PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS III MI ROUDLOTUL ULUM JABALSARI SUMBERGEPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.

Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif
a.

Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran adalah upaya secara sistematis yang dilakukan
guru untuk mewujudkan proses pembelajaran agar berjalan secara
efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Dalam pemebelajaran ini penulis hanya menjelaskan
tentang

model pembelajaran kooperatif.

Cooperative

berarti


kerjasama.15 Cooperative learning mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja ataupun
membantuu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan
sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan
diantara sesama anggota kelompok.16
Pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di
kelas dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama
dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari
15

Buchari Alma, dkk, Guru Profesional:Menguasai Metode Dan Terampil Mengajar ,
(Bandung: Alfabeta, 2009), cet. II, hal. 80
16
Etin Soolihatin, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), cet. IV, hal. 4

15


16

satu sama lain.17 Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) sama dengan kerja kelompok. Oleh karena

itu, banyak guru yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh
dalam cooperative learning karena mereka beranggapan telah biasa
melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar
kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok
dikatakan cooperative learning.18
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik pengertian
sendiri bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah
model pembelajaran yang mengguanakan kelompok-kelompok kecil,
serta siswa dalam satu kelompok terdiri 4-6 anak yang bersifat
heterogen, saling bekerjasama dalam memecahkan masalah untuk
mencapai tujuan belajar yang ditentukan.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan
teori belajar teori kooperatif kontruktivisme. Hal ini terlihat pada
salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosio kultural

dari pembelajaran. Menurutnya, bahwa fase mental yang lebih tinggi
pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara
individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap pada
individu tersebut. Implikasi dari teori Vigotsky dikehendakinya

17

Isjoni, Pemebelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta
Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), cet. IV, hal.23
18
Rusman, model-model pembelajaran:mengembangkan profesionalisme guru , (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. IV hal 203

17

susunan

kelas

bebentuk


kooperatif.19

Dengan

demikian,

pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompokkelompok siswa. Sebenarnya, dalam pembelajaran istilah “model”
juga banyak dipergunakan. Menurut Mills dalam Agus Suprijono
bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual
yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu.20
Model

pembelajaran

merupakan

landasan


praktik

pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori
belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi
kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.21
Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang
digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberi petunjuk kepada guru di kelas.22
Pengertian lain tentang model pembelajaran adalah apabila
antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh,
maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.
Jadi model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan

19

Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Inovatif Dalam Kelas:
Metode, Landasan Teori-Praktis Dan Penerapanya , (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2010), hal.
67

20
Agus Suprij,ono, Cooperative Learning..., hal. 45
21
Ibid., hal. 45-46
22
Ibid., hal. 46

18

secara khas oleh guru.23 Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
Dalam

pembelajaran,

guru

diharapkan


membentuk

kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hatiagar semua
anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan
pemebelajaranya sendiri dan pembelajaran dengan teman-teman satu
kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab
mempelajari materi yang akan dipresentasikan dan membantu
teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga.
Model pembelajaran koopeatif akan efektif digunakan
apabila:
(1) Guru menekankan pentingya usaha bersama di samping usaha
secara individual.
(2) Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar.
(3) Guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar sendiri.
(4) Guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa.
(5) Guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan
berbagai permasalahan.24
Model pembelajaran kooperatif merupakan meupakan
model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian


23
24

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual..., hal. 57
Rusman, model-model pembalajaran..., hal. 206

19

serta dianjurkan oleh para ahli penelitian. Berikut merupakan realita
dalam pembelajaran kooperatif yaitu:25
b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar
dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan
asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif
dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas menjadi
lebih efektif.
Ada lima unsur-unsur dasar model pembelajaran kooperatif
yang membedakanya dengan pembagian kelmpok yang dilakukan
asa-asalan. Adapun lima unsur dasar tersebut adalah sebagai berikut:

1) Positive interdependen (saling ketergantungan positif)
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama,
mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua
menjamin semua anggota kelompok mengerti.
Beberapa cara untuk membangun saling ketergantungan
positif yaitu:26
(a) Menubuhkan perasaan siswa bahwa dirinya terintegrasi
dalam kelompok mencapai tujuan. Siswa harus bekerjasama
untuk mencapai tujuan.
25
26

Ibid., hal 205-206
Ibid., hal 212

20

(b) Mengusahakan


agar

semua

sanggota

kelompok

mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok
mereka berhasil mencapai tujuan.
(c) Mengatur sedemikian rupa sehingga siswa dalam kelompok
hanya

mendapatkan

sebagian

dari

keseluruhan


tugaskelompok.
(d) Setiap siswa ditugasi dengan tugas atau peran yang saling
mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi,
dan saling terikat dengan siswa dalam kelompok.
2) Personal Responsibility (tanggung jawab Perseorangan)
Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk
menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar
bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas
yang sama.
3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling
ketergantungan

positif.

Dalam

sebuah

kelompok,

siswa

diharuskan saling membantu memberi informasi, mengingatkan,
memotivasi dan adanya sikap saling percaya.
4) Interpersonal Skill (komunikasi antar anggota)
Keterampilan sosial sangatlah penting, agar dalam
kelompok dapat saling mengenal dan mempercayai, mampu
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling

21

menerima dan mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik
secara kontruktif.
5) Group Processing (pemrosesan kelompok)
Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari
urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari
anggota kelompok. Tujuan pemrosesan dalam kelompok adalah
meningkatkan evektifitas anggota dalam memberikan kontribusi
dalam kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
c.

Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelejaran
lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang
lebih menekankan pada proses kerjasama dengan kelompok.
Tujuanyang ingin dicapai tidak hanya kemampuan kademik dalam
pengertia penguasaan materi peljaran, tetapi juga adanaya unsurr
kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning.
Karakteristik atau ciri-ciri pemebelajaran kooperatif dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Pembelajaran Secara Tim
Pemebelajaran kooperatif adalah pemebelajaran yang
dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai
tujuan.oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa
belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk

22

mencapai

tujuan

pembelajaran.27

Untuk

itulah,

kriteria

keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya kelompok
sendiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademis, jenis
kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda-beda.28 Hal ini
dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling
memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima,
sehingga

diharapkan

setiap

anggota

dapat

memberikan

kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
2) Diasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai
empat fungsi pokok, yaitu:29
a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan,
menunjukkan

bahwa

pemebelajaran

kooperatif

dilaksanakan

sesuaidengan

perencanaan

pelaksanaan,

maksudnya pemebelajaran kooperatif dilaksnakan sesuai
dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran
yang sudah ditentukan.
b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang
matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

27

Rusman, model-model pembalajaran..., hal. 207
Wina Sanjaya, stategi pembelajaran ..., hal. 245
29
Rusman, model-model pembalajaran..., hal. 207

28

23

c) Fungsi manajemen sebagai pelaksanan menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif harus dilaksnakan sesuai dengan
perencnaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang
sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah
disepakati bersama.
d) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa
dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.30
3) Kemampuan untuk bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasilan

secara

kelmpok,

oleh

karenanya

prinsip

kebersamaan atau kerjasama perlu ditentukan dalam dalam
pemebelajaran

kooperatif.

Tanpa

kerjasama

yang

baik,

pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang
optimal.31
4) Ketrampilan bekerjasama
Kemampuan

bekerjasama

itu

dipraktikan

melalui

akivitas dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok. Dengan
demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

30
31

Wina Sanjaya, Stategi Pembelajaran ..., hal. 245
Rusman, Model-model Pembalajaran..., hal. 207

24

Pembelajaran kooperatif dirikan oleh struktur tugas,
tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam
situasi pembelajaran kooperatif didorong, dikehendaki untuk
bekerjasama pada susatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Dalam pembelajaran kooperatif dua atau lebih individu saling
tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan
bersama.
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok
konvensional

yang menerapkan sistem kompetisi, di mana

keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain.
Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan
situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya.
Model

pembelajaran

kooperatif

dikembangkan

untuk

mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:32
1) Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam
tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas
akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa
model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep32

http: model-pembelajaran-kooperatif-tipe-index card match -kelebihan-dan-kelemahan
diakses pada tanggal 16 Nopember 2016

25

konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan
bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan
norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping
mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,
pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja
bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda
berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang
bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk
bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik
dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling
menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki
oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial.

26

e.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah

pembelajaran

kooperatif

(cooperative

learning). Pertanggungjawaban individu menitik beratkan pada

aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dan saling
kerjasama dalam belajar. Setelah proses belajar ini diharapkan para
siswa akan mandiri dan siap menghadapi tes-tes selanjutnya. Oleh
karena itu, mereka berusaha untuk tampil maksimal dengan
kelompoknya.33
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam
pembelajaran

dengan

mengguanakan

model

pembelajaran

kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel 2.1, sebagai
berikut:34
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase
Fase- 1
Menyampaikan tujuan
memotifasi siswa
Fase- 2
Menyajikan informasi

33

Tingkah Laku Guru
Guru menyampaikan semua tujuan
dan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan

Alam, dkk, Guru Profesional..., hal. 82
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), cet I, hal. 48-49
34

27

Fase
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kooperatif

Fase- 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Fase- 5
Evaluasi

Fase- 6
Memberikan penghargaan

f.

Tingkah Laku Guru
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana
caranya
membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan Transisi
secara efisien.
Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau
masing-masing
kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru
mencari
cara-cara
untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok

Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Belajar bersama dalam kelompok (kooperatif) memiliki
beberapa manfaat, antara lain:35
1) Belajar bersama dalam kelompok memiliki nilai kerjasama dan
menanamkan pemahaman dalam diri siswa bahwa saling
membantu adalah baik.
2) Belajar bersama membentuk keakraban dan kekompakan di
kelas. Hal ini membantu siswa untuk mengenal siswa lain,
memperhatikan dan membantu teman sekelas, serta menjadi

35

44

Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis , (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal.

28

kerasan baik sebagai anggota kelompok kecil maupun anggota
seluruh kelas.
3) Belajar bersama dalam kelompok mampu menumbuhkan
keterampilan dasar yang diperlukan dalam hidup. Keterampilan
itu antara lain sikap mendengarkan, menerima pandangan orang
lain, berkomunikasi secara efektif, menyelesaikan konflik, dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
4) Belajar bersama dalam kelompok meningkatkan kemampuan
akademis, rasa percaya diri, dan sikap positif terhadap sekolah.
5) Belajar bersama dalam kelompok dapat mengurangi atau bahkan
menghapus aspek negatif kompetensi. Saat ini yang mewarnai
masyarakat adalah persaingan dan bukan kerjasama. Akibat
buruk dari persaingan adalah munculnya rasa tega untuk saling
menghancurkan, bahkan membunuh.
2.

Tinjauan tentang Index Card Match
a.

Pengertian Model Index Card Match
Index Card Match adalah suatu model pembelajaran yang

mengajak siswa untuk lebih aktif dan bertujuan agar siswa
mempunyai jiwa tanggungjawab dalam kelompok belajarnya. Model
pembelajaran kooperatif tipe index card match ini berhubunyan
dengan cara-cara untuk megingat kemali materi yang sudah
diajarkan sebelumnya, menguji pengetahuan serta kemampuan
mereka saat ini dengan teknik mencari pasangan kartu yang

29

merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topik dalam suasana menyenangkan.
Hal-hal

yang

perlu

dipersiapkan

jika

pembelajaran

dikemangka dengan index card match adalah kartu-kartu. Kartukartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan
dan kartu-kartu lainya yang berisi jawaban dan pertanyaanpertanyaan tersebut. Biasanya pendidik dalam kegiatan belajar
mengajar memberikan banyak informasi kepada siswa agar materi
ataupun topik dalam program pembelajaran dapat terselesaikan tepat
waktu, namun pendidik terkadang lupa bahwa tujuan pembelajaran
bukan hanya materi yang selesai tepat waktu tetapi sejauh mana
materi yang sudah disampaikan dapat diingat kembali oleh siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan peninjauan
ulang atau review untuk mengetahui pemahaman siswa yang
mendalam tentang materi akhlak terpuji terhadap kedua orang tua.
Salah satu cara yang paling meyakinkan untuk menjadikan belajar
tepat adalah menyertakan waktu untuk meninjau kembali materi
yang sudah dipelajari. Materi yang sudah dibahas oleh siswa
cenderung lima kali lebih melekat didalampikiran daripada materi
yang tidak dibahas.
Menurut Agus Suprijono model pembelajaran kooperatif
tipe

index

card

match

(mencari

pasangan)

adalah

model

pembelajaran yang cukup menyenangkan jika digunakan untuk

30

mengulangi kembali materi yang telah diberikan sebelumnya.36
Namun demikian,materi barupun tetap bisa diajarkan dengan model
ini dengan catatan, siswa diberi tugas mempelajari topik yang akan
diajarkan

terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka

sudah memiliki bekal pengetahuan.
Berdasarkan

pendapat

diatas,

model

pembelajaran

kooperatif tipe index card match merupakan model pembelajaran
yang menuntut siswa untuk bekerjasama dan dapat meningkatkan
rasa tanggungjawab siswa atas materi yang dipelajari dengan cara
yang menyenangkan. Siswa saling bekerjasama dan saling
membantu

untuk

menyelesaikan

pertanyaan

dan

melempar

pertanyaan kepada pasangan lain. Dengan demikian, model
pembelajaran kooperatif tipe index card match termasuk suatu cara
pemebelajaran yang digunakan untuk meninjau ulang materi
pelajaran dengan teknik mencari pasangan kartu index yang berupa
jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasan menyenengkan.
b. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Index Card Match
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran index
card match adalah sebagai berikut:

36

Agus Suprijono, cooperatif learning teori & aplikasi paikem (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012), hal. 120

31

1) Buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang
ada didalam kelas.
2) Bagikan kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama
3) Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan
dipelajari dan setiap kertas berisi satu pertanyaan.
4) Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang telah dibuat tadi
5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan
jawaban
6) Bagi setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah
aktivitas yang akan dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan
mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkn
jawaban.
7) Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka
untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak
memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang
lain
8) Setelah

semua

siswa

menemukan

pasngan

dan

duduk

berdekatan, mintalah kepada seiap pasangan bergantian untuk
membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada temanteman yang lainya. Selanjutnya soal tersebut oleh pasanganpasangan yang lain.
9) Akhir proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

32

c.

Kelebihan dan Kelemahan Index Card Match
Adapun kelebihan dan kelemahan index card match adalah:
1) Kelebihan index card match
a) Peserta didik belajar untuk mengambil inisiatif sendiri
dalam segala yang diberikan oleh guru
b) Dapat menumpuk rasa tanggung jawab
c) Mendorong peserta didik supaya berlomba-lomba untuk
mencapai kesuksesan
d) Dapat memperdalam pengertian dan menambah keaktifan
dan kecakapan peserta didik
e) Hasil belajar akan tahan lama karena pelajaran sesuai
dengan minat belajar peserta didik
f)

Waktu yang digunakan tidak hanya sebatas jam-jam
pelajaran di sekolah

2) Kelemahan index card match
a) Peserta didik harus memiliki kesiapan dan kematangan
mental. Juga rasa percaya diri
b) Penerapan metode index card match membutuhkan waktu
yang lama
c) Guru dan peserta didik membutuhkan pembiasaan terlebih
dahulu sebelum menggunakan metode ini.37

37

Ismail, Strategi Pebelajaran Agama Islam Berbsis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media
Group, 2008), hal. 17-18

33

3.

Tinjauan Tentang Belajar dan Pembelajaran
a.

Belajar
1) Pengertian Belajar
Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi
tahu merupakan hasil dari proses belajar. Akan tetapi tidak
semua perubahan yang terjadi dalam diri seseorang merupakan
hasil dari proses belajar. Kita lihat perubahan pada bayi,
misalnya bayi yang asalnya tidak dapat tengkurap kemudian
dapat tengkurap, perubahan-perubahan tersebut terjadi karena
kematangan. Perubahan hasil belajar seseorang

itu karena

seseorang tersebut berusaha untuk belajar.
Menurut

Gagne

dalam

Kokom

Komalasari

mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah
laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti
sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni
peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis
performance (kinerja).38
Sedangkan

menurut

Harold

Spears

dalam

Agus

Suprijono mendefinisikan belajar adalah mengamati, membaca,
meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah
tertentu.39

38

Kokom Komalasari, Pembelajaran kontekstual Konsep dan Aplikasi , (Bandung: PT
Revika Aditama, 2010), hal. 2
39
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), hal. 2

34

Jika dikaitkan dengan pendapat diatas, maka perubahan
yang

terjadi

melalui

belajar

tidak

hanya

mencangkup

pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk untuk hidup, serta
dalam proses belajar mengajar bukan hanya didominasi oleh
aktifitas menghafal,

tetapi juga melakukan, mengamati,

membaca, dan ikut menyimpulkan.
2) Teori-teori Belajar
Adapun teori-teori belajar antara lain:
a) Teori belajar

menurut Faculty Psychology (Ilmu Jiwa

Daya)
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai
daya seperti daya berpikir, mengenal, mengingat, mengamat
dan lainnya. Berdasarkan pandangan ini, maka yang
dimaksud dengan belajar adalah usaha melatih daya-daya
itu agar berkembang, sehingga kita dapat berpikir,
mengingat dan sebagainya. Cara yang digunakan adalah
dengan menghafal, memecahkan soal-soal, dan berbagai
jenis lainnya.
b) Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari asosiasi
dari berbagai tanggapan yang masuk ke dalam jiwa kita.
Asosiasi tersebut terbentuk berkat adanya hubungan
stimulus-respon. Menurut pandangan ini belajar berarti

35

membentuk

hubungan-hubungan

stimulus-respon

dan

melatih hubungan itu agar bertalian erat.
c) Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt (Organis)
Menurut teori ini, jiwa manusia merupakan satu
keseluruhan

yang

bulat,

bukan

tanggapan-tanggapan

(elemen-elemen). Jiwa manusia bersifat hidup dan aktif, dan
berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, belajar
menurut pandangan ini berarti mengalami, bereaksi,
berbuat, dan berpikir secara kritis.
3) Prinsip-prinsip Belajar
a) Prinsip Kesiapan
Tingkat

keberhasilan

kesiapan pelajar.

belajar

tergantung

pada

Apakah siswa sudah siap dalam

mengosenterasikan pikiran, atau apakah kondisi fisiknya
sudah siap untuk belajar.
b) Prinsip Asosiasi
Tingkat keberhasilan belajar juga tergantung pada
kemampuan pelajar mengasosiasikan atau menghubungkan
apa yang sedang dipelajari dengan apa yang sudah ada
dalam ingatannya.

36

c) Prinsip Latihan
Pada

dasarnya

melakukan

sesuatu

itu

perlu

berulang-ulang, baik mempelajari pengetahuan maupun
keterampilan.
d) Prinsip Efek (Akibat)
Situasi

emosional

pada

saat

belajar

akan

mempengaruhi hasil belajarnya. Situasi emosional tersebut
dapat disimpulkan sebagai perasaan senang atau tidak
senang dalam proses belajar.
4) Tipe-tipe belajar
Dalam praktik pengajaran, penggunaan suatu dasar teori
untuk segala situasi merupakan tindakan yang kurang bijaksana,
karena tidak ada suatu teori belajarpun yang cocok untuk segala
situasi. Karena masing-masing mempunyai landasan yang
berbeda dan situasi tertentu.
Menurut

Gagne

dalam

syaiful

Sagala,

belajar

mempunyai delapan tipe. Kedelapan tipe tersebut merupakan
prasyarat bagi tipe belajar diatasnya. Tipe belajar yang
dikemukakan Gagne pada hakikatnya merupakan prinsip umum
baik dalam belajar maupun mengajar. Kedelapan tipe itu
adalah:40

40

20-21

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), hal.

37

a) Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan respon bersyarat.
Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil
sikap tak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk datang
mendekat. Menutup mulut dengan telunjuk merupakan
isyarat, sedangkan diam dan datang merupakan respon. Tipe
belajar seperti ini dilakukan dengan merespon atau isyarat,
jadi respon yang dilakukan bersifat umum, kabur dan
emosional.
b) Belajar Rangkaian (Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah
semacam rangkaian antara berbagai S-R yang bersifat
segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti
gerakan dalam mengikat tali sepatu, makan-minum,
merokok, atau gerakan verbal, seperti selamat tinggal,
bapak ibu, dan sebagainya.
c) Belajar Membedakan atau Diskriminasi (Discrimination
Learning)

Adalah suatu tipe belajar yang menghasilkan
kemampuan membedakan berbagai gejala. Siswa dapat
membedakan manusia yang satu dengan yang lain, juga
tanaman, hewan, dan lain-lain.

38

d) Belajar Konsep (Concept Learning)
Yaitu

corak

belajar

yang

dilakukan

dengan

menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan
sifat tertentu pula pada berbagai objek
e) Belajar Aturan (Rule Learning)
Tipe belajar ini terjadi dengan cara mengumpulkan
sejumlah sifat kejadian yang kemudian tersusun dalam
berbagai macam aturan.aturan-aturan ini jadinya tersusun
dari kejadian-kejadian yang khusus dan dapat disebut
sebagai hukum, dalil, kaidah, rumus dan lain sebagainya.
f)

Belajar Memecahkan Masalah (Problem Solving)
Tipe belajar ini adalah yang paling kompleks, karena
di dalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain, terutama
penggunaan aturan-aturan yang ada disertai proses analisis
dan penyimpulan.

g) Belajar Aturan (Rule Learning)
Tipe belajar ini terjadi dengan cara mengumpulkan
sejumlah sifat kejadian yang kemudian tersusun dalam
berbagai macam aturan.aturan-aturan ini jadinya tersusun
dari kejadian-kejadian yang khusus dan dapat disebut
sebagai hukum, dalil, kaidah, rumus dan lain sebagainya.

39

h) Belajar Memecahkan Masalah (Problem Solving)
Tipe belajar ini adalah yang paling kompleks, karena
di dalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain, terutama
penggunaan aturan-aturan yang ada disertai proses analisis
dan penyimpulan.
b. Pembelajaran
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara
sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuantujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.41
Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama
pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran
terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode
pembelajaran, media/alat pembelajaran, pengorganisasian kelas,
evaluasi pembelajaran serta tindak lanjut pembelajaran. Kedua
pembelajaran

dipandang

sebagai

suatu

proses,

maka

pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru
dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut meliputi:42

41

42

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual..., hal. 3
Ibid., hal. 3-4

40

a) Persiapan
Persiapan dimulai dari merencanakan program pengajaran
tahunan, semester, dan menyusun persiapan mengajar
(lesson plan) berikut penyiapan perangkat kelengkapannya,
antara lain berupa alat peraga, dan alat-alat evaluasi.
Persiapan pembelajaran ini juga mencangkup kegiatan guru
untuk membaca buku-buku atau media cetak lainnya yang
akan disajikan kepada para siswa dan mengecek jumlah dan
keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.
b) Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran
Dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah
dibuat, pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, struktur
dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan
banyak dipengaruhi oleh pendekatan, atau strategi, atau
metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan
dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen
guru, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa.
c) Tindak Lanjut
Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelola adalah
kegiatan yang dilakukan setelah pembelajaran ini dapat
berbentuk enrichmen (pengayaan), dapat pula berupa
pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang
kesulitan belajar.

41

5. Keterkaitan Belajar dengan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Keterkaitan belajar
dengan pembelajaran dapat digambarkan dalam sebuah sistem,
proses belajar dan pembelajaran memerlukan masukan dasar
(raw input) yang merupakan bahan pengalaman belajar dalam
proses belajar mengajar (learning teaching process) dengan
harapan berubah menjadi keluaran (output) dengan kompetensi
tertentu. Selain itu, proses belajar dan pembelajaran dipengaruhi
pula oleh faktor lingkungan yang menjadi masukan lingkungan
(environment input) dan faktor instrumental (instrumental input)
yang merupakan

faktor

yang sengaja

dirancang untuk

menunjang proses belajar mengajar dan keluaran yang ingin
dihasilkan.43
Lingkungan dapat berupa alam dan sosial budaya,
sedangkan instrumental berupa kurikulum, program, sarana, dan
sebagainya. Raw input merupakan kondisi siswa seperti unsur
fisiologis (fisik secara umum dan panca indera), unsur
psikologis (minat, bakat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan
kognitif)
Keterkaitan antara belajar dan pembelajaran dapat
dilihat dalam bagan berikut:
43

Ibid., hal. 4

42

Gambar 2.1 Proses belajar 44

S

Proses



Output

Input

Sedangkan bagan proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Proses Pembelajaran 45

S

Proses



Input

Tujuan

Output

Isi/materi

Model/metode

Media

Evaluasi

Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa sebagai suatu
sistem, proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen
yang saling terkait satu sama lain. Tujuan merupakan komponen

44

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan , (Jakarta:
Prenada Media Group, 2006), hal. 58
45
Ibid., hal. 59

43

yang sangat penting dalam pembelajaran. Mau dibawa kemana
siswa, apa yang harus dimiliki siswa, semuanya tergantung pada
tujuan yang ingin dicapai. Jika diibaratkan, tujuan sama dengan
komponen jantung pada sistem tubuh manusia.
2.

Tinjauan Tentang Hasil Belajar
a.

Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh
siswa setelah melalui kegiatan belajar.46 Definisi lain hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.47
Menurut Keller dalam Nashar memandang hasil belajar
sebagai keluaran dari berbagai masukan. Beberapa masukan tesebut
menurut Keller dapat dibedakan menjadi dua kelompok, masukan
pribadi (personal inputs) mdan masukan yang berasal dari
lingkungan (environmental inputs).48
Dalam hal ini penekanan hasil belajar adalah terjadinya
perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan
untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan dan
pengelolaan motivasional tidak berpengaruh langsung terhadap
besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan
belajar. Perubahan itu terjadi pada seseorang dalam disposisi atau

46

Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran ,
(Jakarta: Delia Press, 2004), hal. 77
47
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), hal. 22
48
Nashar, Peranan ..., hal. 77

44

kecakapan manusia yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh melalui usaha yang sungguh-sungguh
dilakukan dalam waktu tertentu dan bukan merupakan proses
pertumbuhan.
b. Klasifikasi Hasil Belajar
Horward Kingsley dalam Nana Sudjana membagi tiga macam
hasil belajar, yakni: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan
pengertian, serta sikap dan cita-cita.49
Sedangkan menurut Gagne dalam Sri Esti Wuryani
Djiwandono membagi lima kategori hasil belajar, yakni: 50
1) Informasi Verbal
Adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang yang dapat
diungkapkan melalui bahasa lisan.
2) Kemahiran Intelektual
Kemahiran Intelektual menunjuk pada “knowing how”, yaitu
bagaimana

kemampuan

seseorang

berhubungan

dengan

lingkungan hidup dan dirinya sendiri.
3) Pengaturan Kegiatan Kognitif
Yaitu kemampuan yang dapat menyalurkan dan mengarahkan
aktifitas kognitifnya sendiri.
4) Sikap

49
50

217-220

Nana Sudjana, Penilaian ...., hal. 22
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan , (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal.

45

Yaitu sikap tertentu seseorang terhadap suatu objek. Misalnya
siswa bersikap positif terhadap sekolah karena sekolah berguna
baginya.
5) Keterampilan Motorik
Yaitu apabila seorang siswa yang mampu melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan
mengadakan koordinasi gerakan anggota badan secara terpadu.
Dalam

sistem

pendidikan

nasional

rumusan

tujuan

pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar. Menurut Benyamin Bloom
dalam Nana Sudjana mengklasifikasikan hasil belajar secara garis
besar menjadi tiga ranah, yakni:51
1) Ranah Kognitif
Yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua
aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat
aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat sedang.
2) Ranah Afektif
Yaitu berkenaan dengan sikap, yang terdiri dari lima
aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan internalisasi.

51

Nana Sudjana, Penilaian ..., hal. 22-23

46

3) Ranah Psikomotoris
Yakni berkenaan dengn hasil belajar keterampilan dan
kemampuan

bertindak.

Ada

enam

aspek

dari

ranah

psikomotoris, yakni: gerakan refleks, keterampilan gerakan
kasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil
belajar. Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang
paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan
dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan
pelajaran.
3.

Tinjauan tentang Aqidah Akhlak
a.

Rasional
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah terdiri atas
empat mata pelajaran, yaitu: al-Qur‟an- Hadits, Aqidah-Akhlak,
fiqih, dan tarikh (sejarah) kebudayaan Islam. Masing-masing mata
pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan
melengkapi. Al-Qur‟an-Hadits merupakan sumber utama ajaran
Islam,

dalam

arti

ia

merupakan

sumber

Aqidah-Akhlak,

syari‟ah/fiqih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di
setiap

unsur

merupakan

tersebut.

akar

atau

Aqidah
pokok

(ushuluddin)
agama.

atau

Syariah/fiqih

keimanan
(ibadah,

47

muamalah) dan akhlak bertitik tolak dari aqidah, yakni sebagai
manifestasi dan konsekuensi dari aqidah (keimanan dan keyakinan
hidup). Syari‟ah/fiqih merupakan sistem norma (aturan) yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan
dengan makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau
kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma
yangmengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti
khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya
(muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia
dalam menjalankan system kehidupannya (politik, ekonomi, sosial,
pendidikan,

kekeluargaan,

kebudayaan/seni,

iptek,

olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh aqidah yang
kokoh. Sedangkan tarikh (sejarah) kebudayaan Islam merupakan
perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa
dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak
serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi
oleh aqidah.
Pendidikan agama Islam (PAI) di Madrasah Ibtidaiyah yang
terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik
sendiri-sendiri. Al-Qur‟an-Hadits, menekankan pada kemampuan
baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual
dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan
sehari-hari. Aspek aqidah menekankan pada kemampuan memahami

48

dan

mempertahankan

keyakinan/keimanan

yang

benar

serta

menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma‟ al-husna. Aspek
Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak
terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.
Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu
mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang
dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma‟ alhusna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam
mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian
contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Aqidah-Akhlak
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta
didik untuk mempraktikkan al-akhlaqul karimah dan adab Islami
dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya
kepada

Allah,

malaikat-malaikatNya,

kitab-kitabNya,

rasul-

rasulNya, hari akhir, serta Qadla dan Qadar. Al-Akhlak al-karimah
ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan sejak dini oleh
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka
mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis
multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.
b. Tujuan
1) Menumbuh

kembangkan

akidah

melalui

pemberian,

pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,

49

pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik
tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah
SWT;
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi
dari ajaran dan nilai-nilai aqidah Islam.
c.

Ruang Lingkup
Mata pelajaran Aqidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi
pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan
dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan
sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara
sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.
Ruang lingkup mata pelajaran Aqidah-Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah meliputi:
1) Aspek Aqidah (keimanan), meliputi:
a) Kalimat thoyyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi:
Laa ilaaha illallah, basmalah, alhamdulillah, subhanallah,
Allahu Akbar, ta‟awwud, Masya Allah, Assalamu‟alaikum,
shalawat, Tarji‟, Laa haula wala quwwata illa billah dan
istighfar

50

b) Al-Asma al-Husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: alAhad, al-Khaliq, ar-Rahman, ar-Rahiim, as-Sami‟, arRazak, al-Mughny, al-Hamid, asy-Syakur, al-Quddus, ashShomad, al-Muhaimin, al-„Adhim, al- Karim, al-Kabir, alMalik, al-Bathin, al-Waly, al-Mujib, al-Wahhab, al-‟Alim,
adh-Dhahir, ar-Rasyid, al-Hadi, as-Salam, al-Mu‟min, alLatif, al-Baqi, al-Bashir, al-Muhyi, al-Mumit, al-Qowy, alHakim, al-Jabbar, al-Mushawwir, al-Qadir, al-Ghafur, alAfuww, ash-Shabur dan al-Halim.
c) Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui
kalimat thoyyibah, Al-Asma al-Husna dan pengenalan
terhadap sholat lima waktu sebagai manifestasi iman kepada
Allah.
d) Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, Kitab,
Rosul dan Hari akhir serta Qadla dan Qadar Allah)
2) Aspek Akhlak meliputi:
a) Pembiasaan Akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan
disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu:
Disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat,
hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih
sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat dan patuh,
siddiq, amanah, tabligh, Fathonah, tanggung jawab, adil,

51

bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qonaah dan
tawakal.
b) Mengindari Akhlak Sayi‟ah (madzmumah) secara berurutan
disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup
kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas,
durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik,
hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik dan
murtad.
3) Aspek adab Islami, meliputi:
a) Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang
air besar/kecil, berbicara, meludah, berpakaian, makan,
minum, bersin, belajar dan bermain.
b) Adab terhadap Allah, yaitu: Adab di Masjid, mengaji dan
beribadah.
c) Adab kepada sesama, yaitu: Kepada orang tua, saudara,
guru, teman dan tetangga
d) Adab terhadap lingkungan.
Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengan
tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad s.a.w., masa remaja Nabi
Muhammad s.a.w., Nabi Ismail, Kan‟an, kelicikan saudara-saudara
Nabi Yusuf a.s., Tsa‟labah, Masithah, Ulul Azmi, Abu Lahab,
Qarun, Nabi sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus dan

52

Nabi Ayub. Materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat
terhadap isi materi, yaitu aqidah dan Akhlak.52.
d. Pengertian Aqidah
Kata „aqoid’ jamak dari „aqidah, berarti “kepercayaan”
maksudnya adalah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang islam
artinya mereka menempatkan atas kebenarannya disebutkan dalam
Al-Qur‟an dan hadits nabi muhammad saw.
Aqidah islamiyah selalu berkaitan dengan iman, seperti: iman
kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitab-nya, rasul-rasulnya, hari akhir (hari kiamat-pembalasan)
Untuk itu Allah memerintahkan semua umat manusia agar
menggunakan

akal

pikirannya

dengan

sebaik-baiknya,

dan

memperhatikan serta merenungkan segala ciptaanNya. Salah satu
untuk berma‟rifat (mengetahui), mengenal, dan meng-imani sifatsifat dan kekuasaan Allah SWT ialah dengan memperhatikan segala
makhluk ciptaaNya.53.
Adapun langkah-langkah dalam mengajar Aqidah antara lain:
1) Dengan pendekatan dogmatis yaitu pendekatan berdasarkan
dogma yaitu sesuatu yang harus diterima dengan yakin sebagai
suatu kebenaran

52

Departemen Agama Republik Indonesia, Standar Kompetensi Lulusan (Skl), Standar
Kompetensi (Sk) Dan Kompetensi Dasar (Kd) Mata Pelajaran Aqidah-Akhlak Madrasah
Ibtidaiyah (www.lkp2i.org, diakses pada tanggal 1 Desember 2016)
53
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama (Semarang: Pustaka Pelajar, 2004),
hal. 88

53

2) Pendekatan normatif yaitu pendekatan berdasarkan norma yaitu
ukuran atau ketentuan yang berlaku
3) Pendekatan rasional yaitu pendekatan dengan akal pikir yang
dapat diterimanya
4) Pendekatan

praktis

atau

keteladanan

ialah

pendekatan

berdasarkan kenyataan dalam praktik yang dapat diteladani.54
Aqidah yang benar dan baik akan dapat mempengaruhi dalam
hidup seseorang. Hal itu dapat dilihat dari cara berfikir, bicara, budi
pekerti atau akhlaknya. Sehingga dapat disebutkan dalam Al-Qur‟an
(Qs. Al-An‟am: 162-163)55:

          

        

Artinya: Katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam. Tiada sekutu bagiNya dan demikian itulah
yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)
e.

Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa arab, jama‟ dari khulukun
yang menurut bahasa adalah budi pekerti, tingkah laku atu tabiat.
Perkataan ini bersumber pada Al-Qur‟an (Qs. Al-Qalam:4):

    
Artinya: Dan Sesungguhnya Kamu Benar-Benar Berbudi Pekerti
Yang Agung.
54
55

Ibid, hal 90
Ibid, hal 106

54

Dalam Islam akhlak sangat penting bagi manusia, bahkan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia. Kepentingan akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia
itu sendiri dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat bahkan
dalam kehidupan bernegara.
Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan
makhluk manusia dengan makhluk lainnya, sebab seandainya
manusia tanpa akhlak, maka akan hilang derajat kemanusiaan-nya.
Dalam Islam akhlak ada dua yaitu akhlak mahmudah yang menurut
Islam baik dan akhlak madzmumah yang menurut yang tidak baik
menurut agama Islam.
Jadi pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk
batin seseorang yang kelihatan pada tindak-tanduknya (tingkah
lakunya). supaya Dalam pelaksanaanya, pengajaran ini berarti proses
kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang yang
diajar berakhlak baik. Pengajaran akhlak salah satu bagian dari
pengajaran agama, karena itu patokan penilainnya adalah ajaran
agama. Yang menjadi sasaran pembicaraan akhlak ialah perbuatan
seseorang pada diri sendiri seperti sabar, wara‟, zuhud, ridha, qanaah
dan sebagainya. Juga perbuatan yang berhubungan dengan orang lain
seperti pemurah, penyantun, penyayang, benar, berani, jujur, patuh,

55

disiplin dan sebagainya. Disamping itu membahas sifat-sifat terpiji
dan tercela menurut ajaran agama.56
f.

Aqidah Akhlak
Aqidah islamiyah adalah

iman kepada Allah, malaikat-

malaikatnya, kitab-kitab-nya, rasul-rasul-nya, hari akhir (hari
kiamat-pembalasan).57 Akhlak merupakan mutiara hidup yang
membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya, sebab
seandainya manusia tanpa akhlak, maka akan hilang derajat
kemanusiaan-nya. Dalam islam akhlak ada dua yaitu akhlak
mahmudah yang menurut Islam baik dan akhlak madzmumah yang
menurut agama islam yang tidak baik.
Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan
makhluk manusia dengan makhluk lainnya, sebab seandainya
manusia tanpa akhlak, maka akan hilang derajat kemanusiaan-nya.
Dalam islam akhlak ada dua yaitu akhlak mahmudah yang menurut
Islam baik dan akhlak madzmumah yang menurut yang tidak baik
menurut agama Islam.
Jadi pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk
batin seseorang yang kelihatan pada tindak-tanduknya (tingkah
lakunya). supaya Dalam pelaksanaanya, pengajaran ini berarti proses
kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang yang
diajar berakhlak baik. Pengajaran akhlak salah satu bagian dari
56
57

hal. 88

Ibid, hal 126-127
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama (Semarang: Pustaka Pelajar, 2004),

56

pengajaran agama, karena itu patokan penilainnya adalah ajaran
agama. Yang menjadi sasaran pembicaraan akhlak ialah perbuatan
seseorang pada diri sendiri seperti sabar, wara‟, zuhud, ridha, qanaah
dan sebagainya. Juga perbuatan yang berhubungan dengan orang lain
seperti pemurah, penyantun, penyayang, benar, berani, jujur, patuh,
disiplin dan sebagainya. Disamping itu membahas sifat-sifat terpuji
dan tercela menurut ajaran agama.58
g. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Index Card
Match Pada Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Perilaku Terpuji

Terhadap Kedua Oran Tua
Model pembelajaran kooperatif tipe index card match
diterapkan di kelas III dengan jumlah siswa sebanyak 29 orang.
Tahapan dalam penelitian ini meliputi: tes awal (pre test),
pembentukan kelompok, belajar kelompok, dan tes akhir (pos test).
Sebelum proses pembelajaran siswa dibagi menjadi dua kelompok.
Pembentukan kelompok dilakukan oleh peneliti. Hal ini dilakukan
untuk menjamin tingkat heterogen dalam setiap kelompok, supaya
setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
Pelaksanaan pem

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS III MI ROUDLOTUL ULUM JABALSARI SUMBERGEPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 3 4

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS III MI ROUDLOTUL ULUM JABALSARI SUMBERGEPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS III MI ROUDLOTUL ULUM JABALSARI SUMBERGEPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 63

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS III MI ROUDLOTUL ULUM JABALSARI SUMBERGEPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS III MI ROUDLOTUL ULUM JABALSARI SUMBERGEPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS III MI ROUDLOTUL ULUM JABALSARI SUMBERGEPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS III MI ROUDLOTUL ULUM JABALSARI SUMBERGEPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK KELAS III MI ROUDLOTUL ULUM JABALSARI SUMBERGEPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AL-QUR’AN HADITS PESERTA DIDIK KELAS V MI ROUDLOTUL ULUM JABALSARI SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AL-QUR’AN HADITS PESERTA DIDIK KELAS V MI ROUDLOTUL ULUM JABALSARI SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 42