contoh Autobiografi Panjang

  Nama saya Selvi Ervina, biasa dipanggil Selvi atau Vie. Ayah saya bernama Saharudin dan Ibu saya bernama Ramnah. Saya anak ke 6 dari 6 bersaudara, 1 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Saya lahir di sebuah kampung kecil yang bernama Meranti Bunting pada tanggal 20 Oktober 1997, dan saya dibesarkan oleh kedua orang tua saya disana teptnya di Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Kakak saya yang pertama bernama Dedi Yana yang sekarang profesinya sebagai guru pegawai di SD tempat tinggal saya dan suaminya bernama M. Nur. Dia memiliki sepasang anak yang bernama Nurrifki Dede Saputra dan Nayana Faiha Yasmeen. Abang saya satu-satunya bernama Sufriadi dan telah menikah dengan seorang perempuan yang cantik bernama Desi Fitri yang berprofesi sebagai guru SD di Bangkinang, Salo. Dari perkawinan tersebut mereka memiliki 2 orang anak laki-laki.

  Anak pertama bernama Hidayatul Zikri Hiqal dan anak yang kedua bernama M. Akram Alfayat. Kini abang saya tinggal di Bangkinang karena kebetulan istrinya asli orang Bangkinang. Kakak saya yang ketiga bernama Ira Yana yang menikah dengan seorang laki-laki yang bernama Sidodadi yang berasal dari Pulau Rupat. Mereka mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Khairul Hizam. Dan akhirnya kakak saya resmi menjadi orang Pulau Rupat. Kakak saya yang keempat penyuluh pertanian di tempat saya sendiri tetapi ia belum memiliki suami karena ia ingin menikmati masa mudanya untuk saat ini. Kemudian, kakak saya yang kelima bernama

  Wahyu Reza Fahlevi. Sampai saat ini mereke belum dikaruniai seorang anak. Saya dilahirkan dari keluarga yang sederhana, ayah saya hanyalah seorang pemotong pohon sagu yang bekerja semnjak tamat SD dan sampai sekarang masih melakukan pekerjaan tersebut sedangkan ibu saya seorang ibu rumah tangga. Namun, walaupun kami hidup dengan sederhana tapi kami hidup bahagia. Kedua orang tua kami mendidik mendidik kami dengan baik dan alhamdulillah kakak-kakak dan abang saya sukses semua dalam belajar menjadi seorang sarjana dari masing-masing universitasnya. Saya bangga akan pengorbanannya dan saya saying dengan mereka. Karena tanpa mereka kami tidak akan pernah tahu seperti apa bentuk dunia ini, tidak akan tahu seperti apa cinta dan kasih sayang darinya, dan tidak akan pernah merasakan yang namanya hidup. Hobi saya bermain futsal, bulu tangkis, basket, catur, menggambar dan membaca novel maupun komik. Saya senang melihat atlet nasional bulu tangkis yang pernah menjuarai dan meraih beberapa medali untuk membela tanah air kita Indonesia dalam beberapa tahun silam yakni Taufik Hidayat. Dari situlah saya mulai tertarik dengan olahraga bulu tangkis. Keluarga kami termasuk keluarga yang lumayan taat melaksanakan sholat lima waktu. Waktu kecil dan sampai sekarang setiap azan dating, ibu selalu cerewet menyuruh saya segera melaksanakan sholat karena ibu mengatakan jika termasuk kedalam golongan orang-orang kafir. Ketika usia saya memasuki 5 tahun orang tua saya menyuruh kakak saya yang pertama untuk membawa saya kesekolah SD agar saya bisa belajar. Sekitar usia saya menginjak 5 tahun setengah saya langsung menduduki bangku SD, mungkin sebagian orang berfikir kenapa tidak pada umur 6 tahun? Padahal pada umumnya anak-anak disekolahkan untuk memasuki Sekolah Dasar pada usia 6 tahun. Itu dikarenakan saya sudah bisa membaca dan berhitung dan kakak saya mengatakan saya sudah layak memasuki Sekolah Dasar dikampung saya sendiri. Saat itu saya bersekolah di SDN 6 Merbau. Selama sekolah di sana saya pernah mendapat peringkat 1 dan saya mendapatkan peringkat 2 sebanyak 2 kali. Saya berangkat kesekolah tidak diantar oleh orang tua saya, tapi saya berangkat dan pulang sekolah bersama kakak saya yang pertama. Karena waktu itu, orang tua saya setelah sholat subuh mereka berangkat untuk memotong karet dan tidak sempat untuk mengantarkan saya kesekolah. Akhirnya pada tahun 2004 saya lulus sekolah dasar dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi pada tahun tersebut. Saya memilih melanjutkan pendidikan ke SMPN 7 yang masih berada di daerah Kecamatan Merbau. Pada hari pertama saya lebih banyak dari jumlah siswa waktu saya sekolah dasar tentunya memiliki karakter dan tingkah laku yang beragam dan tidak semua orang baik disana. Berbagai macam karakter

dan perokok. Pada umumnya mereka berangkat kesekolah menggunakan motor milik orang tuanya, ada juga yang menggunakan sepeda dan berjalan kaki termasuk saya sendiri. Saya kadang-kadang diantar oleh abang ipar saya menggunakan motornya, karena saat itu saya sekolah sambil berdagang atau berjualan es. Pulang sekolah saya berjalan kaki bersama teman-teman dengan membawakan termos es, jarak sekolah kerumah saya lumayan jauh. Setelah kelas 2 SMP saya dibelikan sepeda, saya berangkat sekeloah dengan menggunakan sepeda yang begitu cantik dari orang tua saya. Terkadang saya mengeluh karena uang jajan yang dikasih ibu hanyalah seribu sampai 2 ribu rupiah, tidak seperti teman saya lainnya dengan uang jajan yang di kasih orang tuanya begitu besar. Terkadang saya juga iri melihat teman-teman disekolah makan sesuka hati tanpa mengkhawatirkan uangnya habis. Namun saya tidak seperti mereka yang kebutuhannya mencukupi. Walaupun demikian saya tidak pernah menuntut ibu untuk memberikan uang jajan seperti mereka, karena saya mengerti akan keadaan ekonomi pada waktu itu. Saya juga tidak pernah bolos atau merengek karena uang jajan yang dikasih ibu sangatlah kurang bagi saya, karena saya tahu masih banyak orang diluar sana yang lebih serba kekurangan daripada kami. Bahkan ada diantara mereka yang tidak tapi orang tua mereka tidak sanggup untuk membelikan baju seragam beserta buku dan alat tulis untuk anaknya. Oleh karenanya saya selalu bersyukur kepada yang Maha Kuasa

lebih tinggi. Alhamdulillah saya di SMP pernah mendapat peringkat 3 dan 10 besar seperti peringkat 5, 6, dan 7. Di sekolah, saya pernah menjadi anggota OSIS yang menjabat sebagai bendahara OSIS dan saya juga ikut menjadi anggota pramuka yang semenjak dari SD yang saya jalani. Pada tahun 2012, alhamdulillah saya lulus dari SMPN 7 Merbau dan mengambil jenjang yang lebih tinggi lagi. Saya memilih SMA Negeri 1 Merbau. Alasan saya kenapa memilih sekolah disana karna sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang terkenal di Kecamatan Merbau. Lama perjalanan dari rumah kesekolah sekitar setengah jam dengan melewati jalan yang sangat buruk dan jelek. Beberapa kali saya pernah mengalami kecelakaan melewati jalan tersebut ketika berangkat kesekolah maupun pulang sekolah. Walau demikian, itu tidak menurunkan semangat saya untuk menuntut ilmu disana.

  Sewaktu kelas 1 SMA saya mengikuti ekstra olahraga futsal yang begitu saya gemari. Setiap minggunya kami melaksanakan latihan bersama yang didampingi oleh kakak senior. Beberapa dari kakak senior memanggil nama saya dengan sebutan Messi. Namun, setelah saya naik ke kelas 2 ekstra tersebut tidak pernah aktif lagi. Saya berhasil mengambil jurusan IPA setelah kenaikan kelas tersebut. dikelas sama lainnya. Sampai suatu ketika, kami bermain domino didalam kelas ketika guru tidak masuk. Hamper satu kelas yang ikut bermain domino meskipun kami main tidak menggunakan akhirnya kami tertangkap basah oleh kesiswaan. Kami dihukum satu kelas, dan yang pernah ikut main domino nama-namanya dimasukkan ke buku kasus. Tapi setalah itu kami tidak mengulanginya lagi.

  Pada tanggal 12 April 2015 di kelas tiga SMA saya melaksanakan ujian nasional (UN). Saya ketakutan menghadapi ujian ini, karena ini merupakan ujian yang menentukan masa depan saya. Oleh Karen itu, seminggu sebelum UN dilaksanakan saya benar-benar belajar dengan sungguh- sungguh. Karena saya tidak ingin mengecewakan kedua orang tua saya yang telah bersusah payah menyekolahkan ssaya sampai sekarang dengan ikhlas tanpa mengharapkan belas kasihan apapun dari anaknya. Yang selalu menyayangi dan memberikan yang terbaik untuk anaknya. Maka dari itu saya harus memberika yang terbaik untuk mereka terutama pada ibu yang telah mengandung saya selama 9 bulan dengan mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan anaknya. Yang telah menyusui dan membesarkan saya dengan penuh kasih sayang yang mana sampai saat ini saya tidak akan bisa membalas semua itu. Tapi saya akan lakukan yang terbaik untuk membalas semua jasa yang telah diberikan kepada saya dan saya anggap jasa yang telah diberikan selama ini kepada saya merupakan hutang yang harus saya lunasi kepadanya. bahwa dari salah satu teman kami meninggal duniam kami sangat terpukul dengan kepergiannya, karena begitu banyak kenangan yang kami lalui bersamanya penuh suka dan duka. saya diumumkan lewat sebuah amplop dari sekolah sebelum saya menerima amplop tersebut saya berdo’a di dalam hati agar diberi kelulusan dengan nilai yang sesuai kemampuan saya. Saya merasa takut, cemas namun saya penasaran untuk membukanya jantung saya mulai berdebaar kencang. Melihat teman-teman sekolah sudah membuka amplopnya semuanya bergembira, tapi ada beberapa teman angkatan pula yang harus menerima kenyataan pahit serta kekecewaan. Hal itu membuat saya semakin ketakutan. Lalu ketika saya menerima amplop tersebut dari wali kelas jantung saya semakin kencang berdebar, perlahan saya membukanya dengan membaca bismillah dan berdo’a kepada Allah sambil berharap diluluskan. Setelah mengetahui isi amplop tersebut, alhamdulillah akhirnya semua perasaan itu lega, utang saya kepada ibu sedikit demi sedikit berkurang karena saya lulus ujian nasional. Saya sangat bersyukur karena Allah SWT telah menjawab do’a saya, tidak sabar saya ingin membagi kebahagiaan ini kepada orang tua saya. Saya segera pulang menemui orang tua dan memberi tahunya bahwa saya lulus dan itu membuat orang tua saya terharu. Sorenya saya kembali bergabung bersama teman- teman untuk merayakannya. Kami pergi ke tempat perkumpulan semua sekolah seperti SMA, SMK, dan MA. Kebanyakan orang disana mengecat baju seragam mereka sekolah melarang kami untuk mengecat baju. Jadi saya lebih memilih untuk menyumbangkan seragam saya kepada junior saya karena saya yakin banyak adik-adik disekolah yang

orang tua bersusah payah untuk melengkapi kebutuhan sekolah anaknya.

  Saya sangat ingin sekali melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu melanjutkan ke perguruan tinggi negeri. Sewaktu SMA saya mengikuti program SNMPTN saya mendaftarkan diri di Universitas Negeri Riau. Namun Allah belum berkehendak, saya sempat putus asa. Setelah SNMPTN berlalu, ada lagi program SBMPTN yang saya ikuti. Saya berusaha dan berdo’a agar saya bisa diterima di universitas negeri. Tapi tetap Allah belum berkehendak. Akhirnya saya mengikuti SPMB di Universitas Islam Riau (UIR) dengan jurusan budidaya perairan dan teknik perencanaan wilayah dan tata kota. Saya terus berusaha dan berdo’a dan Allah pun mengabulkan do’a saya. Saya lulus di jurusan budidaya perairan. Saya sangat bersyukur atas semua karunia yang diberikan oleh Allah SWT. Saya tidak akan mampu melakukannya sendirian tanpa dukungan kedua orang tua saya, kaka-kakak dan teman-teman yang selalu member semangat saya untuk terus berusaha. Saya juga berterima kasih yang sangat dalam sekali kepada Universitas Islam Riau yang saya cintai yang telah memberi saya kesempatan untuk bisa kuliah disana.

  Saya diberi kesempatan untuk tinggal dirumah tante saya banyak teman yang bisa berbagi satu sama lainnya. Berbagai macam tingkah laku dari teman-teman saya disini. Ada yang lucu, ada yang cerewet, dan lain sebagainya. Meskipun kami juga kami mempunyai abang senior yang menjadi motivator yang bernama Taufik Hidayat. Beliau selalu memberi motivasi untuk kami semua. Sekarang saya baru semester satu dan tidak akan lama lagi insya allah saya akan semester 2. Harapan saya semoga saya bisa mendapatkan nilai yang sangat memuaskan tentunya. Semua itu tidak akan terkabul tanpa DUIT (Do’a, Usaha, Ikhtiar dan Tawakal). Saya akan terus berusaha demi sebuah kesuksessan saya dari sekarang dan untuk masa depan yang akan datang.