Peran Pemerintah Terhadap Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani Di Era Pasar Bebas Di Tinjau Dari Undang-Undang No 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi dan komunikasi pada era globalisasi saat ini
mengakibatkan aktivitas ekonomi tidak lagi dibatasi oleh batas-batas negara.
Fenomena-fenomena regionalisme yang terjadi diberbagai belahan dunia dewasa
ini seperti ASEAN atau Uni Eropa juga semakin mengurangi ikatan batas-batas
negara. Dengan kata lain, batas-batas negara pada taraf tertentu menjadi relatif
tidak terlalu signifikan. Fenomena ini sebagian besar diwarnai pula oleh semakin
meningkatnya saling ketergantungan (interdependensi) ekonomi di dunia.
Ketergantungan ini disebabkan karena bervariasinya sumber daya alam atau
faktor-faktor dominan lainnya. Misalnya, jumlah penduduk, teknologi atau
ekonomi, antara suatu negara dengan negara lainnya. 2
Perdagangan internasional merupakan faktor yang sangat penting bagi
setiap negara. Oleh karena itu, sangat diperlukan hubungan perdagangan antar
negara yang tertib dan adil. Untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan dibidang
perdagangan internasional diperlukan aturan-aturan yang mampu menjaga serta
memelihara hak-hak dan kewajiban para pelaku perdagangan internasional ini.
Perangkat hukum internasional yang mengatur hubungan dagang antar
negara terkandung dalam dokumen GATT (General Agreement on Tariffs and
Trade) yang ditandatangani negara-negara pada tahun 1947 dan mulai

diberlakukan sejak tahun 1948. Dari waktu ke waktu ketentuan GATT
disempurnakan lewat berbagai putaran perundingan (Round) terakhir lewat
2

Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, (Jakarta : RajaGrafindo
Persada, 2005), hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

perundingan-perundingan

Putaran

Uruguay

(1986-1994)

yang

berhasil


membentuk sebuah organisasi perdagangan dunia World Trade Organization
(WTO). Badan inilah yang selanjutnya akan melaksanakan dan mengawasi
aturan-aturan perdagangan internasional yang telah dirintis GATT sejak tahun
1947. Aturan-aturan GATT 1947 diintegrasikan ke dalam sistem WTO, yang
tidak hanya mengatur perdagangan barang akan tetapi juga perdagangan jasa,
masalah hak milik intelektual, dan aspek-aspek penanaman modal terkait. 3
GATT (Persetujuan Umum Tarif dan Perdagangan) adalah suatu
kesepakatan perdagangan multilateral yang berlaku sejak tahun 1948 dengan
tujuan utama:
1. Menciptakan perdagangan bebas
2. Membantu menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan negara
berkembang, sehingga tercapai peningkatan kesejahteraan umat manusia.
Dengan beranggotakan 106 negara (1992) GATT sangat berpengaruh dan
menentukan hubungan perdagangan antar bangsa. Dapat dikatakan bahwa 90%
perdagangan multilateral dikuasai oleh sistem perdagangan yang diatur oleh
GATT. Selain GATT merupakan pedoman bagi hubungan antar bangsa, GATT
merupakan forum konsultasi dan perundingan dalam menghadapi masalah
(barier) perdagangan. Dalam kerangka forum inilah dikenal Round (putaran
perundingan) yang membahas masalah untuk menurunkan atau menghapus

hambatan perdagangan baik tarif maupun non-tarif. 4

3

Nursalam Sianipar, Aspek Hukum Peran Serta Pemerintah Dalam MengantisipasiPasar
Bebas, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Depatermen Kehakiman dan Hak
AsasiManusia RI, 2001), hlm. 9.
4
Ibid., hlm. 32.

Universitas Sumatera Utara

Dengan disetujuinya hasil perundingan Uruguay Round dan dibentuknya
WTO sebagai lembaga penerus GATT maka struktur dan sistem pengambilan
keputusan yang berlaku dalam GATT juga turut disesuaikan dengan ketentuan
dalam perjanjian baru tersebut. WTO adalah suatu lembaga perdagangan
multilateral yang permanen. Sebagai suatu organisasi permanen, maka peranan
WTO akan lebih kuat dari pada GATT. Hal ini secara langsung tercermin dalam
struktur organisasi dan sistem pengambilan keputusan. 5
Sebagai salah satu negara anggota sekaligus sebagai negara pendiri WTO

(Word Trade Organiszation), Indonesia terikat dalam perjanjian-perjanjian
perdagangan internasional. Konsekuensi penting dari keanggotaan suatu
organisasi dunia seperti WTO (Word Trade Organiszation), yang diratifikasi
Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan
Agreement

Establishing

The

World

Trade

Organiszation

(Persetujuan

Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) pada tanggal 2 November 1994
mewajibkan Indonesia berhati-hati dalam memberlakukan peraturan ekonomi. 6

Era Globalisasi ekonomi pada saat ini sangat erat kaitannya dengan pasar
bebas/perdagangan bebas (free trade). Pasar bebas yaitu sebuah konsep ekonomi
yang mengacu kepada penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor impor
atau hambatan perdagangan lainnya. Pasar bebas membuka lebar persaingan
perdagangan antar negara secara bebas terbuka. Perdagangan ini tidak dihambat
oleh campur tangan pemerintah, baik dalam bentuk tarif maupun hambatanhambatan lainnya. Sehingga menuju pada liberalisasi perdagangan yang

5

Ibid., hlm. 46.
Ibid, hlm. 10.

6

Universitas Sumatera Utara

bersifatbebas

terbuka


yang

dilakukan

oleh

antar

negara-negara

dapat

mempengaruhi sistem pasar suatu negara. 7
Globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung dengan kemajuan
teknologi komunikasi telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang
dan/atau jasa. Dengan demikian banyak barang impor masuk ke Indonesia.
Kondisi tersebut, di satu sisi mempunyai manfaat bagi konsumen karena
memungkinkan produk-produk dari negara lain memenuhi pasar Indonesia, segala
kebutuhan konsumen dapat terpenuhi, serta semakin terbuka lebar kebebasan
untuk memilih aneka jenis kualitas barang dan jasa sesuai keinginan dan

kemampuan konsumen, terutama kebebasan untuk memilih produk beras sebagai
kebutuhan pokok konsumen.
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi
hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Pangan yang aman,
bermutu, bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup merupakan persyaratan
utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan
yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan
dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. 8
Indonesia merupakan negara agraris yang potensi alamnya sangat
melimpah, sehingga usaha di bidang agraria khususnya pertanian begitu dominan.
Diversifikasi bidang agraria membuat usaha di bidang pertanian menjadi suatu hal
yang sangat memberikan dampak besar bagi masyarakat. Para pelaku usaha
7

Puteri C.E, “Pasar Bebas”,www.putericitraeffendy.blogspot.com/2012/05/pasarbebas_
19.html diaksesTanggal 28 Maret 2017 pukul 21.30 WIB
8
Konsederan Menimbang Huruf a dan Huruf
b Undang-Undang Republik

IndonesiaNomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

Universitas Sumatera Utara

pertanian ini atau petani sangat mengandalkan usahanya untuk menyambung
kehidupannya, begitu juga dengan masyarakat Indonesia secara umum sangat
bergantung sekali dengan hasil pertanian untuk konsumsi sehari-hari. Hal ini
menandakan bahwa produk pertanian sangat berperan penting dalam kehidupan di
negeri ini.
Sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting bagi sebagian
besar negara dengan kategori sedang berkembang. Hal ini dikarenakan sebagian
besar negara berkembang di dunia masih mengandalkan sektor pertanian dalam
pembangunan ekonominya, termasuk Indonesia. Pada Indonesia sektor pertanian
memegang peranan penting di sebagian besar masyarakat sejak zaman prasejarah,
masa kolonial, hingga zaman pasca kemerdekaan. Sebagai komoditas yang
memegang hajat hidup orang banyak, sektor pertanian merupakan hal yang cukup
sensitif karena gejolak ketersediaan dan harga akan berimplikasi terhadap sektor
lain yang terkait.
Sektor pertanian memainkan peran yang sangat penting dalam proses
pembangunan ekonomi di Indonesia. Indonesia sendiri sebenarnya terkenal

sebagai Negara Agraria, sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja sebagai
petani di daerah pedesaan. Pentingnya sektor pertanian di Indonesia juga
dikarenakan kemampuan sektor ini untuk menekan laju kemiskinan dan
ketidakseimbangan didaerah pedesaan. Lebih dari sektor pertanian masih menjadi
sektor aktivitas ekonomi terpenting bagi negara Indonesia.
Dikarenakan pentingnya sektor ini dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia, sangat sulit untuk melepas atau melupakan sensitivitas sektor

Universitas Sumatera Utara

pertanian. 9 Munculnya ACFTA,MEA dan lainnya menghadirkan serangkaian
tantangan terhadap sektor pertanian di Indonesia. Bagi para pendukung sistem
ekonomi terbuka umumnya yakin bahwa liberalisasi perdagangan dapat
menghasilkan keuntungan bagi sektor pertanian. Sebaliknya mereka yang tidak
atau menentang sistem perdagangan bebas sangat pesimis mengenai partisipasi
Indonesia dalam liberalisasi perdagangan Internasional. 10
Hukum ekonomi menyatakan bahwa semakin tinggi persediaan maka
semakin rendah harga dan semakin rendah persediaan maka semakin tinggi harga.
Contoh mudah akan penerapan hal ini adalah gejolak beras yang terjadi karena
gagal panen di beberapa daerah. Studi mengenai kaitan antara ketersediaan

makanan dan jumlah pertumbuhan penduduk di bumi oleh Thomas Robert
Malthus dalam “An Essay on the Priciple of Population” pada tahun 1798
menyatakan bahwa kemiskinan yang dialami oleh manusia adalah karena tidak
seimbangnya pertumbuhan penduduk dengan peningkatan produksi pertanian.
Pertumbuhan jumlah penduduk bertambah dan dihitung dalam deret geometrik
(deret ukur) sedangkan peningkatan produksi pertanian bertambah dan dihitung
dalam deret aritmetika (deret hitung).
Produk pertanian Indonesia yang dihasilkan sangat bergantung pada iklim.
Indonesia dengan iklimnya yang tropis memiliki dua musim yaitu musim kemarau
dan musim penghujan. Kedua musim tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap
hasil pertanian. Bila cuaca mendukung, hasil pertanian akan sangat bagus dan bila
cuaca tidak mendukung atau kemarau dan hujan yang berkepanjangan hal itu
8

Sthepenson, S., and Erwidodo, the impact of the urugay Round of Indonesia’s
Agriculture sector .2007. Hlm.5
9
Setiawan B. Globalisasi Pertanian ; Ancaman atas kedaulatan Bangsa dan
kesejahteraan petani.Jakarta institute for Global Justice (IGJ)2003 hlm.67.


Universitas Sumatera Utara

akanberpengaruh negatif terhadap hasil pertanian bahkan para petani berisiko
untuk gagal panen. Selain itu, hal-hal lain yang berisiko terhadap pertanian adalah
hama atau penyakit pertanian yang menyerang pertanian.
Risiko yang dialami oleh petani ini ditanggung sendiri oleh petani dimulai
dari pembelian bibit hingga risiko terhadap gagal panen ini dengan berhutang
uang kepada rentenir, tengkulak dan pihak-pihak lainnya. Pembayaran utangutang tersebut dipastikan selalu ditambah dengan bunga yang pada kenyataannya
hal ini membuat para petani berat dalam menghadapi keharusan membayar
pengembalian utang beserta bunganya tersebut. di tambah dengan hadirnya
produk-produk pertanian dari luar negeri khususnya China dan Asia Tenggara
yang memiliki produk pertanian yang sejenis dengan indonesia dan memiliki
harga yang jauh lebih murah, hal tersebut membuat para petani di Indonesia
menjadi semakin jauh dari kata kesejahteraan, sehingga pada akhirnya generasi
muda tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang petani.
Para petani sangatlah dirugikan oleh hal-hal yang disebutkan diatas. Maka
dalam hal ini diperlukan peran pemerintah dalam mengurangi kerugian petani
dalam menanggulangi risiko tersebut. seperti yang kita ketahui bahwa sektor
pertanian itu mempengaruhi hajat hidup orang banyak, dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi:
“Untuk membentuk suatu Pemerintah NegaraIndonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang- Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

Universitas Sumatera Utara

Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat di
atas bahwa diperlukan peran langsung pemerintah dalam menanggulangi risiko
pertanian yang dampaknya berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak untuk
mewujudkan kemajuan kesejahteraan umum seperti yang disebutkan dalam
pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 alinea keempat di atas.
Untuk mewujudkan penanggulangan risiko pertanian tersebut, peran
pemerintah sudah terlihat dengan adanya pengalihan risiko pertanian kepada
Asuransi seperti yang tercantum dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani yang berbunyi:
“ Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
berkewajiban melindungi Usaha Tani yang dilakukan oleh Petani
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dalam bentuk Asuransi
Pertanian.”Dari penjelasan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani disebutkan bahwa
Negara sebagai penguasa cabang produksi pertanian ikut bertanggung
jawab terhadap risiko pertanian dengan memberikan fasilitas pembiayaan
dan permodalan sebagai upaya ganti rugi kepada petani yang bersumber
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (yang selanjutnya
disingkat APBN) seperti yang tertera dalam Pasal 66 ayat (1) Undangundang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani yang menyebutkan”.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
berkewajiban memfasilitasi pembiayaan dan permodalan petani.”Namun pada
kenyataannya ganti Kerugian tersebut di lapangan banyak sekali mendapatkan
hambatan dikarenakan jumlah ganti rugi yang tidak sesuai atau mekanisme ganti
rugi yang tidak sesuai dengan petani. Hal ini juga menjadi risiko negara dalam hal
ganti rugi yang bersumber pada APBN. Untuk itu diperlukan penanggulangan
risiko yang tidak menimbulkan kerugian langsung dari APBN. Oleh karena itu,

Universitas Sumatera Utara

untuk meminimalkan penggunaan APBN dalam ganti rugi gagal panen ini
diperlukan pihak lain yang dapat membantu menanggulangi masalah ini, yaitu
pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi.
Munculnya Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (yang selanjutnya disebut UU
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani) merupakan upaya pemerintah dalam
membantu petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh pra
sarana dan sarana produksi, kepastian usaha, resiko harga, kegagalan panen,
praktik ekonomi biaya tinggi dan perubahan iklim seperti disebutkan dalam Pasal
1 angka 1 Undang - Undang ini.
Pengalihan risiko gagal panen kepada perusahaan asuransi sudah
tercantum dalam Undang-Undang ini dalam Pasal 7 ayat (2) yang menyebutkan
Strategi Perlindungan Petani dilakukan melalui :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

prasarana dan sarana produksi pertanian;
kepastian usaha;
harga komoditas pertanian;
penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi;
ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa;
sistem peringatan dini dan penanganan dampak perubahan iklim;dan
asuransi pertanian.”
Dalam Pasal 247 Kitab Undang - Undang Hukum Dagang

(yang

selanjutnya disebut KUHD)pun menyebutkan beberapa jenis asuransi yaitu
asuransi kebakaran, asuransi jiwa, asuransi pengangkutan dan termasuk asuransi
pertanian. Dalam Pasal 247 KUHD ini terdapat kata “ antara lain “ yang menurut
Emmy Pangaribuan Simanjuntak salah seorang pakar hukum Universitas Gadjah
Mada menyatakan secara yuridis tidak membatasi atau menghalangi timbulnya

Universitas Sumatera Utara

jenis - jenis pertanggungan lain menurut kebutuhan masyarakat. 11 Hal ini
memungkinkan untuk mengadakan peralihan resiko menurut kebutuhan
masyarakat, karena dirasalahan pertanian membutuhkan penanggulangan kerugian
atas resiko pertanian yang dialami.
Pemerintah dalam hal melakukan perlindungan dan pemeberdayaan petani
telah mewacanakan adanya asuransi pertanian yang rencananya akan diwujudkan
pada tahun 2014 lalu, dan sekarang telah berjalan tetapi masih belum berjalan
secara maksimal. Dalam hal ini diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian
petani sehingga apabila terjadi kerugian akibat gagal panen dapat ditanggulangi
oleh klaim dari asuransi.
Asuransi pertanian di Indonesia sudah tercantum dalam Pasal 37 Undang Undang nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani
(Selanjutnya disebut Undang - Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani)
disebut yang menyebutkan :
“(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
Berkewajiban melindungi Usaha Tani yang dilakukan oleh Petani
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dalam bentuk Asuransi
Pertanian. (2)Asuransi Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk melindungi Petani dari kerugian gagal panen akibat:
a.bencana alam; b.serangan organisme pengganggu tumbuhan;c.wabah
penyakit hewan menular; d.dampak perubahan iklim; dan/atau e.jenis
resiko - resiko lain diatur dengan Peraturan Menteri.”
Disebutkan dalam penjelasan Pasal 37 ayat (2) huruf e adalah jenis resiko resiko lain diatur dengan Peraturan Menteri. Peraturan Menteri mengenai
Pedoman Pelaksanaan Asuransi Pertanian diundangkan pada Tahun 2014.
Pemerintah bersama perusahaan asuransi menggelar uji coba pemberian fasilitas
asuransi di bidang pertanian. Kementerian Pertanian Lakukan uji coba program
11

Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang. Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung
Asuransi Deposito dan Usaha Perasuransian,(Bandung: Alumni, 2010), hlm.46.

Universitas Sumatera Utara

asuransi pertanian seluas 1.000 Hektar di tiga propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa
Timur Dan Sumatera Selatan Hasilnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan)
Rusman Heriawan mengungkapkan uji coba membuahkan hasil yang baik tetapi
membuat rugi perusahaan asuransi. 12
Perusahaan asuransi rugi karena lahan petani yang menjadi anggota
asuransi banyak yang mengalami gagal panen. Kondisi ini membuat petani
banyak mengajukan klaim kepada pihak asuransi. Kondisi penegakan Hak Asasi
Petani juga mendapatkan tantangan yang pelik karena berhadapan dengan
pemerintah. Sebanyak 42% atau 60 kasus konflik agraria selama 2014 terjadi
dengan pemerintah. Selain itu hampir keseluruhan kasus baik yang diperankan
oleh pemerintah maupun swasta selalu melibatkan aparat penegak hukum
dilapangan. Sehingga bentrokan, kekerasan, dan kriminalisasi terhadap petani tak
dapat dihindarkan. 13 Sementara itu, hak asasi petani terhadap modal dan sarana
produksi pertanian pada tahun 2014 mengalami tantangan yang berat dengan
kelangkaan pupuk yang disertai melonjaknya harga pupuk di pasar. Selain itu,
kekeringan yang terjadi di 86 Kota/Kabipaten di Indonesia semakin menghantui
petani. 14
Kondisi ini semakin menjadi-jadi ketika irigasi yang merupakan
wewenang dari pemerintah rusak dan tak terurus. Sehingga sarana produksi yang
seharusnya menjadi hak bagi petani seolah diabaikan. Selanjutnya, hak asasi
petani terhadap akses pasar dan harga jual yang layak pada tahun 2014

12

Uji Coba Asuransi Pertanian Sukses Tapi Bikin Tekor Perusahaan; Pebrianto Eko
Wicaksono;http://bisnis.liputan6.com/read/652093/uji-coba-asuransi-pertanian-sukses-tapi
bikintekor-perusahaan ; Diposting Pada Tanggal 28/03/2017Pukul 19.20 WIB.
13
Hak asasi petani indonesia tidak terpenuhi 2014 : www.spi.or.id Diposting Pada
Tanggal 28/03/2017Pukul 19.20 WIB.
14
Ibid

Universitas Sumatera Utara

dibenturkan dengan kebijakan pemerintah untuk mengimpor komoditas pangan
melalui peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh kementrian perdagangan.
Impor yang menjadi sorotan yaitu pada tujuh komoditas pangan seperti beras,
gandum, jagung, kedelai, daging sapi, gula dan garam. Sementara itu, hak petani
atas kehidupan yang layak sepanjang tahun 2014 tidak bergerak secara signifikan.
Indikatornya yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Januari sebesar 101,95
dan pada bulan Nopember berada pada angka 102,37. 15
Selanjutnya data dari BPS menunjukan rata-rata pendapatan rumah tangga
pertanian dari usaha pertanian hanya sebesar12,41 juta rupiah per tahun atau
sekitar 1 juta rupiah per bulan. 16 Hal tersebut mengindikasikan bahwa
kesejahteraan bagi petani belum terjamin disamping luas lahan yang digarap
semakin menyempit. Oleh karena itu dibutuhkan peran pemerintah secara tegas
dalam perlindungan dan pemberdayaan petani khususnya di era pasar bebas saat
ini melalui ketetapan uu no 19 tahun 2013.
B. Rumusan Masalah:
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan
permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana

kebijakan

pemerintah

terhadap

perlindungan

dan

pemberdayaan petani dalam menghadapi pasar bebas?
2. Bagaimana peran pemerintah terhadap petani berdasarkan UU No 19 tahun
2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani?
3. Bagaimana upaya pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia
petani di Indonesia untuk menghadapi pasar bebas?
15
16

Data BPS tentang kesejahteraan petaniTahun 2014
Ibid

Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya,
maka untuk mengarahkan suatu penulisan diperlukan adanya tujuan, adapun yang
menjadi tujuan penulis dalam menyusun tulisan ini yaitu:
a. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah terhadap perlindungan dan
pemberdayaan petani dalam menghadapi Pasar Bebas.
b. Untuk mengetahui peran pemerintah terhadap petani berdasarkan UU
No.19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan Petani.
c. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam meningkatkan sumber daya
manusia petani di Indonesia untuk menghadapi pasar bebas
2. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang bertalian
dengan pengembangan ilmu hukum. Manfaat teoritis dari penulisan ini yaitu:
1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya serta Hukum Ekonomi
mengenai peran pemerintah terhadap perlindungan dan pemberdayaan
petani di era pasar bebas di tinjau dari undang-undang N0.19 tahun 2013
tentang perlindungan dan pemberdayaan petani.
2. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur
dalam dunia kepustakaan tentang peran pemerintah terhadap perlindungan

Universitas Sumatera Utara

dan pemberdayaan petani di era pasar bebas di tinjau dari UU No.19
Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani.
3. Hasil penulisan ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penulisanpenulisan sejenis untuk tahap berikutnya.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini berkaitan dengan
pemecahan masalah. Manfaat praktis dari penulisan ini yaitu:
1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam
membuat regulasi mengenai penerapan perlindungan dan pemberdayaan
petani di era pasar bebas
2. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat,
khususnya petani di Indonesia untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk
perlindungan dan pemberdayaan petani yang ditawarkan dan diberikan
pemerintah kepada petani melalui UU No.19 tahun 2013 tentang
perlindungan dan pemberdayaan petani.
D. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian yang
dilakukan adalah metode penelitian hukum yang Yuridis Normatif dinamakan
juga dengan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal. Pada
penelitian normatif data sekunder sebagai sumber/bahan informasi dapat
merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tirtier.
Pelaksanaan penelitian normatif secara garis besar ditujukan kepada :
a. Penelitian terhadap asas-asas hukum.

Universitas Sumatera Utara

b. Penelitian terhadap sistematika hukum.
c. Penelitian terhadap sinkronisasi hukum.
d. Penelitian terhadap sejarah hukum.
e. Penelitian terhadap perbandingan hukum.
Dalam hal penelitian hukum normatif, dilakukan penelitian terhadap
peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan dan berbagai literatur yang
berkaitan dengan permasalahan skripsi ini.
2. Metode Pendekatan
Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan yuridis normatif. yaitusuatu penilitian yang secara deduktif dimulai
dengan analisis pasal - pasal dalam peraturan perundang-undangan

yang

mengatur permasalahan skripsi. Bersifat normatif maksudnya adalah penilitian
hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang
hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain dan penerapannya dalam
prakteknya.
3. Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan pendekatan dan data dalam penelitian ini, maka metode
pengumpulan data yang dipakai adalah studi kepustakaan, yaitu menelaah bahan
hukum primer,sekunder dan tertier.

a. Bahan hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat atau
yang membuat orang taat pada hukum seperti peraturan perundang–

Universitas Sumatera Utara

undangan, dan putusan hakim. Bahan hukum primer yang penulis
gunakan di dalam penulisan ini yakni: Undang-undang Nomor 19
Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder itu diartikan sebagai bahan hukum yang tidak
mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang
merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli
yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus yang akan
memberikan petunjuk ke mana peneliti akan mengarah. Yang
dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh penulis adalah doktrin–
doktrin yang ada di dalam buku, jurnal hukum dan internet.
c. Bahan hukum tertier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan
pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum
yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia
dan Kamus Hukum.
4. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Prosedur pengumpul dan pengambilan data yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah studi kepustakaan (library research), yaitu dengan
melakukan penelitian terhadap berbagai literatur yang relevan dengan
permasalahan skripsi ini seperti, buku-buku, makalah, artikel dan berita yang
diperoleh penulis dari internet yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh
konsepsi-konsepsi, teori-teori atau bahan-bahan yang berkenaan dengan peran

Universitas Sumatera Utara

pemerintah terhadap perlindungan dan pemberdayaan petani di Era pasar bebas di
tinjau dari UU No.19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani.
5.Analisis data
Analisis data bisa juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
merubah data hasil dari penelitian menjadi informasi yang nantinya dapat
dipergunakan untuk mengambil kesimpulan. Analisis data merupakan bagian yang
amat penting, sebab dengan analisislah suatu data dapat diberi makna yang
berguna untuk masalah penelitian. Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti
tidak akan ada gunanya apabila tidak dianalisis terlebih dahulu.
Beberapa tujuan dari analisis data antara lain untuk mendeskripsikan data
sehingga bisa dipahami, lalu untuk membuat kesimpulan atau menarik kesimpulan
mengenai karakteristik populasi berdasarkan data yang didapatkan dari sampel,
biasanya dibuat berdasarkan pendugaan dan pengujian hipotesis.
E. Keaslian Penulisan
Peran pemerintah terhadap perlindungan dan pemberdayaan petani di era
pasar bebas di tinjau dari UU No.19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan
pemberdayaan petani sengaja diangkat sebagai judul skripsi ini karena telah
diperiksa dan diteliti melalui penelusuran kepustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Tema di atas didasarkan oleh ide, gagasan,
pemikiran, fakta yang terjadi di masyarakat, referensi, buku-buku dan pihak-pihak
lain. Judul tersebut belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara sebelumnya. Sepengetahuan penulis, skripsi ini belum pernah ada yang
membuat.hanya

ada

satu

skripsi

yang

mendekati

yaitu

skripsi

yang

berjudulMeningkatkan pemberdayaan petani dan nelayan dalam sistem distribusi pangan

Universitas Sumatera Utara

guna mencapai ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa yang disusun oleh
M. Hermawan Eriadi Mahasiswa fakultas hukum universitas Pattimura,dalam skripsinya
beliau memfokuskan kepada proses ketahanan pangan.sementara dalam skripsi penulis
menekankan bagaimana peran pemerintah dalam melindungi dan memberdayakan petani.

Dengan demikian maka keaslian penulisan skripsi dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan di dalam memahami isi dan tujuan dari penelitian,
maka penulis memaparkan rancangan dari bentuk dan isi skripsi secara
keseluruhan.dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab,dimana setiap bab memiliki
sub bab. Adapun bab-bab tersebut antara lain :
BAB I

, bab pertama ini berisi tentang pendahuluan, terdiri dari 6 (enam) sub
bab, yaitu yang pertama menjelaskan tentang latar belakang, yang
keduaa membahas tentang permasalahan, ketiga membahas tentang
tujuan dan manfaat penulisan, keempat membahas tentang metode
penelitian, kelima membahas tentang keaslian penulisan, dan yang
terakhir yang ke enam membahas tentang sistematika penulisan.

BAB II, bab kedua ini menjelaskan tentang pasar bebas dan

pentingnya

perlindungan dan pemberdayaan petani. Pada bab ini terdapat 3 (tiga)
sub bab, yaitu yang pertama menjelaskan tentang konsep pasar bebas,
kedua menjelaskan kedudukan petani dalam ekonomi di era pasar
bebas.dan yang ketiga membahas tentang pentingnya perlindungan dan
pemberdayaam petani di era pasar bebas.
BAB III, bab ini membahas tentang perlindungan dan pemberdayaan petani
berdasarkan UU No. 19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan

Universitas Sumatera Utara

pemberdayaan petani, dalam bab ini terdapat 4 (empat) sub bab, dimana
yang pertama menjelaskan pertimbangan-pertimbangan dalam UU
No.19 Tahun 2013, yang kedua menjelaskan asas, tujuan dan lingkup
pengaturan, yang ketiga membahas pengaturan perrlindungan terhadap
petani, dan yang terakhir yang keempat membahas tentang pengaturan
pemberdayaan petani.
BAB IV, bab ini menjelaskan tentang peran pemerintah terhadap perlindungan
dan pemberdayaan petani di era pasar bebas ditinjau dari uu no 19 tahun
2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani, pada bab ini
terdiri dari 3 (tiga) sub bab yaitu yang pertama membahas tentang
kebijakan pemerintah dalam menghadapi pasar bebas. yang kedua
membahas tentangperan pemerintah berdasarkan UU No.19 tahun 2013
tentang perlindungan dan pemberdayaan petani. Dan yang terakhir
yakni yang ketiga menjelaskan tentang upaya pemerintah dalam
meningkatkan sumber daya manusia petani di Indonesia dalam
menghadapi pasar bebas.
BAB V, bab ini menjadi bab penutup dari skripsi penulis, pada bab ini berisi
penjelasan mengenai kesimpulan dari keseluruhan skripsi penulis dan
saran.

Universitas Sumatera Utara