MAKALAH POLITIK KEUANGAN NEGARA KEBIJAKA
1
MAKALAH
POLITIK KEUANGAN NEGARA
‘KEBIJAKAN FISKAL’
Dosen Pengampu :
Drs. Ismono Hadi M.Si
Oleh
Alek Sanjaya
15160210
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wb. Wb,
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat allah SWT yang telah membarikan segala
karunia dan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
kebijakan fiskal tepat pad waktunya.
Makalah ini berisi tentang deskripsi kebijakan fiskal, semua hal yang menyangkut
perancangan, hingga asas yang digunakan dalam penyusunan APBN dan APBD
di Indonesia. dalam penulisan makalah inipenulis merasa masih banyak
kekurangan baik dalam penyampaian materi maupun format penulisan, maka dari
itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis butuhkan
untuk terus menjadi acuan dalam proses belajar dan pengingat bagi penulis agar
selalu menyempurnakan tulisannya.
Terlepas dari semua hal itu, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pribadi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya, amiin.
Wassalamualaikum wr.wb.
Bandar Lampung, 04 November 2016
Penulis,
Robby Ahmadi
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Pengertian Kebijakan Fiskal ...............................................................1
1.2 Pengertian APBN dan APBD................................................................1
1.3 Fungsi APBN dan APBD.......................................................................2
1.4 Penyusunan APBN dan APBD..............................................................2
1.5 Prinsip Dan Asas Penyusunan APBN/APBD......................................4
BAB II 2.1 Contoh Fakta Penyusunan APBD Di Kabupaten/Kota........6
BAB III KESIMPULAN...........................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Pengertian Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan
dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk
mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada
pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh
oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan
pembangunan. Atau dengan kata lain, kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah
yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran Negara. Dari semua unsure
APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang
dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiscal. Contoh kebijakan fiscal adalah
apabila perekonomian nasional mengalami inflasi,pemerintah dapat mengurangi
kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau
menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan
pengelolaan anggaran.
1.2
Pengertian APBN DAN APBD
A. Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat. APBN ini merupakan rencana kerja
pemerintahan Negara dalam rangka meningkatkan hasil-hasil
pembangunan secara berkesinambungan serta melaksanakan desentralisasi
fiskal.
B. Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara sebagian kekuasaan Presiden tersebut diserahkan kepada Gubernur/
Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah. Untuk selanjutnya
Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD
2
1.3
Fungsi-Fungsi APBN DAN APBD
A. Fungsi APBN
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi.
Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk
mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan
pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Dengan demikian
APBN melaksanakan beberapa fungsi antara lain :
1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun
yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus
diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.
B. Fungsi APBD
Sebagaimana fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, maka
APBD berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi.
1.4
Penyusunan APBN DAN APBD
A. Penyusunan APBN
3
Anggaran negara pada suatu tahun secara sederhana bisa dibaratkan
dengan anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan yang
memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
Dalam menyusun anggaran, penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (RAPBN) dihadapkan dengan berbagai ketidak
pastian. Setidaknya terdapat enam sumber ketidakpastian yang
berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN yakni (i) harga minyak
bumi di pasar internasional; (ii) kuota produksi minyak mentah yang
ditentukan OPEC; (iii) pertumbuhan ekonomi; (iv) inflasi; (v) suku bunga;
dan (vi) nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD).
Penetapan angka-angka keenam unsur diatas memegang peranan yang
sangat penting dalam penyusunan APBN. Hasil penetapannya disebut
sebagai asum-asumsi dasar penyusunan RAPBN. Penetapan angka asumsi
ini dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri dari wakil-wakil dari Bank
Indonesia, Departemen Keuangan, Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), Kantor Menteri Koordinator Perekonomian, dan
Badan Pusat Statistik, yang bersidang secara rutin untuk membahas dan
menentukan angka asumsi. Angka-angka asumsi yang dihasilkan oleh tim
ini selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk menyusun RAPBN. Perlu
diketahui bahwa angka-angka yang tertera ini masih berupa usulan dari
pihak eksekutif (pemerintah) kepada pihak legislatif (DPR).
Selanjutnya RAPBN ini disampaikan oleh Presiden kepada DPR dalam
suatu sidang paripurna yang merupakan awal dari proses pembahasan
RAPBN antara pemerintah dan DPR. Tentunya perubahan terhadap angka
asumsi RAPBN sangat mungkin terjadi selama berlangsungnya proses
pembahasan antara Pemerintah dan DPR. Perubahan ini mencerminkan
banyak hal diantaranya (i) Pemerintah dan DPR bertanggungjawab
terhadap keputusan penetapan angka-angka asumsi dalam APBN; (ii)
angka asumsi ditetapkan berdasarkan pertimbangan ekonomi dan politik;
dan (iii) terjadi pergeseran secara riil status APBN, dari “milik
pemerintah” menjadi “milik publik”.
Sesudah RAPBN disetujui oleh DPR, RAPBN kemudian ditetapkan
menjadi APBN melalui Undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan
Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang APBN, Pemerintah
Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka
APBN tahun anggaran sebelumnya.
Agar pelaksanaa APBN sesuai dengan rencana, maka dikeluarkan
Keputusan Presiden tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. Keputusan Presiden tersebut terutama menyangkut hal-hal
yang belum dirinci di dalam undang-undang APBN, seperti alokasi
anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah kementerian
negara/lembaga, pembayaran gaji dalam belanja pegawai, dan pembayaran
untuk tunggakan yang menjadi beban kementerian negara/lembaga. Selain
itu, penuangan dimaksud meliputi pula alokasi dana perimbangan untuk
4
provinsi/kabupaten/kota dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan
perusahaan/badan yang menerima.
B. Penyusunan APBD
APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan
setiap tahun dengan Peraturan Daerah. APBD terdiri atas anggaran
pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan. Pendapatan daerah berasal
dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan
yang sah.
Sebagaimana penyusunan APBN, maka langkah-langkah penyusunan
APBD adalah sebagai berikut :
Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD, disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada
DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.
Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai Rancangan Peraturan
Daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum
tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
Sesudah RAPBD disetujui oleh DPR, RAPBD kemudian ditetapkan
menjadi APBD melalui Peraturan daerah. Apabila DPRD tidak menyetujui
Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan Pemerintah Daerah, maka
untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat
melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun
anggaran sebelumnya.
Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, pelaksanaannya
dituangkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota.
1.5 Prinsip Dan Asas Penyusunan APBN DAN APBD
A. Prinsip Penyusunan APBN
1. Prinsip Penyusunan APBN Berdasarkan Aspek Pendapatan
Intensifikasi penerimaan anggaran dalam hal jumlah dan kecepatan
penyetoran.
Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara, misalnya sewa
atas penggunaan barang-barang milik negara.
Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dari denda
yang telah dijanjikan.
2. Prinsip Penyusunan APBN Berdasarkan Aspek Pengeluaran Negara
Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
disyaratkan.
5
Terarah, terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan.
Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan/potensi nasional.
B. Azas Penyusunan APBN
Penyusunan program pembangunan tahunan dituangkan dalam APBN
denga berazaskan:
Kemandirian, artinya sumber penerimaan dalam negeri semakin
ditingkatkan.
Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Penajaman prioritas pembangunan.
C. Prinsip Penyusunan APBD
Penyusunan APBD Tahun Anggaran harus didasarkan prinsip sebagai
berikut:
1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
2. APBD harus disusun secara tepat waktu sesuai tahapan dan jadwal
3. Penyusunan APBD dilakukan secara transparan,dimana memudahkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluasIuasnya tentang APBD
4. Penyusunan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat
5. APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
6. Substansi APBD dilarang bertentangan dengan kepentingan umum,
peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
D. Asas Umum Penyusunan Rancangan APBD
Penyusunan program pembangunan tahunan dituangkan dalam APBD
denga berazaskan:
a. Asas pendanaan atas beban APBD sesuai urusan pemerintah dan
kewenangan masing-masing. asas ini mengandung arti bahwa
penyelengaraan urusan pemerintah yang menjadi kewengan daerah
didanai dari dan atas beban APBD, penyelenggaraan urusan
pemerintah provinsi yang penugasannya dilimpahkan kepada
kabupaten/kota/desa, didanai dari dan atas beban APBD provinsi ,
penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang
penugasannya dilimpahkan kepada desa , didanai dari dan atas
beban APBD kabupaten/kota.
b. Asas penerimaan dan pengeluaran harus memiliki dasar hukum .
6
Asas ini mengandung arti bahwa seluruh penerimaan dan
pengeluaran pemerintah daerah baik dalam bentuk uang , barang
dan /atau jasa pada tahun anggaran yang berkenaan harus
dianggarkan dalam APBD, penganggaran penerimaan dan
pengeluaran APBD harus memiliki dasara hukum penganggaran ,
dan anggaran belanja daerah
diprioritaskan untuk u7ntuk
melaksanakan kewajiban pemerintah daerah sebagaimana
ditetapkan dalamperaturan perundang undangan
BAB II
2.1 CONTOH FAKTA PENYUSUNAN APBD DI KABBUPATEN/KOTA
Dalam menyusun APBD Tahun Anggaran, pemerintah daerah dan DPRD
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Penetapan APBD tepat waktu, yaitu paling lambat tanggal 31 Desember
Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD
N
O
1
URAIAN
WAKTU
Penyusunan RKPD
Akhir bulan Mei
2
Penyampaian KUA dan PPAS Minggu
oleh Ketua TAPD kepada kepala Juni
daerah
3
Penyampaian KUA dan PPAS Pertengahan bulan 6
oleh
kepala
daerahkepada Juni
minggu
DPRD
KUA dan PPAS disepakati antara Akhir bulan Juli
kepala daerahdan DPRD
4
LAMA
1bulan 1minggu
7
5
Surat
Edarankepala
daerah Awal bulanAgustus
perihal Pedoman RKA-SKPD
6
Penyusunan dan pembahasan
RKA-SKPD danRKA-PPKD
serta penyusunan Rancangan
APBD
Penyampaian Rancangan APBD
kepadaDPRD
7
1 Minggu
Awal
Agustus 7 Minggu
sampai
dengan
akhir September
Minggu
pertama 2 Bulan
bulan Oktober
8
Pengambilan
Bersama DPRD
daerah
persetujuan Palinglama 1 (satu)
dan kepala bulan
sebelum
tahun anggaran
yang bersangkutan
9
Hasil evaluasi Rancangan APBD
10
Penetapan Perda APBD dan Paling
Lambat
Perkada
Penjabaran
APBD Akhir
Desember
sesuai denganhasil evaluasi
(31 Desember)
15 hari kerja (bulan
Desember)
2.
Substansi KUA mencakup hal-hal yang sifatnya kebijakan umum dan tidak
menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang sifatnya kebijakan
umum,seperti:
(a) Gambaran kondisi ekonomi makro termasuk perkembangan indikator
ekonomi makro daerah;
(b) Asumsi dasar penyusunan Rancangan APBD Tahun Anggaran 2012
termasuk laju inflasi,pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya terkait dengan
kondisi ekonomi daerah;
(c) Kebijakan pendapatan daerah yang menggambarkan prakiraan rencana
sumber dan besaranpendapatan daerah untuk tahun anggaran 2012 serta
strategi pencapaiannya;
(d) Kebijakan belanja daerah yang mencerminkan program dan langkah
kebijakan dalam upaya peningkatan pembangunan daerah yang merupakan
manifestasi darisinkronisasi kebijakan antara pemerintah daerah dan
pemerintahserta strategi pencapaiannya;
(e) Kebijakan pembiayaan yang menggambarkan sisi defisit dan surplus
anggaran daerah sebagai antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam
rangka menyikapi tuntutan pembangunan daerahserta strategi pencapaiannya.
3.
Substansi PPAS lebih mencerminkan prioritas pembangunan daerah yang
dikaitkan dengan sasaran yang ingin dicapai termasuk program prioritas dari
SKPD terkait. PPAS juga menggambarkan pagu anggaran sementara
dimasing- masing SKPD berdasarkan program dan kegiataprioritas dalam
RKPD.Pagu sementara tersebut akan menjadi pagu definitif setelah rancangan
peraturan daerah tentang APBD disetujui bersama antara kepala daerah dengan
8
DPRD serta rancangan peraturan daerah tentang APBD tersebut ditetapkan
oleh kepala daerah menjadi peraturan daerah tentang APBD.
4.
Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan rancangan KUA
dan rancangan PPAS, kepala daerah harus menyampaikan rancangan KUA dan
rancangan PPAS tersebut kepada DPRD dalam waktu yang bersamaan, yang
selanjutnya hasil pembahasan kedua dokumen tersebut disepakati bersama
antara kepala daerah denganDPRD pada waktu yang bersamaan, sehingga
keterpaduan substansi KUA dan PPAS dalam proses penyusunan RAPBD akan
lebih efektif.
5.
Substansi Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKASKPD kepada seluruh SKPD danRKA-PPKD kepada Satuan Kerja Pengelola
KEuangan Daerah (SKPKD)memuat prioritas pembangunan daerah, program
dan kegiatan sesuai dengan indikator, tolok ukur dan target kinerja dari masingmasing program dan kegiatan, alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap
programdan kegiatan SKPD, batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada
PPKD, dan dokumen lainnya sebagaimana lampiran Surat Edaran dimaksud
meliputi KUA, PPAS, analisis standar belanja dan standar satuan harga.
6.
RKA-SKPD memuat rincian anggaran pendapatan, rincian anggaran belanja
tidak langsung SKPD (gaji pokok dan tunjangan pegawai, tambahan
penghasilan, khusus pada SKPD Sekretariat DPRD dianggarkan juga Belanja
Penunjang Operasional Pimpinan DPRD), rincian anggaran belanja langsung
menurut program dan kegiatan SKPD.
7.
RKA-PPKD memuat rincian pendapatan yang berasal dari dana
perimbangan dan pendapatan hibah, belanja tidak langsung terdiri dari
belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja
bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga, rincian
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
8.
Dalam kolom penjelasan penjabaran APBD diisi lokasi kegiatan untuk
kelompok belanja langsung, sedangkan khusus untuk kegiatan yang
pendanaannya bersumber dari Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi (DBH-DR),
Dana Alokasi Khusus, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Hibah,
Bantuan Keuangan yang bersifat khusus, Pinjaman Daerahserta sumber
pendanaan lainnya yang kegiatannya telah ditentukan,agar mencantumkan
sumberpendanaan dalam kolom penjelasan penjabaran APBD.
9.
Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang APBDdisampaikan oleh
kepala daerahkepada DPRD paling lambat Minggu I Oktober2011,
sedangkanpembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBDdimaksud
belum selesai sampai dengan paling lambat tanggal 30 Nopember2011, maka
kepala daerah harus menyusun rancangan peraturan kepala daerah tentang
APBD untuk mendapatkan pengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagi
APBD Provinsi dan Gubernur bagi APBD Kabupaten/Kota. Kebijakan
tersebut dilakukan untuk menjaga proses kesinambungan pembangunan
9
daerah dan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan realitas politik di
daerah.
Dalam hal kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2012, maka kepala daerah harus memperhatikan hal-hal
sebagaiberikut:
a. Anggaran belanja daerah dibatasi maksimum sama dengan anggaran
belanja daerah dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2011.
b. Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat
mengikat dan belanja yang bersifat wajib untuk terjaminnya
kelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat sesuai dengan
kebutuhan Tahun Anggaran 2012.
c. Pelampauan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran hanya
diperkenankan apabila ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji
dan tunjanga PNSD serta penyediaan dana pendamping atas program
dan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah serta belanja bagi hasil
pajak dan
retribusi daerah yang mengalami kenaikan akibat adanya
kenaikan target pendapatan daerah dari pajak dan retribusi dimaksud
dari tahun anggaran 2011.
10.
Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir, sedangkan persetujuan bersama terhadap
rancangan peraturan daerah dimaksud paling lambat1 (satu) bulan terhitung sejak
rancangan peraturan daerah diterimaoleh DPRD,
Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD Tahun Anggaran2011 belum mendapatkan persetujuan bersama, kepala
daerah dapat menetapkan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun
Anggaran 2011 dengan peraturan kepala daerah.Terkait denganuraian tersebut di
atas, pelaksanaan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012 harus dilakukan setelah
penetapan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBDTahun Anggaran 2011dan persetujuan bersama antara pemerintah daerah
dan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2012ditetapkan paling lambat pada akhir bulan September 2012,
dengan tahapan penyusunan dan jadwal sebagai berikut:
Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD
No
1
2
3
4
Uraian
Penyampaian
Rancangan
Perubahan KUA dan PPAS kepada
DPRD
Kesepakatan Perubahan
KUA dan PPAS antara Kepala
Daerah dan DPRD
Pedoman Penyusunan RKASKPD Perubahan APBD
Penyampaian Raperda APBD
Waktu
Minggu
Agustus
Lama
pertama
Minggu kedua Agustus
Minggu ketiga Agustus
Minggu
kedua
7 hari kerja
10
5
6
7
8
9
10
berserta lampiran kepada DPRD
Pengambilan persetujuan bersama
DPRD dan kepala daerah terhadap
Raperda Perubahan
APBD
Penyampaian kepada Menteri
Dalam Negeri/gubernur untuk
dievaluasi
Keputusan
Menteri
Dalam
Negeri/Gubernurtentang
hasil
evaluasi PAPBD Provinsi,
Kabupaten/Kota TA 2012
Pengesahan
PerdaPAPBDyang
telah dievaluasi dan dianggap
sesuai dengan ketentuan
Penyempurnaan perda sesuai hasil
evaluasi
apabila
dianggap
bertentangan dengan kepentingan
umum dan peraturan yang lebih
tinggi
Pembatalan Perda PAPBD apabila
tidak dilakukan penyempurnaan
September
Akhir September
(3 bulan sebelum tahun
anggaran
berakhir)
3 hari kerja
Pertengahan Oktober
15
kerja
hari
Pertengahan Oktober
Minggu ke-III Oktober
7 hari kerja
Minggu ke-IV Oktober 7 hari kerja
(setelah pemberitahuan
Untuk penyempurnaan
sesuai hasil evaluasi)
11
Pencabutan Raperda PAPBD
Minggu ke-I Nopember
7 hari kerja
12
Pemberitahuan
untuk Minggu ke-III Oktober
3 hari kerja
penyampaian
rancangan (setelah
P-APBD
perubahan DPA-SKPD
disahkan)
11. Dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012, pemerintah daerah tidak
diperkenankan untuk menganggarkan kegiatan pada kelompok belanja
langsung dan jenis belanja bantuan keuangan yang bersifat khusus kepada
kabupaten/kota/desapada kelompok belanja tidak langsung, apabila dari aspek
waktu dan tahapan kegiatan sertabantuan keuangan yang bersifat khusus
tersebut tidak cukup waktu sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2012.
12. Dalam rangka mengantisipasi pengeluaran untuk keperluan pendanaan keadaan
daruratdan keperluan mendesak, pemerintah daerah harus mencantumkan
kriteria belanja untuk keadaan daruratdan keperluan mendesakdalam peraturan
daerah tentang APBD.
13. Rancangan peraturan daerah tentang APBD, rancangan peraturan daerah
tentang Perubahan APBD dan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan menjadi peraturan
11
daerah wajib dilakukan evaluasi sesuai ketentuan Pasal 185, Pasal 186, dan
Pasal 188 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, jo. Pasal 110, Pasal 111, Pasal 173, Pasal 174, Pasal 303, dan Pasal
306 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah provinsi harus
melaporkan kepada Menteri Dalam Negeri tentangpermasalahan pemerintah
kabupaten/kota yang menetapkan APBD Tahun Anggaran 2012 tanpa terlebih
dahulu dilakukan evaluasi oleh Gubernur dan tindak lanjut atas permasalahan
tersebut dalam rangka penguatan peran Gubernur selaku wakil Pemerintah.
12
13
BAB III
KESIMPULAN
a.
kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau
pengeluaran Negara
b. APBN dan APBD ini merupakan rencana kerja pemerintahan Negara dalam
rangka meningkatkan hasil-hasil pembangunan secara berkesinambungan
serta melaksanakan desentralisasi fiskal.
c. Sebagaimana fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, maka APBD
berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi.
d. Sinergi antara pemerintah daerah dan DPRD sangat menentukan tingkat
efektifitasnya dalam proses penyusunan APBD
14
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Republik
(http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kolom/detailkolom.asp?
NewsID=N119258959)
Indonesia
http://bappeda.banjarmasinkota.go.id/2015/03/proses-penyusunan-apbd-iprovinsi-dan.html
http://dppkd.gorontalokab.go.id
http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-fungsitujuan-apbn-dan-apbd.html?showComment=1463541684211
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 tahun 2011 Tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2012
www.scribd.com/doc/36394981/kebijakan-fiskal
MAKALAH
POLITIK KEUANGAN NEGARA
‘KEBIJAKAN FISKAL’
Dosen Pengampu :
Drs. Ismono Hadi M.Si
Oleh
Alek Sanjaya
15160210
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wb. Wb,
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat allah SWT yang telah membarikan segala
karunia dan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
kebijakan fiskal tepat pad waktunya.
Makalah ini berisi tentang deskripsi kebijakan fiskal, semua hal yang menyangkut
perancangan, hingga asas yang digunakan dalam penyusunan APBN dan APBD
di Indonesia. dalam penulisan makalah inipenulis merasa masih banyak
kekurangan baik dalam penyampaian materi maupun format penulisan, maka dari
itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis butuhkan
untuk terus menjadi acuan dalam proses belajar dan pengingat bagi penulis agar
selalu menyempurnakan tulisannya.
Terlepas dari semua hal itu, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pribadi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya, amiin.
Wassalamualaikum wr.wb.
Bandar Lampung, 04 November 2016
Penulis,
Robby Ahmadi
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Pengertian Kebijakan Fiskal ...............................................................1
1.2 Pengertian APBN dan APBD................................................................1
1.3 Fungsi APBN dan APBD.......................................................................2
1.4 Penyusunan APBN dan APBD..............................................................2
1.5 Prinsip Dan Asas Penyusunan APBN/APBD......................................4
BAB II 2.1 Contoh Fakta Penyusunan APBD Di Kabupaten/Kota........6
BAB III KESIMPULAN...........................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Pengertian Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan
dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk
mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada
pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh
oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan
pembangunan. Atau dengan kata lain, kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah
yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran Negara. Dari semua unsure
APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang
dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiscal. Contoh kebijakan fiscal adalah
apabila perekonomian nasional mengalami inflasi,pemerintah dapat mengurangi
kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau
menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan
pengelolaan anggaran.
1.2
Pengertian APBN DAN APBD
A. Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat. APBN ini merupakan rencana kerja
pemerintahan Negara dalam rangka meningkatkan hasil-hasil
pembangunan secara berkesinambungan serta melaksanakan desentralisasi
fiskal.
B. Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara sebagian kekuasaan Presiden tersebut diserahkan kepada Gubernur/
Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah. Untuk selanjutnya
Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD
2
1.3
Fungsi-Fungsi APBN DAN APBD
A. Fungsi APBN
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi.
Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk
mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan
pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Dengan demikian
APBN melaksanakan beberapa fungsi antara lain :
1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun
yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus
diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.
B. Fungsi APBD
Sebagaimana fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, maka
APBD berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi.
1.4
Penyusunan APBN DAN APBD
A. Penyusunan APBN
3
Anggaran negara pada suatu tahun secara sederhana bisa dibaratkan
dengan anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan yang
memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
Dalam menyusun anggaran, penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (RAPBN) dihadapkan dengan berbagai ketidak
pastian. Setidaknya terdapat enam sumber ketidakpastian yang
berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN yakni (i) harga minyak
bumi di pasar internasional; (ii) kuota produksi minyak mentah yang
ditentukan OPEC; (iii) pertumbuhan ekonomi; (iv) inflasi; (v) suku bunga;
dan (vi) nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD).
Penetapan angka-angka keenam unsur diatas memegang peranan yang
sangat penting dalam penyusunan APBN. Hasil penetapannya disebut
sebagai asum-asumsi dasar penyusunan RAPBN. Penetapan angka asumsi
ini dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri dari wakil-wakil dari Bank
Indonesia, Departemen Keuangan, Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), Kantor Menteri Koordinator Perekonomian, dan
Badan Pusat Statistik, yang bersidang secara rutin untuk membahas dan
menentukan angka asumsi. Angka-angka asumsi yang dihasilkan oleh tim
ini selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk menyusun RAPBN. Perlu
diketahui bahwa angka-angka yang tertera ini masih berupa usulan dari
pihak eksekutif (pemerintah) kepada pihak legislatif (DPR).
Selanjutnya RAPBN ini disampaikan oleh Presiden kepada DPR dalam
suatu sidang paripurna yang merupakan awal dari proses pembahasan
RAPBN antara pemerintah dan DPR. Tentunya perubahan terhadap angka
asumsi RAPBN sangat mungkin terjadi selama berlangsungnya proses
pembahasan antara Pemerintah dan DPR. Perubahan ini mencerminkan
banyak hal diantaranya (i) Pemerintah dan DPR bertanggungjawab
terhadap keputusan penetapan angka-angka asumsi dalam APBN; (ii)
angka asumsi ditetapkan berdasarkan pertimbangan ekonomi dan politik;
dan (iii) terjadi pergeseran secara riil status APBN, dari “milik
pemerintah” menjadi “milik publik”.
Sesudah RAPBN disetujui oleh DPR, RAPBN kemudian ditetapkan
menjadi APBN melalui Undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan
Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang APBN, Pemerintah
Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka
APBN tahun anggaran sebelumnya.
Agar pelaksanaa APBN sesuai dengan rencana, maka dikeluarkan
Keputusan Presiden tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. Keputusan Presiden tersebut terutama menyangkut hal-hal
yang belum dirinci di dalam undang-undang APBN, seperti alokasi
anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah kementerian
negara/lembaga, pembayaran gaji dalam belanja pegawai, dan pembayaran
untuk tunggakan yang menjadi beban kementerian negara/lembaga. Selain
itu, penuangan dimaksud meliputi pula alokasi dana perimbangan untuk
4
provinsi/kabupaten/kota dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan
perusahaan/badan yang menerima.
B. Penyusunan APBD
APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan
setiap tahun dengan Peraturan Daerah. APBD terdiri atas anggaran
pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan. Pendapatan daerah berasal
dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan
yang sah.
Sebagaimana penyusunan APBN, maka langkah-langkah penyusunan
APBD adalah sebagai berikut :
Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD, disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada
DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.
Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai Rancangan Peraturan
Daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum
tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
Sesudah RAPBD disetujui oleh DPR, RAPBD kemudian ditetapkan
menjadi APBD melalui Peraturan daerah. Apabila DPRD tidak menyetujui
Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan Pemerintah Daerah, maka
untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat
melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun
anggaran sebelumnya.
Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, pelaksanaannya
dituangkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota.
1.5 Prinsip Dan Asas Penyusunan APBN DAN APBD
A. Prinsip Penyusunan APBN
1. Prinsip Penyusunan APBN Berdasarkan Aspek Pendapatan
Intensifikasi penerimaan anggaran dalam hal jumlah dan kecepatan
penyetoran.
Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara, misalnya sewa
atas penggunaan barang-barang milik negara.
Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dari denda
yang telah dijanjikan.
2. Prinsip Penyusunan APBN Berdasarkan Aspek Pengeluaran Negara
Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
disyaratkan.
5
Terarah, terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan.
Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan/potensi nasional.
B. Azas Penyusunan APBN
Penyusunan program pembangunan tahunan dituangkan dalam APBN
denga berazaskan:
Kemandirian, artinya sumber penerimaan dalam negeri semakin
ditingkatkan.
Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Penajaman prioritas pembangunan.
C. Prinsip Penyusunan APBD
Penyusunan APBD Tahun Anggaran harus didasarkan prinsip sebagai
berikut:
1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
2. APBD harus disusun secara tepat waktu sesuai tahapan dan jadwal
3. Penyusunan APBD dilakukan secara transparan,dimana memudahkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluasIuasnya tentang APBD
4. Penyusunan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat
5. APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
6. Substansi APBD dilarang bertentangan dengan kepentingan umum,
peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
D. Asas Umum Penyusunan Rancangan APBD
Penyusunan program pembangunan tahunan dituangkan dalam APBD
denga berazaskan:
a. Asas pendanaan atas beban APBD sesuai urusan pemerintah dan
kewenangan masing-masing. asas ini mengandung arti bahwa
penyelengaraan urusan pemerintah yang menjadi kewengan daerah
didanai dari dan atas beban APBD, penyelenggaraan urusan
pemerintah provinsi yang penugasannya dilimpahkan kepada
kabupaten/kota/desa, didanai dari dan atas beban APBD provinsi ,
penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang
penugasannya dilimpahkan kepada desa , didanai dari dan atas
beban APBD kabupaten/kota.
b. Asas penerimaan dan pengeluaran harus memiliki dasar hukum .
6
Asas ini mengandung arti bahwa seluruh penerimaan dan
pengeluaran pemerintah daerah baik dalam bentuk uang , barang
dan /atau jasa pada tahun anggaran yang berkenaan harus
dianggarkan dalam APBD, penganggaran penerimaan dan
pengeluaran APBD harus memiliki dasara hukum penganggaran ,
dan anggaran belanja daerah
diprioritaskan untuk u7ntuk
melaksanakan kewajiban pemerintah daerah sebagaimana
ditetapkan dalamperaturan perundang undangan
BAB II
2.1 CONTOH FAKTA PENYUSUNAN APBD DI KABBUPATEN/KOTA
Dalam menyusun APBD Tahun Anggaran, pemerintah daerah dan DPRD
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Penetapan APBD tepat waktu, yaitu paling lambat tanggal 31 Desember
Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD
N
O
1
URAIAN
WAKTU
Penyusunan RKPD
Akhir bulan Mei
2
Penyampaian KUA dan PPAS Minggu
oleh Ketua TAPD kepada kepala Juni
daerah
3
Penyampaian KUA dan PPAS Pertengahan bulan 6
oleh
kepala
daerahkepada Juni
minggu
DPRD
KUA dan PPAS disepakati antara Akhir bulan Juli
kepala daerahdan DPRD
4
LAMA
1bulan 1minggu
7
5
Surat
Edarankepala
daerah Awal bulanAgustus
perihal Pedoman RKA-SKPD
6
Penyusunan dan pembahasan
RKA-SKPD danRKA-PPKD
serta penyusunan Rancangan
APBD
Penyampaian Rancangan APBD
kepadaDPRD
7
1 Minggu
Awal
Agustus 7 Minggu
sampai
dengan
akhir September
Minggu
pertama 2 Bulan
bulan Oktober
8
Pengambilan
Bersama DPRD
daerah
persetujuan Palinglama 1 (satu)
dan kepala bulan
sebelum
tahun anggaran
yang bersangkutan
9
Hasil evaluasi Rancangan APBD
10
Penetapan Perda APBD dan Paling
Lambat
Perkada
Penjabaran
APBD Akhir
Desember
sesuai denganhasil evaluasi
(31 Desember)
15 hari kerja (bulan
Desember)
2.
Substansi KUA mencakup hal-hal yang sifatnya kebijakan umum dan tidak
menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang sifatnya kebijakan
umum,seperti:
(a) Gambaran kondisi ekonomi makro termasuk perkembangan indikator
ekonomi makro daerah;
(b) Asumsi dasar penyusunan Rancangan APBD Tahun Anggaran 2012
termasuk laju inflasi,pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya terkait dengan
kondisi ekonomi daerah;
(c) Kebijakan pendapatan daerah yang menggambarkan prakiraan rencana
sumber dan besaranpendapatan daerah untuk tahun anggaran 2012 serta
strategi pencapaiannya;
(d) Kebijakan belanja daerah yang mencerminkan program dan langkah
kebijakan dalam upaya peningkatan pembangunan daerah yang merupakan
manifestasi darisinkronisasi kebijakan antara pemerintah daerah dan
pemerintahserta strategi pencapaiannya;
(e) Kebijakan pembiayaan yang menggambarkan sisi defisit dan surplus
anggaran daerah sebagai antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam
rangka menyikapi tuntutan pembangunan daerahserta strategi pencapaiannya.
3.
Substansi PPAS lebih mencerminkan prioritas pembangunan daerah yang
dikaitkan dengan sasaran yang ingin dicapai termasuk program prioritas dari
SKPD terkait. PPAS juga menggambarkan pagu anggaran sementara
dimasing- masing SKPD berdasarkan program dan kegiataprioritas dalam
RKPD.Pagu sementara tersebut akan menjadi pagu definitif setelah rancangan
peraturan daerah tentang APBD disetujui bersama antara kepala daerah dengan
8
DPRD serta rancangan peraturan daerah tentang APBD tersebut ditetapkan
oleh kepala daerah menjadi peraturan daerah tentang APBD.
4.
Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan rancangan KUA
dan rancangan PPAS, kepala daerah harus menyampaikan rancangan KUA dan
rancangan PPAS tersebut kepada DPRD dalam waktu yang bersamaan, yang
selanjutnya hasil pembahasan kedua dokumen tersebut disepakati bersama
antara kepala daerah denganDPRD pada waktu yang bersamaan, sehingga
keterpaduan substansi KUA dan PPAS dalam proses penyusunan RAPBD akan
lebih efektif.
5.
Substansi Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKASKPD kepada seluruh SKPD danRKA-PPKD kepada Satuan Kerja Pengelola
KEuangan Daerah (SKPKD)memuat prioritas pembangunan daerah, program
dan kegiatan sesuai dengan indikator, tolok ukur dan target kinerja dari masingmasing program dan kegiatan, alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap
programdan kegiatan SKPD, batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada
PPKD, dan dokumen lainnya sebagaimana lampiran Surat Edaran dimaksud
meliputi KUA, PPAS, analisis standar belanja dan standar satuan harga.
6.
RKA-SKPD memuat rincian anggaran pendapatan, rincian anggaran belanja
tidak langsung SKPD (gaji pokok dan tunjangan pegawai, tambahan
penghasilan, khusus pada SKPD Sekretariat DPRD dianggarkan juga Belanja
Penunjang Operasional Pimpinan DPRD), rincian anggaran belanja langsung
menurut program dan kegiatan SKPD.
7.
RKA-PPKD memuat rincian pendapatan yang berasal dari dana
perimbangan dan pendapatan hibah, belanja tidak langsung terdiri dari
belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja
bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga, rincian
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
8.
Dalam kolom penjelasan penjabaran APBD diisi lokasi kegiatan untuk
kelompok belanja langsung, sedangkan khusus untuk kegiatan yang
pendanaannya bersumber dari Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi (DBH-DR),
Dana Alokasi Khusus, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Hibah,
Bantuan Keuangan yang bersifat khusus, Pinjaman Daerahserta sumber
pendanaan lainnya yang kegiatannya telah ditentukan,agar mencantumkan
sumberpendanaan dalam kolom penjelasan penjabaran APBD.
9.
Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang APBDdisampaikan oleh
kepala daerahkepada DPRD paling lambat Minggu I Oktober2011,
sedangkanpembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBDdimaksud
belum selesai sampai dengan paling lambat tanggal 30 Nopember2011, maka
kepala daerah harus menyusun rancangan peraturan kepala daerah tentang
APBD untuk mendapatkan pengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagi
APBD Provinsi dan Gubernur bagi APBD Kabupaten/Kota. Kebijakan
tersebut dilakukan untuk menjaga proses kesinambungan pembangunan
9
daerah dan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan realitas politik di
daerah.
Dalam hal kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2012, maka kepala daerah harus memperhatikan hal-hal
sebagaiberikut:
a. Anggaran belanja daerah dibatasi maksimum sama dengan anggaran
belanja daerah dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2011.
b. Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat
mengikat dan belanja yang bersifat wajib untuk terjaminnya
kelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat sesuai dengan
kebutuhan Tahun Anggaran 2012.
c. Pelampauan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran hanya
diperkenankan apabila ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji
dan tunjanga PNSD serta penyediaan dana pendamping atas program
dan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah serta belanja bagi hasil
pajak dan
retribusi daerah yang mengalami kenaikan akibat adanya
kenaikan target pendapatan daerah dari pajak dan retribusi dimaksud
dari tahun anggaran 2011.
10.
Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir, sedangkan persetujuan bersama terhadap
rancangan peraturan daerah dimaksud paling lambat1 (satu) bulan terhitung sejak
rancangan peraturan daerah diterimaoleh DPRD,
Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD Tahun Anggaran2011 belum mendapatkan persetujuan bersama, kepala
daerah dapat menetapkan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun
Anggaran 2011 dengan peraturan kepala daerah.Terkait denganuraian tersebut di
atas, pelaksanaan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012 harus dilakukan setelah
penetapan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBDTahun Anggaran 2011dan persetujuan bersama antara pemerintah daerah
dan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2012ditetapkan paling lambat pada akhir bulan September 2012,
dengan tahapan penyusunan dan jadwal sebagai berikut:
Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD
No
1
2
3
4
Uraian
Penyampaian
Rancangan
Perubahan KUA dan PPAS kepada
DPRD
Kesepakatan Perubahan
KUA dan PPAS antara Kepala
Daerah dan DPRD
Pedoman Penyusunan RKASKPD Perubahan APBD
Penyampaian Raperda APBD
Waktu
Minggu
Agustus
Lama
pertama
Minggu kedua Agustus
Minggu ketiga Agustus
Minggu
kedua
7 hari kerja
10
5
6
7
8
9
10
berserta lampiran kepada DPRD
Pengambilan persetujuan bersama
DPRD dan kepala daerah terhadap
Raperda Perubahan
APBD
Penyampaian kepada Menteri
Dalam Negeri/gubernur untuk
dievaluasi
Keputusan
Menteri
Dalam
Negeri/Gubernurtentang
hasil
evaluasi PAPBD Provinsi,
Kabupaten/Kota TA 2012
Pengesahan
PerdaPAPBDyang
telah dievaluasi dan dianggap
sesuai dengan ketentuan
Penyempurnaan perda sesuai hasil
evaluasi
apabila
dianggap
bertentangan dengan kepentingan
umum dan peraturan yang lebih
tinggi
Pembatalan Perda PAPBD apabila
tidak dilakukan penyempurnaan
September
Akhir September
(3 bulan sebelum tahun
anggaran
berakhir)
3 hari kerja
Pertengahan Oktober
15
kerja
hari
Pertengahan Oktober
Minggu ke-III Oktober
7 hari kerja
Minggu ke-IV Oktober 7 hari kerja
(setelah pemberitahuan
Untuk penyempurnaan
sesuai hasil evaluasi)
11
Pencabutan Raperda PAPBD
Minggu ke-I Nopember
7 hari kerja
12
Pemberitahuan
untuk Minggu ke-III Oktober
3 hari kerja
penyampaian
rancangan (setelah
P-APBD
perubahan DPA-SKPD
disahkan)
11. Dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012, pemerintah daerah tidak
diperkenankan untuk menganggarkan kegiatan pada kelompok belanja
langsung dan jenis belanja bantuan keuangan yang bersifat khusus kepada
kabupaten/kota/desapada kelompok belanja tidak langsung, apabila dari aspek
waktu dan tahapan kegiatan sertabantuan keuangan yang bersifat khusus
tersebut tidak cukup waktu sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2012.
12. Dalam rangka mengantisipasi pengeluaran untuk keperluan pendanaan keadaan
daruratdan keperluan mendesak, pemerintah daerah harus mencantumkan
kriteria belanja untuk keadaan daruratdan keperluan mendesakdalam peraturan
daerah tentang APBD.
13. Rancangan peraturan daerah tentang APBD, rancangan peraturan daerah
tentang Perubahan APBD dan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan menjadi peraturan
11
daerah wajib dilakukan evaluasi sesuai ketentuan Pasal 185, Pasal 186, dan
Pasal 188 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, jo. Pasal 110, Pasal 111, Pasal 173, Pasal 174, Pasal 303, dan Pasal
306 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah provinsi harus
melaporkan kepada Menteri Dalam Negeri tentangpermasalahan pemerintah
kabupaten/kota yang menetapkan APBD Tahun Anggaran 2012 tanpa terlebih
dahulu dilakukan evaluasi oleh Gubernur dan tindak lanjut atas permasalahan
tersebut dalam rangka penguatan peran Gubernur selaku wakil Pemerintah.
12
13
BAB III
KESIMPULAN
a.
kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau
pengeluaran Negara
b. APBN dan APBD ini merupakan rencana kerja pemerintahan Negara dalam
rangka meningkatkan hasil-hasil pembangunan secara berkesinambungan
serta melaksanakan desentralisasi fiskal.
c. Sebagaimana fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, maka APBD
berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi.
d. Sinergi antara pemerintah daerah dan DPRD sangat menentukan tingkat
efektifitasnya dalam proses penyusunan APBD
14
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Republik
(http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kolom/detailkolom.asp?
NewsID=N119258959)
Indonesia
http://bappeda.banjarmasinkota.go.id/2015/03/proses-penyusunan-apbd-iprovinsi-dan.html
http://dppkd.gorontalokab.go.id
http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-fungsitujuan-apbn-dan-apbd.html?showComment=1463541684211
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 tahun 2011 Tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2012
www.scribd.com/doc/36394981/kebijakan-fiskal