20170809 6.AGUS SARTONO KOORDINASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RISET NASIONAL 09 08 17
KEMENKO BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
KOORDINASI KEBIJAKAN RISET NASIONAL
PROF. DR. R. AGUS SARTONO, MBA
Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama
Makassar, 9 Agustus 2017
POTENSI TANAH AIR INDONESIA
Lebih Dari
Keragaman Hayati
17.000
Pulau
3 Besar
Dunia
Produksi Ikan
3 Besar
Dunia
Panjang Garis Pantai
Letak Geografis
Persilangan
54.716 Km
Jumlah Penduduk
4 Besar
Dunia
Potensi Migas
70%
Perairan
2
POTENSI TANAH AIR INDONESIA
KEKAYAAN ALAM
Gas Alam
Minyak Bumi
Emas dan Logam Lain
Batubara dan
Mineral Lain
Hasil Laut
Hutan dan Biodiversiti
Perkebunan dan Pertanian
3
͞BONUS͟ DEMOGRAFI
100 tahun kemerdekaan
"Bonus Demografi"
Dependency Ratio semakin kecil (2010-2040):
Usia produktif semakin besar (Bonus Demografi ~ Demografic Dividen), kesempatan dan potensi
meningkatkan produktivitas semakin tinggi, semakin tinggi tingkat kesejahteraan, tetapi kalau tidak dikelola
dengan baik akan menjadi Bencana Demografi~ Demografic Disaster.
Kualitas SDM sebagai kata kunci, Pendidikan dan Kesehatan sebagai peran kunci.
“Me a tapka pe ataa ke bali NKRI,
Sumber: Menko Perekonomian, 2010
e i gkatka kualitas SDM,
e ba gu ke a pua IPTEK,
e perkuat daya sai g
4
PROFIL DEMOGRAFI
5
PENINGKATAN KELAS MENENGAH
INDONESIA
Pengeluaran Per Kapita
(Dollar AS Per Hari)
Ekonomi Indonesia 2030
Diprediksi Melampaui Ekonomi
Jerman dan Inggris dan Berada
di Posisi 7 Dunia (McKinsey
2012). 2016 Diposisi 8 Dunia
PAUD
Pada 2030 23-24
Kenaikan
(Juta Orang)
2-4
4-6
6-10
10-20
SD/MI
25-30
91.49
27.8
11.88
3.09
SMP/MTs
31-33
Ekonomi Indonesia di
Ranking 8 Dunia, Dibawah
Cina, USA, India, Jepang,
Jerman, Rusia, Brasil. (PwC
Februari 2017)
SMA/MA
34-36
PT
37-40
Hampir 15 juta orang membelanjakan $6 s/d 20 per hari. Menjadi daya dorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatkan daya saing global Indonesia naik
ke peringkat 34 dunia 2014/2015. Tahun 2050 diprediksi menjadi nomor 4 dunia.
Sumber: World Eeconomic Forum (WEF) Report 2015
6
PROFIL SDM INDONESIA
7
7
Indeks Daya Saing Global
Indonesia 2016/2017
8
8
12 Pilar
Indeks
Daya Saing
Global
Indonesia
2016/2017
9
9
NO
PILAR
2014/2015 2015/2016 2016/2017
34/4,6
37/4,5
41/4,5
1
Institutions
4,1
4,1
4,1
2
Infrastructure
4,4
4,2
4,2
3
Macroeconomic environment
5,5
5,5
5,5
4
Health and primary education
5,7
5,6
5.3
5
Higher education and training
4,5
4,5
4,5
6
Goods market efficiency
4,5
4,4
4,4
7
Labor market eficiency
3,8
3,7
3,8
8
Financial market development
4,5
4,2
4,3
9
Technological readiness
3,6
3,5
3,5
10
Market size
5,3
5,7
5,7
11
Business sophistication
4,5
4,3
4,3
12
Innovation
3,9
3,9
4,0
10
10
THE FOURTH INDUSTRIAL REVOLUTION
1. Revin 1 terjadi pada abad 18 hingga 19 ditandai dengan
pergeseran dari masyarakat agraris menjadi masyarakat
industri. Perkembangan industri baja dan tekstil sangat
pesat.
2. Revin 2 berlangsung antara 1870-1914 sebelum Perang
Dunia 1, ditandai munculnya industri minyak bumi, listrik
dan pemanfaatan listrik guna menciptakan produk masal.
Kemajuan teknologi telepon, phonograph = industri
rekaman, serta mesin pembangkit listrik bertenaga besar.
3. Revin 3 atau digital revolution mendapatkan momentum
dengan berkembangnya personal computer, teknologi
informasi dan internet.
11
11
THE FOURTH INDUSTRIAL REVOLUTION
4. Revin 4 dibangun atas dasar digital revolution yang saat ini
sedang berlangsung dimana teknologi menjadi bagian
dalam kehidupan sosial dan bahkan dalam tubuh manusia.
5. Berkembang pesat artificial intelligence (AI), nano
technology, 3D Printing dan system robot dalam kehidupan
masyarakat. Teknologi tersebut memungkinkan manusia
untuk saling terkoneksi dengan jutaan manusia di belahan
dunia, dan meningkatkan efisiensi dalam berusaha.
6. Revin 4 mengalami perubahan sangat cepat dan bersifat
exponensial, mengubah paradigma system produksi,
management dan governance di semua sektor baik public
maupun private.
12
12
THE FOURTH INDUSTRIAL REVOLUTION
7. Storage and processing capasity serta akses ke knowledge
menjadi unlimited terutama didukung perkembangan AI,
3D printing dan System Robotic.
8. Lihat saja self driving car, drone, vending machine, ATM,
phone banking, on-line business tumbuh sangat pesat.
Pekerjaan yang sifatnya rutin – low skill worker – hampir
pasti akan digantikan oleh robot.
9. Transportation and communication cost turun drastis dan
logistik dan global supply chain makin efisien. Business
leaders and policy maker harus responsif terhadap
perubahan lingkungan yg cepat. Memanfaatkan teknologi –
big data – untuk pelayanan lebih baik.
13
13
DUNIA MENYONGSONG 2050
1. Ekonomi dunia akan dua kali lipat pada 2050 dengan
asumsi pertumbuhan stabil dan tak ada gejolak global yang
mengancam civilization.
2. Emerging market akan tetap menjadi pendorong
pertumbuhan ekonomi dunia. Negara E7 (China, India,
Indonesia, Brazil, Russia, Mexico dan Turkey) memberikan
kontribusi hampir 50% ekonomi dunia. Sementara negara
G7 (US, UK, Perancis, Japan, Canada dan Italy) justru
mengalami penurunan menjadi hanya 22%.
3. Mexico akan tumbuh signifikan dan melampaui Germany;
sementara Vietnam, India dan Bangladesh merupakan
negara dengan pertumbuhan paling tinggi.
14
14
POSISI INDONESIA 2050
Sumber: PwC February 2017
15
15
INCREASING ECONOMIC GAP
Sumber: PwC February 2017
16
16
GROWTH OF INTERNET
USERS IN THE E7
70
60
50
40
30
20
10
Sumber: World Bank 2016
17
17
PENINGKATAN DAYA SAING SDM
18
Capaian Publikasi Terindeks Global
ASEAN
2016
Malaysia
Singapura
Indonesia
Thailand
3584
5678
8321
14436
9501
11865
11130
20433
16172
29322
2017
Vietnam
19
AMANAT RPJMN 2015-2019 :
(Perpres No. 2/2015)
Konsolidasi dan Sinergitas Riset Nasional
Buku 2 RPJMN 2015-2019, BAB 4 Bidang Iptek, Bagian 4.5.2 Kerangka
Kelembagaan, Halaman 4-41 menyebutkan:
‘’Undang-undang No. 18/2002 tentang P3Iptek, mengamanatkan DRN
menyusun Agenda Riset Nasional (ARN) yang diharapkan menjadi acuan
bagi semua kementerian/lembaga menyusun program dan kegiatan riset.
Program yang telah disusun baik dalam ARN tidak efektif sebagai acuan
penyusunan program riset di berbagai lembaga. Alternatif penyelesaian
kelembagaan seperti ini ada dua, yakni melalui mekanisme hirarki
kelembagaan sehingga semua lembaga berada dalam satu garis
komando, atau melalui mekanisme pembagian sumberdaya
khususnya pendanaan riset”.
20
NAWA CITA
Arah kebijakan Sub Agenda 7 :
3. Peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan pasar
5. Penguatan Teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem inovasi nasional
Arah kebijakan Sub Agenda 8 :
5. Memprioritaskan pembiayaan penelitian yang menunjang Iptek
21
MARWAH RISET IPTEK
UU SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Menciptakan Nilai Tambah Sumber Daya Alam Dalam
Rangka Transformasi Ekonomi Nasional Menuju
Bangsa Indonesia dihadapkan
pada kondisi masih lemahnya:
Kapasitas dan kompetensi riset;
Kemampuan pengembangan
menuju proses penciptaan
berbasis Iptek;
Jaringan kelembagaan dan
peneliti di ranah lokal, regional
dan global;
Relevansi & Produktivitas
litbangnas utk menjawab kebutuhan teknologi masyarakat;
Pendayagunaan riset dan
pengembangan nasional
Innovation Driven Economy
Lembaga Riset
Non Kementerian
(LPNK)
Masyarakat/
Komunitas
Peneliti spt
AIPI, DRN
Unit Riset
Pendidikan
Tinggi
Unit Riset
Kementerian/
Lembaga/Daerah
Sejumlah kebijakan Iptek telah
diterbitkan tapi belum optimal
Buku Putih Penelitian,
Pengembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi 2005-2025
Kebijakan Strategis Nasional
Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Jakstranas Iptek)
Agenda Riset Nasional (ARN)
Iptek dalam Masterplan
Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI)
• Diskoneksitas hasil riset dengan kebutuhan dunia industri;
• Diskoneksitas riset antara perguruan tinggi dengan lembaga-lembaga riset;
• Belum optimalnya sumber daya riset (personil litbang seperti peneliti,
perekayasa dan dosen; anggaran, peraturan dan fasilitas riset).
22
PERPRES NO 9 / 2015
KEMENTERIAN KOOORDINATOR
BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
TUGAS KEMENKO PMK
Menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian urusan kementerian dalam
penyelenggaraan pemerintahan di bidang
pembangunan manusia dan kebudayaan.
23
PERPRES NO 9 / 2015
KEMENTERIAN KOOORDINATOR
BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
MENGKOORDINASIKAN:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Kementerian Agama;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
Kementerian Kesehatan;
Kementerian Sosial;
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
Kementerian Pemuda dan Olah Raga; dan
Instansi lain yang dianggap perlu.
(BKKBN, BNPB, BPPT, LIPI, BATAN, BAPETEN, BSN, LAPAN)
24
TUJUAN KOORDINASI
KEBIJAKAN RISET IPTEK
MENYELARASKAN
PROGRAM RISET K/L/PT
DAN KEBIJAKAN PENGANGGARAN
DENGAN
ARAH DAN SASARAN PEMBANGUNAN
RISET NASIONAL JANGKA PANJANG
25
RENCANA INDUK RISET
NASIONAL
• Diperlukan integrator kebijakan Riset dan Pengembangan Iptek
Nasional sebagaimana disebutkan dalam RPJMN 2015-2019
• Komitmen K/L dan pemangku kepentingan dalam Riset dan
Pengembangan Iptek menyusun Rencana Induk Riset Nasional
• RIRN untuk meningkatkan efekifitas kegiatan Risbang melalui
mekanisme hirarki kelembagaan dan melalui mekanisme
pembagian sumberdaya khususnya pendanaan sesuai amanat
RPJMN.
• RIRN harus dapat mengatasi permasalahan seperti diskoneksitas
riset antara lembaga litbang/perguruan tinggi dengan
kebutuhan nasional. RIRN harus dijadikan acuan oleh seluruh
pemangku kepentingan Riset dan Pengembangan Iptek mulai
dari tahap perencanaan hingga evaluasi hasil penelitian.
26
26
MARWAH RISET IPTEK
SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
menciptakan nilai tambah sumber daya alam dalam rangka
transformasi ekonomi nasional menuju
Bangsa Indonesia dihadapkan
pada kondisi masih lemahnya:
Kapasitas dan kompetensi riset;
Kemampuan pengembangan
menuju proses penciptaan
berbasis Iptek;
Jaringan kelembagaan dan
peneliti di ranah lokal, regional
dan global;
Relevansi & Produktivitas
litbangnas utk menjawab kebutuhan teknologi masyarakat;
Pendayagunaan riset dan
pengembangan nasional
innovation driven economy
Lembaga Riset
Non Kementerian
(LPNK)
Unit Riset
RENCANA INDUK
Pendidikan
Tinggi
RISET NASIONAL
Unit Riset
Masyarakat/
Komunitas
Peneliti spt
AIPI, DRN
Kementerian/
Lembaga/Daerah
Sejumlah kebijakan Iptek telah
diterbitkan tapi belum optimal
Buku Putih Penelitian,
Pengembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi 2005-2025
Kebijakan Strategis Nasional
Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Jakstranas Iptek)
Agenda Riset Nasional (ARN)
Iptek dalam Masterplan
Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI)
• Koneksitas hasil riset dengan kebutuhan dunia industri;
• Koneksitas/Integrasi riset antara perguruan tinggi vs lembaga-lembaga riset;
• Optimalisasi sumber daya riset (personil litbang seperti peneliti, perekayasa
dan dosen; anggaran, peraturan dan fasilitas riset).
27
POSISI RIRN DALAM
SISTEM PERENCANAAN NASIONAL
RIRN
LIMA
TAHUNAN
se agai ren ana
sektor Iptek
28
RIRN MEMUAT TAHAPAN INDIKATOR RISET 2015-2045
DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL
T. Frontier
OUTPUT & OUTCOME
TERCAPAI BILA INPUT
DIPENUHI
input
anggaran
input
SDM
ouput
out
come
SASARAN
T. SDA
T. Maju
SDA
T. Terapan
T. Terapan
Jasa
T. Tinggi
Manufaktur
2015
2019
2024
2029
2034
2039
2044
MFP
16,7
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
PRODUKTIVITAS
PENELITI
0,02
0,04
0,07
0,10
0,14
0,18
0,22
SDM PENELITI
1.071
1.600
3.200
4.800
6.400
8,000
9.600
SDM KANDIDAT
PENELITI
5,6
20
40
60
80
90
100
GERD/PDB
0,20
0,84
1,68
2,52
3,36
4,20
5,04
GBAORD/PDB
0,15
0,21
0,42
0,63
0,84
1,05
1,26
Catatatan : 1) MFP: multi factor productivity (%)
2) Produktivitas Peneliti: jumlah total publikasi terindeks global / jumlah total peneliti
3) SDM Peneliti: rasio jumlah peneliti / sejuta populasi (orang)
4) SDM Kandidat Peneliti: rasio jumlah mahasiswa (S2 + S3) / S1 (%)
5) GERD / PDB dan GBAORD / PDB (%))
Korsel 2015
29
RIRN MEMUAT
RENCANA KEBUTUHAN
RIRN MEMUAT INTEGRASI AKTOR RISET NASIONAL 2015-2019
BIDANG
AKTOR UTAMA
Kementerian/ Lembaga
LPNK
Perguruan Tinggi
Swasta/ lainnya
Kemandirian Pangan
Kementan, Kemenristekdikti, KKP, LHK,
Agraria/BPN, Kemenristekdikti
BPPT, LIPI, BATAN, BAPETEN,
BPOM,
PTN/PTS terkait
PTPN, Indofood, BUMN Pangan,
dan pihak terkait
Penciptaan dan Pemanfaatan Energi
Baru dan Terbarukan
ESDM, Kemenperin, PUPR, LHK, DPDT2,
KKP,
Kemenhub, Kemenristekdikti
BATAN, LIPI, BAPETEN, BPPT
PTN/PTS terkait
Industri yang bergerak di sektor
energi
Pengembangan Teknologi Kesehatan
dan Obat
Kemenkes, LHK, Kemenperin
BPOM, LIPI, BPPT
PTN/ PTS terkait
PT Bio Farma, Indofarma, Medica,
Dexa dan pihak terkait
Pengembangan Teknologi dan
Manajemen Transportasi
Kemenhub, Kominfo, Kemenristekdikti,
Kemenperin, PUPR
LAPAN, BPPT
PTN/ PTS terkait
PT DI, PT LEN INDUSTRI,
INKA, PT PAL, dan pihak lain
terkait
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kominfo, PUPR, Kemenhan
LIPI, BPPT, BIG, Bekraf,
Kemenristekdikti
PTN/ PTS terkait
INTI, CMI, SOLUSI, dan
pihak lain terkait
Pengembangan Teknologi Pertahanan
dan Keamanan
Kemenko Polhukan, Kemenhan, Kominfo,
Kemenperin, Kemenristekdikti
BPPT, LIPI
PTN/ PTS terkait
PT DI, PT Dahana, PT PAL,
PT LEN dan pihak terkait
Material Maju
Kemenperin, ESDM, LHK, Kementan,
Kemenkes, Kemenristekdikti
BPPT, LIPI
PTN/ PTS terkait
PT DI, PT Dahana, PT PAL,
PT LEN dan pihak terkait
Kemaritiman
Kemenko Maritim, KKP, Kemenristekdikti,
Kemenpar, Kemenhub
Bakamla, LIPI, BMKG, LAPAN,
BIG, BPPT
PTN/ PTS terkait
PT PAL dan pihak terkait
Manajemen Penanggulangan
Kebencanaan dan Lingkungan
LHK, Agraria/ BPN, PUPR, Kemenristekdikti,
Kemenko PMK, Kemendagri, Kemenkes,
Kemensos
LAPAN, LIPI, BPPT, BNPB,
BMKG, PVMBG, BIG
PTN/ PTS terkait
IABI, WWF, KEHATI,
WALHI, dan pihak lain terkait
Sosial Humaniora - Seni Budaya Pendidikan
Bappenas, Kemensos, Kemenaker, Dikbud,
DP2DT, Parekraf, Kemenristekdikti, Kemenag
LIPI, BPS
PTN/ PTS terkait
Masyarakat sipil terkait
31
8
RIRN MEMUAT URAIAN RINCI SAMPAI KEPADA
TARGET CAPAIAN PER BIDANG FOKUS
Matriks Rencana Aksi
32
32
TERIMA KASIH
DAN KEBUDAYAAN
KOORDINASI KEBIJAKAN RISET NASIONAL
PROF. DR. R. AGUS SARTONO, MBA
Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama
Makassar, 9 Agustus 2017
POTENSI TANAH AIR INDONESIA
Lebih Dari
Keragaman Hayati
17.000
Pulau
3 Besar
Dunia
Produksi Ikan
3 Besar
Dunia
Panjang Garis Pantai
Letak Geografis
Persilangan
54.716 Km
Jumlah Penduduk
4 Besar
Dunia
Potensi Migas
70%
Perairan
2
POTENSI TANAH AIR INDONESIA
KEKAYAAN ALAM
Gas Alam
Minyak Bumi
Emas dan Logam Lain
Batubara dan
Mineral Lain
Hasil Laut
Hutan dan Biodiversiti
Perkebunan dan Pertanian
3
͞BONUS͟ DEMOGRAFI
100 tahun kemerdekaan
"Bonus Demografi"
Dependency Ratio semakin kecil (2010-2040):
Usia produktif semakin besar (Bonus Demografi ~ Demografic Dividen), kesempatan dan potensi
meningkatkan produktivitas semakin tinggi, semakin tinggi tingkat kesejahteraan, tetapi kalau tidak dikelola
dengan baik akan menjadi Bencana Demografi~ Demografic Disaster.
Kualitas SDM sebagai kata kunci, Pendidikan dan Kesehatan sebagai peran kunci.
“Me a tapka pe ataa ke bali NKRI,
Sumber: Menko Perekonomian, 2010
e i gkatka kualitas SDM,
e ba gu ke a pua IPTEK,
e perkuat daya sai g
4
PROFIL DEMOGRAFI
5
PENINGKATAN KELAS MENENGAH
INDONESIA
Pengeluaran Per Kapita
(Dollar AS Per Hari)
Ekonomi Indonesia 2030
Diprediksi Melampaui Ekonomi
Jerman dan Inggris dan Berada
di Posisi 7 Dunia (McKinsey
2012). 2016 Diposisi 8 Dunia
PAUD
Pada 2030 23-24
Kenaikan
(Juta Orang)
2-4
4-6
6-10
10-20
SD/MI
25-30
91.49
27.8
11.88
3.09
SMP/MTs
31-33
Ekonomi Indonesia di
Ranking 8 Dunia, Dibawah
Cina, USA, India, Jepang,
Jerman, Rusia, Brasil. (PwC
Februari 2017)
SMA/MA
34-36
PT
37-40
Hampir 15 juta orang membelanjakan $6 s/d 20 per hari. Menjadi daya dorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatkan daya saing global Indonesia naik
ke peringkat 34 dunia 2014/2015. Tahun 2050 diprediksi menjadi nomor 4 dunia.
Sumber: World Eeconomic Forum (WEF) Report 2015
6
PROFIL SDM INDONESIA
7
7
Indeks Daya Saing Global
Indonesia 2016/2017
8
8
12 Pilar
Indeks
Daya Saing
Global
Indonesia
2016/2017
9
9
NO
PILAR
2014/2015 2015/2016 2016/2017
34/4,6
37/4,5
41/4,5
1
Institutions
4,1
4,1
4,1
2
Infrastructure
4,4
4,2
4,2
3
Macroeconomic environment
5,5
5,5
5,5
4
Health and primary education
5,7
5,6
5.3
5
Higher education and training
4,5
4,5
4,5
6
Goods market efficiency
4,5
4,4
4,4
7
Labor market eficiency
3,8
3,7
3,8
8
Financial market development
4,5
4,2
4,3
9
Technological readiness
3,6
3,5
3,5
10
Market size
5,3
5,7
5,7
11
Business sophistication
4,5
4,3
4,3
12
Innovation
3,9
3,9
4,0
10
10
THE FOURTH INDUSTRIAL REVOLUTION
1. Revin 1 terjadi pada abad 18 hingga 19 ditandai dengan
pergeseran dari masyarakat agraris menjadi masyarakat
industri. Perkembangan industri baja dan tekstil sangat
pesat.
2. Revin 2 berlangsung antara 1870-1914 sebelum Perang
Dunia 1, ditandai munculnya industri minyak bumi, listrik
dan pemanfaatan listrik guna menciptakan produk masal.
Kemajuan teknologi telepon, phonograph = industri
rekaman, serta mesin pembangkit listrik bertenaga besar.
3. Revin 3 atau digital revolution mendapatkan momentum
dengan berkembangnya personal computer, teknologi
informasi dan internet.
11
11
THE FOURTH INDUSTRIAL REVOLUTION
4. Revin 4 dibangun atas dasar digital revolution yang saat ini
sedang berlangsung dimana teknologi menjadi bagian
dalam kehidupan sosial dan bahkan dalam tubuh manusia.
5. Berkembang pesat artificial intelligence (AI), nano
technology, 3D Printing dan system robot dalam kehidupan
masyarakat. Teknologi tersebut memungkinkan manusia
untuk saling terkoneksi dengan jutaan manusia di belahan
dunia, dan meningkatkan efisiensi dalam berusaha.
6. Revin 4 mengalami perubahan sangat cepat dan bersifat
exponensial, mengubah paradigma system produksi,
management dan governance di semua sektor baik public
maupun private.
12
12
THE FOURTH INDUSTRIAL REVOLUTION
7. Storage and processing capasity serta akses ke knowledge
menjadi unlimited terutama didukung perkembangan AI,
3D printing dan System Robotic.
8. Lihat saja self driving car, drone, vending machine, ATM,
phone banking, on-line business tumbuh sangat pesat.
Pekerjaan yang sifatnya rutin – low skill worker – hampir
pasti akan digantikan oleh robot.
9. Transportation and communication cost turun drastis dan
logistik dan global supply chain makin efisien. Business
leaders and policy maker harus responsif terhadap
perubahan lingkungan yg cepat. Memanfaatkan teknologi –
big data – untuk pelayanan lebih baik.
13
13
DUNIA MENYONGSONG 2050
1. Ekonomi dunia akan dua kali lipat pada 2050 dengan
asumsi pertumbuhan stabil dan tak ada gejolak global yang
mengancam civilization.
2. Emerging market akan tetap menjadi pendorong
pertumbuhan ekonomi dunia. Negara E7 (China, India,
Indonesia, Brazil, Russia, Mexico dan Turkey) memberikan
kontribusi hampir 50% ekonomi dunia. Sementara negara
G7 (US, UK, Perancis, Japan, Canada dan Italy) justru
mengalami penurunan menjadi hanya 22%.
3. Mexico akan tumbuh signifikan dan melampaui Germany;
sementara Vietnam, India dan Bangladesh merupakan
negara dengan pertumbuhan paling tinggi.
14
14
POSISI INDONESIA 2050
Sumber: PwC February 2017
15
15
INCREASING ECONOMIC GAP
Sumber: PwC February 2017
16
16
GROWTH OF INTERNET
USERS IN THE E7
70
60
50
40
30
20
10
Sumber: World Bank 2016
17
17
PENINGKATAN DAYA SAING SDM
18
Capaian Publikasi Terindeks Global
ASEAN
2016
Malaysia
Singapura
Indonesia
Thailand
3584
5678
8321
14436
9501
11865
11130
20433
16172
29322
2017
Vietnam
19
AMANAT RPJMN 2015-2019 :
(Perpres No. 2/2015)
Konsolidasi dan Sinergitas Riset Nasional
Buku 2 RPJMN 2015-2019, BAB 4 Bidang Iptek, Bagian 4.5.2 Kerangka
Kelembagaan, Halaman 4-41 menyebutkan:
‘’Undang-undang No. 18/2002 tentang P3Iptek, mengamanatkan DRN
menyusun Agenda Riset Nasional (ARN) yang diharapkan menjadi acuan
bagi semua kementerian/lembaga menyusun program dan kegiatan riset.
Program yang telah disusun baik dalam ARN tidak efektif sebagai acuan
penyusunan program riset di berbagai lembaga. Alternatif penyelesaian
kelembagaan seperti ini ada dua, yakni melalui mekanisme hirarki
kelembagaan sehingga semua lembaga berada dalam satu garis
komando, atau melalui mekanisme pembagian sumberdaya
khususnya pendanaan riset”.
20
NAWA CITA
Arah kebijakan Sub Agenda 7 :
3. Peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan pasar
5. Penguatan Teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem inovasi nasional
Arah kebijakan Sub Agenda 8 :
5. Memprioritaskan pembiayaan penelitian yang menunjang Iptek
21
MARWAH RISET IPTEK
UU SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Menciptakan Nilai Tambah Sumber Daya Alam Dalam
Rangka Transformasi Ekonomi Nasional Menuju
Bangsa Indonesia dihadapkan
pada kondisi masih lemahnya:
Kapasitas dan kompetensi riset;
Kemampuan pengembangan
menuju proses penciptaan
berbasis Iptek;
Jaringan kelembagaan dan
peneliti di ranah lokal, regional
dan global;
Relevansi & Produktivitas
litbangnas utk menjawab kebutuhan teknologi masyarakat;
Pendayagunaan riset dan
pengembangan nasional
Innovation Driven Economy
Lembaga Riset
Non Kementerian
(LPNK)
Masyarakat/
Komunitas
Peneliti spt
AIPI, DRN
Unit Riset
Pendidikan
Tinggi
Unit Riset
Kementerian/
Lembaga/Daerah
Sejumlah kebijakan Iptek telah
diterbitkan tapi belum optimal
Buku Putih Penelitian,
Pengembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi 2005-2025
Kebijakan Strategis Nasional
Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Jakstranas Iptek)
Agenda Riset Nasional (ARN)
Iptek dalam Masterplan
Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI)
• Diskoneksitas hasil riset dengan kebutuhan dunia industri;
• Diskoneksitas riset antara perguruan tinggi dengan lembaga-lembaga riset;
• Belum optimalnya sumber daya riset (personil litbang seperti peneliti,
perekayasa dan dosen; anggaran, peraturan dan fasilitas riset).
22
PERPRES NO 9 / 2015
KEMENTERIAN KOOORDINATOR
BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
TUGAS KEMENKO PMK
Menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian urusan kementerian dalam
penyelenggaraan pemerintahan di bidang
pembangunan manusia dan kebudayaan.
23
PERPRES NO 9 / 2015
KEMENTERIAN KOOORDINATOR
BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA
DAN KEBUDAYAAN
MENGKOORDINASIKAN:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Kementerian Agama;
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
Kementerian Kesehatan;
Kementerian Sosial;
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
Kementerian Pemuda dan Olah Raga; dan
Instansi lain yang dianggap perlu.
(BKKBN, BNPB, BPPT, LIPI, BATAN, BAPETEN, BSN, LAPAN)
24
TUJUAN KOORDINASI
KEBIJAKAN RISET IPTEK
MENYELARASKAN
PROGRAM RISET K/L/PT
DAN KEBIJAKAN PENGANGGARAN
DENGAN
ARAH DAN SASARAN PEMBANGUNAN
RISET NASIONAL JANGKA PANJANG
25
RENCANA INDUK RISET
NASIONAL
• Diperlukan integrator kebijakan Riset dan Pengembangan Iptek
Nasional sebagaimana disebutkan dalam RPJMN 2015-2019
• Komitmen K/L dan pemangku kepentingan dalam Riset dan
Pengembangan Iptek menyusun Rencana Induk Riset Nasional
• RIRN untuk meningkatkan efekifitas kegiatan Risbang melalui
mekanisme hirarki kelembagaan dan melalui mekanisme
pembagian sumberdaya khususnya pendanaan sesuai amanat
RPJMN.
• RIRN harus dapat mengatasi permasalahan seperti diskoneksitas
riset antara lembaga litbang/perguruan tinggi dengan
kebutuhan nasional. RIRN harus dijadikan acuan oleh seluruh
pemangku kepentingan Riset dan Pengembangan Iptek mulai
dari tahap perencanaan hingga evaluasi hasil penelitian.
26
26
MARWAH RISET IPTEK
SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
menciptakan nilai tambah sumber daya alam dalam rangka
transformasi ekonomi nasional menuju
Bangsa Indonesia dihadapkan
pada kondisi masih lemahnya:
Kapasitas dan kompetensi riset;
Kemampuan pengembangan
menuju proses penciptaan
berbasis Iptek;
Jaringan kelembagaan dan
peneliti di ranah lokal, regional
dan global;
Relevansi & Produktivitas
litbangnas utk menjawab kebutuhan teknologi masyarakat;
Pendayagunaan riset dan
pengembangan nasional
innovation driven economy
Lembaga Riset
Non Kementerian
(LPNK)
Unit Riset
RENCANA INDUK
Pendidikan
Tinggi
RISET NASIONAL
Unit Riset
Masyarakat/
Komunitas
Peneliti spt
AIPI, DRN
Kementerian/
Lembaga/Daerah
Sejumlah kebijakan Iptek telah
diterbitkan tapi belum optimal
Buku Putih Penelitian,
Pengembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi 2005-2025
Kebijakan Strategis Nasional
Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Jakstranas Iptek)
Agenda Riset Nasional (ARN)
Iptek dalam Masterplan
Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI)
• Koneksitas hasil riset dengan kebutuhan dunia industri;
• Koneksitas/Integrasi riset antara perguruan tinggi vs lembaga-lembaga riset;
• Optimalisasi sumber daya riset (personil litbang seperti peneliti, perekayasa
dan dosen; anggaran, peraturan dan fasilitas riset).
27
POSISI RIRN DALAM
SISTEM PERENCANAAN NASIONAL
RIRN
LIMA
TAHUNAN
se agai ren ana
sektor Iptek
28
RIRN MEMUAT TAHAPAN INDIKATOR RISET 2015-2045
DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL
T. Frontier
OUTPUT & OUTCOME
TERCAPAI BILA INPUT
DIPENUHI
input
anggaran
input
SDM
ouput
out
come
SASARAN
T. SDA
T. Maju
SDA
T. Terapan
T. Terapan
Jasa
T. Tinggi
Manufaktur
2015
2019
2024
2029
2034
2039
2044
MFP
16,7
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
PRODUKTIVITAS
PENELITI
0,02
0,04
0,07
0,10
0,14
0,18
0,22
SDM PENELITI
1.071
1.600
3.200
4.800
6.400
8,000
9.600
SDM KANDIDAT
PENELITI
5,6
20
40
60
80
90
100
GERD/PDB
0,20
0,84
1,68
2,52
3,36
4,20
5,04
GBAORD/PDB
0,15
0,21
0,42
0,63
0,84
1,05
1,26
Catatatan : 1) MFP: multi factor productivity (%)
2) Produktivitas Peneliti: jumlah total publikasi terindeks global / jumlah total peneliti
3) SDM Peneliti: rasio jumlah peneliti / sejuta populasi (orang)
4) SDM Kandidat Peneliti: rasio jumlah mahasiswa (S2 + S3) / S1 (%)
5) GERD / PDB dan GBAORD / PDB (%))
Korsel 2015
29
RIRN MEMUAT
RENCANA KEBUTUHAN
RIRN MEMUAT INTEGRASI AKTOR RISET NASIONAL 2015-2019
BIDANG
AKTOR UTAMA
Kementerian/ Lembaga
LPNK
Perguruan Tinggi
Swasta/ lainnya
Kemandirian Pangan
Kementan, Kemenristekdikti, KKP, LHK,
Agraria/BPN, Kemenristekdikti
BPPT, LIPI, BATAN, BAPETEN,
BPOM,
PTN/PTS terkait
PTPN, Indofood, BUMN Pangan,
dan pihak terkait
Penciptaan dan Pemanfaatan Energi
Baru dan Terbarukan
ESDM, Kemenperin, PUPR, LHK, DPDT2,
KKP,
Kemenhub, Kemenristekdikti
BATAN, LIPI, BAPETEN, BPPT
PTN/PTS terkait
Industri yang bergerak di sektor
energi
Pengembangan Teknologi Kesehatan
dan Obat
Kemenkes, LHK, Kemenperin
BPOM, LIPI, BPPT
PTN/ PTS terkait
PT Bio Farma, Indofarma, Medica,
Dexa dan pihak terkait
Pengembangan Teknologi dan
Manajemen Transportasi
Kemenhub, Kominfo, Kemenristekdikti,
Kemenperin, PUPR
LAPAN, BPPT
PTN/ PTS terkait
PT DI, PT LEN INDUSTRI,
INKA, PT PAL, dan pihak lain
terkait
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kominfo, PUPR, Kemenhan
LIPI, BPPT, BIG, Bekraf,
Kemenristekdikti
PTN/ PTS terkait
INTI, CMI, SOLUSI, dan
pihak lain terkait
Pengembangan Teknologi Pertahanan
dan Keamanan
Kemenko Polhukan, Kemenhan, Kominfo,
Kemenperin, Kemenristekdikti
BPPT, LIPI
PTN/ PTS terkait
PT DI, PT Dahana, PT PAL,
PT LEN dan pihak terkait
Material Maju
Kemenperin, ESDM, LHK, Kementan,
Kemenkes, Kemenristekdikti
BPPT, LIPI
PTN/ PTS terkait
PT DI, PT Dahana, PT PAL,
PT LEN dan pihak terkait
Kemaritiman
Kemenko Maritim, KKP, Kemenristekdikti,
Kemenpar, Kemenhub
Bakamla, LIPI, BMKG, LAPAN,
BIG, BPPT
PTN/ PTS terkait
PT PAL dan pihak terkait
Manajemen Penanggulangan
Kebencanaan dan Lingkungan
LHK, Agraria/ BPN, PUPR, Kemenristekdikti,
Kemenko PMK, Kemendagri, Kemenkes,
Kemensos
LAPAN, LIPI, BPPT, BNPB,
BMKG, PVMBG, BIG
PTN/ PTS terkait
IABI, WWF, KEHATI,
WALHI, dan pihak lain terkait
Sosial Humaniora - Seni Budaya Pendidikan
Bappenas, Kemensos, Kemenaker, Dikbud,
DP2DT, Parekraf, Kemenristekdikti, Kemenag
LIPI, BPS
PTN/ PTS terkait
Masyarakat sipil terkait
31
8
RIRN MEMUAT URAIAN RINCI SAMPAI KEPADA
TARGET CAPAIAN PER BIDANG FOKUS
Matriks Rencana Aksi
32
32
TERIMA KASIH