HUBUNGAN RELIGIUSITAS DAN KECEMASAN HIDUP WANITA LANJUT USIA KATOLIK DI KABUPATEN PURWOREJO SKRIPSI
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DAN KECEMASAN HIDUP WANITA LANJUT USIA KATOLIK DI KABUPATEN PURWOREJO SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Lolita Melanie Kusumo Hastri NIM: 069114015 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung;
janganlah sekali-kali aku mendapat
malu (Mzm 71:1).
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian
hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mzm 90:12)
Skripsi ini kupersembahkan kepada : Tuhan Yesus, yang selalu memberikan anugerah setiap harinya dan pertolongan yang tiada henti untukku.Kedua orang tuaku, Papah dan Mamah Ronald Kedua kakakku, ce Alle, dan koh Dika Sahabatku, Yesica, Wiwid, Spy, Ratri dan Nita
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DAN KECEMASAN HIDUP WANITA
LANJUT USIA KATOLIK DI KABUPATEN PURWOREJO
Lolita Melanie Kusumo Hastri
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan religiusitas dan kecemasan hidupwanita lanjut usia Katolik di kabupaten Purworejo. Jenis penelitian ini adalah penelitian
korelasional dengan dua variabel, yaitu religiusitas sebagai variabel bebas dan kecemasan hidup
sebagai variabel tergantung.Subjek dalam penelitian ini adalah wanita lanjut usia yang sudah
berumur 60 tahun ke atas yang berjumlah 30 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan skala religiusitas dan skala kecemasan hidup yang keduanya disusun oleh peneliti
sendiri.Dari uji coba kedua skala dihasilkan reliabilitas 0,897pada skala kecemasan hidup, dan
reliabilitas 0,796pada skala religiusitas.Data yang diperoleh, dianalisis dengan teknik korelasi
Product Moment dari Pearson. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien korelasi yang
diperoleh adalah r = -0,666, r² = 0,444, dengan taraf signifikansi 0,01. Hal tersebut berarti
hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara religiusitas dan
kecemasan hidup wanita lanjut usia, diterima. Semakin tinggi religiusitas subjek, semakin rendah
kecemasan hidup yang dirasakan wanita lanjut usia Katolik.Kata kunci : penelitian korelasional, religiusitas, kecemasan hidup, wanita lanjut usia, Katolik,
Purworejo.
THE RELATION BETWEEN RELIGIOSITY AND LIFE ANXIETY ON
CATHOLIC ELDER WOMEN IN KABUPATEN PURWOREJO
Lolita Melanie Kusumo Hastri
ABSTRACT
This research is aimed to find out the relation between religiosity and life anxiety on
Catholic elder women in kabupaten Purworejo. This research is a correlation research with two
variables which are religiosity as the independent variable and life anxiety as the dependent
variable. The subjects in this research were 30 elder women who were above 60 years old. The
data collection was done by using religiosity scale and anxiety scale which both were made by
the researcher herself. From the tryout of the both scales the results of the reliability coefficients
were 0,897 on the life anxiety scale, and 0,796 on the religiosity scale.The collected data were
processed using Pearson’s Product Moment correlation technique. The result of data processing
showed that the correlation coefficient (r) was -0,666, determinant coefficient (r²) was 0,444,
with significance level of 0,01. It means that there was a negative relationship between religiosity
and life anxiety on Catholic elder women in kabupaten Purworejo. The higher of the religiosity of
the subject, means the lower of the life anxiety of the subject will be.Keyword: correlation research, religiosity, life anxiety, elder women, Catholic, Purworejo.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah berkenan melimpahkan berkat dan rahmatNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.Dengan segala kerendahan hati penulis sungguh menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari campur tangan, bantuan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Secara khusus saya berterima kasih pada Dra. Lusia Pratidarmanastiti, MS., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk waktu yang ibu luangkan dalam membimbing, kesabaran yang amat sangat, dukungan, semangat, dan juga pelajaran berharga yang ibu berikan selama ini.
2. Untuk kedua orang tuaku, papah dan mamah yang selalu menyemangatiku, dan membesarkan aku selama ini.
3. Untuk kedua kakakku koh Dika dan ce Alle; koh Dika yang selalu
4. My only “MBOT”, Ronald, yang sudah selalu bersedia dianiaya untuk membantu menyelesaikan berbagai tugas-tugasku, sering menemaniku bergadang mengerjakan skripsi, masak, nyuci, mijitin, nganterin, mbayarin, marahin, serta menyayangiku. Semoga untuk selamanya.
Thenkiu ya cemok! Laph ya!
5. Pak Wahyudi selaku dosen pembimbing akademik, saya sangat berterima kasih kepada bapak atas bimbingannya selama ini. Pak Agung, yang saya repotkan dengan pertanyaan tentang statistik yang akhirnya juga membuat saya harus mau berdamai dengan statistik.
Terima kasih ya pak! Kemudian Ibu Ari yang membantu dan memberikan banyak nasehat dalam hidup serta “mendengarkan” yang benar-benar. Terima kasih.
6. Sahabat-sahabatku yang paling gila..Yesica, Wiwid, Ratri, dan Nita.
Juga Spy yang selalu siap sedia membantu sambil nonton pilem korea, Ari yang juga mengajariku tentang statistik, mbak panji yang juga dengan sabar mengajariku lagi-lagi tentang statistik.
7. Buat sodaraku yang nun jauh di sana, koh sardi, yang seringkali menemani bergadang lewat chatting. Bahagia dengan pernikahan barumu koh!
Wanita Katolik, terima kasih atas bantuannya dalam penelitian ini dan juga banyak sekali nasehat yang saya dapat serta cerita dan doa ibu-ibu sekalian. Terima kasih.
9. Segenap staff Balai Pusat Statistik Purworejo yang berbaik hati mau meminjamkan saya buku kependudukan kabupaten Purworejo, terima kasih atas bantuannya.
10. Segenap dosen, staff akademik, dan karyawan Fakultas Psikologi USD ( pak Gie, mas Mudji, mas Doni, mas Gandung, dan bu nanik), terima kasih atas bantuannya selama penulis menjalani studi di USD.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segalanya yang telah menjadikan penulis terinspirasi dan banyak bersyukur.
Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna.Tentu banyak kesalahan dan kekurangan.Namun demikian penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi penulis sendiri juga bagi pengembangan ilmu serta dapat menjadi bahan inspirasi untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………….. i
Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing …..…….………………………. ii
Halaman Pengesahan Penguji …………………………………………….. iii
Halaman Motto……………………………………………………………. iv
Halaman Persembahan…………………………………………………….. iv
Halaman Pernyataan Keaslian Karya ……………………………………… v
Abstrak ………………………………………………………………..….. vi
Abstract………………………..………………………………………...... vii
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan
Akademis ………………………………………………………………… viii
Kata Pengantar………………………………………………………….… ix
Daftar Isi…………………………………..………………………..…….. xii
Daftar Tabel …………………….…………………………………..……. xv
Daftar Lampiran…….……………..…………………………………....… xvi
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………….….… 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………….…..…... 1 B. Rumusan Masalah ……………….……………………..…….…... 7 C. Tujuan Penelitian ……….……………………………..…….….… 81. Pengertian Kecemasan ……………………………………..…. 9
2. Tipe-tipe Kecemasan ……………………………………….… 10
3. Ciri-ciri Kecemasan …………………………………………... 12
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecemasan ..……………... 13
5. Kecemasan Hidup …………………………………………..… 15
B. Religiusitas ………………………………….……………………. 17
1. Pengertian Religiusitas ………..……………………………… 17
2. Faktor-faktor yang Mepengaruhi Religiusitas ……………..… 20
3. Aspek-aspek Religiusitas ………………………………….…. 21
C. Wanita Lanjut Usia Katolik …………………………………….... 23
1. Pengertian Lanjut Usia …………………………………..…… 23
2. Ciri-ciri Wanita Lanjut Usia ……...……………………...…… 24
3. Agama Katolik …………………………………………..…… 25
D. Hubungan antara Religiusitas dan Kecemasan Hidup Wanita Lanjut Usia Katolik di Purworejo ………………………………………… 29 E. Skema Penelitian ………………….……………………………… 31
F. Hipotesis Penelitian ……………………………………………… 32
BAB III. METODE PENELITIAN …………………………………...…. 33
A. Jenis Penelitian ……………………..…………………………….. 33F. Validitas …………………………………………………………. 39
G. Seleksi Item ……………………………………………………… 39
H. Reliabilitas ……………………………………………………….. 43
I. Metode Pengambilan Data …………..…………………………… 44 J. Metode Analisis Data …………………………………………….. 44 K. Pelaksanaan Try Out ………………………….……………….…. 44
BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ………………. 46
A. Pelaksanaan Penelitian ………………………………………...….. 46 B. Deskripsi Subjek Penelitian …………………………………….... 46 C. Deskripsi Data Penelitian …..…………………………………….. 47 D. Analisis Data Penelitian ………………………………………..… 491. Uji Asumsi ………………………………….………………… 49
a. Uji Normalitas ……………………………………………. 49
b. Uji Linearitas …………………………………………….. 50
2. Uji Hipotesis …………………………………………………. 50
E. Pembahasan ……………………………………………………… 51
BAB V. PENUTUP ……………………………………………………... 56
A. Kesimpulan ……………………………..……………………..… 56DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel spesifikasi kecemasan hidup sebelum uji coba …………… 37
Tabel 2. Tabel spesifikasi religiusitas sebelum uji coba ………..………… 38
Tabel 3. Hasil Analisis Item Skala Kecemasan Hidup …………………... 41
Tabel 4. Hasil Analisis Item Skala Religiusitas ………….………………. 41
Tabel 5. Tabel spesifikasi kecemasan hidup setelah uji coba …………….. 42
Tabel 6. Tabel spesifikasi religiusitas setelah uji coba ……………………. 43
Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian …………………………………… 47
Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian Religiusitas Dan Kecemasan Hidup ... 47
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Data ………………………………………. 49
Tabel 10. Hasil Uji Linearitas Kecemasan Hidup dan Religiusitas………. 50
Tabel 11. Hasil Uji Hipotesis Korelasi Pearson Product Moment antara
Kecemasan Hidup dan Religiusitas ……………………………………… 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner Try Out Dan Penelitian ……………………………… 62
Lampiran 2 Data Hasil Try Out Dan Data Hasil Penelitian………………..... 73
Lampiran 3 Analisis Item (Korelasi Item Total) …………………………..... 85
Lampiran 4 Uji Asumsi (Uji Normalitas Dan Uji Linearitas) …………….… 93
Lampiran 5 Uji Hipotesis ……………………………………………............ 96
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan di suatu negara
adalah meningkatnya umur harapan hidup. Indonesia merupakan salah satu negara
yang terus berusaha untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Indonesia pada
saat ini berada dalam transisi demografi, dimana peningkatan umur harapan hidup
pada lanjut usia (lansia) menyebabkan persentasi penduduk golongan lansia
semakin meningkat. Saat ini umur harapan hidup di Indonesia yaitu 67 tahun
untuk laki-laki dan 72 tahun untuk wanita. Selain itu, Indonesia juga tergolong
negara yang memiliki jumlah penduduk besar.Jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 2008 adalah
235.500.000 jiwa dan termasuk negara dengan jumlah penduduk terbesar setelah
Cina, India dan Amerika (Population Reference Bureau, 2008). Penduduk
Indonesia diproyeksikan pada tahun 2025 menjadi 275.400.000 jiwa, dan
meningkat menjadi 308.400.000 jiwa pada tahun 2050 atau meningkat sebesar
39%. Pada tahun 2008 jumlah lansia mencapai 19.044.000 jiwa atau 8% dari total
penduduk Indonesia (Population Reference Bureau, 2008).
Purworejo tahun 2009, jumlah lansia di Purworejo mencapai 135.334 jiwa
(17,3%) atau hampir 1/5 dari penduduk Purworejo yang berjumlah 782.662 jiwa
(BPS Kab. Purworejo, 2009). Jumlah wanita usia lanjut sebesar 74.062 jiwa dan
laki-laki berjumlah 61.272 jiwa. Data ini juga menunjukkan bahwa jumlah wanita
usia lanjut di Kabupaten Purworejo lebih tinggi dari jumlah laki-laki usia lanjut.
Piramida Penduduk Kabupaten Purworejo Tahun 2009
Berdasarkan Data BPS Kabupaten Purworejo 2009
65+th 60-64th55-59th 50-54th 45-49th 40-44th 35-39th laki-laki 30-34th perempuan 25-29th 20-24th 15-19th 10-14th
5-9th 0-4th
- 60000 -40000 -20000 20000 40000 60000 80000
Gambar 1 . Pyramida Penduduk Puworejo tahun 2009
(BPS Kab.Purworejo, 2009)
fungsi sosial, sehingga banyak orang lanjut usia yang mengalami penyakit kronik,
pengindraan menjadi lemah dan tidak sedikit pula dari mereka yang mengalami
psikosomatis, keadaan ini dapat dialami oleh pria maupun wanita.
Ketidakmampuan lansia untuk menerima dirinya ditunjukkan dalam bentuk
reaksi–reaksi negatif, seperti mudah marah dan mudah tersinggung, merasa tidak
berdaya dan tidak berharga, cemas, depresi, suka menyendiri, suka marah tanpa
sebab yang jelas.Proses menjadi tua selain merupakan proses perkembangan yang terus
berlangsung hingga akhir hidup manusia,juga ditandai adanya kemunduran secara
fisik, psikis dan sosial. Berkaitan dengan hal ini Kartono (1992) berpendapat
bahwa masa tua (usia lanjut) adalah masa kemunduran fisik mulai, tidak
berfungsinya organ–organ tubuh secara maksimal dan juga menurunnya
kemampuan fisik. Lanjut usia merupakan usia yang mendekati akhir siklus
kehidupan manusia. Tahap ini dimulai pada usia 60 tahun sampai akhir
kehidupan. Demikian pula Hurlock (1980) mengatakan bahwa usia 60 tahun
merupakan usia yang memisahkan masa dewasa akhir dan tahap lanjut usia dan
ditandai dengan berbagai kemunduran. Undang-undang Republik Indonesia
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menetapkan bahwa lanjut usia adalah individu
yang mencapai usia 60 tahun keatas (Raharjo, dkk, 1997). Tentang
Russel (dalam Ollenburger & Moore, 1996) menyatakan bahwa wanita
lanjut usia lebih rentan terkena penyakit daripada pria lanjut usia, sesuai pendapat
Afida & Sukamto (2000) bahwa penderita yang berobat jalan karena depresi, 60-
70% diantaranya adalah wanita. Meskipun demikian angka kematian pada wanita
lanjut usia lebih rendah daripada pria lanjut usia. Hal ini juga dapat terlihat dari
jumlah wanita lansia yang ada di kabupaten Purworejo yang lebih tinggi daripada
jumlah lansia laki-lakinya. Selain kemunduran secara fisik, stress dan pesimis,
wanita lansia juga kehilangan kemampuan untuk bersosialisasi dan semangat
hidup. Aspek fisik yang mengalami penurunan biasanya memicu terjadinya
berbagai penyakit seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gagal ginjal,
diabetes dan sebagainya. Sementara itu Haditono (1989) menyatakan bahwa
kebutuhan wanita lansia dari sudut psikologis terdiri dari: kebutuhan kesehatan
mental, kebutuhan untuk beraktivitas, kebutuhan untuk mandiri, kebutuhan untuk
hubungan sosial, kebutuhan akan perhatian, kebutuhan spiritual khususnya pada
hubungan mendekatkan diri pada Tuhan, dan kebutuhan seks.Perubahan–perubahan yang dialami wanita lansia akan menimbulkan
perasaan yang negatif terhadap dirinya sendiri. Perubahan yang terjadi dalam diri
wanita lansia juga menimbulkan kecemasan, kemurungan, kesedihan, serta
perasaan terluka. Kondisi tersebut membuat wanita lansia merasa cemas
menerima keadaannya, cepat putus asa, dan merasa cemas karena sudah dekat
akan dipanggil Tuhan.Kondisi uzur di usia tua menyebabkan manusia usia lanjut senantiasa
dibayang-bayangi oleh perasaan tak berdaya dalam menghadapi kematian dan
rasa takut akan kematian ini semakin meningkat pada usia tua. Menurut Thouless,
Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia lanjut melewat setengah
baya, arah perhatian mengalami perubahan yang mendasar. Bila sebelumnya
perhatian diarahkan pada kenikmatan materi dan duniawi, maka pada peralihan ke
usia tua ini, perhatian lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin.
Sejalan dengan perubahan itu, maka masalah-masalah yang berkaitan dengan
kehidupan akhirat mulai menarik perhatian mereka. (dalam Jalaluddin, 2010).Mangunwijaya (1982) membedakan antara istilah religi atau agama dengan
istilah religiusitas. Agama menunjukkan pada aspek formal yang berkaitan
dengan aturan-aturan dan kewajiban, sedang religiusitas menunjukkan pada aspek
religi yang telah dihayati oleh individu. Pendapat ini selaras dengan hal yang
diungkapkan Dister (dalam Anggarasari, 1997) yang mengartikan religiusitas
sebagai kebragaman, yang berarti adanya unsur internalisasi agama itu dalam diri
individu.Lebih lanjut Moberg (dalam Hurlock, 1980) menyatakan bahwa agama
pengertian tentang perasaan tenteram dan berkurangnya rasa takut akan kematian
cenderung menyertai kepercayaan terhadap agama.Dalam menjalani masa tuanya, wanita lansia mengalami banyak perubahan
yang bisa mengakibatkan masalah apabila dirinya tidak dapat menyesuaikan diri
dengan keadaannya. Adanya ketidakberdayaan fisik yang terjadi karena
penurunan fungsi fisik dapat menyebabkan ketergantungan lansia pada orang lain.
Ketidakpastian ekonomi, teman-teman yang meninggal, adanya kekhawatiran
tentang pergantian peran anak-anak yang menjadi dewasa, hal tersebut juga
memperbesar kecemasan wanita lansia dalam menjalani hidupnya. Kecemasan
yang dialami oleh wanita lansia ini membuat mereka mencari solusi untuk
mendapatkan ketenangan batin, salah satu caranya dengan kegiatan religiusitas.
Demikian juga dengan Jhonson & Mullins (1989) mengatakan bahwa religiusitas
pada lanjut usia ternyata berpengaruh pula terhadap kecemasan hidup dan
kesehatan lanjut usia.Kecemasan sendiri merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan
stress yang dirasakan oleh banyak orang. Kadang-kadang kecemasan juga disebut
dengan ketakutan atau perasaan gugup (Bellack & Hersen, 1988:284). Carlson
(1992:201) menjelaskan kecemasan sebagai rasa takut dan antisipasi terhadap
nasib buruk dimasa yang akan datang, kecemasan ini memiliki bayangan bahwa
masyarakatnya sangat menghargai dan menghormati para lansia. Namun, banyak
dari lansia ini masih tetap merasa cemas terhadap permasalahan yang dialami.
Salah satu cara untuk mengatasi kecemasan adalah melakukan kegiatan-kegiatan.
Namun, seiring terjadinya perubahan fisik pada wanita lansia menyebabkan
mereka harus dapat menyesuaikan diri dengan keterbatasannya. Adanya
keterbatasan ini, menyebabkan para wanita lansia lebih memfokuskan diri dalam
kegiatan yang lebih ringan dan tidak membutuhkan banyak aktifitas fisik berlebih,
serta kegiatan tersebut memberikan ketenangan batin dan kebanyakan kegiatan ini
dapat ditemukan dalam kegiatan religiusitas.Penelitian mengenai hubungan religiusitas dan kecemasan hidup wanita
lanjut usia Katolik mirip dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Jhonson &
Mullins (1989) dan di Indonesia, dimana penelitian mengenai hubungan
religiusitas dan kecemasan hidup belum pernah diteliti sebelumnya, oleh karena
itulah peneliti mencoba untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dan
kecemasan hidup wanita lanjut usia katolik. Apakah tingkat kecemasan hidup
lansia akan berkurang oleh peningkatan religiusitas sebagai akibat adanya
berbagai perubahan yang menyertai penuaan para lansia.B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara religiusitas dan kecemasan hidup wanita lanjut usia Katolik di Kabupaten Purworejo.
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah: Untuk mengetahui hubungan dari religiusitas dan kecemasan hidup wanita lanjut usia Katolik.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan, untuk melengkapi perbendaharaan hasil-hasil penelitian terutama penelitian tentang usia lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lansia Memberikan informasi mengenai religiusitas dan kecemasan hidup
wanita lanjut usia khususnya yang beragama Katolik.
b. Bagi Keluarga yang hidup bersama Lansia dan Masyarakat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Hidup
1. Pengertian Kecemasan
Taylor (1953) dalam Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagi reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.Perasaan
yang tidak menentu ini pada umumnya tidak menyenangkan dan menimbulkan
atau disertai disertasi perubahan fisiologis (misal; gemetar, berkeringat, detak
jantung meningkat) dan psikologis (misal; panik, tegang, bingung, tidak bisa
berkonsentrasi).Kecemasan dapat diartikan sebagai energi yang tidak dapat diukur, namun
dapat dilihat secara tidak langsung melalui tindakan individu tersebut, misalnya
berkeringat, sering buang air besar, kulit lembab, nafsu makan menurun, tekanan
darah, nadi dan pernafasan meningkat (Lang, 1997 dalam Goldstein & Krasner,
1988:284) Atkinson (1990:6) kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan danKartono (1989,127) menjelaskan bahwa kecemasan adalah rasa ragu,
masygul, gentar atau tidak berani terhadap hal-hal yang tidak konkrit, yang riil,
yang semu atau khayali, hal-hal yang tidak jelas. Kecemasan juga memiliki
orientasi di masa depan. Seseorang mungkin memiliki bayangan bahwa ada
bahaya yang mengancam dalam suatu obyek.Ia melihat gejala itu ada, sehingga ia
merasa cemas. Kecemasan ini dibutuhkan agar individu dapat mempersiapkan diri
menghadapi peristiwa buruk yang mungkin akan terjadi.Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah
suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan
sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak
adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak
menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan
fisiologis (misal; gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat) dan psikologis
(misal; panik, tegang, bingung, tidak bisa berkonsentrasi).2. Tipe-tipe Kecemasan
Lahey dan ciminero (1980: 192-195), menyebutkan jenis-jenis kecemasan berdasarkan sifatnya adalah:
a. Kecemasan bersifat afersif
menghindarkan diri dari berbagai stimulus yang dapat menghasilkan kecemasan.
b. Kecemasan bersifat mengganggu Kecemasan dapat menjadi pengalaman yang mengganggu kemampuan kognitif dan motorik.
c. Kecemasan yang bersifat psikofisiologis Kecemasan berkaitan dengan pengalaman yang melibatkan aspek psikologis dan biologis, artinya selama periode kecemasan berlangsung terjadi perubahan-perubahan dalam pola perilaku atau perubahan psikologis dan gejala-gejala fisiologis.
Nevid, dkk (2005), membagi tipe-tipe kecemasan menjadi lima macam:
a. Gangguan Panik Terjadinya serangan panic berulang, yang merupakan episode teror yang luar biasa disertai dengan simtom fisiologis yang kuat, pikiran-pikiran tentang bahaya yang segera datang atau malapetaka yang akan tiba, dan dorongan untuk melarikan diri
b. Gangguan Kecemasan Menyeluruh Kecemasan yang persisten yang tidak terbatas pada suatu situasi tertentu d. Gangguan Obsesif-Kompulsif Obsesi berulang (pikiran intrusif yang berulang) dan/atau kompulsi (tingkah laku repetitif yang dirasakan sebagai sesuatu yang harus dilakukan)
e. Gangguan Stres Traumatis Reaksi maladaptif akut yang segera timbul setelah peristiwa traumatis (gangguan stress akut) atau reaksi maladaptif berkelanjutan terhadap suatu peristiwa traumatis (gangguan stress pascatrauma).
3. Ciri-ciri Kecemasan
Nevid, dkk (2005) membagi ciri-ciri kecemasan tersebut menjadi 3 kategori, yaitu: a. Ciri-ciri Fisik Kegelisahan, kegugupan, tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi, kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada, banyak berkeringat, telapak tangan yang berkeringat, pening atau pingsan, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang bergetar, jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa lemas atau mati rasa, b. Ciri-ciri Behavioral Perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen, perilaku terguncang c. Ciri-ciri Kognitif Khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan kehilangan control, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang sepele, berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran- pikiran terganggu, berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis, khawatir akan ditinggal sendirian, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
1. Predisposisi genetis
2. Iregularitas dalam fungsi neurotransmitter
3. Abnormalitas dalam jalur otak yang member sinyal bahaya atau yang menghambat tingkah laku repetitif.
b. Faktor Sosial Lingkungan
1. Pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis
2. Mengamati respon takut pada orang lain
3. Kurangnya dukungan sosial
4. Tidak mantapnya nilai hidup yang diajarkan (termasuk religiusitas)
c. Faktor Behavioral
1. Pemasangan stimuli aversif dan stimuli yang sebelumnya netral (classical conditioning).
2. Kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif atau menghindari stimuli fobik (operant conditioning).
3. Kurangnya kesempatan untuk pemunahan (extinction) karena
penghindaran terhadap obyek atau situasi yang ditakuti.
d. Faktor Kognitif dan Emosional
1. Konflik psikologis yang tidak terselesaikan
2. Faktor-faktor kognitif, seperti prediksi yang berlebihan tentang Dari beberapa pengertian tentang kecemasan diatas dapat disimpulkan
bahwa kecemasan merupakan suatu kondisi dimana individu tidak mampu
menghadapi banyaknya tuntutan dari lingkungan yang bisa mempengaruhi kondisi
fisik, psikologis dan sosial individu tersebut yang memunculkan perasaan tidak
nyaman dan sekaligus mengalami ketegangan.Sumber cemas adalah suatu kondisi atau keadaan yang dialami individu baik
yang berasal dari lingkungan atau individu itu sendiri yang dapat menyebabkan
kecemasan.Segala hal yang umumnya bersifat negatif yang dirasakan individu
yang dapat menimbulkan perasaan cemas.Tiap-tiap orang berbeda dalam
menyesuaikan dirinya terhadap kecemasan karena penilaian masing-masing
individu terhadap kecemasan pun berbeda-beda. Penilaian yang berbeda tersebut
dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, kepribadian, inteligensi, emosi dan
status sosial atau pekerjaan individu tersebut.Indikator perilaku cemas adalah ciri-ciri atau gejala yang tampak ketika
seseorang mengalami kecemasan.Secara umum, gejala yang timbul akibat reaksi
terhadap kecemasan dapat dikategorikan menjadi tigaberupa ciri-ciri fisik, ciri-
ciribehavioral, dan ciri-ciri kognitif.5. Kecemasan Hidup
dihindari ini membuat manusia merasakan rasa cemas. Apalagi dengan
bertambahnya usia seseorang, pemikiran tentang kematiannya merupakan
ketakutan tersendiri yang dapat terjadi sewaktu-waktu tanpa tahu saat yang tepat
kapan dirinya harus mengalaminya.Kecemasan mengenai hidup ini nampak pada gejala-gejala kecemasan baik
gejala fisik(fisiologis) yang dapat berupa berbagai keluhan dan penyakit jasmani
maupun gejala-gejala mental(psikologis), berupa perasaan khawatir, takut dan
merasa tidak berdaya. Beberapa faktor menyebabkan kecemasan ini, yaitu
penurunan kondisi fisik berupa penyakit-penyakit yang diderita lansia, psikologis
berupa perasaan takut atau khawatir, tidak berdaya, tidak mampu meusatkan
perhatian, hilang kepercayaan diri, tidak tenteram, dan bingung.Upaya-upaya
untuk mengatasi kecemasan dalam menghadapi kematian dilakukan dengan
memeriksakan kesehatannya secara teratur ke puskesmas atau rumah sakit atau
dokter, menghibur diri atau berekreasi, bersosialisasi dan memperkuat spiritualitas
keagamaan dengan beribadah mendekatkan diri kepada Tuhan.Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan hidup adalah suatu
kondisi dimana seseorang tidak mampu mengatasi rasa takut dan tidak mampu
menghadapi kenyataan bahwa setiap manusia memiliki batas umur tersendiri
mengukur kecemasan hidup seseorang dalam penelitian ini adalah ciri-ciri fisik,
ciri-ciri behavioral, dan ciri-ciri kognitif.B. Religiusitas
1. Pengertian Religiusitas
Pada saat ini religiusitas memegang peranan penting dalam kehidupan setiap
individu. Banyak pakar yang mendefinisikan tentang religiusitas, masing- masing
merumuskannya dengan bahasa berbeda, religiusitas dan agama merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Emmous & Paloutzian (dalam Joules,
2007) agama merupakan pencarian akan suatu keagungan yang berasal dari Tuhan
yang akan menuntun emosi, pikiran dan perilaku manusia. Religiusitas memiliki
arti mengikat secara erat pada kewajiban.Religiusitas adalah suatu kesatuan
unsur-unsur yang komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut sebagai
orang beragama (being religious), dan bukan sekedar mengaku mempunyai
agama (having religion).Religiusitas meliputi pengetahuan agama, keyakinan
agama, pengamalan ritual agama, pengalaman agama, perilaku (moralitas) agama,
dan sikap sosial keagamaan.Di kalangan ahli teologi yang Katolik, ada yang membedakan antara dua
taraf pengalaman religius, yaitu pengalaman religius yang khusus kristiani dan
berkembang artinya pada taraf yang lebih dikembangkan itu “langsung”-nya
pengalaman berkurang, sebab pada taraf ini data-data pengalaman semakin diolah
dan dikerjakan oleh pikiran yang diterangi iman. (pengalaman dan motivasi
beragama; Nico Syukur; hal 30)Mangunwijaya (1982) membedakan istilah religi atau agama dengan istilah
religiusitas. Agama menunjukkan pada aspek formal, yang berkaitan dengan
aturan-aturan dan kewajiban, sedang religiusitas menunjukkan pada aspek religi