Warta Teresa_201009_26Sept10.pdf

  No. 349/Thn. VI/26 September 2010

Warta Mingguan – Umat Paroki Ibu Teresa Th. C/II – Hari Minggu Biasa XXV

Tema Minggu Ini: “Peka Isyarat Tuhan, Peka Kemanusiaan” (Luk 16:19-31)

  Inside This Issue: Liputan Utama………………… 2 Iman Katolik…………………… 3 Renungan……………………… 4 Info Kategorial………………… 5 Mengenal Orang Kudus…… 6 Mutiara Iman…………………

  8 Warta Paroki…………………… 9 Jadwal Pelayanan……………… 10 Penasihat: Romo Y. Natalis, Pr. Redaksi: Andreas E. S., Arifin,

  Kalender Liturgi………………… 10 Bambang S. W., Caecilia, Fridus RM, Martinus, Steven F., Nancy Email

  Berita Seputar Paroki………… 11 Redaksi: wartaku_teresa@yahoo.com

LIPUTAN UTAMA

  

Seminar Spiritual Transformatif

  “Mewujudkan Kerajaan Allah di Dunia” 7 jam yang dilalui bersama Romo Dr.Ignatius L. Madya Utama, SJ memberikan banyak pencerahan kepada 40 orang peserta yang mewakili berbagai lingkungan dari paroki Ibu Teresa Cikarang (PITC) dalam kegiatan “Seminar Spiritual Transformatif”. Diantaranya adalah perlunya keselarasan dalam membangun sikap beragama dan spiritualitas dalam kehidupan. Dengan adanya keseimbangan tersebut pribadi seseorang akan menjadi pribadi yang mampu mewujudkan Kerajaan Allah dimuka bumi ini. Kegiatan yang dilakukan pada Minggu, 19 September 2010 tersebut dilakukan dari jam 08.00-15.00 bertempat di lantai 3 sekolah Don Bosco, Taman Sentosa, Cikarang berisikan materi-materi yang menambah khasanah iman terutama Iman Katolik itu sendiri dan pengejawantahannya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam seminar tersebut Romo Madya yang juga adalah Ketua Program Studi Ilmu Teologi Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta itu menjabarkan tentang arti agama itu sendiri. Dimana agama itu antara lain : •Berkaitan dengan apa yang kita percayai dan mengapa kita mempercayainya.

  • Berkaitan dengan ajaran-ajaran dan pemahaman tentang Allah, ibadat, peraturan, tradisi, insititusi dan sistem.
  • Memungkinkan kita untuk menemukan arah dan makna kehidupan.
  • Menunjuk ke arah Allah dan menjadi jembatan yang membawa kita kepada Allah → membantu kita untuk menjadi pribadi yang baik hati, murah hati, jujur, penuh kasih, mampu berbela-rasa- suka-duka dan adil. Kesalahan yang dapat terjadi: mengira bahwa Allah dan agama itu sama dan membuat agama menjadi Allah. Sedangkan spiritual diantaranya merupakan :
  • Hubungan pribadi seseorang dengan Allah dan aneka perwujudannya dalam sikap dan perbuatan.
  • Hidup berdasarkan kekuatan Roh Kudus dan secara metodis mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih.
  • Upaya mengintegrasikan segala segi kehidupan ke dalam cara hidup yang secara sadar bertumpu pada iman akan
  • Pengalaman iman Kristiani dalam situasi konkret masing-masing orang.
  • Mencari bukan hanya cara untuk hidup, melainkan juga alasan mengapa kita ini perlu hidup melampaui batas-batas biologis, institusional dan tradisi-tradisi yang kita miliki.
  • Mengangkat agama dari tataran teoretis dan mekanis ke tataran personal.
  • Membuat apa “yang rohani” menjadi real, nyata.
  • Melampaui peraturan-peraturan dan upacara-upacara keagamaan untuk menggapai dan mewujudkan makna/arti kehidupan.
  • Mengejar kedalaman dimensi mistik dari kehidupan yang diupayakan oleh agama.

  

Spiritualitas transformatif lahir dari pergulatan orang-orang yang menanggapi undangan

  Allah untuk membebaskan mereka dari berbagai bentuk penindasan dan menjadikan mereka sebagai anak-anak-Nya. Spiritualitas transformatif menuntut adanya:

  1. Suara hati (yang bersifat) sosial.

  2. Pembatinan Ajaran-ajaran Sosial Gereja sehingga menjadi pola hidup.

  Dalam session tanya jawab para peserta dengan antusias banyak bertanya dan juga sharing mengenai kehidupan antar umat beragama, kondisi gereja Katolik terkini, Kitab Suci dan seputar kehidupan keluarga dan juga bermasyarakat. Semuanya ditanggapi oleh Romo Madya dengan penyampaian yang jelas dan mengesankan, bahkan rasa kantuk di siang hari pun terasa hilang. Beliau pun berpesan agar spiritualitas dalam setiap pribadi hendaknya dikembangkan, namun tetap tidak meninggalkan Agama, yaitu ajaran Kristus sendiri. Semoga dengan seminar ini memberikan tambahan bekal bagi umat PITC dalam mewujudkan Misi dan Visi gerejanya.

IMAN KATOLIK

  

Sejenak dekat dengan Kitab Suci kita

  (Bagian II : Perjanjian Baru) Minggu terakhir di bulan September ini, kiranya tidak menjadi minggu terakhir kedekatan kita dengan Kitab Suci salah satu sumber iman atau hidup rohani kita. Semangat dan cinta kita kepada Tuhan melalui firman-Nya selalu menjadi pelita di jalan hidup kita, mencontoh semangat hidup pelindung kita Ibu Teresa dari Kalkuta. Kita lanjutkan pengenalan kita secara lebih dekat dengan Kitab Suci, bagian kedua, yakni Perjanjian Baru.

  Mengapa disebut Perjanjian Baru?

  Disebut “Perjanjian” karena tetap merupakan lanjutan dari „perjanjian‟ yang telah dimulaikan oleh Tuhan sejak awal mula penciptaan dunia dan manusia pertama Adam dan Hawa, panggilan dan pemilihan bangsa Israel dengan segala situasi sejarah perbudakannya, dan pembebasannya. Adam (lama) dan bangsa Israel (lama) yang tidak setia telah berakhir, dan mengharapkan „keselamatan‟ sesuai nubuat para nabi. Perjanjian Baru, merupakan kegenapan nubuat para nabi, sekaligus „pemutusan‟ yang lama. Perjanjian Baru mewartakan tentang

  Keselamatan yang digenapi dalam diri Yesus Kristus, sekaligus Adam Baru yang setia sampai akhir pada kehendak Bapa-Nya. Sekarang Allah tidak hanya bersatu dengan Israel saja, melainkan dengan seluruh umat manusia. Dalam diri Yesus Kristus, keselamatan ditawarkan kepada seluruh umat manusia. Yesus Kristus dalam Roh-Nya mendirikan Gereja-Nya sebagai “Israel baru” yang telah ditebus dari dosa, dan dipanggil untuk mengarungi samudera hidup di dunia ini menuju “tanah terjanji” yakni kehidupan kekal di surga.

  Kitab Apa saja yang termasuk dalam Perjanjian Baru?

  Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab yang semuanya ditulis dalam bahasa Yunani antara tahun 50 M hingga 140 M. Perjanjian Baru meliputi 4 Injil (Mt,Mrk,Lk.,Yoh), Kisah Para Rasul, Epistula atau Surat-surat yakni 9 Surat Paulus kepada Jemaat dan 4 Surat kepada perorangan; ada 2 Surat Yohanes, Wahyu Yohanes, Surat Petrus (Bdk. Daftar Muratori – “Fragmen Muratori, dari Roma pada akhir abad dua).

  Apakah Kitab-Kitab PB disusun menurut tahun penulisannya?

  Keseluruhan Kitab Suci PB disusun tidak berdasarkan urutan tahun ditulis, melainkan berdasarkan kronologis sejarah pengkisahannya dan sebagian tersusun karena sifat-sifat sastranya. Sususnan tersebut adalah sebagai berikut: Kitab Sejarah meliputi ke-empat Injil dan Kisah Para Rasul karangan Lukas. Kumpulan Surat Kiriman yang ditulis oleh Rasul Paulus dan sebuah surat Ibrani yang kepengarangannya masih dianggap Anonim ; dilanjutkan dengan koleksi surat kiriman lainnya dari Yakobus, Petrus, Yohanes dan Yudas, dan diakhiri dengan

  kiriman nubuatan dari Yohanes.

  Bagaimanakah Caranya membaca Kitab Suci dengan baik?

  Pertama-tama Kitab Suci harus tetap dipandang sebagai “buku iman” karena memuat Sabda Allah bagi hidup kita. Keyakinan bahwa Allah tetap membimbing umat-Nya. Keyakinan ini melahirkan kerinduan besar untuk mengalami kehadiran Tuhan dalam hidup konkrit kita melalui Firman-Nya yang kita dengar atau kita baca. Karena itu Awalilah dengan doa untuk memohonkan penerangan Roh Kudus untuk mata dan telinga hati kita kepada Tuhan yang akan bersabda melalui firman-Nya dalam Kitab Suci.

  Dari mana harus mulai membaca Kitab Suci?

  Ada yang menganjurkan untuk mulai membaca dari halaman pertama Kitab Kejadian sampai dengan halaman terakhir Kitab Wahyu. Maka keseluruhan halaman Kitab Suci dibahagi dalam jumlah hari dalam setahun untuk mendapatkan rata-rata jumlah halaman Kitab Suci yang bisa dibaca. Praktek ini tidak banyak manfaatnya, karena pada umumnya orang tidak mendapatkan pesan dari apa yang dibacanya. Anjuran lain adalah membaca Kitab Suci berdasarkan tema-tema yang terdapat dalam Kitab Suci. Buku Konkordansi Alkitab terbitan LBI (Lembaga Biblika Indonesia) maupun LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) kiranya dapat membantu untuk mendapatkan tema-tema yang mewartakan Sabda Tuhan bagi hidup konkrit sekarang dan disini. Cara lain, dan itulah yang diikuti kebanyakan orang adalah mengikuti pesan liturgi yang sudah diatur oleh Gereja melalui Kalender Liturgi yang ada. Dengan cara ini kita mau membangun hidup rohani kita sebagai suatu bentuk „ziarah batin‟ sesuai Sabda Tuhan yang diwartakan Gereja sepanjang tahun berjalan. (Bruno)

  RENUNGAN

Peka Isyarat Tuhan, Peka Kemanusiaan

Cerita tentang Lazarus dan orang kaya membuahkan beberapa pemikiran spekulatif.

  Pertama harus dikatakan bahwa antara surga dan naraka terdapat suatu jurang pemisah yang sangat dalam. Karena begitu dalam sehingga orang dari kedua sisi tidak dapat bertemu. Kedua, bahwa masuk atau tidaknya seseorang dalam kerajaan Allah tidak ditentukan oleh kepemilikan harta benda. Bahkan dapat dikatakan bahwa penguasaan harta benda tanpa mempedulikan orang lain justru akan menyengsarakan jiwa kita nanti. Ketiga, ada tidaknya kita dalam kerajaan surga nanti sangat tergantung dari apa yang kita lakukan semasa hidup di dunia. Kerajaan Allah sangat tergantung dari perbuatan kita selama hidup. Dan terakhir, walaupun kerahiman Tuhan yang menentukan kita masuk dalam kerajaanNya, tetapi peran dan kreatifitas kita sendiri sangat menentukan. Kemauan yang tercermin dalam tindakan harian kita menentukan apakah kita bagian dari kehidupan surgawi nanti atau tidak. Kita memiliki kemampuan untuk menentukan.

  Salah satu usaha yang kita harus lakukan untuk mendapat garansi masuk surga adalah dengan mengembangkan kepekaan terhadap sesama manusia. Memiliki kepekaan pada orang lain berarti memiliki perhatian dan sekaligus aktif terlibat dalam mempromosikan kebaikan bersama. Kita peka pada orang lain bila kita benar-benar meluangkan waktu, tenaga dan sumber daya untuk memajukan kemanusiaa. Kepekaan sebenarnya baru merupakan jalan masuk untuk terlibat lebih dalam pada pelayanan dan bantuan pada orang lain. Hanya orang yang peka yang dapat membantu sesamanya. Karena itu betapa pentingnya membangun dan mendidik kepekaan diri. Kepekaan, yang nantinya bermuara pada perbuatan baik pada sesama, akan memiliki nilai surgawi.

  Peka kepada kemanusiaan berarti membuka hati, pikiran dan tenaga bagi kebaikan sesama. Dengan demikian hanya orang yang benar-benar percaya akan kerahiman Tuhan akan memiliki kepekaan pada orang lain. Makin mendalam hidup keagamaan seseorang, maka makin peka dia pada kebutuhan orang lain. Namun dapat terjadi bahwa Tuhan dan kehendakNya sering tampak dalam diri orang yang tak berdaya dan yang membutuhkan perhatian. Kerelaan untuk membuka diri dan hati bagi orang yang menderita adalah aplikasi nyata atas hidup beriman.

  Bahaya materialism dan sekularisme harus dihadapi dengan memperkokoh hidup keberimanan. Tetapi iman yang sungguh-sungguh adalah iman yang mewujud dalam bentuk kepedulian pada orang lain. (J.R.Raco)

INFO KATEGORIAL

  

Rapat Pleno Bulan September 2010

  • Laporan Bidang Peribadatan dan Pelaksanaan RAKA 2010- Tak terasa sudah tinggal 2 bulan lagi Paroki Ibu Teresa Cikarang akan melaksanakan Rapat Karya atau yang lebih dikenal dengan singkatan RAKA. Walau sudah banyak laporan pertanggung jawaban yang dibahas dalam Rapat Pleno setiap bulannya, tetapi masih ada yang belum sempat tersentuh dalam pembicaraan yakni dari bidang Peribadatan. Oleh karena itu, dalam Rapat Pleno yang diselenggarakan pada tanggal 19 September 2010, banyak berbicara seputar laporan bidang Peribadatan dan pelaksanaan RAKA 2010.

  Dalam pembicaraan Rapat Pleno kali ini, Pak Nimrot selaku Dewan Paroki bidang Peribadatan menyampaikan bahwa begitu pentingnya peran serta lingkungan dalam mewujudkan kelancaran Misa. Namun demikian, banyak sekali yang menjadi hambatan- hambatan seperti kurangnya petugas koor pada saat liburan Lebaran kemarin, kursi-kursi yang belum tersusun rapi pada saat Misa Sabtu sore dan masih adanya tumpukan kursi yang terletak di kanopi pada saat Misa Minggu sore. Dari kacamata Rm. Samuel, Beliau mengatakan bahwa kurangnya komitmen dari masing-masing lingkungan untuk mempersiapkan Misa. Seharusnya dari jauh-jauh hari diberitahukan bahwa lingkungan tidak mampu mempersiapkan koor sehingga pengurus koor Paroki mampu mencarikan penggantinya dan lingkungan pengganti dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin. Di samping hal tersebut, Rm. Samuel juga menekankan jangan keseringan

  „Bapa Kami‟ dimana kurangnya sosialisasi kepada ganti lagu umat tentang lagu yang baru dan juga apakah umat sudah

  „Bapa Kami‟ yang sebelumnya? Sebaiknya menghafal lagu „Bapa Kami‟ yang diterima di Paroki hanya dua lagu sehingga mempermudahkan umat untuk bernyanyi. Selain itu, Rm. Samuel juga bertanya mengenai hasil dari kegiatan Paskavaganza yang diikuti oleh umat, apakah ada follow up dari tim pelaksana?

  Setelah mendengarkan laporan dari bidang Peribadatan, acara dilanjutkan dengan laporan dari tim OC-SC RAKA 2010. Dikarenakan berbagai saran dari peserta RAKA 2009 lalu, maka panitia akan mempersingkat dan menggunakan waktu seefisien mungkin dimana pada RAKA

  • – 21 November 2010 bertempat di sekolah Don 2010 ini akan dilaksanakan pada tanggal 20 Bosco III Taman Sentosa yang akan dimulai dari pk. 07.00 sampai pk. 19.30. Panitia juga mengundang kesediaan pengurus lingkungan, bidang / seksi mengirimkan setidaknya 6 orang untuk hadir dalam RAKA kali ini. Dan untuk mempercepat registrasi kehadiran pengurus lingkungan, panitia akan menyiapkan formulir yang akan diletakkan pada kotak komunikasi
lingkungan, bidang / seksi untuk diisikan nama peserta yang akan hadir. Dimohon juga formulir tersebut dikembalikan secepatnya kepada panitia ataupun diletakkan dalam kotak komunikasi lingkungan Gembala Baik paling lambat tanggal 9 Oktober 2010. Semoga RAKA 2010 kali ini

  (HAA) dapat berlangsung dengan seefisien mungkin.

MENGENAL ORANG KUDUS

  

Terpanggil Bagi Kaum Miskin:

Kisah Singkat Pelayanan Bunda Teresa

  "By blood, I am Albanian. By citizenship, an Indian. By faith, I am a Catholic nun. As to my calling, I belong to the world. As to my heart, I belong entirely to the Heart of Jesus. ”

  Itulah yang dikatakan oleh salah seorang tokoh kemanusiaan yang dipenuhi oleh cinta kasih. Bunda Teresa, seorang yang memberi hatinya untuk melayani di tengah-tengah masyarakat miskin di India. Dilahirkan di Skopje, Albania pada

  26 Agustus 1910, Bunda Teresa merupakan anak bungsu dari pasangan Nikola dan Drane Bojaxhiu. Ia memiliki dua saudara perempuan dan seorang saudara lelaki. Ketika dibaptis, ia diberi nama Agnes Gonxha. Ia menerima pelayanan sakramen pertamanya ketika berusia lima setengah tahun dan diteguhkan pada bulan November

  1916.

  Ketika berusia delapan tahun, ayahnya meninggal dunia, dan meninggalkan keluarganya dengan kesulitan finansial. Meski demikian, ibunya memelihara Gonxha dan ketiga saudaranya dengan penuh kasih sayang. Drane Bojaxhiu, ibunya, sangat memengaruhi karakter dan panggilan pelayanan Gonxha.

  Ketika memasuki usia remaja, Gonxha bergabung dalam kelompok pemuda jemaat lokalnya yang bernama Sodality. Melalui keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan yang dipandu oleh seorang pastor Jesuit, Gonxha menjadi tertarik dalam hal misionari. Tampaknya hal inilah yang kemudian berperan dalam dirinya sehingga pada usia tujuh belas, ia merespons panggilan Tuhan untuk menjadi biarawati misionaris Katolik.

  Pada tanggal 28 November 1928, ia bergabung dengan Institute of the Blessed Virgin Mary, yang dikenal juga dengan nama Sisters of Loretto, sebuah komunitas yang dikenal dengan pelayanannya di India. Ketika mengikrarkan komitmennya bagi Tuhan dalam Sisters of Loretto, ia memilih nama Teresa dari Santa Theresa Lisieux.

  Suster Teresa pun dikirim ke India untuk menjalani pendidikan sebagai seorang biarawati. Setelah mengikrarkan komitmennya kepada Tuhan, ia pun mulai mengajar pada St. Mary's High School di Kalkuta. Di sana ia mengajarkan geografi dan katekisasi. Dan pada tahun 1944, ia menjadi kepala sekolah St. Mary.

  Akan tetapi, kesehatannya memburuk. Ia menderita TBC sehingga tidak bisa lagi mengajar. Untuk memulihkan kesehatannya, ia pun dikirim ke Darjeeling. Dalam kereta api yang tengah melaju menuju Darjeeling, Suster Teresa mendapat panggilan yang berikut dari Tuhan; sebuah panggilan di antara banyak panggilan lain. Kala itu, ia merasakan belas kasih bagi banyak jiwa, sebagaimana dirasakan oleh Kristus sendiri, merasuk dalam hatinya. Hal ini kemudian menjadi kekuatan yang mendorong segenap hidupnya. Saat itu, 10 September 1946, disebut sebagai "Hari Penuh Inspirasi" oleh Bunda Teresa. Selama berbulan-bulan, ia mendapatkan sebuah visi bagaimana Kristus menyatakan kepedihan kaum miskin yang ditolak, bagaimana Kristus menangisi mereka yang menolak Dia, bagaimana Ia ingin mereka mengasihi-Nya.

  Pada tahun 1948, pihak Vatikan mengizinkan Suster Teresa untuk meninggalkan ordonya dan memulai pelayanannya di bawah Keuskupan Kalkuta. Dan pada 17 Agustus 1948, untuk pertama kalinya ia memakai pakaian putih yang dilengkapi dengan kain sari bergaris biru. Ia memulai pelayanannya dengan membuka sebuah sekolah pada 21 Desember 1948 di lingkungan yang kumuh. Karena tidak memiliki dana, ia membuka sekolah terbuka, di sebuah taman. Di sana ia mengajarkan pentingnya pengenalan akan hidup yang sehat, di samping mengajarkan membaca dan menulis pada anak-anak yang miskin. Selain itu, berbekal pengetahuan medis, ia juga membawa anak-anak yang sakit ke rumahnya dan merawat mereka.

  Tuhan memang tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya berjuang sendirian. Inilah yang dirasakan oleh Bunda Teresa tatkala perjuangannya mulai mendapat perhatian, tidak hanya individu-individu, melainkan juga dari berbagai organisasi gereja. Pada 19 Maret 1949, salah seorang muridnya di St. Mary bergabung dengannya. Diinspirasi oleh gurunya itu, ia membaktikan dirinya untuk pelayanan kasih bagi mereka yang sangat membutuhkan. Segera saja mereka menemukan begitu banyak pria, wanita, bahkan anak-anak yang sekarat. Mereka telantar di jalan-jalan setelah ditolak oleh rumah sakit setempat. Tergerak oleh belas kasihan, Bunda Teresa dan rekan barunya itu pun menyewa sebuah ruangan untuk merawat mereka yang sekarat. Pada tanggal 7 Oktober 1950, Missionary of Charity didirikan di Kalkuta. Mereka yang tergabung di dalamnya pun semakin teguh untuk melayani dengan sepenuhnya memberi diri mereka untuk melayani kaum termiskin di antara yang miskin. Mereka tidak pernah menerima pemberian materi apa pun sebagai balasan atas pelayanan yang mereka lakukan. Pada awal 1960-an, Bunda Teresa mulai mengirimkan suster-susternya ke daerah-daerah lain di India. Selain itu, pelayanan dari Missionary of Charity mulai melebarkan sayapnya di Venezuela (1965), yang kemudian diikuti oleh pembukaan rumah-rumah di Ceylon, Tanzania Roma, dan Australia yang ditujukan untuk merawat kaum miskin.

  Setelah Missionary of Charity, sejumlah yayasan pun didirikan untuk memperluas pelayanan Bunda Teresa. Yang pertama ialah Association of Coworkers sebagai afiliasi dari Missionary of Charity. Asosiasi ini sendiri di setujui oleh Paus Paulus VI pada 26 Maret 1969. Meskipun merupakan afiliasi Missionary of Charity, asosiasi ini memiliki anggaran dasar tersendiri.

  Selama tahun-tahun berikutnya, dari semula melayani hanya dua belas, Missionary of Charity berkembang hingga dapat melayani ribuan orang. Bahkan 450 pusat pelayanan tersebar di seluruh dunia untuk melayani orang-orang miskin dan telantar. Ia membangun banyak rumah bagi mereka yang menderita, sekarat, dan ditolak oleh masyarakat, dari Kalkuta hingga kampung halamannya di Albania. Ia juga salah satu pionir yang membangun rumah bagi penderita AIDS. Berkat baktinya bagi mereka yang tertindas, Bunda Teresa pun mendapatkan berbagai penghargaan kemanusiaan. Pada tahun 1979, ia menerima John XXIII International Prize for Peace. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Paus Paulus VI. Pada tahun yang sama, ia juga memperoleh penghargaan Good Samaritan di Boston. Setelah mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun di India, tentu saja pemerintah India tidak menutup mata akan pelayanannya. Maka pada tahun 1972, Bunda Teresa menerima Pandit Nehru Prize. Setahun kemudian, ia menerima Templeton Prize dari Pangeran Edinburgh. Ia terpilih untuk menerima penghargaan tersebut dari dua ribu kandidat dari berbagai negara dan agama oleh juri dari sepuluh kelompok agama di dunia.

  Puncaknya ialah pada tahun 1979 tatkala ia memperoleh hadiah Nobel Perdamaian. Hadiah uang sebesar $6.000 yang diperolehnya disumbangkan kepada masyarakat miskin di Kalkuta. Hadiah tersebut memungkinkannya untuk memberi makan ratusan orang selama setahun penuh. Ia berkata bahwa penghargaan duniawi menjadi penting hanya ketika penghargaan tersebut dapat membantunya menolong dunia yang membutuhkan. Pada tahun 1985, Bunda Teresa mendirikan pusat rehabilitasi pertama agi korban AIDS di New York. Menyusul kemudian sejumlah rumah penampungan yang didirikan di San Fransisco dan Atlanta. Berkat upayanya ini, ia mendapatkan Medal of Freedom. Pelayanan Bunda Teresa sama sekali tidak mengenal batas. Dipupuk di kampung halamannya, ia mengawali pelayanan di India. Dari India, pelayanannya meluas hingga ke seluruh penjuru dunia. Ia, di antaranya, berkunjung ke Etiopia untuk menolong korban kelaparan, korban radiasi di Chernobyl, dan korban gempa bumi di Armenia.

  Memasuki tahun 1990-an, kondisi tubuh Bunda Teresa tidak mengizinkannya melakukan aktivitas yang berlebihan, khususnya setelah serangan jantung pada 1989. Kesehatannya merosot, sebagian karena usianya, sebagian karena kondisi tempat tinggalnya, sebagian lain dikarenakan perjalanannya ke berbagai penjuru dunia. Menyadari kondisi kesehatannya yang demikian, Bunda Teresa meminta Missionary of Charity untuk memilih penggantinya. Maka, pada

  13 Maret 1997, Suster Nirmala terpilih untuk meneruskan pelayanan Bunda Teresa. Bunda Teresa akhirnya meninggal dunia pada tanggal 5 September 1997 dalam usia 87 tahun. Berbagai petinggi dari 23 negara menghadiri pemakamannya. Upacara pemakaman diadakan pada 13 September 1997, di Stadion Netaji, India, yang berkapasitas 15.000 orang. Atas kebijakan Missionary of Charity, sebagian besar yang menghadiri upacara tersebut adalah orang- orang yang selama ini dilayani oleh Bunda Teresa. (Disusun oleh: R. S. Kurnia)

MUTIARA IMAN

  

Cinta Tanpa Syarat

  Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan hari yang berbahagia tersebut. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

  Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan" katanya. "Masing- masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bahagia” bersama lebih

  Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak disukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik. Malam itu mereka sepakat untuk mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka. Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya. "Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman. Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa air mata suaminya mulai mengalir. "Maaf, apakah aku harus berhenti?" tanyanya. "Oh tidak, lanjutkan“, jawab suaminya. Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya di atas meja dan berkata dengan bahagia "Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".

  Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu “ sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang. Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya. Ia menunduk dan menangis.

  Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah disekeliling kita ? Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk. (Diterjemahkan dari tulisan : Trevor Klein)

JADWAL KEGIATAN PAROKI

WARTA PAROKI

  PDKK (Persekutuan Doa Karismatik Katolik)

  • PDKK ELZA (Elisabeth Zakaria) Tgl. 6 Okt „10, pk. 19.30, di Ruko Roxy B. 52,
  • Mengundang para peserta Tim Pewarta, Dewan Paroki Pleno, para aktivia serta siapa saja yang berminat, yang ingin menambah pengetahuan, wawasan, pandangan untuk mengikuti seminar: 1. Seminar Islamologi dengan pembicara Bp.
  • Mengundang calon komuni pertama periode 2010 – 2011 berserta orangtua untuk hadir pada pertemuan bersama pada hari Minggu, tgl 10 Okt „10, pk. 09.00 bertempat di ruang misa.
  • Diberitahukan kepada orangtua anak komuni pertama peride 2009 – 2010, CD FOTO dan DVD, bisa diambil didepan lobby setelah misa minggu pagi.
  • Jadwal Kursus Persiapan Perkawinan tanggal
  • Accounting : Sabtu 17:00 – 19:00
  • Ms. Word : Minggu 08:00 – 09:30
  • Ms. Excel : Minggu 09.30 – 10:15
  • Mengetik : Minggu 09:30 – 10:15
  • Autocad : Rabu 19:00 – 21:00
  • B. Inggris : Sabtu 17:00 – 18:30

  • PDKK St. Maria Tgl. 6 Okt „10, pk. 19.30, di Ruko Thamrin Blok F

  1 Tim Pewartaan

  Aloysius Prastyanto Adi Seputra pada hari Minggu tgl 03 Okt „10, bertempat di Sekolah Don Bosco III Taman Sentosa dari pkl. 08.00 s/d 15.00.

  2. Seminar Protestantisme dengan pembicara Rm. Adrianus Sumarko, OFM pada hari Minggu tgl 10 Okt „10, bertempat di Sekolah Don Bosco

  III Taman Sentosa dari pkl. 08.00 s/d 15.00.

  2 Sekretariat Paroki

  09 dan 10 Okt „10. di Paroki St. Leo Agung Jatiwaringin Jakarta Timur. Pendaftaran di Sekretariat Paroki paling lambat 03 Okt „10.

  Setiap Sabtu IV, 19:00-21:00 di Rumah Putih. Informasi lebih lanjut, hubungi: Oya (0813-1059-2876), Hery (0815-9444-992), Angga (0856-4209-7865), Ferry Kiong (0859-2138-7959) Balai Latihan Kerja (BLK) Jadwal Kursus:

  No.12, Lippo Cikarang, diadakan Persekutuan Doa Karismatik Katolik St. Maria dengan: Ibu Heidy Awuy Tumbelaka (dari Paroki St. Stefanus - Jaksel) Orang Muda Katolik (OMK)

  Lippo Cikarang, diadakan Persekutuan Doa Karismatik Katolik Elza (khusus Pasutri) dengan tema: “Peran Suami Istri dalam Keluarga”, pembicara: Antonius Ekahananta.

  • Misa Jumat Pertama dan pembukaan bulan Maria, hari Jumat, 01 Okt „10, pk. 19.00 WIB, bertempat di Sekolah Trinitas.
  • Doa Senakel di lanjutkan dengan Misa Adorasi pada hari Sabtu, 02 Okt „10, pk. 06.00 WIB bertempat di Trinitas.
  • Diberitahukan kepada seluruh umat perayaan syukur Pelindung Nama Paroki Ibu Teresa diadakan hari Minggu, 26 Sept
  • Bapak Antonius Chiang (08161438878)
  • Ibu Felicia Elly Puspitosari (0816733457)
  • Bapak Markus Adit (021 68066682)
  • Sadara FX. Winarto (081316552481)
  • Saudara Petrus Suyono (08567689085)

  • Mengingatkan kepada seluruh umat,

  Persembahan Gopek Sehari; pada hari Sabtu dan Minggu, 02 dan 03 Okt ‟10.

  4 Dewan Paroki

  Dapat mengubungi

  Legio Mariae Setiap Selasa, 10:00 – 12:00 di Rumah Putih Misa Senakel Setiap Sabtu I, 06:00 di Trinitas

  3 Tim Peribadatan

  „10. Seluruh umat diundang untuk menghadiri misa syukur bersama pk. 07.30 dan dilanjutkan dengan acara panggung bersama di depan Sekolah Trinitas.

JADWAL PELAYANAN

  Hari Tgl. Pk. Koor Jumat 01-Okt-10 19:00 Mikael Sabtu 02-Okt-10 17:30 Keluarga Kudus Minggu 03-Okt-10 7:30 Koor Paroki Minggu 03-Okt-10 16:00 Kristus Raja Sabtu 09-Okt-10 17:30 Dominikus de Guzman

  Hutabarat, A. Z. Sardjono, S. Budiyani, Y. Romanus Reminh

  01-Okt-10 Pesta S. Teresia dr Kanak-kanak Yesus Sir. 66:10-14c; Mzm. 131:1,2,3; Mat. 18:1-5 02-Okt-10 Pw Para Malaikat Pelindung Kel. 23:20-23a; Mzm. 91:12,3-4,5-6,10-11; Mat.18:1-5,10 03-Okt-10 Hari Minggu Biasa XXVII Hab. 1:2-3; 2:2-4; Mzm. 95:1-2,6-7,8-9; 2Tim. 1:6-8,13-14; Luk. 17:5-10

  Tanggal Hari Raya/Pesta - Bacaan Liturgi 27-Sep-10 Pw S. Vinsensius de Paul Ayb. 1:6-22; Mzm. 17:1,23,6-7; Luk. 9:46-50. atau dr RUybs 28-Sep-10 Hari Biasa Ayb.3:1-3,11-17,20-23; Mzm. 88:2-3,4-5,6,78; Luk. 9:51-56 29-Sep-10 Pesta S. Mikael, Gabriel, dan Rafael Dan. 7:9-10,13-14 atau Why. 12:7-12a; Mzm. 138:12a,2bc-3,4-5; Yoh. 1:47-51 30-Sep-10 Pw S. Hieronimus Ayb. 19:21-27; Mzm. 27:78a,86-9abc,13-14; Luk. 10:1-12; atau dr Ruybs

  Tanggal Lingkungan Dokter Jaga Apoteker Perawat / Bidan

26-Sep-10 Lk. Gembala Baik dr. Yulius Yovita, Lina, Fransiska Rika Amalia, C. Novi Indri

03-Okt-10 PDKK St. Maria dr. Sino

  Lk. Mikael Lk. Keluarga Kudus Koor Paroki Lk. Kristus Raja Organis Sdr. Donny P. Sdr. Bowo Sdr. Donny P. Sdr. Y. Dodi

Petugas Balai Kesehatan Masyarakat & Dokter Jaga (September 2010)

  L. A. Sukirna, M. Ody Putra Altar Tata Tertib & Koor

  Soedibyo, J. Surachmad, Lucia M. Suwita, T. A. Catiarso Nugroho, M. Pangudiyono, Br. Petrus Pay

  A. P. Ram Rosanto, A. Sugiyo, A. Husein Setianegara, S.

  Nugroho A. Haryanto, A. D.

  Hari Tgl. Pk. Koor Minggu 10-Okt-10 7:30

  Sonia Yus, Pranoto Vivi, Alloy Rubin, Stella Komentator Syeni Fany Herman Wiwin Prodiakon T. A. Catiarso

  16.00 WIB Lektor / Lektris

  07.30 WIB Minggu, 03 Okt ‟ 10

  17.30 WIB Minggu, 03 Okt ‟ 10

  19.00 WIB Sabtu, 02 Okt ‟ 10

  Jumat, 01 Okt ‟ 10

  

Jadwal Perayaan Ekaristi & Petugas Liturgi

Hari Minggu Biasa XXVII

  F. Xaverius Minggu 10-Okt-10 16:00 Vinsentius Sabtu 16-Okt-10 17:30 Stephanus Minggu 17-Okt-10 7:30 Caecilia Minggu 17-Okt-10 16:00 Gabriel

A. Pudjiastuti, Endang, Lidwina FX. Mariati, Anna

  BERITA SEPUTAR PAROKI

Berapa Usia Ideal Anak untuk Dibaptis?

  

Pertemuan Orang Tua dan Wali Baptisan Bayi

  Membaptis anak sedini mungkin merupakan bentuk tanggung jawab orang tua kepada anak-anaknya, untuk itu pada hari Minggu,

  19 September 2010 lalu, ada 24 pasutri yang mengikuti pertemuan guna persiapan baptisan bayi/anak mereka. Romo Natalis yang mendampingi pertemuan ini, membuka dengan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada para orang tua, yaitu, “Mengapa mau membaptiskan anak anda?”

  Pertanyaan ini dijawab dengan beragam oleh para orang tua, lalu Romo Natalis, mengingatkan kembali akan janji yang telah diucapkan oleh pasutri saat melakukan pernikahan di gereja, yaitu saling setia satu sama lain dan untuk mendidik anak-anak mereka secara Katolik. Berdasarkan janji pernikahan tersebut, maka membaptis anak sedini mungkin adalah wujud tanggung jawab pasutri kepada anak-anak yang telah dikaruniakan kepada mereka. baptis ini adalah baru merupakan awal dari tanggung jawab orang tua akan pendidikan iman

  Katolik anaknya dan orang tua adalah aktor utama dalam perkembangan iman anak. Sekarang ini diluar sana anak-anak kita mendapatkan banyak pertanyaan mengenai iman Katolik, semisal mengapa orang Katolik berdoa kepada bunda Maria? Mengapa orang Katolik berdoa dengan tanda salib? Apakah para orang tua sudah siap dengan hal itu dalam mendampingi anak- anaknya? Dewasa ini para orang tua lebih berfokus pada pendidikan intelektual anak-anak mereka dan kurang memperhatikan pendidikan iman. Hal ini tercermin dengan rendahnya partisipasi anak dalam kegiatan Bina Iman anak di lingkungan-lingkungan. Hal ini mungkin tidak akan terjadi jika orang tua sadar akan pentingnya pendidikan iman anak mereka, dengan tindakan yang sederhana yaitu berperan dalam mengantarkan anak-anak mereka untuk mengikuti kegiatan Bina Iman. Orang tua dan wali baptis nantinya juga bertanggung jawab memberikan contoh dan teladan tindakan iman kepada anak yang akan dibaptis ini.

  Romo Natalis mengakiri pertemuan ini dengan memberikan waktu kepada yang hadir untuk tanya jawab. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah berapakah usia ideal anak untuk “sesegera mungkin”. Sesegera dibaptis? Menanggapi pertanyaan ini, Romo Natalis menjawab mungkin bisa usia sebulan atau 2 bulan dan jangan diartikan begitu lahir langsung minta dibaptis, meskipun dalam kondisi tertentu ini dimungkinkan, misalkan anak yang baru lahir kondisi kesehatannya kurang baik. Sesegera mungkin membaptiskan anak ini merupakan bentuk tanggung jawab orang tua mereka. Acara pertemuan ini diakhiri dengan penjelasan urutan dan tata cara baptisan bayi oleh Mas Thomas.

  (MTW)

  Sekretariat Paroki Ibu Teresa - Cikarang Jl. Pinus 7 No. 11A, Meadow Green Lippo Cikarang - Bekasi 17550 Telp/Fax. (021) 897.29.82

  Selamat Pesta Nama Paroki Ibu Teresa Cikarang 2010