MAKALAH KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR KETE
MAKALAH KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
KETERAMPILAN MEMBERIKAN VARIASI MENGAJAR
Dosen Pembimbing : Dr. Baskoro Adi Prayitno, M. Pd
Disusun oleh Kelompok 5
1. Dian Permata Sari
(K4313028)
2. Gilang Akbar N.
(K4313034)
3. Khoirul Annisa
(K4313042)
4. Putri Iknesia W.P
(K4313056)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam
hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan.
Merasakan makanan yang sama terus-menerus akan menimbulkan kebosanan; melihat
film yang sama dua kali saja orang sudah tidak mau, juga karena bosan. Orang akan
lebih suka bila hidup diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif.
Mengkonsumsi
makanan yang bervariasi (bermacam-macam) akan meningkatkan
nafsu/gairah untuk makan. Mendengarkan lagu-lagu baru lebih menyenangkan
daripada lagu-lagu yang tiap hari didengar. Rekreasi pada dasarnya juga mengurangi
kebosanan pandangan di tempat asalnya. Mengatur alat-alat rumah tangga sering
berganti, akan membuat orang lebih senang di rumah daripada pergi. Demikian juga
dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak
menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang,
mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru
memerlukan variasi dalam mengajar siswanya.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajarkan meliputi
3 aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan
bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau
secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan
dan kemauan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas
penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan
campuran atau diintegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam
memberi penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat
kognitif.
Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat menunjukkan
adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan
ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa.
Variasi lebih bersifat proses daripada produk.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian keterampilan mengadakan variasi pada proses belajar mengajar?
2. Apa tujuan adanya variasi dalam mengajar?
3. Apa saja prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar?
4. Apa saja komponen-komponen keterampilan memberikan variasi mengajar?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian mengadakan variasi pada proses belajar mengajar
2. Mengetahui tujuan variasi dalam mengajar.
3. Mengetahui prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar dan penerapannya pada
proses belajar mengajar
4. Mengetahui komponen-komponen keterampilan memberikan variasi mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemberian Variasi dalam Proses Belajar Mengajar
Ada beberapa pendapat mengenai variasi gaya belajar mengajar meliputi:
a.
Menurut Uzer , variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi
belajar mengajar ,murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh
b.
partisipasi.
Menurut Abu Ahmadi, gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan guru
c.
dalam melaksanakan proses pengajaran.
Menurut Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang dilakukan guru pada saat
d.
mengajar di muka kelas.
Menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai
pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa.
Dari definisi diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah
pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang
bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang
tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme,
keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas. Anak tidak bisa
dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya,
apalagi jika guru saat mengajar tanpa menggunakan variasi alias monoton yang membuat
siswa kurang perhatian, mengantuk, dan mengalami kebosanan.untuk mengatasi kebosanan
siswa tersebut perlu adanya variasi. Dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses
belajar mengajar ada tiga aspek, yaitu:
1. Variasi gaya mengajar
2. Variasi dalam menggunakan media
3. Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa
B. Tujuan Variasi Mengajar
Penggunaan variasi terutama di tujukan terhadap perhatian siswa, motivasi, dan
belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah :
1. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang
diberikan sangat dituntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang
memperhatikan penjelasan guru , karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan
bahan yang di berikan guru.
Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan
agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Berbagai faktor memang
mempengaruhinya. Misalnya faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi di
luar kelas yang di rasakan siswa lebih menrik daripada materi pelajaran yang diberikan guru,
siswa
yang
kurang
menyenangi
materi
pelajaran
yang
di
berikan
guru.
Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar,karena
dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang Guru jelaskan, akan
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tercapainya tujuan
pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan
dalam suatau pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah
terjadinya perubahan didalam diri siswa.Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisa
dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran. Karena itu, Guru selalu
memperhatikan variasi mengajarnya,apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara
perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
2.
Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Mempelajari Sesuatu
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat
belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa
motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar.Maka dari itu, Guru selalu
memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak didalam diri setiap
siswa selama pelajaran berlangsung. Dalam proses belajar mengajar dikelas, tidak setiap
siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh
jadi jadi seorang siswa menyenanginya,tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut
tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi Guru dalam setiap kali mengadakan
pertemuan . Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan
motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah
masalah bagi Guru. Karena di dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi instrinsik. Siswa
yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan Guru. Rasa
ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan
yang ada di sekitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi
ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disini peranan Guru
lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi,yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong
manusia untuk berbuat,motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi
sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
3. Membentuk Sikap Positif terhadap Guru dan Sekolah
Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa dikelas ada siswa tertentu yang
kurang senang terhadap seorang Guru. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh
Guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak acuh selalu ditunjukkan lewat sikap dan
perbuatan
ketika
Guru
tersebut
sedang
memberikan
materi
pelajaran
di
kelas.
Kurang senangnya seorang siswa terhadap Guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar Guru
yang kurang bervariasi. Gaya mengajar Guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa.
Metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya hanya menggunakan metode
ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar dikelas. Tidak pernah terlihat
menggunakan metode lain. Misalnya metode diskusi,resitasi, tanya jawab, problem solving
atau cerita.
Ketika mengajar , guru selalu duduk dengan santainya di kursi, tak peduli bagaimana
tingkah laku dan perbuatan anak didik, adalah jalan pengajaran yang cepat membosankan.
Guru kurang dapat menguasai keadaan kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada sudutsudut kelas. Akibatnya jalan pengajaran kurang menguntungkan bagi kedua belah pihak,yaitu
guru dan siswa. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreativitas dan
kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang yang pandai menempatkan
diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru
dan siswa selalu ingin dekat dengan guru. Dikarenakan gaya mengajar dan pendekatannnya
yang sesuai dengan psikologis siswa.
4. Melayani Gaya Belajar Siswa Yang Beranekaragam
Sebagai seseorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang
mendukung tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar yang di tuntut kepada
guru tidak hanya satu atau dua metode,tetapi lebih banyak dari itu. Karena diakui, penguasaan
metode mengajar dalam jumlah yang banyak lebih memungkinkan guru untuk melakukan
pemilihan metode, mana yang akan dipakai dalam rangka menunjang tugasnya mengajar
dikelas. Penguasaan terhadap bagaimana menggunakan media merupakan keterampilan lain
yang juga diharuskan bagi seorang guru. Demikian juga penguasaan terhadap berbagai
pendekatan dalam mengajar di kelas. Penguasaan dari ketiga keterampilan tersebut (metode,
media dan pembelajaran) memudahkan bagi guru melakukan pengembangan variasi
mengajar.
Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada disekolah. Fungsinya berguna
sebagai alat bantu pengajaran, alat peraga,dan sebagai sumber belajar adalah sisi lain dari
peranannya yang tidak pernah guru lupakan. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi
pemilihan yang harus dilakukan . sangat terbatasnya fasilitas belajar cenderung lebih sedikit
alternative yang tersedia untuk melakukan pemilihan. Misalnya , kurangnya buku yang
tesedia untuk suatu bidang studi menyebabkan metode mencatat lebih dominan dan sulit bagi
guru untuk melakukan pendekatan individual. Kurangnya fasilitas untuk bidang studi IPA
( biologi, kimia, atau fisika) menyebabkan kurangnya keampuhan metode demonstrasi atau
metode eksperimin. Maka alternatif yang sangat terpaksa guru lakukan adalah memilih
metode ceramah dan metode Tanya jawab, ketimbang tidak ada kegiatan sama sekali.
5. Mendorong Anak Didik untuk Belajar
Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas
anak didik. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut
interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu
mendorong anak didik untuk selalu belajar hingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar.
Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak didik yaitu motivasi instrinsik
yang lahir dari kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan. Namun sayangnya jarang
ditemukan bahwa semua anak didik mempunyai motivasi instrinsik yang sama. Artinya, setiap
anak yang hadir didalam kelas selalu membawa motivasi yang berbeda. Perbedaan motivasi
itu terlihat dari sikap dan perbuatan mereka ketika menerima materi pelajaran dari guru.
Pada satu sisi ada anak didik yang senang menerima materi pelajaran tertentu,tetapi
dilain pihak ada juga anak didik yang kurang senang menerima materi pelajaran tertentu.
Gejalanya terlihat ada anak didik yang malas mencatat, malas memperhatikan penjelasan
guru, dan sebagainya. Gejala adanya anak didik yang kurang senang menerima pelajaran dari
guru tidak harus terjadi, karena hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Disini lah
diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu
mendorong anak didik untuk senang dan bergairah belajar. Untuk hal ini cara tepat yang harus
guru lakukan adalah mengembangkan variasi mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam
penggunaan media dan bahan pengajaran, maupun dalam interaksi guru dengan anak didik.
C.
Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar
Dalam proses belajar mengajar kegiatan siswa adalah yang menjadi fokus perhatian.
Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah suatu upaya bagaimana lingkungan ang
tercipta itu menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan belajar siswa. Itu
berarti tidak ada seorang guru pun yang ingin agar siswanya tidak senang dan tidak bergairah
dalam belajar, maka akan mengganggu kelancaran kegiatan pengajaran. Apalagi jika sebagian
besar siswanya tidak mau memperhatikan penjelasan ang diberikan guru, atau tidak mau
mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk materi tertentu.
Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar,
tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah
dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Beberapa
prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan dan betul-betul harus dihayati guna
mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip penggunaan variasi
mengajar itu adalah seagai berikut:
1.
Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan
yang hendak dicapai. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis
variasi digunakan. Disamping itu juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk
tiap jenis variasi, terutama penggunaan variasi gaya mengajar, dalam bervariasi harus
disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar menarik siswa untuk
memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru.
2.
Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen proses
belajar mengajar yang utuh, tidak merusak perhatian siswa dan proses belajar mengajar
tidak terganggu.
3.
Komponen-komponen variasi yang memerlukan pengorganisasian dan perencanaan yang
baik perlu dirancang secara cermat dan dicantumkan dalam satuan pelajaran atau RPP.
Selain itu, perubahan komponen keterampilan tersebut dapat dilakukan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
4.
Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan oleh
guru. Karena variasi ini memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan
umpan balik yang diterima dari siswa.
Umpan balik ini ada dua yaitu :
Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa, dan
Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.
Dalam menerapkan variasi pembelajaran bukan hanya beraneka ragamnya jenis-jenis
stimulus pembelajaran yang dikembangkan, melainkan ditentukan pula oleh faktor
kualitasnya. Oleh karena itu agar penerapan variasi bisa mencapai sasaran pembelaran
secara efektif, maka beberapa prinsip berikut ini harus menjadi pertimbangan, yaitu :
a) Bertujuan
Variasi stimulus yang dikembangkan dalam pembelajran harus memiliki tujuan yang
terarah dan jelas. Tujuan variasi harus sejalan dan diarahkan untuk menunjang
pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu variasi stimulus juga harus
memperhatikan kesesuaianya dengan sifatt materi, karakteristik siswa berikut latar
belakang sosial budayanya, dan faktor kemampuan guru untuk melaksanakannya.
b) Fleksibel
Variasi stimulus yang dikembangkan harus bersifat luwes dan baku (tidak dinamis).
Sehingga setiap jenis variasi yang diterapkan memungkinkan dapat diubah disesuaikan
dengan situasi, kondisi, dan tuntuttan yang terjadi secara spontan pada saat tejadinya
pembelajaran tanpa harus mengganggu keutuhan prose pembelajaran yang sedang
dilaksanakan.
c) Kelancaran dan berkesinambungan
Setiap variasi yang dikembangkan dalam pembelajaran harus berjalan lancar.
Perpindahan dari suatu bentuk stimulus kestimulus pembelajaran lainnya dalam
rangka menerapkan stimulus pembelajaran yang bervariasi, semuanya harus
merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga pesan pembelaran dapat diterima oleh
siswa.
d) Kewajaran/tidak dibuat-buat
Variasi stimulus dalam pembelajaran tidak dibuat-buat sehingga tidak terkesan seperti
dipaksakan. Oleh karena itu setiap jenis atau bentuk stimulus yang dikembangkan
sebaiknya berjalan secara wajar, alamiah dan terkait langsung dengan konteks
pembelajaran yang sedang dibahas.
e) Pengelola yang matang
Adakalanya jenis atau bentuk stimulus yang akan diterapkan dalam pembelajaran itu
bersifat rumit dan kompleks, membutuhkan beberapa tenaga atau personil, penerapan
variasi yang seperti itu tentu saja harus direncanakan dan dikelola secara lebih matang
agar semuanya dapat berjalan dengan lancar an efektif mendukung proses pembelajar
yang lebih bermakna.
D. Komponen-Komponen Variasi Mengajar
Dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi
tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan
pengajaran
dan
variasi
dalam
interaksi
antara
guru
dengan
siswa.
Dengan dikombinasikannya ketiga komponen atau aspek dalam penggunaannya atau secara
integrasi, maka akan meningkatkan perhatian peserta didik, membangkitkan keinginan dan
kemauan belajarnya. Dengan sebab itu, maka diharapkan tujuan pendidikan tercapai. Aspek
atau komponen yang dimaksud dalam pembahasan ini dapat diperdalam dengan penjelasan
berikut:
1. Variasi Gaya Mengajar
Variasi gaya mengajar pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi anggota badan,
dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi tersebut dilihat sebagai
sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki relevensi dengan hasil
belajar. Perilaku guru seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan
mempertinggi komunikasi antara guru dan siswa, menarik perhatian siswa, menolong
penerimaan bahan pelajaran, dan memberi stimulasi. Variasi gaya mengajar ini adalah sebagai
berikut:
a. Variasi suara (Teacher voice)
Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan. Guru dapat
mendramatisasi suatu perstiwa, menunjukkan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara
pelan dengan seorang siswa, atau berbicara secara tajam dengan siswa yang kurang perhatian,
dan seterusnya.
b. Penekanan (focusing)
Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci,
guru dapat menggunakan ”penekanan secara verbal”; misalnya, ”Perhatikan baik-baik. Nah,
ini yang penting. Ini adalah bagian yang sukar, dengarkan baik-baik!” penekanan seperti itu
biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari
atau memberi tanda pada papan tulis.
Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam jumlah siswa
yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni :
1. Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis rangsangan
baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk. Dalam pelajaran,
seorang guru dapat menarik perhatian tentang kata-kata penting pada suatu bacaan
dengan memberi warna merah atau digaris bawahi.
2. Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit. Bagi guru
yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh tampak terlalu rumit dan guru
tidak boleh mempersulit pelajaran yang sederhana dikarenakan semata-mata untuk
menarik perhatian siswa.
3. Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal
yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat tersebut ada dua
cara yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Dari luar bisa saja lingkungan, orang
tua dan guru. Disini gurulah yang berhak menimbulkan atau membangkitkan minat
belajar siswa baik dirumah maupun dikelas.
4. Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang siswanya agar bisa
mengarahkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran, sehingga siswa memiliki
minat belajar yang tinggi guru dalam memusatkan perhatian siswa bisa dengan
memberikan kata-kata seperti : “coba perhatikan ini baik-baik”, karena materinya agak
sulit dan sebagainya.
c. Kontak pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswa, sebaiknya mengarahkan
pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata setiap siswa untuk dapat membentuk hubungan
yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Guru dapat membantu siswa dengan
menggunakan matanya menyampaikan informasi, dan dengan pandangannya dapat menarik
perhatian siswa.Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya
merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling perhatian
diantara mereka
Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya didepan kelas :
1. Melihat keluar ruang
2. Melihat kearah langit-langit
3. Melihat kearah lantai
4. Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja
5. Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil menunjukkan
sesuatu.
Hal-hal di atas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas dengan baik. Jadi
dalam kontak pandang hendaknya guru berusaha seintim mungkin agar siswa merasa
diperhatikan dan dihargai, kontak mata yang sering dilakukan, akan membangun dan
membina jalinan tingkat tinggi, yaitu mengetahui psikologi anak atau siswa dan mengetahui
seberapa banyak pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Untuk itu,
pandanglah siswa-siswa anda secara merata tapi jangan berlebihan, gunanya pandangan mata,
seorang guru adalah untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa.
d. Mimik dan Gerakan anggota badan (gesturing)
Mimik dan gerakan badan merupakan alat komunikasi yang efektif . Menurut
Sardiman gerakan yang baik adalah gerakan yang efektif dan efisien, artinya gerakan yang
cukup tetapi benar-benar mendukung penjelasan atau uraian guru . Mimik dan gerakan badan
guru hendaknya selalu mengalami variasi dalam proses belajar-mengajar karena disamping
menarik perhatian siswa juga dapat diartikan sebagai maksud dari pesan-pesan tertentu.
Dengan menggunakan mimik dan gerakan badan ini lebih efektif digunakan dari pada dengan
menggunakan bahasa yang bertele-tele.
Mimik dan gerakan badan yang dapat divariasikan antara lain :
1. Ekspresi Wajah
Dalam pembelajaran mimik/ekspresi wajah, seorang guru jangan melakukan ekspresi
tersebut setengah-setengah atau terlalu over akting karena itu akan membuat bingung siswasiswanya. Jadi ekspresi wajah ini harus dilakukan dengan yakin dan sungguh-sungguh, agar
apa yang guru sampaikan dapat ditangkap maknanya oleh siswa. Perubahan pada ekspresi
wajah yaitu seperti: tersenyum, menggerutkan kening, mengangkat alis, cemberut, dan
tertawa untuk menunjukkan kagum, tercengang, atau heran.
2. Gerakan Kepala
Dalam proses pembelajaran tentu seorang guru harus dapat memberikan gerakangerakan tertentu pada daerah kepala, seperti melakukan gerakan dengan menggeleng,
mengangguk,
tegak/mengangkat
kepala,
menunduk.
Gerakan
ini
dilakukan
untuk
menunjukkan setuju atau sebaliknya dan gerakan ini dilakukan agar ada variasi yang terjadi
selama proses pembelajaran.
3. Gerakan Tangan
Gerakan tangan, juga termasuk variasi dalam gaya mengajar. Gerakan tangan sama
fungsinya dengan yang lain yaitu untuk menegaskan suatu point-point penting dalam
pembahasan yang diajarkan oleh guru. Selain itu gerakan tangan juga dapat digunakan untuk
menunjukkan suatu pujian terhadap keberhasilan siswa. Gerakan tangan dapat berupa
mengangkat tangan, mengacungkan jempol, mengepalkan tinju untuk menegaskan, bertepuk
tangan. Akan tetapi dalam menggunakan gerakan tangan guru harus berhati-hati agar apa yang
digunakan tidak menyalahi aturan daerah setempat. Contohnya : Guru mengatakan bumi itu
bulat sambil membuat gerakan dengan kedua tangan yang menggambarkan bentuk bulat.
4. Gerakan Badan Secara Keseluruhan
Gerakan badan secara keseluruhan merupakan suatu variasi dalam pembelajaran.
Dimana sebaiknya sebagai seorang guru variasi ini dilakukan agar pembelajaran tidak
monoton. Variasi gerakan badan secara keseluruhan berupa berdiri kaku, bersikap santai,
gerak mendekati atau menjauhi. Contohnya : jika dalam mengajar tentu seorang guru tidak
hanya duduk saja dibelakang meja, melainkan adakalanya berdiri dengan kaku/tegap didepan
siswa-siswanya, kemudian adakalanya berdiri dengan cara yang santai dan adakalanya guru
mendekati tempat duduk siswa.
e. Perpindahan posisi guru (teachers movement)
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian siswa,
dapat meningkatkan kepribadian guru.Guru melakukan pergantian posisi, sebaiknya jangan
kaku atau kikuk, lakukan saja secara bebas dan wajar bisa menarik perhatian siswa, jika guru
kaku dalam bergerak ini bisa menjemukan siswa. Dan bila variasi dilakukan secara berlebihan
itu
juga
bisa
mengganggu
perhatian
siswa
atau
konsentrasi
siswa
terhadap
pelajaran.Pergantian posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri kesisi
kanan, atau diantara siswa dari belakang ke samping siswa. Dapat juga dilakukan dengan
posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam perubahan posisi
ialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir.
f. Kesenyapan guru (Teacher Silence)
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengahtengah menerangkan sesuatu. Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk
menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa
menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula
setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu
untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasiinformasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan
tepat.
Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar
menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada
siswa untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias
asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru
memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang
diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.
2. Variasi Media Dan Bahan Ajaran
Setiap siswa mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran
maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih enak atau
senang membaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya.
Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap siswa misalnya, guru
dapat memulai dengan berbiara terlebih dahulu kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan
dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadap
indra siswa.
Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandang, media
dengar, dan media taktil. Bila guru dalam menggunakan media bervariasi dari satu ke yang
lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu komponen media akan banyak sekali memerlukan
penyesuaian indra siswa, membuat perhatian siswa menjadi lebih meningkatkan kemampuan
belajar.
a. Variasi media pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggubaan alat dan bahan ajaran
khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, film strip.
televisi, gambar grafik, model, demonstrasi, dan lain-lain. Penggunaan yang lebihluasdarialatalat tersebut memiliki keuntungan:
a. Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi respon yang kurang
bermanfaat.
b. Memiliki secara potensial perhatian siswa pada tingkat yang tinggi.
c. Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak
ddik.
d. Mengembangkan cara berpikir dan berkesinambungan, seperti halnya dalam film.
e. Mememberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat lain
f. Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.
b. Variasi media dengar
Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas suara guru adalah alat utama
dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaaan media dengan memerlukan sekali saling
bergantian atau berkombinasi dengan media pandang dengan media taktil. Sudah barang tentu
ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu diantaranya ialah pembicaraan siswa,
rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, tape, radio,recorder,
yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan pelajaran.
c. Variasi Media Taktil
Komponen terakhir dari keterampilan variasi media dan bahan ajar adalah penggunaan
media yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan memanipulasi
benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan melibatkan siswa dalam kegiatan penyusunan
atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan sebagai media taktil. Kegiatan
tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil.
3. Variasi Interaktif
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswanya memiliki rentangaan yang
bergerak dari dua kutub, yaitu:
a. Siswa bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
b. Siswa mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana guru berbicara
kepada siswa.
Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara
dengan sekelompok kecil siswa melalui mengajukan beberapa pertanyaan atau guru
berbincang dengan siswa secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa
sehingga antar siswa dapat saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri,
demonstrasi, atau diskusi.
Bila guru yang berbicara, dapat melalui beberapa kategori: filling persetujuan,
penghargaan atau peningkatan, menggunakan pendapat siswa, bertanya, ceramah, memberi
petunjuk, dan mengeritik. Sebaliknya siswa dapat berbicara melalui pemberian respons dan
pengambilan prakarsa. Bila guru mengajukan pertanyaan dapat juga divariasi sesuai dengan
domain kognitif dari Bloom, pertanyaan dapat diajukan ke seluruh kelas atau ditujukan
kepada siswa, maka dapat berbentuk: mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat
pada diskusi kelompok kecil. Bekerja individual atau kerja kelompok, membaca secara keras
atau secara pelan, melihat film, bekerja di laboraturium, baik bahasa maupun alam, bekerja
atau belajar bebas, atau dapat juga menciptakan kegiatan sendiri.
Jenis pola interaksi dapat digambarkan sebagai berikut :
a.
Pola Guru – Siswa
Komunikasi sebagai aksi (satu arah), guru sebagai teacher center, dan siswa hanya
menerima pelajaran tersebut.
b.
Pola guru – Siswa – Guru
Ada balikan bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa (komunikasi sebagai interaksi)
c.
Pola guru – Siswa – Siswa
Ada balikan bagi guru dari siswa-siswanya, lalu siswa saling belajar satu sama lain.
d.
Pola guru – siswa, Siswa – guru, Siswa – siswa
Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa (komunikasi
sebagai transaksi, multiarah).
e.
Pola melingkar
Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak
diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.
Jika dilihat dari pengorganisasian siswa, pola interaksi dapat dibedakan menjadi 4 :
a. Kegiatan klasikal
1. Mendengarkan informasi dan Tanya jawab/diskusi secara klasikal
2. Demonstrasi oleh guru atau siswa tentang satu keterampilan atau percobaa
b. Kegiatan kelompok kecil
1. Mendiskusikan pemecahan suatu masalah,
2. Menyelesaikan suatu proyek, misalnya laporan tentang suatu kegiatan,
c. Kegiatan berpasangan
1. Merundingkan
jawaban
pertanyaan
yang
diajukan
secara
klasikal
2. Latihan menggunakan media tertentu.
d. Kegiatan perorangan
1. Membaca atau menelaah suatu materi
2. Mengerjakan tugas individual, seperti mengerjakan soal dari materi yang dipelajari
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Keterampilan memberi variasi adalah suatu usaha atau kemampuan guru untuk
menghilangkan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran melalui variasi gaya
mengajar, penggunaan bahan atau media, dan pola interaksi kegiatan siswa sehingga
anak didik menunjukkan ketekunan, antusiasme dan penuh partisipasi terhadap KBM.
2. Tujuan pemberian variasi mengajar, yaitu :
Meningkatkan dan memelihara perhatian peserta didik terhadap relevansi KBM.
Membentuk sikap positif siswa terhadap guru dan sekolah.
Mendorong peserta didik untuk belajar
Terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa
Menghilangkan kejenuhan dan kebosanan
3. Prinsip-psrinsip penggunaan variasi, yaitu :
Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan
tujuan yang hendak dicapai
Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan
Penggunaan variasi komponen harus terstruktrur dan direncanakan oleh guru
4. Komponen-komponen keterampilan dalam mengadakan variasi sebagai berikut :
1) Gaya mengajar, yang meliputi : teacher silence, focusing, teacher voice, teacher
2)
movement, gesture dan eyes contact and movement
Penggunaan bahan atau media yang berkaitan dengan visual, auditorial,
3)
motorik/kinestetik, dan kombinasi
Pola interaksi guru dengan siswa yang dapat berbentuk klasikal, kelompok,
maupun perorangan.
B. SARAN
Melihat kondisi dunia pendidikan di Indonesia sekarang, banyak guru yang cara
mengajarnya masih cenderung monoton. Akibatnya tak sedikit pula siswa yang bosan
menerima pelajaran dari guru yang bersangkutan. Dengan adanya makalah ini penulis
berharap dapat memberi gambaran seperti apa seharusnya keterampilan memberikan
variasi mengajar diterapkan sehingga siswa tidak mengalami kebosanan dalam menerima
pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qadir Munsyi.(1995).Definisi Gaya Mengajar.Bandung: Rosda Karya
Dr. Wartono.2003.Keterampilan Dasar Mengajar.Malang: Universitas Kanjuruan
Soegito,
Edi
dan
Yuliani
Nuraini.2003.Kemampuan
Dasar
Mengajar
(online)
(http://www.edisoegito.blogspot.com )
Moh. Uzer Usman.2002.Menjadi guru professional.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurhasnawati.2004.Strategi Pembelajaran Mikro.Pekanbaru: Fakultas Tarbiyah.
Syaiful Bahri Djamarah.2000.Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif.Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Usman, Mohd. Uzer.2008.Menjadi Guru Profesional (Edisi kedua).Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
KETERAMPILAN MEMBERIKAN VARIASI MENGAJAR
Dosen Pembimbing : Dr. Baskoro Adi Prayitno, M. Pd
Disusun oleh Kelompok 5
1. Dian Permata Sari
(K4313028)
2. Gilang Akbar N.
(K4313034)
3. Khoirul Annisa
(K4313042)
4. Putri Iknesia W.P
(K4313056)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam
hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan.
Merasakan makanan yang sama terus-menerus akan menimbulkan kebosanan; melihat
film yang sama dua kali saja orang sudah tidak mau, juga karena bosan. Orang akan
lebih suka bila hidup diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif.
Mengkonsumsi
makanan yang bervariasi (bermacam-macam) akan meningkatkan
nafsu/gairah untuk makan. Mendengarkan lagu-lagu baru lebih menyenangkan
daripada lagu-lagu yang tiap hari didengar. Rekreasi pada dasarnya juga mengurangi
kebosanan pandangan di tempat asalnya. Mengatur alat-alat rumah tangga sering
berganti, akan membuat orang lebih senang di rumah daripada pergi. Demikian juga
dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak
menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang,
mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru
memerlukan variasi dalam mengajar siswanya.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajarkan meliputi
3 aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan
bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau
secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan
dan kemauan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas
penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan
campuran atau diintegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam
memberi penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat
kognitif.
Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat menunjukkan
adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan
ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa.
Variasi lebih bersifat proses daripada produk.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian keterampilan mengadakan variasi pada proses belajar mengajar?
2. Apa tujuan adanya variasi dalam mengajar?
3. Apa saja prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar?
4. Apa saja komponen-komponen keterampilan memberikan variasi mengajar?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian mengadakan variasi pada proses belajar mengajar
2. Mengetahui tujuan variasi dalam mengajar.
3. Mengetahui prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar dan penerapannya pada
proses belajar mengajar
4. Mengetahui komponen-komponen keterampilan memberikan variasi mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemberian Variasi dalam Proses Belajar Mengajar
Ada beberapa pendapat mengenai variasi gaya belajar mengajar meliputi:
a.
Menurut Uzer , variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi
belajar mengajar ,murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh
b.
partisipasi.
Menurut Abu Ahmadi, gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan guru
c.
dalam melaksanakan proses pengajaran.
Menurut Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang dilakukan guru pada saat
d.
mengajar di muka kelas.
Menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai
pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa.
Dari definisi diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah
pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang
bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang
tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme,
keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas. Anak tidak bisa
dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya,
apalagi jika guru saat mengajar tanpa menggunakan variasi alias monoton yang membuat
siswa kurang perhatian, mengantuk, dan mengalami kebosanan.untuk mengatasi kebosanan
siswa tersebut perlu adanya variasi. Dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses
belajar mengajar ada tiga aspek, yaitu:
1. Variasi gaya mengajar
2. Variasi dalam menggunakan media
3. Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa
B. Tujuan Variasi Mengajar
Penggunaan variasi terutama di tujukan terhadap perhatian siswa, motivasi, dan
belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah :
1. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang
diberikan sangat dituntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang
memperhatikan penjelasan guru , karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan
bahan yang di berikan guru.
Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan
agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Berbagai faktor memang
mempengaruhinya. Misalnya faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi di
luar kelas yang di rasakan siswa lebih menrik daripada materi pelajaran yang diberikan guru,
siswa
yang
kurang
menyenangi
materi
pelajaran
yang
di
berikan
guru.
Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar,karena
dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang Guru jelaskan, akan
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tercapainya tujuan
pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan
dalam suatau pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah
terjadinya perubahan didalam diri siswa.Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisa
dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran. Karena itu, Guru selalu
memperhatikan variasi mengajarnya,apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara
perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
2.
Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Mempelajari Sesuatu
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat
belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa
motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar.Maka dari itu, Guru selalu
memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak didalam diri setiap
siswa selama pelajaran berlangsung. Dalam proses belajar mengajar dikelas, tidak setiap
siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh
jadi jadi seorang siswa menyenanginya,tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut
tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi Guru dalam setiap kali mengadakan
pertemuan . Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan
motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah
masalah bagi Guru. Karena di dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi instrinsik. Siswa
yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan Guru. Rasa
ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan
yang ada di sekitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi
ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disini peranan Guru
lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi,yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong
manusia untuk berbuat,motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi
sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
3. Membentuk Sikap Positif terhadap Guru dan Sekolah
Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa dikelas ada siswa tertentu yang
kurang senang terhadap seorang Guru. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh
Guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak acuh selalu ditunjukkan lewat sikap dan
perbuatan
ketika
Guru
tersebut
sedang
memberikan
materi
pelajaran
di
kelas.
Kurang senangnya seorang siswa terhadap Guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar Guru
yang kurang bervariasi. Gaya mengajar Guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa.
Metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya hanya menggunakan metode
ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar dikelas. Tidak pernah terlihat
menggunakan metode lain. Misalnya metode diskusi,resitasi, tanya jawab, problem solving
atau cerita.
Ketika mengajar , guru selalu duduk dengan santainya di kursi, tak peduli bagaimana
tingkah laku dan perbuatan anak didik, adalah jalan pengajaran yang cepat membosankan.
Guru kurang dapat menguasai keadaan kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada sudutsudut kelas. Akibatnya jalan pengajaran kurang menguntungkan bagi kedua belah pihak,yaitu
guru dan siswa. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreativitas dan
kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang yang pandai menempatkan
diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru
dan siswa selalu ingin dekat dengan guru. Dikarenakan gaya mengajar dan pendekatannnya
yang sesuai dengan psikologis siswa.
4. Melayani Gaya Belajar Siswa Yang Beranekaragam
Sebagai seseorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang
mendukung tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar yang di tuntut kepada
guru tidak hanya satu atau dua metode,tetapi lebih banyak dari itu. Karena diakui, penguasaan
metode mengajar dalam jumlah yang banyak lebih memungkinkan guru untuk melakukan
pemilihan metode, mana yang akan dipakai dalam rangka menunjang tugasnya mengajar
dikelas. Penguasaan terhadap bagaimana menggunakan media merupakan keterampilan lain
yang juga diharuskan bagi seorang guru. Demikian juga penguasaan terhadap berbagai
pendekatan dalam mengajar di kelas. Penguasaan dari ketiga keterampilan tersebut (metode,
media dan pembelajaran) memudahkan bagi guru melakukan pengembangan variasi
mengajar.
Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada disekolah. Fungsinya berguna
sebagai alat bantu pengajaran, alat peraga,dan sebagai sumber belajar adalah sisi lain dari
peranannya yang tidak pernah guru lupakan. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi
pemilihan yang harus dilakukan . sangat terbatasnya fasilitas belajar cenderung lebih sedikit
alternative yang tersedia untuk melakukan pemilihan. Misalnya , kurangnya buku yang
tesedia untuk suatu bidang studi menyebabkan metode mencatat lebih dominan dan sulit bagi
guru untuk melakukan pendekatan individual. Kurangnya fasilitas untuk bidang studi IPA
( biologi, kimia, atau fisika) menyebabkan kurangnya keampuhan metode demonstrasi atau
metode eksperimin. Maka alternatif yang sangat terpaksa guru lakukan adalah memilih
metode ceramah dan metode Tanya jawab, ketimbang tidak ada kegiatan sama sekali.
5. Mendorong Anak Didik untuk Belajar
Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas
anak didik. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut
interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu
mendorong anak didik untuk selalu belajar hingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar.
Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak didik yaitu motivasi instrinsik
yang lahir dari kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan. Namun sayangnya jarang
ditemukan bahwa semua anak didik mempunyai motivasi instrinsik yang sama. Artinya, setiap
anak yang hadir didalam kelas selalu membawa motivasi yang berbeda. Perbedaan motivasi
itu terlihat dari sikap dan perbuatan mereka ketika menerima materi pelajaran dari guru.
Pada satu sisi ada anak didik yang senang menerima materi pelajaran tertentu,tetapi
dilain pihak ada juga anak didik yang kurang senang menerima materi pelajaran tertentu.
Gejalanya terlihat ada anak didik yang malas mencatat, malas memperhatikan penjelasan
guru, dan sebagainya. Gejala adanya anak didik yang kurang senang menerima pelajaran dari
guru tidak harus terjadi, karena hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Disini lah
diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu
mendorong anak didik untuk senang dan bergairah belajar. Untuk hal ini cara tepat yang harus
guru lakukan adalah mengembangkan variasi mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam
penggunaan media dan bahan pengajaran, maupun dalam interaksi guru dengan anak didik.
C.
Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar
Dalam proses belajar mengajar kegiatan siswa adalah yang menjadi fokus perhatian.
Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah suatu upaya bagaimana lingkungan ang
tercipta itu menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan belajar siswa. Itu
berarti tidak ada seorang guru pun yang ingin agar siswanya tidak senang dan tidak bergairah
dalam belajar, maka akan mengganggu kelancaran kegiatan pengajaran. Apalagi jika sebagian
besar siswanya tidak mau memperhatikan penjelasan ang diberikan guru, atau tidak mau
mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk materi tertentu.
Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar,
tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah
dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Beberapa
prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan dan betul-betul harus dihayati guna
mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip penggunaan variasi
mengajar itu adalah seagai berikut:
1.
Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan
yang hendak dicapai. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis
variasi digunakan. Disamping itu juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk
tiap jenis variasi, terutama penggunaan variasi gaya mengajar, dalam bervariasi harus
disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar menarik siswa untuk
memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru.
2.
Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen proses
belajar mengajar yang utuh, tidak merusak perhatian siswa dan proses belajar mengajar
tidak terganggu.
3.
Komponen-komponen variasi yang memerlukan pengorganisasian dan perencanaan yang
baik perlu dirancang secara cermat dan dicantumkan dalam satuan pelajaran atau RPP.
Selain itu, perubahan komponen keterampilan tersebut dapat dilakukan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
4.
Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan oleh
guru. Karena variasi ini memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan
umpan balik yang diterima dari siswa.
Umpan balik ini ada dua yaitu :
Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa, dan
Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.
Dalam menerapkan variasi pembelajaran bukan hanya beraneka ragamnya jenis-jenis
stimulus pembelajaran yang dikembangkan, melainkan ditentukan pula oleh faktor
kualitasnya. Oleh karena itu agar penerapan variasi bisa mencapai sasaran pembelaran
secara efektif, maka beberapa prinsip berikut ini harus menjadi pertimbangan, yaitu :
a) Bertujuan
Variasi stimulus yang dikembangkan dalam pembelajran harus memiliki tujuan yang
terarah dan jelas. Tujuan variasi harus sejalan dan diarahkan untuk menunjang
pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu variasi stimulus juga harus
memperhatikan kesesuaianya dengan sifatt materi, karakteristik siswa berikut latar
belakang sosial budayanya, dan faktor kemampuan guru untuk melaksanakannya.
b) Fleksibel
Variasi stimulus yang dikembangkan harus bersifat luwes dan baku (tidak dinamis).
Sehingga setiap jenis variasi yang diterapkan memungkinkan dapat diubah disesuaikan
dengan situasi, kondisi, dan tuntuttan yang terjadi secara spontan pada saat tejadinya
pembelajaran tanpa harus mengganggu keutuhan prose pembelajaran yang sedang
dilaksanakan.
c) Kelancaran dan berkesinambungan
Setiap variasi yang dikembangkan dalam pembelajaran harus berjalan lancar.
Perpindahan dari suatu bentuk stimulus kestimulus pembelajaran lainnya dalam
rangka menerapkan stimulus pembelajaran yang bervariasi, semuanya harus
merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga pesan pembelaran dapat diterima oleh
siswa.
d) Kewajaran/tidak dibuat-buat
Variasi stimulus dalam pembelajaran tidak dibuat-buat sehingga tidak terkesan seperti
dipaksakan. Oleh karena itu setiap jenis atau bentuk stimulus yang dikembangkan
sebaiknya berjalan secara wajar, alamiah dan terkait langsung dengan konteks
pembelajaran yang sedang dibahas.
e) Pengelola yang matang
Adakalanya jenis atau bentuk stimulus yang akan diterapkan dalam pembelajaran itu
bersifat rumit dan kompleks, membutuhkan beberapa tenaga atau personil, penerapan
variasi yang seperti itu tentu saja harus direncanakan dan dikelola secara lebih matang
agar semuanya dapat berjalan dengan lancar an efektif mendukung proses pembelajar
yang lebih bermakna.
D. Komponen-Komponen Variasi Mengajar
Dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi
tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan
pengajaran
dan
variasi
dalam
interaksi
antara
guru
dengan
siswa.
Dengan dikombinasikannya ketiga komponen atau aspek dalam penggunaannya atau secara
integrasi, maka akan meningkatkan perhatian peserta didik, membangkitkan keinginan dan
kemauan belajarnya. Dengan sebab itu, maka diharapkan tujuan pendidikan tercapai. Aspek
atau komponen yang dimaksud dalam pembahasan ini dapat diperdalam dengan penjelasan
berikut:
1. Variasi Gaya Mengajar
Variasi gaya mengajar pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi anggota badan,
dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi tersebut dilihat sebagai
sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki relevensi dengan hasil
belajar. Perilaku guru seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan
mempertinggi komunikasi antara guru dan siswa, menarik perhatian siswa, menolong
penerimaan bahan pelajaran, dan memberi stimulasi. Variasi gaya mengajar ini adalah sebagai
berikut:
a. Variasi suara (Teacher voice)
Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan. Guru dapat
mendramatisasi suatu perstiwa, menunjukkan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara
pelan dengan seorang siswa, atau berbicara secara tajam dengan siswa yang kurang perhatian,
dan seterusnya.
b. Penekanan (focusing)
Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci,
guru dapat menggunakan ”penekanan secara verbal”; misalnya, ”Perhatikan baik-baik. Nah,
ini yang penting. Ini adalah bagian yang sukar, dengarkan baik-baik!” penekanan seperti itu
biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari
atau memberi tanda pada papan tulis.
Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam jumlah siswa
yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni :
1. Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis rangsangan
baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk. Dalam pelajaran,
seorang guru dapat menarik perhatian tentang kata-kata penting pada suatu bacaan
dengan memberi warna merah atau digaris bawahi.
2. Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit. Bagi guru
yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh tampak terlalu rumit dan guru
tidak boleh mempersulit pelajaran yang sederhana dikarenakan semata-mata untuk
menarik perhatian siswa.
3. Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal
yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat tersebut ada dua
cara yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Dari luar bisa saja lingkungan, orang
tua dan guru. Disini gurulah yang berhak menimbulkan atau membangkitkan minat
belajar siswa baik dirumah maupun dikelas.
4. Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang siswanya agar bisa
mengarahkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran, sehingga siswa memiliki
minat belajar yang tinggi guru dalam memusatkan perhatian siswa bisa dengan
memberikan kata-kata seperti : “coba perhatikan ini baik-baik”, karena materinya agak
sulit dan sebagainya.
c. Kontak pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswa, sebaiknya mengarahkan
pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata setiap siswa untuk dapat membentuk hubungan
yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Guru dapat membantu siswa dengan
menggunakan matanya menyampaikan informasi, dan dengan pandangannya dapat menarik
perhatian siswa.Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya
merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling perhatian
diantara mereka
Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya didepan kelas :
1. Melihat keluar ruang
2. Melihat kearah langit-langit
3. Melihat kearah lantai
4. Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja
5. Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil menunjukkan
sesuatu.
Hal-hal di atas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas dengan baik. Jadi
dalam kontak pandang hendaknya guru berusaha seintim mungkin agar siswa merasa
diperhatikan dan dihargai, kontak mata yang sering dilakukan, akan membangun dan
membina jalinan tingkat tinggi, yaitu mengetahui psikologi anak atau siswa dan mengetahui
seberapa banyak pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Untuk itu,
pandanglah siswa-siswa anda secara merata tapi jangan berlebihan, gunanya pandangan mata,
seorang guru adalah untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa.
d. Mimik dan Gerakan anggota badan (gesturing)
Mimik dan gerakan badan merupakan alat komunikasi yang efektif . Menurut
Sardiman gerakan yang baik adalah gerakan yang efektif dan efisien, artinya gerakan yang
cukup tetapi benar-benar mendukung penjelasan atau uraian guru . Mimik dan gerakan badan
guru hendaknya selalu mengalami variasi dalam proses belajar-mengajar karena disamping
menarik perhatian siswa juga dapat diartikan sebagai maksud dari pesan-pesan tertentu.
Dengan menggunakan mimik dan gerakan badan ini lebih efektif digunakan dari pada dengan
menggunakan bahasa yang bertele-tele.
Mimik dan gerakan badan yang dapat divariasikan antara lain :
1. Ekspresi Wajah
Dalam pembelajaran mimik/ekspresi wajah, seorang guru jangan melakukan ekspresi
tersebut setengah-setengah atau terlalu over akting karena itu akan membuat bingung siswasiswanya. Jadi ekspresi wajah ini harus dilakukan dengan yakin dan sungguh-sungguh, agar
apa yang guru sampaikan dapat ditangkap maknanya oleh siswa. Perubahan pada ekspresi
wajah yaitu seperti: tersenyum, menggerutkan kening, mengangkat alis, cemberut, dan
tertawa untuk menunjukkan kagum, tercengang, atau heran.
2. Gerakan Kepala
Dalam proses pembelajaran tentu seorang guru harus dapat memberikan gerakangerakan tertentu pada daerah kepala, seperti melakukan gerakan dengan menggeleng,
mengangguk,
tegak/mengangkat
kepala,
menunduk.
Gerakan
ini
dilakukan
untuk
menunjukkan setuju atau sebaliknya dan gerakan ini dilakukan agar ada variasi yang terjadi
selama proses pembelajaran.
3. Gerakan Tangan
Gerakan tangan, juga termasuk variasi dalam gaya mengajar. Gerakan tangan sama
fungsinya dengan yang lain yaitu untuk menegaskan suatu point-point penting dalam
pembahasan yang diajarkan oleh guru. Selain itu gerakan tangan juga dapat digunakan untuk
menunjukkan suatu pujian terhadap keberhasilan siswa. Gerakan tangan dapat berupa
mengangkat tangan, mengacungkan jempol, mengepalkan tinju untuk menegaskan, bertepuk
tangan. Akan tetapi dalam menggunakan gerakan tangan guru harus berhati-hati agar apa yang
digunakan tidak menyalahi aturan daerah setempat. Contohnya : Guru mengatakan bumi itu
bulat sambil membuat gerakan dengan kedua tangan yang menggambarkan bentuk bulat.
4. Gerakan Badan Secara Keseluruhan
Gerakan badan secara keseluruhan merupakan suatu variasi dalam pembelajaran.
Dimana sebaiknya sebagai seorang guru variasi ini dilakukan agar pembelajaran tidak
monoton. Variasi gerakan badan secara keseluruhan berupa berdiri kaku, bersikap santai,
gerak mendekati atau menjauhi. Contohnya : jika dalam mengajar tentu seorang guru tidak
hanya duduk saja dibelakang meja, melainkan adakalanya berdiri dengan kaku/tegap didepan
siswa-siswanya, kemudian adakalanya berdiri dengan cara yang santai dan adakalanya guru
mendekati tempat duduk siswa.
e. Perpindahan posisi guru (teachers movement)
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian siswa,
dapat meningkatkan kepribadian guru.Guru melakukan pergantian posisi, sebaiknya jangan
kaku atau kikuk, lakukan saja secara bebas dan wajar bisa menarik perhatian siswa, jika guru
kaku dalam bergerak ini bisa menjemukan siswa. Dan bila variasi dilakukan secara berlebihan
itu
juga
bisa
mengganggu
perhatian
siswa
atau
konsentrasi
siswa
terhadap
pelajaran.Pergantian posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri kesisi
kanan, atau diantara siswa dari belakang ke samping siswa. Dapat juga dilakukan dengan
posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam perubahan posisi
ialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir.
f. Kesenyapan guru (Teacher Silence)
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengahtengah menerangkan sesuatu. Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk
menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa
menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula
setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu
untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasiinformasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan
tepat.
Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar
menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada
siswa untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias
asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru
memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang
diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.
2. Variasi Media Dan Bahan Ajaran
Setiap siswa mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran
maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih enak atau
senang membaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya.
Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap siswa misalnya, guru
dapat memulai dengan berbiara terlebih dahulu kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan
dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadap
indra siswa.
Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandang, media
dengar, dan media taktil. Bila guru dalam menggunakan media bervariasi dari satu ke yang
lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu komponen media akan banyak sekali memerlukan
penyesuaian indra siswa, membuat perhatian siswa menjadi lebih meningkatkan kemampuan
belajar.
a. Variasi media pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggubaan alat dan bahan ajaran
khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, film strip.
televisi, gambar grafik, model, demonstrasi, dan lain-lain. Penggunaan yang lebihluasdarialatalat tersebut memiliki keuntungan:
a. Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi respon yang kurang
bermanfaat.
b. Memiliki secara potensial perhatian siswa pada tingkat yang tinggi.
c. Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak
ddik.
d. Mengembangkan cara berpikir dan berkesinambungan, seperti halnya dalam film.
e. Mememberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat lain
f. Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.
b. Variasi media dengar
Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas suara guru adalah alat utama
dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaaan media dengan memerlukan sekali saling
bergantian atau berkombinasi dengan media pandang dengan media taktil. Sudah barang tentu
ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu diantaranya ialah pembicaraan siswa,
rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, tape, radio,recorder,
yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan pelajaran.
c. Variasi Media Taktil
Komponen terakhir dari keterampilan variasi media dan bahan ajar adalah penggunaan
media yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan memanipulasi
benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan melibatkan siswa dalam kegiatan penyusunan
atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan sebagai media taktil. Kegiatan
tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil.
3. Variasi Interaktif
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswanya memiliki rentangaan yang
bergerak dari dua kutub, yaitu:
a. Siswa bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
b. Siswa mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana guru berbicara
kepada siswa.
Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara
dengan sekelompok kecil siswa melalui mengajukan beberapa pertanyaan atau guru
berbincang dengan siswa secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa
sehingga antar siswa dapat saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri,
demonstrasi, atau diskusi.
Bila guru yang berbicara, dapat melalui beberapa kategori: filling persetujuan,
penghargaan atau peningkatan, menggunakan pendapat siswa, bertanya, ceramah, memberi
petunjuk, dan mengeritik. Sebaliknya siswa dapat berbicara melalui pemberian respons dan
pengambilan prakarsa. Bila guru mengajukan pertanyaan dapat juga divariasi sesuai dengan
domain kognitif dari Bloom, pertanyaan dapat diajukan ke seluruh kelas atau ditujukan
kepada siswa, maka dapat berbentuk: mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat
pada diskusi kelompok kecil. Bekerja individual atau kerja kelompok, membaca secara keras
atau secara pelan, melihat film, bekerja di laboraturium, baik bahasa maupun alam, bekerja
atau belajar bebas, atau dapat juga menciptakan kegiatan sendiri.
Jenis pola interaksi dapat digambarkan sebagai berikut :
a.
Pola Guru – Siswa
Komunikasi sebagai aksi (satu arah), guru sebagai teacher center, dan siswa hanya
menerima pelajaran tersebut.
b.
Pola guru – Siswa – Guru
Ada balikan bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa (komunikasi sebagai interaksi)
c.
Pola guru – Siswa – Siswa
Ada balikan bagi guru dari siswa-siswanya, lalu siswa saling belajar satu sama lain.
d.
Pola guru – siswa, Siswa – guru, Siswa – siswa
Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa (komunikasi
sebagai transaksi, multiarah).
e.
Pola melingkar
Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak
diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.
Jika dilihat dari pengorganisasian siswa, pola interaksi dapat dibedakan menjadi 4 :
a. Kegiatan klasikal
1. Mendengarkan informasi dan Tanya jawab/diskusi secara klasikal
2. Demonstrasi oleh guru atau siswa tentang satu keterampilan atau percobaa
b. Kegiatan kelompok kecil
1. Mendiskusikan pemecahan suatu masalah,
2. Menyelesaikan suatu proyek, misalnya laporan tentang suatu kegiatan,
c. Kegiatan berpasangan
1. Merundingkan
jawaban
pertanyaan
yang
diajukan
secara
klasikal
2. Latihan menggunakan media tertentu.
d. Kegiatan perorangan
1. Membaca atau menelaah suatu materi
2. Mengerjakan tugas individual, seperti mengerjakan soal dari materi yang dipelajari
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Keterampilan memberi variasi adalah suatu usaha atau kemampuan guru untuk
menghilangkan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran melalui variasi gaya
mengajar, penggunaan bahan atau media, dan pola interaksi kegiatan siswa sehingga
anak didik menunjukkan ketekunan, antusiasme dan penuh partisipasi terhadap KBM.
2. Tujuan pemberian variasi mengajar, yaitu :
Meningkatkan dan memelihara perhatian peserta didik terhadap relevansi KBM.
Membentuk sikap positif siswa terhadap guru dan sekolah.
Mendorong peserta didik untuk belajar
Terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa
Menghilangkan kejenuhan dan kebosanan
3. Prinsip-psrinsip penggunaan variasi, yaitu :
Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan
tujuan yang hendak dicapai
Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan
Penggunaan variasi komponen harus terstruktrur dan direncanakan oleh guru
4. Komponen-komponen keterampilan dalam mengadakan variasi sebagai berikut :
1) Gaya mengajar, yang meliputi : teacher silence, focusing, teacher voice, teacher
2)
movement, gesture dan eyes contact and movement
Penggunaan bahan atau media yang berkaitan dengan visual, auditorial,
3)
motorik/kinestetik, dan kombinasi
Pola interaksi guru dengan siswa yang dapat berbentuk klasikal, kelompok,
maupun perorangan.
B. SARAN
Melihat kondisi dunia pendidikan di Indonesia sekarang, banyak guru yang cara
mengajarnya masih cenderung monoton. Akibatnya tak sedikit pula siswa yang bosan
menerima pelajaran dari guru yang bersangkutan. Dengan adanya makalah ini penulis
berharap dapat memberi gambaran seperti apa seharusnya keterampilan memberikan
variasi mengajar diterapkan sehingga siswa tidak mengalami kebosanan dalam menerima
pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qadir Munsyi.(1995).Definisi Gaya Mengajar.Bandung: Rosda Karya
Dr. Wartono.2003.Keterampilan Dasar Mengajar.Malang: Universitas Kanjuruan
Soegito,
Edi
dan
Yuliani
Nuraini.2003.Kemampuan
Dasar
Mengajar
(online)
(http://www.edisoegito.blogspot.com )
Moh. Uzer Usman.2002.Menjadi guru professional.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurhasnawati.2004.Strategi Pembelajaran Mikro.Pekanbaru: Fakultas Tarbiyah.
Syaiful Bahri Djamarah.2000.Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif.Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Usman, Mohd. Uzer.2008.Menjadi Guru Profesional (Edisi kedua).Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya