siswa sehingga persentase ketuntasan kategori baik. Hal ini mempunyai arti belajar siswa yaitu 63,16%. Menurut bahwa secara umum pelaksanaan

  Depdiknas 2006 dinyatakan bahawa pembelajaran oleh siswa pada siklus I ketuntasan belajar secara klasikal itu di atas sudah baik. Dari hasil observasi secara 80%. Ini menunjukkan bahwa proses keseluruhan terlihat ada beberapa aspek pembelajaran pada siklus 1 belum tuntas. yang diamati berada pada kategori baik,

  Belum tercapainya ketuntasan belajar namun pada aspek penilaian masih ada tersebut disebabkan karena proses yang memililki kriteria cukup diantaranya pembelajaran yang telah dilakukan belum adalah: optimal, karena masih banyak terdapat

  1. Siswa bekerjasama dalam kelompoknya aspek-aspek penilaian yang terdapat pada (hanya beberapa orang saja yang aktif lembar observasi masih tergolong dalam dalam kelompok) kategori cukup, sehinngga memerlukan

  2. Siswa mencatat hasil yang telah refleksi untuk proses pembelajaran didemonstrasikan (hanya 2 kelompok selanjutnya. yang mencatat hasil dari demonstrasi

  1) Deskripsi Observasi Kegiatan Siswa tersebut) Hasil analisis data observasi guru

  3. Siswa menyajikan hasil demonstrasi yang merupakan lembaran dari kegiatan yang telah didiskusikan (hanya 2 atau aktivitas yang dilakukan oleh guru kelompok yang mampu menyajikan selama menerapkan metode demonstrasi hasil diskusi kelompok). dalam pembelajaran. Hasil kegiatan atau aktivitas tersebut dapat dilihat pada tabel 4

  Selainituterdapatjugakekuranganpad dibawahini: alembarobservasisiswadalampelaksanaanpe mbelajaran yang harusdiperbaikipadasiklusberikutnya (dengankategorikurang) yaitu:

  1. Siswa menanggapi prasyarat dan motivasi yang diberikan guru (hanya beberapa siswa yang menanggapi apersepsi yang diberikan oleh guru).

  3 Keterampilan Menguatkan √

  Rata-rata dan Persentase Ketuntasan Belajar pada aktivitas kemampuan guru mengelola pembelajaran siklus II mencapai 89% kategori baik. Aktivitas guru dalam siklus 2 ini sudah dapat dikategori berhasil sedangkan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawahini:

  20 Persentase kemampuan guru ( jumlah : skor max ) 0,33 0,56 Jumlah 89%

  12

  9 Keterampilan Menutup Pelajaran √ Jumlah

  8 Keterampilan Perseorangan √

  7 Keterampilan Mengelola Kelas √

  6 Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok √

  5 Keterampilan Menjelaskan √

  4 Keterampilan Mengadakan Variasi √

  2 Keterampilan Bertanya √

  2. Siswa berpartisipasi dalam diskusi (hanya beberapa orang yang aktif dalam diskusi) a. RefleksiSiklus I

  1 Keterampilan membuka pelajaran √

  4

  3

  2

  1

  Tabel5Aktivitas kemampuan guru siklus II No. Aspek yang diamati Skor

  Proses pembelajaran pada silkus II, dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, pada silkus II ini kekurangan- kekurangan pada siklus I diperbaiki dengan harapan hasil belajar siswaa kanlebih meningkat. Hasil analisis data tes pada pelaksanaan siklus II diperoleh hasil aktivitas kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran dan rata- rata nilai hasil belajar serta persentase ketuntasan belajar seperti pada Tabel 5 dibawah ini:

  b. Sebaiknya siswa menanggapi prasyarat dan motivasi yang diberikan guru, serta berpartisipasi dalam diskusi.

  Aktivitas siswa yang harus diperbaiki pada siklus I yakni: a. Sebaiknya siswa bekerjasama dalam kelompoknya, mencatathasildiskusidanmenyajikan hasil demonstrasi yang telah didiskusikan di depan kelas.

  Berdasarkan hasil analisis data observasi yang telah dilakukan selama proses pembelajaran, maka langkah- langkah yang perlu diperbaiki pada siklus berikutnya (siklus II) adalah seluruh aktivitas guru dan siswa yang tergolong dalam kategori cukup dan kurang sebagai berikut:

2. Siklus II

  Tabel6. NilaiSiklus II Tingkat kualifikasikema mpuan Juml ah siswa Persent ase

  Tuntas 17 89,47% Tidak tuntas 2 10,53% Jumlah 19 100% Nilai rata-rata kelas 80,53

  Gambar 3.Nilai Siklus II

  Berdasarkan Tabel 6. diperoleh nilai rata-rata sebesar 80,53, daya serap 80,53% dan siswa yang mendapat nilai ≥ 6.5 sebanyak 17 siswa dari 19 jumlah siswa yang ada dikelas II SD Negeri 141 Seluma, dan 2 orang siswa lainnya masih < 6.5, dengan demikian persentase ketuntasan belajar sebesar 89,47 %. Dari hasil ketuntasan belajar pada siklus II diperoleh hasil bahwa proses belajar mengajar IPS dengan menerapkan pendekatan scientific sudah tuntas(Anita, 2011). Peningkatan ini karena ada siklus II dilakukan berdasarkan dari hasil refleksi pada siklus I yaitu memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I tersebut.

  a. ObservasiKegiatanSiswadalam Proses Pembelajaran

  1) Deskripsi Observasi Kegiatan Siswa Hasil observasi kegiatan siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :

  Tabel6.ObservasiSiklus II

  No Pengamat Skor

  1 I

  22 Total skor

  22 Rata-rata skor

  22 Kriteria Baik Keterangan: B = 19 – 24

  C = 14 - 18 K = 8 – 13

  Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor dari pengamat pada observasi kegiatan siswaya itu 22 termasuk dalam kategori baik. Hal ini mempunyai arti bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran oleh siswa pada siklus II sudahbaik, tetapi masih ditemui beberapa kategori cukup yang harus diperbaiki untuk kegiatan pelaksanaan proses pembelajaran berikutnya, diantaranya : a. Siswa menyajikan hasil demonstrasi yang telah didiskusikan (hanya 2 kelompok yang mampu menyajikan hasil diskusi kelompoknya) b. Siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok (hanya 2 kelompok siswa aktif berdiskusi sesama anggota kelompok) c) Refleksi Siklus II

  Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada proses belajar mengajar pada siklus II, yang perlu diperbaiki lagi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 25 - 34 35 -44 45 - 54 55 - 64 65 - 74 75 - 84 85 - 94 95 - 100 Siklus 2 pada proses pembelajaran selanjutnya Berdasarkan tabel 7 di atas, terlihat dalam menerapkan metode demonstrasi bahwa persentase ketuntasan belajar siswa adalah sebagai berikut : mengalami peningkatan sebesar 35,31 %,

  a. Guru sebaiknya dalam menerapkan karena pada siklus I persentase ketuntasan metode demonsrasi harus mengarahkan belajar 63,16% dengan nilai rata-rata 70,00, dan membimbing siswa dalam daya serap 63,16 % dan meningkat pada melakukan kegiatan dan menyajikan siklus II menjadi 98,47% dengan nilai rata- hasil demonstrasi yang telah dilakukan. rata 80,53 daya serap 80,53 %. Adanya

  b. Guru sebaiknya memberi perhatian yang peningkatan tersebut karena proses khusus kepada kelompok yang kurang pembelajaran pada siklus II dilakukan mampu mendemonstrasikan hasil berdasarkan dari refleksi pada siklus I kegiatan dan harus memberikan dengan cara memperbaiki kekurangan- penguatan kepada siswa agar kekurangan yang ada pada siklus I, berpartisipasi aktif dalam berdiskusi. sehingga rata-rata skor observasi guru dan siswa pada setiap siklusnya terdapat pada

2.Pembahasan

  Pelaksanaan penelitian yang telah kategori baik, karena menurut Hamalik dilaksanakan dalam penerapan pendekatan (2012) bahwa ketuntasan belajar secara

  

scientific (Djamrah dan Aswan, 2013) pada klasikal tercapai apabila dalam kelas

  pembelajaran IPS menggunakan model tersebut sudah mencapai 80 % dari jumlah pembelajaran snowball throwing siswa yang mendapatkan nilai 6,5 ke atas. berbantuan media visual materi kedudukan Dengan demikian proses belajar dan peran anggota keluarga siswa kelas II mengajar dengan menerapkan pendekatan SD Negeri 141 Seluma tahun pelajaran scientificdapat meningkatkan hasil belajar 2014/2015 menunjukkan yang dilaksanan siswa.Dalam pelaksanaan diskusi dapat sebanyak

  2 siklus dalam proses mengarahkan pikiran dan pusat perhatian pembelajaran

  IPS dapat diketahui siswa pada suatu jalur tertentu, serta siswa peningkatan proses pembelajaran pada akan memperoleh gambaran yang lebih tabel 6. jelas dan kongkrit mengenai suatu konsep

  

Tabel 7. Daya Serap Siklus I dan Siklus II. karena siswa menganalisa langsung proses

Rata- Persentase

  dari suatu yang telah didiskusikan

  Daya Siklus rata Ketuntasan Serap

  (Poerwanti 2009). sehingga memungkinkan

  Nilai Belajar

  I 70,00 63,16 % 63,16 % terjadinya proses belajar yang optimal

  II 80,53 98,47 % 89,47 %

D. Kesimpulan dan Saran didalamnya model pembelajaran snowball 1.Kesimpulan throwing.

  Berdasarkan hasil penelitian pada

  Daftar Pustaka

  pembelajaran

  IPS menggunakan

  Strategi Anitah, Sri, dkk. 2011.

  pendekatan scientific dengan model

  Pembelajaran SD. Jakarta:

  pembelajaran snowball throwing Universitas Terbuka. berbantuan media visual pada siswa kelas II

  Aqib, Zainal. dkk. 2009. Penelitian SD Negeri 141 Seluma, maka dapat

  Tindakan Kelas Untuk Guru

  disimpulkan sebagai berikut:Terjadi SD.Bandung: CV. Yrama Widya. peningkatan hasil belajar siswa dalam

  Mata Pelajaran Ilmu BSNP. 2006.

  pembelajaran IPS yang telah memenuhi

  Pengetahuan Sosial untuk

  kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan SekolahDasar/Madrasah Ibtidaiyah. pada siklus II sebesar 89,47% di atas batas Jakarta: Depdiknas. minimum ketuntasan belajar yang telah Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. ditetapkan kemdikbud sebesar ≥ 80%.

  Bandung: Yrama Widya. Dikti. Terbukti yaitu dengan menerapkan

  2004. Peningkatan Kualitas

  scientific

  pendekatan dengan model Pembelajaran. Jakarta : Dikti pembelajaran snowball throwing

  Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan berbantuan media visual dapat Zain. 2013. Strategi Belajar meningkatkan keterampilan guru, aktivitas

  Mengajar Jakarta: Rineka Cipta.

  siswa, dan hasil belajar siswa kelas II SDN Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar 141 Seluma.

  Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

2. Saran

  Hamdani. 2011. Strategi Belajar Berdasarkan hasil kesimpulan di atas,

  Mengajar. Bandung: CV Pustaka

  peneliti memberikan saran dalam proses Setia. pembelajaran IPS, guru agar selalu

  Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan berusaha meningkatkan kualitas

  Pendidikan IPS SD.

  Jakarta: pembelajaran dengan menerapkan model Direktorat Jenderal Pendidikan media yang inovatif. Kemudiandalam Tinggi Departemen Pendidikan proses pembelajaran IPS seharusnya guru Nasional. selalu berusaha meningkatkan keterampilan

  Huda, Miftahul. 2013. Model-Model guru dan aktivitas siswa dengan

  Pengajaran dan Pembelajaran.

  menerapkan model inovatif termasuk Yogyakarta: Pustaka Belajar.

  Mulyasa. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

  Asesmen Poerwanti, Endang. 2008. Pembelajaran SD. Jakarta:

  Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.