HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TINGKAT RISIKO TERKENA KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Pada WANITA DEWASA DINI

  

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TINGKAT RISIKO

TERKENA KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU

SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Pada WANITA

DEWASA DINI

  

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Disusun oleh:

  Melania Kinanti L.K.W NIM : 039114076

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TINGKAT RISIKO

TERKENA KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU

SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Pada WANITA

DEWASA DINI

  

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Disusun oleh:

  Melania Kinanti L.K.W NIM : 039114076

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  Skripsi ini kupersembahkan untuk :

  Yesus Kristus Sang Juru Selamat yang selalu mau menggandeng tanganku Mamah dan Papah

  Carino Bear yang telah ada dan selalu ada disampingku Kita mengasihi karena Allah lebih dulu mengasihi kita Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah”, dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi

  Allah, yang tidak dilihatnya’ ( I Yohanes 4 : 19-20)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Penulis Melania Kinanti L.K.W

  

Abstrak

Hubungan Antara Persepsi Tingkat Risiko Terkena Kanker Payudara

dengan Perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) pada Wanita

Dewasa Dini.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji: (1). ada tidaknya hubungan antara persepsi tingkat risiko terkena kanker payudara dengan perilaku SADARI pada wanita dewasa dini, (2) ada tidaknya efek moderator sejarah keluarga penderita kanker payudara pada hubungan antara persepsi tingkat risiko dengan perilaku SADARI. Berdasarkan Model Keyakinan Kesehatan, ketika seseorang memiliki persepsi tingkat risiko yang tinggi maka ia akan mengambil tindakan menjaga kesehatan. Deteksi dini kanker payudara, dalam hal ini SADARI, merupakan salah satu bentuk perilaku menjaga kesehatan.

  Data dalam penelitian ini diperoleh dari 83 subjek wanita dewasa dini berusia 20-40 tahun yang semuanya mengetahui tentang SADARI dan memiliki pendidikan minimal SMU. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Persepsi Tingkat Risiko dan Skala Perilaku SADARI. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antara persepsi tingkat risiko dan SADARI.

  Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa persepsi tingkat risiko tidak berhubungan signifikan dengan perilaku SADARI yang mana r= 0,006

  

(p>0,05) . Sedangkan analisis data tambahan pada kelompok subjek yang

  memiliki sejarah keluarga penderita kanker payudara (n=13) diketahui bahwa persepsi tingkat risiko berhubungan negatif signifikan dengan perilaku SADARI yang mana r= - 0,767 (p<0,05). Pada kelompok subjek yang tidak memiliki sejarah keluarga penderita kanker payudara (n=70) diketahui bahwa r= 0,121

  

(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara persepsi tingkat risiko

  dengan perilaku SADARI. Dari Uji beda r, diketahui bahwa sejarah keluarga penderita kanker payudara memiliki efek moderator pada hubungan antara persepsi tingkat risiko dengan perilaku SADARI (Z= 3,29>Z ). Tidak adanya

  tabel

  hubungan antara persepsi tingkat risiko dan perilaku SADARI dapat disebabkan adanya faktor stres, serta rendahnya persepsi tingkat risiko subjek.

  Kata kunci: persepsi tingkat risiko, perilaku SADARI, wanita dewasa dini

  ABSTRACT

Relationship between Perceived Risk of Getting Breast Cancer and Breast

Self-Examination (BSE) among Early Adulthood Women

  This research’s aim is to study: (1) relationship between perceived risk getting breast cancer and BSE among early adulthood women; (2) breast cancer patient family history moderator effect to relationship between perceived risk getting breast cancer and BSE. According to Health Belief Model, when someone has high perceived risk, then he/she would perform health-protective behavior. Breast cancer early detection, in this case, BSE is one form of health protective behavior.

  Data in this research obtained from 83 early adulthood women having age 20-40 years, which all know about BSE, and have minimum high school education. This research using Perceived Risk Scale and BSE Scale. This was correlational research which aim to know relation pattern between perceived risk and BSE.

  Based on data analysis result, known that perceived risk isn’t significantly correlate with BSE which r=0,006 (p>0,05). While additional data analysis of group having breast cancer patient family history (n=13) known that perceived risk have significant negative correlation with BSE (r= - 0,767 (p<0,05)). At group of subject which doesn’t have breast cancer patient family history (n=70) known that r=0,121 (p>0,05) which mean no significant correlation between perceived risk and BSE. Moderator analysis of breast cancer patient family history shown that has significant effect to relationship between perceived risk getting breast cancer and BSE (Z= 3,29>Z ). No significant correlation between

  

table

perceived risk and BSE can caused by stress factor, and low perceived risk.

  

Key words : Perceived risk, BSE (Breast Self-Examination), Early Adulthood

Women

  LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Melania Kinanti L.K.Wardhani NIM : 039114076 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Hubungan Antara Persepsi Tingkat Risiko Terkena Kanker Payudara

dengan Perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) pada Wanita

Dewasa Dini.

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal 17 Mei 2008 Yang menyatakan (Melania Kinanti L.K.Wardhani)

KATA PENGANTAR

  Dengan memanjatkan segala puji dan syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga dengan segala usaha dan upaya penulis akhirnya berhasil menyelesaikan skripsi ini seperti yang penulis harapkan dengan judul “Hubungan Antara Persepsi Tingkat Risiko Terkena Kanker

  

Payudara Dengan Perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Pada

Wanita Dewasa Dini “.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan program pendidikan strata satu (S1) di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Atas selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan maupun saran, khususnya kepada :

  1. P. Eddy Suhartanto S.Psi., M.Si. sebagai Dekan Fakultas Psikologi, dan segenap civitas akademia Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan bantuannya selama penulis menjalankan pendidikan di perguruan tinggi ini.

  2. Ibu A. Tanti Arini S.Psi., M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan serta saran-saran yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

  3. Bapak V. Didik Suryo Hartoko S.Psi., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  4. Ibu Kristiana Dewayani S.Psi., M.Si.. selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  5. Ibu Agnes Indar E., S. Psi., Psi., M.si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak membantu peneliti selama masa studi.

  6. Ibu C. Sri Hari Ujiningtyas S.Kp. selaku direktur Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta, yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

  7. Bapak Ign Gonggo Prihatmono S. Km. selaku Kepala bidang Pembinaan Mahasiswa dan Alumni Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

  8. Bapak Dr. St. Arif Haliman, MPH selaku Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

  9. Bapak B. Agung Sulistiyo, SH selaku Kepala Bagian Personalia dan Pak Rizat Bagian Personalia RS Panti Rapih yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

  10. Mbekopah R. Wisnu Wardhana dan Mbekomah Suprapti S.Pd. yang selalu memberikan dorongan dan menanyakan kapan lulus, juga kepada

  Mbekiyuk , Ayu terimakasih atas semuanya sampai sekarang makasih ya pah, mah…

  11. My Carino Bear, Antonius Gusti Prima Supratman yang selalu ada disampingku, menemaniku dalam hidup, terimakasih atas semua kasih

  12. Keluarga besar Eyang Muladi yang selalu memberi dorongan semangat kepada penulis.

  13. Sahabatku yang paling setia sampai akhir Nicky, Lady, Belang, Brownie, little Snowy, Rocky, Ale, Uwi, Gendut dan Vensa terimakasih kalian udah

  bikin aku ketawa dan bangga punya kalian.. Kumal dan Tabu jangan nakal ya boys..Aku sayang kalian semua

  14. Sahabat-sahabatku Diana, Ana, Dhani, Dyas dan Bos Linda yang mau berbagi keceriaan bersamaku, terimakasih untuk dukungan dan nasehat yang membantuku semakin dewasa.. I luv U all prenzzz..

  15. Teman seperjuanganku, Melati yang selalu mau mendengarkan keluh kesahku dan menasehatiku makasih ya mel..kamu dah seperti sodaraku

  sendiri..Semangat!!!! sukses cita&cintamu..kutunggu ujianmu kita tetap wisuda bareng.

  16. Teman-teman P3W inti Paingan, Tami semangat Tam!!!!, Dias dan Eko yang sudah berbagi keceriaan.

  17. Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Pak Gie’ dan bu Nanik yang telah banyak membantu penulis selama kuliah.

  18. Teman-teman angkatan 2003, Wahyu, Yustin, Wulan, Ratih, Oky, Rakhel, Risa, Devita, Ita Noni, Christa, Moniq dan yang lainnya.

  19. Teman SMU Stece yang sudah berbagi keceriaan, Lia, Ririn, Linggar, Yanie Yanthoel, Yohana, Vera Gila, Winda, Dhita..

  20. Pihak lain yang belum tersebutkan

  Harapan dan doa penulis, semoga Tuhan akan membalas budi baik semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan sehingga semua saran dan kritik akan penulis terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

  Penulis

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. iii HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………… iv MOTTO……………………………………………………………………. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………… vi ABSTRAK…………………………………………………………………. vii ABSTRACK……………………………………………………………….. viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN.............................................. ix KATA PENGANTAR……………………………………………………… x DAFTAR ISI……………………………………………………………….. xiv DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………..

  1 B. Rumusan Masalah…………………………………………

  7 C. Tujuan Penelitian………………………………………….

  7 D. Manfaat Penelitian…………………………………………

  8 BAB II LANDASAN TEORI

  A. Kanker Payudara ……………………………………………

  9 A.2. Jenis-jenis Kanker Payudara…………………………

  9 A.3. Gejala-gejala Kanker Payudara………………………

  11 A.4. Faktor Risiko Kanker Payudara……………………

  11 B. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebagai Salah Satu Metode Deteksi dini Kanker Payudara. …………………………

  13 B. 1 Pengertian SADARI ……………………………… 13

  B. 2 Langkah-langkah SADARI………………………

  14 B.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku SADARI...

  16 C. Wanita Dewasa Dini…………………………

  18 C.1 Pengertian Wanita Dewasa Dini…………………………

  18 C.2. Tugas-Tugas Perkembangan Wanita Dewasa Dini………

  19 D. Persepsi Tingkat Risiko…………………………

  21 D. 1. Pengertian Persepsi Tingkat Risiko…………………………

  21 D.2. Persepsi Tingkat Risiko dalam Model Keyakinan Kesehatan..

  22 E. Hubungan Antara Persepsi Tingkat Risiko Terhadap Kanker Payudara dengan Perilaku SADARI pada Wanita Dewasa Dini. …

  24 F. Hipotesis…………………………………………………….

  26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian………………………………………….

  28 B. Variabel Penelitian………………………………………

  28 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian……………….

  28 E. Metode Pengumpulan Data……………………………..

  32 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur……………………

  35 G. Metode Analisis Data……………………………………

  36 H. Persiapan Penelitian……………………………………

  38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Akademi Keperawatan Panti Rapih (Akper Panti Rapih) ….

  41 B. Rumah Sakit Panti Rapih (RS Panti Rapih) ……………

  42 C. Pelaksanaan Penelitian…………………………………

  45 D. Hasil Analisis Data……………………………………

  46 E. Pembahasan……………………………………………

  50 BAB V PENUTUP

  A. Kesimpulan…………………………………………… 56

  B. Saran………………………………………………….. 57

  

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………. 58

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Skala Uji Coba Lampiran 2 Hasil Uji Coba Lampiran 3 Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 4 Skala Penelitian Lampiran 5 Hasil Penelitian Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas Lampiran 7 Hasil Uji Linearitas Lampiran 8 Hasil Uji Korelasi Lampiran 9 Uji Beda nilai r Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 11 Struktur Organisasi Akademi Keperawatan Panti Rapih

  Yogyakarta Lampiran 12 Struktur Organisasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Lampiran 13 Daftar Mahasiswa Akademi Keperawatan Panti Rapih

  Yogyakarta Lampiran 14 Daftar Karyawan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

  Daftar Tabel

  Tabel 1. Tabulasi Data Subjek Penelitian Tabel 2. Deskripsi Data Penelitian Tabel 3. Tabel Koefisien Korelasi (r)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan

  kematian pada manusia. Kanker dapat muncul karena pola hidup yang tidak sehat, akibat stress atau hasil dari interaksi dengan lingkungan yang tidak sehat (Sarafino, 1990). Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang paling banyak diderita dan menyebabkan kematian pada perempuan (Heimann, Bradley, & Hellman dalam Norman & Brain, 2005). Di Indonesia, gerakan sosial untuk kesadaran terhadap kanker payudara masih belum memasyarakat (Yayasan Kanker Payudara Jakarta, 2006). Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat menyebabkan tingginya tingkat stadium pasien kanker payudara ketika datang berobat. Sebanyak 70% wanita yang menderita kanker payudara baru menyadari penyakitnya ketika sudah berada pada stadium lanjut dan akhirnya mempersulit proses pengobatan dan meningkatkan risiko kematian (Sutjipto dalam Kanker Payudara: 70% Pasien Terlambat Deteksi Dini , 2006).

  Kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker leher rahim yang paling banyak menyerang wanita di Indonesia (Sutjipto dalam Kanker

  

Payudara: 70% Pasien Terlambat Deteksi Dini , 2006). Penyebab munculnya

  kanker payudara sendiri hingga saat ini belum dapat diketahui secara pasti (American Cancer Society, 2006; Sarafino, 1990; Dipiro , 2005). Walaupun diungkapkan, diantaranya adalah memiliki sejarah keluarga yang menderita kanker payudara, mengkonsumsi alkohol secara berlebihan, jarang melakukan olahraga, menjalani diet berlebihan, perilaku menunda kehamilan atau tidak menyusui.

  Pola perilaku yang berisiko memunculkan kanker payudara saat ini banyak dilakukan oleh para wanita. Perilaku menunda kehamilan atau tidak menyusui banyak dilakukan oleh wanita dewasa dini demi perkembangan karir mereka. Menurut Hurlock (1990), tugas perkembangan wanita dewasa dini selain menyesuaikan diri dengan keluarga adalah penyesuaian diri dengan pekerjaan.

  Hal inilah yang dapat membuat wanita dewasa dini menunda kehamilannya yang dapat berisiko memunculkan kanker payudara (American Cancer Society, 2005).

  Kesibukan bekerja atau kesibukan akademis seperti perkuliahan dapat membuat wanita melupakan kesehatannya sehingga tak jarang dapat terserang kanker.

  Perilaku tidak memperhatikan gaya hidup seperti jarang berolahraga serta mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dan minuman beralkohol secara berlebihan, dapat pula mencetuskan munculnya kanker payudara sebab konsumsi alkohol dapat mempengaruhi meningkatnya jumlah hormon steroid reproduksi yang berakibat munculnya kanker payudara (Dipiro dkk, 2005). Selain itu, pertumbuhan fisik yang mencapai puncaknya pada usia dewasa dini juga dapat menghambat kanker payudara dideteksi secara dini, sebab bisa saja perubahan bentuk payudara dianggap sebagai bagian dari proses pertumbuhan.

  Faktor keturunan sering dipandang sebagai faktor utama yang yang dimuat dalam koran Reuters (Kanker Payudara Ancam Remaja Perokok, 2006), lebih dari 10.000 mahasiswa di 23 negara-negara Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Utara menganggap faktor keturunan lebih berpotensi memunculkan kanker payudara daripada faktor gaya hidup. Padahal kenyataannya, hanya sebanyak 5-10% kasus kanker payudara berkaitan dengan faktor genetika (American Cancer Society, 2006). Kurangnya kesadaran akan kemungkinan terkena kanker payudara sebagai akibat dari gaya hidup yang tidak sehat membuat wanita dewasa dini tidak awas akan penyakit ini dan dapat merasa enggan memeriksakan diri sehingga akhirnya membuat kanker payudara terlambat disadari dan memperkecil kemungkinan dapat disembuhkan. Kanker payudara dapat disembuhkan dengan baik ketika kanker tersebut dapat diketahui sejak dini.

  Kanker payudara dapat dideteksi secara dini dengan melakukan mamografi, pemeriksaan payudara secara klinis atau dengan melakukan teknik SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) sebagai aktivitas kewaspadaan terhadap kanker payudara (American Cancer Society, 2005). Meskipun mamografi dikenal sebagai metode terbaik untuk deteksi dini kanker payudara, namun beberapa kasus kanker payudara tidak dapat diungkap melalui metode ini (American Cancer Society, Epstein, Bertell, & Seaman, dalam Norman & Brain, 2005). Teknik SADARI merupakan alternatif lain yang lebih sederhana, tidak memerlukan banyak biaya yang bisa dikombinasikan dengan mamografi atau pemeriksaan klinis serta dapat dilakukan sejak usia 20 tahun (American Cancer Society, 2005). SADARI dapat membantu penderita menemukan sendiri benjolan dipayudara, dapat mengurangi tingkat kematian penderita kanker (Shapiro dkk, dalam Aiken, dkk, 1994).

  Selain metode deteksi dini yang dikemukakan oleh American Cancer

  

Society , terdapat pula metode lain yang dikenal dengan tes genetik. Tes genetik ini

  merupakan tes untuk mengetahui apakah seseorang membawa gen BRCA1 atau BRCA2 yang termutasi, sehingga memiliki kemungkinan untuk memunculkan kanker payudara atau kanker rahim. Bagi beberapa klinik kesehatan, tes genetik ini hanya ditujukan bagi mereka yang memiliki sejarah keluarga dengan risiko yang besar untuk mengidap kanker payudara (Breast Cancer Genetic Counseling, 2007).

  Deteksi dini sebagai salah satu bentuk perilaku menjaga kesehatan dan aktifitas kewaspadaan menjadi penting, mengingat risiko kematian yang tinggi akibat penyakit kanker payudara. Perilaku deteksi dini dapat muncul ketika seseorang merasa ia berpotensi mengidap suatu penyakit. Perasaan bahwa dirinya berpotensi mengidap suatu penyakit disebut sebagai persepsi tingkat risiko. Persepsi tingkat risiko adalah evaluasi diri akan kemungkinan memiliki masalah kesehatan (Sarafino, 1990). Persepsi tingkat risiko merupakan asesmen subjektif akan informasi yang membantu individu untuk merasakan kerentanan mereka terhadap suatu penyakit dan membuat keputusan tentang perilaku menjaga kesehatan (Weinstein, 1999).

  Berdasarkan Model Keyakinan Kesehatan, ketika seseorang merasa dirinya berpotensi mengidap penyakit, maka secara psikologis dia akan berusaha tingkat risiko seseorang terhadap suatu penyakit dapat memfasilitasi munculnya perubahan perilaku yang mengarah pada perilaku menjaga kesehatan. Persepsi tingkat risiko yang meningkat dapat mempengaruhi tindakan pencegahan dan aktivitas deteksi dini (Sarafino, 1990), sehingga wanita yang mengetahui mereka memiliki risiko terkena kanker payudara lebih mungkin untuk melakukan perilaku deteksi dini seperti mamografi, pemeriksaan payudara secara klinis, SADARI atau melakukan tes genetik.

  Model Keyakinan Kesehatan mengasumsikan bahwa persepsi tingkat risiko dapat mempengaruhi munculnya perilaku menjaga kesehatan (Sarafino, 1990), namun perilaku menjaga kesehatan, dalam hal ini perilaku deteksi dini tidak selalu dipengaruhi oleh persepsi tingkat risiko. Penelitian Lipkus dkk.

  (1999) menunjukkan bahwa perhatian terhadap kanker payudara lebih dapat mempengaruhi minat untuk melakukan tes genetik pembawa gen kanker payudara daripada persepsi tingkat risiko. Howe (1981) juga menemukan bahwa perilaku deteksi dini, khususnya SADARI tidak berhubungan dengan persepsi tingkat risiko. Bahkan persepsi tingkat risiko juga tidak berhubungan dengan SADARI pada wanita yang memiliki akses kesehatan payudara (Posluszny dkk, 2004) dan wanita yang memiliki sejarah keluarga penderita kanker payudara (Norman & Brain, 2005).

  Tidak adanya hubungan antara persepsi tingkat risiko dan perilaku deteksi dini menurut Posluszny dkk (2004) disebabkan adanya faktor stres. Posluszny dkk (2004) mengatakan bahwa kekhawatiran dan stres dapat menjadi penghalang bagi mengenai SADARI dapat meningkatkan distres dan membuatnya menjadi tidak tertolerir. Kekhawatiran yang tidak tertolelir dapat menimbulkan ketakutan karena dengan melakukan deteksi dini, bisa saja kanker payudara menjadi terdeteksi dan hal ini dapat membuat penderita merasa enggan melakukan deteksi dini.

  Bagi masyarakat di Indonesia, terkena penyakit kanker dapat menjadi pengalaman yang menakutkan sebab penyakit kanker menduduki peringkat keenam sebagai penyebab kematian dan 800.000 penduduk Indonesia terkena penyakit ini setiap tahunnya (800.000 Orang Indonesia Terserang Kanker Tiap

  

Tahun , 2007). Ketakutan atau kecemasan terhadap kanker payudara dapat

  mempengaruhi persepsi tingkat risiko seseorang (Posluszny dkk, 2004). Oleh karena itu, tingginya persepsi tingkat risiko tidak menjamin perilaku SADARI dilakukan, hal ini tidak sesuai dengan prediksi Model Keyakinan Kesehatan.

  Ketakutan atau kecemasan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor sejarah keluarga yang pernah menderita kanker. Semakin mereka merasa berpotensi terkena kanker payudara, maka mereka semakin cemas terhadap penyakit ini sehingga mereka dapat enggan untuk melakukan deteksi dini karena takut mengetahui dirinya menderita kanker payudara. Jadi ada kemungkinan faktor sejarah keluarga penderita kanker payudara mempunyai efek moderasi terhadap hubungan persepsi tingkat risiko dengan perilaku deteksi dini, namun hal ini masih perlu diujikan secara empirik.

  Jenis deteksi dini dalam penelitian ini adalah SADARI. Sebagai metode deteksi dini yang paling sederhana, SADARI dapat membantu penderita memerlukan waktu, biaya mahal dan analisis yang lama untuk mengetahui ada tidaknya benjolan di payudara sebagai salah satu indikasi kanker payudara.

  Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara persepsi tingkat risiko terkena kanker payudara dengan perilaku SADARI pada wanita dewasa dini serta apakah sejarah keluarga penderita kanker payudara mempunyai efek moderasi pada hubungan antara persepsi tingkat risiko dengan perilaku SADARI.

  B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. “Apakah ada hubungan antara persepsi tingkat risiko terkena kanker payudara dengan perilaku SADARI pada wanita dewasa dini?”.

  2. “Apakah sejarah keluarga penderita kanker payudara memiliki efek moderasi pada hubungan antara persepsi tingkat risiko dengan perilaku SADARI?”.

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji :

  1. Ada tidaknya hubungan antara persepsi tingkat risiko terkena kanker payudara dengan perilaku SADARI pada wanita dewasa dini

  2. Ada tidaknya efek moderasi sejarah keluarga penderita kanker payudara pada hubungan antara persepsi tingkat risiko dengan perilaku SADARI.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

  • Dapat mengkaji asumsi Model Keyakinan Kesehatan, khususnya tentang hubungan antara persepsi tingkat risiko terkena kanker payudara dengan perilaku SADARI pada wanita dewasa dini, dengan melihat ada tidaknya sejarah keluarga penderita kanker payudara.
  • Menambah khasanah bahasan dalam rentang perkembangan wanita dewasa dini.

  2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai masukan bagi pendidikan publik mengenai faktor risiko kanker payudara dan pentingnya deteksi dini.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kanker Payudara A.1. Pengertian Kanker Payudara Kanker adalah suatu penyakit sel–sel dengan ciri adanya pembiakan sel

  tak terbatas yang biasanya membentuk neoplasma (tumor) malignant (ganas) yang muncul ketika sel sebagai bagian dari tubuh mulai untuk berkembang secara tidak terkontrol, tidak seperti sel normal (American Cancer Society, 2006; Dipiro, 2005). Kanker memiliki karakteristik penting, yaitu perkembangbiakan yang liar sehingga sel-sel tersebut dapat menyebar atau memisahkan diri ke bagian tubuh yang lain.

  Kanker payudara merupakan tumor ganas yang muncul pada sel di payudara (American Cancer Society, 2006). Penyakit ini lebih banyak menyerang kaum wanita, namun tidak menutup kemungkinan kaum pria juga dapat terkena penyakit ini. Sel kanker payudara tersembunyi dalam kelenjar payudara, sel ini dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran 1 cm dalam waktu 8–12 tahun (Dipiro, 2005). Hingga saat ini, penyebab kanker payudara sendiri belum dapat diketahui secara pasti (American Cancer Society, 2006; Sarafino, 1990; Dipiro , 2005).

  A.2. Jenis-jenis Kanker Payudara Menurut American Cancer Society (2006), jenis-jenis kanker payudara

  1. Carcinoma In Situ (in SIGH-to): merupakan istilah yang digunakan untuk tahap awal kanker, yang ditandai dengan munculnya sel kanker pada jaringan tubuh. Pada kanker payudara, tahap ini ditandai dengan adanya sel kanker pada saluran susu atau lobus yang belum menyebar pada jaringan lemak di payudara.

  2. Ductal carcinoma in situ (DCIS): merupakan jenis kanker payudara yang tidak berbahaya. Pada tahap ini, sel kanker ada terbatas pada saluran susu, yang belum menyebar ke bagian jaringan lemak payudara melalui dinding saluran. Wanita yang berada pada tahap ini dapat disembuhkan dan dianjurkan melakukan pemeriksaan mamografi.

  3. Lobular carcinoma in situ (LCIS): pada tahap ini sel kanker berada pada kelenjar susu, tetapi belum menyebar pada dinding lobus. Adanya LCIS ini meningkatkan risiko wanita terkena kanker payudara, dan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan klinis.

  4. Infiltrating (invasive) ductal carcinoma (IDC): merupakan kanker payudara pada umumnya, yang dimulai pada saluran susu, melalui dinding saluran, dan menyerang jaringan lemak payudara. Dari sini sel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. IDC merupakan tipe kanker payudara yang banyak menyerang, sekitar 80% penderita menderita jenis ini.

  5. Infiltrating (invasive) lobular carcinoma (ILC): kanker ini bermula pada kelenjar susu atau lobus, yang menyerang bagian tubuh lain. Sebanyak

  A.3. Gejala-Gejala Kanker Payudara Gejala kanker payudara antara lain muncul benjolan pada payudara, keluarnya cairan tidak normal dari puting susu seperti nanah, darah, cairan encer atau keluar cairan susu pada ibu yang tidak hamil atau tidak menyusui, perubahan bentuk dan besar payudara, serta kulit, puting susu dan areola melekuk kedalam atau berkerut. (Dipiro dkk, 2005). Selain gejala–gejala diatas, Yayasan Kanker Payudara Jakarta (2006) menambahkan pula bahwa gejala kanker dapat berupa benjolan yang tidak hilang atau permanen, biasanya tidak sakit dan terasa keras bila disentuh atau penebalan pada kulit payudara atau di sekitar ketiak. Selain itu adanya perubahan ukuran atau bentuk payudara, muncul kerutan pada kulit payudara, keluarnya cairan dari payudara, umumnya berupa darah, dan adanya pembengkakan atau adanya tarikan pada puting susu.

  A.4. Faktor Risiko Kanker Payudara Faktor risiko merupakan segala sesuatu yang meningkatkan potensi seseorang terkena penyakit. Menurut American Cancer Society (2006), faktor risiko kanker payudara dibagi menjadi dua, yaitu : 1. faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara lain : a. gender : wanita memiliki potensi lebih besar terkena kanker payudara.

  b. usia : potensi terkena kanker payudara meningkat setiap bertambahnya usia. Sekitar delapan dari sepuluh kasus kanker payudara muncul pada c. faktor genetik : sekitar 5–10% kasus kanker payudara disebabkan karena adanya mutasi gen.

  d. sejarah keluarga : kasus kanker payudara ditemukan pada wanita yang memiliki keluarga dengan sejarah penderita kanker payudara.

  e. sejarah pribadi terkena kanker payudara : wanita yang pernah terkena kanker payudara pada salah satu payudaranya, memiliki risiko untuk terkena kanker pada payudara yang lain.

  f. ras : wanita kulit putih cenderung menderita penyakit ini dibandingkan wanita Afrika–Amerika. Namun wanita Afrika–Amerika cenderung meninggal akibat kanker ini.

  g. biopsi awal payudara yang tidak normal.

  h. radiasi awal payudara. i. periode menstruasi. j. pengobatan dengan DES (diethylstilbestrol) : penggunaan DES ini pada awalnya diketahui sebagai penguat kehamilan, namun kemudian diketahui bahwa DES ini meningkatkan risiko terkena kanker payudara.

  2. Risiko kanker payudara dan pola hidup yang dapat diubah:

  a. tidak mempunyai anak; wanita yang tidak memiliki anak atau melahirkan diatas usia 30 tahun memiliki potensi yang lebih besar untuk menderita kanker payudara.

  b. Pil pengontrol kelahiran, saat ini masih tidak jelas hubungan antara menemukan bahwa mengkonsumsi pil kontrasepsi memperbesar risiko terkena kanker payudara.

  c. Hormone Replacement Therapy (HRT) hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jangka panjang kombinasi HRT (hormon estrogen dengan hormon progresteron) setelah menopause meningkatkan resiko penyakit kanker payudara, jantung, stroke dan pembekuan darah.

  d. Pemberian ASI, memberi ASI pada bayi dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara hingga sebesar 50%.

  e. Alkohol, pengkonsumsian alkohol mempunyai efek pada kanker payudara, mereka yang mengkonsumsi alkohol sebanyak dua sampai lima gelas alkohol sehari memiliki risiko 1 ½ kali lebih besar daripada mereka yang tidak mengkonsumsi alkohol.

  f. Diet, memiliki berat badan berlebih dapat mencetuskan kanker payudara.

  g. Olahraga, penelitian menunjukkan bahwa olahraga dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara.

B. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebagai Salah Satu Metode Deteksi dini Kanker Payudara.

  B. 1 Pengertian SADARI SADARI adalah metode pencegahan kedua yang digunakan untuk pemeriksaan deteksi dini kanker payudara selain mamografi dan pemeriksaan payudara yang dikemukakan oleh American Cancer Society (ACS) dan dianjurkan dilakukan sendiri ketika memasuki usia 20 tahun, serta tidak memerlukan biaya (American Cancer Society, 2005). Meskipun SADARI terbukti tidak mengurangi tingkat kematian, namun SADARI masih dapat menjadi metode deteksi dini yang paling awal terhadap kanker payudara. Terutama di daerah pedesaan yang kurang memiliki fasilitas mamografi dan pemeriksaan payudara secara klinis (Dündar dkk, 2006). Aktivitas SADARI meliputi pemeriksaan fisik dan visual payudara (Breast self-exams: One way to

  

detect breast cancer , 2007) pada saat satu minggu setelah menstruasi selesai

(Matlin, 2004).

  Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa SADARI merupakan metode pencegahan kedua terhadap pemeriksaan kanker payudara yang memiliki langkah-langkah tertentu meliputi pemeriksaaan fisik dan visual payudara, dilakukan sebulan sekali, seminggu sesudah menstruasi dan dianjurkan dilakukan ketika memasuki usia 20 tahun.

  B. 2. Langkah-langkah SADARI Wanita hendaknya sadar akan bagaimana keadaan normal payudaranya dan segera melaporkan apapun perubahan yang terjadi pada ahli kesehatan.

  Langkah-langkah melakukan SADARI yaitu (American Cancer Society, 2006): 1. Berbaring dan tempatkan tangan kanan di belakang kepala (Gbr. 1). ketika berbaring, jaringan payudara menyebar rata disekitar dinding dada, dan menjadi setipis mungkin sehingga lebih mudah untuk merasakan seluruh jaringan payudara.

  2. Gunakan buku jari dari ketiga jari tengah tangan kiri (Gbr. 2) untuk merasakan benjolan pada payudara kanan. Gerakkan buku jari melingkar keluar dari arah dalam keluar untuk merasakan jaringan payudara.

  3. Gunakan tiga tingkatan tekanan yang berbeda untuk merasakan seluruh jaringan payudara. Tekanan yang ringan digunakan untuk merasakan jaringan payudara yang terdekat dengan kulit. Tekanan sedang digunakan untuk memeriksa bagian tengah payudara. Dan tekanan yang berat digunakan untuk merasakan jaringan payudara yang paling dekat dengan dada dan tulang iga. Daerah keras pada bagian lengkungan bawah setiap payudara adalah normal. Jika merasa tidak terlalu yakin seberapa keras tekanan yang diperlukan, konsultasikanlah dengan dokter atau perawat.

  Gunakan setiap tingkatan tekanan untuk merasakan jaringan payudara sebelum berpindah ke titik lain.

  4. Sentuh payudara dalam gerakan naik-turun dimulai pada garis lurus imajiner pada bawah ketiak dan menuju melalui payudara ke tengah tulang dada (Gbr.3). Pastikan untuk memeriksa seluruh area payudara ke bawah sampai hanya merasakan iga dan keatas kearah leher atau tulang selangka.

  5. Terdapat beberapa bukti yang menganjurkan bahwa pola naik-turun (terkadang disebut sebagai pola vertikal) adalah pola yang paling efektif melewatkan jaringan payudara.

  6. Ulangi pemeriksaan pada payudara kiri menggunakan buku jari tangan kanan.

  7. Ketika berdiri di depan cermin dengan tangan menekan pinggul, periksa payudara apakah ada perubahan bentuk, ukuran, kontur, puting melesak, terlalu keluar, kemerahan atau lekukan pada puting dan kulit payudara. (adanya tekanan pada pinggul menyebabkan kontraksi otot dinding dada dan mempertegas setiap perubahan pada payudara). Teruskan untuk mengamati perubahan payudara dengan posisi tangan disamping badan, kemudian dengan tangan bertumpu di kepala.

  8. Periksa ketiak ketika duduk atau berdiri dengan tangan sedikit terangkat sehingga dapat dengan mudah merasakan area ketiak. Menaikkan tangan ke atas membuat menyebabkan area ini menjadi kencang dan membuatnya sulit untuk diperiksa.

  

Gbr.1 Gbr.2 Gbr.3

How to Perform a Breast Self-Exam (American Cancer Society, 2006)

  B.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku SADARI Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku SADARI menurut Taylor

  (1999) antara lain: dipengaruhi oleh persepsi rintangan. Wanita yang memikirkan sedikit rintangan terhadap perilaku SADARI dan mengetahui keuntungan SADARI sebagai teknik deteksi dini kanker payudara cenderung untuk melakukan SADARI, begitu juga dengan wanita yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kesehatan.

  b. berdasarkan Teori Perilaku Terencana (the Theory of Planned

  Behavior ), terutama faktor penentu sikap positif terhadap SADARI

  dan norma sosial yang diterima, membuat individu terdorong untuk melakukan SADARI.

  c. Keyakinan Orientasi Kesehatan (health locus of control belief) memperkirakan wanita yang menyadari bahwa kesehatan ditentukan oleh diri mereka sendiri lebih cenderung melakukan SADARI. Sementara itu, Holtzman (1983) menemukan bahwa perilaku SADARI dipengaruhi oleh usia dan tingkat pendidikan. Wanita dengan usia yang lebih muda dan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi lebih cenderung untuk melakukan SADARI. Crossley (2000) mengemukakan bahwa perilaku SADARI dapat dipengaruhi2 oleh persepsi kerentanan individu, persepsi, pengetahuan dan sikap individu terhadap penyakit kanker payudara itu sendiri.

  Hal-hal seputar performansi perilaku SADARI seperti terlalu sulit atau memakan banyak waktu untuk melakukannya juga turut mempengaruhi. Selain itu, perhatian terhadap orang lain yang terkena penyakit kanker payudara mampu mempengaruhi perilaku SADARI.

C. Wanita Dewasa Dini

  C.1 Pengertian Wanita Dewasa Dini Menurut Hurlock (1990), masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduksi. Sementara itu, Santrock (2002) mengatakan bahwa tanda memasuki masa dewasa adalah ketika seseorang mampu untuk mandiri secara ekonomi serta dapat mandiri dalam membuat keputusan, yang dimulai pada akhir usia belasan atau permulaan usia 20an dan berlangsung sampai usia 30an. Para ahli psikologi secara umum membatasi usia dewasa dini dimulai pada usia 20 tahun dan berakhir pada usia 40-45 tahun (Feldman, 1990). Sementara itu Levinson (1983), mengemukakan bahwa usia dewasa dini dimulai pada usia 17 sampai usia 45 tahun

  Wanita dewasa dini memiliki beberapa ciri-ciri, diantaranya adalah (Kartono, 1977): adanya pemahaman akan keadaan diri dan batas-batas kemampuannya yang digunakan untuk merencanakan pola hidup bagi masa depan; terarah dan bertujuan hidupnya; teratur, adanya suatu mekanisme regulasi diri agar semua fungsi kejiwaan berlangsung secara cermat dan mengarah pada satu tujuan yang pasti.

  Mappiare (1983) menyebutkan bahwa masa dewasa dimulai dalam usia 21 atau 22 tahun, karena kebanyakan dalam usia ini telah memperlihatkan kesiapan biologis, serta matang secara psikologis, yang ditunjukkan dengan ciri-ciri (Anderson dalam Mappiare, 1983): berorientasi pada tugas; adanya pribadi; adanya keobjektifan; mampu menerima kritik dan saran; mampu mempertanggung jawabkan usaha pribadinya serta memiliki penyesuaian yang realistis terhadap situasi baru.

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menyimpulkan batasan usia wanita dewasa dini dimulai pada usia 20 tahun dan diakhiri pada usia 40 tahun yang mana ditandai dengan adanya kemampuan untuk membuat keputusan, matang secara biologis maupun psikologis, memahami keadaan diri dan batas-batas kemampuannya, memiliki arah dan tujuan hidup, dan memiliki suatu mekanisme regulasi diri.

  C.2. Tugas-Tugas Perkembangan Wanita Dewasa Dini Dalam Hurlock (1990) dikatakan bahwa tugas–tugas perkembangan pada masa dewasa dini antara lain :

  1. menemukan kelompok sosial yang cocok 2. menyesuaikan diri dengan perubahan dalam rekreasi yang diperlukan pola hidup orang dewasa 3. mengambil tanggung jawab sipil 4. penyesuaian diri dengan pekerjaan 5. penyesuaian diri dengan perkawinan dan keluarga 6. penyesuaian diri dengan peran sebagai orangtua 7. penyesuaian diri terhadap kesendirian

  Sementara itu Havigurst (dalam Jati, 2005) mengatakan tugas-tugas a. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup.

  Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi dengan persyaratan yang sah. Oleh karena itu mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan serta membentuk kehidupan berumah tangga. Setiap orang memiliki kriteria berbeda dalam menemukan pasangan yang cocok. Mereka akan memilih kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu sebagai prasyarat pasangan hidupnya.

  b. Membina kehidupan rumah tangga.

  Pada usia ini biasanya mereka ingin mempersiapkan dan membuktikan bahwa mereka sudah mandiri. Mereka juga harus dapat membentuk, membina dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik- baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Selain itu mereka juga diharapkan dapat melahirkan anak, membesarkan, mendidik dan membina anak dalam keluarga.

  c. Meniti karir dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PERILAKU AKTIF SADARI PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH PUSKESMAS DINOYO MALANG

0 7 28

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA METODE SADARI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NUSUKAN S

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU SADARI PADA KADER POSYANDU Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Payudara Dengan Perilaku Sadari Pada Kader Posyandu Kecamatan Delanggu.

0 3 11

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU SADARI PADA KADER POSYANDU Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Payudara Dengan Perilaku Sadari Pada Kader Posyandu Kecamatan Delanggu.

0 2 14

Pelatihan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Pada Siswi SMKN 5 Jember Sebagai Upaya Pencegahan Kanker Payudara

0 0 5

14 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA 20 – 30 TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI

0 0 5

PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA BERBASIS SADARI

0 0 10

57 HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

0 0 10

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) TERHADAP PENGETAHUAN MAHASISWI KEPERAWATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

0 0 104

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP CITRA FISIK PADA WANITA DEWASA DINI DENGAN MINAT MENGIKUTI SENAM AEROBIC

0 0 14