T BP 1402626 Chapter 3

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab tiga menguraikan penjelasan tentang metode dan desain yang
digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional, pengembangan instrumen
penelitian, serta prosedur penelitian.

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Peneliti menggunakan
pendekatan kuantitatif karena topik dalam penelitian ini didasarkan pada
perkembangan suatu bidang (psychological well-being dan program youth
discovery),

data

dikumpulkan

menggunakan

instrumen


dan

dianalisis

menggunakan prosedur matematis.
Metode yang digunakan untuk mengetahui efektivitas youth discovery
untuk meningkatkan psychological well-being adalah metode kuasi eksperimen
dengan desain non equivalent pre-test and post-test control group. Desain non
equivalent pre-test and post-test control group dipilih dengan pertimbangan
bahwa penelitian dimaksudkan untuk menguji keefektivan program youth
discovery. Guna menilai keefektifan program tersebut diperlukan kelompok
pembanding yaitu kelompok kontrol. Kelompok kontrol tidak diikutsertakan
dalam program dengan pertimbangan bahwa kontrol dapat mengembangkan
psychological well-beingnya dari sumber lain (Heppner, Wampold, & Kivlighan,
2008, hlm. 157) dan mewakili kondisi normal subyek tanpa diberi intervensi
apapun. Berdasarkan pertimbangan tersebut, non equivalent pre-test and post-test
control group design dirasa tepat digunakan sebagai desain dalam penelitian ini.
Desain penelitian non equivalent pre-test and post-test control group
diilustrasikan sebagai berikut:


Yuliana Eni Wahyuningsih, 2016
Program Youth Discovery untuk Peningkatan Psychological Well-Being Mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

52

Kelompok A O----------X----------O
_____________________________
Kelompok B O----------------------O
Gambar 3.1 Non equivalent pre-test and post-test control group design
(Cresswell, 2013, hlm. 242)

Keterangan :
A

= Kelompok eksperimen

B

= Kelompok kontrol


O

= Pre-test, Post-test

X

= Perlakuan

Pada dua kelompok sama-sama diberi pre-test dan post-test

B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah anggota komunitas Orang Muda
Katolik (OMK) IKMK UNY, Yogyakarta. Populasi dipilih berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilaksanakan melalui wawancara, dimana sebagian besar
anggota komunitas OMK menyatakan bahwa kegiatan yang mereka ikuti di gereja
masih kurang mendorong mereka untuk mengembangkan dirinya secara maksimal
dan tidak semua anggota OMK mau terlibat dalam kegiatan komunitas OMK.
Peneliti menggunakan komunitas dengan alasan bahwa program PYD
lebih efektif dilaksanakan dalam lingkup komunitas. Komunitas Orang Muda

Katolik (OMK) merupakan komunitas remaja dan orang muda yang dibentuk
oleh gereja sebagai wadah pendampingan kaum muda secara rohani, pribadi,
maupun sosial. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam OMK merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk membuat kaum muda katolik menjadi pribadi yang
handal, penuh kasih, dan beriman. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di
OMK IKMK UNY, antara lain bakti sosial, anjangsana, doa bersama, ziarah iman,
retret, rekoleksi, koor gereja, dan penggalangan dana sosial.

53

Adapun sample penelitian adalah anggota OMK yang tergabung dalam
Ikatan Keluarga Mahasiswa Katholik (IKMK) UNY. Sampel penelitian dipilih
secara non probability sampling. Teknik Non probability sampling merupakan
teknik yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap anggota
populasi untuk menjadi sampel.
Pretest diberikan kepada 32 orang anggota OMK IKMK. Berdasarkan
hasil pengolahan data pretest terdapat 7 orang anggota OMK yang memiliki
tingkat psychological well-being tinggi, 18 orang memiliki tingkat psychological
well-being sedang, dan 7 orang memiliki tingkat psychological well-being rendah.
Anggota OMK IKMK kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok

eksperimen (15 orang) dan kelompok kontrol (17 orang). Pembagian kelompok
didasarkan pada kesamaan daerah asal, kelompok eksperimen terdiri dari anggota
OMK yang berasal dari Yogyakarta, sedangkan kelompok kontrol berasal dari
luar Yogyakarta. Adapun persentase kategorisasi psychological well-being
anggota OMK secara rinci disajikan dalam tabel 3.1
Tabel 3.1
Gambaran Psychological Well-Being
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sebelum Intervensi
Kategori

Kelompok
Eksperimen

Kelompok Kontrol

Tinggi

13 %

29 %


Sedang

67 %

47 %

Rendah

20 %

24 %

Total

100 %

100 %

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1) Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri atas variabel bebas yaitu program youth
discovery, dan variable terikat dalam penelitian ini adalah psychological wellbeing.

54

2) Definisi Operasional
Berdasarkan fokus kajian, pada bagian ini dipaparkan operasional pengertian
yang digunakan sebagai berikut:
a) Psychological Well-Being
Psychological well-being dalam penelitian ini mengacu pada tingkat
pencapaian anggota OMK akan enam sikap yang menjadi kriteria
psychological well-being yang positif bagi remaja atau kaum muda.
Kriteria tersebut meliputi, penerimaan diri (self acceptance), hubungan
baik dengan orang lain (positive relationships with others), kemandirian
(autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), tujuan
hidup (purpose in life), dan pertumbuhan pribadi (personal growth) .
(1) Penerimaan diri (self acceptance), yaitu pengakuan dan penerimaan remaja
atau kaum muda atas berbagai kualitas baik atau buruk potensinya selama
ini dalam menjalankan kehidupannya.

(2) Hubungan baik dengan orang lain (Positive relationships with others),
yaitu bagaimana remaja atau kaum muda dalam komunitas OMK
membangun hubungan baik dengan anggota lain. Hubungan baik dengan
orang lain ditandai dengan adanya kemauan anggota OMK untuk
membuka diri pada hubungan baru dan membangun kedekatan (intimacy).
(3) Kemandirian (Autonomy), yaitu kemampuan remaja atau kaum muda
untuk menentukan keputusan secara mandiri, mampu menolak tekanan
social, dan mampu mengevaluasi diri dengan standar tertentu.
(4) Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery), yaitu kemampuan
remaja atau kaum muda untuk menguasai diri dan lingkungan di
sekitarnya.
(5) Tujuan hidup (Purpose in life), yaitu kemampuan remaja atau kaum muda
untuk menemukan makna dan arah dari pengalaman hidupnya, serta niat
seseorang untuk menentukan tujuan hidupnya.

55

(6) Pertumbuhan pribadi (Personal growth), yaitu kemampuan remaja atau
kaum muda untuk mengembangkan potensi, talenta, serta sumber baru
pengembangan diri.

b) Program Youth Discovery
Program youth discovery dalam penelitian ini ditekankan pada pandangan
komprehensif remaja sebagai aset, sebagai individu dengan sumber potensial dan
kemampuan

yang

pantas

mendapatkan

dukungan

penuh

dalam

upaya

peningkatannya sesuai dengan kerangka positive youth development. Program

Program youth discovery merupakan rangkaian kegiatan pemberdayaan remaja
yang berisi kegiatan terstruktur, konten aktivitas spesifik, serta aktivitas sekunder
yang memiliki kesempatan belajar dan mendukung perkembangan.
Program youth discovery memiliki karakteristik, yaitu hubungan
berkelanjutan antara orang dewasa dan pemuda, aktivitas yang membangun
keterampilan hidup, dan penyediaan kesempatan bagi remaja atau kaum muda
untuk menunjukkan partisipasi dan kepemimpinan dalam keluarga, sekolah, dan
kegiatan komunitas.
Program Program youth discovery yang disusun dalam penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan psychological well-being anggota OMK dan
merupakan salah satu alternatif program pendampingan kaum muda secara rohani,
pribadi, dan sosial yang dapat mendorong kaum muda menjadi pribadi yang
handal, penuh kasih, dan beriman.

D. Instrumen Penelitian
1. Proses Menerjemahkan Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengukur psychological well-being
adalah skala psychological well-being (Scales of Psychological Well-Being SPWB) yang dikembangkan oleh Carol D. Ryff (1989). Peneliti menggunakan
Scales of Psychological Well-Being (SPWB) versi 42 item atas seizin Carol D.
Ryff yang disampaikan melalui email.

Instrumen diterjemahkan di Balai Bahasa UPI melalui dua tahap yaitu
Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia kemudian dari Bahasa Indonesia ke Bahasa

56

Inggris untuk mengetahui konsistensi Bahasa yang ada dalam instrumen. Proses
penerjemahan tersebut telah disetujui oleh Kepala Balai Bahasa UPI yaitu Dr.
Wachyu Sundayana, M. A. Alur penerjemahan instrumen ini dapat dilihat pada
bagan berikut:
Scales of
Psychological
Well-Being versi
asli Bahasa
Inggris

Dialihbahasakan ke dalam
Bahasa Indonesia

Diterjemahkan kembali ke
Bahasa Inggris

Terjemahan Bahasa Inggris
dibandingkan dengan versi asli

Skala psychological well-being
Berbahasa Indonesia

Bagan 3.1. Alur Penerjemahan Instrumen

2. Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data
SPWB ini memiliki skala jenis skala Likert yang terdapat enam variasi
respon jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Agak Setuju (AS), Agak
Tidak Setuju (ATS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor
yang dimiliki individu dihitung dari jumlah keseluruhan skor yang diperoleh. Skor
terendah adalah 0, sementara skor tertinggi adalah 252. Skala psychological wellbeing ini terdiri dari 22 item favorable (nomor 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 20, 21,
22, 24, 25, 28, 29, 33, 35, 37, 38, 40, 42) dan 20 item unfavorable (nomor 3, 5,
10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 23, 26, 27, 30, 31, 32, 34, 36, 39, 41).

57

Selain menggunakan Skala, peneliti juga menggunakan observasi, jurnal
kegiatan, dan lembar feedback yang merupakan modifikasi dari lembar modifikasi
peneliti sebelumnya (Dahlan, 2011) untuk mendukung pemaparan hasil dalam
penelitian ini.

3. Penimbangan Instrumen (Expert Judgement)
Penimbangan instrumen dilakukan oleh ahli yaitu Dr. Tina Hayati Dahlan,
S. Psi, M. Pd., Psikolog dan Dr. Ilfiandra, M. Pd. Penimbangan instrumen
dilaksanakan menggunakan lembar penilaian instrumen yang mencakup bahasa
instrumen, konstruk, dan isi instrumen. Instrumen yang telah memperoleh
penilaian dari kedua pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan
dari para penimbang tersebut.

4.

Uji Keterbacaan Instrumen
Instrumen yang sudah dinilai dan direvisi kembali kemudian ditelaah oleh

sepuluh responden dari mahasiswa FPIPS UPI untuk mengetahui seberapa jauh
item dalam instrumen dipahami oleh responden. Item yang paling banyak dipilih
responden sebagai item yang sulit untuk dipahami bahasa dan isinya kemudian
diperbaiki.

5. Uji Empiris Instrumen
Instrumen diberikan kepada 122 responden sebagai sampel yang
mempunyai karakteritik usia yang sama dengan populasi yang akan diukur.
Instrumen diberikan secara online melalui google document dengan pertimbangan
efisiensi waktu dan tempat pengisian.

6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen
Validitas instrumen dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan
software IBM SPSS Statistics 19 for Windows. Hasil uji validitas mengambil dari
hasil validasi yang telah dilakukan oleh Ryff yang tertuang dalam MIDUS II,
hasil validasi instrumen dapat dilihat pada lampiran 1.

58

Konsistensi intrumen psychological well-being diketahui melalui uji
reliabilitas dengan menggunakan koefisiensi Alpha Cronbach. Uji reliabilitas
instrumen dilakukan dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics 19 for
Windows. Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach untuk psychological well-being
sebesar α = 0.878. Hasil uji reliabilitas instrumen dapat dilihat pada lampiran 2.
7. Kategorisasi Tingkat Psychological Well-Being
Kategorisasi Psychological Well-Being menggunakan skor baku (Z)
dengan rentang dan kategori yang disajikan pada Tabel 3.2
Tabel 3.2
Kategorisasi Tingkat Psychological Well-Being
Rentang

Rentang Skor

Kategorisasi

≥166

Rendah

167-182

Sedang

≤183

Tinggi

E. Prosedur Penelitian
Secara operasional, prosedur penelitian dibagi ke dalam empat tahap, yaitu
studi pendahuluan, penyusunan program intervensi, validasi rasional program
intervensi, dan uji efektivitas program intervensi. Tahap studi pendahuluan terdiri
dari dua kegiatan, yakni studi pustaka untuk memperoleh konsep positive youth
development dan psychological well-being pada remaja.
Tahapan penyusunan program intervensi dilakukan dengan merumuskan
tahapan-tahapan dan materi-materi yang akan diberikan pada saat pelaksanaan
program youth discovery. Setelah program tersebut tersusun maka dapat dilakukan
uji validasi rasional program intervensi atau uji kelayakan. Hal tersebut dilakukan
untuk mengetahui ketepatan program yang disusun untuk mengembangkan
psychological well-being anggota komunitas OMK. Uji kelayakan ini dilakukan
oleh pakar/ahli dan praktisi bimbingan dan konseling terhadap keseluruhan
dimensi struktur dan substansi program intervensi.

59

Tahapan terakhir yang dilaksanakan adalah uji efektivitas program
intervensi yang dilakukan melalui metode eksperimen kuasi dengan desain
nonequivalent (pre-test and post-test) control-group design (pre-test dan post-test
pada dua kelompok), yaitu kelompok eksperimen (kelompok A) dan kelompok
kontrol (kelompok B).

F. Teknik Analisis Data
Teknik untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji
statistik non parametrik karena data dalam penelitian ini berskala ordinal. Adapun
rumusan hipotesis dalam penelitan ini sebagai berikut:
1. Hipotesis penelitian: Program youth discovery efektif untuk meningkatkan
psychological well-being anggota komunitas OMK IKMK
Hipotesis statistik: H0 : KE = KK
H1 : KE > KK
Keterangan
KE: rata-rata peningkatan psychological well-being kelompok eksperimen
KK: rata-rata peningkatan psychological well-being kelompok kontrol
Data penelitian akan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik
perangkat lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows
versi 18. Pengujian efektivitas program youth discovery dalam meningkatkan
psychological well-being anggota OMK akan dilakukan menggunakan MannWhitney U Test dan uji tanda.