Sejarah Indonesia dari Mariana guru SMAN 1 Tarakan

PERTEMUAN 1

PERJUANGAN MENGHADAPI PERGOLAKAN DALAM NEGERI
Kabinet Ali Sastroamidjojo mengeluarkan Undang Undang No. 1 tahun 1957 yang
mengatur tentang Pokok-Pokok Pemerintahan daerah, dimana didalamnya diatur pembagian
kekuasaan dan keuangan pusat dengan daerah. Pada tanggal 9 April 1957 Kabinet Karya
pimpinan Perdana Menteri Djuanda menggantikan Kabinet Ali Sastroadmijojo II. Kabinet ini
secara teoritis bersifat non partai, namun pada hakikatnya kabinet ini merupakan koalisi antara
PNI dan NU. Pada bulan Mei 1957 dibentuklah Dewan Nasional yang terdiri dari 41 wakil
golongan fungsional [ pemuda, kaum petani, kaum buruh, kaum wanita, para cendekiawan,
pemuka agama, kelompok-kelompok daerah dan lain-lain] di tambah beberapa anggota ex
officio. Dewan Nasional ini langsung dipimpin oleh Presiden Soekarno, sedangkan pelaksana
harian adalah wakil ketuanya Ruslan Abdulgani. Kalangan militer berusaha menjamin bahwa
cara-cara baru yang bersandar pada golongan golongan fungsional yang berafiliasi dengan
partai-partai. Kabinet menjalin hubngan

dengan dewan dewan militer daerah yang telah

mengambil alih kekuasaan di daerah daerahnya, bahkan memberi mereka beberapa dana dengan
kedok pembangunan daerah. Pada tanggal 10 – 14 September 1957 Kabinet Djuanda
mengadakan musyawarah nasional di Jakarta. Ada harapan bahwa musyawarah nasional yang

pertama ini akan membawa hasil tentang cara cara pemecahan riil maslah perimbangan keuangan
pusat dan daerah yang dirasakan selama itu tidak adil. Para wakil dari dewan dewan daerah
tampaknya bersedia bekerjasama, tetapi setiap kali pertemuan selalu tidak mencapai tujuan
(selalu menemui jalan buntu). Pada masa pemerintahan kabinet ini hubungan pemerintah pusat
dengan daerah semakin tidak harmonis. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai pergolakan di
berbagai daerah yang berhubungan dengan perimbangan perekonomian pusat dengan daerah.
Adanya konsepsi presiden tentang Konsep Ekonomi Nasional menambah ketegangan di daerah.
Perkembangan yang terjadi sangat tidak menguntungkan pemerintah RI. Pertentangan antara
pemerintah daerah dengan pemerintah pusat yang berpokok pada masalah ekonomi dan
perimbangan keuangan Pusat dan daerah makin lama makin meningkat.

eMail : sendu_98@yahoo.com

A. Peristiwa Madiun/PKI dan cara yang dilakukan

pemerintah dalam penanggulangannya dan konflik-konflik
internal lainnya
Perundingan Renville yang sangat merugikan bangsa Indonesia, akhirnya membawa
korban, yaitu dengan dibubarkannya kabinet Amir Syarifudin dan digantikan oleh Kabinet Hatta.
Selanjutnya Amir Syarifudin merasa sakit hati dan membentuk Front DemokratikRakyat (FDR)

pada tanggal 28 Juni 1948, dan memposisikan dirinya sebagai oposisi dari pemerintah kabinet
Hatta. FDR pada kemudian hari akhirnya bergabung dengan Partai Komunis Indonesia pimpinan
Muso, Alimin, Semaun dan Darsono. Bersama PKI, FDR merencanakan suatu perebutan
kekuasaan. Sebelum melakukan perebutan kekuasaan gerakan ini berusaha untuk melakukan
agitasi-agitasi dengan cara merongrong, menyebarkan berita-berita yang tidak benar tentang
pemerintahan kabinet Hatta. Mereka berusaha untuk mempengaruhi rakyat dan menimbulkan
kebencian kepada pemerintah.
Puncak dari gerakan PKI ini adalah tanggal 18 September 1948 dengan mengumumkan
berdirinya Negara Soviet Republik Indonesia di Madiun. Menyertai gerakan ini, mereka
mengadakan aksi-aksi kejam, dengan mengadakan penculikan dan pembunuhan terhadap tokohtokoh pemerintah dan agama. Salah satu tokoh pemerintah yang menjadi korban gerakan ini
adalah Gubernur Jawa Timur, R.M. Suryo R.M Soeryo. Gerakan ini merupakan sebuah
pengkhianatan dari dalam negeri, mengingat disaat yang sama pemerintah dan bangsa Indonesia
sedang menghadapi Agresi Militer Belanda dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.
Untuk menumpas pemberontakan pemerintah melakukan serangkaian operasi sebagai
berikut :
1. Ketika kekacauan di Solo meningkat, pemerintah mengangkat Kolonel Gatot Subroto
menjadi Gubernur Militer Surakarta dan sekitarnya (Semarang. Pati, Madiun)
2. Mengangkat Kolonel Soengkono sebagai Gubernur Militer jawa Timur
3. Menyerahkan pimpinan operasi penumpasan kepada Panglima Teritorium Jawa Kolonel
A.H. Nasution (karena panglima TNI / Panglima Besar Jenderal Sudirman sedang sakit)

Pada tanggal 30 September 1948 Madiun dapat direbut dan diduduki kembali oleh pasukan
Brigade Siliwangi pimpinan Mayor Ahmad Wiranatakusumah dan Brigade Jawa Timur pimpinan
Kolonel Soengkono. Dalam operasi ini pimpinan PKI Madiun, Muso berhasil ditembak mati
pada saat akan melarikan diri ke Rusia, sedangkan pimpinan yang lain seperti, Semaun, Darsono,
Alimin, dan Amir Syarifudin berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dalam pengadilan /
mahkamah militer.

eMail : sendu_98@yahoo.com

Dampak dari pemberontakan PKI Madiun adalah :
 Korban pemberontakan PKI dari kedua belah pihak sangat besar, termasuk rakyat yang
tidak mengerti soal politik.
 Kekuatan bangsa Indonesia dalam perjuangan menghadapi Belanda menjadi lemah dan
dimanfaatkan Belanda untuk melancarkan agresi militernya yang kedua
 Keberhasilan menumpas pemberontakan PKI Madiun menimbulkan simpati
dari dunia barat, terutama Amerika Serikat sehingga memperkuat posisi
Indonesia dalam perjuangan diplomasi melawan Belanda

PKI MADIUN 1948


MUSO

B. Peristiwa DI/TII dan Cara Yang Dilakukan Pemerintah Dalam Penanggulangannya
Gerakan pemberontakan ini berawal dari gagasan / ide Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo
untuk membentuk sebuah negara Islam. Kartosuwiryo mendirikan Pondok Pesantren Sufah, di
Malangbong Jawa Barat. Di pondok inilah ia menggembeng pasukan Hizbullah dan sabillillah. Ia
pernah menjadi sekretaris partai Masyumi Jawa Barat, bahkan pernah dicalonkan sebagai
Menteri Muda Pertahanan. Namun jabatan ini tidak pernah diembannya. Pada saat terjadi Agresi
Militer Belanda I, ia dan pasukannya melancarkan perang suci melawan Belanda. Puncak dari
peristiwa yang meletuskan pemberontakan Kartosuwiryo adalah hasil perundingan Renville yang
mengakibatkan seluruh pasukan TNI harus melakukan hijrah ke dalam wilayyah RI di
Yogyakarta. Pasukan Divisi pimpinan Kartosuwiryo ( bagian dari Divisi Siliwangi Jawa Barat ),
menyatakan tidak bersedia hijrah. Kantong-kantong TNI yang ditinggal hijrah diisi oleh pasukan
Kartosuwiryo, dan meneruskan gerilya melawan Belanda di Jawa Barat. Pada bulan Pebruari
1948, Kartosuwiryo mengubah gerakan suci melawan Belanda menjadi sebuah gerakan politik,
eMail : sendu_98@yahoo.com

dengan menobatkan diri sebagai Imam Negara Islam Indonesia, dan menamakan pasukannya
dengan nama Tentara Islam Indonesia (TII).Kontak senjata pertama terjadi dengan pasukan TNI
dari Divisi Siliwangi yang baru kembali dari Yogyakarta tanggal 25 Januari 1949. Sejak saat itu

terjadi perang segi tiga antara pasukan DI/TII – TNI – Belanda.
Tindakan pemerintah dalam menumpas gerakan DI/TII :
1. Pendekatan oleh pimpinan Partai Masyumi : Moh. Natsir melalui surat tidak berhasil,

bahkan Kartosuwiryo secara resmi membalas surat itu dengan memproklamasikan
berdirinya Negara Islam Indonesia pada tanggal 7 Agustus 1949
2. Bulan September 1949 untuk kedua kali Moh. Natsir membujuk Kartosuwiryo untuk
menghentikan pemberontakan dan kembali ke pangkuan RI, tetapi gagal. Bahkan sejak
saat itu rakyat Jawa Barat mulai mengalami teror dari gerombolan DI/TII yang sering
melakukan pembunuhan, merampas harta benda rakyat untuk memenuhi kebutuhan
logistik pasukan / gerombolan ini.
3. Setelah tindakan persuasif tidak berhasil mengembalikan Kartosuwiryo ke pangkuan ibu
pertiwi, pemerintah bertindak tegas dengan menggelar Operasi Pagar Betis. Operasi yang
dilaksanakan dengan bantuan rakyat Jawa barat ini bertujuan untuk mempersempit ruang
gerak gerombolan. Sehingga semakin hari semakin banyak para pengikut Kartosuwiryo
yang menyerahkan diri dan kembali ke tengah- tengah masyrakat. Gerombolan DI/TII
terdesak di Gunung Geber, Tasikmalaya.
4. Akhirnya tanggal 4 Juni 1962, Kartosuwiryo beserta keluarga dan pengikutnya dapat
ditangkap hidup-hidup dalam sebuah operasi yang diberi nama sandi Operasi
Baratayudha. Dan pada tanggal 16 Agustus Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati.


Kartosuwiryo

Gambar : Kartosuwiryo tertangkap hidup-hidup
di Gunung Geber, Tasikmalaya

Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia, ternyata mendapat simpati dari berbagai
daerah di Indonesia, seperti :
eMail : sendu_98@yahoo.com

a. Jawa Tengah
Gerakan ini diproklamasikan di Desa Pengarasan, kabupaten Tegal pada tanggal 23
Agustus 1949, dan menyatakan diri bergabung dengan Negara Islam Indonesia pimpinan
Kartosuwiryo. Gerakan ini dipimpin oleh Amir Fatah, bekas anggota TNI dari kesatuan
Hizbullah. Gerakan dapat ditumpas melalui Operasi Banteng Negara pimpinan Kolonel Sarbini,
Letkol Bachrum dan Letkol Ahmad Yani, pada tahun 1950.
b. Kebumen
Gerakan ini dipimpin oleh Mohammad Mahfud Abdulrahman atau yang lebih dikenal
dengan sebutan Kyai Sumolangu. Seperti Amir Fatah, gerakan ini juga menyatakan sebagai
bagian dari NII Kartosuwirtyo. Gerombolan ini dapat ditumpas pada tahun 1954 melalui sebuah

operasi militer yang diberi nama Operasi Guntur.
c. Kalimantan Selatan
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dipimpin oleh bekas Letnan Dua TNI yang
bernama Ibnu hajar. Ia menamakan pasukannya sebagai Kesatuan Rakyat yang Tertindas
[KRYT]. Semula pemerintah bertindak persuasif terhadap gerakan ini, karena Ibnu Hajar
bersedia kembali bergabung dengan APRIS. Namun tindakan ini ternyata hanya muslihat Ibnu
Hajar supaya pasukannya semakin kuat dana kembali melakukan pemberontakan. Akhirnya
pemerintah bertindak tegas dengan menumpas habis gerakan ini pada tahun 1959.
d. Sulawesi Selatan
Kahar Muzakar memulai gerakannya pada tahun 1951 dan menamakan gerakannya
dengan Komando Gerakan Gerilya Sulawesi Selatan. Ia menuntut supaya pasukannya
dimasukkan ke dalam APRIS dengana nama brigade Hasanudin.Namun tuntutan ini ditolak
pemerintah, tetapi pemerintah memberikan wadah bagi pasukan kahar Muzakar dengan nama
Korps Cadangan Nasional. Awalnya Kahar Muzakar menerima tawaran pemerintah ini. Pada saat
pasukan ini akan dilantik, Kahar Muzakar dan kelompoknya melarikan diri ke hutan dengan
membawa seluruh peralatan militer yanag akan digunakan untuk pelantikan. Penipuan Kahar
Muzakar ini dibalas pemerintah dengan melakukan operasi besar besaran dari Divisi
Diponegoro. Pada bulan Pebruari 1965 Kahar Muzakar tertembak mati.

e. Aceh


eMail : sendu_98@yahoo.com

Kekecewaan Tengku Daud Beureuh kepada pemerintah, karena hilangnya kedudukan
militer dan turunnya status Aceh dari sebuah dari istimewa menjadi karesidenan, menyebabkan
Daud Beureuh menyatakan diri bergabung dengan NII ( 21 September 1953 ). Pemerintah
berusaha mengatasi pemberontakan ini dengan mendatangkan pasukan dari Sumatera Utara dan
tengah. Karena terus terdesak pasukan Daud Beureuh melakukan pemberontakan dari hutanhutan, di pegunungan Bukit Barisan. Selain tindakan represif, pemerintah juga melakukan
tindakan persuasif dengan mengadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aaceh, atas prakarsa
Kolonel M. Yasin (Panglima Kodam I Iskandar Muda). Musyawarah ini membawa hasil yang
sangat positif, karena Daud Beureuh akhirnya bersedia kembali ke tengah tengah masyarakat
Aceh dan menerima Amnesti dari pemerintah.
C. Pemberontakan Andi Azis

Pemberontakan Andi Azis di Makasar
Adapun faktor yang menyebabkan pemberontakan adalah :
1. Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di
Negara Indonesia Timur.
2. Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI
3. Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur

Karena tindakan Andi Azis tersebut maka pemerintah pusat bertindak tegas. Pada tanggal 8 April
1950 dikeluarkan ultimatum bahwa dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus melaporkan diri ke
Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, pasukannya harus dikonsinyasi, senjatasenjata dikembalikan, dan semua tawanan harus dilepaskan. Kedatangan pasukan pimpinan
Worang kemudian disusul oleh pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang
pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan dua brigade dan satu batalion di antaranya adalah
Brigade Mataram yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto. Kapten Andi Azis dihadapkan ke
Pengadilan Militer di Yogyakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan dijatuhi
hukuman 15 tahun penjara
eMail : sendu_98@yahoo.com

D. REPUBLIK MALUKU SELATAN
Pemberontakan ini terjadi di Ambon pada tanggal 25 April 1950 yang dilakukan oleh
orang-orang Indonesia bekas anggota KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) yang pro
Belanda. Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) dipimpin oleh Dr. Soumokil, bekas
Jaksa Agung Negara Indonesia Timur. Untuk menumpas pemberontakan RMS, pemerintah
semula mencoba menyelesaikan secara damai dengan mengirimkan suatu misi yang dipimpin
oleh Dr. Leimena. Akan tetapi upaya ini tidak berhasil. Oleh karena itu pemerintah segera
mengirimkan pasukan ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel AE. Kawilarang. Pada tanggal 25
September 1950 seluruh Ambon dan sekitarnya dapat dikuasai oleh pasukan pemerintah. Dalam
pertempuran melawan pemberontak RMS ini gugurlah seorang pahlawan ketika memperebutkan

benteng Nieuw Victoria, yakni Letnan Kolonel Slamet Riyadi. Tokoh-tokoh lain dari APRIS
(TNI) yang gugur adalah Letnan Kolonel S. Sudiarso dan Mayor Abdullah. Setelah kota Ambon
jatuh ke tangan pemerintah maka sisa- sisa pasukan RMS melarikan diri ke hutan-hutan dan
untuk beberapa tahun lamanya melakukan pengacauan.
E. Pemberontakan PRRI di Sumatera Barat
Gerakan-gerakan di daerah yang menentang kebijakan perimbangan ekonomi pusat dan
daerah muncul pertama kali di Sumatera Barat, dengan berdirinya Dewan Banteng yang
dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein. Gerakan ini menuntut otonomi daerah kepada
Pemerintah Pusat, serta pergantian kabinet Djuanda. Menyusul Dewan Banteng, berdirilah
beberapa Dewan Militer diberbagai daerah, seperti :
1. Dewan Gajah (Medan)

: Kolonel M. Simbolon

2. Dewan Garuda (Palembang)

: Kolonel Barlian

3. Dewan Lambung Mangkurat (Kalimantan) : Kolonel M. Basri
4. Dewan Manguni (Menado)


: Kolonel Ventje Samuel

Letnan Kolonel Ahmad Husein bersama dengan beberapa tokoh sipil yang lain seperti
Syarif Usman, Burhanudin Harahap, dan Syafrudin Prawiranegara bahkan mengeluarkan
ultimatum kepada pemerintah pusat, bahwa dalam waktu 5 x 24 jam P.M. Djuanda menyerahkan
mandatnya kepada Presiden dan presiden diminta untuk kembali kepada kedudukan semula
sebagai presiden yang konstitusional. Menanggapi berbagai gerakan ini, KSAD segera
mengeluarkan larangan bagi para perwira untuk berpolitik dan memberikan ultimatum akan
memecat siapa saja yang terlibat gerakan politik. Karena merasa tidak diindahkan oleh
pemerintah pusat, Gerakan ini semakin mempertegas sikapnya dengan mengumumkan
eMail : sendu_98@yahoo.com

berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia dibawah pimpinan Perdana Menteri
Syafrudin Prawiranegara Gerakan ini bertujuan bukan untuk memisahkan diri dari RI tetapi
gerakan yang bersifat menggantikan pemerintahan yang sah.
Untuk menumpas gerakan ini pemerintah RI melaksanakan beberapa operasi, yaitu :
1. Operasi Tegas [ mengamankan Riau ] dipimpin oleh Letkol Kaharudin Nasution
2. Operasi 17 Agustus [ mengamankan Sumatera barat ], dipimpin oleh Kol. A Yani
3. Operasi Saptamarga [ mengamankan Sumatera Utara ] , dipimpin Brigjen Jatikusumo
4. Operasi Sadar [ mengamankan Sumatera Selatan ] dipimpin oleh Letkol Ibnu Sutowo.
Pada tanggal 29 Mei 1961, Ahmad Husein berserta pasukannya menyerahkan diri dan
pemberontakan PRRI pun berakhir.

Perjuangan Semesta
Gerakan daerah yang berlatarbelakang perimbangan ekonomi pusat dan daerah akhirnya
meluas ke Sulawesi. Dewan Manguni yang dipimpin oleh Letkol Ventje Samuel mendukung
PRRI dan mengumumkan berdirinya Permesta pada tanggal 2 Maret 1957. Gerakan ini menuntut
dilaksanakannya Repelita dan pembagian pendapatan daerah secara adil ( daerah surplus
mendapat 70% dari hasil ekspor ). Untuk menumpas gerakan ini pemerintah melaksanakan
Operasi Merdeka, yang merupakan operasi gabungan dan dipimpin oleh Letkol Rukminto
Hendraningrat. Gerakan penumpasan Permesta merupakan operasi yang sangat sulit, karena
medan pertempuran sangat cocok dengan kondisi pemberontak, serta adanya indikasi
keterlibatan pihak asing (AS), yaitu dengan tertangkapnya pilot helikopter Alan Pope (warga
negara Amerika Serikat) yang berhasil ditembak jatuh oleh pasukan TNI. Pada pertengahan
tahun 1961 sisa sisa pemberontakan Permesta menyerahkan diri dan memenuhi seruan
pemerintah untuk kembali ke tengah tengah masyarakat.
F. Terjadinya peristiwa

G 30 S / PKI

1. Perubahan Taktik PKI Setelah Kegagalan Tahun 1926 dan 1948
Peristiwa pemberontakan partai Komunis Indonesia yang terjadi pada tahun 1926 di Jawa
barat dan Sumatera barat, serta tahun 1948 di Madiun merupakan indikasi kuat akan adanya
keinginan mendirikan negara komunis, tetapi gagal. Kegagalan ini menyebabkan D.N. Aidit dan
H.M. Lukman yang baru datang dari luar negeri pada bulan Juli 1950 menata kembali partainya.
eMail : sendu_98@yahoo.com

Mereka mengubah bentuk perjuangannya menjadi MKTBP ( Metode Kombinasi Tiga Bentuk
Perjuangan ), yaitu:
 Perjuangan gerilya di desa yang teridiri dari kaum buruh tani dan tani miskin
 Perjuangan revolusioner kaum buruh di kota-kota, terutama kaum buruh angkutan
 Bekerja secara intensif di kalangan musuh, terutama di kalangan angkatan bersenjata
 Dalam rangka memperlancar MKTBP dibentuk Biro Khusus yang bertugas :
Mengembangkan pengaruh dan ideologi PKI ke dalam tubuh TNI guna menyusun potensi
dan kekuatan bersenjata
 Mengusahakan agar setiap anggota TNI yang bersedia menjadi anggota dapat membina
anggota TNI yang lain.
 Mencatat anggota TNI yang telah dibina agar sewaktu waktu dapat dimanfaatkan bagi
kepentingannya.
Kondisi sosial ekonomi dan politik Indonesia yang carut marut pada tahun 1950 an ikut
menentukan perkembangan pengaruh PKI, sehingga dapat tumbuh subur. Posisi PKI semakin
mantap setelah terbukti dapat meraih posisi 4 besar dalam Pemilu I tahun 1955. Adanya konsep
NASAKOM dan terbentuknya Kabinet Dwikora pada tanggal 27 Agustus 1964 sangat
menguntungkan PKI, karena di dalam kabinet ini terdapat orang-orang yang telah terpengaruh
ideologi PKI dan mempunyai posisi yang strategis, seperti Dr. Soebandrio (Waperdam I) dan Dr.
Chaerul saleh (Waperdam II). PKI juga berhasil mempengaruhi Kolonel Untung Sutopo,
komandan pasukan pengawal presiden dari resimen Cakra Birawa untuk masuk dalam
kelompoknya. Kepercayaan dan kekuatan yang dimiliki PKI tahun 1965 semakin mantap,
sehingga mereka berani mengusulkan dibentuknya Angkatan ke 5, yaitu Buruh dan Tani yang
dipersenjatai. Namun usulan ini mendapat tantangan keras dari musuh utama PKI, yaitu
Angkatan Darat. Permusuhan PKI dengan Angkatan Darat semakin meruncing, dengan muncul
isu Dewan Jenderal yang akan menggulingkan kekuasaan Presiden Soekarno. Isu ini bermula
dari ditemukannya dokumen di rumah peristirahatan Duta Besar Amerika Serikat, Bill Palmer
(Konon dokumen ini ditulis oleh Sir Andrew Gilchrist Dubes Inggris untuk Dubes AS, sehingga
dikenal dengan nama ”Dokumen Gilchrist”) yang isinya menyebutkan adanya persekongkolan
para perwira tinggi Angkatan darat yang tergabung dalam Dewan Jenderal yang dipimpin oleh
Jenderal Abdul Haris Nasution untuk menggulingkan kekuasaan Presiden Soekarno. (catatan :
sampai sekarang kebenaran dokumen ini masih diragukan). Munculnya isu ini menimbulkan
perasaan curiga dan saling tuduh antara PKI dengan Angkatan Darat. Situasi semakin memanas,
dan menimbulkan rencana PKI untuk menyingkirkan para perwira tinggi Angkatan Darat yang
tidak dapat dipengaruhi oleh ideologi PKI.
eMail : sendu_98@yahoo.com

2. Konfrontasi Dengan Malaysia
 Latar belakang peristiwa :
Tahun 1961 Inggris merencanakan untuk memberi kemerdekaan kepada Federasi Malaya,
yang wilayahnya meliputi : Semenanjung Melayu, Brunei, Singapura, Sabah dan Serawak.
Rencana ini ditentang oleh Indonesia dan Philipina. Presiden Soekarno menganggap berdirinya
Federasi Malaya sebagai bentuk dari Neo Kolonialisme Inggris yang sangat membahayakan
revolusi Indonesia yang belum selesai. Sedangkan Philipina menentang karena wilayah Sabah
dahulu merupakan wilayah kasultanan Sulu di Philipina Selatan. Untuk menengahi perselisihan
tiga anegara tersebut, diadakanlah Konferensi Maphilindo ( KTT Manila) pada bulan JuliAgustus 1963, yang menghasilkan kesepakatan ”bahwa ketiga negara sepakat untuk meminta
Sekjend PBB (U Than) menyelidiki keinginan rakyat-rakyat di daerah yang akan menjadi
anggota federasi”. Atas kesepakatan tersebut, PBB mengirim diplomat Michelmoore untuk
melakukan penyelidikan, namun belum selesai penyelidikan dilakukan, P.M. Tengku
Abdurrahman sudah mengumumkan berdirinya Federasi Malaya pada tanggal 16 September
1963, dengan wilayah : Semenanjung Melayu, Singapura, Sabah dan Serawak.

Gambar Pidato Soekarno Ganyang Malaysia
Tanggal 17 September pemerintah RI mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik
dengan Malaysia dan Inggris. Kedutaan Malaysia dan Inggris di jakarta di demonstrasi oleh
ribuan massa pada tanggal 18 September 1963. Konfrontasi mencapai puncaknya ketika
Prersiden Soekarno mengumumkan Dwikora tanggal 3 Mei 1964 yang isinya :
1. Perhebat ketahanan revolusi Indonesia
2. Bantu perjuangan rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunei untuk
menggagalkan negara boneka Federasi malaya bentukan Inggris.
eMail : sendu_98@yahoo.com

Untuk memperlancar operasi, dibentuk Brigade Sukarelawan Bantuan Tempur Dwikora
pimpinan Kolonel Sobirin Mochtar. Konfrontasi ini terus berlangsung sampai dengan awal masa
orde baru.
3.

NEFO dan OLDEFO

Berawal dari KTT Non Blok 1964 di Kairo Mesir, Presiden Saoekarno memperkenalkan
konsep tentang The New Emerging Forces (NEFO) yang anggotanya terdiri dari negara-negara
berkembang dan anti nimperialisme. Gerakan ini dimaksudkan untuk melawan kelompok yang
oleh Soekarno disebut OLDEFO (Old Establising Frorces) yaitu kelompok negara negara
imperialis pimpinan Amerika Serikat. Namun usaha ini ditentang oleh Anggota Gerakan Non
Blok. Karena kegagalan usaha ini Presiden Soekarno menjalankan politik diplomasi dengan
tujuan:
1. Usaha menarik negara-negara Afrika dan timur Tengah untuk mendukung rencana
Indonesia mengadakan CONEFO (Konferensi Negara NEFO) dengan didahului oleh
GANEFO (Games of New Emerging Forces) di Jakarta
2. Pembentukan poros Jakarta – Pnom Penh – Peking – Pyong Yang sebagai poros anti
imperialis dan kolonialis
Politik Indonesia ini semakin membuat Indonesia terkucil dari pergaulan internasional.
4. Keluar dari PBB (7 januari 1965)
Alasan Indonesia keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965 adalah :
1. Kegagalan dalam menghadapi terbentuknya federasi sehingga Indonesia menjalankan
politik konfrontasi
2. Kegagalan menentang masuknya Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB
E.

Peristiwa G 30 S/ PKI dan cara penanggulangannya

Pada tanggal 4 Agustus 1965 kondisi Presiden Soekarno sangat mengkhawatirkan., pada saat
itu beliau sakit muntah muntah dan pingsan, dan menurut team dokter dari Cina yang
memeriksanya terdapat dua kemungkinan dengan kondisi presiden, yaitu meninggal atau
lumpuh. Diagnosa team dokter dari Cina ini membuat para pimpinan PKI segera mnengambil
sikap untuk secepatnya melakukan gerakan sebelum akhirnya presiden meninggal.
eMail : sendu_98@yahoo.com

Dimulai dari desa Lubang Buaya, pada tanggal 1 Oktober 1965 pukul 03.00 WIB dini hari
mereka melakukan Gerakan penculikan terhadap para perwira tinggi Angkatan Darat, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Abdul Haris Nasution
Menteri Panglima Angkatan Darat (MenPangad), Letnan Jenderal Ahmad yani
Deputi II Panglima Angkatan Darat, Mayor Jenderal Soeprapto
Deputi III Panglima Angkatan Darat, Mayor jenderal Haryono Mas Tirtodarmo
Asisten I Panglima Angkatan Darat, Mayor Jenderal Soewondo Parman
6. Asisten IV Panglima Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Donald Icasus Panjaitan
7. Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan darat, Mayor Jenderal Sutoyo
Siswomihardjo
Dalam peristiwa penculikan, dari ketujuh Perwira Tinggi Angkatan Darat tersebut mengalami
nasib yang tidak sama :
1. Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos dari penculikan dengan meloncat pagar
rumah Wakil Perdana Menteri III Dr. J. Leimena. Tetapi puterinya yang berusia 5 tahun
terpaksa menjadi korban keganasan G 30 S / PKI : Ade Irma Suryani Nasution terkena
peluru yang ditembakkan oleh PKI. Beliau kemudian bersembunyi di tempat yang
dirahasiakan, dengan kondisi kedua kaki terluka.
2. Letnan Jenderal Ahmad Yani dan Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan dibawa dalam kondisi
meninggal setelah di tembak di rumah beliau masing-masing.
3. Haryono M.T., Sutoyo Siswomihardjo, S. Parman dan Soeprapto di bawa dalam keadaan
hidup ke desa Lubang Buaya.
4. Selain para perwira tinggi tersebut dan Ade irma Suryani, terdapat korban lain keganasan
gerombolan ini, yaitu :
 Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun (ajudan Waperdam III Dr. J. Leimena) yang
tertembak mati, pada saat gerombolan salah sasaran masuk ke rumah Dr. J. Leimena,
yang di kira rumah A.H. Nasution.
 Letnan Satu Pierre Tendean (ajudan Jenderal AH Nasution) yang ditangkap hidup - hidup
karena dikira dia lah Nasution.
 Polisi Sukitman yang tertangkap secara tidak sengaja pada saat meronda di sekitar
Lubang Buaya. Tetapi berhasil lolos dari maut.

eMail : sendu_98@yahoo.com

Gambar : Korban keganasan G 30 S / PKI di jakarta

Haryono M.T

Letnan Satu Pierre Tendean
Tubun

Letnan Jenderal Ahmad Yani

S. Parman

Sasuit

Soeprapto

Sementara itu pada tanggal 1 Okto0ber 1965 sore hari terjadi penculikan dan pembunuhan
terhadap Komandan Korem O72, Kolonel Katamso dan Wakilnya Letnan Kolonel Sugiono.
eMail : sendu_98@yahoo.com

Pada tanggal 1 Oktober 1965, Mayor Jenderal Soeharto (Pangkostrad) mengambil alih pimpinan
Angkatan Darat, karena nasib para pemimpin Angkatan Darat belum diketahui. Pada hari itu juga
Mayjend. Soeharto menunjuk Kolonel Sarwo Edhie Wibowo (komandan RPKAD) sebagai
Komandan penumpasan Gerakan 30 September di Jakarta, sedangkan di Jawa Tengah
penumpasan di pimpin oleh Pangdam VII Diponegoro Brigjend. Suryo Sumpeno. Sebagai
komandan pasukan penumpasan G 30 S, tugas pertama Kolonel Sarwo Edhie Wibowo adalah
merebut kembali RRI Stasiun Pusat Jakarta yang telah berhasil dikuasai gerombolan. Tanggal 2
Oktober 1965 pasukan Kol. Sarwo Edhie melakukan penyisiran di sekitar Lapangan terbang
Halim Perdana Kusuma, karena dari daerah inilah (Lubang Buaya) pada tanggal 1 Oktober
terdengar suara suara gaduh dan tembakan. Kedatangan pasukan ini membuat gerombolan yang
masih berada di Lubang Buaya kalang kabut dan melarikan diri, meninggalkan Brigadir Polisi
Sukitman yang masih terikat di pohon. Berdasarkan petunjuk Brigadir Polisi Sukitman yang
berhasil lolos dari sekapan gerombolan, jenazah para perwira AD dapat ditemukan pada tanggal
3 Okrtober 1965 dan dimakamkan di TMP Kalibata pada tanggal 5 Oktober 1965. Pada tanggal
ini juga Ade Irma Suryani Nasution meninggal di rumah sakit setelah koma sejak tanggal 1
Oktober 1965. Operasi penumpasan G 30 S berlangsung diberbagai daerah. Selain di jakarta
dan Jawa Tengah, operasi penumpasan juga dikembangkan untuk memburu para gembong
penculikan sampai daerah Blitar Selatan. Operasi Militer di Blitar Selatan diberi nama Operasi
trisula, sedangkan diperbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur diberi nama Operasi Kikis.
Operasi-operasi tersebut berhasil menangkap dan menembak tokoh-tokoh G 30 S / PKI. Dalang
utama G 30 S / PKI, D.N., Aidit tertembak mati pada tanggal 24 Nopember 1965.
Tanggal 1 Desember 1965 dibentuk Komando Merapi yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo
Edhie Wibowo untuk memburu gembong pemberontak yang lari ke Jawa Tengah. Dalam operasi
ini berhasil ditembak mati gembong-gembong pemberontak, seperti : Kol. Sahirman, Kol.
Maryono, Letkol Usman, Mayor Samadi, Mayor RW Sakirno dan Kapten Sukarno.Sedangkan
tokoh-tokoh yang tertangkap hidup-hidup seperti Letkol Untung Sutopo, diadili dalam
Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) pada tanggal 14 Pebruari 1966.

SELAMAT BELAJAR

eMail : sendu_98@yahoo.com

eMail : sendu_98@yahoo.com

KISI – KISI SOAL HOTS MAPEL SEJARAH INDONESIA
No.
1

Kompetensi Dasar
3.1 Mengevaluasi upaya
bangsa Indonesia
dalam menghadapi
ancaman disintegrasi
bangsa terutama
dalam bentuk
pergolakan dan
pemberontakan

Materi
Perjuangan Bangsa Indonesia
dalam Mempertahankan
Integrasi Bangsa Indonesia
dalam Mempertahankan
Integrasi Bangsa dan Negara
RI.

 Upaya bangsa Indonesia
4.1 Merekonstruksi
dalam menghadapi
upaya bangsa
ancaman disintegrasi
Indonesia dalam
bangsa terutama dalam
menghadapi ancaman
bentuk pergolakan dan
disintegrasi bangsa
pemberontakan (antara 
terutama dalam bentuk
lain: PKI Madiun 
pergolakan dan
1948, DI/TII, APRA, 
pemberontakan
Andi Aziz, RMS, 
(antara lain:PKI
PRRI, Permesta, G­
Madiun 1948, DI/TII,
APRA, Andi Aziz,
30­ S/PKI).
RMS, PRRI,
Permesta, G-30S/PKI) dan
menyajikannya dalam
bentuk cerita sejarah.

Stimulus
Peta lokasi
pemberontak
an serta
gambar tokoh
yang terlibat
di dalam
peristiwa
tersebut

Indikator
Peserta didik dapat
menganalisis dampak
pemberontakan PKI Madiun
Peserta didik dapat
mengkritik pemaknaan kata
pemberontak terhadap tokoh
DI/TII berdasarkan latar
belakang peristiwa sejarahnya
Peserta didik dapat
membandingkan tindakan
yang dilakukan pemerintah
terhadap pemberontakan di
tiap-tiap daerah sehingga
dapat dideskripsikan
persamaan dan perbedaannya.

No.
Soal

Bentuk Soal

Kelas
/ Sem

1

PG

XII
/1

2
Uraian

3
Mencocokan

4

Uraian

Peserta didik dapat membuat
hipotesis tentang ancaman
disintegrasi bangsa saat ini
sebagai pengaruh dari
munculnya konflik di daerah
tertentu.

eMail : sendu_98@yahoo.com

SOAL HOTS MAPEL SEJARAH INDONESIA
1. Untuk menjawab pertanyaan bacalah wacana di bawah ini

Puncak dari gerakan PKI ini adalah tanggal 18 September 1948 dengan
mengumumkan berdirinya Negara Soviet Republik Indonesia di Madiun. Menyertai gerakan
ini, mereka mengadakan aksi-aksi kejam, dengan mengadakan penculikan dan pembunuhan
terhadap tokoh-tokoh pemerintah dan agama. Salah satu tokoh pemerintah yang menjadi
korban gerakan ini adalah Gubernur Jawa Timur, R.M. Suryo R.M Soeryo. Gerakan ini
merupakan sebuah pengkhianatan dari dalam negeri. Pada tanggal 30 September 1948
Madiun dapat direbut dan diduduki kembali oleh pasukan Brigade Siliwangi pimpinan Mayor
Ahmad Wiranatakusumah dan Brigade Jawa Timur pimpinan Kolonel Soengkono. Dalam
operasi ini pimpinan PKI Madiun, Muso berhasil ditembak mati pada saat akan melarikan
diri ke Rusia, sedangkan pimpinan yang lain seperti, Semaun, Darsono, Alimin, dan Amir
Syarifudin berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dalam pengadilan / mahkamah
militer.
Berdasarkan peristiwa tersebut nyatalah bahwa PKI sudah melakukan pengkhianatan terhadap
negeri ini, namun realitanya Partai Komunis Indonesia (PKI) pada pemilihan umum yang
pertama tahun 1955 masuk dalam kontestan yang dipilih rakyat bahkan menempati perolehan 4
besar (16,3 persen atau mendapat suara sebanyak 6.176.914 suara total dari 37.875.299 suara
pemilih yang sah) dari banyaknya partai yang ada, penyebabnya adalah :
a.
b.
c.
d.
e.

Demokrasi di Indonesia saat itu menganut sistem multi partai
Semboyan PKI ‘PNI partai priyayi, Masyumi dan NU partai santri, PKI partai rakyat.
Kemiskinan sosial mendorong masyarakat bersikap radikal dan mencari wadah baru
Presiden Soekarno memberi peluang terhadap Partai Komunis untuk berkembang
PKI dapat bekerjasama secara intensif terutama dengan kalangan angkatan bersenjata

2. Melihat latar belakang Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo (SKM) yang pernah samasama memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bersama-sama Soekarno, kemudian
adanya perjalanan yang tidak mulus dari pemimpin Indonesia dalam mempertahankan
NKRI sehingga mengakibatkan SKM kecewa dengan janji dan diplomasi pemimpin
Indonesia saat itu lalu SKM menolak hasil perjanjian Renville karena tidak rela jika
bangsanya dijajah kembali oleh kolonial dan berakhir dengan menggalang kekuatan
untuk melakukan pemberontakan. Perjalanan SKM berakhir diujung regu penembak jitu.
Berikan argumentasimu disertai alasan apakah Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo
seorang pemberontak ataukah pejuang ??
3. Perhatikan tabel dibawah ini !
No.

Nama Operasi

Pemberontakan
eMail : sendu_98@yahoo.com

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Operasi Senopati
Operasi Merdeka Timur
Operasi Saptamarga
Musyawarah
Operasi 17 Agustus
Operasi Tegas

Andi Aziz
DI/TII di Jawa Tengah
Permesta
PRRI
G 30 S/PKI
Daud Beureuh

Dari pilihan yang ada Pasangkanlah dengan benar penyelesaian yang
dilakukan oleh pemerintah antara Nama operasi dengan pemberontakan
Jawaban:

No.
1.
2.
3.
4.

Nama Operasi

Pemberontakan

4. Perhatikan kedua gambar !

Uraikan menurut pendapatmu apakah terdapat kesamaan latar belakang pemberontakan
dari kedua gambar tersebut, bagaimana seharusnya pemerintah menyelesaikan konflik
yang terjadi di daerah pada saat ini.
SKOR JAWABAN DAN KUNCI JAWABAN: SILAHKAN DIBUAT DENGAN
MENYESUAIKAN

eMail : sendu_98@yahoo.com