Alat Pengendali Otomatis Pada Inkubator Penetas Telur Menggunakan Sensor Lm35 Berbasis Arduino Nano

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Penetas Telur

Upaya bangsa unggas dalam mempertahankan populasinya, yaitu dengan
bertelur. Telur tersebut kemudian ditetaskan, baik secara alami maupun buatan
hingga melahirkan individu baru. (Farry B. Paimin, 2011:5)
1. Jenis Alat penetas Buatan.
Dari berbagai alat penetas dapat dibedakan menjadi dua alat penetas
berdasarkan dari cara penggunaannya, yaitu :
a. Alat tetas konvensional
Alat tetas konvensional merupakan alat penetas yang menggunakan
sumber panas dari matahari dengan penyimpanan panas berupa sekam.
Alat ini sudah sejak lama dikenal ditengah masyarakat. Sejarah konon
alat ini pertama kali digunakan oleh penetas telur di daerah Bali yang
kemudian penggunaannya mulai menyebar ke berbagai tempat.

b. Mesin tetas/Alat penetas telur
Mesin tetas ini merupakan salah satu media yang berupa peti, lemari
atau box dengan konstruksi yang sedemikian rupa sehingga panas di
dalamnya tidak terbuang. Suhu di dalam peti/lemari/box dapat diatur
sesuai ukuran derajat panas yang dibutuhkan selama periode penetasan.

6

Prinsip kerja penetasan telur dengan mesin tetas ini sama dengan induk
unggas.
Keberhasilan penetasan telur dengan mesin tetas akan tercapai bila
memperhatikan beberapa perlakuan sebagai berikut.
1). Telur ditempatkan dalam mesin tetas dengan posisi yang tepat.
2). Panas (suhu) dalam ruangan mesin tetas selalu dipertahankan sesuai dengan
kebutuhan.
3). Telur dibolak-balik 3 kali sehari selama proses pengeraman.
4). Ventilasi harus sesuai agar sirkulasi udara di dalam mesin tetas berjalan
dengan baik.
5). Kelembapan udara di dalam mesin tetas selalu dikontrol agar sesuai untuk
perkembangan embrio di dalam telur.

Dengan memperhatikan beberapa perlakuan tersebut, mesin tetas/alat
penetas dapat dibedakan atas beberapa tipe sebagai berikut.
1). Berdasarkan penyebab adanya panas dalam ruangan.
a). Alat penetas/mesin penetas dengan udara panas.
b). Alat penetas/mesin penetas dengan air panas.
2). Berdasarkan sumber alat pemanas.
a). Alat penetas dengan listrik (pemanas listrik).
b). Alat penetas dengan lampu minyak.
c). Alat penetas kombinasi (dengan pemanas listrik dan lampu minyak).
3). Berdasarkan cara pengaturan kelembapan udara.
a). Alat penetas dengan cara kering (tidak dilengkapi dengan bak air).
b). Alat penetas dengan cara basah (dilengkapi dengan bak air).

7

4). Berdasarkan cara penyediaan ruangan tempat peletakan telur.
a). Alat penetas dengan tipe ruang kotak (menggunakan satu rak telur, sehingga
telur yang dapat ditetaskan juga terbatas).
b). Alat penetas dengan tipe ruang kabinet (menggunakan banyak rak sehingga
dapat menampung telur yang cukup banyak).

Syarat-syarat penetasan telur :
a. Suhu dan perkembangan embrio
Embrio dalam telur unggas akan cepat berkembang selama suhu telur
berada pada kondisi yang sesuai dan akan berhenti berkembang jika
suhunya kurang dari yang dibutuhkan. Suhu yang dibutuhkan untuk
penetasan telur setiap unggas berbeda-beda. Suhu untuk perkembangan
embrio dalam telur ayam antara 38,33O-40,55O C ( 101O-105O F), itik
37,78O-39,45O C (100O-103O F), puyuh 39,5O C (102O F) dan walet
32,22O-35O C (90O-95O F). Untuk itu, sebelum telur tetas dimasukan ke
dalam bok penetasan suhu ruang tersebut harus sesuai dengan yang
dibutuhkan. (Farry B. Paimin, 2011:15)
b. Kelembapan.
Selama penetasan berlangsung, diperlukan kelembapan udara yang sesuai
dengan perkembangan dan pertumbuhan embrio, seperti suhu dan
kelembapan yang umum untuk penetasan telur setiap jenis unggas juga
berbeda-beda. Bahkan, kelembapan pada awal penetasan berbeda dengan
hari-hari selanjutnya. Kelembapan untuk telur pada saat awal penetasan
sekitar 52%-55% dan menjelang menetas sekitar 60%-70%, itik pada
minggu pertama 70% dan minggu selanjutnya 60%-65%, puyuh minggu


8

pertama 55%-70% selanjutnya 65% dan walet 65%-70% pada setiap
minggunya. (Farry B. Paimin, 2011:16)
c. Ventilasi
Dalam perkembangan normal, embrio membutuhkan oksigen (O2) dan
mengeluarkan karbondioksida (CO2) melalui pori-pori kerabang telur.
Untuk itu, dalam pembuatan alat penetas telur/mesin tetas harus
diperhatikan cukup tidaknya oksigen yang ada dalam bok/ruangan, karena
jika tidak ada oksigen yang cukup dalam bok/ruangan dikhawatirkan embrio
gagal berkembang. (Farry B. Paimin, 2011:17).
d. Waktu Penatasan Telur
Penetasan telur itik biasanya diperlukan waktu sekitar 21-23 hari untuk
itik menetas, pembagian waktu dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Hari ke 1 – memasukan telur dalam alat penetas.
2. Hari ke 2 – membiarkan telur tetap di dalam bok tanpa perlakuan
3. Hari ke 3 – mulai melakukan pembalikan telur setelah telur berada
dalam bok selama 48 jam, pembalikan dilakukan 3 kali dalam 1 hari.
4. Hari ke 4 sampai hari ke 18 – telur masih tetap di beri pembalikan.
(pada hari ke 7, 13 da hari ke 17 dilakukan peneropongan guna

menyeleksi telur yang baik dan yang buruk)
5. Hari ke 19 – tidak lagi dilakukan pembalikan dan telur sedikit di
basuhi atau disemprotkan air pada permukaan cangkangnya agar
cangkang menjadi lunak ini dilakukan sampai telur mulai menetas.
6. Hari ke 20 sampai hari ke 22 – telur sudah menetas dan anak tetas
segera dipindahkan ke wadah lain.

9

2.2

Sensor

Secara umum sensor didefenisikan sebagai alat yang mampu menangkap
fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal elektrik baik
arus listrik ataupun tegangan. Fenomena fisik yang mampu menstimulus sensor
untuk menghasilkan sinyak elektrik meliputi temperatur, tekanan, gaya, medan
magnet cahaya, pergerakan dan sebagainya. Sensor suhu adalah alat yang
digunakan untuk merubah besaran panas menjadi besaran listrik yang dapat
dengan mudah dianalisis besarannya. Karakteristik sensor suhu ditentukan dari

sejauh mana sensor tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam mendeteksi
setiap perubahan suhu yang ingin dideteksinya. Kemampuan mendeteksi
perubahan suhu meliputi :
1. Sensitivitas, yaitu ukuran seberapa sensitif sensor terhadap suhu yang
dideteksinya. Sensor yang baik akan mampu mendeteksi perubahan suhu,
meskipun kenaikan suhu tersebut sangan sedikit. Sebagai gambaran sebuah
inkubator bayi yang dilengkapi dengan sensor yang memiliki sensitivitas yang
tinggi.
2. Waktu respon dan waktu recovery, yaitu waktu yang dibutuhkan sensor untuk
memberikan respon terhadap suhu yang dideteksinya. Semakin cepat waktu
respon dan waktu recovery maka semakin baik sensor tersebut.

10

3. Stabilitas dan daya tahan, yaitu sejauh mana sensor dapat secara konsisten
memberikan besar sensitifitas yang sama terhadap suhu serta seberapa lama
sensor tersebut dapat terus digunakan.

2.1.1 Sensor Suhu IC LM35
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk

mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor
suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika yang
diproduksi oleh National Semiconductor LM35 memiliki keakuratan tinggi dan
kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35
juga memiliki keluaran impedansi yang rendah dan liniearitas yang tinggi
sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus
serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetap yang
diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu
daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60
μA hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas
(selfheating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang
rendah yaitu kurang dari 0,5 oC pada suhu 20 oC. Secara prinsip sensor akan
melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu setiap 1 oC akan menunjukan
tegangan sebesar 10 mV.
Pada penempatannya LM35 dapat ditempel dengan perekat atau dapat pula
disemen pada permukaan akan tetapi suhnya sedikit berkurang sekitar 0,01 oC

11


karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan
selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35
sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau
jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan
dan suhu udara disekitarnya.
Jarak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh oleh
interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang ditanahkan
sehingga dapat bertindak sebagai suatu antena dan penerima dan simpangan
didalamnya, juga dapat bertindak sebagai perata arus yang mengkoreksi pada
kasus yang sedemikian, dengan menggunakan metode bypass kapasitor dari Vin
untuk ditanahkan. Berikut ini adalah karakteristik dari sensor LM35 :
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu
10 mVolt/oC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
2. Memiliki ketetapan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5oC pada suhu 25oC.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55oC sampai +150 oC.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 Volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu 60 μA.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1oC
pada udara diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.

8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ oC.

12

Gambar 2.1 Gambar Sensor LM35
2.1.2 Prinsip Kerja Sensor LM35
Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu
setiap suhu 1

o

C akan menunjukkan tegangan sebesar 10 mV. Pada

penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen
pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 oCkarena
terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara ini diharapkan selisih antara
suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan
suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih
rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu
disekitarnya.

Jarak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh oleh
interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang ditanahkan
sehingga dapat bertindak sebagai suatu antena penerima dan simpangan
didalamnya juga dapat bertindak sebagai perata arus yang mengkoreksi pada
kasus yang sedemikian, dengan demikian metode bypass kapasitor dari Vin untuk
ditanahkan.
Maka dapat disimpulkan prinsip kerja sensor LM35 sebagai berikut :

13

1. Suhu lingkungan dideteksi menggunakan bagian IC yang peka terhadap suhu
2. Suhu lingkungan ini diubah menjadi tegangan listrik oleh rangkaian di dalam
IC, dimana perubahan suhu berbanding lurus dengan perubahan tegangan
output.
3. Pada seri LM35
Vout = 10 mV/oC
Tiap perubahan 1oC akan menghasilkan perubahan tegangan output sebesar
10 mV.

2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Sensor LM35





Kelebihan :
a.

Rentang suhu yang jauh, antara -55 sampai + 150 oC

b.

Low self-heating, sebesar 0,08 oC

c.

Beroperasi pada tegangan 4 sampai 30 V

d.

Rangkaian tidak rumit

e.

Tidak memerlukan pengkondisian sinyal

Kelemahan :
Membutuhkan sumber tegangan untuk beroperasi

2.3

Relay

Relay adalah saklar elektronik yang dapat membuka atau menutup rangkaian
dengan menggunakan kontrol dari rangkaian elektronik lain. Sebuah relay
tersusun atas kumparan, pegas, saklar (terhubung pada pegas) dan 2 kontak
elektronik (normally close dan normally open).

14

a. Normally close (NC) : saklar terhubung dengan kontak ini saat relay
tidak aktif atau dapat dikatakan saklar dalam kondisi terbuka.
b. Normally open (NO) : saklar terhubung dengan kontak ini saat relay aktif
atau dapat dikatakan saklar dalam kondisi tertutup.
Berdasarkan pada prinsip dasar cara kerjanya, relay dapat bekerja karena
adanya medan magnet yang digunakan untuk menggerakkan saklar. Saat
kumparan diberikan tegangan sebesar tegangan kerja relay maka akan timbul
medan magnet pada kumparan karena adanya arus yang mengalir pada lilitan
kawat. Kumparan yang bersifat sebagai elektromagnet ini kemudian akan menarik
saklar dari kontak NC ke kontak NO. Jika tegangan pada kumparan dimatikan
maka medan magnet pada kumparan akan hilang sehingga pegas akan menarik
saklar ke kontak NC.
Relay yang digunakan pada rangkaian ini memiliki spesifikasi SRU 12 VDCSL-C. Jumlah pin pada relay ada 5 dan bertegangan kerja 12 VDC. Kemampuan
arus yang dapat dilewatkan kontaktor adalah 10A pada tegangan 250VAC, 15A
pada tegangan 120VAC, dan 10A pada tegangan 30VDC.

Gambar 2.2 Bentuk Fisik Relay

15

Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :
1. Elektomagnet (Coil)
2. Armature
3. Switch Contact Point (Saklar)
4. Spring

Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian relay :

Gambar 2.3 Struktur Sederhana Relay
Berdasarkan gambar diatas, sebuah besi (iron core) yang dililit oleh sebuah
kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila
kumparan coil diberikan arus listrik, maka timbul gaya elektromagnet yang
kemudian menarik armature untuk berpindah dari posisi sebelumnya (NC) ke
posisi baru (NO) sehingga menjadi saklar yang dapat menghantarkan arus listrik
diposisi barunya (NO). Posisi dimana armature tersebut berada sebelumnya (NC)
akan menjadi open atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik,
armature akan kembali lagi ke posisi awal (NC). Coil yang digunakan oleh relay
untuk menarik contact poin ke posisi close pada umumnya hanya membutuhkan
arus listrik yang relatif kecil.

16

Bagaimana relay memanfaatkan prinsip elektromagnetik sehingga relay dapat
berfungsi sebagai saklar? Katika ada arus lemah yang mengalir melalui kumparan,
inti besi lunak akan menjadi magnet. Setelah menjadi magnet, inti besi tersebut
menarik jangkar besi lunak sehingga kontak saklar akan terhubung dan arus listrik
kuat dapat mengalir. Kontak saklar akan terputus jika arus lemah yang masuk
melalui kumparan diputuskan.
Pada relay terdapat dua buah rangkaian yang terpisah. Rangkaian pertama
adalah rangkain yang menghubungkan arus lemah dengan elektromagnetik pada
relay. Rangkaian kedua adalah yang memanfaatkan kontak saklar pada relai untuk
memutuskan atau menghubungkan arus listrik kuat yang terhubung dengan alat
listrik lainnya, seperti motor listrik atau lampu.

Gambar 2.4 Gambar Rangkaian pada Relay

2.4

Resistor

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi
jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor
bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohm diketahui,
resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan
resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω
(Omega).

17

Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di
kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna
untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya
dengan Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan
oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel
berikut. Waktu penulis masuk pendaftaran kuliah elektronika, ada satu test yang harus
dipenuhi yaitu iharuskan tidak buta warna. Belakangan baru diketahui bahwa
mahasiswa elektronika wajib untuk bisa membaca warna gelang resistor (barangkali).

Gambar 2.5 Bentuk Fisik Resistor

2.5

IC Regulator 7805

Untuk menstabilkan tegangan DC (+) dan tegangan DC (-) dari catu daya utama
sebelum mensupplay rangkaian maka perlu digunakan regulator dengan memasang
IC regulator tipe 78xx dan 79xx agar tegangan outputnya sesuai dengan kebutuhan
rangkaian.

18

Gambar 2.6 Jenis IC Regulator

2.6

Transistor BC547

Transistor merupakan salah satu komponen elektronika yang banyak sekali
dipakai di dunia industri. Transistor yang umum dipakai memiliki 3 (tiga) metode
kerja yaitu :
a. Cut Off adalah kondisi dimana transistor tidak mengalirkan arus listrik
b. Saturasi adalah kondisi dimana transistor tepat mengalirkan arus listrik
c. Aktif adalah kondisi dimana transistor bisa disebut sebagai penguat
Transistor BC4547 merupakan transistor NPN yang digunakan untuk
switching agar mengatifkan kontak relay dan relay tersebut akan memberikan
kontak pada motor dc. Proses switch ini sama halnya dengan transistor BC107.

19

Gambar 2.7 Komponen Transistor BC47

2.7

Lampu Pijar

Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran
arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya.
Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi udara untuk
berhubungan dengannya sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat
teroksidasi. Digunakannya lampu pijar disini karena penulis mengganggap
pancaran cahaya lampu pijar lebih merata dari pada menggunakan heater /
pemanas, serta bila dihitung secara ekonomis lampu pijar lebih mudah di dapat
dan murah harganya dari pada heater / pemanas.

Gambar 2.8 Lampu Pijar

2.8

Power Supplay

20

Power Supplay dalam bahasa indonesia Pencatu Daya adalah perangkat keras
yang berguna untuk menyuplai/memberi tegangan listrik langsung ke komponen
yang membutuhkan tegangan. Cara kerja Power Supplay ialah disaat kita
menekan tombol power casing, yang akan terjadi adalah power supplay akan
melakukan cek dan tes sebelum membiarkan sistem berjalan. Apabila pengetesan
sudah berhasil, power supplay mengirim sinyal khusus pada motherboard yang
dinamakan dengan power good.

2.9

Arduino Nano

Arduino Nano adalah sebuah board mikrokontroler yang didasarkan pada
ATmega328. Arduino Nano mempunyai 14 pin digital input/output (6 di
antaranya dapat digunakan sebagai luaran PWM), 6 masukan analog, sebuah
osilator Kristal 16 MHz, sebuah koneksi USB, sebuah power jack, sebuah ICSP
header, dan sebuat tombol reset. Arduino Nano memuat semua yang dibutuhkan
untuk menunjang mikrokontroler, mudah menghubungkannya ke sebuah
komputer dengan sebuah kabel USB atau mensuplainya dengan sebuah adaptor
AC ke DC atau menggunakan baterai untuk memulainya.
Setiap 14 pin digital pada Arduino Nano dapat digunakan sebagai masukan
dan luaran, menggunakan fungsi pinMode(), digitalWrite(), dan digitalRead().
Fungsi-fungsi tersebut beroperasi di tegangan 5 Volt. Setiap pin dapat
memberikan atau menerima suatu arus maksimum 40 mA dan mempunyai sebuah
resistor pull-up (terputus secara default) 20-50 kOhm. Arduino Nano mempunyai
6 masukan analog, diberi label A0 sampai A5, setiapnya memberikan 10 bit
resolusi (contohnya 1024 nilai yang berbeda). Secara default, 6 masukan analog
tersebut mengukur dari ground sampai tegangan 5 Volt, dengan itu mungkin

21

untuk mengganti batas atas dari rangenya dengan menggunakan pin AREF dan
fungsi analogReference().

Gambar 2.9 Arduino Nano

2.10 Liquid Crystal Display (LCD)
LCD merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan tugas akhir ini
karena LCD dapat menampilkan perintah-perintah yang harus dijalankan oleh
pemakai. LCD mempunyai kemampuan untuk menampilkan tidak hanya angka, huruf
abjad, kata-kata tapi juga simbolsimbol. Jenis dan ukuran LCD bermacam-macam,
antara lain 2x16, 2x20, 2x40, dan lain-lain. LCD mempunyai dua bagian penting
yaitu backlight yang berguna jika digunakan pada malam hari dan contrast yang
berfungsi untuk mempertajam tampilan.

Gambar 2.10 Bentuk Fisik LCD 2x16 karakter
Untuk keperluan antar muka suatu komponen elektronika dengan mikrokontroler,
perlu diketahui fungsi dari setiap kaki yang ada pada komponen tersebut:

22

Tabel 2.1 Fungsi Pin LCD
NO

NAMA

FUNGSI

PIN
1

VSS

GND

2

VDD

Supply tegangan +5V

3

VLC

Tegangan Kontras LCD

4

RS

L = input instruksi, H = input data

5

R/W

L = tulis data dari MPU ke LCM, H = baca data dari LCM ke
MPU

6

E

Enable Clock

7

DB0

Data Bus Line

8

DB1

Data Bus Line

9

DB2

Data Bus Line

10

DB3

Data Bus Line

11

DB4

Data Bus Line

12

DB5

Data Bus Line

13

DB6

Data Bus Line

14

DB7

Data Bus Line

15

Anoda

Tegangan positif backlight

16

Katoda

Tegangan negatif backlight

Penjelasan dari Fungsi di setiap kaki pada pin LCD yaitu :
1. Kaki 1 (VCC) : Kaki ini berhubungan dengan tegangan +5 Volt yang
merupakan tegangan untuk sumber daya.
2. Kaki 2 (GND) : Kaki ini berhubungan dengan tegangan 0 volt (Ground).
3. Kaki 3 (VEE/VLCD) : Tegangan pengatur kontras LCD, kaki ini terhubung
pada cermet. Kontras mencapai nilai maksimum pada saat kondisi kaki ini pada
tegangan 0 volt.
4. Kaki 4 (RS) : Register Select, kaki pemilih register yang akan diakses. Untuk
akses ke Register Data, logika dari kaki ini adalah 1 dan untuk akses ke
Register Perintah, logika dari kaki ini adalah 0.

23

5. Kaki 5 (R/W) : Logika 1 pada kaki ini menunjukan bahwa modul LCD sedang
pada mode pembacaan dan logika 0 menunjukan bahwa modul LCD sedang
pada mode penulisan. Untuk aplikasi yang tidak memerlukan pembacaan data
pada modul LCD, kaki ini dapat dihubungkan langsung ke Ground.
6. Kaki 6 (E) : Enable Clock LCD, kaki mengaktifkan clock LCD. Logika 1 pada
kaki ini diberikan pada saat penulisan atau pembacaan data.
7. Kaki 7 – 14 (D0 – D7) : Data bus, kedelapan kaki LCD ini adalah bagian di
mana aliran data sebanyak 4 bit ataupun 8 bit mengalir saat proses penulisan
maupun pembacaan data.
8. Kaki 15 (Anoda) :Berfungsi untuk tegangan positif dari backlight LCD sekitar
4,5 volt (hanya terdapat untuk LCD yang memiliki backlight)
9. Kaki 16 (Katoda) : Tegangan negatif back light LCD sebesar 0 volt (hanya
terdapat pada LCD yang memiliki backlight).