Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Perilaku

2.1.1

Pengertian Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi,

karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal (lingkungan). Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi,
sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Sunaryo (2004) Perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2010) seorang ahli psikologi

merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan darbbi luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi
melalui proses: StimulusOrganismeRespons, sehingga teori Skinner ini
disebut teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respons). Selanjutnya teori Skiner
menjelaskan adanya dua jenis respons, yakni :
a.

Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimulus,
karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya makanan
lezat, akan menimbulkan nafsu utntuk makan, cahaya terang akan selalu

8
Universitas Sumatera Utara

9

b.


menimbulkan reaksi mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons juga
mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah akan
menimbulkan rasa sedih, mendengar berita suka atau gembira, akan
menimbulkan rasa suka cita.

c.

Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.
Perangsang yang tekahir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer,
karena berfungsi untuk memperkuat respons. Misalnya : apabila seorang
petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah sebagai respons
terhadap gaji yang cukup misalnya (stimulus). Kemudian karena kerja baik
tersebut menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi kerja
baik tersebut sebagai reiforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan.
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behavior )
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap
terhadap stimulus yang bersangkutan.
2. Perilaku terbuka (overt behavior )
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau
“observable behavior ”.

Universitas Sumatera Utara

10

Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar),
meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap
orang. Faktor-faktor ini dapat dibedakan dari respon terhadap stimulus tersebut
disebut “determinan perilaku”.
Perilaku dari pandangan biologis, merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada
hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku
manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara,

bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal
activity) seperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organism
tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara
umum, dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan itu, merupakan
penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau
faktor keturunan, adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku
makhluk hidup itu untuk selanjutnya, sedangkan lingkungan adalah kondisi atau
lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2010).
2.1.2

Determinan Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus

atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.


Universitas Sumatera Utara

11

Meski stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang
berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda
disebut determinan perilaku (Notoatmodjo, 2007). Determinan perilaku dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik dan lain sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (covert), maupun
perilaku terbuka (overt) seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya
perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan
perkataan lain, perilaku adalah merupakan keseluruhan (totalitas) pemahaman dan
aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara factor internal dan
eksternal tersebut. Perilaku seseorang adalah sangat kompleks, dan mempunyai

bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) dalam

Notoatmodjo

(2010) seorang ahli psikologi pendidikan membedakan adanya 3 area, wilayah,
ranah atau domain perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan
Psikomotor (psychomotor ). Kemudian oleh ahli pendidikandi Indonesia, ketiga
domain ini diterjemahkan ke dalam cipta (kognitif)), rasa (afektif), dan karsa
(psikomotor), atau pericipta, perirasa, dan peritindak.

Universitas Sumatera Utara

12

Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh
Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3
tingkat ranah perilaku sebagai berikut :

1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa
buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat
membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan
nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau
mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaanpertanyaan misalnya : apa tanda-tanda anak kurang gizi, apa penyebab
TBC, bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang
nyamuk), dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

Universitas Sumatera Utara


13

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan
penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M
(mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan
mengapa harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras,
dan sebagainya, tempat-tempat penampungan air tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud

dapat

menggunakan

atau

mengaplikasikan


atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia
harus dapat membuat perencanaan program kesehatan ditempat ia
bekerja atau dimana saja, orang yang telah paham metodologi
penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian dimana saja,
dan seterusnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan,

kemudian

mencari

hubungan

antara


komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Inidikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat

Universitas Sumatera Utara

14

membedakan

antara

nyamuk

Aedes


Agepty

dengan

nyamuk

biasa,dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi,
dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintetis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan katakata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau
didengar, dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah
dibaca.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada uatu criteria yang ditentukan
sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya
seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita
malnutrsi atau tidak, seorang dapat menilai manfaat ikut keluarga
berencana bagi keluarga, dan sebagainya.
2. Sikap (attitude)
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

Universitas Sumatera Utara

15

(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).
Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2010) mendefenisikan sangat sederhana,
yakni: “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard

to object”. Jadi jelas di sini

dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau

kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
Newcomb, salah seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap adalah
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2010).

Stimulus
( rangsangan)

Proses
stimulus

Reaksi terbuka
(tindakan)

Reaksi tertutup
( pengetahuan
dan sikap)

Gambar 2.1 Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan
(Notoatmodjo, 2010)
Komponen pokok sikap :
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010) sikap itu terdiri dari 3
komponen pokok, yakni :

Universitas Sumatera Utara

16

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, konsep terhadap objek, artinya
bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat
atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya
bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya factor emosi) orang tersebut
terhadap objek.
c. Kecenderungan orang untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap
adalah merupakan komponen mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berprilaku
terbuka (tindakan). Misalnya tentang contoh sikap terhadap penyakit kusta
diatas, adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit
kusta.
Seperti

halnya

pengetahuan,

sikap

juga

mempunyai

tingkat-tingkat

berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseoorang terhadap periksa hamil
(ante natal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk
mendengarkan penyuluhan tentang ante natal care di lingkungannya.
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya seorang ibu yang

Universitas Sumatera Utara

17

mengikuti penyuluha ante natal tersebut ditanya atau diminta menanggapi
oleh penyuluh, kemudia ia menjawab atau menanggapinya.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang postif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain,
bahkan mengajak dan mempengaruhi atau menganjurkan orang lain
merespons. Contoh butir a tersebut, ibuitu mendiskusikan ante natal care
dengan

suaminya,

atau

bahkan

mengajak

tetangganya

untuk

mendengarkan penyuluhan ante natal care.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap
apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap
tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila
ada orang lain yang mencemoohkan atau ada resiko lain. Contoh tersebut,
ibu yang sudah mau mengikuti penyuluhan ante natal care, ia harus berani
untuk mengorbankan waktunya, atau mungkin kehilangan penghasilannya,
atau diomeli oleh mertuanya karena meninggalkan rumah, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2010).
3. Tindakan atau Praktik (practice)
Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk
terwujudnya tindakan perlu factor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan
prasarana. Seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa kehamilan itu penting

Universitas Sumatera Utara

18

untuk kesehatannya dan janinnya, dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa
kehamilan. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan,
posyandu, atau Puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut
mudah dicapainya. Apabila tidak, kemungkinan ibu tenrsebut tidak akan
memeriksakan kehamilannya (Notoatmodjo, 2010).
Praktik tindakan in dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut
kualitasnya, yakni :
a. Praktik terpimpin ( guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih
tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan. Misalnya, seorang ibu
memeriksakan kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan
atau tetangganya.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu
hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya
seoranvibu selalu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang, tanpa
harus menunggu perintah dari kader atau petugas kesehatan.
c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.
Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja,
tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang
berkualitas. Misalnya menggosonk gigi, bukan sekadar gosok gigi, melainkan
dengan teknik-teknik yang benar. Seorang ibu memasak memilih bahan

Universitas Sumatera Utara

19

makanan bergizi tinggi meskipun bahan makanan tersebut mahal harganya
(Notoatmodjo, 2010)
2.1.3

Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. (Notoatmodjo, 2012) . Dari
batasan ini, Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
yaitu:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit. Oleh sebab itu, Perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek,
yaitu :
a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif,
maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai
tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat
memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan

Universitas Sumatera Utara

20

seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat
tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health
seeking behavior)

Perilaku ini

menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai
dari mengobati diri sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan keluar
negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya.
2.1.4

Perubahan Perilaku

1. Bentuk Perubahan Perilaku
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO
dalam Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga:
a. Perubahan alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu
disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar
terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi,

Universitas Sumatera Utara

21

maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami
perubahan.
b. Perubahan terencana (Planned Change)
Perubahan ini terjadi karena direncanakan sendiri oleh subjek.
Misalnya, seseorang perokok berat yang pada suatu saat terserang batuk
yang sangat mengganggu, ia memutuskan untuk mengurangi rokok sedikit
demi sedikit, dan akhirnya berhenti merokok sama sekali.
c. Kesediaan untuk berubah (Readiness to Change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan
di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang
sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah
perilakunya), dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima
inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang
mempunyai kesediaan untuk berubah (readiness to change) yang berbedabeda. Setiap orang di dalam masyarakat mempunyai kesediaan untuk
berubah yang berbeda-beda meskipun kondisinya sama.
2. Strategi Perubahan Perilaku
Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007), strategi untuk memperoleh
perubahan perilaku dikelompokkan 3 kelompok yaitu:
a) Memberikan kekuatan/kekuasaan atau dorongan.
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau
masyarakat sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan.
Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-

Universitas Sumatera Utara

22

peraturan/perundangundangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat.
Cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan
tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang
terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
b) Pemberian infomasi.
Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara mencapai hidup
sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan
sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.
Selanjutnya

dengan

pengetahuan-pengetahuan

itu

akan

menimbulkan

kesadaran mereka, dan akhirnya menyebabkan orang berperilaku sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya.
c) Diskusi Partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara kedua yang dalam memberikan
informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Hal ini
berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga
harus aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang
diterimanya.
Dengan demikian maka pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku
akan mereka peroleh dengan lebih mendalam. Diskusi partisipasi adalah satu
cara yang baik dalam rangka memberikan informasi-informasi dan pesanpesan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

23

2.2

ASI (Air Susu Ibu)
ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh

bayi hingga ia berusia enam bulan. ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi
tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat
membantu penyerapan nutrisi (Nurjanah dkk, 2013) .
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia – WHO dalam Nurjanah dkk (2013)

mengatakan : “ ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi oleh apa pun dalam
menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi.
2.3

ASI Eksklusif

2.3.1

Pengertian
Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa

tambahan cairan lain seperti air putih, susu formula, air teh, jeruk, madu, dan
tanpa tambahan makanan padat seperti bubur susu, bubur nasi, tim, biskuit,
pepaya, dan pisang mulai lahir sampai usia enam bulan (Nurjanah dkk, 2013).
2.3.2

Pembagian ASI
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

kolostrum, Air Susu Masa peralihan, Air Susu Mature. Adapun pengertian
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan ridual material yang terdapat
dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah
melahirkan anak. Sedangkan Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI mature. Disekresi dari
hari ke-4 kehari ke-10 dari masa laktasi, kadar protein semakin rendah

Universitas Sumatera Utara

24

sedangkan lemak

dan

karbohidrat

semakin

tinggi,

volume

semakin

meningkat. Dan Air Susu Mature adalah ASI yang disekresikan pada hari
ke-10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisi relative konstan. ASI
mature berwarna kekuning- kuningan dan tidak menggumpal bila dipanaskan
(Baskoro, 2008).
2.3.3

Kandungan ASI
Menurut Prasetyono ( 2012) ada beberapa kandungan yang terdapat

dalam

ASI yaitu

Karbohidrat,

protein,

lemak,

mineral

dan

vitamin.

Karbohidrat dalam ASI berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak, serta
pemberian energi untuk kerja sel- sel saraf. Didalam usus, sebagian laktosa
akan diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah pertumbuhan
bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium dan mineralmineral lain. Protein ASI merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
Protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hamper
seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan oleh
protein ASI merupakan kelompok protein whey (protein yang dibentuknya
lebih halus). Kelompok whey merupakan protein yang sangat halus, lembut,
dan mudah dicerna, sedangkan kasein adalah kelompok protein yang kasar,
bergumpal, dan sangat sukar dicerna oleh usus bayi.
Protein istimewa yang hanya terdapat dalam ASI adalah taurin. Taurin
adalah protein otak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf,
dan penting juga untuk pertumbuhan retina. Kadar lemak dalam ASI pada

Universitas Sumatera Utara

25

mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak ASI berubah kadar
setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Jenis lemak dalam
ASI mengandung banyak omega-3, omega-6, dan DHA yang dibutuhkan
dalam pembentukan sel- sel jaringan otak. Lemak ASI mudah dicerna dan
diserap oleh bayi karena ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna
lemak trigliserida menjadi digliserida, sehingga hanya sedikit sekali lemak
yang tidak diserap oleh sistem pencernaan bayi. ASI jug a mengandung
asam linoleat yang berfungsi memacu perkembangan sel saraf otak bayi.
Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan
PASI adalah 6:1.
ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relative
rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium
didalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh diet ibu. Sekitar 75 % dari zat besi yang terdapat dalam
ASI diserap oleh usus. Kadar mineral yang tidak diserap oleh usus. Kadar
mineral yang tidak diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk
mengeluarkan, mengganggu keseimbangan dalam usus bayi, dan meningkatkan
pertumbuhan bakteri merugikan yangn akan mengakibatkan kontraksi usus
bayi tidak normal sehingga bayi kembung, gelisah karena obstipasi atau
ganguan metabolisme.
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang cukup untuk 6 bulan
sehingga tidak perlu ditambahi kecuali vitamin K karena bayi baru lahir ususnya

Universitas Sumatera Utara

26

belum mampu membentuk vitamin K. oleh karena itu, perlu tambahan vitamkin K
pada hari ke-1, ke-3, dank ke-7.
2.3.4

Manfaat ASI
Menyusui bayi mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga,

masyarakat dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI
muudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan. Selain itu
ASI juga dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi karena mengandung
immunoglobulin untuk menangkal segala jenis penyakit. ASI bersifat praktis,
mudah diberikan kepada bayi, murah serta bersih. Selain itu ASI tidak
menyebabkan

alergi

dan

kerusakan

gigi

akan

tetapi

mengoptimalkan

perkembangan bayi, serta meningkatkan jalinan psikologis antara ibu dan bayi.
Bagi ibu, menyusui dapat mendatangkan keuntungan, yaitu mencegah perdarahan
setelah persalinan, mempercepat pengecilan rahim, menunda masa subur,
mengurangi anemia, mencegah kanker ovarium dan kanker payudara, serta
sebagai metode keluarga berencana.
Ditinjau dari psikologis, kegiatan menyusui akan membantu ibu untuk
membentuk ikatan batin yang baik dan ditinjau dari ekonomi, ibu bias menghemat
pengeluaran untuk membeli susu formula yang sebenarnya tidak lebih baik
daripada ASI. Bagi keluarga, ASI juga membawa keuntungan seperti, keluarga
tidak perlu menghabiskan uang untuk membeli susu formula, meminimalkan
biaya untuk perawatan apabila bayi sehat, menghemat waktu keluarga dan
keluarga tidak repot membawa botol susu. Susu formula dan air panas air panas
apabila berpergian.

Universitas Sumatera Utara

27

Bagi Negara, manfaat ASI adalah untuk menghemat devisa Negara,
menurunkan angka kematian anak, meningkatkan sumber daya dan melindungi
lingkungan karena tidak ada lagi penebangan pohon dan pencemaran lingkungan
(Prasetyono, 2012).
2.3.5 Tehnik/ Cara Pemberian ASI
Dalam pemberian ASI, ibu harus mempersiapkan putting payudara agar
ibu dapat menyusui bayi dengan baik. Akan tetapi ada juga putting payudara yang
datar atau menekuk kedalam dan hal ini bias menyebabkan bayi sulit menyusu
dan tidak merasa puas. Dalam hal ini, perlu dilakukan pengurutan atau penarikan
putting payudara. ASI juga dapat diberikan dengan menggunakan mangkuk atau
sendok untuk mencegah bayi binggung putting (Prasetyono, 2012). Selain itu ibu
perlu memperhatikan posisi ibu dan bayi ketika menyusui. Ada banyak cara untuk
memposisikan diri dan bayinya selama proses menyusui berlangsung. Sebagian
ibu memilih menyusui dalam posisi berbaring miring sambil merangkul bayinya
dan sebagian lagi melakukannya sambil duduk dikursi dengan punggung diganjal
bantal. Setiap ibu memiliki posisi yang berbeda-beda dalam memposisikan diri
dan bayinya sedemikian rupa agar kenyamanan menyusui dapat tercapai
(Kristiyanasari, 2009).
Dalam menyusui yang paling mudah adalah dengan menempelkan
pipinya kepayudara, memasukan putting susu dan pastikan bayi mengisap seluruh
area gelap dari payudara dan bukan hanya putting saja. Setelah bayi merasa
kenyang ia akan berhenti mengisap dan menyusui berikutnya letakkan bayi
dipayudara yang satunya agar bayi menerima air susu dalam volume yang sama

Universitas Sumatera Utara

28

dari setiap hari. Hal ini juga untuk menghindari pembengkakan payudara akibat
terlalu penuh dengan air susu (Kristiyanasari, 2009).
2.3.6

Waktu Pemberian ASI
Sebaiknya dalam pemberian ASI tidak perlu sijadwalkan karena akan

berakibat kurang baik, karena isapan sangat berpengaruh pada produksi ASI
selanjutnya. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan.
Bayi yang sehat dapat mengosongkan lambung bayi akan kosong dalam waktu 2
jam. Seorang bayi yang menyusui sesuai permintaannya bisa menyusu sebanyak
12- 15 kali dalam 24 jam (Prasetyo, 2012).
2.3.7

Hal - hal yang mempengaruhi produksi ASI
Hal- hal yang mempengaruhi produksi ASI Menurut Kristyanasari (2009)

ada beberapa hal yang yaitu: yang pertama makanan dimana produksi ASI sangat
dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibunya, apabila makanan ibu secara
teratur

dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi

produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna
tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan
ibu harus memenuhi jumlah kalori.
Protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu ibu
dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8 – 12 gelas perhari. yang kedua
ketenangan jiwa dan pikiran dimana produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan ibu, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri
dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan
tidak akan terjadi produksi ASI.

Universitas Sumatera Utara

29

Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang dan yang
ketiga penggunaan alat kontrasepsi dimana harus diperhatikan karena pemakaian
kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak
tepat dapat mempengaruhi produksi ASI. Keempat perawatan payudara dengan
merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk mengeluarkan
hormon progesterone dan esterogen lebih banyak lagi dan hormon oxytosin.
Kelima

Anatomis buah dada dimana bila jumlah lobus dalam buah dada

berkurang, lobus pun berkurang.
Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang
menghisap zat-zat makanan dari pembuluh darah akan berkurang. Keenam faktor
istirahat dimana bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam
menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI
berkurang.
Ketujuh faktor isapan anak bila Ibu menyusui anak berlangsung sebentar
maka isapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang. Dan
yang kedelapan faktor obat-obatan dimana obat-obatan yang mengandung hormon
mempengaruhi

hormon

prolaktin

dan

oksitosin

yang

berfungsi

dalam

pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu
dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.
2.4

Persiapan Menyusui
Agar ibu sukses menyusui ada beberapa hal yang harus diperhatikan ibu

setelah kelahiran bayinya diantaranya:
a. Ibu sudah membicarakan dengan suami, sebab dukungan sangat penting

Universitas Sumatera Utara

30

b. Komunikasikan dengan tenaga kesehatan yang membantu kelahiran
anak anda
c. Pilih rumah sakit atau tempat bersalin yang dapat membantu pemberian
ASI
d. Siapkan pakaian Ibu yang memudahkan aktivitas menyusui
e. Sebaiknya adanya rooming ini sejak berada dirumah sakit atau tempat
bersalin dimana anda bersalin (Baskoro, 2008).
2.4.1

Cara Menyusui yang Benar

1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan aerola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
disinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu.
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu tidak bergantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b. Bayi dipegang pada belakang bahu dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c. Satu tangan bayi diletakkan pada badan ibu, dan satu di depan.
d. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

Universitas Sumatera Utara

31

3. Payudara dipegang dengan Ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di
bawah, jangan menekan puting susu atau aerolanya saja.
4. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflect) dengan
cara:
a. Menyentuh pipi bayi dengan puting susu atau
b. Menyentuh sisi mulut bayi
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi diletakkan ke
payudara ibu dengan puting serta aerolanya dimasukkan ke mulut bayi..
a. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi,
sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang

terletak

dibawah areola.
b. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau
disangga lagi.
6. Melepas isapan bayi.
7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola sekitar dan dibiarkan kering dengan
sendirinya untuk mengurangi rasa sakit (Nurjanah dkk, 2013).
2.4.2

Menyendawakan Bayi

a. Bayi dipegang tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggunggnya ditepuk perlahan-lahan.
b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan (Nurjanah dkk, 2013).

Universitas Sumatera Utara

32

2.4.3

Posisi Menyusui
Banyak sedikitnya ASI ternyata berhubungan langsung dengan posisi ibu

saat menyusui. Posisi yang tepat sangat mendorong keluarnya ASI secara
maksimal. Ada berbagai macam posisi menyusui yaitu duduk, berdiri, bebaring,
football position dan lain-lain. Apapun tehnik bersalinnya, ibu dapat menyusui
bayinya segera mungkin. Begitu pula jika ibu melahirkan bayi kembar.
1. Posisi Ibu Menyusui Yang Bersalin Normal
Ibu yang melahirkan spontan bisa leluasah dan memilih posisi menyusui,
sambil duduk atau berbaring menyamping. Jika posisi duduk dipilih :
a. Gunakan kursi yang aman.
b. Upayakan telapak kaki menginjak lantai.
c. Gunakan dingklik atau bangku kecil sebagai pengganjal bila posisi
kaki agak menggantung.
2. Posisi Ibu Yang Melahirkan Melalui Persalinan Sectio Sesaria.
Football position adalah posisi menyusui yang disarankan untuk ibu yang
melahirkan melalui persalinan sectio sesaria.
Pada posisi ini :
a. Tubuh bayi digendong dengan salah satu tangan ibu.
b. Upayakan letak kepala bayi berada tepat dibawah payudara dan
membentuk garis lurus dengan badan bayi.
c. Posisi ini aman karena bagian perut ibu yang masih nyeri akibat
operasi dapat terlindungi.

Universitas Sumatera Utara

33

d. Posisi ini merupakan yang paling nyaman bagi ibu maupun
bayinya.
3. Posisi Ibu Menyusui dengan Bayi Kembar.
Sama dengan ibu yang melahirkan dengan persalinan sectio sesaria,
football potion juga dapat dilakukan pada bayi kembar. Dimana kedua
bayi disusui kiri dan kanan, dengan cara :
a. Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti
memengang bola.
b. Letakkan tepat dibawah payudara ibu.
c. Posisi kaki bayi boleh dibiarkan menuntai keluar.
d. Untuk memudahkan, kedua bayi dapat diletakkan pada satu bidang
datar yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu.
e. Cara lain adalah dengan meletakkan bantal diatas punggung.
4. Posisi Ibu dengan ASI Berlimpah
Pada ibu-ibu yang memiliki ASI yang berlimpah dan memancar dan
alirkannya deras, terdapat posisi khusus untuk menghindari agar bayi tidak
tersedak dengan cara :
a. Ibu tidak terlentang lurus, sementara bayi diletakkan diatas perut ibu
dalam posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap payudara.
b. Bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan sedikit menahan kepala
bayi. Dengan posisi ini, maka bayi tidak akan tersedak (Maryunani,
2009).

Universitas Sumatera Utara

34

2.5

Kebijakan Mengenai ASI Eksklusif
Beberapa peraturan hukum terkait ASI Eksklusif:
a. UU Nomor 36/2009 tentang Kesehatan
Pasal 128 ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa selama pemberian ASI,pihak
keluarga,pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu secara
penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.Penyediaan fasilitas
khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan ditempat kerja dan
tempat sarana umum.
Pasal 200 sanksi pidana dikenakan bagi setiap orang yang dengan sengaja
menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2).Ancaman pidana yang diberikan
adalah pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.Pasal 6 berbunyi “Setiap Ibu yang
melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang
dilahirkannya”.
c. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 Tentang
Pemberian ASI secara Eksklusif di Indonesia.

2.5.1

Teori “Precede-Proceed” (1991)
Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green, yang dirintis sejak tahun

1980. Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,

Universitas Sumatera Utara

35

yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour
causes). Selanjutnya perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yang
dirangkumkan dalam akronim PRECEDE (Predisposing, Enabling, dan
Reinforcing Causes in Educational Diagnosis and Evalution ). Precede ini

merupakan arahan dalam penganalisis atau diagnosis dan evaluasi perilaku untuk
intervensi pendidikan (promosi) kesehatan. Precede adalah fase diagnosis
masalah.
Sedangkan PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in
Educational and Environmantal Development) adalah merupakan arahan dalam

perencanaan, implementasi, dan evaluasi pendidikan (promosi) kesehatan.
Apabila precede merupakan fase diagnosis masalah, maka Proceed adalah
merupakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Promosi Kesehatan.
Lebih lanjut precede model ini dapat diuraikan bahwa perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, jamban, dan
sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang terwujud
dalam sikap dan pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,

Universitas Sumatera Utara

36

yang

merupakan

kelompok

refrensi

dari

perilaku

masyarakat

(Notoatmodjo, 2010).
2.6

Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah Precede Model

yang dikembangkan oleh teori Lawrencee Green (1990). Faktor-faktor yang
mempengaruhi Gambaran Perilaku Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam
pemberian ASI Eksklusif adalah sebagai berikut:

Faktor Predisposisi:
-

-

Pengetahuan
Sikap
Umur
Pendidikan
Pekerjaan

Faktor Pendukung:
-

Media Cetak
Media Elektronik
Keluarga/
Masyarakat

Ibu yang memiliki
bayi usia 6-11 bulan
dalam pemberian ASI
Eksklusif

Faktor Pendorong:
-

Petugas Kesehatan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara

37

Keterangan :
Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan perilaku Ibu yang
memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif. Dari skema diatas
dapat dilihat berdasarkan teori Lawrence Green bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor-faktor
predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, umur, pendidikan, pekerjaan Ibu yang
memiliki bayi usia 6-11 bulan dan faktor pendukung yaitu sumber informasi yang
diperoleh melalui media massa seperti media cetak, elektronik, keluarga
/masyarakat dan faktor Pendorong adalah keterangan yang di dapat dari Petugas
Kesehatan, selanjutnya ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi Ibu yang
memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif. Dari ketiga
variabel tersebut dapat menghasilkan variabel bagaimana tindakan dari gambaran
perilaku Ibu yang memiliki bayi usia 6-11 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif
atau segala sesuatu informasi yang dilakukan untuk menanggulangi masalah ASI
Eksklusif di Puskesmas tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat

13 77 118

Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2015

5 13 148

Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2015

2 2 18

Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2015

0 0 2

Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2015

1 1 7

Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2015

0 0 3

Perilaku Ibu yang Memiliki Bayi dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum Kecamatan Medan Area Tahun 2015

0 0 37

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas

0 0 11

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU-IBU YANG MEMILIKI BAYI BERUMUR 0- 4 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA

0 0 14

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMPING II YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Motivasi dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Yogyakarta -

0 0 16