I Wayan Suana Saleh Amin Hilman Ahyadi Lalu Achmad Tan Tilar Wangsajati Sukmaring Kalih Gito Hadiprayitno

  

BIRDWATCHING

di Taman Wisata Alam Kerandangan

  I Wayan Suana Saleh Amin Hilman Ahyadi

Lalu Achmad Tan Tilar Wangsajati Sukmaring Kalih

  Gito Hadiprayitno PenerNiP K-MediM KogyMkMrPM, 2016

  UU No 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2

  mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku. Hak Terkait Pasal 49

  

1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang

tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya. Sanksi Pelanggaran Pasal 72

  

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing- masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

  

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual

kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

  Birdwatching di Taman W isata Alam Kerandangan Copyright © 2016

  Penulis :

  I Wayan Suana, Saleh Amin, Hilman Ahyadi, Lalu Achmad Tan Tilar W.S.K, Gito Hadiprayit no Desain buku : Saleh Amin

Gambar sampul : Celepuk Rinjani (Ot us jolandae) oleh Saleh Amin

KONTRIBUTOR FOTO Lan Sunarta

  

: Uncal Buau (halaman 23)

Wahyudi Amin : Gosong Kaki-merah (halaman 14)

  Kehicap Ranting ( halaman 54) Saleh Amin : Semua foto lainnya

  

FopyrigOP © 2016 Ny PenerNiP K-MediM

All rigOP reserved

Hsi diluMr PMnggung jMRMN percePMkMn

HMk FipPM dilindungi UndMng-UndMng No 1E TMOun 2002B

  

GilMrMng memperNMnyMkCmenyeNMrluMskMn dMlMm NenPuk MpMpun

PMnpM izin PerPulis dMri PenerNiP K-MediMB

FePMkMn PerPMmM: GesemNer 2016

PenerNiP K-MediM

  

AnggoPM HKAPH

Perum Pondok HndMO BMngunPMpMn, Blok B-1D

PoPorono, BMngunPMpMn, BMnPulB DD1E6B KogyMkMrPM

e-mMil: kmediMBcv@ gmMilBcom

  SUANA, H JMyMn, eP MlB BirdRMPcOing; di TMmMn JisMPM AlMm KerMndMngMn, H JMyMn SuMnM, dkkB -- KogyMkMrPM: PenerNiP K-MediM, 2016B

  72 OlmB ; 23 cmB HSBN: E78-602-6D70-00-0

  • HMk FipPM 2016, pMdM Penulis

  Daft ar Isi P engantar

  58

  44

  45

  46

  47

  48

  49

  50

  51

  52

  53

  54

  55

  56

  57

  59

  42

  2

  72

  71

  70

  68

  67

  3

  1

  60

  66

  65

  64

  63

  62

  61

  43

  41

  Pendahuluan Rujukan

  22

  Glosari Indeks Nama Indonesia

  9

  10

  11

  12

  13

  14

  15

  16

  17

  18

  19

  20

  21

  23

  39

  33

  38

  C aladi Tilik P aok Laus Layanglayang Loreng Kapasan Sayap- putih Sepah H utan M erbah C erukcuk B entet Kelabu C incoang C oklat A nis H utan C icakopi M elayu C ici M erah C inenen Jawa C ikrak Kutub Sikatan Dada- merah Kehicap Ranting Kancilan B akau Gelatikbatu Kelabu C abai Lombok B urungmadu Kelapa B urungmadu Sriganti Kacamata Laut Isapmadu Topi- sisik C ikukua Tanduk B ondol P eking Kepudang Kuduk- hitam Srigunting Kelabu Srigunting W allacea Kekep B abi

  Sikepmadu A sia Elang B ondol Elangalap C ina Elang Flores Gosong Kaki- merah A yamhutan M erah A yamhutan H ij au Gemak Loreng Kareo P adi W alik Kembang P ergam H ij au M erpatihutan M etalik U ncal B uau Delimukan Zamrud Kangkok Ranting Kedasi Emas B ubut A lang- alang C elepuk Rinj ani W alet Sarang- putih W alet Sapi Kapinis Rumah U dang P unggung- merah C ekakak Kalung- coklat C ekakak Sungai C ekakak Tunggir- putih Kirikkirik Laut Tionglampu B iasa

  36

  35

  34

  32

  24

  31

  30

  29

  27

  26

  25

Indeks Nama Ilmiah Index of English Names

  PENGANTAR birdw atching

Ekowisata banyak diminati wisatawan dalam satu dekade terakhir.

  

B anyak agen- agen wisata yang menawarkan paket- paket wisata birdw atching

bermunculan. Lombok yang merupakan salah satu daerah tuj uan wisata di

Indonesia belum mengandalkan ekowisata birdw atching sebagai salah satu

obj ek daya tarik wisata, padahal Lombok mempunyai potensi yang besar untuk

itu. Taman W isata A lam ( TW A ) Kerandangan merupakan salah satu kawasan

yang sangat potensial untuk menj adi kawasan ekowisata birdw atching . U ntuk

mendukung pengembangan ekowisata birdw atching di TW A Kerandangan maka

diperlukan panduan agar memudahkan wisatawan dalam berwisata.

  

B uku ini disusun dengan tuj uan untuk menyediakan panduan bagi wisatawan

yang berminat melakukan wisata birdw atching di TW A Kerandangan. Deskripsi

mengenai ciri khas burung, habitat, serta perilakunya, disaj ikan secara ringkas

namun padat, sehingga memudahkan wisatawan untuk mengindentifikasi burung

di lapang. Gambar- gambar burung j uga ditampilkan untuk mendukung deskripsi

yang telah disaj ikan. Selain itu disaj ikan pula peta j alur- j alur pengamatan yang

dapat dipilih oleh wisatawan sesuai dengan minatnya.

M elalui serangkaian penelitian yang panj ang, kami berharap dapat menyaj ikan

yang terbaik di dalam buku ini. Tetapi kami menyadari bahwa buku ini tidaklah

sempurna. Saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat kami

harapkan, agar dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan yang ada. Tak lupa

j uga kami sampaikan terimakasih kepada KEM RISTEKDIKTI atas hibah P enelitian

P rioritas Nasional M P 3EI, B KSDA NTB atas ij in penelitian, serta semua pihak yang

telah membantu dalam penyelesaian buku ini. Kami berharap buku ini dapat

memenuhi harapan pihak- pihak yang memerlukan, terutama wisatawan yang

berminat melakukan wisata birdw atching di TW A Kerandangan.

  M ataram, A gustus 2016 P enulis PENDAHULUAN TAM AN W ISATA ALAM KERAN DAN GAN utan Kerandangan merupakan kawasan konservasi yang berada di bawah pengelolaan B alai Konservasi Sumberdaya Daya A lam Nusa Tenggara B arat

  H

( B KSDA NTB ) . B erdasarkan Surat Keputusan ( SK) M enteri Kehutanan No. 494/

Kpts-

  II/92, tanggal 1 Juni 1992, status hutan Kerandangan adalah sebagai Taman

W isata A lam ( TW A ) dengan luas 396, 10 ha. Tipe vegetasi hutan Kerandangan

adalah hutan musim dataran rendah. Tipe iklim menurut klasifi kasi Schmidt-

Ferguson adalah tipe iklim D yang sangat dipengaruhi oleh angin muson. ecara administrasi pemerintahan, TW A Kerandangan termasuk ke dalam wilayah Desa Senggigi, Kecamatan B atu Layar, Kabupaten Lombok B arat.

  S

  • – Secara astronomis terletak pada 8º20´ 13´ ´ – 8º20´ 15´ ´ LS dan 116º04´ 00´ ´ 116º04´ 03´ ´ B T.

  eberadaan dua air terj un, yaitu: Goa W alet dan P utri Kembar merupakan Obyek Daya Tarik W isata ( ODTW ) yang menj adi favorit bagi wisatawan lokal K

di TW A Kerandangan. Keanekaragaman fl ora dan fauna j uga berpotensi untuk

dikembangkan sebagai ODTW baru, sehingga dapat meningkatkan j umlah

wisatawan ke TW A Kerandangan. pesies tumbuhan yang terdapat di TW A Kerandangan, antara lain: kelicung ( Dyospiros malabarica ) , terep ( A rthocarpus elastica) , sentul ( Aglaia sp . ) ,

  S

beringin ( Ficus benjamina ) , goak ( Ficus sp . ) , klokos udang ( Dracontomellon

mangiferum Eugenia .

  ) dan j ukut ( sp ) . i TW A Kerandangan terdapat 56 spesies burung yang termasuk ke dalam 31 famili. Diantara spesies- spesies tersebut, terdapat satu spesies yang menurut

  D

  

IU C N statusnya tergolong Kritis ( C ritically Endangered) yaitu Elang Flores ( Nisaet us

fl oris) . Terdapat j uga tiga spesies burung yang statusnya H ampir Terancam

( Near Threatened ) . Ketiga spesies burung tersebut adalah C elepuk Rinj ani ( Ot us

jolandae Todiramphus aust ralasia

  ) , C ekakak Kalung- cokelat ( ) , dan Sikatan Dada-

Ficedula dumetoria Varanus salvator

merah ( ) . Satwa lain seperti biawak ( ) , kera

ekor panj ang ( M acaca fascicularis ) dan lutung ( Tracypit hecus aurat us ) j uga dapat

dij umpai di TW A Kerandangan.

  BI RDW ATCHI N G

  umberdaya ekowisata terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dapat diintegrasikan menj adi komponen terpadu bagi pemanfaatan S

wisata. B erdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifi kasikan menj adi:

wisata alam ( nat ure tourism ) , wisata budaya ( cult ural tourism ) , dan ekowisata

ecotourism, green tourism ( atau alternative tourism) . isata alam merupakan aktivitas wisata yang dituj ukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya. W isata budaya

  W

menj adikan kekayaan budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada

aspek pendidikan. Ekowisata berorientasi pada lingkungan untuk menj embatani

kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri

kepariwisataan.

kowisata merupakan perj alanan ke daerah alami serta bertanggung j awab

untuk melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesej ahteraan masyarakat

  E

setempat. Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada

kegiatan pariwisata massal oleh ahli lingkungan, budayawan, tokoh masyarakat

dan pelaku bisnis pariwisata. Setelah itu paradigma pariwisata bergeser dari

wisata massal ke wisata minat khusus. W isatawan minat khusus menginginkan

perj alanan yang lebih bermakna, berkualitas dan menambah pengalaman

hidupnya serta memperoleh pengetahuan baru. kowisata memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi sumber daya alam dan budaya masyarakat setempat untuk dij adikan sebagai sumber

E

  

pendapatan yang berkesinambungan. Ekowisata menyatukan konservasi,

masyarakat, dan perj alanan yang berkelanj utan. Ini berarti bahwa mereka yang

melaksanakan dan berpartisipasi dalam kegiatan ekowisata harus mengikuti

prinsip - prinsip ekowisata, yaitu: 1) mencegah dan menanggulangi dampak

aktivitas wisata terhadap alam dan budaya dengan cara yang sesuai dengan

karakter sosial budaya setempat; 2) memberikan pendidikan konservasi

lingkungan kepada pelaku wisata dan masyarakat; 3) alokasi retribusi dan paj ak

untuk pengelolaan kawasan konservasi; 4) memotivasi dan meningkatkan peran

masyarakat dalam proses pengelolaan kawasan; 5) masyarakat mendapat nilai

ekonomi dari kegiatan wisata sehingga termotivasi untuk menj aga kawasan; 6)

pembangunan fasilitas wisata tetap menj aga keharmonisan dan keaslian alam;

dan 7) daya dukung sebagai pembatas pembangunan fasilitas dan j umlah.

  Kokokan Laut Butorides striata Striated Heron KARAKTER M ORFOLOGI

  Individu dewasa mempunyai punggung dan sayap abu- abu kebiruan, perut putih, topi hitam, garis gelap memanj ang dari paruh sampai di bawah mata dan tungkai pendek berwarna kuning.

  BIOEKOLOGI Sering berdiri di tepi perairan menunggu mangsa berupa ikan, katak dan serangga air.

  Sarangnya diletakkan pada semak- semak yang tidak terlalu tinggi, kadang- kadang dekat permukaan air.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Tercatat hanya sekali. Ditemukan di daerah aliran sungai dekat pos j aga. Kemungkinan erat kaitannya dengan j arak pantai yang cukup dekat dengan Kawasan TW A Kerandangan.

  Sikepmadu Asia Pernis ptilorhynchus Crested Honey Buzzard KARAKTER M ORFOLOGI

  M emiliki j ambul pendek. B agian atas tubuh cokelat dan bagian bawah cokelat pucat. Terdapat garis berwarna gelap di tenggorokan. B ulu kepala burung j antan berwarna biru keabuan, sedangkan betina cokelat. B etina sedikit lebih besar dan lebih gelap daripada j antan. Jantan memiliki ekor berwarna hitam dengan pita putih.

  BIOEKOLOGI M erupakan burung predator diurnal.

  B erbiak di A sia dari Siberia tengah ke timur sampai Jepang. M ereka bermigrasi ketika musim dingin ke A sia Tenggara. M ereka merupakan burung spesialis pemakan larva lebah dan tawon, sarang lebah serta madu. Kadang- kadang j uga memakan serangga- seranga kecil.

  

KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  P opulasinya bertambah ketika memasuki musim migrasi antara bulan Oktober - November. Dari catatan yang ada, TW A Kerandangan merupakan j alur migrasi burung- burung pemangsa setiap tahun. Elang Bondol Haliastur indus Brahminy Kite

  KARAKTER M ORFOLOGI

  U kuran tubuhnya berkisar antara 43–51 cm. B urung dewasa ( foto atas) berbulu cokelat kemerahan yang kontras dengan warna putih di kepala dan dada. U j ung sayap berwarna hitam. Juvenil ( foto bawah) memiliki corak yang berbeda dengan dewasa dengan dominasi warna cokelat dan gelap kusam.

  BIOEKOLOGI

  M erupakan predator diurnal. Daerah penyebaran meliputi India, A sia Tenggara dan

  H. i. indus

  A ustralia. A da empat subspesies, yaitu: ( B oddaert, 1783) ditemukan di A sia H. Selatan; H . i. fl avirostris C ondon & A madon, 1954 ditemukan di Kepulauan Solomon;

  i. girrenera

  ( V ieillot, 1822) ditemukan di P apua New Guinea, Kepulauan B ismarck, dan

  H. i. intermedius

  A ustralia; B lyth, 1865 ditemukan di Semenanj ung M alaya, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Filipina. B urung ini menyukai wilayah pesisir dan lahan basah, mencari makanan berupa ikan- ikan yang sudah mati.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Tergolong sebagai pengunj ung tetap di TW A Kerandangan, namun dalam waktu yang tidak menentu.

  ACCIPITRIDAE Elangalap Cina

  Accipiter soloensis Chinese Sparrowhawk KARAKTER M ORFOLOGI

  B urung berukuran 30–36 cm, betina lebih besar dari j antan. B urung dewasa memiliki uj ung sayap berwarna hitam. Jantan memiliki bulu abu- abu di bagian atas, putih di bagian bawah dan mata berwarna merah. B etina berwarna merah karat di dada dan sayap bawah, serta mata berwarna kuning.

  BIOEKOLOGI

  M erupakan predator diurnal. B erbiak di C hina Tenggara, Taiwan, Korea dan Siberia. Ketika di daerah berbiak mengalami musim dingin, burung ini bermigrasi ke Indonesia dan Filipina. B urung ini menyukai daerah berhutan, dan kadang- kadang di pinggiran hutan. M akanannya umumnya katak, tetapi j uga memakan kadal. H abitat umumnya di hutan, tetapi kadang- kadang j uga dij umpai di pinggiran hutan.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN Tergolong sebagai burung migran, meskipun dapat ditemukan di luar musim migrasi.

  P opulasinya bertambah sekitar bulan Oktober - November. Kemungkinan hanya menggunakan TW A Kerandangan sebagai tempat peristirahatan sej enak sebelum meneruskan perj alanan. B urung- burung yang beristirahat di kawasan ini kemungkinan burung- burung yang sampai di Lombok pada waktu petang.

  Elang Flores Nisaetus fl oris Flores Hawk-eagle KARAKTER M ORFOLOGI

  Tubuh berukuran sekitar 71 - 82 cm, bagian atas berwarna cokelat kehitam- hitaman, bagian dada dan perut berwarna putih termasuk penutup sayap bawah, dengan corak tipis berwarna cokelat kemerahan. Individu remaj a memiliki kepala berwarna lebih pucat. Ekor Elang Flores berwarna cokelat yang memiliki garis gelap sej umlah enam, sedangkan kaki berwarna putih.

  BIOEKOLOGI

  Sebelumnya dimasukkan sebagai Elang B rontok Spizaetus cirrhatus fl oris hingga kemudian menj adi Nisaetus fl oris. Sering terlihat sendirian atau berpasangan. Sebagian besar diamati

  soaring

  terbang di atas taj uk pohon, sepanj ang lereng pegunungan. Terbang melayang ( ) di atas hutan saat tengah hari. M akanan umumnya sama dengan kelompok elang lainnya, yaitu mamalia kecil, burung, dan kadal. M asa kawin terj adi sekitar permulaan musim kemarau.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Tercatat pertama kali pada bulan M ei 2015. Ketika itu, sepasang Elang Flores dij umpai sedang melakukan ritual perkawinan. C atatan kedua pada bulan September 2015. Sepasang Elang Flores dij umpai sedang bertengger pada pohon tinggi yang ada di lereng

  soaring

  utara TW A Kerandangan. P ada bulan A pril dan M ei 2016, kembali teramati di atas kawasan. Keberadaan sarang di kawasan ini belum ditemukan dan memerlukan kaj ian lebih mendalam mengingat seringnya terlihat bertengger di TW A Kerandangan.

  Gosong Kaki-merah Megapodius reinwardt Orange-footed Scrubfowl

  KARAKTER M ORFOLOGI

  M erupakan burung terrestrial berwarna gelap dengan tungkai- tungkai yang kuat berwarna j ingga. M emiliki j ambul yang meruncing di bagian belakang kepala.

  BIOEKOLOGI

  M emiliki lima sub spesies yang ditemukan di pulau- pulau di kawasan W allacea serta P apua New Guinea bagian selatan sampai A ustralia bagian utara. B urung ini menyukai habitat hutan dan semak, mencari makan berupa bij i- bij ian, buah- buahan yang j atuh, serta invertebrata tanah. Sarangnya berupa gundukan pasir dan serasah yang akan menghasilkan panas akibat proses dekomposisi. P anas ini dipakai untuk menginkubasi telur- telurnya. Gundukan pasir dan serasah bisa mencapai tinggi 4, 5 m dan diameter 9 m.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  B erdasarkan catatan yang ada di TW A Kerandangan, j enis ini dapat dikatakan memiliki perkembangan yang sangat baik. Tahun 2011, burung ini hanya tercatat 3 ekor dan hanya dij umpai di sekitar air terj un Goa W alet. Tahun 2014- 2016, j umlah perj umpaan mengalami peningkatan yang signifi kan. B anyak sarang ditemukan di kawasan ini terutama di sekitar pos j aga TW A Kerandangan. Selain itu, lokasi sarang j uga banyak ditemukan di daerah lereng kawasan, baik bagian utara maupun selatan. B egitu j uga dengan bagian dalam kawasan, j enis ini sering ditemukan dan terdengar suaranya.

  Ayamhutan Merah Gallus gallus Red Junglefowl KARAKTER M ORFOLOGI

  Jantan dan betina menunj ukkan dimorfi sme seksual. U kuran tubuh j antan j auh lebih besar daripada betina, memiliki pial berwarna merah, ekor panj ang dan melengkung. W arna bulu betina sangat tersamar dengan lingkungannya, yang sangat berguna saat sedang mengerami telur- telurnya. B etina tidak memiliki pial.

  BIOEKOLOGI

  Dianggap nenek moyang ayam peliharaan. P ertama kali didomestikasi sekitar lima ribu tahun yang lalu di A sia, kemudian dibawa ke seluruh dunia, yang dimanfaatkan daging dan telurnya sebagai sumber makanan. Daerah sebarannya mulai dari Tamil Nadu, India Selatan ke arah timur di C ina selatan ke M alaysia, Singapura, Filipina, dan Indonesia. Juga terdapat di Kepulauan H awaii, termasuk Kauai. M ereka j uga dapat ditemukan di P ulau C hristmas, V anuatu, dan Kepulauan M ariana. M asing- masing daerah memiliki subspesies,

  G. g. gallus

  G. g. bankiva

  G. g. jabouille

  G. g. murghi

  yaitu: ( Indochina) ; ( Jawa) ; ( V ietnam) ;

  G. g. spadiceus

  ( India) ; ( B urma) ; G.

  g. domesticus ( ayam peliharaan) . B ersifat omnivora, memakan serangga, bij i- bij ian, buah- buahan, dan umbi- umbian.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN Sangat sensitif dengan kehadiran manusia. B iasanya segera berlari ketika melihat manusia.

  Lebih mudah mendengar suaranya. P erj umpaan langsung dengan burung ini tercatat di punggung bukit selatan sekitar daerah B unut Ngengkang.

  Ayamhutan Hijau Gallus varius Green Junglefowl

  KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran sekitar 75 cm. Seperti halnya A yamhutan M erah, A yamhutan H ij au j uga menunj ukkan adanya dimorfi sme seksual. Jantan berbulu biru kehij auan di leher dan ekornya. Di bagian punggung berwarna keperakan. B ulu penutup sayap bagian atas berwarna merah karat dan bagian bawah hitam. Kulit waj ah berwarna merah muda, dengan pial berwarna merah keperakan. B etina kebanyakan berbulu cokelat.

  BIOEKOLOGI

  A yamhutan H ij au endemik di Jawa, B ali, Lombok, Komodo, Flores, Rinca dan pulau- pulau kecil yang menghubungkan Jawa dengan Flores. M ereka ditemukan dari ketinggian 0 - 2000 m di hutan huj an tropis dataran rendah, semak dan tanah yang subur. M ereka hidup dalam kelompok 2 - 5 ekor di alam liar yang dipimpin oleh seekor j antan dominan.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Lebih sensitif dibandingkan dengan A yamhutan M erah karena hingga buku ini diterbitkan, j enis ini tidak pernah dilihat langsung, hanya terdengar suaranya saj a. Kokokannya berbeda dengan A yamhutan M erah sehingga mudah untuk diidentifikasi. B iasanya terdengar berkokok dari lereng- lereng bukit kawasan TW A Kerandangan.

  Gemak Loreng Turnix suscitator Barred Buttonquail KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran sekitar 15- 17 cm. B etina umumnya lebih cerah dan kaya warna serta berukuran lebih besar. Tubuh atas j antan dan betina cokelat gelap atau abu kehitaman berbintik cokelat kemerahan dan bercoret putih. Tubuh bawah individu dewasa berpalang hingga hampir bagian tungging, sedangkan pada remaj a tidak berpalang. P aruh dan kaki kuning.

  BIOEKOLOGI

  H idup soliter atau berpasangan pada habitat rumput terbuka, semak atau sawah. Saat merasa terancam, biasanya melompat atau terbang pendek ke rerimbunan rumput atau semak di dekatnya untuk bersembunyi. M akanan berupa bij i- bij ian, daun muda, dan serangga. Diperkirakan musim kawin terj adi dua kali dalam setahun. Lebih menyukai hutan bambu sebagai lokasi bersarang.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Jenis ini sulit ditemukan karena sangat sensitif. B iasanya ditemukan pada j alur tengah kawasan terutama pada semak- semak. Selain itu, j enis ini j uga ditemukan menghuni punggung perbukitan.

  Kareo Padi Amaurornis phoenicurus White-breasted Waterhen

  KARAKTER M ORFOLOGI

  U kuran tubuh berkisar antara 15 – 20 cm. B entuk tubuh ramping dengan ekor pendek, paruh serta kakinya panj ang dan berwarna kuning gading. B ulu- bulunya berwarna cokelat keabu- abuan tua, namun muka, tenggorongkan, serta dadanya didominasi warna putih yang mencolok.

  BIOEKOLOGI

  B urung ini tersebar di India, C hina selatan, A sia Tenggara, Filipina, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara. B urung ini dapat ditemukan di rerumputan rawa, sawah, hutan bakau, parit- parit di tepi j alan, dan tentunya di lahan- lahan basah serta berair. M akanannya berupa bij i- bij ian, cacing, serangga, dan siput kecil. M ereka suka mengendap- ngendap dalam semak- semak, dan sering bersuara uwok- uwok dan sangat ribut. B eberapa ekor bersuara bersama- sama yang berbunyi turr- kruwak atau per- per-

  a- wak- wak- wak, j uga dengan suara lain yang berlangsung sampai 15 menit pada siang dan malam hari.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Tergolong sebagai j enis yang tidak umum. Jenis ini tercatat pada bagian aliran sungai sekitar pertengahan j alur antara Goa W alet dan P utri Kembar. Tahun 2015, sebuah sarang dengan 5 butir telur ditemukan pada semak di pinggiran sungai sekitar areal kemping.

  Walik Kembang Ptilinopus melanospila Black-naped Fruit Dove KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran 24 cm. Tubuh berwarna hij au, paruh dan iris kekuningan. Jantan memiliki kepala berwarna abu- abu pucat dengan tengkuk hitam, kerongkongan kuning, bawah ekor berwarna kuning emas dan merah muda. B urung betina dan burung muda sepenuhnya berwarna hij au.

  BIOEKOLOGI

  M ereka terdistribusi di Indonesia, M alaysia dan Filipina. Di Indonesia dij umpai di Jawa,

  Lesser

  Sunda dan Sulawesi. M ereka terdapat di hutan pegunungan dan dataran rendah, memakan buah- buahan.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Dari catatan yang ada di TW A Kerandangan, j enis ini tergolong umum baik di bagian tengah hingga daerah punggung perbukitan. Namun, peluang melihat j enis ini sangat kecil dan lebih mudah didengar suaranya karena memiliki suara yang khas.

  Pergam Hijau Ducula aenea Green Imperial Pigeon

  KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran sekitar 45 cm. P unggung, sayap dan ekor berwarna hij au metalik. Kepala dan bagian bawah tubuh putih, kecuali bagian bawah ekor berwarna merah marun.

  BIOEKOLOGI M ereka tersebar di hutan tropis di A sia selatan mulai dari India ke timur sampai Indonesia.

  M ereka memakan buahan- buahan di kanopi pohon.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Jenis ini tergolong lebih pemalu dan lebih susah ditemukan dibandingkan dengan W alik Kembang. U mumnya terdengar bersuara dari lereng perbukitan TW A Kerandangan.

  Merpatihutan Metalik Columba vitiensis Metallic Pigeon KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran 37 cm. B urung dewasa memiliki mahkota berwarna ungu dan hij au, sayap dan bulu penutup ekor bagian atas berwarna hitam, iris merah kekuningan, paruh kuning, kulit mata merah, bulu penutup telinga dan dagu putih atau abu- abu, dan kaki keunguan.

  BIOEKOLOGI New Guinea,

  M ereka terdistribusi di hutan tropis di bagian timur Indonesia, Filipina, Kepulauan Solomon, Fij i, Kaledonia B aru, Samoa dan daerah sekitar barat daya Kepulauan P asifi k. M akanannya berupa buah- buahan dan bij i- bij ian.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Diantara j enis- j enis dari famili C olumbidae yang ada di TW A Keradangan, j enis ini yang paling susah untuk ditemukan. Selain karena j arang terdengar, j uga karena prilakunya yang soliter. P erj umpaan dengan j enis ini terj adi hanya sekali pada tahun 2015 di daerah sekitar areal kemping.

  Uncal Buau Macropygia emiliana Ruddy Cuckoo Dove

  KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran sekitar 30- 37 cm. Tubuh dominan merah bata dengan kombinasi corak kehitaman. Leher belakang j antan mengkilap merah j ambu kehij auan. A nakan mirip individu betina dewasa namun lebih banyak palang hitam pada tubuh. P aruh cokelat keabuan dengan uj ung hitam, kaki merah.

  BIOEKOLOGI

  Sering mengunj ungi pinggiran hutan perbukitan dan pegunungan. Kadang- kadang pada lahan budidaya dengan pohon j arang. Jenis ini ditemukan hingga ketinggian 2500 m.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Jenis ini j uga susah ditemukan di TW A Kerandangan, karena sangat pemalu serta kebiasaan hidupnya pada daerah semak belukar di bagian kawasan yang j arang dikunj ungi manusia.

  Delimukan Zamrud Chalcophaps indica Common Emerald Dove KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran sekitar 25 cm. P unggung dan sayap hij au metalik, kepala dan tubuh bawah ungu merah muda. Jantan memiliki dahi, alis dan bahu putih, mahkota dan tengkuk keabuan, paruh merah, kaki merah tua. B etina umumnya lebih pucat, dahi dan alis abu, mahkota dan tengkuk cokelat, tanpa warna putih pada bahu. Ketika terbang, punggung dan sayap yang kehij auan kontras dengan sayap bawah yang kemerahan, dan terdapat dua palang putih di sekitar tunggir

  BIOEKOLOGI

  B ersifat umum, namun sangat pemalu dan agak susah ditemui. B iasanya memakan bij i dan butiran tanaman yang j atuh di tanah, j uga memakan rayap. Tidak seperti j enis dari familinya, makan dilakukan dengan merusak bij i dan diperkirakan tidak berperan banyak pada siklus penyebaran bij i. B iasanya soliter atau berpasangan mencari makanan.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Tergolong umum namun pemalu. Dapat ditemukan dari daerah kaki hingga punggung perbukitan kawasan TW A Kerandangan. Kebiasaan terbang cepat secara tiba- tiba menj adikan j enis ini susah untuk didokumentasikan.

  Kangkok Ranting Cuculus saturatus Oriental Cuckoo

  KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran 26- 34 cm. Tubuh atas abu gelap kebiruan, tungging kuning kecokelatan, perut abu keputihan bergaris melintang hitam. Kepala, leher dan dada abu. Ekor abu kehitaman. A nakan dan betina hepatik dengan tubuh atas cokelat kemerahan, tubuh bawah putih, seluruh tubuh bergaris hitam.

  BIOEKOLOGI

  B erbiak dari H imalaya ke timur sampai C hina dan Taiwan. B urung bermigrasi ke A sia Tenggara bila di daerah berbiak mengalami musim dingin. Terdapat beberapa sub spesies dan kebanyakan dij umpai di A sia. Tahun 2005 telah dipisahkan menj adi tiga spesies yang berkerabat dekat, yaitu: ‘ H imalayan cuckoo’

  Cuculus (sat urat us) sat urat us

  ; ‘ Oriental

  Cuculus (sat urat us) optat us

  cuckoo’ ; ‘ Sunda

  Cuculus (sat urat us) lepidus cuckoo’ .

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  B iasanya menghuni daerah pinggiran kawasan TW A Kerandangan, baik di daerah kaki maupun punggung perbukitan. Dari catatan yang ada, j enis ini dapat dij umpai di sekitar pos j aga TW A Kerandangan dan di pinggiran punggung perbukitan kawasan terutama yang berbatasan dengan lahan perkebunan masyarakat.

  Kedasi Emas Chrysococcyx lucidus Shining Bronze Cuckoo KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran antara 15 sampai 17 cm. B ulu bagian atas kuning keemasan atau hij au kekuningan, pipi putih. B etina memiliki mahkota dan tengkuk ungu berkilau. P aruh dan kaki hitam dengan sisi bawah berwarna kuning.

  BIOEKOLOGI

  M akanannya berupa serangga- serangga yang dihindari oleh burung- burung pemakan serangga lainnya, seperti: ulat dan kumbang. B urung ini meletakkan telurnya di sarang

  brood-

  burung lain sebagai inang, dan menghilangkan telur inang dari sarangnya ( Gerygone. parasitic) . Inangnya terutama dari genus B urung ini sangat sulit untuk dilihat, tetapi mudah didengarkan suaranya.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Jenis ini memiliki kebiasaan yang hampir sama dengan Kangkok Ranting. Namun, umumnya mendiami kawasan TW A Kerandangan yang lebih dalam. Dari catatan yang ada, j enis ini pernah dij umpai di sekitar pos j aga TW A Kerandangan.

  Bubut Alang-alang Centropus bengalensis Lesser Coucal

  KARAKTER M ORFOLOGI

  Secara keseluruhan bulunya berwarna hitam, sayap berwarna merah karat, ekor panj ang berwarna hitam. Iris cokelat gelap.

  BIOEKOLOGI

  B urung ini menyukai habitat padang rumput atau semak dekat hutan di dataran rendah. Tersebar sangat luas mulai dari India sampai A sia Tenggara. Terdapat beberapa

  

C.b. lignator C.b. javanensis

  sub spesies: Swinhoe, 1861 ( C hina dan Taiwan) ; Dumont,

  C.b. sarasinorum

  1818 ( Indonesia bagian barat, M alaysia, Filipina) ; Stresemann, 1912

  C.b. medius

  ( Sulawesi, P ulau Sula, Lesser Sunda dan Timor) ; B onaparte, 1850 ( M aluku) ;

  C.b. philppinensis C.b. chamnongi

  ( Filipina) ; dan ( Thailand) . Tidak seperti famili C uculidae lainnya yang telurnya dierami oleh burung lain ( brood- parasitic) , burung ini mengerami sendiri telurnya.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Tergolong sebagai j enis umum yang sering ditemukan menghuni bagian semak dari TW A Kerandangan, baik pada daerah kaki maupun punggung perbukitan.

  Celepuk Rinjani Otus jolandae Rinjani Scops owl

  KARAKTER M ORFOLOGI B erukuran sekitar 21- 28 cm. P ada awalnya disatukan sebagai C elepuk M aluku, namun pada tahun 2013, j enis ini menj adi j enis terpisah dan endemik di Lombok. Selain suara yang berbeda, j uga memiliki dagu dan tenggorokan bergaris putih dan lebih cokelat.

  A lis lebih putih dengan pinggiran lebih cokelat. B ulu penutup telinga cokelat kemerahan dengan kesan hij au kecokelatan. B ulu pada kepala atas cokelat dengan kesan kehij auan. P unggung dan tunggir cokelat terang. Dada kuning cokelat kemerahan, perut bercoret putih dan cokelat. Ekor bawah putih berpalang cokelat dan cokelat kemerahan. Kaki ditutupi bulu cokelat kuning keputihan hingga pangkal j ari.

  BIOEKOLOGI B ersifat teritorial seperti j enis burung hantu lainnya. B iasanya burung akan mendekati penyusup yang memasuki teritorinya.

  Ditemukan sering mengunj ungi daerah hutan yang agak terbuka dengan pepohonan bercabang terbuka, pinggiran hutan, daerah kebun kelapa dekat pemukiman yang berbatasan dengan hutan. M akanan diperkirakan berupa serangga berukuran kecil dan besar. Sumber data masih sangat kurang sehingga dibutuhkan kaj ian lebih lanj ut terutama prilaku dan genetik. A ncaman serius berupa degradasi habitat untuk pembukaan lahan budidaya, penebangan liar dan perubahan iklim.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN Sangat umum dan mudah dij umpai ketika malam di TW A Kerandangan, baik di kaki maupun punggung perbukitan.

  B iasanya terlihat pada bagian kawasan yang agak terbuka dengan tipikal pepohonan dengan percabangan atau ranting yang tidak rapat. P aling sering dan mudah terlihat pada daerah pinggiran kawasan terutama yang berbatasan dengan lahan budidaya atau pemukiman. Keberadaan sarang hingga saat ini belum ditemukan. Walet Sarang-putih Aerodramus fuciphagus Edible-nest Swiftlet KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran antara 11 sampai 12 cm. B ulu tubuh bagian atas berwarna cokelat kehitaman, agak pucat di tubuh bagian bawah. Di bagian pantat sedikit lebih pucat dibandingkan dengan di bagian atas. Ekor sedikit menggarpu, sayap panj ang dan ramping. P aruh dan kaki berwarna hitam.

  BIOEKOLOGI

  Suaranya keras yang digunakan untuk ekolokasi di gua yang gelap. A da enam subspecies,

  A. f. fuciphagus

  A. f. inexpectat us

  yaitu: ( Jawa, B ali dan Lesser Sunda bagian barat) ;

  A. f. dammermani A. f.

  ( P ulau A ndaman dan P ulau Nicobar, j arang di B urma) ; ( Flores) ;

  f. vestitus ( Sumatra dan Kalimantan) , kadang- kadang A. f. digolongkan sebagai spesies yang berbeda, A erodramus vestitus ( Lesson, 1843) ;

  micans ( Sumba, Sawu dan Timor) ; A .

  perplexus

  ( Kepulauan M aratua di sebelah timur Kalimantan) . M ereka mencari makan di daerah pesisir sampai pegunungan pada ketinggian 2800 m. M ereka berburu serangga- serangga yang terbang di udara. M ereka sering mencari makan bersama kumpulan burung walet lain. M ereka berbiak secara berkoloni di gua- gua, celah- celah tebing atau bangunan. Sarangnya berwarna putih bening yang terbuat dari kelenj ar ludah.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  U mum dan mudah dij umpai, sering terbang di sela- sela atau di atas kanopi. Tersebar di seluruh bagian kawasan TW A Kerandangan.

  Walet Linci Collocalia linchi Cave Swiftlet

  KARAKTER M ORFOLOGI

  B erwarna cokelat kehitaman mengkilat, di bagian atas tubuh kehij auan mengkilat termasuk di bagian pantat. Dada hitam, bagian perut abu- abu pucat dengan bintik- bintik hitam di bagian pinggir. U j ung sayap membulat, bagian bawah sayap hitam. Ekor hitam membulat dan sedikit bertoreh.

  BIOEKOLOGI

  C. l. dedii C. l.

  Terdapat empat subspecies, yaitu: Somadikarta, 1986 ( B ali dan Lombok) ;

  dodgei

  C. l. linchi

  Richmond, 1905 ( Sabah) ; H orsfi eld & F. M oore, 1854 ( M adura, B awean,

  C. l. ripleyi

  Nusa P enida dan Jawa) ; Somadikarta, 1986 ( B ukit B arisan, Sumatra) . H abitatnya adalah hutan dataran rendah dan dataran tinggi, serta daerah terbuka. M ereka sering terbang bersama kumpulan walet lain. M embuat sarang di gua, dengan serat tumbuhan yang ditempelkan di bebatuan dan direkatkan dengan kelenj ar ludah.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  U mum dan mudah dij umpai, sering terbang di sela- sela atau di atas kanopi. Tersebar di seluruh bagian kawasan TW A Kerandangan.

  Kapinis Rumah House Swift Apus nipalensis KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran sekitar 15 cm. Tubuh dominan hitam dengan tunggir putih mencolok sangat j elas terlihat ketika terbang, tenggorokan putih, sayap panj ang dan ramping, ekor sedikit bercagak dan j elas terlihat bundar ketika dikembangkan. Jantan dan betina bercorak warna yang sama.

  BIOEKOLOGI

  Lebih sering ditemukan pada habitat terbuka dan memiliki adaptasi yang baik dengan daerah pemukiman. M angsa berupa serangga terbang seperti rayap, semut, tawon dan kumbang, terkadang j uga menyambar laba- laba.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Jenis ini memiliki suara yang j elas dan berbeda dari j enis burung dari famili A podidae yang ada di TW A Kerandangan. Tunggir yang putih terang sangat j elas ketika terbang. Jenis ini lebih mudah diamati dari puncak bukit karena biasanya terbang sangat tinggi, j arang terbang rendah seperti W alet Linchi.

  Udang Punggung-merah Ceyx rufi dorsa Rufous backed Kingfi sher

  KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran sekitar 13- 14 cm. Tubuh atas merah tua mengkilap keunguan, bulu primer hitam. B ercak di depan mata kuning, pipi dan leher samping kuning, bercak di belakang penutup telinga putih. Tidak ada bintik biru pada dahi dan di belakang mata seperti pada U dang A pi. Dagu dan tenggorokan putih. Dada, perut dan ekor j ingga pucat. Kaki dan paruh merah.

  BIOEKOLOGI

  Ditemukan di B runei, India, Indonesia, M alaysia, Filipina dan Thailand di hutan tropis dataran rendah, dekat danau atau aliran air. B urung kecil ini bersifat soliter dan berburu dari tempat bertengger yang rendah di dekat permukaan air. M angsanya berupa

  Oriental

  serangga dan katak. Kadang- kadang mereka disebut sebagai subspecies dari Dwarf Kingfi sher.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Jenis ini dikonfirmasi pertama kali pada tahun 2015. Ditemukan pertama kali pada daerah Nangkok, setelah Goa W alet. Setelah penelitian lebih lanj ut, j enis ini diketahui terdapat di sepanj ang sungai sekitar Goa W alet. Cekakak Kalung-coklat Todiramphus australasia Cinnamon-banded Kingfi sher

  KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran sekitar 21 cm. M ahkota hitam kehij auan, topeng merah karat dan hitam. Leher, dada, perut hingga ekor bawah kemerahan pucat. P aruh atas kehitaman, paruh bawah kuning pucat dengan uj ung gelap. M ata cokelat gelap. P unggung kehij auan gelap, sayap dan ekor atas biru tua. Kaki kehitaman. B etina berukuran lebih besar dan lebih kusam.

  BIOEKOLOGI

  M enyukai vegetasi dengan tutupan rapat pada habitat hutan primer dan sekunder, kadang- kadang pada daerah terbuka, pinggiran hutan, semak belukar rindang di pemukiman. M akanan berupa serangga dan larvanya. Informasi mengenai j enis ini masih sangat kurang namun diduga j uga memakan reptil kecil seperti kadal dan cicak.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Tercatat pertama kali pada tahun 2015. P ada tahun 2016, j enis ini berhasil ditemukan dan didokumendasikan dengan baik. Dari data yang ada, j enis ini lebih memilih untuk tinggal di dalam hutan yang j auh dari gangguan manusia. Jumlahnya pun tidak banyak, sej auh ini yang terdata hanya 3 ekor. P enelitian lebih lanj ut sangat dibutuhkan untuk kepentingan konservasi j enis yang tergolong terancam ini.

  Cekakak Sungai Todiramphus chloris Collared Kingfi sher

  KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran 22 - 29 cm. B agian atas tubuh berwarna biru kehij auan, sedangkan bagian bawah putih atau kekuningan. Leher berkerah putih dan ada garis hitam melalui mata. P aruh panj ang berwarna hitam dan kuning pucat di dasar mandibula bawah. B etina berwarna cenderung lebih hij au dibandingkan j antan.

  BIOEKOLOGI

  U mum dij umpai di pantai, terutama di hutan mangrove. Sering j uga dij umpai di daerah pertanian, daerah terbuka, padang rumput dan taman. Sering hinggap di kabel, bebatuan atau cabang pohon. M akanannya berupa kepiting kecil, serangga, cacing, siput, udang, katak, kadal, ikan kecil, dan kadang- kadang j uga memangsa burung kecil. M ereka mengintai mangsa dari tempat bertengger dengan berdiam diri nyaris tanpa gerakan dalam waktu yang cukup lama. Jika menemukan mangsa, burung meluncur ke bawah untuk menangkapnya dan kembali ke tempat semula.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Jenis yang umum dan mudah dij umpai di TW A Kerandangan. Suaranya sangat keras dan nyaring, warnanya kontras dengan alam menyebabkan j enis ini mudah terlihat dan diketahui posisi bertenggernya. P enyebaran di TW A Kerandangan pun tergolong umum karena dapat dij umpai pada daerah kaki bukit ( lembah) maupun di puncak perbukitan.

  shelter

  Lokasi terbaik untuk pengamatan j enis ini yaitu lokasi ke- 3. Cekakak Tunggir-putih Caridonax fulgidus Glittering Kingfi sher KARAKTER M ORFOLOGI

  B erukuran sekitar 30 cm. P unggung, sayap dan ekor hitam kebiruan mengkilap dengan punggung bawah dan tunggir putih terang. Kepala hitam, mata merah j ingga dengan lingkar mata merah. P aruh merah terang. Dagu, tenggorokan, dan tubuh bawah lainnya putih kotor. Kaki merah.

  BIOEKOLOGI

  M enyukai daerah hutan pedalaman baik hutan huj an, hutan gugur maupun hutan sekunder. M akanan berupa serangga beserta larvanya.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Keberadaan j enis ini masih menj adi tanda tanya karena tidak ada catatan perj umpaan secara langsung. Namun sekitar A gustus 2015, satu ekor ditemukan mati di j alur sekitar Goa W alet.

  Kirikkirik Laut Merops philippinus Blue-tailed Bee-eater

  KARAKTER M ORFOLOGI

  M emiliki bulu yang berwarna- warni. W arna bulu dominan hij au, pada bagian muka terdapat bercak biru dengan garis hitam di mata. P aruh hitam, kerongkongan kuning dan cokelat. Ekornya berwarna biru, dua bulu yang di tengah memanj ang. U kuran tubuhnya antara 23 – 26 cm.

  BIOEKOLOGI

  M erupakan burung migran dari tempatnya berbiak di A sia Selatan. M ereka memakan serangga, khususnya lebah dan tawon, yang ditangkap di udara lalu dibawa ke tempat bertengger.

  KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN

  Tergolong sebagai j enis pendatang dan biasanya terlihat terbang di atas kawasan TW A Kerandangan. Suaranya yang khas menj adikan j enis ini mudah untuk diketahui keberadaannya. Tionglampu Biasa Eurystomus orientalis Oriental Dollarbird KEBERADAAN DI TW A KERAN DAN GAN