DAMPAK KEKERASAN DALAM KELUARGA TERHADAP KREATIVITAS REMAJA DESA MRISI KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2007

  STAIN Salatiga iiiiiiiiiiiinii

  07TD1010961.01

DAMPAK KEKERASAN DALAM KELUARGA TERHADAP

KREATIVITAS REMAJA DESA MRISI KECAMATAN TANGGUNGHARJO

KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2007

SKRIPSI

D ia j u k a n u n tu k M e m e n u h i K e w a j i b a n d a n M e l e n g k a p i S y a r a t

G u n a M e m p e r o l e h G e la r S a r ja n a S tr a ta I

  

D a l a m I lm u T a r b iy a h

WINDARYANI ROSIDA

NIM. 111 02 027

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

  

(STAIN) SALATIGA

2007

DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : w w'\v. sta i n sa la t iua. a c. i d E-mail: administrasi@.stainsalatiga.ac.id

  

D E K L A R A S I

Bismillah irrahmanirrah im

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang • munaqosyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 15 September 2007 Peneliti

  WINDARYANI ROSIDA NIM. 111 02 027

  Dra. Maryatin Dosen STAIN Salatiga NOTA PEMBIMBING Salatiga, September 2007

  Lamp. : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Sdr. Windaryani Rosida Ketua STAIN Salatiga di - SALATIGA Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari: Nama

  Windaryani Rosida NIM 111 02 027 Jurusan/Progdi

  Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam Judul

  DAMPAK KEKERASAN DALAM KELUARGA TERHADAP KREATIVITAS REMAJA DESA MRISI KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2007 Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.

  Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  NIP. 150 284 764

DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706

  

PE N G E SA H A N

  Skripsi Saudari : Windaryani Rosida dengan Nomor Induk Mahasiswa :

  

114 04 004 yang berjudul DAMPAK KEKERASAN DALAM KELUARGA

TERHADAP KREATIVITAS REMAJA DESA MRISI KECAMATAN

TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2007 telah

  dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Senin, 1 Oktober 2007 yang bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1428 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. c . .

  1 Oktober 2007 M

  Salatiga,-------------------------

  19 Ramadhan 1428 H

  

MOTTO

Tersenyumlah bila kalah

Rendah hatilah bila menang

  

PERSEMBAHAN

  Untuk ayah. (Aim) ibuku tercinta serta kakakku yang dengan segala ketulusan dan kerendahan hati telah banyak memberikan semangat dan dukungan yang tidak ternilai harganya baik secara moril maupun materiil demi kelancaran dan terselesainya studi dari awal hingga akhir.

  Terima kasih

  1. Ibu Sri sebagai kepala desa Mrisi

  2. Semua teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberikan inspirasi di sela-sela kelemahanku dalam penyusunan skripsi dan makasih atas motivasi dan dorongannya

  3. Tak lupa buat Sahabat Comp, makasih banget atas bantuannya

KATA PENGANTAR

  Dengan mengucap puji syukur alhamdulillah, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, taufiq dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : DAMPAK KEKERASAN DALAM KELUARGA TERHADAP KREATIVITAS REMAJA DESA MRISI KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2007.

  Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepaca panutan umat Islam Nabi Muhammad saw. sanak kerabat dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan yang benar dengan perantara agama Islam.

  Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi kewajiban sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah.

  Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

  1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

  2. Fatchurrohman, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Salatiga yang telah memberi izin penulis untuk membahas dan mengkaji permasalahan ini.

  3. Dra. Maryatin, selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberi pengarahan serta bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

  4. Ibu Sri Mulyati, S.H. selaku Kepala Desa Mrisi yang telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan penelitian di Desa Mrisi.

  5. Ayah (Aim), ibu dan kakakku tercinta yang selalu memberi motivasi serta doa restunya.

  6. Segenap dosen dan karyawan STAIN Salatiga yang selama ini memberikan ilmu dan pelayanannya.

  7. Semua teman-teman senasib seperjuangan yang telah membantu dan memberikan dorongan sehingga terselesaikan skripsi ini.

  Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.

  Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, se nua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini.

  Akhirnya, penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini ada manfaatnya bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

  Salatiga, 1 Oktober 2007 Windarvani Rosida

  NIM. 111 02 027

  

DA FTA R ISI

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  2. Bentuk dan Motif Kekerasan dalam Keluarga Terhadap

  

  3. Dampak Kekerasan dalam Keluarga terhadap Psikologi

  1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Anak Mengalami

  

  

  BAB V PENUTUP

   BAB IV ANALISIS DATA

  

  

  

  

  

  

  2. Deskripsi Desa Mrisi Kecamatan Tanggungharjo

  

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

  

D A FTA R TA B EL

  TABEL I TABEL II TABEL III TABEL IV TABEL V TABEL VI JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan yang sah, pergaulan laki laki dan perempuan terjadi secara terhormat sesuai kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan. Pergaulan hidup berumah tangga dibina dalam suasana damai, tenteram, dan rasa kasih sayang antara suami istri. Anak dari keturunan hasil perkawinan yang sah menghiasi kehidupan keluarga dan sekaligus merupakan kelangsungan hidup manusia secara bersih dan berkehormatan.

  Maka, pada tempatnyalah apabila Islam mengatur masalah perkawinan dengan amat teliti dan terperinci, untuk membawa umat manusia hidup berkehormatan, sesuai kedudukannya yang amat mulia di antara makhluk Allah yang lain. Hubungan manusia laki laki dan perempuan ditentukan agar didasarkan atas rasa pengabdian kepada Allah sebagai Al khalik dan kebaktian kepada kemanusiaan guna melangsungkan kehidupan jenisnya.1 Seperti apa yang tercantum dalam ayat Al Qur'an, surat Ar Rum ayat 21 :

  z

1 Bgd. M. leter, Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, Angkasa

  2 Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

  (Ar Rum : 21)2 Memperhatikan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia diciptakan telah berpasang-pasangan, yaitu pria dan wanita untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal. Untuk itu, suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya untuk membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material.

  Pada umumnya, kebahagiaan berumah tangga akan lebih lengkap jika dalam rumah tangga telah dikaruniai anak. Biasanya, keberadaan anak sangat didambakan orang tua. Banyak pasangan yang tidak dikaruniai anak memiliki perasaan kosong dan tak jarang akan terjadi perceraian karena tidak segera diberi keturunan.

  Tak jarang pula bagi orang tua yang telah dikaruniai anak berlaku sewenang-wenang terhadap anaknya. Padahal jika dilihat dari segi kebahagiaar keluarga, anak sangat berperan penting dalam kebahagiaan berumah tangga.

  Anak-anak adalah manusia masa depan yang dilahirkan setiap ibu, yang “hitam putihnya” adalah ditentukan oleh orang tua dalam pendidikannya.

  Oleh karena itu, setiap anak berhak memperoleh hak-haknya dari kedua orang

2 Al Qur'an dan Terjemahnya, CV. Pustaka Mantiq, Solo, 1997, him. 644

  3

  tuanya untuk membentuk dirinya menjadi manusia yang tangguh dalam menghadapi hidup di masa depan.3 Alangkah indahnya bila semasa anak di dunia ini dijalani dengan kasih sayang serta pendidikan yang baik dari orang tua. Namun apakah semua nasib anak di muka bumi ini sama ? realita keadaan anak di muka bumi ini masih belum menggembirakan. Nasib mereka belum seindah ungkapan verbal yang kerap kali memposisikan anak bernilai penting, penerus masa depan bangsa dan sejumlah simbolik lainnya.4 Masih banyak anak yang sering mendapat perlakuan ke ras dari orang tuanya sendiri, tidak diberi pendidikan yang layak, dipaksa untuk bekerja mencari nafkah dan berbagai macam perilaku orang tua yang menyebabkan anak mereka memiliki beban mental akibat perlakuan orang tua yang keras dan tidak jarang menyebabkan cacat fisik.

  Jarang orang tua yang melakukan kekerasan terhadap anak mengetahui akibat dari apa yang diperbuatnya. Yang terpenting bagi orang tua adalah anak patuh dan menuruti keinginannya. Banyak hal yang dapat terjadi terhadap anak akibat kekerasan yang dialaminya. Misalnya cacat fisik, cacat mental dan yang lebih parah lagi adalah bentuk kepribadian yang tidak terduga. ^

  Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti masyarakat desa Mrisi mengenai kekerasan dalam keluarga pengaruhnya terhadap kreativitas remaja. Dengan demikian penulis mengadakan penelitian dengan judul “DAMPAK KEKERASAN DALAM KELUARGA TERHADAP

  3 Baharuddin Lopa, Al Qur'an dan Hak-hak Asasi Manusia, PT. Dana Bhakti Primayasa, Yogyakarta, 1996, him. 76

4 Muhammad Joni dan Zukhaina Z. Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam

  Perspektif Konvensi Hak Anak, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, him. 1

  4 KREATIVITAS REMAJA DESA MRISI KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2006”.

  B. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran judul, maka perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel dalam penelitian ini.

  Adapun batasan istilah tersebut adalah :

  1. Kekerasan Suatu tindakan manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan baik fisik ataupun psikis.5

  2. Keluarga Orang-orang yang menjadi penghuni rumah, seisi rumah, bapak, ibu dan anak-anaknya, ada satuan kekerabatan yang mendasar dalam masyarakat.6

  3. Kieativitas Kemampuan untuk mencipta.7

  Adapun kekerasan dalam keluarga yang penulis maksud adalah kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anak.

  C. Fokus Penelitian

  Untuk menghindari adanya pembiasan dalam suatu masalah, maka penulis perlu membatasi permasalahan dengan menyertakan fokus penelitian,

  5 Ramli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selektra Kriminologi, Refika Aditama, Bandung, 1992, him. 65

6 Kamus Umum Bahasa Indonesia, Difa Publisher, him. 445

  5

  dan sebagai fokus penelitian ini adalah bentuk-bentuk kekerasan yang dialami anak dalam keluarga, motif kekerasan orang tua terhadap anak, serta apakah dampak kekerasan dalam keluarga terhadap kreatifitas anak.

  D. Permasalahan

  Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

  1. Apakah latar belakang yang menyebabkan anak mengalami kekerasan dalam keluarga ?

  2. Bagaimana bentuk kekerasan yang dialami anak?

  3. Bagaimana dampak kekerasan tersebut terhadap kreatifitas remaja?

  E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  1. Tujuan Penelitian Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitiaij ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan dalam keluarga.

  b. Untuk mengetahui gambaran tentang bentuk-bentuk kekerasan yang dialami remaja.

  c. Untuk mengetahui dampak kekerasan tersebut terhadap kreativitas remaja.

  2. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

  a. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan bagi masyarakat secara umum, khususnya warga

  6

  masyarakat Kelurahan Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan mengenai dampak kekerasan dalam keluarga terhadap kreativitas anak, b. Bagi Pemerintah

  Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan dibidang kesejahteraan anak agar lebih memberikan perhatian dan perlindungan terhadap anak.

F. Metodologi Penelitian

  1. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan.8 Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah remaja Desa Mrisi yang mengalami kekerasan dalam keluarga.

  2. Informan Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang data penelitian. 9 Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah selain remaja juga orang tua remaja, tetangga, sanak famili, tokoh masyarakat, dan kepala desa Mrisi.

  3. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan peneliti adalah pendekatan kualitatif. Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah

  

8Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakaita, 1990, him. 116

him. 135

9 Ibid.,

  7

  prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari subyek itu sendiri.10 Pendekatan kualitatif yaitu data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka staistik, melainkan dalam bentuk kualitatif. Dengan memberi pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Dalam penelitian ini akan diperoleh gambaran tentang kekerasan dalam keluarga yang dialami anak dampaknya terhadap kreativitas remaja.

  4. Lokasi dan Waktu Penelitian

  a. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Desa Mrisi Kecamatan

  Tanggungharjo Kabupaten Grogoban. Alasan penulis memilih desa tersebut adalah berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di Desa Mrisi, bahwasanya kekerasan dalam keluarga masih sering teijadi terutama pada anak. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak. Demikidn juga dengan perkembangan kreativitas anak yang masih rendah. Selain itu, penulis juga bertempat tinggal di wilayah tersebut sehingga sangat mendukung untuk kelancara i penelitian.

  b. Waktu Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dua bulan, dari bulan Juni sampai Juli 2007.

  10Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, him. 3

  8

  5. Metode Pengumpulan Data

  a. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki.11 Observasi dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala- gejala yang diselidiki.

  Pelaksanaan observasi dapat dilakukan dalam beberapa cara yaitu dilakukan secara teratur dan sistematis dengan melihat pedoman instrumen pengamatan. Observasi tersebut dilakukan secara langsung dilapangan untuk mengetahui motif dan bentuk-bentuk kekerasan dalam keluarga dan dampaknya terhadap kreativitas remaja dan apa yang tampak pada perilaku anak.

  b. Wawancara Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lesan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya.12

  Wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan seseorang. Dalam wawancara tersebut bisa dilakukan secara individu (orang tua atau anak) maupun dalam bentuk kelompok (bermain bersama), sehingga peneliti mendapatkan data informasi yang otentik.

  11 Sukandar Rumidi, Metodologi Penelitian, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2002, him. j

  9 nlb id , him. 88

  9 Wawancara dengan pendekatan kualitatif biasanya merupakan

  jenis wawancara tak berstruktur, tujuannya adalah untuk memperoleh keterangan yang lebih terperinci dan mendalam mengenai apa yang ada didalam pikiran orang lain, karena itu tidak dapat dilakukan dengan observasi, wawancara tak berstruktur ini daftar pertanyaannya tidak disusun terlebih dahulu dan mempunyai irama yang bebas dan fleksibel.

  Wawancara tersebut digunakan untuk mengungkapkan data tentang perilaku kekerasan yang dialami anak dalam keluarga dan perkembangan kreativitas remaja di Desa Mrisi. Selain informan (orang tua dan anak) peneliti juga mengadakan wawancara dengan perangkat desa, c. Dokumentasi

  Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan dokumen yang ada. Dengan menggunakan metode ini dapat diperoleh catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian.13

  Hal ini dimaksudkan untuk mempertajam metodologi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis yang berupa buku harian anak (korban kekerasan), foto, catatan kepolisian bila ada.

  "ibid., him. 101

  10

  6. Validitas Data Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.14

  Validitas data dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.15

  Menurut Patton dalam Meleong, triangulasi dengan sumber dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

  b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

  c. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat pandangan orang d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.16

  7. Teknik Analisis Data Dalam analisis data ada beberapa teknik yang dilakukan secara bertahap diantaranya:

  14 Suharsimi Arikunto, op. cit., him. 144

  15 Lexy J. Moleong, op. cit., him. 178

  16 Ibid., him. 178

  11

  a. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.17

  b. Penyajian Data Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

  c. Menarik Kesimpulan Setelah peneliti melakukan reduksi data dan penyajian data maka peneliti menarik kesimpulan terhadap data-data yang telah terkumpul.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Skripsi ini terdiri lima bab yaitu :

  Bab I : Pendahuluan Bab ini beris* tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.

  Bab II : Landasan Teori Bab ini berisi tentang pengertian kekerasan dalam keluarga, bentuk dan motif kekerasan dalam keluarga, dan kreativitas remaja.

  17Miles, Mettew B. dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, UI, Jakarta, 1992, him. 16

  12

  : Laporan Hasil Penelitian

  Bab III Bab ini berisi tentang gambaran umum, letak geografis, struktur organisasi, keadaan penduduk. Bab IV : Analisis Data

  Bab ini meliputi adanya pengelolaan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian lapangan. Bab V : Penutup Berisi tentang kesimpulan, saran dan penutup

BAB II LAND ASAN TEORI A. Kekerasan dalam Keluarga terhadap Anak

  1. Pengertian Kekerasan dalam Keluarga terhadap Anak Anak merupakan amanat dari Allah SWT yang harus dijaga dan dilindungi oleh orang tua. Orang tua bertanggung jawab atas terlaksananya amanat itu. Bila orang tua salah dalam mendidik anak, maka kesalahan itu akan menyebabkan kerusakan yang nyata, kelalaian yang serius, penghianatan kepada amanat itu, dan bertanda bahwasanya orang tua yang bersangkutan lemah dalam hal agama. Dalam mendidik dan membesarkan anak, tidak selamanya orang tua mampu memahami perasaan sikap dan tingkah laku anaknya. Sehingga orang tua salah dalam memberikan kasih sayangnya.

  Dalam kenyataan yang kita hadapi sekarang, tidak sedikit anak- anak kurang mendapat perhatian khusus dari orang tua mereka mengenai kesehatan, keselamatan, pendidikan dan lain sebagainya yang sangat dibutuhkan oleh anak. Malah tidak sedikit diantara orang tua yang tega melakukan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan terhadap anak-anak.

  Kata kekerasan mengingatkan kita pada suaiu keadaan, situasi ataupun perlakuan yang menimbulkan rasa sakit, tidak nyaman dan berbagai bentuk kerugian baik secara fisik maupun non fisik.

  13 Sebagaimana yang diungkapkan John Keane bahwasanya

  kekerasan adalah campur tangan fisik yang tidak diinginkan oleh kelompok-kelompok dan perorangan terhadap tubuh orang lain, yang sebagai konsekuensinya orang tersebut menderita serangkaian dampak mulai dari guncang, memar, radang, bengkak, sampai patah tulang, serangan jantung, hilangnya anggota badan atau bahkan kematian. 1

  Lain halnya dengan Mansour Faqih yang mengatakan bahwasannya kekerasan adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas (keutuhan) mental psikologis seseorang.2

  Sedangkan kekerasan terhadap anak adalah perlakuan yang salah atau kejam terhadap anak, yang sering dilakukan oleh orang lain dan umumnya dilakukan oleh orang dewasa.3

  Lazimnya, pelaku kekerasan mempunyai status kekuasaan yang lebih besar baik dari segi ekonomis, kekuatan fisik maupun status sosial.

  Oleh karena itu, pelaku kerap kali memaksakan kehendaknya untuk diikuti orang lain, untuk mencapai keinginannya maka pelaku akan menggunakan kekerasan.

  Begitu pula orang tua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak. Dia tidak segan menggunakan kekerasan untuk mencapai keinginannya.

  1 Franz Magnis Suseno, Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, him. 199

  2 Mansour Faqih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997, him. 17

  3 Siswanto, Kesehatan Mental (Konsep Cakupan dan Perkembangannya, Andi, Yogyakarta, 2007 him. 121

  14 Seperti halnya dengan memukul, berkata kasar, menyeret dan perbuatan keji lainnya.

  Anak yang berada dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan kekerasan, kekasaran, dan perbuatan keji yang diberikan kepadanya, akan merasa sangat tersiksa. Anak penuh dengan kesedihan karena harus menerima kekerasan dari orang tuanya.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam keluarga adalah perbuatan yang menimbulkan kesengsaraan atau penderitaan fisik, psikologis dan penelantaran dalam rumah tangga termasuk ancaman melakukan perbuatan pemaksaan, perampasan kemerdekaan dalam lingkup rumah tangga terhadap anak.

  2. Bentuk dan motif kekerasan dalam keluarga terhadap anak Keluarga adalah lembaga yang sangat penting dalam pengasuhan anak. Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor, keluarga merupakan unsur yang sangat menentukan kepribad’an dan kemampuan anak. Dan orang tua adalah sebagai guru dan anak dalam membantu perkembangan dan kemampuan anak.

  Namun jika orang tua dalam membentuk kepribadian sang anak dengan kekerasan seperti pukulan dan kata-kata yang tidak layak, maka hilanglah kesempatannya dalam membantu kepribadian dengan kepribadian yang benar.

  15 Adapun bentuk-bentuk kekerasan dalam keluarga terhadap anak

  menurut american Medical association dalam Siswanto adalah sebagai berikut: a. Physical abuse (perlakuan salah secara fisik)

  Adalah ketika anak mengalami pukulan, tamparan, gigitan, pembakaran atau kekerasan fisik lainnya.

  b. Sexual abuse (perlakuan salah secara seksual) Adalah ketika anak diikutsertakan dalam situasi seksual dengan orang dewasa atau anak yang lebih tua.

  c. Neglect (diabaikan/dilalaikan) Adalah ketika kebutuhan anak tidak terpenuhi. Meliputi kebutuhan makanan bergizi, tempat tinggal yang memadai, pakaian, kebersihan, dukungan emosional, cinta dan afeksi, pendidikan, keamanan dan perawatan kesehatan.

  d. Emotional abuse (perlakuan salah secara emosi) Adalah ketika anak secara teratur diancam, diteriaki, dipermalukan, diabaikan, disalahkan adalah salah penanganan secara emosional lainnya. Seperti membuat anak menjadi lucu, memanggil namanya dan selalu dicari-cari kesalahannya.4

  Sedangkan bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga menurut UU Ri No. 23 tahun 2004 pasal 5 adalah sebagai berikut:

4 Ib id ., him . 124-126

  16

  a. Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

  b. Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

  c. Kekerasan seksual yang meliputi: 1) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menelap dalam rumah tangga tersebut

  2) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan tujuan tertentu.

  d. Penelantaran dalam rumah tangga yang meliputi 1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuannya atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.

  2) Penelantaran yang dimaksud di atas juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.5

5 Himpunan Peraturan Perundang-undangan, UU RI No. 23 tahun 2004, Penghapusan

  Kekerasan dalam Rumah Tangga , Fokus Media, 2004, him. 5-6

  17 Kekerasan orang tua terhadap anak, pasti ada penyebab atau motif-

  motif yang mendorong orang tua untuk melakukan kekerasan terhadap anaknya. Karena sesungguhnya naluri sebagai orang tua tetap saja ada perasaan sebagaimana orang tua, yaitu menyayangi dan mengasihi anaknya sendiri.

  Adapun motif kekerasan orang tua terhadap anak menurut Musthafa Fahmi adalah sebagai berikut:

  a. Perlakuan orang tua terhadap anak terpengaruh pada pengalaman mereka waktu kecil, kadang-kadang mereka mencerminkan perlakuan yang mereka terima waktu kecil dan lain-lain.

  b. Super ego (hati nurani) setengah orang tua itu sangat kuat sampai ketingkat kaku (hati nurani dalam hal ini tidak menyerap nilai-nilai yang kaku). Sehingga mereka berusaha menerapkan nilai-nilai tersebut terhadap anak-anaknya. Oleh karena itu mereka sering memberi nasihat kepada anak-anaknya tidak mengingat tempat, juga mereka tidak dapat memaafkan setiap kesalahan yang terlanjur dilakukan oleh anaknya.

  c. Kadang-kadang kekerasan itu lahir dari ibu, hal ini mungkin disebabkan karena si ibu waktu kecil telah kematian ibu yang meninggalkan sejumlah anak kecil. Ini berarti bahwa ia masih kecil waktu itu telah dibebani dengan pemeliharaan adik-adiknya sebagai pengganti ibunya dan saat dewasa dan berkeluarga tampak bahwa ia akan mengambil sikap dan cara dalam memperlakukan anak-anaknya

  18

  dengan kekerasan, kekuasaan dan kekejaman (terpengaruh oleh pengalaman yang didapatnya semasa kecilnya dulu).

  d. Demikian pula halnya dengan bapak yang pemabuk atau peminum, ia adalah bapak yang paling kejam kepada anak-anaknya, kaena ia tidak puas akan dirinya, atau ia merasa bahwa dirinya gagal. Oleh karena itu ia menuntut kesempurnaan dari anak-anaknya.6

  Berdasarkan berbagai penelitian, Paget Philp dan Abramezyk dalam Siswanto faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tindak kekrasan dalam keluarga adalah :

  a. Keluarga yang memiliki jumlah anak yang banyak

  b. Ibu dengan riwayat alkoholisme dan promiskuitas seksual

  c. Kemiskinan

  d. Pendidikan ibu

  e. Usia ibu yang masih remaja ketika memiliki anak pertama

  f. Status perkawinan ibu

  g. Kehamilan yang tidak direncanakan

  h. Sejarah keluarga dengan penyalahgunaan alkohol i. Harapan orang tua terhadap perkembangan anak terlalu rendah atau sebaliknya terlalu tinggi j. Ibu yang memiliki riwayat kekerasan, harga diri rendah dan isolasi k. Ibu memiliki simtom depresi

  6 Musthafa Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga Sekolah dan Masyarakat, jilid I, Bulan Bintang, Jakarta, 1977, him. 101-102

  19

  l. Ibu kesepian, kurang dalam partisipasi sosial, kurang terlibat dalam jarangan bantuan informal m. Ketidakhadiran ayah n. Kurangnya dukungan emosional untuk ibu o. Jauh dari anggota keluarga dan mengalami kebingungan berpikir

  Sedangkan menurut Mrazek dan Bentovin dalam Siswanto faktor yang menyebabkan tindak kekerasan dalam keluarga adalah : a. Mitos-mitos dalam keluarga, seperti misalnya anak tersebut bukan anak kandung atau selagi kecil dikerasi supaya setelah besar nanti menurut

  b. Miskin dalam keterampilan pengasuhan. Ini biasanya terjadi karena kedua orang tua juga ketika masih kecil mendapat pengasuhan yang miskin dan mereka tidak memiliki kesempatan untuk belajar dan berlatih pola pengasuhan yang memadai.

  c. Relasi emosi dalam keluarga yang dangkal. Ikatan emosi antar anggota keluarga yang lemah, masing-masing anggota keluarga tidak mempedulikan satu sama lain.

  d. Pengalaman orang tua yang kabur atau kacau ketika mereka kanak- kanak.7 Sedangkan menurut Siswanto motif orang tua melakukan tindak kekerasan adalah sebagai berikut:

7 Siswanto, op. c it., him . 135-136

  20

  a. Kehilangan kontrol ketika mereka menghadapi masalah mereka sendiri

  b. Tidak tahu cara mendisiplinkan anak

  c. Mengharapkan tingkah laku yang tidak realistis, yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak d. Pernah menjadi korban kekerasan oleh orang tua mereka atau pasangan

  e. Mengalami kesulitan finansial

  f. Kehilangan kendali ketika menggunakan alkohol dan obat-obatan lainnya.8 Dengan melihat faktor-fakior tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwasanya penyebab kekerasan dalam keluarga oleh orang tua terhadap anak tidak hanya menyangkut satu penyebab saja, tetapi merupakan gabungan yang saling terkait antara individu, hubungan antara individu dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, keadaan sosial, budaya, dan faktor lingkungan.

  3. Dampak Kekerasan dalam Keluarga terhadap Psikologi anak Tidak sedikit akibat yang disebabkan dengan adanya kekerasan orang tua terhadap anak secara fisik maupun psikis. Adapun dampak yang dapat ditimbulkan akibat kekerasan menurut Hwang dalam Siswanto adalah sebagai berikut: a. Gambaran diri yang buruk

  b. Tingkah laku agresif, mengganggu dan kadang-kadang ilegal

8 Ib id ., him . 141

  2 1

  c. Marah dan gusar, atau perasaan-perasaan kesedihan atau gejala-gejala lain yang merupakan tanda depresi d. Tingkah laku merusak diri atau menyalahkan diri sendiri, pikiran- pikiran bunuh diri e. Tingkah laku pasif atau menarik diri

  f. Kecemasan atau ketakutan, atau terkadang pengalaman masa lalu dan mimpi buiuk g. Masalah-masalah atau kegagalan-kegagalan sekolah

  h. Penyalah gunaan obat atau alkohol i. Kehilangan minat pada sekitarnya j. Mengalami masalah dalam belajar k. Takut pada orang atau tempat tertentu l. Ketakutan yang tidak beralasan terhadap pemeriksaan fisik.9

  Menurut Musthafa Fahmi dampak kekerasan adalah sebagai berikut: a. Terlalu sopan dan tunduk kepada penguasa, mempunyai kecenderungan untuk merendah, merasa hina dan patuh yang tidak pada tempatnya, tidak mampu mengeluarkan pendapat dan berdiskusi seperti anak kecil.

  b. Tidak mempunyai keberanian untuk berterus terang, sangat bergantung pada orang lain terutama orang tuanya, yang berarti bahwa ia tidak mampu mengambil kebijaksanaan dalam suatu hal, tanpa mengambil

9 Ib id ., him . 133-134

  22

  kebijaksanaan dalam suatu hal, tanpa mengambil pendapat orang lain, mereka selalu mengganggu apa yang dikatakan (diperintahkan) kepadanya, tanpa ada usaha untuk bertindak dalam hal apa saja.

  c. Tidak dapat merasakan kesenangan hidup dan mengisi waktu senggang.

  d. Kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak berdaya dan tidak mampu menghadapi situasi, bagaimana tingkah laku kesukarannya, sebabnya adalah karena ia telah terbiasa menjadi pengikut dan bukan yang diikuti.10

  Sedangkan, dampak kekerasan dalam rumah tangga menurut Farha Ciciek adalah sebagai berikut: a Sering gugup b. Suka menyendiri

  c. Cemas

  d. Sering ngompol

  e. Gelisah

  f. Gagap

  g. Sering menderita gangguan perut

  h. Sakit kepala dan asma i. Kejam pada binatang j. Ketika bermain meniru bahasa dan perilaku kejam

10 M usthafa Fahm i, op. cit., him . 102-103

  23

  k. Suka memukul teman.11 Menurut American Medical Association dalam Siswanto dampak kekerasan adalah sebagai berikut: .

  a. Lebih mudah terlibat di dalam aktivitas kekerasan kriminal di kemudian hari b. Melakukan kekerasan terhadap keluarga mereka sendiri

  c. Menggunakan kekerasan untuk memecahkan masalah

  d. Mengalami kesulitan dalam belajar

  e. Memiliki kesulitan-kesulitan emosional

  f. Mencoba untuk bunuh diri

  g. Menggunakan alkohol atau obat-obatan yang lain

  h. Lebih mudah menjadi pelaku kekerasan terhadap anak atau orang lain.12 Rini menyebutkan beberapa masalah yang timbul pada anak korban kekerasan diberbagai segi kehidupan seperti: a. Masalah rasional, meliputi:

  Kesulitan untuk menjalin hubungan ataupun persahabatan -

  • Merasa kesepian

  Kesulitan dalam membantuk hubungan yang harmonis - Sulit mempercayai diri sendiri dan orang lain -

  11 Farha Ciciek, Ikhtiar Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga; Belajar dari

Kehidupan Rasulullah saw., Lembaga Kajian Agama dan Gender; Perserikatan Solidaritas

Perempuan, The Asia Foundation, Jakarta, 1999, him. 37

  12 Siswanto, op. cit., him. 137

  24 Menjalin hubungan yang tidak sehat, misalnya terlalu tergantung -

  atau terlalu mandiri Sulit membagi perhatian antara mengurus diri sendiri dengan - mengurus orang lain Mudah curiga dan terlalu hati-hati terhadap orang lain - Perilakunya tidak sopan Kesulitan menysuaikan diri Lebih suka menyendiri daripada bermain dengan kawan-kawannya -

  Suka memusuhi orang lain atau dimusuhi Merasa takut menjalin hubungan secara fisik dengan orang lain - Sulit membuat komitmen - Terlalu bertanggung jawab atau justru menghindari tanggung jawab b. Masalah emosional, meliputi :

  Merasa bersalah, malu - Menyimpan perasaan dendam Depresi - Merasa takut tertular gangguan mental yang dialami orang tua - Merasa takut masalah dirinya diketahui orang lain - Tidak mampu mengekspresikan kemarahan secara kosntruktif atau - positif Merasa bingung dengan identitasnya - Tak mampu menghadapi tuntutan terhadap dengan segala masalahnya. -

  25

  c. Masalah kognisi, meliputi Punya persepsi yang negatif terhadap kehidupan Timbul pikiran negatif tentang diri sendiri yang diikuti oleh

  • tindakan yang cenderung merugikan diri sendiri Memberikan penilaian yang rendah terhadap kemampuan atau - prestasi diri sendiri.

  Sulit berkonsentrasi dan menurunnya prestasi di sekolah Memiliki citra diri yang negatif

  d. Masalah perilaku, meliputi: Muncul perilaku berbohong, mencuri, bolos sekolah - Perbuatan kriminal atau kenakalan -

  • Tidak mengurusi diri sendiri dengan baik
  • Menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak wajar dan dibuat-buat untuk mencari perhatian Muncul keluhan sulit tidur - Muncul perilaku seksual yang tidak wajar Kecanduan obat bius, minuman keras, dan sebagainya - Muncul perilaku makan yang tidak normal, seperti aneroxia atau - bulimra.13

  Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwasanya kekerasan dalam keluarga dampaknya sangat besar untuk perkembangan anak, baik fisik maupun psikologis. Dampak tersebut

13 Ib id ., him . 138-139

  26

  diantaranya anak mempunyai kecenderungan tertutup, mudah tersinggung, muncul perilaku yang dapat merugikan orang lain maupun dirinya.

B. Kreativitas

  1. Pengertian Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Hasil karya atau ide-ide baru itu sebelumnya tidak dikenal oleh pembuatnya maupun orang lain. Kemampuan ini merupakan aktivitas imajinatif yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman- pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat.14

  Danvidoff mengungkapkan pengertian kreativitas adalah suatu kemampuan memecahkan persoalan yang memungkinkan orang tersebut menciptakan ide-ide asli/mumi, atau menghasilkan sesuatu yang adaptif dan berkembang. 15

  Menurut Gulford dalam Davidoff kreativitas adalah aktivitas mental yang asli, mumi dan baru, yang berbeda dari pola pikir sehari-hari dan menghasilkan lebih dari satu pemecahan persoalan.16

  Amabile dkk sebagaimana dikutip Utami Munandar mengartikan kreativitas sebagai produksi suatu respons atau karya yang baru dan sesuai

  14 Fuad Nashori, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islami, Menara Kudus, Yogyakarta, 2002, him. 33

  15 Linda L. Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1991, him 122

  27

  dengan tugas yang dihadapi. Sementara itu Renzuli berpendapat bahwasanya pada kreativitas terdapat kemampuan untuk menampilkan alternatif yang sudah ada atau dari prosedur yang biasa dilakukan.17

  Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan manusia dengan kepekaan inderanya untuk dapat melihat berbagai permasalahan atau dapat memecahkan masalah tersebut dengan alternatif yang dipilihnya dan dapat menghasilkan sesuatu yang baru, bisa berupa suatu gagasan baru, mengungkapkan gagasan dalam suatu karya. Kreativitas dapat dipandang sebagai suatu proses atau produk (hasil).

  2. Karakter Kreativitas Kreativitas terbentuk atas dorongan diri sendiri ataupun dari orang lain. Untuk mewujudkan kreativitas diperlukan proses, dari perencanaan sampai terbentuknya suatu produk kreativitas. Dalam perencanaan dan proses kreativitas diperlukan adanya penunjang sesuai dengan kebutuhan, faktor penunjang tersebut dapat berupa pengetahuan apresiasi dan tenaga.

  Kreativitas merupakan hasil dari suatu proses yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan kegiatan lain. Hal ini selaras dengan pendapat Hurlock, bahwa karakteristik kreativitas meliputi :

  a. Kreativitas merupakan proses bukan hasil

  b. Proses tersebut mempunyai tujuan yang mendatangkan keuntungan bagi individu maupun kelompok sosial

17 Fuad N ashori, op. cit., him . 34

  28

  c. Kreativitas mengarah ke sesuatu penciptaan yang baru

  d. Kreativitas merupakan suatu cara berpikir

  e. Kemampuan mencipta tergantung pada perolehan pengetahuan yang diterima.18 Menurut Guilford laktor penting yang merupakan ciri dari kemampuan berpikir kreatif adalah : a. Kelancaran berpikir {fluency o f thinking) yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat

  b. Keluwesan {flexibility) yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi.

  c. Elaborasi {elaboration) yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

  d. Keaslian (originality) yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik (unusual) atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.19 Sementara itu, Feldman sebagaimana dikutip Conny Semiawan dkk, berpendapat bahwa sifat pokok kreativitas adalah memiliki sifat baru.

  Sifat baru itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  18 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid 2, Erlangga. Jakarta, 1989, him. 5

  19 Fuad Nashori, op. cit., him. 43-44

  2 9

  a. Produk yang sifatnya baru dan sebelumnya belum ada

  b. Produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinasi beberapa produk yang sudah ada sebelumnya c. Suatu produk yang bersifat baru sebagai hasil dari pembaruan (inovasi) dan pengembangan (evolusi) dari hal yang sudah ada.