Peran Pemerintah Terhadap Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani Di Era Pasar Bebas Di Tinjau Dari Undang-Undang No 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani Chapter III V

BAB III
PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2013
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengamanatkan Negara mempunyai tanggung jawabuntuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Dalam sila kelima Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, secara jelas dinyatakan bahwa keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi dasar salah satu filosofi
pembangunan bangsa, sehingga setiap warga Negara Indonesia, berhak atas
kesejahteraan. Oleh karena itusetiap warga Negara Indonesia berhak dan wajib
sesuai dengankemampuannya ikut serta dalam pengembangan usaha untuk
meningkatkan kesejahteraan, khususnya di bidang Pertanian. 67
Sejalan dengan amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, salah satu tujuan pembangunan
Pertaniandiarahkan untuk meningkatkan sebesar-besar kesejahteraan Petani.
Selama ini Petanitelah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan
Pertaniandan pembangunan ekonomi perdesaan.
Petanisebagai pelaku pembangunan Pertanianperlu diberi Perlindungandan
Pemberdayaanuntuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan yang merupakan

hak dasar Setiap Orangguna mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian
pangan, dan ketahanan pangan secara berkelanjutan. Dalam menyelenggarakan
pembangunan Pertanian, Petani mempunyai peran sentral dan memberikan
67

Penjelasan UU No 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

Universitas Sumatera Utara

kontribusi besar. Pelaku utama pembangunan Pertanian adalah para Petani, yang
pada umumnya berusaha dengan skala kecil, yaitu rata-rata luas Usaha Tani
kurang dari 0,5 hektare, dan bahkan sebagian dari Petani tidak memiliki sendiri
lahan Usaha Tani atau disebut Petani penggarap, bahkan juga buruh tani. Petani
pada umumnya mempunyai posisi yang lemah dalam memperoleh sarana
produksi, pembiayaan Usaha Tani, dan akses pasar.
Selain

itu,

Petani


perubahaniklim,kerentanan

dihadapkan
terhadap

pada

bencana

kecenderungan
alam

dan

terjadinya

risiko

usaha,


globalisasidan gejolak ekonomi global, serta sistem pasar yang tidak berpihak
kepada Petani. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk melindungi dan sekaligus
memberdayakan Petani. Upaya Perlindungandan PemberdayaanPetani selama ini
belum didukung oleh peraturan perundang-undangan yang komprehensif,
sistemik, dan holistik, sehingga kurang memberikan jaminan kepastian hukum
serta keadilan bagi Petani dan Pelaku Usaha di bidang Pertanian. Undang-Undang
yang ada selamaini masih bersifat parsial dan belum

mengatur upaya

Perlindungan dan Pemberdayaan secara jelas, tegas, dan lengkap. Hal tersebut
antara lain dapat dilihat dalam:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960 tentang Penetapan Luas
Tanah Pertanian;
3. .Undang-Undang

Nomor


12

Tahun

1992

tentang

Sistem

BudidayaTanaman;

Universitas Sumatera Utara

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia);
5. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;
6. Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian , Perikanan, dan Kehutanan;

7. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah;
8. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan;
9. Undang - Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
10.Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura; dan
11.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
`

Perlindungandan

PerlindunganPetani,

PemberdayaanPetanimeliputi

PemberdayaanPetani,

pembiayaan


perencanaan,
dan

pendanaan,

pengawasan, dan peran serta masyarakat, yang diselenggarakan berdasarkan asas
kedaulatan,

kemandirian,

kebermanfaatan,

kebersamaan,

keterpaduan,

keterbukaan, efisiensi-berkeadilan, dan berkelanjutan.Bentuk kebijakan yang
dapat diberikan untuk melindungi kepentingan Petani, antara lain pengaturan
impor Komoditas Pertaniansesuai dengan musim panen dan/atau kebutuhan
konsumsi di dalam negeri; penyediaan sarana produksi Pertanianyang tepat waktu,

tepat mutu, dan harga terjangkau bagi Petani, serta subsidi sarana produksi;

Universitas Sumatera Utara

penetapan tarif bea masuk Komoditas Pertanian, sertapenetapan tempat
pemasukan Komoditas Pertaniandari luar negeri dalam kawasan pabean.
Selain itu, juga dilakukan penetapan kawasan Usaha Taniberdasarkan
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan; fasilitasi Asuransi Pertanianuntuk melindungi Petanidari kerugian gagal
panen akibat bencana alam, wabah penyakit hewan menular, perubahan iklim;
dan/atau jenis risiko lain yang ditetapkan oleh Menteri; serta dapat memberikan
bantuan ganti rugi gagal panen akibat kejadianluar biasa sesuai dengan
kemampuan keuangan negara.Selain kebijakan Perlindunganterhadap Petani,
upaya Pemberdayaanjuga memiliki peran penting untuk mencapai kesejahteraan
Petaniyang

lebih

mengembangkan


baik.
pola

Pemberdayaandilakukan
pikir

Petani,

untuk

meningkatkan

memajukan

Usaha

Tani,

dan
serta


menumbuhkan dan menguatkan Kelembagaan Petaniagar mampu mandiri dan
berdaya saing tinggi dalam berusaha Tani.
Beberapa kegiatan yang diharapkan mampu menstimulasi Petaniagar lebih
berdaya, antara lain, berupapendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan
pendampingan,pengembangan

sistem

dan

sarana

pemasaran

hasil

Pertanian;pengutamaan hasil Pertaniandalam negeri untuk memenuhi kebutuhan
pangan nasional.konsolidasi dan jaminan luasan lahan Pertanian;penyediaan
fasilitas pembiayaan dan permodalan;kemudahan akses ilmu pengetahuan,

teknologi, dan informasi; dan penguatan Kelembagaan Petani.
Sasaran Perlindungandan PemberdayaanPetaniadalah Petani, terutama
kepada Petanipenggarap paling luas 2 (dua) hektare (tidak mempunyai lahan yang
mata pencaharian pokoknya adalah melakukan Usaha Tani); Petaniyang

Universitas Sumatera Utara

mempunyai lahan dan melakukan usaha budi dayatanaman pangan pada luas
lahan paling luas 2 (dua) hektare; Petanihortikultura, pekebun, atau peternak skala
usaha kecil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perlindungandan
kedaulatan

dan

PemberdayaanPetanibertujuan

kemandirian

Petanidalam


untuk

rangka

mewujudkan

meningkatkantaraf

kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan yang lebih baik; melindungi Petanidari
kegagalan panen dan risiko harga; menyediakan prasarana dan sarana
Pertanianyang

dibutuhkan

menumbuhkembangkan

dalam

mengembangkan

Usaha

Tani;

kelembagaan pembiayaan Pertanianyang melayani

kepentingan Usaha Tani; meningkatkan kemampuan dan kapasitas Petaniserta
Kelembagaan Petanidalam menjalankan Usaha Taniyang produktif, maju,
modern, bernilai tambah, berdaya saing, mempunyai pangsa pasar dan
berkelanjutan; sertamemberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya Usaha
Tani..
A. Pertimbangan – Pertimbangan diundangkannya Undang-Undang No.19
Tahun 2013
Adapun pertimbangan-pertimbangan diundangkannya Undang-Undang No
19 Tahun 2013 Tentang Perlindugan dan Pemberdayaan Petani antara lain : 68
1. Pertimbangan Filosofis
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengamanatkan Negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraanumum, mencerdaskan
kehidupan bangsa serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia.
Dalam sila kelima Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
68

UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

Universitas Sumatera Utara

RepublikIndonesia Tahun 1945, secara jelas dinyatakan bahwa keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesiamenjadi dasar salah satu filosofi pembangunan
bangsa, sehingga setiap warga Negara Indonesia, berhakatas kesejahteraan. Oleh
karena itu, setiap warga Negara Indonesia berhak dan wajib sesuai
dengankemampuannya

ikut

serta

dalam

pengembangan

usaha

untuk

meningkatkan kesejahteraan, khususnya dibidang Pertanian. 69
Sejalan dengan amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945tersebut, salah satu tujuan pembangunan
Pertanian diarahkan untuk meningkatkan sebesar-besar kesejahteraan Petani.
Selama ini Petani telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan
Pertanian dan pembangunan ekonomi perdesaan. Petani sebagai pelaku
pembangunan Pertanian perlu diberi Perlindungan dan Pemberdayaan untuk
mendukung pemenuhan kebutuhan pangan yang merupakan hak dasar Setiap
Orang guna mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan
pangan secara berkelanjutan.
2. Pertimbangan Sosiologis
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta untuk memenuhi
hak dan kebutuhan dasar warga negara, negara menyelenggarakan perlindungan
dan pemberdayaan masyarakat, khususnya petani secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan.
Dalam menyelenggarakan pembangunan Pertanian, Petani mempunyai
peran sentral dan memberikankontribusi besar Pelaku utama pembangunan
Pertanian adalah para Petani, yang pada umumnya berusaha dengan skala kecil,

69

Ibid,hlm.29.

Universitas Sumatera Utara

yaitu rata-rata luas Usaha Tani kurang dari 0,5 hektare, dan bahkan sebagian dari
Petani tidak memiliki sendiri lahan Usaha Tani atau disebut Petani penggarap,
bahkan juga buruh tani. Petani pada umumnya mempunyai posisi yang lemah
dalam memperoleh sarana produksi, pembiayaan Usaha Tani, dan akses
pasar.Selain itu, Petani dihadapkan pada kecenderungan terjadinya perubahan
iklim, kerentanan terhadap bencana alam dan risiko usaha, globalisasi dan gejolak
ekonomi global, serta sistem pasar yang tidak berpihak kepada Petani. Oleh
karena itu, diperlukan upaya untuk melindungi dan sekaligus memberdayakan
Petani.
3.Pertimbangan Yuridis
Upaya Perlindungan dan Pemberdayaan Petani selama ini belum didukung
oleh peraturan perundang-undangan yang komprehensif, sistemik, dan holistik,
sehingga kurang memberikan jaminan kepastian hukum serta keadilan bagi Petani
dan Pelaku Usaha di bidang Pertanian.
Undang-Undang yang ada selama ini masih bersifat parsial dan belum
mengatur upaya Perlindungan dan Pemberdayaan secara jelas, tegas, dan lengkap.
Hal tersebut antara lain dapat dilihat dalam:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960 tentang Penetapan Luas
Tanah Pertanian;
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman.

Universitas Sumatera Utara

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia);
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;
6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan;
7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah;
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan;
9. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
10. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura; dan
11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Dengan demikian, agar upaya Perlindungan dan Pemberdayaan Petani mencapai
sasaran yang maksimal diperlukan pengaturan yang terpadu dan serasi dalam
suatu Undang-Undang.
B. Asas, Tujuan dan Lingkup Pengaturan
1. Asas
Adapun perlindungan dan Pemberdayaan Petani berasaskan pada : 70
a.

kedaulatan;
Yang dimaksud dengan “asas kedaulatan” adalah penyelenggaraan
Perlindungandan

70

PemberdayaanPetaniharus

dilaksanakan

dengan

Pasal 2 UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

Universitas Sumatera Utara

menjunjung tinggi kedaulatan Petaniyang memiliki hak-hak dan
kebebasan dalam rangka mengembangkan diri.
b.

kemandirian;
Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah penyelenggaraan
Perlindungandan

PemberdayaanPetaniharus

dilaksanakan

secara

independen dengan mengutamakan kemampuan sumber dayadalam negeri.
c.

kebermanfaatan;
Yang dimaksud dengan “asas kebermanfaatan”adalah penyelenggaraan
Perlindungandan PemberdayaanPetani harus bertujuan untuk memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat.

d.

kebersamaan;
Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah penyelenggaraan
Perlindungan dan PemberdayaanPetaniharus dilaksanakan secara bersamasama oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pelaku Usaha, dan masyarakat.

e.

keterpaduan;
Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah penyelenggaraan
Perlindungandan

PemberdayaanPetaniharus

memadukan

dan

menyerasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas
wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.

f.

keterbukaan;
Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah penyelenggaraan
Perlindungandan

PemberdayaanPetaniharus

dilaksanakan

dengan

Universitas Sumatera Utara

memperhatikan aspirasi Petanidan pemangku kepentingan lainnya yang
didukung dengan pelayanan informasi yang dapat diakses oleh
masyarakat.
g.

efisiensi-berkeadilan;
Yang

dimaksud

dengan

“asas

efisiensi-berkeadilan”

adalah

penyelenggaraan Perlindungandan PemberdayaanPetaniharus memberikan
peluang dan kesempatan yang sama secara proporsional kepada semua
warga negara sesuai dengan kemampuannya.
h.

keberlanjutan.
Yang dimaksud dengan “asas keberlanjutan” adalah penyelenggaraan
Perlindungandan PemberdayaanPetaniharus dilaksanakan secara konsisten
dan berkesinambungan untuk menjamin peningkatan kesejahteraan Petani.

2. Tujuan
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani bertujuan untuk: 71
a) mewujudkan

kedaulatan

dan

kemandirian

Petani

dalam

rangka

meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan yang lebih
baik;
b) menyediakan prasarana dan sarana Pertanian yang dibutuhkan dalam
mengembangkan Usaha Tani;
c) memberikan kepastian Usaha Tani;
d) melindungi Petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya tinggi, dan
gagal panen; Penghapusan praktik ekonomi biaya tinggidimaksudkan
untuk menjamin terlaksananya kegiatan Usaha Tani secara efektif dan
efisien.
71

Pasal 3 UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

Universitas Sumatera Utara

e) meningkatkan kemampuan dan kapasitas Petani serta Kelembagaan Petani
dalam menjalankan Usaha Tani yang produktif, maju, modern dan
berkelanjutan; maksudnya Peningkatan kemampuan dan kapasitas Petani
serta Kelembagaan Petani ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah,
daya saing, dan akses pasar.
f) menumbuhkembangkan

kelembagaan

pembiayaan

Pertanian

yang

melayani kepentingan UsahaTani.
3. Ruang Lingkup Pengaturan
Lingkup pengaturan Perlindungan dan Pemberdayaan Petani meliputi: 72
a. perencanaan;
b. Perlindungan Petani;
c. Pemberdayaan Petani;
d. pembiayaan dan pendanaan;
e. pengawasan; dan
f. peran serta masyarakat.
C.Pengaturan Perlindungan terhadap Petani
Pengaturan Perlindungan terhadap Petani diatur dalam beberapa pasal di
dalam

Undang-Undang

No.19

Tahun

2013

tentang

Perlindungan

dan

pemberdayaan petani, . Adapun pasal-pasal tersebut sebagai berikut :
Pasal 12 pada bab 4 bagian kesatu menjelaskan tentang perlindungan
petani dilakukan melalui strategi sebagai mana yang di maksud dalam pasal 7 ayat
(2). 73 Pasal 13 pada bab 4 bagian kesatu menjelaskan bahwa pemerintah dan

72

Pasal 4 UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
73
Pasal 12 UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

Universitas Sumatera Utara

pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab atas
perlindungan petani. 74
Pasal 14 pada bab 4 bagian kesatu menjelaskan tentang pemerintah dan
pemerintah daerah melakukan koordinasi dalam perencanaan,pelaksanaan dan
pengawasan perlindungan petani. 75 Pasal 15 pada bab 4 bagian kesatu
menjelaskan tentang pemerintah berkewajiban mengutamakan produksi pertanian
dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. 76
Dalam mengatasi permasalahan yang sering dialami oleh para petani lokal
akibat hadirnya pasar bebas khususnya kawasan ASEAN, yang menyebabkan
tidak adanya kepastian usaha yang didapat oleh petani, yang pada akhirnya selalu
membuat para petani lokal mengalami kerugian,dari latar belakang tersebut,
pemerintah mencoba mengatasi masalah ini melalui Undang-Undang No 19
Tahun 2013 tentang perlindungan dan Pemberdayaan Petani.yakni terdapat pada
Bagian Ketiga tentang Kepastian Usaha dan Bagian Keempat tentang harga
komoditas pertanian, adapun bunyi pasal-pasal tersebut antara lain :
Bagian ketiga tentang kepastian usaha pasal 22 yang menjelaskan tentang
jaminan kepastian usaha sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf
b.

Pemerintah

dan

pemerintah

daerah

sesuai

dengan

kewenangannya

berkewajiban: 77
a. menetapkan kawasan Usaha Taniberdasarkan kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan;
74

Pasal 13 UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
Pasal 14 UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
76
Pasal 15 UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
75

77

Pasal 22 UU No 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

Universitas Sumatera Utara

b. memberikanjaminan

pemasaran

hasil

Pertaniankepada

Petaniyang

melaksanakan Usaha Tani sebagai program Pemerintah;
c. memberikan keringanan Pajak Bumi dan Bangunan bagi lahan
Pertanianproduktif yangdiusahakan secara berkelanjutan; dan
d. mewujudkanfasilitas pendukung pasar hasil Pertanian.
Pada bagian keempat tentang komoditas pertanian pasal 25 ayat (1dan 2)
menjelaskan bahwa pemerintah berkewajiban menciptakan kondisi yang
menghasilkan harga komoditas pertanian yang menguntungkan bagi petani
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf c. Adapun kewajiban
pemerintah dalam menciptakan kondisi sebagaimana yang dimaksud dapat
dilakukan dengan menetapkan :
a. tarif bea masuk Komoditas Pertanian;
b. tempatpemasukan Komoditas Pertanian dari luar negeridalam kawasan
pabean
c. persyaratan administratifdan standar mutu
d. struktur pasar produk Pertanian yang berimbang; dan
e. kebijakan stabilisasiharga pangan. 78
a. pengaruh Komoditas Pertanian terhadap stabilitas ekonomi nasional;
dan/atau
b. kepentingan hajat hidup orang banyak.
D. Pengaturan tentang Pemberdayaan Petani
Pemberdayaan petani sangat penting dilakukan untuk memajukan pola
pikir dan pola kerja petani, sehingga kedepannya petani-petani lokal memiliki

78

Pasal 25 UU No 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

Universitas Sumatera Utara

daya saing tinggi dan memiliki sumber daya manusia yang mempuni sehingga
mampu bersaing dengan petani-petani dari negara lain. untuk itu pemerintah
melalui UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
mencoba memberdayaankan petani Indonesia agar mampu bersaing di Era Pasar
bebas ini, adapun pengaturannya terdapat di UU No.19 Tahun 2013 BAB V
tentang pemberdayaan Petani yaitu antara lain :
Pada bab v tentang pemberdayaan petani,pada bagian kesatu pasal 40
menjelaskan bahwa Pemberdayaan Petani dilakukan untuk memajukan dan
mengembangkan pola pikir dan pola kerja Petani, meningkatkan Usaha Tani, serta
menumbuhkan dan menguatkan Kelembagaan Petani agar mampu mandiri dan
berdaya saing tinggi. 79
Selanjutnya pada bagian kedua tentang pendidikan dan pelatihan
dijelaskan dalam pasal 42 bahwa :
(1) Pemerintah

dan

Pemerintah

Daerah

sesuai

dengan

kewenangannyaberkewajiban menyelenggarakanpendidikan dan pelatihan
kepada Petani.
(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
berupa:
a. pengembangan program pelatihan dan pemagangan;
b. pemberian beasiswa bagi Petani untuk mendapatkan pendidikan di
bidang Pertanian; atau
c. pengembangan pelatihan kewirausahaan di bidang agribisnis. 80

79
80

Pasal 40 UU No 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
Pasal 42 UU No 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

Universitas Sumatera Utara

(3) Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12ayat (2)yang sudah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan serta memenuhi kriteria berhak
memperoleh bantuan modal dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
(4) Persyaratan Petani

yang

berhakmemperoleh

bantuan

modal

dari

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerahdiatur dengan Peraturan Menteri.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PERANAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN
DAN PEMBERDAYAAN PETANI DI ERA PASAR BEBAS DI TINJAU
DARI UU NO.19 TAHUN 2013
A. Kebijakan Pemerintah dalam menghadapi Pasar Bebas
Dalam kaitannya dengan keikutsertaan Indonesia dalam program-program
integrasi ekonomi kawasan/regional, hal yang paling penting dan mendesak, serta
memerlukan dukungan adalah mantapnya infrastruktur termasuk jalan raya. Bila
dapat diselesaikan dengan baik terkait dengan perdagangan pasar bebas, tentunya
akan mempermudah proses integrasi ekonomi yang lebih luas yang akan
diwujudkan di masa depan seperti kawasan di Asia khususnya. 81 Hal ini yang
menjadi pemikiran agar Indonesia tidak semakin tertinggal dalam jejaring
produksi regional dan globalisasi proses produksi. 82Dalam kaitannya dengan hal
tersebut,Indonesia hendaknya memerhatikan komposisi produk dan negara tujuan
ekspor agar dapat lebih memenangkan persaingan dengan sesama negara di
Dunia. 83
Seiring dengan kecenderungan semakin kuatnya keterkaitan antarnegara
dalam perdagangan bebas. Dengan adanya perdagangan bebas akan memberikan
kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan adanya intervensi pemerintah,

81

Soetanto, H. .Kebijakan Perdagangan Indonesia dan Keikutsetaan dalam Kerjasama
Ekonomi di Kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Makalah disampaikan pada Seminar Trans
Asia dalam konteks Asia dan ASEAN Highway: Peluang dan Tantangan menghadapi Tatanan
Global,. Jakarta : 1 Juli 2009
82
Tambunan, T. 2007. Pengkajian Kebijakan Investasi Riil di Indonesia. http://kadinindonesia.or.id diakses pada tanggal 11 April 2017 pukul 16.51 WIB.
83
Hadi, U.P. dan S. Mardianto. 2004. Analisis Komparasi Dayasaing Produk Ekspor
Pertanian antar Negara ASEAN dalam Era Perdagangan Bebas AFTA. Jurnal Agro Ekonomi
22(1): 46-73.

Universitas Sumatera Utara

seperti yang disajikan oleh Chen et al. 84 dimana volume perdagangan akan
meningkat dan keuntungan yang diperoleh negara pengimpor lebih banyak
daripada negara pengekspor. Namun demikian, khusus untuk Indonesia masih
perlu menjadi pertanyaanapakah memang demikian? Menurut Masyhuri, salah
satu solusi untuk mengatasi perekonomian secara keseluruhan, perlu ada
perubahan orientasi dari industri high technologyke industri pertanian dan dari
broad base industryke domestic resources industry.
Sejarah perekonomian mencatat beragamnya strategi yang dianut oleh
masingmasing negara. Ada yang berusaha memacu perkembangan ekonomi
melalui ekspansi perdagangan internasional dan sekaligus membuka pintu lebarlebar terhadap investasi asing, bantuan luar negeri, dan imigrasi (outwardlookingatau melihat keluar). Di pihak lain, tak sedikit negara yang membangun
perekonomiannya dengan menerapkan strategi industrialisasi substitusi impor dan
menggunakan perencanaan ekonomi ”perisai” untuk menangkis pengaruhpengaruh eksternal yang dianggap mengganggu dan tidak dikehendaki (inwardlookingatau melihat ke dalam). Perkembangan yang terjadi dewasa ini
menunjukkan semakin sulit menemukan contoh kasus negara yang konsisten
menerapkan kebijakan melihat keluar dan ke dalam secara murni.Kedua belah
pihak secara bergantian saling mengungguli selama empat puluh tahun terakhir.
Pemerintah

harus

melindungi

sektor-sektor

domestiknya

dengan

pengenaan tarif dan/atau kuota untuk membendung masuknya produk impor yang
berpotensi menyaingi produk-produk domestik. Dalam jangka panjang, dapat
84

Chen, C., B.A. McCarl and C. Chang. 2006. Estimating the Impacts of Government
Interventions in the International Rice Market. Canadian Journal of Agricultural Economics 54
(1): 81-100
.

Universitas Sumatera Utara

mengekspor produknya yang semula diproteksi dimana dalam kondisi skala
ekonomis dan tingkat upah buruh yang memadai, serta terkuasainya keahlian dan
teknologi produksi sehingga produsen domestik dapat menghasilkan ouput dengan
harga bersaing dengan harga pasaran dunia.
Biaya-biaya industri hilir yang potensial dan adanya pembelian kebutuhan
pembelian impor yang seharusnya berasal dari dalam negeri.Sementara itu,
strategi promosi ekspormenjalankan usaha eksporproduk-produknya baik produk
primer maupun manufaktur, dimana memegang prinsip efisien dan keuntungan
yang terkandung di dalam persaingan dan perdagangan bebas antarbangsa.
Diharapkan dengan promosi ekspor ini dilakukan penurunan setiap bentuk roteksi
yang diyakininya akan menimbulkan distorsi harga-harga dan biaya.
Beberapa kegagalan mekanisme pasar diatas menyebakan perlunya campur
tangan pemerintah dalam memperbaiki pengaturan kegiatan ekonomi. Dari
kelemahan-kelemahan mekanisme pasar yang telah di uraikan dibagian
sebelumnya. Ini dapat simpulkan bahwa campuran tangan pemerintah mempunyai
beberapa tujuan penting seperti yang dinyatakan adalah sebagai berikut:
a) Mengawasi agar eksternaliti kegiatan ekonomi yang merugikan dapat
dihindai atau akibat buruknya dapat dikurangi
b) Menyediakan barang public yang cukup sehingga masyarakat dapat
memperoleh barang tersebut dengan mudah dan dengan biaya yang murah.
c) Mengawasih kegiatan-kegiatan perusahan, terutama perusahan-perusahaan
yang besar dapat mempengaruhi pasar, agar mereka tidak mempunyai
kekuasaan monopoli merugikan khalayak ramai.

Universitas Sumatera Utara

d) Menjamin agar kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak menimbulkan
penindasan dan ketidaksetaraan di dalam masyarakat.
e) Memastikan agar pertumbuhan ekonomi dapat diwujudkan dengan efisien.
Campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi dapat dibedakan dalam tiga
bentuk: 85
1. Membuat dan melaksanakan peraturan dan undang-undang.
2. Secara langsung melakukan beberapa kegiatan ekonomi (membuat
perusahaan).
3. Melakukan kebijakan fiskal dan moneter.
1. Undang-Undang Untuk Mempertinggi Efisiensi
A. Yang pertama, peraturan dan undang-undang dapat menciptakan suasana
ekonomi dan sosial yang akan memberikan galakan kearah terciptanya
sisem mekanisme pasar yang lancer.
B. Yang kedua, peraturan dan undang-undang dapat digunakan untuk
memastikan agar persaingan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
dilakukan sebebas mungkin dan kekuasaan monopoli sedapat mungkin
dilenyapkan.
Kedua peranan dari peraturan dan undang-undang untuk memperbaiki
kelancaran operasi mekanisme pasar diuraikan di bawah ini.
a) Menentukan Aturan permainan
Pentingnya membuat peraturan dan undang-undang yang akan menjamin
berfungsinya mekanisme pasar secara efisien, dapat dengan jelas dilihat apabila
diperhatikan akibat-akibat buruk yang mungkin timbul apabila setiap pelaku
85

Sukirno Sadono, “MIKRO EKONOMI Teori Pengantar”, Edisi Ketiga, Jakarta:
Rajawali Pers, 2009.hlm 51-55

Universitas Sumatera Utara

kegiatan ekonomi diberikan kebebasan yang tidak terbatas dalam melakukan
kegiatannya. Tujuan setiap perseorangan atau perusahaan untuk mencapai
keuntungan yang maksimum bagi dirinya adakalanya akan sangat merugikan
masyarakat. 86
b) Menciptakan Persaingan yang lebih bebas
Tujuan kedua dari membuat undang-undang yang mengatur kegiatan
ekonomi adalah untuk menjamin agar dalam prekonomian tidak terdapat
kekuasaan monopoli dan setiap pelaku kegiatan ekonomi dapat menjalankan
kegiatannya dalam suasana persaingan yang relatif bebas. Berlakunya persaingan
yang bebas merupakan salah satu syarat penting untuk menciptakan mekanisme
pasar yang ehisien dan berjalan dengan lancar.
2. Campur Tangan Langsung
Secara langsung melakukan beberapa kegiatan ekonomi (membuat
perusahaan) yaitu dengan memproduksi barang publik. Campur tangan
pemerintah dalam perekonomian tidak saja terbatas kepada menyediakan barang
bersama dan barag setengah bersama, tetapi juga menghasilkan barang-barang
atau jasa-jasa yang tidak digunakan secara bersama oleh seluruh masyarakat.
Barang-barang itu dapat dijual kepada perseorangan-perseorangan dalam
masyarakat. Dengan demikian tidak timbul kesukaran untuk memungut
pembayaran ke atas barang-barang yang digunakan.
3. kebijakan fiscal dan moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dijalankan oleh bank sentral
untuk mengatur jumlah uang dalam perekonomian. Kebijakan fiskal adalah

86

Ibid.hlm 57

Universitas Sumatera Utara

kebijakan pemerintah didalam memungut pajak dan membelanjakan pendapatan
pajak tersebut untuk membiayai kegiatan-kegiatannya. 87 Di dalam perekonomian
kedua kebijakan ini digunakan oleh pemerintah untuk mencapai beberapa tujuan,
yaitu:
a. Untuk mengatasi masalah-masalah pokok makroekonomi yang timbul,
yaitu masalah pengangguran, masalah kenaikan harga-harga dan masalah
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang memuaskan.
b. Untuk menjamin agar faktor-faktor produksi digunakan dan dialokasikan
keberbagai kegiatan ekoomi secara efisien.
c. Untuk memperbaiki keadaan distribusi pendapatan yang tidak seimbang
yang selalu tercipta di dalam masyarakat yang kegiatan-kegiatan
ekonominya terutama diatur oleh sistem pasar bebas.
B. Peran Pemerintah berdasarkan UU No. 19 Tahun 2013
Produk pertanian indonesia yang dihasilkan sangat bergantung pada iklim.
Indonesia dengan iklimnya yang tropis memiliki dua musim yaitu musim kemarau
dan musim penghujan. Kedua musim tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap
hasil pertanian. Bila cuaca mendukung, hasil pertanian akan sangat bagus dan bila
cuaca tidak mendukung atau kemarau dan hujan yang berkepanjangan hal itu
akanberpengaruh negatif terhadap hasil pertanian bahkan para petani berisiko
untuk gagal panen. Selain itu, hal-hal lain yang berisiko terhadap pertanian adalah
hama atau penyakit pertanian yang menyerang pertanian. Risiko yang dialami
oleh petani ini ditanggung sendiri oleh petani dimulai dari pembelian bibit hingga

87

Sudirman .I. Wayan, Kebijakan Fiscal dan Moneter dan Empirikal Edisi ke-2, Jakarta;
Kencana.2014,hlm ,78.

Universitas Sumatera Utara

risiko terhadap gagal panen ini dengan berhutang uang kepada rentenir, tengkulak
dan pihak-pihak lainnya.
Pembayaran utang-utang tersebut dipastikan selalu ditambah dengan
bunga yang pada kenyataannya hal ini membuat para petani berat dalam
menghadapi keharusan membayar pengembalian utang beserta bunganya
tersebut.Para petani sangatlah dirugikan oleh hal-hal yang disebutkan diatas.
Maka dalam hal ini diperlukan peran pemerintah dalam mengurangi kerugian
petani dalam menanggulangi risiko tersebut. seperti yang kita ketahui bahwa
sektor pertanian itu mempengaruhi hajat hidup orang banyak, dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi:
“Untuk membentuk suatu Pemerintah NegaraIndonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilansosial, maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat di
atas bahwa diperlukan peran langsung pemerintah dalam menanggulangi risiko
pertanian yang dampaknya berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak untuk
mewujudkan kemajuan kesejahteraan umum seperti yang disebutkan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat di atas.Untuk
mewujudkan penanggulangan risiko pertanian tersebut, peran pemerintah sudah
terlihat dengan adanya pengalihan risiko pertanian kepada Asuransi seperti yang
tercantum dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang

Universitas Sumatera Utara

Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani yang berbunyi: “ Pemerintah dan
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban melindungi
Usaha Tani yang dilakukan oleh Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (2) dalam bentuk Asuransi Pertanian.”
Dari penjelasan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani disebutkan bahwa Negara sebagai
penguasa cabang produksi pertanian ikut bertanggungjawab terhadap risiko
pertanian dengan memberikanfasilitas pembiayaan dan permodalan sebagai upaya
ganti rugi kepada petani yang bersumber pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (yang selanjutnya disingkat APBN) sepertiyang tertera dalam Pasal 66
ayat (1) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani yang menyebutkan :“Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya berkewajiban memfasilitasi pembiayaan dan
permodalan petani.”

Pada kenyataannya ganti kerugiantersebut di lapangan banyak sekali
mendapatkan hambatan dikarenakan jumlah ganti rugi yang tidak sesuai atau
mekanisme ganti rugi yang tidak sesuai dengan petani. Hal ini juga menjadi risiko
negara dalam hal ganti rugi yang bersumber pada APBN. Untuk itu diperlukan
penanggulangan risiko yang tidak menimbulkan kerugian langsung dari APBN.
Oleh karena itu, untuk meminimalkan penggunaan APBN dalam ganti rugi gagal
panen ini diperlukan pihak lain yang dapat membantu menanggulangi masalah ini,
yaitu pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi.
Munculnya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan
dan Pemberdayaan Petani (yang selanjutnya disebut UU Perlindungan dan

Universitas Sumatera Utara

Pemberdayaan Petani) merupakan sebagian dari peran pemerintah dalam
membantu petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh
prasarana dan sarana produksi, kepastian usaha, resiko harga, kegagalan panen,
praktik ekonomi biaya tinggi dan perubahan iklim seperti disebutkan dalam Pasal
1 angka 1 Undang-Undang ini. Pengalihan risiko gagal panen sudah tercantum
dalam Undang-Undang ini dalam Pasal 7 ayat (2) yang menyebutkan Strategi
Perlindungan Petani dilakukan melalui :
a. prasarana dan sarana produksi pertanian;
b. kepastian usaha;
c. harga komoditas pertanian;
d. penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi;
e. ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa;
f. sistem peringatan dini dan penanganan dampak perubahan iklim;dan
g. asuransi pertanian.”
a). Prasarana dan sarana produksi pertanian
Prasarana Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat(1) antara lain
meliputi:
a. jalan Usaha Tani, jalan produksi, dan jalan desa;
b. bendungan, dam, jaringan irigasi, dan embung; dan
c. jaringan listrik, pergudangan, pelabuhan, dan pasar.
Selain

itu

Pemerintah

dan

Pemerintah

Daerah

sesuai

dengan

kewenangannya bertanggung jawab menyediakan sarana produksi Pertanian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a secara tepat waktu dantepat
mutu serta harga terjangkau bagi Petani.

Universitas Sumatera Utara

b). Kepastian usaha
Untuk menjamin kepastian usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat

(2)

huruf

b,

Pemerintah

danPemerintah

Daerah

sesuai

dengan

kewenangannyaberkewajiban:
a. menetapkan kawasan Usaha Tani berdasarkan kondisidan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia,dan sumber daya buatan;
b. memberikan jaminan pemasaran hasil Pertania kepada Petani yang
melaksanakan Usaha Tani sebagaiprogram Pemerintah;
c. memberikan keringanan Pajak Bumi dan Bangunanbagi lahan Pertanian
produktif yang diusahakan secara berkelanjutan; dan
d. mewujudkan fasilitas pendukung pasar hasil Pertanian.
c). Harga komoditas pertanian
Pemerintah berkewajiban menciptakan kondisi yang menghasilkan harga
Komoditas Pertanian yangmenguntungkan bagi Petani sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c. Kewajiban Pemerintah menciptakan kondisi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukandengan menetapkan:
a. tarif bea masuk Komoditas Pertanian;
b. tempat pemasukan Komoditas Pertanian dari luar negeri dalam
kawasan pabean;
c. persyaratan administratif dan standar mutu;
d. struktur pasar produk Pertanian yang berimbang;dan
e. kebijakan stabilisasi harga pangan.
d). Penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi

Universitas Sumatera Utara

Penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) huruf d dilakukan dengan menghapuskan berbagai pungutan yang
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e). Ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat
memberikan bantuan ganti rugigagal panen akibat kejadian luar biasa
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e sesuai dengankemampuan
keuangan negara.
f). Sistem peringatan dini dan penanganan dampak perubahan iklim
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya
membangun sistem peringatan dini dan penanganan dampak perubahan iklim
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf f untuk mengantisipasi gagal
panen akibat bencana alam.
g). Asuransi pertanian
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
berkewajiban melindungi Usaha Taniyang dilakukan oleh Petani sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 12 ayat (2) dalam bentuk AsuransiPertanian. Asuransi
Pertanian sebagaimana dimaksud

dilakukan untuk melindungi Petani dari

kerugian gagal panen akibat:

a. bencana alam;
b. serangan organisme pengganggu tumbuhan;
c. wabah penyakit hewan menular;
d. dampak perubahan iklim; dan/atau

Universitas Sumatera Utara

e. jenis risiko-risiko lain diatur dengan Peraturan Menteri.
Dalam Pasal 247 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (yang
selanjutnya disebut KUHD)pun menyebutkan beberapa jenis asuransi yaitu
asuransi kebakaran, asuransi jiwa, asuransi pengangkutan dan termasuk asuransi
pertanian. Dalam Pasal 247 KUHD ini terdapat kata “ antara lain “ yang menurut
Emmy Pangaribuan Simanjuntaksalah seorang pakar hukum Universitas Gadjah
Mada menyatakan secara yuridis tidak membatasi atau menghalangi timbulnya
jenis-jenis

pertanggungan

lain

menurut

kebutuhan

masyarakat.Hal

ini

memungkinkan untuk mengadakan peralihan resiko menurut kebutuhan
masyarakat, 88 karena dirasalahan pertanian membutuhkan penanggulangan
kerugian atas resiko pertanian yang dialami.
Pemerintah dalam hal ini telah menjalankan program Asuransi Pertanian
yang telah diwujudkan pada tahun 2014 ini, dalam hal ini diharapkan dapat
menumbuhkan kemandirian petani sehingga apabila terjadi kerugian akibat gagal
panen dapat ditanggulangi oleh klaim dari asuransi. Asuransi pertanian
diIndonesia sudah tercantum dalam Pasal 37 Undang-Undang nomor 19 Tahun
2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani(Selanjutnya disebut
Undang-Undang

Perlindungan

dan

Pemberdayaan

Petani)

disebutyang

menyebutkan :
“(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
berkewajiban melindungi Usaha Tani yang dilakukan oleh Petani sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dalam bentuk Asuransi Pertanian.
88

Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang. Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung
Asuransi Deposito dan Usaha Perasuransian (Bandung: Alumni, 2010) hlm.46
.

Universitas Sumatera Utara

Asuransi Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
melindungi Petani dari kerugian gagal panen akibat:
a. bencana alam;
b. serangan organisme pengganggu tumbuhan;
c. wabah penyakit hewan menular;
d. dampak perubahan iklim; dan/atau
e. jenis resiko -resiko lain diatur dengan Peraturan Menteri.”
C.Upaya Pemerintah dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia Petani di
Indonesia dalam menghadapi Pasar Bebas
Dewasa ini mutu SDM pertanianIndonesia masih memiliki keterbatasan
yang nyata. Menurut Nuhung , 89 persentase penduduk setengah pengganguran
70,2 % berada pada sektor pertanian dan 29, 8 % berada di sektor non pertanian.
Potret SDM yang 70,2 % kalau dilihat dari tingkat pendidikan formal maka 35,5
% berpendidikan SD kebawah, 23,5 % berpendidikan SLTP, 35,5 %
berpendidikan SLTA dan 5,7 % berpendidikan perguruan tinggi. Berdasarkan
curahan jam kerja yang dihitung berdasarkan lamanya bekerja per minggu,
ternyata tenaga kerja pertanian baik secara komutatif maupun pada masingmasing subsektor, sebanyak 59% bekerja kurang dari 35 jam per minggu (katagori
disguised unemployment).
Sementara berdasarkan data statistik Tahun 1999 dan 2002 produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian menduduki urutan terakhir (sebesar 6.923) dibanding

89

Nuhung, I.A. 2006. Bedah Terapi Pertanian Nasional –Peran Strategis dan
Revitalisasi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.hlm.76.

Universitas Sumatera Utara

produktivitas tenaga kerja menurut lapangan usaha yang lain. Berdasarkan
indikator yang digunakan untuk mengetahui perkembangan pendapatan petani
(produktivitas tenaga kerja yang diukur sebagai nilai PDB per tenaga kerja di
sektor pertanian), data menunjukan bahwa rasio pendapatan tenaga kerja sektor
pertanian/non pertanian sangat rendah yakni hanya 0,23. Lebih lanjut Intan
(1997), mengungkapkan bahwa mutu sumberdaya manusia agribisnis Indonesia
dalam era otonomi daerah ini masih terdapat kendala yang mendalam dalam hal
sikap mental yang menghambat, terutama dalam hal sikap malas/enggan/lamban,
masa bodoh dan tidak peduli, suka menunda, kerja asal jadi, iri dan dengki.
1. Melalui Pembinaan Sumber Daya Manusia Petani
Pembinaan Sumberdaya Manusia pada sektor pertanian saat ini merupakan
konsekuensi dari semakin disadarinya ketertinggalan Indonesia dalam hal mutu
sumberdaya manusia (SDM).Tuntutan pembinaan mutu SDM tersebut merupakan
langkah antisipatif dalam menghadapi persaingan global, di mana dalam kondisi
tersebut akan mendorong semakin tingginya mobilitas tenaga kerja sektor
pertanian antar negara. Peter Thigpen 90 dalam Pfeffer pembinaan mutu SDM di
era otonomi daerah, di mana pemerintah otonomi daerah mempunyai proporsi
yang besar dalam mewujudkan bagus atau tidaknya SDM pada sektor agribisnis.
Pembinaan tersebut dapat dilakukan dengan;
a)Pembinaan unsur kognitif
Pembinaan yang meliputi pengetahuan dasar tentang pertanian, teknologi
dalam pertanian, dan manajerial dibidang pertanian serta bidang pendukungnya
seperti keuangan, pemasaran operasi produksi dan lain-lain.
90

Pfeffer, J. 1996. Competitive Advantage Through People. Cambridge: Harvard
Business Scool Press.

Universitas Sumatera Utara

Pembinaan unsur kognitif ini mencakup upaya-upaya peningkatan,
pengetahuan, melatih daya pikir, kemampuan analisis, mempertajam intelegensi
dan kecerdasan serta peningkatan pengetahuan manejerial dan wawasan teknologi
bidang pertanian;
b)Pembinaan unsur psikomotorik
Pembinaan

yang

mencakup

upaya-upaya

untuk

membina

dan

meningkatkan keahlian dan keterampilan spesifik dari penjabaran bidang-bidang
kognitif seperti keterampilan bidang manejerial, keterampilan bidang produksi,
keterampilan bidang tekhnologi;
c) Pembinaan unsur afeksi,
pembinaan yang meliputi sikap mental, moral, dan etika. Sesungguhnya
pembinaan unsur ini akan sangat berpengaruh terhadap kinerja SDM agribisnis.
Sikap mental, moral dan etika tersebut mampu mendorong terciptanya suasana
kerja yang harmonis, ketenagan kerja serta memberikan dukungan moral terhadap
peningkatan produktivitas organisasi.
d)Pembinaan unsur intuisi,
merupakan kombinasi antara unsur kognisi, psikomotor, serta afeksi yang
dimilikinya. Intuisi merupakan suatu kemampuan mutu SDM yang bersumber dari
keyakinan diri dan dapat mempengaruhi tindakan-tindakan manusia terutama
tindakan arif dan bijak dalam melihat peluang dan kesempatan bisnis.
2. Peningkatan Pendidikan melalui Penyuluhan dan Pelatihan
Dengan rendahnya kualitas pelaku utama pembangunan pertanian yang
ditunjukkan dengan rendahnya tingkat pendidikan, diperlukan upaya peningkatan
kualitas pendidikan melalui penyuluhan dan pelatihan, pendidikan formal bagi

Universitas Sumatera Utara

putra/putri petani. Petani sebagai salah satu pelaku utama pembangunan pertanian
memerlukan kemampuan yang memadai tentang pengetahuan, sikap maupun
ketrampilan untuk mengantisipasi berbagai perubahan strategis baik ditingkat
lapang, nasional, maupun internasional. Petani memerlukan penyesuaian substansi
materi penyuluhan untuk mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan, global
warning, persaingan globalisasi (perdagangan bebas) atau perubahan lingkungan,
baik lingkungan alam, social maupun budaya.
Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh petani dan pelaku usaha
diindikasikan dengan:
(1) adanya kelembagaan tani (poktan/gapoktan) yang mandiri, kuat dan
berbadan hukum (koperasi, LKM);
(2) jumlah petani dan pelaku usaha yang memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi;
(3) jumlah petani dan pelaku usaha yang memanfaatkan data dan informasi
dan
(4) jumlah petani yang bergabung dalam jejaring kerja dan kerjasama atau
kemitraan usaha.
Kondisi dimana pelaku utama pembangunan pertanian telah berusia lanjut,
perlu adanya kaderisasi dan menumbuhkan minat generasi muda untuk bekerja di
sektor pertanian dan sekaligus mencegah second lost generation. Menumbuhkan
minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian dapat dilakukan dengan
mengembangkan dan memperkenalkan teknologi yang dapat memberikan
kemudahan bagi masyarakat tani baik laki-laki maupun perempuan, khususnya
golongan muda dalam melakukan produksi di tingkat on – farmdan off-farm. Oleh

Universitas Sumatera Utara

karena itu lembaga penelitian dan pengembangan harus dapat menghasilkan
teknologi yang dapat menarik minat kaum muda, seperti mekanisasi pertanian,
dan teknologi pengolahan hasil pertanian. Baik lembaga penelitian maupun
lembaga penyuluhan harus selalu dapat berkoordinasi dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat pertanian mengingat lembaga penelitian dan lembaga penyuluhan di
Indonesia tidak berada dalam satu atap.
Untuk menarik lebih banyak generasi muda berkecimpung di bidang
pertanian, perlu dibuka akses yang lebih besar pada pemuda, terutama yang telah
menyelesaikan pendidikan setingkat SLTA serta PT untuk membuka usaha
berbasis pertanian. Disamping hal itu juga dengan menembangkan berbagai
program pelatihan kewirausahaan sektor pertanian.
Mengingat ciri dari Pertanian ialah adanya produktivitas dan efisiensi yang
tinggi, maka usaha tani yang layak diterapkan menggunakan pola sehamparan.
Beberapa petani bergabung membentuk kelompok tani, menyatukan lahannya
untuk mengusahakan komoditi tertentu yang telah diketahui memiliki propek
pasar yang cerah. Dengan demikian petani harus siap baik secara fisik atau
mental. Untuk itu diperlukan bimbingan dan penyuluhan yang intensif. Dengan
kesiapan pelaku utama pertanian (petani) baik dari unsur kognitif, psikomotorik,
afeksidan intuisi, diharapkan mampu menggerakan sektor pertanian yang
berimplikasi pada terwujudnya kedaulatan pangan

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya ada beberapa kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah sebagai
berikut:
1.

Kebijakan pemerintah Indonesia mengenai petani dalam menghadapi pasar bebas
adalah dengan mensahkan UU No.19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Petani, bahwa tujuan perlindungan dan pemberdayaan
petani antara lain :mewujudkan kedaulatan dan kemandirian Petani dalam
rangka meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan yang
lebih baik
2.

Kebijakan Pemerintah Indonesia selanjutnya mengenai petani dalam
menghadapi pasar bebas adalah melakukan perubahan paradigma
sebagaimana tertuang dalam SIPP 2015-2045, maka sasaran strategis
Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 adalah :Pencapaian swasembada
padi, jagung dan kedelai, peningkatan produksi gula dan daging
peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan komoditas bernilai tambah
dan berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor,
penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi, peningkatan pendapatan
keluarga petani, serta akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik.

3.

Pemerintah Indonesia juga telah menjalankan program-program Pertanian
mulai

dari

pemberian

pupuk

bersubsidi,

pemberian

bibit

ikan

Universitas Sumatera Utara

gratis,pemberian alat-alat pertanian dengan teknologi terbaru,pemberian
jaminan asuransi pertanian, pemberian pengetahuan dan penyuluhan
tentang pertanian modern, yang semua termuat dalam rencana strategis
kementerian pertanian yang telah diwujudkan dari awal tahun 2014 lalu
sebagai

wujud

dari

keseriusan

pemerintah

memberikan

jaminan

kesejahteraan bagi petani, dalam hal ini diharapkan dapat menumbuhkan
kemandirian petani sehingga petani tidak merasa terlalu kahwatir apabila
ancaman gagal panen tiba. Semua sudah tercantum dalam

Undang-

Undang nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan
Petani serta RENSTRA KEMENTAN 2015-2019.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap peran pemerintah dalam
perlindungan dan pemberdayan terhadap petani di era pasar bebas, maka saran
yang dapat diberikan adalah:
1. Perlunya memperbanyak penyuluhan mengenai peran dari UU No 19
tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani,sehingga
petani di Indonesia mengetahui payung hukum yang melindunginya,
karena pada kenyataannya saat ini uu tersebut belum mampu seutuhnya
untuk melindungi dan memperdayaakan petani untuk hidup yang lebih
sejahtera.
2. Perlunya perhatian yang serius dari pemerintah terhadap petani sebagai
penggerak ekonomi daerah dalam hal memberikan perlindungan dan

Universitas Sumatera Utara

pemberdayaan. Perlu adanya peran pemerintah yang lebih aktif di dalam
membangun pertanian.
3. Sebaiknya terjalin kerjasama antara petani, pemerintah dan masyarakat
untuk membangun per