Dental komposit yang digunakan dalam kedokteran gigi

  DENTAL KOMPOSIT 2 Anisya juliana s 1690048 Clairy theodora 1690049

  Kenny samuel f 1690050 Tifani kaniawati 1690051 Yunita permana 1690052 Monica giam 1690053

  Niki anisa 1690054

KLASIFIKASI KOMPOSIT

  Clairy Theodora 1690049 Kenny fina 1690050

  KOMPOSIT PARTIKEL KECIL (HALUS)

  • Ukuran partikel antara 0,1 dan 10 m (minifiller dan midifiller). μ
  • Lebih mudah dipoles daripada komposit macrofilled tradisional ,tidak bisa dipoles untuk gloss tinggi.
  • Memberikan tingkat kekerasan dan kekuatan yang tinggi tapi juga brittle.
  • Keseimbangan yang sangat baik di antara polesabilitas, penampilan, dan daya tahan membuat kategori ini cocok untuk penggunaan anterior .

KOMPOSIT KONVENSIONAL

  • Ukuran partikel 1-50 m μ
  • Komposisi : silica atau glass
  • Digunakan untuk high stress area

KOMPOSIT MIKROFILLING

  • Ukuran partikel kira-kira 40 nm
  • Komposisinya silica • Restorasi ini sangat mudah dipoles.
  • Kekurangan utama materi ini adalah bahwa ikatan antara partikel komposit dan secara klinis diikat oleh matriks relatif lemah
  • Mikrofilling dibagi menajdi dua : Homogen mikrofilling dan heterogen mikrofilled
  • Homogen mikrofilling digunakan untuk restorasi dengan stress rendah dan area sublingual yang memerlukan pengilapan dan pemolesan yang tinggi
  • Homogen mikrofilling digunakan untuk restorasi dengan stress rendah dan area sublingual yang memerlukan bahan yang mengurangi penyusutan.
  • Sifat mekanik umumnya lebih rendah daripada yang komposit convensional .
  • Bersifat agglomerate atau menggumpal
  • Selain itu, dalam jangka panjang, jika komposit microfilled ditempatkan di daerah wear tinggi, bahan akan cepat rusak
  • Digunakan untuk memulihkan gigi dengan lesi karies pada permukaan halus (kelas III dan V) namun tidak dalam situasi (kelas II dan IV).

KOMPOSIT HYBRID

  • Diformulasikan dengan sistem pengisi campuran yang mengandung dua partikel mikrofin (0,01 sampai 0,1 pm) dan partikel halus (0,1 sampai 10 pm)
  • Komposisinya glass atau silica
  • Terdiri dari hybrid partikel besar,mildfiller,dan minifilled
  • Untuk mendapatkan kehalusan permukaan yang lebih baik lagi daripada komposit partikel kecil
  • Cocok untuk memulihkan lokasi high-stress tertentu dimana estetika sebagai pertimbangan utama misalnya, tepi insisal dan

  KOMPOSIT NANOFILLED / NANOKOMPOSIT / NANOHYBRID

  • Ukuran partikel 1 sampai 100 nm
  • Komposisi dari nanohybrid adalah glass atau resin nanopartikel
  • Komposisi dari nanofilled adalah silica atau zirconia
  • Nanocomposites ,tidak sekuat komposit hybrid atau komposit microfilled.
  • Digunakan pada area moderate stress dengan kebutuhan polishing yang optimal (class III,IV)

  KLASIFIKASI KOMPOSIT BERDASARKAN KARAKTERISTIK MANIPULASI

  1. Flowable Composite Resin ini biasanya memiliki viskositas lebih → rendah yang memungkinkan resin ini mengalir lebih cepat, menyebar secara merata, beradaptasi dengan bentuk kavitas, dan menghasilkan bentuk yang sesuai dengan anatomi gigi yang diinginkan.

  2. Condensable (Packable) Composite Dibandingkan dengan amalgam, → teknik penempatan komposit jauh lebih menyita waktu dan menuntut.

  Karena konsentrasinya yang sangat plastik dan seperti pasta dalam keadaan precured, komposit tidak dapat dikemas secara vertikal ke dalam rongga sedemikian rupa sehingga material mengalir secara lateral maupun vertikal untuk memastikan kontak intim dengan dinding

  

SIFAT – SIFAT DENTAL

KOMPOSIT Tifani Kaniawati / 1690051 Yunita / 1690052

DEGREE OF CONVERSION

  • • DC adalah ukuran persentase ikatan rangkap

    karbon-karbon yang dimilikinya setelah dikonversi menjadi ikatan tunggal untuk membentuk resin polimer
  • Semakin tinggi DC, semakin baik kekuatan, ketahanan aus, dan banyak sifat lainnya yang penting untuk kinerja resin

DEGREE OF CONVERSION

  • Konversi 50% - 60% merupakan tipe dari high cross-linked bis-GMA based composites : 50% - 60% kelompok metakrilat telah dipolimerisasi, tetapi ini tidak berarti bahwa 40% sampai 50% monomer molekul tertinggal di resin ,karena salah satu dari dua kelompok metakrilat per molekul dimethakrilat masih bisa bereaksi dan dapat terikat secara kovalen dengan struktur polimer, membentuk struktur seperti sekelompok liontin

DEGREE OF CONVERSION

  • Konversi monomer ke polimer bergantung pada beberapa faktor, yaitu :
    • komposisi resin
    • transmisi cahaya melalui material - konsentrasi sensitizer, inisiator, dan inhibitor.

DEPTH OF CURE

  • • Total DC di dalam resin tidak berbeda antara

    chemically activated dan light activated resin dan mengandung monomer yang sama selama light curing yang digunakan cukup
  • Nilai konversi 50%-70% dapat dicapai oleh kedua tekhnik curing pada suhu kamar

SHRINKAGE POLIMERIZATION

  • •Shrinkage polimerization antara light activated

    dan chemical activated tidak terlalu berbeda
  • Dalam light-cured materials, curing shrinkage menyebabkan penumpukan stres dan

    kebocoran yang jauh lebih besar pada margin

    resin, sehingga dapat menyebabkan pewarnaan, sensitivitas dan karies sekunder

SIFAT MEKANIS

  • Sifat mekanis dental komposit dibagi menjadi dua, yaitu :
    • adhesi
    • kekuatan dan keausan

  ADHESI

  • •Gaya tarik menarik yang timbul antara dua substansi

    berbeda
  • Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email
  • Adhesi diperoleh dengan dua cara, yaitu :
    • Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara

      resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan

      pada email menyebabkan terbentuknya porositas

      sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik.

    • Kedua dengan penggunaan lapisan yang

      diaplikasikan antara dentin dan resin komposit untuk

KEKUATAN DAN KEAUSAN

  • Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkan penggunaan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal
  • Komposit memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga dapat menyebabkan filler terlepas

KEBOCORAN MARGINAL

  Definisi: celah mikroskopik antara dinding kavitas dan restorasi yang dapat dilalui mikroorganisme, cairan, molekul dan ion.

  Penyebab : kegagalan adaptasi restorasi terhadap dinding kavitas, akibat : 1. Perbedaan koefisien thermal ekspansi resin komposit, dentin dan enamel.

  2. Penggunaan oklusi dan pengunyahan yg berlebihan

  3. Kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada di lingkungan mulut bersifat asam

  4. Kegagalan adaptasi dinding kavitas akibat adanya monomer sisa dan shrinkage (proses pengerutan) selama polimerisasi.

KEBOCORAN MARGINAL

  

Bila margin gingival pada sediaan rongga terletak di dentin, cementum, atau

keduanya, dan resin dilekatkan dengan kuat pada enamel terukir pada margin

lainnya, material cenderung menjauh dari margin gingival selama

penyembuhan karena penyusutan polimerisasi.

  Hal ini menyebabkan terbentuknya celah pada interface tersebut.

risiko kebocoran marjinal, pewarnaan marjinal dan karies sekunder akan

meningkat dan hal tersebut merupakan salah satu masalah komposit terbesar

yang digunakan untuk restorasi Kelas II dan Kelas V. Setiap tindakan harus

dilakukan untuk menjaga integritas dentin-resin atau sementum-resin

DURABILITAS (KEKUATAN)

  BIOKOMPATIBILITAS

  Bahan kimia yang berasal dari komposit dapat membahayakan pulpa jika ada komponen yang dikeluarkan atau berdifusi dari bahan dan selanjutnya mencapai pulpa. Hampir semua komponen komposit utama (Bis-GMA, TEGDMA, dan UDMA,) telah ditemukan sitotoksik secara in vitro jika digunakan dalam bentuk murni.

  Komposit yang berpolimerisasi dengan tepat, relatif dapat diterima jaringan karena menunjukkan kelarutan minimal dan unsur tidak bereaksi terlepaskan dalam jumlah kecil atau sedikit.

  Dari sudut pandang toksikologis, jumlah ini terlalu kecil untuk menyebabkan toksik. Namun, dari sudut pandang imunologis, pada keadaan yang amat

  Bahan komposit yang tidak mengeras pada dasar suatu kavitas dapat bertindak sebagai penampung dari komponen yang tidak larut yang dapat menimbulkan peradangan pulpa jangka panjang. Situasi ini merupakan bahan pertimbangan untuk bahan yang diaktifkan dengan sinar.

  Bila klinisi, mencoba mengeraskan lapisan resin yang terlalu tebal atau bila waktu pemaparan sinar tidak tepat, bahan yang tidak mengeras atau buruk pengerasannya dapat melepaskan sebagian komponen yang bersebelahan dengan pulpa. (Anusavice, 2004)

  

PROSEDUR

Monica Giam 1690053 Niki Anisa 1690055

PROSEDUR MANIPULASI

  1.Self Cure

  2.Light Cure

  3.Dual Cure

  • Sistem aktivator dan inisiator mengaktifkan reaksi polimerisasi

    monomer monomethacrylate dan

  dimethacrylate dengan radikal bebas. Aktivator yang digunakan untuk pembentukan radikal bebas yaitu aktivasi kimia dan energi eksternal (panas, sinar, atau microwave)

SELF CURE

  • Disebut juga sebagai chemical cure  proses polimerisasi yang diaktifkan secara kimia.
  • Disediakan dalam 2 pasta yai>Benzoyl peroxide (BP)  inisiator
  • Amina  aktiv
  • Saat BP dan amina dicampur, amina bereaksi dengan BP untuk membentuk radikal bebas, dan proses polimerisasi dimulai.

  Selama pencampuran hampir tidak mungkin untuk menghindari masuknya udara ke dalam campuran, sehingga membentuk pori-pori yang dapat melemahkan struktur, menjebak oksigen, dan menghambat polimerisasi selama curing. Masalah lain dengan aktivasi kimia ini adalah bahwa operator tidak memiliki kontrol atas waktu kerja setelah kedua komponen tersebut tercampur. Oleh karena itu penyisipan dan kontur harus segera selesai setelah komponen resin dicampurkan.

LIGHT CURE

  • Sistem light-activation pertama yang diformulasikan adalah sinar UV untuk menginisiasi radikal bebas. Saat ini, UV light-cured composites telah digantikan oleh visible blue-light-system dengan tingkat curing yang meningkat, waktu kerja terkendali, dan keuntungan lainnya. Karena kelebihan ini, visible light-activated lebih banyak digunakan daripada bahan yang diaktifkan secara kimia.
  • Light-cure komposit disediakan dalam single pasta yang terkandung dalam light-proof syringe.
  • Terdiri dari photosensitizer & amina.
  • Selama dua komponen ini tidak terkena sinar, maka tidak akan berinteraksi. Komposit akan berinteraksi apabila terpapar oleh sinar dengan panjang gelombang 486nm.
  • Polimerisasi tambahan dimulai ketika paparan sinar merangsang fotoinisiator yang berinteraksi dengan amina sehingga terbentuk radikal bebas.

  • Camphorquinone (CQ) adalah fotosensitizer yang umum digunakan yang menyerap sinar biru dengan panjang gelombang antara 400 dan 500 nm. Hanya sejumlah kecil CQ yang dibutuhkan (0,2 wt% atau kurang dalam pasta). Sejumlah inisiator amina cocok untuk interaksi dengan CQ, seperti dimethylaminoethyl methacrylate (DMAEMA), yang juga terdapat pada tingkat rendah, yaitu kira-kira 0,15 wt%.
  • Ditambahkan ke sistem resin untuk meminimalkan,

  INHIBITORS

  mengurangi atau mencegah terjadinya polimerisasi dini.

  • Inhibitor memiliki potensi reaktivitas yang kuat dengan radikal bebas.
  • Inhibitor memiliki dua fungsi yaitu memperlama penyimpanan masa pakai resin komposit dan memastikan kecukupan dari working time. Tipe dari inhibitor yaitu butylated hydroxytoluene (BHT)

  • Apabila material terpapar sinar secara singkat maka akan terbentuk radikal bebas. Inhibitor bereaksi dengan radikal bebas lebih cepat daripada radikal bebas bereaksi dengan monomer. Setelah inhibitor habis barulah polimerisasi dimulai.

OPTICAL MODIFIERS

  • Untuk penampilan alami, dental komposit harus memiliki bayangan visual dan translusen yang serupa dengan struktur gigi yang sesuai. Shading dicapai dengan menambahkan berbagai pigmen. Pigmen ini biasanya terdiri dari sejumlah kecil partikel oksida logam. Translucency dan opacity disesuaikan seperlunya untuk mensimulasikan enamel dan dentin.

DUAL CURE

  • Penggabungan antara chemical-curing dan visible light-curing pada resin yang sama.
  • Resin dual-cure terdiri dari dua pasta, yang mengan>Benzoyl peroxide (BP) dan • Amina tersier aromatik.
  • Bila kedua pasta dicampur dan kemudian terkena sinar, light curing didukung oleh kombinasi amina / CQ dan chemical curing didukung oleh interaksi amina / BP.

  • Dual-cure materials ditujukan untuk situasi yang tidak memungkinkan adanya penetrasi sinar yang cukup untuk menghasilkan konversi monomer yang memadai, misalnya sementasi inlays keramik. Seperti chemical-cured resin ,inhibitor udara dan porositas adalah masalah dengan resin dual-cure.

LIGHT CURE UNIT

PHOTOCURING WITH VISIBLE (BLUE) LIGHT

  Keuntungan menggunakan light Komposit yang disembuhkan dan bukan produk yang disembuhkan secara kimia meliputi:

  • (1) pencampuran tidak diperlukan, yang menghasilkan porositas kurang, kurang pewarnaan, dan peningkatan kekuatan
  • (2) amina alifatik dapat digunakan sebagai pengganti aromatik amines yang dibutuhkan dengan chemical curing, sehingga meningkatkan stabilitas warna
  • (3) polimerisasi perintah pada paparan sinar biru, memberikan kontrol waktu kerja.
kelemahan komposit ringan:

  • (1) limited curing depth, membutuhkan lapisan penumpukan 2 mm atau kurang
  • (2) relatif miskin aksesibilitas di lokasi posterior dan interproksimal tertentu
  • (3) eksposur variabel kali karena perbedaan warna berakibat lebih lama waktu pemaparan untuk nuansa gelap dan / atau peningkatan opasitas
  • (4) kepekaan terhadap penerangan ruangan, yang bisa menyebabkan terbentuknya kulit atau kerak bila terjadi tabung terbuka terekspos terlalu lama sampai cahaya ruangan.

CURING LAMPS

  • Kebanyakan lampu curing adalah perangkat genggam yang mengandung sumber cahaya dan

    ada dilengkapi dengan panduan cahaya kaku yang

    relatif pendek yang terbuat dari serat optik menyatu.
  • Beberapa memiliki unit daya yang terhubung ke

    handpiece oleh pemandu cahaya yang panjang dan

    fleksibel.
  • Saat ini sumber cahaya yang paling banyak digunakan adalah bola lampu kuarsa dengan filamen tungsten di lingkungan halogen, serupa dengan yang digunakan pada lampu depan mobil dan proyektor slide.

TYPES OF LAMPS USED FOR PHOTOINITIATOR CURING

  Empat jenis lampu dapat digunakan untuk fotoinisasi proses polimerisasi. Berikut ini daftar lampu ini dengan intensitas terendah hingga intensitas tertinggi:

  • Light emitting diodes ( LED) menggunakan proses elektronik solid-state, sumber cahaya

    ini memancarkan radiasi hanya di bagian biru spektrum yang

    terlihat antara 440 dan 480nm, dan tidak memerlukan filter.
  • Quartz tungsten halogen light memiliki bola lampu kuarsa dengan filamen tungsten yang menyinari sinar UV dan putih yang harus disaring untuk
  • Plasma Arch light Curing Cahaya plasma arch (PAC) ialah Lampu PAC menggunakan gas xenon yang terionisasi untuk menghasilkan plasma.Cahaya putih intensitas tinggi disaring untuk menghilangkan panas dan membiarkan sinar biru(~ 400 sampai 500 nm) untuk dipancarkan.
  • Argon laser lamps Lampu laser Argon memiliki intensitas tertinggi dan memancarkan pada satu panjang gelombang. Lampu yang saat ini tersedia memancarkan ~ 490 nm.

  INOVASI Anisya juliana salim 1690048

  • Berbagai variasi telah diperkenalkan untuk memperbaiki

    komposit melebihi yang dapat diperoleh dengan bis GMA,

    TEGDMA, dan UDMA dimethacrylate sebagai bahan utama monomer.
  • • Produk berdasarkan monomer ini biasanya juga termasuk

    TEGDMA, bis-GMA, atau UDMA dalam campuran yang diformulasikan untuk tujuan: seperti menurunkan viskositas mengurangi penyusutan tegangan residu

MONOMER SYSTEMS

  • Polycarbonate Dimethacrylate "ALERT" adalah produk dimethacrylate polikarbonat (Pentron Clinical Technologies, Wallingford, CT).
  • Dimethacrylate with a Bulky, Space-Filling Central Group “Venus Diamond” adalah produk resin berdasarkan (methacryloxy methylene) -tricyclodecane (TCDDMA), mengisi ruang monomer dimetakakrilat

  • High-Molecular-Weight Urethane with a Rigid Central Section and

  Flexible End Groups(Uretan dengan Berat Molekul Tinggi dengan Bagian Tengah yang Rigid dan Kelompok Akhir Fleksibel)

  "Kalore," juga dikenal sebagai "DX-511"memiliki berat molekul tinggi dan bagian tengah yang panjang dan rigid dengan kelompok akhir metakrilat yang fleksibel

  • High-Molecular-Weight Phase-Separating Dicarbamate with

  Hydrophobic Side Chains (Fase Tinggi-Molekul-Memisahkan Berat yang Dicarbamate dengan Roda Hidrofobik )

  adalah dimerakril dikarbamat dimetetakril (DDCDMA) yang juga mengandung kelompok pusat besar, mirip dengan TDC-uretan dimetetakrilat. Pusat besar terdiri dari cincin alifatik 6-karbon dengan dua rantai samping hidrokarbon yang panjang yang berasal dari dimer asam linoleat

  • Silorane” Ring-Opening Tetrafunctional Epoxy Siloxane “Filtek LS" (3M ESPE, St. Paul, MN) melibatkan kimia yang berbeda berdasarkan fungsi epoksi, bukan akrilik. Monomer "silorane" tetra-fungsional ini (Gambar 13-26) menggunakan polimerisasi pembukaan cincin.ikatan Kimia silorane menggunakan kombinasi fungsi epoksi (cincin tiga unit dengan dua karbon dan oksigen) yang dikombinasikan dengan unit siloksan (-O-Si-O-) dengan penyusutan rendah melalui mekanisme ikatan silang dengan cara polimerisasi pembukaan cincin

MOLECULE-SIZED REINFORCING FILLER PHASES

  • Organically Modified Ceramic Oligomers (Oligomium Keramik yang

  diubah secara organik)

  ORMOCER adalah akronim untuk keramik organik. Mereka dianggap sebagai struktur hibrida berukuran molekul yang terdiri dari kopolimer organik anorganik. Monomer organik dan reaktif terikat pada jaringan anorganik -Si-O- Si

  • Polyhedral Oligomeric Silsesquioxane (POSS)

  POSS adalah senyawa oligomer organik anorganik berukuran molekul yang dapat menyebar secara homogen pada monomer yang kompatibel dan menjadi secara kovalen digabungkan ke dalam ikatan silang

  PHOTOCURING TRAINING, EVALUASI, DAN MANAJEMEN PROSES

  • The MARC Device and Training System (Sistem Perangkat dan Pelatihan MARC)

  Keberhasilan restorasi resin bergantung pada banyak faktor, termasuk kesulitan teknis prosedur, tingkat kontrol kelembaban, efek penyusutan selama polimerisasi, jenis resin, porositas resin, dan seberapa baik resin tersebut. Empat variabel mempengaruhi sejauh mana resin dipolimerisasi di dalam gigi: teknik operator, jenis curing light, lokasi restorasi, dan jenis resin yang digunakan