Daya Bunuh Ekstrak Biji Kamandrah (Croton tiglium L) Terhadap Kepik cokelat Pengisap Polong Kacang Panjang (Riptortus linearis) Dan Penggunaannya Sebagai Media Pembelajaran. | Illah | EJIP BIOL 9358 30555 1 SM

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni
ISSN 2338-1795

2017

Daya Bunuh Ekstrak Biji Kamandrah (Croton tiglium L) Terhadap Kepik cokelat
Pengisap Polong Kacang Panjang (Riptortus linearis) Dan Penggunaannya Sebagai
Media Pembelajaran.
The Ability to Kill of Kamandrah Seed Extract (Croton tiglium L) Against Ladybugs
Chocolate Pea Pod Sucking (Riptortus linearis) And Its Implementations as a Medium of
Learning
Ininna Nur Illah1, Achmad Ramadhan2, Fatmah Dhafir2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan P-MIPA FKIP Universitas Tadulako
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan P-MIPA FKIP Universitas Tadulako
email: Ininnan@yahoo.com

1
2

Abstrak
Tanaman kamandrah (Croton tiglium L) merupakan salah satu tanaman obat yang banyak terdapat di wilayah

Indonesia dan sebagian masyarakat telah memanfaatkannya sebagai insektisida nabati. penelitian ini bertujuan
untuk menentukan daya bunuh ekstrak biji kamandrah (Croton tiglium L) terhadap kepik cokelat pengisap
polong kacang panjang (Riptortus linearis), untuk menentukan pada tingkat konsentrasi berapa ekstrak biji
kamandrah (Croton tiglium L) efektif membunuh kepik cokelat pengisap polong kacang panjang (Riptortus
linearis) dan untuk mengetahui apakah hasil penelitian dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dalam
bentuk poster. Sampel yang digunakan adalah biji kamandrah (Croton tiglium L) yang diperoleh dari Desa
Labuan Panimba Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen
dan sampel diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut etanol yang diujikan pada
kepik cokelat (Riptortus linearis) dengan konsentrasi ekstrak yakni : 0,1%, 0,5%, 1%, 1,5% dan 2%.
Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 6 perlakuan yang diulang
sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) dan diuji (BNT
5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya bunuh ekstrak biji kamandrah terhadap kepik cokelat memiliki
kemampuan yang berbeda-beda setelah pemberian ekstrak biji kamandrah selama 20 jam. Diperoleh persentase
daya bunuh 100% pada perlakuan P5, perlakuan P4 98,33%, perkaluan P3 73,33%, P2 36,66% dan P1 15%
sedangkan P0 0% sebagai kontrol tidak berpengaruh. Dan pemberian ekstrak yang efektif membunuh kepik
cokelat pada konsentrasi 1,5% dan 2%. Dengan demikian, semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diberikan,
semakin tinggi pula persentase daya bunuhnya. Hasil penilaian sumber belajar dalam bentuk poster yang
dilakukan oleh ahli isi, ahli desain, ahli media dan kelompok mahasiswa layak digunakan sebagai sumber
belajar dan dapat menunjang proses pembelajaran dengan persentase 78%.
Kata Kunci; Biji Kamandrah (Croton tiglium L), Kepik Cokelat (Riptortus linearis).


Abstract

Kamandrah plan is one of the medicinal plants that are widely available in Indonesia and the regions as a society
have to use it as an insecticides plant. This research aims to determine the ability to kill of kamandrah seed
extract (Croton tiglium L) against to chocolate ladybugs pea pod sucking (Riptortus linearis), to determine at
what concentration level of kamandrah seed extract (Croton tiglium L) to kill chocolate ladybugs pea pod
sucking (Riptortus linearis) and to determine whether the result of the research can be used as a medium of
learning in the form of posters. Samples is obtained from the seed kamandrah (Croton tiglium L) from Labuan
Panimba Village, District Donggala, and Central Sulawesi. Kind of researct is experimental method and samples
extract using maserase method that uses ethanol solvent tested on ladybugs chocolate with concentration are:
0,1%, 0,5%, 1%, 1,5%, and 2%. Design of research is used a completely randomized design consisting of 6
treatments were repeated 3 times. Data analyzed with analysis variance and BNT test in 5%. The result showed
that the ability to kill of kamandrah seed extract against to chocolate ladybugs pea pod sucking has the different
ability of kill are 100% in treatment P5, in treatment P4 is 98,33%, in treatment P3 is 73,33%, in treatment P2 is
36,66%, in treatment P1 is 15%, While in treatment P0 is 0% as control has not effect. Extract that effectively
kill ladybugs chocolate is at a concentration 1,5% and 2%. Thus, the higher extract concentration, the higher
presentation of ability to kill. Assessment of learning resources in the from of poster made content expert,

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni


2017

48

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni
ISSN 2338-1795

2017

design expert, media expert and a group of students fit for use as a learning resource and can support the
learning process by percentage.

Keywords: Kamandrah seed (Croton tiglium L), Chocolate ladybugs (Riptortus linearis)

Pendahuluan
Usaha budidaya kacang panjang di
Indonesia masih mengalami kendala, salah
satunya adalah permasalahan hama dan penyakit.
(Sunaryono, 1990 dalam Mawan, 2011). Salah

satu hama utama dari kacang panjang yaitu kepik
cokelat (Riptortus linearis), kerugian yang
ditimbulkan yaitu gagalnya hasil panen. Untuk
mengantisipasi
serangan
petani
masih
mengandalkan penggunaan pestisida sintetik,
namun hal tersebut menimbulkan dampak negatif
terhadap OPT sasaran, lingkungan bahkan
berpengaruh bagi kesehatan.
Menurut Kusnaedi (1996), bahwa cara lain
untuk mengendalikan serangga vektor penyakit
adalah menggunakan insektisida alami dari bahan
alam, seperti dengan menggunakan tumbuhtumbuhan. Ekstrak tumbuhan pada umumnya
meninggalkan residu dalam waktu pendek di
lingkungan, karena setelah diaplikasikan akan
terurai menjadi senyawa-senyawa yang tidak
berbahaya bagi lingkungannya.
Indonesia terkenal dengan keanekaragaman

hayati yang terdapat didalamnya, sehingga
memungkinkan dapat hidup dan berkembangnya
berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang banyak
mengandung manfaat bagi kehidupan manusia
dan mengandung bahan aktif insektisida, namun
pemanfaatannya dari tumbuhan sebagai obatobatan dan insektisida hanya 10% dari 300.000
jenis tumbuhan yang ada (Heyne, 1987 dalam
Roufik dkk, 2011).
Tanaman kamandrah (Croton tiglium L)
adalah suatu tanaman yang berasal dari suku
Euphorbiaceae. Kamandrah merupakan salah satu
tanaman obat yang banyak tersebar di wilayah
Indonesia, sehingga tanaman ini dikenal dengan
nama yang berbeda-beda
setiap wilayah
Simalakian (Sumatera Barat), Ceraken (Jawa),
Roengkok (Sumatera Utara), Semoeki (Ternate)
dan Kowe (Tidore). Berdasarkan kearifan lokal di
masyarakat, biji kamandrah banyak dimanfaatkan
sebagai obat pencahar, racun ikan, obat kembung,

pembunuh jentik nyamuk, daunnya sebagai obat
penurun panas, sedangkan ranting/dahan dan
batang sebagai pengusir nyamuk (Siagian dan

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

Rahayu, 1999; Iswantini dkk., 2008 dalam Roufik
2011).
Tanaman kamandrah merupakan tanaman
obat yang banyak ditemukan di daerah
Kalimantan dan berdasarkan kearifan lokal
masyarakatnya banyak menggunakan bijinya
untuk
membunuh
jentik-jentik
nyamuk,
sedangkan batang dan daunnya dibakar untuk
mengusir nyamuk dan semua bagian dari

tumbuhan memiliki rasa pedas (sifat karakteristik)
yang menyebabkan radang mulut, tenggorokan
dan bibir terutama dari bijinya. Sifat karakteristik
tersebut dapat menyebabkan kematian gajah di
Bengkulu dengan gejala pembengkakan pada
rongga mulut dan pendarahan usus dan ternyata
setelah dilakukan pemeriksaan sampel isi
lambung mengandung pharbol 13-decanoate
(Heyne, 1987).
Antonio, dkk (2007) dalam Thamrin (2002),
melaporkan bahwa tanaman dari genus Croton
memiliki bioaktivitas anti hipertensi, anti
inflamasi, anti malaria, antimikroba dan anti virus.
Iswantini dkk., (2007), mengemukakan bahwa
senyawa aktif yang diprediksi sebagai larvasida
nabati dari minyak kamandrah adalah senyawa
piperine. Piperine adalah suatu alkaloida
piperidine yang bersifat toksik yang biasa
digunakan sebagai insektisida. Senyawa golongan
piperidine yang telah diteliti sebagai pembunuh

nyamuk A. aegypti. Selain itu minyak biji
kamandrah mempunyai potensi tinggi sebagai
larvasida dengan nilai LC 50 dan LC 90 berturut turut 25,98 ppm dan 164,80 ppm. Penggunaan
konsentrasi minyak biji kamandrah 0,3-0,5%
dapat menghambat penetasan telur (ovisida) dan
menurunkan jumlah pellet akan telur pada ovitrap
(anti-oviposisi) nyamuk A. aegypty dan A.
Albopictus.
Dari uraian di atas terdapat begitu banyak
manfaat dari tanaman kamandrah salah satunya
yaitu sebagai insektisida. Hal tersebut yang
menarik peneliti untuk melakukan penelitian
mengenai daya bunuh ekstrak biji kamandrah
(Croton tiglium L) terhadap kepik cokelat
pengisap polong kacang panjang (Riptortus
linearis)
49

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni
ISSN 2338-1795


2017

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL), yang terdiri atas 6
perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu evaporator,
blender, neraca digital, gelas kimia, labu
erlenmeyer, gelas ukur, batang pengaduk,
penyaring maserasi, suntikan, kamera, Stop watch,
Pisau cutter, kotak (sebagai tempat serangga uji).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
biji kamandrah (Croton tiglium L), etanol 95%,
Alkohol 70%, kertas saring, kertas label, kain kasa,
tissue, karet gelang, aquades dan kepik cokelat
pengisap polong kacang panjang
(Riptortus
linearis).
Sampel yang digunakan adalah

biji
kamandrah (Croton tiglium L) yang diperoleh dari
Desa Labuan Panimba Kabupaten Donggala
Sulawesi Tengah. Jenis penelitian yang digunakan
adalah eksperimen dan Sampel diekstraksi dengan
menggunakan metode maserasi menggunakan
pelarut etanol yang diujikan pada kepik cokelat
Selanjutnya rangkaian dari perhitungan
ini dimasukkan ke dalam tabel 1 sidik ragam
sebagai berikut:
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total

DB

JK


t-1

JK P

t(r1)
rt1

JK G
JKPJKG

KT

Fhitung

JKP/t KTP/
-1
KTG
JKG/
t(r-1)

Ftabel
5% 1%

Bila hasil Fhitung menunjukkan perbedaan
yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji
lanjut BNT (beda nyata terkecil). Formasi
rumus BNT yang digunakan adalah :

Keterangan:

䮐ኪ

t
r
KT

ኪ tot
= BNT tabel
= Ulangan
= Kuadrat Tengah

Nilai Ftabel dilihat dalam tabel t pada
sumber keragaman dan untuk tingkat
kepercayaan 5 % dan 1 %.
Dengan kriterian pengujian hipotesis :

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

(Riptortus linearis) dengan konsentrasi ekstrak
yakni : 0,1%, 0,5%, 1%, 1,5% dan 2%.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil perhitungan
jumlah serangga yang mati, dimasukkan ke dalam
tabel. Data yang diperoleh diolah secara statistik
melalui analisis varian (ANAVA) dengan model
matematika menurut Adji Sastrosupadi, (1999)
sebagai berikut:
Yij = µ + Ti + ∑ij
Keterangan:
Yij = Respon / nilai pengamatan dari
perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Nilai tengah umum
Ti = Pengaruh perlakuan ke-i
∑i = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan
ke-i dan ulangan ke-j
a) Jika hasil Fhitung
dan H1 diterima.
b) Jika hasil Fhitung
dan H1 ditolak.

Ftabel berarti Ho ditolak
Ftabel berarti H0 diterima

Hasil Penelitian
Hasil Penelitian daya bunuh ekstrak biji
kamandrah (Croton tiglium L) terhadap kepik
cokelat pengisap polong kacang panjang
(Riptortus linearis). Rata-rata mortalitas kepik
cokelat (Riptortus linearis) pada pengujian
berbagai konsentrasi ekstrak biji kamandrah
(Croton tiglium L).
Tabel 2 Rata-rata mortalitas kepik cokelat
(Riptortus linearis) 20 jam setelah
perlakuan
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
P5


0
9
22
44
59
60

0,0
3
7,33
14,66
19,99
20

Tabel 3 Sidik Ragam pengamatan 20 jam
setelah aplikasi
50

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

ISSN 2338-1795

Keterangan : DB = Derajat bebas
JK = Jumlah kuadrat
FK = Kuadrat tengah
BNT0,05 = t0,05 (12) x
, 179

KT galat

Ulangan
x ,66

=
3
,90
= ,179 x 1,331
Tabel 4 Notasi hasil uji BNT pada penelitian
daya bunuh ekstrak biji kamandrah
(Croton tiglium L) terhadap kepik
cokelat (Riptortus linearis) 20 jam
setelah aplikasi
Perlakuan

Rata-rata

P0
P1
P2
P3
P4
P5

0,0
3
7,33
14,66
19,99
20

Sumber
DB
Keragaman
Perlakuan
5
Galat
12
Total
17
Keterangan

JK

KT

Fhitung

Ftabe
l

5%
2.103,12 420,77 158,18 3,11
32
2,66
2.135,12
: Angka yang diikuti oleh huruf
yang sama pada kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada
taraf α 0.05 (uji BNT)

Notasi BNT
5%
a
a
b
c
d
d

Gambar 1 Perkembangan mortalitas kepik
cokelat pengisap polong kacang panjang
(Riptortus linearis) 20 jam setelah aplikasi

Persentase Penilaian Kelayakan Sumber
Belajar dalam Bentuk Poster oleh ahli Isi,
ahli Desain dan ahli Media
Berdasarkan hasil perhitungan presentase
penilaian kelayakan sumber belajar dalam
bentuk poster . Hasil penilaian sumber belajar
tentang poster yang dilakukan oleh ahli isi
(dosen menyatakan bahwa sumber belajar
berupa poster tersebut layak digunakan
sebagai sumber belajar dan dapat menunjang
proses pembelajaran jumlah persentase yang
diperoleh adalah 68%.

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

Hasil penilaian sumber belajar tentang
poster yang dilakukan oleh ahli desain (dosen
menyatakan bahwa sumber belajar berupa
poster tersebut layak digunakan sebagai
sumber belajar dan dapat menunjang proses
pembelajaran jumlah persentase yang
diperoleh adalah 86,66%.
Hasil penilaian sumber belajar tentang
poster yang dilakukan oleh ahli media (dosen
menyatakan bahwa sumber belajar berupa
poster tersebut cukup layak digunakan sebagai
sumber belajar dan dapat menunjang proses
53

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

ISSN 2338-1795

pembelajaran jumlah persentase yang diperoleh
adalah 72,85%
Persentase Penilaian Kelayakan Sumber
Belajar dalam Bentuk Poster oleh Kelompok
Mahasiswa
Setelah dilakukan validasi oleh tim
ahli/dosen yang meliputi ahli isi, ahli desain dan
ahli media. Selanjutnya sumber belajar dalam
bentuk poster ini dinilai oleh kelompok
mahasiswa yang berjumlah 29 orang. Penilaian
sumber belajar yang dilakukan oleh mahasiswa,
dimana bahwa sumber belajar berupa poster
tersebut layak digunakan sebagai sumber belajar
dan dapat menunjang proses pembelajaran jumlah
persentase yang diperoleh adalah 78 %.
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
ekstrak biji kamandrah (Croton tiglium) dapat
mematikan kepik cokelat pengisap polong kacang
panjang (Riptortus linearis) dalam waktu 20 jam
setelah aplikasi pada perlakuan P5 (konsentrasi
2%) daya bunuh 100%, P4 (konsentrasi 1,5%)
daya bunuh 98,33% Sedangakan pada perlakuan
P3 (konsentrasi 1%) daya bunuh (73,33%), P2
(konsentrasi 0,5%) daya bunuh (36,66%) dan P1
(konsentrasi 0,1%) daya bunuh (15%) Sedangkan
P0 (0%) sebagai kontrol tidak menimbulkan
mortalitas pada kepik cokelat pengisap polong
kacang panjang (Riptortus linearis)
hingga
pengamatan 20 jam setelah aplikasi.
Berdasarkan hasil rata-rata dari pengaruh
pemberian ekstrak biji kamandrah (Croton tiglium
L) terhadap kepik cokelat pengisap polong kacang
panjang (Riptortus linearis) yang dianalisis
menggunakan ANAVA menunjukkan hasil yang
berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut
BNT 5% yang dimasukkan kedalam sidik ragam
menunjukkan hasil yang signifikan maka
dilanjutkan dengan notasi BNT 5% diketahui
bahwa P5 dan P4 tidak berbeda nyata kecuali
terhadap P3, P2, P1 dan P0. Keadaan demikian
memberikan gambaran bahwa dengan perlakuan
konsentrasi biji kamandrah yang tinggi cenderung
akan berpengaruh dengan daya bunuh tehadap
kepik cokelat (Riptortus linearis) yang tinggi pula.
hal ini disebabkan oleh senyawa aktif dominan
yang terdapat dalam minyak biji kamandrah yang
diprediksi sebagai larvasida nabati adalah

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

piperidine [1-(1-oxo-3-phenyl-2-propynyl)], 1,4naphtho- quinone, dnoc, butacarboxim, 2,3,6trichlorphenol, dan propamocarb dengan
menggunakan GC-MS. Roufiq, dkk (2008),
menyatakan bahwa Senyawa aktif yang
terkandung dalam ekstrak biji kamandrah (Croton
tiglium L) antara lain saponin, tanin dan steroid
bersifat antifeedant. hal tersebut sesuai dengan
pendapat
Rosyidah, (2007) bahwa saponin
bersifat sebagai racun dan antifeedant pada kutu,
larva, kumbang dan berbagai serangga lain.
Sejalan dengan hal tersebut Purba, (2007) yang
mengatakan bahwa peningkatan dosis berbanding
lurus dengan peningkatan bahan racun tersebut,
sehingga daya bunuh semakin tinggi untuk
membunuh larva.
Senyawa kimia pertahanan tumbuhan
merupakan metabolik sekunder atau aleokimia
yang dihasilkan pada jaringan tumbuhan dan
dapat bersifat toksit, menurunkan kemampuan
serangga dalam mencerna makanan dan pada
akhirnya mengganggu pertumbuhan serangga.
Senyawa kimia pertahanan tumbuhan meliputi
saponin, terpenoid dan flavonoid (Ishaaya, 1986;
Howe dan Westley, 1988 dalam Nursal dan Etti,
2005).
Pengamatan yang dilakukan dengan
melihat perilaku kepik cokelat pengisap polong
kacang panjang (Riptortus linearis) yang telah
terkontaminasi ekstrak biji kamandrah (Croton
tiglium L) terlihat penurunan aktifitas gerak,
makan, warna berubah menjadi hitam dan tubuh
mulai kaku. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Thamrin dkk, (2007) bahwa gejala
keracunan ditandai dengan menurunnya aktifitas
makan, gerakkannya mulai melemah yang
mengakibatkan kematian. Selain itu racun yang
terkandung dalam ekstrak biji kamandrah (Croton
tiglium L) dapat terserap melalui dinding tubuh,
dalam hal ini menunjukkan bahwa ekstrak biji
kamandrah (Croton tiglium L) berfungsi sebagai
racun kontak. Dari hal tersebut menurut Lu, (1995)
bahwa kulit umumnya impermeabel dan
merupakan batas yang memisahkan organisme
dari lingkungannya dan zat-zat yang terserap
melalui kulit dalam jumlah besar akan
menimbulkan efek sistemik.
Data peresentase daya bunuh ekstrak biji
kamandrah (Croton tiglium L) dapat membunuh
kepik cokelat pengisap polong kacang panjang
(Riptortus linearis) dikatakan demikian karena
54

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

ISSN 2338-1795

biji kamandrah (Croton tiglium L) pada perlakuan
P5 sudah mampu membunuh kepik cokelat
pengisap polong kacang panjang (Riptortus
linearis) hingga 100% dan P4 sudah mampu
membunuh 98,33% dari total populasi serangga
uji. hal ini sejalan dengan pernyataan yang
dikemukakan Prijono, (1994) bahwa suatu ekstrak
dikatakan efektif bila perlakuan ekstrak tersebut
dapat mengakibatkan tingkat kematian >90%.
Mortalitas kepik cokelat pengisap polong
kacang panjang (Riptortus linearis) rendah yang
mengalami peningkatan yang tidak relatif tinggi
dengan menggunakan ekstrak biji kamandrah
(Croton tiglium L) pada P1 konsentrasi 0,1%, P2
konsentrasi 0,5% dan P3 konsentrasi 1%. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Prijono, (1999) bahwa
ekstrak yang tidak aktif pada konsentrasi rendah
mungkin disebabkan karena senyawa yang
terkandung didalamnya kurang aktif atau senyawa
tersebut
sebenarnya
cukup
aktif
tetapi
kandungannya rendah.
Secara umum dapat dilihat bahwa pada
semua konsentrasi ekstrak biji kamandrah (Croton
tiglium L) yang digunakan tidak semua kepik
cokelat pengisap polong kacang panjang
(Riptortus linearis) yang terbentuk dapat berhasil
berkembang menjadi imago. Sesuai dengan
Corbet, (1984) yang menyatakan bahwa setiap
individu dalam suatu populasi berbeda kecepatan
dan cara untuk menetralisir racun yang termakan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ardiansyah dkk,
(2002) menyatakan bahwa meningkatnya angka
mortalitas anakan dapat disebabkan karena
kondisi masing-masing larva kurang seragam
dalam merespon efek toksik ekstrak, sehingga
penyerapan yang terjadi secara perlahan-lahan
akan menyebabkan detoksifikasi. Konsentrasi
ekstrak yang lebih tinggi mengandung senyawa
aktif yang lebih banyak, sehingga keberhasilan
terbentuknya pupa dan imago lebih sedikit.
Pada organisme kecil, senyawa aktif dapat
lebih cepat mencapai bagian sasaran dalam
konsentrasi yang cukup untuk menimbulkan
keracunan dibandingkan organisme yang lebih
besar. Organisme muda umumnya lebih peka
terhadap aktivitas toksik kimia. Dalam banyak hal,
ini berhubungan dengan organ atau fungsinya
yang belum sempurna untuk proses fisiologi
tertentu sehingga metabolisme zat berada dalam
tingkat yang tinggi (Ardiyansyah dkk, 2002).

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

Sistem kerja senyawa yang terkandung
dalam ekstrak biji kamandrah (Croton tiglium L)
mengakibatkan gangguan perkembangan serangga
sehingga terjadi kematian sebelum menjadi imago.
Oka, (1995) menyatakan bahwa hambatan dari
senyawa-senyawa yang bersifat toksik yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan terjadi pada sistem
kerja yang mengatur perkembangan dan
metamorfosis serangga.
Dari hasil tersebut biji kamandrah
(Croton tiglium L) memiliki potensi sebagai
insektisida pada kepik cokelat pengisap polong
kacang panjang (Riptortus linearis) hal ini sesuai
dengan Iswantini, dkk (2009) berdasarkan hasil
uji fitokimia bahwa dari semua bagian tanaman
kamandrah (Croton tiglium L) biji kamandrah
yang paling banyak mengandung alkaloid yang
merupakan senyawa yang berpotensi sebagai
larvasida.
Implementasi Dalam Bentuk Sumber Belajar
Belajar merupakan kebutuhan setiap manusia
terutama pelajar. Belajar yang menyenangkan
biasanya didukung oleh berbagai faktor
diantaranya ialah informasi yang menarik.
Menariknya suatu informasi didapatkan melalui
pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi
penelitian berdasarkan fakta yang ada di
lingkungan sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Untuk itu diperlukan sumber belajar
yang baik dalam proses transformasi ilmu
pengetahuan. Sumber belajar memiliki peranan
penting dalam menunjang kualitas proses belajar
mengajar. Sumber belajar juga mampu
memotivasi siswa dalam mencari ilmu,
memberikan
pengalaman
dalam
rangka
pemecahan permasalahan serta mempermudah
siswa dalam memahami materi yang disampaikan.
Salah satu klasifikasi sumber belajar menurut
Nana, (1989) yaitu sumber belajar tercetak
berupa poster yang sedang berkembang saat ini.
Pembuatan sumber belajar tercetak berupa
poster awalnya dilakukan dengan berbagai tahap.
Selanjutnya mengamati pada konsentrasi berapa
daya bunuh dari ekstrak biji kamandrah (Croton
tiglium L) dapat membunuh kepik cokelat
pengisap polong kacang panjang (Riptortus
linearis), setelah data diperoleh, proses
selanjutnya adalah mendesain sumber belajar
berupa poster. Setelah itu, dilakukan validasi oleh
55

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

ISSN 2338-1795

tim ahli, yaitu ahli isi, ahli desain dan ahli media
untuk mengetahui kelemahan  kelemahan dari
poster tersebut dan selanjutnya diperbaiki. Desain
media pembelajaran yang telah diperbaiki
kemudian diujicobakan kepada mahasiswa
Program Studi Pendidikan Biologi sebanyak 29
orang. Berdasarkan hasil penilaian poster yang
dilakukan oleh mahasiswa menyatakan bahwa
sumber belajar berupa poster tersebut layak
digunakan sebagai sumber belajar dan dapat
menunjang
proses
pembelajaran
dengan
persentase 78%.
Peresentase kelayakan yang didapatkan
diharapkan mampu memenuhi peran sumber
belajar dalam proses pembelajaran bagi peserta
didik seperti yang diungkapkan Suhardi, (2012)
yaitu
(1)
membangkitkan
produktivitas
pembelajaran dengan cara mempercepat proses
belajar, menggunakan waktu secara lebih baik,
mengembangkan gairah belajar, memberikan
kegiatan lebih ke arah individual dan memberikan
kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannya. (2) memberikan dasar yang lebih
ilmiah terhadap pengajaran dengan cara
perencanaan secara lebih sistematik dan
pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi
penelitian berdasarkan fakta yang ada di
lingkungan. (3) Lebih memantapkan pengajaran
dengan cara meningkatkan kemampuan dengan
fasilitas berbagai media komunikasi, penyajian
informasi dan data lebih konkrit dan mengurangi
sifat verbalistik dan abstrak dengan kenyataan
yang nyata.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik
kesimpulan
bahwa
setiap
konsentrasi
menunjukkan daya bunuh yang berbeda, dalam
waktu pengamatan 20 jam setelah aplikasi adalah:
1. Ekstrak biji kamandrah (Croton tiglium L)
dapat membunuh kepik cokelat pengisap
polong kacang panjang (Riptortus linearis)
2. Ekstrak biji kamandrah (Croton tiglium L)
efektif membunuh kepik cokelat pengisap
polong kacang panjang (Riptortus linearis)
pada konsentrasi 1,5% dan 2%. Dengan
semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang
diberikan, semakin tinggi pula peresentase
sdaya bunuhnya.
3. Hasil penilaian sumber belajar dalam bentuk
poster yang dilakukan oleh ahli isi, ahli

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

desain, ahli media dan kelompok mahasiswa
tersebut layak digunakan sebagai sumber
belajar dan dapat menunjang proses
pembelajaran dengan peresentase 78%
Saran
1. Untuk pengendalian kepik cokelat pengisap
polong kacang panjang (Riptortus linearis)
dapat menggunakan ekstrak biji kamandrah
(Croton tiglium L) pada konsentrasi 1% - 2%.
2. Perlu dilakukan pengujian lanjutan mengenai
daya bunuh ekstrak biji kamandrah (Croton
tiglium L) dengan tingkat kematangan yang
berbeda untuk hewan lain.
Daftar Pustaka
Ardiansyah, Wiryanto, dan Mahajoeno. E. (2002).
Toksisitas
Ekstrak
Daun
Mimba
(Azadirachta indica A. Juss) pada Anakan
Siput Murbei (Pomacea canaliculata L.) .
Jurnal Biosmart. 4(1): 29-34
Antonio, S., Maria, L., F. Salatino, Giuseppina, N.
2007. "Traditional Uses, Chemistry and
Pharmacology
of
Croton
species
(Euphorbiaceae}'. Jurnal Braz. Chem Soc.
Vol 18, No 1, 11-33, 2007.
Corbet, J.R.K., Wright, A.C. dan Baillie. (1984).
The Biochemical Mode of Action of
Pesticides. London: Academic Press
Heyne K. (1987). Tumbuhan berguna indonesia.
Jilid II jakarta. Badan litbang kehutanan.
1246p
Howe, F.H. dan Westly, L.C. (1988). Ecological
relationshis of plant and animal. Oxford
university press. New York. Pp. 29-38.
Ishaaya, I. (1986). Nutritional and allelochemic
insect plan interaction reting to Digestion
and food intake. Ed: Miller, J.R. & Miller,
T.A.Insecta plan Interaction. Springeryerlag New York. London.pp. 639-642
Iswantini, D., Rosman, R., Mangunwidjaja, D.,
Hadi, U.K., dan Rahminiwati. M.,.(2007).
Bioprospeksi Tanaman Obat Kamandrah
(Croton tiglium L.) : Studi agrobiofisik dan
Pemanfaatannya sebagai Larvasida Hayati
Pencegah Demam Berdarah Dengue
(Tahun Pertama). Laporan hasil penelitian
KKP3T.
Institut
Pertanian
Bogor
bekerjasama dengan Badan Penelitian dan
Pengembangan
Pertanian
Jakarta.
44p.(Tidak dipublikasi).
Iswantini D, Rosihan Rosma, Upik Kesumawati,
Djumali Mangunwidjaja,Min Rahminiwati,
56

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

ISSN 2338-1795

Adi Riyadhi.(2009).”Studi agrobiofisik
Kamandrah (Croton tiglium L.) dan
Penentuan potensi awal Kamandrah sebagai
lasrvasida hayati Pencegah penyakit demam
berdarah dengue” Jurnal llmu Pertanian
Indonesia, 14 (2) : 83-90.
Kusnaedi. (1996). Pengendalian Hama Terpadu
Tanpa Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya.
Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar, Azas, organ
sasaran, Dan Penilaian Resiko. Edisi kedua
(diterjemahkan oleh Edi Nogroho). Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mawan, Amanda, dan Herma amal. (2011).
Statistika Demografi Riptortus linearis F.
(Hemiptera: Alydidae) pada Kacang
Panjang (Vigna sinensis L.). J. Entomol.
Indonesia., Vol. 8, No. 1, 8-16
Nana, S. (1989). Teknologi Pengajaran. Bandung:
Sinar Baru.
Nursal & Etti, S. S. (2005). Kandungan Senyawa
Ekstrak Lengkuas (Loctuca Indica L.),
Toksisitas & Pengaruh Subletalnya
Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk
Aedes Aegypti L. (Laporan Hasil
Penelitian Dosen Muda) http://library. usu.
ac.id/download/fmipa/060004 49.pdf.
Oka, I. N. (1995). Pengendalian Hama Terpadu
dan Implementasinya di Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Prijono, D. (1994). Pedoman Praktikum Teknik
Pemanfaatan Insektisida Botanis. Bogor:
IPB
Prijono, D. (1999). Prospek dan Strategi
Pemanfaatan Insektisida Alami. Hal 1-7
Dalam : Dandang, B. W. Nugroho, & D.
Prijono. (Penyunting). Bahan Pelatihan
Pengembangan
dan
Pemanfaatan
Insektisida
Alami.
Pusat
Kajian
Pengendalian Hama Terpadu. Institut
Pertanian Bogor, Bogor
Purba, S. (2007). Uji Efektivitas Ekstrak Daun
Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap
Plutella xylostella L. (Lepidoptera :
Plutellidae) di Laboratorium. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan. Hlm
29-35.

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

Rosyidah,
A.(2007). Pengaruh Ekstrak Biji
Mahoni (Swietenia macrophylla King)
Terhadap
Mortalitas
Ulat
Grayak
(Spodoptera litura F.) Program Studi
Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan
MIPA Fakultas Keguruan & Ilmu
Pendidikan Universitas Jember.
Roufiq,N,A,D,Mangunwidjaja,Suparno,O,Iswanti
ni D. (2008). Optimasi proses ekstrasi biji
Kamandrah (croton tiglium L.) dengan
pengempaan dan identifikasi kandungan
bahan aktifnya sebagai larvasida nabati
pencegah penyakit deman berdarah dengue.
J. Tek. Ind. Pert. 21 (3), 154-162
Roufiq,N,A,D,Mangunwidjaja,Suparno,O,Iswanti
ni D. (2011). Pengaruh tingkat kematangan
buah terhadap aktivitas larvasida Dan sifat
fisiko-kimia minyak Kamandrah (croton
tiglium l.). Jurnal Litri. 17( 4):163 – 168
Sastrosupadi Adji. (1999). Rancangan percobaan
praktis bidang pertanian edisi revisi.
Malang: Kanisuis
Siagian,
M.H.
dan
M.
Rahayu.(1999).
Ethnobotanical study on Croton tiglium L.
as traditional medicine and its development
aspect in Bengkulu. Prosiding seminar
hasil-hasil penelitian bidang ilmu hayat (16
September 1999). Pusat antar universitas
Ilmu Hayat IPB. Bogor. 258-265p.
Suhardi. (2012). Pengembangan Sumber Belajar
Biologi. Yogyakarta: UNY Press.
Thamrin, M., S. Asikin, Mukhlis dan A. Budiman.
(2007). Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa
Sebagai Pestisida Nabati. Balai Penelitian
Pertanian Lahan Rawa. Laporan Hasil
Penelitian Balittra. Hlm 35-54
Thamrin U. (2002). Tanaman Kemandah
Pembunuh
Jentik
Nyamuk
Demam
Berdarah, Sinar Harapan 6 Februari 2002.
[terhubung berkala] www.terranet.co.id. [25
Oktober 2015].
Wahyu, Anggraheni. (2010). Laporan Dasar
Perlindungan Tanaman, Hama Penting
Tanaman
Utama.
Program
Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya. Malang

57

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

ISSN 2338-1795

58

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

ISSN 2338-1795

59

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni
ISSN 2338-1795

2017

Tabel 1. Rata-rata mortalitas ulat daun bawang ( Spodoptera exigua) pada pengujian berbagai konsentrasi ekstrak cerakin di Laboratorium 6 jam
s/d 108 jam setelah aplikasi (JSA)
Perlakuan

Jam Setelah Aplikasi (JSA) (10 ekor Larva/ Unit Ulangan)
6

12

18

24

30

36

42

48

54

60

66

72

78

84

90

96

102

108

Po (kontrol)

0a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

0,33a

P1 (15%)

2 ab

3,3b

3,7b

4,7b

5b

5,3b

5,7b

5,7b

5,7b

6b

7,3b

7,7b

8b

8,3b

8,7b

9b

9b

9,3b

P2 (25%)

5 de

5cd

5,3cd

6cd

7cd

7cd

7c

7,3c

7,7c

7,7c

8 bc

8bc

8,3bc

8,7 bc

8,7b

9,3b

9,3b

10c

P3 (35%)

2,7bc

4bc

5,3cd

6cd

6,3bc

7cd

7,7cd

7,7cd

8 cd

8,3cd

8,7cd

9cde

9bcd

9 bc

9b

9,3b

9,3b

10c

P4 (45%)

3,7bcd

4,7bcd

6,7d

7,3d

7,3cd

8cd

8,7de

8,7cde

8,7cde

8,7cde

8,7cd

9de

9bcd

9,3 bc

9,3b

9,3b

9,3b

10c

P5 (55%)

7,7e

8,7e

9,3e

9,7e

9,7e

9,7e

9,7e

9,7 e

9,7e

9,7e

9,7d

9,7e

9,7de

9,7 c

9,7b

9,7b

9,7b

10c

BNJ 0,05%

2,24

1,49

1,71

1,42

1,29

1,05

1,29

1,39

1,39

1,29

1,29

1,29

1,24

1,05

0,82

0,82

0,52

1,48

Ket : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf uji BNJ 5% (0,05)

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

60

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni
ISSN 2338-1795

2017

Gambar 1 Rata-rata mortalitas larva ulat daun bawang (Spodoptera exigua) pada
pengujian berbagai konsentrasi ekstrak cerakin. di Laboratorium 6
jam setelah aplikasi s/d 108 jam setelah aplikasi
Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
biji cerakin dengan konsentrasi berbeda memberikan pengaruh berbeda pula
terhadap tingkat kematian ulat daun bawang. Hal ini mengindikasikan bahwa
ekstrak biji cerakin

memiliki sifat insektisida yang bekerja secara perlahan.

Senyawa aktif dari ekstrak biji cerakin antara lain Piperine dan Senyawa 1,4naphthoquinone. Pada pengamatan 6 JSA dan 12 JSA telah terlihat adanya ulat
daun bawang yang mati baik pada perlakuan P1, P2, P3, P4 maupun P5, namun
pada perlakuan P2 jumlah ulat daun bawang yang mati lebih tinggi bila
dibandingkan dengan perlakuan P3 dan P4. Kematian hewan uji meningkat secara
perlahan-lahan pada pengamatan selanjutnya hingga pengamatan 108 JSA. Dari
beberapa kali pengamatan ditemukan jumlah hewan uji yang mati cenderung sama
yakni pada perlakuan P1 dan P2 pada 90 JSA; P2 dan P3 pada pengamatan 18
JSA, 24 JSA ,36 JSA, serta P4 dan P3 pada 66 JSA. Menurut Makal & Defly
(2011), bahwa hal tersebut berkaitan dengan keragaman ginetik dari setiap

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

61

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni
ISSN 2338-1795

2017

individu (larva) dalam suatu populasi. Sesuai dengan Corbet dkk. (1984),
menyatakan bahwa setiap individu dalam suatu populasi berbeda kecepatan dan
cara untuk

menetralisir racun yang termakan. Sejalan dengan hal tersebut

Ardiansyah dkk. (2002) juga menyatakan bahwa meningkatnya angka mortalitas
anakan dapat disebabkan karena kondisi masing-masing larva kurang seragam
dalam merespon efek toksik esktrak, sehingga penyerapan yang terjadi secara
perlahan-lahan akan menyebabkan detoksifikasi.
Selanjutnya pada pengamatan 108 JSA terlihat pada perlakuan P2, P3, P4,
dan P5 bahwa kematian larva Spodoptera exigua mencapai 100% sedangkan pada
perlakuan P1 kematian larva mencapai 28 ekor atau 93,3% dan pupa yang
terbentuk sebanyak 2 pupa

(6,7%). Dan pada perlakuan P0 kematian larva

sebesar 1 ekor (3,33%) dan pupa yang terbentuk sebanyak 29 pupa (96,7%).
Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2 dan Gambar 2.
Tabel 2 Hasil pengamatan jumlah larva yang berhasil menjadi Pupa pada 108 jam setelah
aplikasi pada setiap perlakuan
Perlakuan

Jumlah Larva jadi Pupa

Presentase (%)

Po

29

96

P1

2

6,67

P2

0

0

P3

0

0

P4

0

0

P5

0

0

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

62

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni
ISSN 2338-1795

2017

Gambar 2 Jumlah larva ulat daun bawang (Spodoptera exigua) yang berhasil
menjadi Pupa pada 108 jam setelah aplikasi pada setiap perlakuan
Data persentase mortalitas larva menandakan bahwa ekstrak biji cerakin
dapat digunakan sebagai insektisida botanis untuk mengendalikan larva
Spodoptera exigua. Dikatakan demikian karena pada perlakuan P2, P3, P4 dan P5
telah mampu membunuh larva Spodoptera exigua hingga 100% dari total populasi
larva uji. Prijono (1994), mengemukakan bahwa suatu ekstrak dikatakan efektif
bila perlakuan dengan ekstrak tersebut dapat mengakibatkan tingkat kematian >
90%.
Pengamatan perilaku serangga uji diketahui larva Spodoptera exigua yang
telah terkontaminasi oleh ekstrak biji cerakin terlihat bahwa menurunnya aktifitas
makan, kurang agresif, warnanya berubah menjadi hijau pucat, dan lamakelamaan warnanya berubah menjadi hitam. Sesuai dengan Thamrin dkk. (2007)
gejala keracunan ditandai dengan menurunnya aktivitas makan dan gerakannya
melemah yang mengakibatkan kematian larva. Selain dapat mengganggu aktivitas
makan racun yang terkandung dalam ekstrak biji cerakin juga dapat terserap
melalui dinding tubuh, dalam hal ini ekstrak biji cerakin berfungsi sebagai racun

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

63

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni
ISSN 2338-1795

2017

kontak. Menurut Lu (1995), kulit umumnya impermeabel dan merupakan batas
yang memisahkan organisme dari lingkungannya. Zat-zat kimia yang terserap
melalui kulit biasanya dalam jumlah besar sehingga akan menimbulkan efek
sistemik.
Organisme berukuran kecil umumnya memiliki nisbah antara permukaan
badan dengan berat badan relatif besar, sehingga apabila terjadi kontak antara
permukaan badan dengan suatu zat, maka senyawa aktifnya dapat dengan mudah
terserap. Organisme yang berukuran lebih besar, pada umur yang relatif sama,
seringkali lebih tahan terhadap senyawa bioaktif dari pada organisme yang lebih
kecil. Perbedaan kepekaan ini berkaitan dengan perbedaan luas permukaan
jaringan sasaran, karena kerja suatu racun seringkali melibatkan permukaan
jaringan. Pada organisme kecil, senyawa aktif dapat lebih cepat mencapai bagian
sasaran dalam

konsentrasi yang

cukup untuk menimbulkan keracunan

dibandingkan organisme yang lebih besar. Organisme muda umumnya lebih peka
terhadap aktivitas toksik zat kimia (Koeman, 1987).
Gambar 1 juga menunjukkan adanya larva Spodoptera exigua yang mati
pada perlakuan P0 (kontrol) namun matinya larva tersebut hanya terjadi pada
pengamatan kedua. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan, selain itu
juga dapat dipengaruhi oleh perlakuan pada saat persiapan atau bahkan pada saat
penelitian berlangsung. Makal & Defly (2011) mengatakan bahwa serangga akan
terhambat pertumbuhan dan perkembangannya atau mati apabila faktor
lingkungan tempat hidupnya tidak mendukung baik dari faktor fisis atau dari
faktor makanan.
Sebagaimana diketahui bahwa biji cerakin mengandung senyawa kimia
seperti saponin, terpenoid dan alkaloid. Pertahanan tumbuhan merupakan
metabolik sekunder yang dihasilkan pada jaringan tumbuhan, dan dapat bersifat
toksik menurunkan kemampuan serangga dalam mencerna makanan dan pada
akhirnya mengganggu pertumbuhan serangga (Siregar & Etti, 2005). Menurut
Rosyidah (2007) bahwa senyawa saponin dapat menimbulkan kelayuan pada saraf
serta kerusakan pada spirakel yang mengakibatkan serangga tidak bisa bernafas

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

64

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni
ISSN 2338-1795

2017

dan akhirnya mati. Saponin bersifat sebagai racun dan antifeedant pada kutu, larva,
kumbang dan berbagai serangga lain.
Senyawa kimia pertahanan tumbuhan merupakan metabolik sekunder atau
aleleokimia yang dihasilkan pada jaringan tumbuhan, dan dapat bersifat toksit,
menurunkan kemampuan serangga dalam mencerna makanan dan pada akhirnya
mengganggu pertumbuhan serangga. Senyawa kimia pertahanan tumbuhan
meliputi saponin, terpenoid dan alkaloid (Siregar & Etti, 2005). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Iswantini dkk. (2007) diketahui bahwa senyawa
aktif yang berfungsi sebagai insektisida dari ekstrak biji cerakin adalah senyawa
piperine. Piperine adalah suatu alkaloida piperidine yang bersifat toksik yang
biasa digunakan sebagai insektisida. Selain piperin, Senyawa 1,4-naphthoquinone
juga diketahui sebagai insektisida. Menurut Babula dkk. (2007) Senyawa 1,4naphthoquinone merupakan turunan dari naftalena melalui penggantian dari dua
hydrogen atom oleh dua kelompok keton. Senyawa ini bersifat sitotoksik sebagai
insektisida, antibakteri, anti jamur, antivirus, anti inflamasi, dan anti piretik yang
digunakan untuk mengobati penyakit ganas dan parasit.
Selain itu Marshall & Kinghorn (1984) juga menyatakan bahwa salah satu
kandungan bahan aktif dari biji cerakin adalah phorbol 13-decanoate; juga
phorbol ester lainnya yaitu 4-deoxy-4α-phorboldiester, phorbol monoester dan 4deoxy-4α-phorbolmonoester Senyawa phorbol ester yang ditemukan paling tinggi
konsentrasinya adalah phorbol 12 tiglate 13-decanoate dan terdapat dalam bentuk
minyak (Minyak Kroton, MK) dan dikatakan efektif dalam penggunaan sebagai
pestisida (Duke, 1983). Sejalan dengan hal tersebut Deshmukh & Borle (1975)
menyatakan bahwa MK mengandung 0,125% yang bersifat seperti racun nikotin
sulfat (insektisida). Kemudian mempunyai sifat lebih efektif dari ekstrak Derris
yang merupakan insektisida (List & Horhammer, 1969-1979) dan bersifat aktif
sebagai moluksida terhadap sejenis keong kecil Oncemelania quadrasi
(Mashaguchi dkk., 1977) Sediaan biji cerakin dilaporkan aktif terhadap beberapa
jenis serangga termasuk kepik Dysdercus koenigii, kutu daun Lipaphis erysimi,
lalat rumah Musca domestica, ulat daun bawang Spodoptera exigua dan ulat
grayak Spodoptera litura (Grainge & Ahmad, 1988).

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

65

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni
ISSN 2338-1795

2017

Selain itu berdasarkan penelitian Roufiq (2012) dengan menggunakan GCMS diperoleh enam senyawa aktif pada biji cerakin yang diketahui sebagai
insektisida yaitu butacarboxim, 2,3,6-trichlorphenol, dnoc, propamocarb,1,4naphthoquinone dan piperidine, 1-(1-oxo-3-phenyl-2-propynyl). Empat dari
senyawa aktif yang ditemukan tersebut diketahui sebagai bahan pestisida. Maka
dapat dikatakan bahwa ekstrak biji cerakin dapat berpotensi sebagai salah satu
pestisida alami yang dapat digunakan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji
cerakin dapat digunakan sebagai insektisida alami terhadap ulat daun bawang
(Spodoptera exigua) dan mampu membunuh larva ulat daun bawang 93,3%
sampai 100%.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada laboran di Laboratorium FKIP
Universitas Tadulako dan semua pihak yang telah banyak membantu penulis
dalam melakukan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Pranowo, Suherman, & Hadad. (2011). Ceraken (croton tiglium l)
tanaman sumber bahan pestisida nabati, Majalah Semi Populer Tree
Tanaman
Rempah
dan
Industry.
Retrieved
from
http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/publikasi/category/11newletter-januari-2011?download=37%3Ajanuari-2011
Ardiansyah, Wiryanto, & Mahajoeno. (2002). Toksisitas ekstrak daun mimba
(azadirachta indica A. Juss) pada anakan siput murbei (pomacea
canaliculata L.). Biosmart, 4(1), 29-34.
Babula, P. V., Adam, L., Have, & Kizek, R. (2007). Naphthoquinones and their
pharmacological
properties.
Retrieved
from
http://www.banglajol.info/index.php/JBS/article/viewFile/2153/1934

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

66

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni
ISSN 2338-1795

2017

Corbet, J. R. K., Wright, A. C., & Baillie, M. N. (1984). The biochemical mode of
action of pesticides: Academic Press London.
Deshmukh, S. D., & Borle, M. N. (1975). Studies on the insecticial properties of
indigenous products Indian. Journal Entomology, 37(1), 11-18.
Duke, J. A. (1983). Euphorbiaceae. purging croton, physic nut, croton-oil plant
handbook
of
energy
crops.
Retrieved
from
http://www.hort.purdue.edu/newcrop/duke_energy/Croton_tiglium.html.
Grainge, M., & Ahmad, S. (1988). Handbook of plats with pest control properties.
New York: John Wiley & Sons.
Iswantini, D., Rosman, R., Mangunwidjaja, D., Hadi, U. K., & Rahminiwat, M.
(2007). Bioprospeksi tanaman obat kamandrah (croton tiglium l.) : Studi
agrobiofisik dan pemanfaatannya sebagai larvasida hayati pencegah
demam berdarah dengue Laporan hasil penelitian KKP3T: Institut
Pertanian Bogor bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Jakarta.
Koeman, J. H. (1987). Pengantar umum toksikologi (R. H. Yudono, Trans.).
Yogyakarta: UGM Press.
List,

P. H., & Horhammer, L. (1969-1979). Hager’s hanbuch
pharmazcutisschen praxis (Vol. 2-6). Berlin: Springer-Velag.

de

Lu, F. C. (1995). Toksikologi dasar, azas, organ sasaran, dan penilaian resiko (E.
Nogroho, Trans. Kedua ed.). Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Makal, M. V., & Defly, A. S. (2011). Pemanfaatan ekstrak kasar batang serai
untuk pengendalian larva crosidolomia binotalis zell pada tanaman kubis.
Eugenia, 17(1), 16-20.
Marshall, G. T., & Kinghorn, A. D. (1984). Short-chain phorbol ester constituenst
of croton oil. Journal American Oil Chemists' Society, 61(7), 1220-1225.
Mashaguchi, J., Yasuraoka, K., Tanaka, H., Santos, A. T., & Bias, B. L. (1977).
Molluscicidal activity of the seed of tuba croton tiglium against
oncemelania quadras. Jab. Journal Parasitology, 26(5), 37-38.
Prijono, D. (1994). Pedoman praktikum teknik pemanfaatan insektisida botanis.
Bogor: IPB.
Rosyidah, A. (2007). Pengaruh ekstrak biji mahoni (swietenia macrophylla king)
terhadap mortalitas ulat grayak (spodoptera litura f.). Universitas Jember.

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

67

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni
ISSN 2338-1795

2017

Roufiq, N. (2012). Rekayasa proses ekstraksi minyak biji kamandrah (croton
tiglium l) dengan pengempaan dan pengembangannya sebagai larvasida
nabati pencegah penyakit demam berdarah dengue. (Disertasi), Institut
Pertanian Bogor.
Saputera, Djumali, M., Sapta, R., Kardono, L. B. S., & Dyah, I. P. (2008).
Characteristics, efficacy and safety testing of standardized extract of
croton tiglium seed from indonesia as laxative material. Pakistan Journal
Biological Science, 11(14), 618-622.
Siregar, N., & Etti, S. S. (2005). Kandungan senyawa ekstrak lengkuas (loctuca
indica l), toksisitas & pengaruh subletalnya terhadap mortalitas larva
nyamuk Aedes Aegypti L. Skripsi pada Universitas Negeri Malang,
Diterbitkan.
Thamrin, M., Asikin, S., Mukhlis, & Budiman, A. (2007). Potensi ekstrak flora
lahan rawa sebagai pestisida nabati. Laporan Hasil Penelitian Balittra (pp.
35-54): Penelitian Pertanian Lahan Rawa.

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 48-57, Juni

2017

68

Dokumen yang terkait

RAGAM KARAKTER MORFOLOGI POLONG KEDELAI (Glycine max L. Merrill) DAN HUBUNGANNYA DENGAN KETAHANAN TERHADAP HAMA PENGISAP POLONG Riptortus linearis F.

0 19 1

UJI PATOGENISITAS JAMUR Aspergillus sp. TERHADAP HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI (Riptortus linearis) DI LABORATORIUM

6 38 47

Biologi Riptortus linearis Fabr. ( Hemiptera: Alydidae) pada Polong Kacang Panjang (Vigna sinensis L.), Polong Kacang Merah ( Phaseolus vulgaris L.) dan Polong Kedelai (Glycine max (L.) Merrill)

0 11 95

Karakterisasi biji kamandrah (Croton tiglium L.) dan pengembangan teknologi proses ekstrak terstandar sebagai bahan laksatif

6 91 226

Bioprospeksi Tanaman Obat Kamandrah (Croton tiglium L.): Budidaya dan Pemanfaatannya sebagai Larvasida Hayati Pencegah Demam Berdarah Dengue

0 11 59

Rekayasa proses ekstraksi minyak biji Kamandrah (Croton tiglium L.) dengan pengempaan dan pengembangannya sebagai larvasida nabati pencegah penyakit Demam Berdarah Dengue

1 36 416

Keefektifan lima jenis cendawan Entomopatogen terhadap hama pengisap polong kedelai Riptortus linearis dan dampaknya terhadap Predator Oxyopes javanus Thorell

0 3 63

PENGARUH EKSTRAK DAUN Agalia odorata TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Nezara viridula DAN Riptortus linearis.

0 0 4

Uji Preferensi Kepik Cokelat Riptortus linearis Fabr (Hemiptera: Alydidae) Pada Tanaman Kacang Kedelai, Kacang Hijau dan Orok – Orok (Crotolaria pallida Aiton.)di Rumah Kassa

0 0 12

Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Pakan Terhadap Bioekologi Hama Pengisap Polong Kedelai Riptortus linearis Di Laboratorium - UWKS - Library

0 0 14