HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN PADA WANITA PREMENOPAUSE.

(1)

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN PADA WANITA PREMENOPAUSE

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Psikologi (S.Psi)

DaniatulMusa’adah B07212045

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

xii INTISARI

Judul : Hubungan Religiusitas Dengan Kecemasan Pada Wanita Premenopause

Nama : Daniatul Musa’adah

NIM : B07212045

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan religiusitas dengan kecemasan pada wanita premenopause di Desa Prambon Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan metode analisis data yang digunakan adalah analisis korelasional Product Momen. Sedangkan perhitungan dilakukan dengan program Statistik Product dan Service Solution (SPSS) for windows versi 20.00. koefisien korelasi diperoleh yaitu sebesar -0,474 dengan taraf signifikansi 0,01 (2-tailed). Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala kecemasan premenopause dan skala religiusitas. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian berjumlah 89 sampel. Hasil penelitian menunjukkan signifikansi sebesar 0,000. Karena 0,000 < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya terdapat hubungan antara religiusitas dengan kecemasan pada wanita premenopause.


(7)

ABSTRACT

The purpose of this research is to find relations religiousness with anxiety in women premenopause in the village Prambon kecamatan Dagangan kabupaten Madiun. The research is research quantitative correlational with the method of analysis the data used was analysis of correlational product moment. While calculation done with the program statistics product and service solution (SPSS) for windows version 20.00. A correlation coefficient obtained is as much as -0,474 with the economic situation of significance 0.01 ( 2-tailed ). The research is research the correlation with using a technique data collection of scale anxiety premenopause and scale of religiousness. The research is research population. The subject of study were 89 sample. The research results show significance of 0,000. Because 0,000 < 0.05 so ha received and ho rejected. It means there are the relationship between religiousness with anxiety in women premenopause.


(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PENGESAHAN ……….. ii

HALAMAN PERNYATAAN …...……….. iii HALAMAN PERSEMBAHAN……… iv

KATA PENGANTAR ……….. v

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ……….. x

DAFTAR LAMPIRAN …………...……….... xi

INTISARI ………..xii

ABSTRACT……….xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……….. 10

C. Tujuan Penelitian ……….. 10

D. Manfaat Penelitian ……….. 10

E. Keaslian Penelitian ……….. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecemasan Premenopause 1. Kecemasan ……….. 14

a. Pengertian kecemasan ……….. 14

b. Faktor-faktor Kecemasan ……….. 16

c. Tipe-tipe Kecemasan ……….. 16

d. Tingkat Kecemasan ……….. 16

e. Respon Kecemasan ……….. 20

2. Premenopause ……….. 22

a. Pengertian Premenopause ……….. 22

b. Tanda-tanda Premenopause ……….. 23

3. Pengertian Kecemasan Premenopause………...………….. 26

4. Aspek-aspek Premenopause ……….. 26

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menjelang Menopause ………...………... 27

B. Religiusitas ………...………... 28

1. Pengertian Religiusitas …...……….……….. 28

2. Fungsi Religi Bagi Manusia ……….………...………….. 30

3. Aspek-aspek Religiusitas ………...……….…….. 31

C. Hubungan antara Religiusitas dengan Kecemasan Premenopause .... 32

D. Kerangka Teoritis ………....………... 35

E. Hipótesis ……….…...………... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional a. Variabel Penelitian ………... 37


(9)

b. Definisi Operasional ………... 37

B. Populasi ………... 42

C. Teknik Pengumpulan Data ………...………... 43

D. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas ………...44

2. Reliabilitas ………...50

E. Análisis Data ………...52

1. Uji Normalitas ………...54

2. Uji Linieritas ………...54

3. Uji Hipótesis ………...55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek………..………... 56

B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Data …………..………... 60

1. Deskripsi Data………...…60

2. Validitas Data ………...……….……….... 61

3. ReliabilitasData ……….………....66

C. Hasil Penelitian………..…..67

D. Pembahasan ………....70

BAB V PENUTUP A. Simpulan ………... 79

B. Saran ……….…….………... 79


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Wanita yang Berumur 50-55 Tahun ……… 42

Tabel 2 Blue Print Try Out Skala Religiusitas….………. 46

Tabel 3 Hasil Seleksi Aitem Skala Religiusitas pada Subjek Tryout ….. 47

Tabel 4 Blue Print Try Out Skala Kecemasan Premenopause…..……… 48

Tabel 5 Hasil Seleksi Aitem Skala Kecemasan Premenopause pada Subjek Tryout ……… 49

Tabel 6 Reliabilitas Statistik Try Out….………...………. 52

Tabel 7 Deskripsi Usia ….………...………... 58

Tabel 8 Pelaksanaan Penelitian….………. 60

Tabel 9 Deskripsi Statistik ….………. 60

Tabel 10 Blue Print Valid Skala Religiusitas …….………. 61

Tabel 11Daya Diskriminasi Aitem Religiusitas …….……… 63

Tabel 12Blue Print Valid Skala Kecemasan Premenopause ………. 64

Tabel 13 Daya Diskriminasi AitemSkala Kecemasan Premenopause … 65 Tabel 14 ReliabilitasStatistik ….……… 66

Tabel 15 Uji Normalitas….………...………. 68

Tabel 16 Uji Linieritas ….………..…………. 69


(11)

DAFTAR GAMBAR


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Aitem Tryout Kecemasan Premenopause……… 84

LAMPIRAN 2 Aitem Tryout Religiusitas ………. 88

LAMPIRAN 3 Data Mentah Tryout Kecemasan Premenopause………. 92

LAMPIRAN 4 Data Dikotomik Tryout Kecemasan Premenopause … 94 LAMPIRAN 5 Data Mentah Tryout Religiusitas……… 96

LAMPIRAN 6 Data Dikotomik Tryout Religiuitas ………... 98

LAMPIRAN 7 Validitas Tryout Kecemasan Premenopause ………… 100

LAMPIRAN 8 Validitas Tryout Religiusitas ……….. 104

LAMPIRAN 9 Reliabilitas Tryout Kecemasan Premenopause ………. 107

LAMPIRAN 10 Reliabilitas Tryout Religiusitas ………. 109

LAMPIRAN 11 Aitem Valid Kecemasan Premenopause ……….. 112

LAMPIRAN 12 Aitem Valid Religiusitas………... 114

LAMPIRAN 13 Data Mentah Kecemasan Premenopause …………... 117

LAMPIRAN 14 Data Mentah Dikotomi Kecemasan Premenopause … 121 LAMPIRAN 15 Data Mentah Religiusitas ……….. 125

LAMPIRAN 16 Data Dikotomik Religiusitas………. 129

LAMPIRAN 17 Uji Kolmogorof-Smirnof ………... 133

LAMPIRAN 18 Uji Linieritas ………. 134

LAMPIRAN 19 Uji Kolerasi Product Momen ………... 137

LAMPIRAN 20 Uji Deskripsi ………. 138

LAMPIRAN 21 Reliabilitas Kecemasan Premenopause ………... 139

LAMPIRAN 22 Reliabilitas Religiusitas ………. 142

LAMPIRAN 23 Variabel Religiusitas yang Valid dan Tidak Valid ….. 145

LAMPIRAN 24 Variabel Kecemasan Premenopause yang Valid dan Tidak Valid ……… 147


(13)

Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Memasuki usia 40 tahun sering disebut juga masa transisi menjelang hari tua dan sering disebut masa dewasa madya. Pada masa dewasa madya diharapkan individu dapat mencapai tanggug jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara, membantu anak belajar untuk bertanggung jawab, mencari pekerjaan mencari waktu senggang, menghubungankan diri dengan pasangan hidup sebagai sosok individu, menerima dan menyesuaikan diri dengan pasangan hidup sebagai sosok individu, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, mencapai prestasi yang memuaskan dan lain sebagainya (Hurlock dalam Euis sri dan Alfi 2011).

Dalam siklus kehidupan perempuan akan mengalami menopause yang merupakan proses alami yang dialami setiap wanita, tetapi masa menopause merupakan yang paling banyak dibicarakan, dipermasalahkan dan membingungkan bagi sebagian wanita. Mengalami menopause berarti memasuki masa tua, masa non produktif, hal ini lama kelamaan menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat. wanita ada juga yang ketakutan menghadapi menopause karena mereka berpendapat bahwa hal ini adalah suatu kelainan yang akan membuat mereka menjadi tidak menarik lagi, kesepian, tidak berdaya dan tidak berguna.


(14)

2

Menopause, yang biasanya terjadi antara usia 45-55 tahun, adalah berhentinya menstruasi setelah indung telur berhenti memproduksi estrogen dan posgesteron. Menopause memang menghasilkan gejala-gejala fisik pada banyak wanita, yang paling sering muncul adalah hot flashes, karena system vascular menyesuaikan diri dengan menurunnya estrogen. Namun hanya 10% dari semua wanita yang mengalami gejala-gejala fisik yang parah dan tidak wajar (Carole Wade dan Carol Tavris, 2007) .

Pandangan negative tentang menopause sebagai gejala yang menyebabkan depresi dan reaksi emosional negative lain didasari oleh wanita-wanita yang telah memiliki pengalaman menopause dini yang diikuti oleh histerektomi (pengangkatan rahim) atau yang telah memiliki riwayat depresi sepanjang hidupnya.

Masa menopause, merupakan masa di mana seorang perempuan tidak lagi mengalami menstruasi, berkurangnya kemampuan untuk bereproduksi disertai dengan perubahan-perubahan kondisi tubuh. Hal tersebut membuat seorang perempuan kita memasuki fase menopause mengalami pergolakan-pergolakan, layaknya seorang anak yang memasuki masa remaja yang mengalami masa peralihan. Mappine (1983) menuturkan bahwa masa menopause merupakan masa peralihan yaitu dari masa produktif menuju masa berkurangnya produktivitas seorang perempuan.

Perubahan tersebut adalah hal yang wajar, namun tidak jarang menimbulkan gangguan pada diri seseorang menjelang menopause. Greenblum, Rowe, Neff dan Greenblum (2012) dalam Maftukhatus dan


(15)

3

Erika mengatakan bahwa pada saat perempuan mengalami menopause dapat mempengaruhi kualitas dalam hidupnya. Lebih dari 80% wanita melaporkan menunjukkan gejala secara fisik maupun psikis pada saat menjelang menopause dengan bermacam-macam level gangguan dan mengganggu kehidupan. Gejala yang dialami pada saat menjelang menopause memiliki variasi dan ada jarak antara gejala psikis dan psikologis. Gejala fisik yang terlihat seperti berkeringat dimalam hari, gangguan tidur, vagina kering, inkontensia urin, penurunan berat badan. Gejala psikologis yang muncul pada wanita menjelang menopause adalah kelelahan, cepat marah dan kecemasan (Maftukhatus dan Erika, t.t. )

Sindrom premenopause banyak dialami oleh wanita hampir di seluruh dunia, seperti 70-80% wanita di Eropa, 60% wanita di Amerika, 57% wanita di Malaysia, 18% wanita di Cina, dan 10% wanita di Jepang (Maftukhatus dan Erika). Berdasarkan data statistik dari Departemen Kesehatan pada tahun 2013 jumlah proporsi penduduk permpuan yang berusia di atas 50 tahun diperkirakan memasuki usia menopause dari tahun ketahun juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2013 jumlah perempuan berusia 50 tahun baru mencapai 155 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun 2020jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari total penduduk (Depkes RI 2012).


(16)

4

Tentunya hal ini perlu mendapatkan perhatian bagaimana kesehatan reproduksinya karena pada masa ini akan terjadi perubahan fisik dan psikologis yang dapat menimbulkan berbagai macam keluhan pada kesehatan. Berdasarkan data yang diperjelas Hardi (dalam proverawati, 2010), wanita Indonesia yang memasuki masa premenopouse saat ini sebanyak 7,4 % dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan menjadi 11% pada 2005, kemudian naik lagi sebesar 14 % pada 2015 . Di

Indonsia, Data BPS menunjukkan 15,2 juta wanita mamasuki masa

menopause dari 118 juta wanita di Indonesia (BPS, 2010 diakses pada 30 April 2016).

Penelitian yang dilakukan Nurdono pada tahun 2013 di Desa Gonggang Kecamatan Pancol, Kabupaten Magetan , dengan judul gambaran sikap ibu terhadap masa premenopause pada ibu-ibu didapatkan hasil untuk kelompok sikap terhadap masa premenopause bersikap positif, sedangkan untuk kelompok sikap terhadap menopause, ibu-ibu Desa Gonggang Kecamatan Pancol, Kabupaten Magetan dominan bersikap negatif terhadap menopause (Oktevana dkk, 2014)

WHO dalam Khairunisa (2014) menyebutkan angka harapan hidup penduduk Indonesia usia di atas 60 tahun mencapai 20,7 juta orang kemudian naik menjadi 36 juta orang. Wanita Indonesia memasuki masa menopause sebanyak 7,4 % dari populasi. Jumlah tersebut meningkat menjadi 11% pada tahun 2005 , kemudian naik lagi sebesar 14% pada tahun 2015. Peningkatan jumlah usia tua wanita tentunya akan


(17)

5

menimbulkan masalah, apalagi ditambah dengan timbulnya gejala-gejala fisik maupun psikis pada masa menopause. Dan WHO dalam (Ni Putun n.d) memperkirakan ditahun 2030 nanti ada 1,2 miliar wanita yang berusia di atas 50 tahun. Sebagian besar dari mereka (sekitar 80%) tinggal di Negara berkembang dan setiap tahunnya populasi wanita menopause meningkat sekitar 3%. Perkiraan kasar menunjukkan akan terdapat sekitar 30-40 juta kaum wanita usia lanjut (wulan) dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 240-250 juta. Dalam kategori tersebut (usia lebih dari 60 tahun), hampir 100% telah mengalami menopause dengan segala akibat serta dampak yang menyertainya.

Menurut Mustopo (dalam putika, 2010) kecemasan yang dirasakan oleh seorang wanita itu sendiri berbeda-beda, bagi mereka yang tidak menerima dengan realistis perubahan-perubahan tersebut maka akan menibulkan perasaan khawatir, takut, bahkan cemas dengan datangnya menopause, sehingga sering kali orang tersebut terlalu mengamati diri tua dan akan menambah kecemasan mereka, pikiran dan penilaian diri telah

“loyo” dan tidak berarti lagi, tersisihkan dan terabaikan dari kehidupam

sosialnya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause dan perasaan khawatir, takut dan cemas inilah yang membawa seorang wanita mudah cemas dalam kehidupan mereka. Tidak jarang mereka merasa tidak menarik lagi sehingga mereka lebih sensitive dan mudah cemburu dengan suaminya, karena merasa takut dan khawatir suaminya tidak tertarik lagi padanya dan akan mencari wanita lain sebagai penggantinya. Apabila


(18)

6

dihadapkan pada suatu masalah maka wanita tersebut tidak dapat mengahadapinya dengan bijaksana dan akan menimbulkan konflik terutama dengan pasangannya. Data statistik membuktikan bahwa pada periode menopause yang dipenuhi duka dan kelabilan psikis ini banyak terjadi perceraian, salah satu dampak tersebut adalah suami mencari relasi seksual diluar rumah. Sebab umumnya para suami tidak lagi tertarik dan tergairahkan lagi oleh istrinya yang tampak lusuh jasmaninya, sebagai akibat dari kemurungan dan keluhan psikisnya (kartono,2003)

Kecemasan merupakan ketakutan yang tidak bisa diidentifikasikan

dengan satu sebab khusus dan dalam banyak peristiwa mampu

mempengaruhi wilayah-wilayah penting dalam kehidupan seseorang (Kartini Kartono, 2003). Wilayah-wilayah penting tersebut meliputi wilayah fisik, kognitif, afektif, dan psikomotorik. Secara keseluruhan kecemasan yang tidak segera tereduksi akan mempengaruhi aktivitas individu serta berkurangnya produktivitas.

Kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan,

merupakan masalah penting dalam perkembangan kepribadian.

Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku (Singgih D. Gunarsa, 2003). Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan dan berbentuk ketegangan, kegelisahan, tertekan yang disertai dengan gejala-gejala fisologi, misalnya sakit kepala, nyeri pada pinggang, sesak nafas, sakit perut, dan mual.


(19)

7

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Sedangkan menurut Videbeck (2008), kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, seseorang merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar di alam dan terkait dengan perasaan ketidak pastian dan ketidak berdayaan.

Menurut Lazarus dalam Eka dan Falasifatul (2011) kecemasan adalah manifestasi dari berbagai emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika individu sedang mengalami tekanan perasaan yang tidak jelas objeknya, tekanan-tekanan batin ataupun ketegangan mental yang menyebabkan individu kehilangan kemampuan penyesuaian diri. Atkinson menyatakan kecemasan dapat timbul jika ego menghadapi ancaman implus yang tidak dapat dikendalikan. Kecemasan tidak selalu berdasarkan imajinasi individu. Kecemasan yang tidak rasional ini biasanya disebabkan oleh ketakutan individu akan ketidakmampuan diri sendiri. Daradjat (1990) membagi gejala kecemasan menjadi dua, yaitu gejala fisik dan gejala mental, sedangkan faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut muchlas terdiri atas faktor sosiokultural, kemajuan ilmu dan teknologi, pendidikan, nilai moral serta agama, (Eka dan Falasifatul, 2011).

Sendiony menyatakan bahwa pengalaman agama dapat meingkatkan derajat kesejahteraan seseorang sehingga bebas dari stress, kecemasan dan


(20)

8

depresi, sedangkan Daradjat mengemukakan bahwa religiusitas dapat memberikan jalan bagi manusia untuk mencapai rasa aman serta bebas dari rasa takut atau cemas dalam menghadapi persoalan hidup (Eka dan Falasifatul, 2011)

Menurut salih bahwa cara yang efektif mengurangi rasa cemas adalah dengan bergantung kepada Alloh SWT dan menyerahan semua urusan kepada Allah. Ketika individu menyadari bahwa Allah mampu melakukan semuanya, dan Allah menyediakan pilihan untuk hamba-Nya dalam menjalankan urusannya dengan cara yang telah ditetapkan, maka hamba-Nya dapat menjalankan urusanya lebih baik.

Glock dan Stark mengemukakan bahwa agama adalah suatu simbol sistem keyakinan. Sistem nilai dan sistem perilaku yang terlembagakan yang semua itu terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Menurut Dorojatun (1991) agama adalah proses hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya bahwa sesuatu itu lebih tinggi dari manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya bahwa sesuatu itu lebih tinggi itu dari manusia. Lebih lanjut Ancok dan Suroso (1995) mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan yang berarti meliputi berbagai macam sisi atau dimensi yang bukan hanya terjadi etika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Sumber keagamaan adalah rasa ketergantungan yang mutlak (sense of depend). Ketakutan-ketakutan akan ancaman


(21)

9

lingkungan alam sekitar serta keyakinan manusia tentang segala keterbatasan dan kelemahannya. Rasa ketergantungan yang mutlak, membuat mausia mencari kuatan sakti dari sekitarnya yang dapat dijadikan kekuatan pelindung dalam kehidupanya dengan kekuasaan yang berada diluar dirinya yaitu Tuhan. (Chatijah dan Purwadi, 2007).

Bastaman menyatakan bahwa individu yang memiliki tingkat religiusitas tinggi lebih mampu memaknai setiap kejadian hidupnya secara positif, sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna dan terhindar dari stress maupun depresi, (Saputri dkk, t.t.)

Penelitian ini mengambil tempat dan lokasi tepatnya di Desa Prambon Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun. Adapun alasan pemilihan lokasi karena dalam observasi terdapat banyak wanita yang memasuki masa menopause. Peneliti juga telah melakukan wawancara pada 5 wanita premenopause. Dari 5 narasumber tersebut 3 di antaranya mengalami kecemasan mejelang menopause. Hal ini diperkuat dengan data BKKBN yang dipublikasikan pada tahun 2011, terdapat 116 perempuan yang berumur 45-55 tahun di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun dengan prosentase 51,33% dari total 226, ini adalah jumlah dari data perempuan yang melaksanakan KB di puskesmas Dagangan. Dan wanita yang berumur 50-54 di Kecamatan Dagangan menurut dinas kesehatan Kabupaten Madiun berjumlah 1620 jiwa. Sedangkan Departemen Kesehatan tahun 2012 yang mengatakan bahwa di Kabupaten Madiun tahun 2010 jumlah wanita yang mengalami menopause 183 ribu jiwa dan


(22)

10

yang mengalami kecemasan 5 %, (Dinas Kesehatan (2010) di akses pada 30 April 2016)

Dalam hal ini peneliti tertarik meneliti tentang hubungan antara religiusitas dengan kecemasan pada wanita premenopause. religiusitas adalah kedalaman seseorang dalam meyakini adanya Tuhan yang diwujudkan dengan mematuhi setiap perintah dan menjauhi larangan dengan keikhlasan hati dengan seluruh jiwa dan raga.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah, apakah terdapat hubungan antara religiusitas dengan kecemasan pada wanita premenopause?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dia atas, maka peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecemasan pada wanita premenopause.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan memberi sumbangan bagi khazanah ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis, serta menambah wawasana dan pengetahuan semua pihak dalam hal religiusitas dan kecemasan pada wanita premenopause.


(23)

11

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran pertimbangan untuk:

a. Peneliti agar lebih mengetahui tentang kecemasan

premenopouse, ciri-ciri dan fakyor penyebabnya.

b. Psikolog dan konselor dalam menangani kasus-kasus kecemasan premenopause dengan mempertimbangkan religiusitas.

c. Pada anggota keluarga agar dapat lebih memahami tentang kecemasan premenopause

d. Pada wanita premenopause agar lebih bisa matang perilaku

keagamaannya sehingga terhindar dari kecemasan

premenopouse.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan teori dan uraian diatas peneliti tertarik mengajukan judul

“hubungan religiusitas dengan kecemasan pada wanita premenopause”.

Penelitian tentang religiusitas pernah diteliti sebelumnya dari Eka dkk (2011), meneliti tentang: Religiusitas dan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) Pada Siswa Madrasah Aliyah. Perbedaannya dengan peneliti terletak pada variabel dan subjeknya. Pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif dan sangat signifikan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi Ujian Nasional pada siswa. Makin tinggi religiusitas maka makin rendah kecemasan menghadapi


(24)

12

Ujian Nasional pada siswa, begitu pula sebaliknya makin rendah religiusitas maka makin tinggi kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional.

Penelitian selanjutnya juga tentang penelitian religiusitan yang telah diteliti oleh Meithya dkk (2012) dengan judul “peran religiusitas mengatasi kecemasan masa menopause”. Perbedaan dengan peneliti terletak pada subjeknya metode penelitiannya. Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan pada masa menopause, seperti: peranan keluarga (dalam hal ini ibu) dalam mempersiapkan putrinya (responden) dalam menghadapi masa menopause, adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial, penerimaan yang tidak mempermasalahkan istri yang mengalami masa menopause dan yang telah menopause dan yang tidak terduga ditemukan dalam penelitian adalah, faktor religiusitas memberi kemantapan psikologis kepada para perempuan dalam menghadapi dan menerima menopause.

Dan penelitian berikutnya kecemasan premenopause telah diteliti oleh

Maftukhatus dkk dengan judul ”hubungan pengaturan emosi dengan

kecemasan menjelang menopause pada perempuan pekerja”. Perbedaan dengan peneliti terletak pada variabel dan subjeknya. Pada penelitian ini menunujukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara pengaturan emosi positif dengan kecemasan menjelang menopause pada perempuan pekerja. Nilai regresi sebesar -0.305 yang merupakan nilai


(25)

13

besaran korelasi antara pengaturan emosi positif dengan kecemasan menjelang menopause. Nilai tersebut mennujukkan bahwa ketika seseorang perempuan menjelang menopause mampu berfokus pada emosi positif daalam diri atau mengetahui emosi positif, kemudian mampu berfokus terhadap apa yang ada dalam diri juga mampu menanggapi respon kognitifnya secara benar dapat meminimalisir munculnya kecemasan.

Berbedaan penelitian-penelitian di atas dengan peneliti terletak pada variabel, subjek dan juga tempat untuk melakukan penelitian.


(26)

14 Bab 2

KAJIAN PUSTAKA A. Kecemasan Premenopause

1 Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan

Kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir yang tidak jelas sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan, merupakan masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku (Singgih D. Gunarsa, 2003). Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan dan berbentuk ketegangan, kegelisahan, tertekan yang disertai dengan gejala-gejala fisologi, misalnya sakit kepala, nyeri pada pinggang, sesak nafas, sakit perut, dan mual.

Kecemasan merupakan ketakutan yang tidak bisa

diidentifikasikan dengan satu sebab khusus dan dalam banyak peristiwa mampu mempengaruhi wilayah-wilayah penting dalam kehidupan seseorang (Kartini Kartono, 2003). Wilayah-wilayah penting tersebut meliputi wilayah fisik, kognitif, afektif, dan psikomotorik. Secara keseluruhan kecemasan yang tidak segera

tereduksi akan mempengaruhi aktivitas individu serta


(27)

15

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Sedangkan menurut Videbeck (2008), kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, seseorang merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar di alam dan terkait dengan perasaan ketidak pastian dan ketidak berdayaan.

Menurut Lazarus dalam Eka dan Falasifatul (2011) kecemasan adalah manifestasi dari berbagai emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika individu sedang mengalami tekanan perasaan yang tidak jelas objeknya, tekanan-tekanan batin ataupun ketegangan mental yang menyebabkan individu kehilangan kemampuan penyesuaian diri. Atkinson menyatakan kecemasan dapat timbul jika ego menghadapi ancaman implus yang tidak dapat dikendalikan. Kecemasan tidak selalu berdasarkan imajinasi individu. Kecemasan yang tidak rasional ini biasanya disebabkan oleh ketakutan individu akan ketidakmampuan diri sendiri,( Eka dan Falasifatul, 2011).

Kecemasan yang peneliti maksud disini adalah kecemasan tentang premenopause. Kecemasan premenopause menurut aqila (2011) adalah perasaan gelisah dan khawatir dari adanya


(28)

16

perubahan fisik, psikis, sosial, maupun seksual. Dalam artian timbulnya perasaan tidak berharga, tidak berarti. Mereka khawatir akan adanya kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya akan berpaling dan meninggalkannya.

b. Faktor-faktor Kecemasan

Muchlas dalam Eka dan Falasifatul (2011) mengatakan faktor yang mempengaruhi kecemasan terdiri atas

1) Sosiokultural

2) kemajuan ilmu dan teknologi 3) pendidikan

4) nilai moral 5) agama

Sendiony menyatakan bahwa pengalaman agama dapat meingkatkan derajat kesejahteraan seseorang sehingga bebas dari stress, kecemasan dan depresi, sedangkan Daradjat mengemukakan bahwa religiusitas dapat memberikan jalan bagi manusia untuk mencapai rasa aman serta bebas dari rasa takut atau cemas dalam menghadapi persoalan hidup (Eka dan Falasifatul, 2011).

c. Tipe Kecemasan

a) Kecemasan Primer b) Kecemasan Subsekuen

d. Tingkat Kecemasan


(29)

17

1) Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Kekecewaan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat

memotivasi belajar dan menhasilkan pertumbuhan serta kreatifitas. Adapun gejala-gejala kecemasan ringan yaitu:

1. Gejala Fisik

a) Sesekali sesak nafas

b) Nadi dan tekanan darah naik c) Gangguan ringan pada lambung d) Mulut berkerut

e) Bibir bergetar 2. Gelaja Psikologis a) Persepsi meluas

b) Masih mampu menerima stimulus yang kompleks c) Mampu konsentrasi

d) Mampu menyelesaikan masalah gelisah e) Suara terkadang tinggi

2) Kecemasan Sedang

Kemungkinan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan uang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih


(30)

18

banyak area jika diarahkan untuk melakukannya. Adapun gejala-gejala kecemasan sedang yaitu:

1. Gejala Fisik

a) Sering nafas pendek

b) Nadi dan tekanan darah meningkat c) Mulut kering

d) Anoreksia e) Diare f) Konstipasi 2. Gejala Psikologis a) Persepsi menyempit

b) Tidak mampu menerima rangsangan

c) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya d) Gerakan tersentak

e) Meremasi tangan

f) Bicara banyak dan lebih cepet g) Insomnia

h) Perasaan taka man i) Gelisah

3) Kecemasan Berat

Sangat mempengaruhi lapang persepsi individu cenderung berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi


(31)

19

ketegangan individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain. adapun gejala-gejala kecemasan berat yaitu:

1. Gejala Fisik a) Nafas pendek

b) Tekanan darah dan nadi naik c) Berkeringat

d) Sakit kepala e) Pengelihatan kabur f) Ketegangan

2. Gejala Psikologis

a) Lapangan persepsi sangat sempit b) Tidak mampu menyelesaikan masalah c) Perasaan terncam

d) Verbalisasi cepat 4) Tingkat panik

Ketakutan yang berhubungan dengan terpengaruh, ketakutan dan terror. Hal yang rinci terhadap dari proporsinya karena mengalami hilang kendali, individu yang mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panic merupakan disorganisasi dan menimbulkan peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang meyimpang dan kehilangan pemikiran


(32)

20

yang rasional, tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waku yang lama dapat terjadi kelelahan dan kematian. Adapun gejala-gejala panic yaitu: 1. Gejala Fisik

a) Nafas pendek

b) Tekanan darah dan nadi naik c) Aktivitas motorik meningkat d) Ketegangan

2. Gejala Psikologis

a) Lapangan persepsi sangat pendek b) Hilangnya rasional

c) Tidak dapat melakukan aktivitas

d) Perasaan tidak aman atau terencam semakin meningkat e) Menurunnya hubungan dengan orang lain

f) Tidak dapat kendalikan diri

e. Respon Kecemasan

1) Respon Psikologis

Menurut Stuart (2007), respon fisiologis terhadap kecemasan anatar lain adalah:

a. Kardiovaskuler: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun.


(33)

21

b. Pernafasan: nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan.

c. Neuro muskuler: reflek meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip, insomnia, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai lemah dan gerakan yang janggal.

d. Gastrointestinal: kehilngan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pad abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati dan diare.

e. Saluran perkemih: tidak dapat menahan kencing dan sering berkemih.

f. Kulit: wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pusat dan berkeringat seluruh tubuh.

2) Respon Perilaku

a. Perilaku: gelisah, ketegangan fisik, reaksi terkejut, tremor, bicara cepat kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, melarikan diri dari masalah, menghindar, sangat waspada.

b. Kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, kreatifitas menurun, bingung, sangat waspada dan takut kehilangan kendali.


(34)

22

c. Kognitif-lanjutan: takut pada gambar visual, takut cedera atau kematian, kilas balik dan mimpi buruk.

d. Afektif: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah dan malu.

2 Premenopause

a. Pengertian Premenopause

Premenopause nama yang diberikan untuk waktu sebelum berhentinya menstruasi dengan terdapat penurunan kadar estrogen, insufiensi lutel, peningkatan gonadotropin dan gejala otonom. Fase premenopause adalah sebagai permulaan transisi klimakterik, yang dimulai (2-5) tahun sebelum menopause (Proverawati, 2010). Sedangkan menurut Kasdu (2004), fase premenopause adalah masa sebelum berlangsungnya perimenopause, yaitu mulai sejak masa reproduksinya mulai menurun sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause.

Menurut Proverawati (2010), premenopause adalah dimana tubuh mulai bertransisi menuju menopause. Masa ini bisa terjadi selama 2-8 tahun, dan ditambah 1 tahun di akhir menuju menopause. Masa premenopouse biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi banyak juga yang mengalami perubahan ini saat usia masih di pertengahan 30 tahun. Nugroho dalam (Oktavena dkk) mengatakan premenopause yaitu masa dimana tubuh mulai


(35)

23

bertransisi menuju menopause. Masa premenopause akan terjadi perubahan, yaitu mulai menurunnya fungsi reproduksi, perubahan hormone, perubahan fisik, maupun perubahan psikis.

Premenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause. Pada masa ini telah ada keluhan-keluhan klimakterik dan pendarahan yang tidak teratur. Pada fase ini estradiol yang biasanya dihasilkan oleh sel granulose folikel yang berkembang mejadi berkurang. Proporsi siklus menstrual anovulatoar meningkat dan produksi progseteron menurun. Ini mengakibatkan tidak adanya mekanisme umpan balik negatif estrogen sehingga produksi FSH dan LH akan meningkat, tetapi produksi hormone hipofisis lain tidak terganggu, (Aqila, 2010).

b. Tanda-tanda Premenopause

Menurut Proverawati (2010), wanita-wanita memasuki dewasa madya yang usianya berkisar 40-45 tahun memasuki babak baru dalam rentang kehidupannya. Gejala-gejala premenopause adalah sebagai berikut:

a. Menstruasi tidak teratur

Interval dapat memanjang atau memendek, sedikit dan berlimpah, bahkan mungkin akan melewatkan beberapa periode menstruasi. Ovulasi menjadi tidak teratur, rendahnya kadar progesterone dapat membuat periode menstruasi yang lebih panjang.


(36)

24

b. Hot Flashes(perasaan panas dari dada hingga wajah)

Wajah dan leher berkeringat. Kulit menjadi kemerahan muncul di dada dan lengan terasa panas (hot flashes) terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun sebelum dan sesudah berhentinya menstruasi. Perasaan panas terjadi akibat peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah wajah, leher, dada dan punggung.

c. Night Sweat(keringat di malam hari)

Keringat dingin dan gemeteran juga dapat terjadi selama 30 detik sampai dengan 5 menit.

d. Dryness vaginal(kekeringan pada vagina)

Area genital yang kering dan bias sebaga bahan perubahan kadar estrogen. Kekeringan ini dapat membuat area genital. Infeksi vaginal dapat menjadi lebih umum

e. Mudah lupa dan mudah tersinggung

Produksi erdorphin pada masa premenopause mengalami penurunan/ hal ini terjadi karena penurunan kadar endorphin dopamine dan serotonin tersebut mengakibatkan gangguan yang berupa menurunan daya ingat dan suasana hati yang sering berubah atau mudah tersinggung

f. Insomnia(susah tidur)

Insomnia disebabkan keringan di malam hari, wajah memerah dan perubahan lainnya. Selain itu kesulitan tidur


(37)

25

dapat disebabkan karena rendahnya kadar serotonin pada masa premenopause. Kadar serotonin dipengaruhi oleh kadar endorphin.

g. Depresi (rasa cemas)

Depresi ataupun stres sering terjadi pada wanita yang berada pada masa premenopause. Hal ini terkait dengan penurunan hormone estrogen sehingga menyebabkan wanita mengalami depresi ataupun stress.

h. Fatigue(mudah lelah)

Rasa lelah sering kali muncul ketika menjelang masa premenopause karena terjadi perubahan hormonal pada wanita yaitu terutama hormon estrogen.

i. Perubahan Fungsi Seksual

Selama premenopause keinginan untuk berhubungan intim dapat berubah, tetapi pada banyak wanita akan mengalami masa-masa menyenangkan sebelum masa menepouse tiba dan biasanya berlanjut sampai melewati masa premenopause. j. Inkontinensia Urin(besar)

Beberapa wanita menemukan bahwa kebocoran air seni selama latihan bersin, batuk, tertawa ataupun berjalan. Sehingga kesulitan untuk menampung air seni yang cukup lama sehingga ke kamar mandi.


(38)

26

Sedangkan menurut maftukhatus gejala yang dialami pada saat menjelang menopause memiliki variasi dan ada jarak antara gejala psikis dan psikologis. Gejala fisik yang terlihat seperti berkeringat dimalam hari, gangguan tidur, vagina kering, inkontensia urin, penurunan berat badan. Gejala psikologis yang muncul pada wanita menjelang menopause adalah kelelahan, cepat marah dan kecemasan (Maftukhatus dan Erika)

3 Pengertian Kecemasan Premenopause

Menurut Aqila (2012) kecemasan premenopause adalah perasaan gelisah dan khawatir dari adanya perubahan fisik, psikis, sosial, maupun seksual. Dalam artian timbulnya perasaan tidak berharga, tidak berarti. Mereka khawatir akan adanya kemungkinan

bahwa orang-orang yang dicintainya akan berpaling dan

meninggalkannya.

4 Aspek-aspek Kecemasan Premenopause

Menurut Blackburn dan Davidson dalam Aqila (2012) ada beberapa aspek kecemasan pada wanita premenopause seperti:

a) Suasana hati, yaitu keadaan yang menunjukkan

ketidaktenangan psikis, misalnya mudah marah dan persaan sangat tegang.

b) Pikiran, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, misalnya khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, dan merasa tidak berdaya.


(39)

27

c) Motivasi, yaitu dorongan untyk mencapai sesuatu, misalnya menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, dan ingin melarikan diri dari kenyataan.

d) Perilaku gelisah, yaitu keadaan diri yang tidak terkendali, seperti gugup, kewaspadaan yang berlebih, sangat sensitif, dan agitasi.

e) Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, dan mulut kering.

5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menjelang Menopause

Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan menjelang menopause. Seperti yang oleh Atamimi (dalam Maftukhatus dan Erika) antara lain:

a. Adanya pemekiran bahwa menjelang menopause usia menjadi tua, keriput, cerewet, pencemas.

b. Perasaan kesepian karena ditinggal anak-anaknya yang sudah dewasa.

c. Hilang daya tarik dan menurunya aktifitas seksual, sehingga membuat perempuan merasa suami tidak lagi tertarik pada dirinya.

d. Goncangan emosi yang berat yang berdampak pada kondisi kesehatan dan kesejahteraanjiwa.


(40)

28

B. Religusitas

a. Pengertian Religiusitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Departemen Pendidikan Nasional (2008), agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. menurut Hadikusuma( dalam Jailani), agama sebagai ajaran yang diturunkan oleh tuhan sebagai petunjuk bagi umat dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan Ishomuddin menyebut agama sebagai suatu cirri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi untuk disebut “agama” yang terdiri dari tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan ekstensi mereka yang di dalamnya juga mengandung komponen ritual.

Glock dan Stark mengemukakan bahwa agama adalah suatu simbol sistem keyakinan. Sistem nilai dan sistem perilaku yang terlembagakan yang semua itu terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Menurut Dorojatun (1991) agama adalah proses hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya bahwa sesuatu itu lebih tinggi dari manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya


(41)

29

bahwa sesuatu itu lebih tinggi itu dari manusia. Lebih lanjut Ancok dan Suroso (1995) mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan yang berarti meliputi berbagai macam sisi atau dimensi yang bukan hanya terjadi etika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh

kekuatan supranatural. Sumber keagamaan adalah rasa

ketergantungan yang mutlak (sense of depend). Ketakutan-ketakutan akan ancaman lingkungan alam sekitar serta keyakinan manusia tentang segala keterbatasan dan kelemahannya. Rasa ketergantungan yang mutlak, membuat mausia mencari kuatan sakti dari sekitarnya yang dapat dijadikan kekuatan pelindung dalam kehidupanya dengan kekuasaan yang berada diluar dirinya yaitu Tuhan, Chatijah dan Purwadi (2007).

Berdasarkan istilah religi kemudian didapat istilah religiusitas. Religiusitas menurut Mangunwijaya (1986) merupakan aspek yang telah dihayati oleh individu di dalam hati, getaran hati nurani pribadi dan sikap personal. Sedangkan menurut Nashori dan Mucharam (2002), religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan akidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan tersebut disimpulkan bahwa religiusitas dapat diartikan sebagai internalisasi agama dalam diri seseorag yang terlihat melalui


(42)

30

pengetahuan dan keyakinan seseorang akan agamanya serta

dilaksanakan dalam kegiatan peribadatan dan perilaku

kesehariannya.

Religiusitas yang di maksud peneliti disini adalah keyakinan tentang keagamaan dan kepercayaan seseorang dalam perilaku ibadah yang berarti meliputi berbagai macam aspek kehidupan maupun kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan kepercayaan. Dalam artian kepercayaan yang diyakini dalam agama Islam.

b. Fungsi Religi Bagi Manusia

Menurut Hendropuspito (1983), fungsi religi (agama) bagi manusia meliputi beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Fungsi edukatif

Manusia mempercayakan fungsi edukatif pada agama yang mencangkup tugas mengajar dan membimbing.

b) Fungsi penyelamatan

Agama dengan segala ajarannya memberikan jaminan kepada manusia keselamatan di dunia dan akhirat.

c) Fungsi pengawasan sosial

Agama ikut bertanggungjawab terhadao norma-norma sosial sehingga agama menyeleksi kaidah-kaidah sosial yang ada, mengkukuhkan yang baik dan menolak kaidah yang buruk. d) Fungsi memupuk persaudaraan


(43)

31

Persamaan keyakinan merupakan salah satu persamaan yang bisa memupuk rasa persaudaraan yang kuat.

e) Fungsi transformative

Agama mampu melakukan perubahan terhadap bentuk kehidupan masyarakat lama ke dalam bentuk kehidupan baru.

c. Aspek-aspek religiusitas

Glock dan Strak (Ancok dan Suroso 2004) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk melihat tingkat kadar religiusitas seseorang. Aspek-aspek itu antara lain: a. Religious belief

Merupakan aspek ideologis yang memberikan gambaran sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatis dari agamanya, misalnya seseorang percaya akan adanya malaikat, surge, neraka serta hal-hal lainnya yang bersifat dogmatic b. Religious practice

Merupakan aspek ritual, yakni sejauh mana seseorang menjalankan kewajiban-kewajiban ritual agamanya. Misalnya sholat, puasa, zakat dan nilai-nilai terutama bagi umat islam. c. Religious feeling

Merupakan aspek perasaan yaitu menggambarkan tetang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami oleh individu. Misal kedekatan dengan suatu Dzat Yang Maha Esa (Allah),


(44)

32

kekuatan dari doa, rasa syukurnya dan lain-lain yang berkaitan dengan perasaan keagamaannya.

d. Religious knowledge

Merupkan aspek atau pengetahuan seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya tentunya dengan pedoman pada kitab suci dan karya lainnya dari Nabi atau ahli agama yang acuannya kitab suci. Misal apakah makna dari hari raya idul fitri, romadhon dan hal-hal lainnya.

e. Religious effect

Merupakan aspek konsekuensial, yakni mengungkap tentang perilaku seseorang yang dimotivasi oleh ajaran agama dalam kehidupannya sehari-hari. Perilaku ini lebih bersifat hubungan horizontal yakni hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya.

C. Hubungan antara Religiusitas dengan Kecemasan Premenopause

Dalam siklus kehidupan perempuan akan mengalami menopause yang merupakan proses alami yang dialami setiap wanita, tetapi masa menopause merupakan yang paling banyak dibicarakan, dipermasalahkan dan membingungkan bagi sebagian wanita. Mengalami menopause berarti memasuki masa tua, masa non produktif, masa tidak berguna lagi bagi masyarakat, hal ini lama kelamaan menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat. wanita ada juga yang ketakutan menghadapi menopause karena mereka berpendapat bahwa hal ini adalah suatu kelainan yang akan


(45)

33

membuat mereka menjadi tidak menarik lagi, kesepian, tidak berdaya dan tidak berguna.

Masa menopause, merupakan masa di mana seorang perempuan tidak lagi mengalami menstruasi, berkurangnya kemampuan untuk bereproduksi disertai dengan perubahan-perubahan kondisi tubuh. Hal tersebut membuat seorang perempuan kita memasuki fase menopause mengalami pergolakan-pergolakan, layaknya seorang anak yang memasuki masa remaja yang mengalami masa peralihan. Mappine (1983) menuturkan bahwa masa menopause merupakan masa peralihan yaitu dari masa produktif menuju masa berkurangnya produktivitas seorang perempuan.

Perubahan tersebut adalah hal yang wajar, namun tidak jarang menimbulkan gangguan pada diri seseorang menjelang menopause. Greenblum, Rowe, Neff dan Greenblum (2012) dalam (Maftukhatus dan Erika) mengatakan bahwa pada saat perempuan mengalami menopause dapat mempengaruhi kualitas dalam hidupnya. Lebih dari 80% wanita melaporkan menunjukkan gejala secara fisik maupun psikis pada saat menjelang menopause dengan bermacam-macam level gangguan dan mengganggu kehidupan. Gejala yang dialami pada saat menjelang menopause memiliki variasi dan ada jarak antara gejala psikis dan psikologis. Gejala fisik yang terlihat seperti berkeringat dimalam hari, gangguan tidur, vagina kering, inkontensia urin, penurunan berat badan. Gejala psikologis yang muncul pada wanita menjelang menopause adalah kelelahan, cepat marah dan kecemasan (Maftukhatus dan Erika)


(46)

34

Menurut Mustopo (dalam Putikah, 2010) kecemasan yang dirasakan oleh seorang wanita itu sendiri berbeda-beda, bagi mereka yang tidak menerima dengan realistis perubahan-perubahan tersebut maka akan menibulkan perasaan khawatir, takut, bahkan cemas dengan datangnya menopause, sehingga sering kali orang tersebut terlalu mengamati diri tua dan akan menambah kecemasan mereka, pikiran dan penilaian diri telah

“loyo” dan tidak berarti lagi, tersisihkan dan terabaikan dari kehidupam

sosialnya.

Menurut Lazarus kecemasan adalah manifestasi dari berbagai emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika individu sedang mengalami tekanan perasaan yang tidak jelas objeknya, tekanan-tekanan batin ataupun ketegangan mental yang menyebabkan individu kehilangan kemampuan penyesuaian diri. Atkinson menyatakan kecemasan dapat timbul jika ego menghadapi ancaman implus yang tidak dapat dikendalikan. Kecemasan tidak selalu berdasarkan imajinasi individu. Kecemasan yang tidak rasional ini biasanya disebabkan oleh ketakutan individu akan ketidakmampuan diri sendiri.

Sendiony dalam Eka dan Falasifatul (2011) menyatakan bahwa pengalaman agama dapat meingkatkan derajat kesejahteraan seseorang sehingga bebas dari stress, kecemasan dan depresi, sedangkan Drajat mengemukakan bahwa religiusitas dapat memberikan jalan bagi manusia untuk mencapai rasa aman serta bebas dari rasa takut atau cemas dalam menghadapi persoalan hidup.


(47)

35

Menurut salih bahwa cara yang efektif mengurangi rasa cemas adalah dengan bergantung kepada Alloh SWT dan menyerahkan semua urusan kepada Allah. Ketika individu menyadari bahwa Allah mampu melakukan semuanya, dan Allah menyediakan pilihan untuk hamba-Nya dalam menjalankan urusannya dengan cara yang telah ditetapkan, maka hamba-Nya dapat menjalankan urusanya lebih baik.

D. Kerangka Teoritis/ Landasan Teoritis

Berikut ini adalah kerangka teoritis seseorang dapat mengalami kecemasan premenopause yang disebabkan oleh religiusitas. Apabila religiusitas rendah dapat mengakibatkan seseorang mengalami tingkat kecemasan tinggi, sedangkan jika religiusitas tinggi maka tingkat kecemasan premenopause akan rendah.

Gambar 1

Skema kerangka teoritik

Sendiony dalam Eka dan Falasifatul (2011) menyatakan bahwa pengalaman agama dapat meingkatkan derajat kesejahteraan seseorang sehingga bebas dari stress, kecemasan dan depresi, sedangkan Drajat mengemukakan bahwa religiusitas dapat memberikan jalan bagi manusia

Premnopause Religiusitas

Tinggi Rendah


(48)

36

untuk mencapai rasa aman serta bebas dari rasa takut atau cemas dalam menghadapi persoalan hidup.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa wanita dapat mengalami kecemasan premenopause apabila wanita tersebut memiliki religiusitas yang rendah.

E. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori diatas, maka hipotesis yang diajukan dan akan diuji kebenarannya dalam analisis uji statistik adalah: ada

hubungan antara religiusitas dengan kecemasan pada wanita

premenopause. Semakin tinggi religiusitas maka akan semakin rendah kecemasan premenopause. Sebaliknya semakin rendah religiusitasnya maka akan semakin tinggi kecemasan premenopausnya.


(49)

Bab 3

METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional

1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya merupakan semua hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan kata lain, variabel penelitian adalah setiap hal dalam suatu penelitian yang datanya ingin diperoleh. Dinamakan variabel karena nilai dari data tersebut beragam (Noor, 2011).

a. Variabel bebas : Religiusitas

b. Variabel tergantung : Kecemasan Premenopause

2 Definisi Operasional

a. Religiusitas

Religiusitas adalah keyakinan tentang keagamaan dan kepercayaan seseorang dalam perilaku beribadah yang berarti meliputi berbagai macam aspek kehidupan maupun kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya yakni agama Islam.

Berdasarkan definisi operasional maka penulis menyusun dimensi dan indikator untuk mempermudah penyusunan aitem dan aspek yang akan diukur antara lain:


(50)

38

a. Religious belief

Merupakan aspek ideologis yang memberikan gambaran sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatis dari agamanya, misalnya seseorang percaya akan adanya malaikat, surga, neraka serta hal-hal lainnya yang bersifat dogmatic

Dalam hal ini wanita harus lebih yakin bahwa Allah akan senantiasa membantu makhluknya dan tidak akan membiarkan makhluknya mengalami kesusahan.

b. Religious practice

Merupakan aspek ritual, yakni sejauh mana seseorang menjalankan kewajiban-kewajiban ritual agamanya. Misalnya sholat, puasa, zakat dan nilai-nilai terutama bagi umat islam.

Dalam hal ini wanita agar selalu mengerjakan kewajiban-kewajibannya dengan tertib. Dengan begitu ia akan lebih merasa dekat kepada Allah dan rasa cemaspun tidak akan mucul.

c. Religious feeling

Merupakan aspek perasaan yaitu menggambarkan tetang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami oleh individu. Misal kedekatan dengan suatu Dzat Yang Maha Esa (Allah), kekuatan dari doa, rasa syukurnya dan lain-lain yang berkaitan dengan perasaan keagamaannya.


(51)

39

Dalam hal ini wanita agar selalu berdoa dan bersyukur atas apa yang ia miliki dan selalu berserah diri kepada Allah, dengan demikian ia tidak perlu cemas terhadap apa yang akan terjadi padanya.

d. Religious knowledge

Merupkan aspek atau pengetahuan seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya tentunya dengan pedoman pada kitab suci dan karya lainnya dari Nabi atau ahli agama yang acuannya kitab suci. Misal apakah makna dari hari raya idul fitri, romadhon dan hal-hal lainnya.

Dalam hal ini wanita agar terus mempelajari dan memahami tentang pengetahuan-pengetahuan agamnya, agar ia bisa menyikapi masalah saat datangnya menopause dengan baik.

e. Religious effect

Merupakan aspek konsekuensial, yakni mengungkap tentang perilaku seseorang yang dimotivasi oleh ajaran agama dalam kehidupannya sehari-hari. Perilaku ini lebih bersifat hubungan horizontal yakni hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya.

Dalam hal ini wanita harus selalu menerapkan ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, agar ia tidak salah dalam mengambil keputusan.


(52)

40

b. Kecemasan premenopause

Kecemasan premenopause adalah adalah perasaan gelisah dan khawatir dari adanya perubahan fisik, psikis, sosial, maupun seksual. Mereka sering merasa cemas berlebih atas perubahan yang ada pada diri individu tersebut.

Berdasarkan definisi operasional maka penulis menyusun dimensi dan indikator berdasarkan teori Blackburn dan Davidson dalam Aqila (2012) untuk mempermudah penyusunan aitem dan aspek yang akan diukur antara lain:

1) Suasana hati, yaitu keadaan yang menunjukkan

ketidaktenangan psikis, misalnya mudah marah dan persaan sangat tegang.

Dalam hal ini wanita yang mengalami kecemasan premenopause akan mengalami ketidak tenangan psikis, seperi perasaat sangat tegang dan mudah marah.

2) Pikiran, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, misalnya khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, dan merasa tidak berdaya.

Dalam hal ini wanita yang mengalami kecemasan premenopause akan mengalami ketidak tentuan pikiran, seperti sukar konsentrasi dan khawatir


(53)

41

3) Motivasi, yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, misalnya menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, dan ingin melarikan diri dari kenyataan.

Dalam hal ini wanita yang mengalami kecemasan premenopause akan termotivasi untuk melarikan diri dari kenyataan dan menghindari situasi yang tidak sesuai keinginannya.

4) Perilaku gelisah, yaitu keadaan diri yang tidak terkendali, seperti gugup, kewaspadaan yang berlebih, sangat sensitif, dan agtasi.

Dalam hal ini wanita yang mengalami kecemasan premenopause akan sering merasa gelisah , gugup dan sangat sensitif.

5) Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, dan mulut kering.

Dalam hal ini wanita yang mengalami kecemasan premenopause akan mengalami reaksi biologi yang tak terkendali, seperti berkeringat lebih, sering pusing dan gemetar.


(54)

42

B. Populasi

Dalam penelitian, populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen atau anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian tau merupakan keseluruhan dari subjek penelitian (Noor, 2011).

Populasi yang ada dalam penelitian ini adalah semua wanita usia 50-55 tahun yang memenuhi aspek premenopause di Desa Prambon Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun. Adapun aspek premenopause meliputi:

1. Menstruasi tidak teratur

2. Hot Flashes(perasaan panas dari dada hingga wajah) 3. Night Sweat(keringat di malam hari)

4. Dryness vaginal(kekeringan pada vagina) 5. Mudah lupa dan mudah tersinggung 6. Insomnia(susah tidur)

7. Depresi (rasa cemas) 8. Fatigue(mudah lelah) 9. Perubahan fungsi seksual 10.Inkontinensia Urin

Tabel 1

Jumlah wanita berumur 50-55 tahun

No Dusun Jumlah

1. Krajan 20


(55)

43

3. Jengrik 15

4. Wates 10

5. Bangunsari 12

6. Nglebak 15

Jumlah 89

Alasan peneliti mengambil subjek yang berumur 50-55 tahun dikarenakan pada usia itu wanita sudah menampakkan dengan jelas ciri-ciri akan datangnya menopause. Menurut Carol Wade dan Carol Tavris biasanya menopause akan terjadi pada usia 45-55 tahun. Dari 89 subjek itu, seluruhnya akan dijadikan responden dalam penelitian ini karena subjek kurang dari 100 (Arikunto 2010).

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yakni dengan

menggunakan angket (kuesioner). Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,2011).

Penelitian menggunakan metode angket (kuesioner) karena beberapa pertimbangan, diantaranya:

1. Metode angket membutuhkan biaya yang relatif lebih murah 2. Terutama pada responden yang terpencar-pencar, metode ini dapat


(56)

44

3. Walaupun penggunaan metode ini pada sampel yang relatif besar, namun penggunaannya dapat berlangsung serempak

4. Metode ini relatif membutuhkan waktu yang sedikit

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelian ini adalah dengan menggunkan kuesioner, yaitu kuesioner tentang skala kecemasan premenopaus dan skala religiusitas.

Kuesioner religiusitas terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu “sangat tidak setuju”,” tidak setuju”. “setuju”, “sangat setuju”. Begitu pula dengan

skala kecemasan premenopause terdiri dari empat pilihan yaitu “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju”, “sangat setuju”. Dalam kuesioner terdapat arahan mengenai cara menjawab kuesioner, responden diwajibkan untuk memilih salah satu alternative jawaban dan juga mengisi lembar identitas responden.

D. Validitas dan Reliabilitas 1 Validitas

Menurut Azwar (2003) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketetapan dan kecermata suatu alat ukur dalam melakukan tugasnya. suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Standar pengukuran yang digunakan untuk menentukan validitas aitem berdasarkan pendapat Azwar (2007) bahwa suatu aitem


(57)

45

dikatakan valid apabila memiliki indeks daya beda baik ≥ 0, 30. Apabila jumlah aitem yang valid ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat menurunkan sedikit kriteria dari 0,30 menjadi 0,25 atau 0,20. Adapun standar yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah 0,30.

Azwar (1997: 158), juga menyatakan bahwa uji validitas dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat. Syarat bahwa item-item tersebut valid adalah nilai korelasi r hitung harus positif dan lebih besar atau sama dengan r tabel dimana menggunakan ketentuan df= N-2 dan pada penelitian ini karena responden N= 89, berarti 89-2= 87 dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05%, maka diperoleh r tabel = 0,207 menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat validitas adalah apabila nilai daya diskriminasi item atau r sama dengan atau lebih dari 0,207. Jadi apabila korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,207 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid atau tidak dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data.


(58)

46

Tabel 2

Blue Print Try Out Skala Religiusitas

No Dimensi Indikator

AITEM Jml Favorable Un Favorebel 1. Religious belief - Mempercayai adanya tuhan - Mempercayai adanya malaikat - Mempercayai

adanya surga dan neraka

- Mempercayai

adanya hari akhir

1,35 6 13,36 22 8 9 16 15 3 2 3 2 2. Religious practice - Menjalankan

sholat lima waktu dengan tertib

- Menjalankan puasa

ramdhan denga tertib

- Menjalankan puasa

sunah sesuai ajaran rasul - Menjalankan sunah-sunah rasul 4,37 33,38 18,39 32,40 7,10 2 12 34 4 3 3 3 3. Religious feeling

- Selalu bersyukur

atas apa yang di berikan oleh Allah SWT

- Selalu

mendekatkan diri kepada Allah 27,30,41 20,31,42 24,19 25,29 5 5 4. Religious knowledge - Mampu

memahami ajaran-ajaran agama

17,21 26,14 4

5. Religious effect - Mampu menerapkan ajaran-ajaran

agama dalam

kehidupan sehari-hari

3,11,28 5,23 5

JUMLAH


(59)

47

Tabel 3

Hasil Seleksi Aitem Skala Religiusitas pada Subjek Tryout

Aitem Corrected Item-Total Correlation Nilazi Koefisien Keterangan

1 0.683 ≥0.30 Valid

2 0.172 ≥0.30 Tidak Valid

3 0.75 ≥0.30 Valid

4 0.257 ≥0.30 Tidak Valid

5 0.234 ≥0.30 Tidak Valid

6 0.749 ≥0.30 Valid

7 0.064 ≥0.30 Tidak Valid

8 0.722 ≥0.30 Valid

9 0.712 ≥0.30 Valid

10 0.304 ≥0.30 Valid

11 0.62 ≥0.30 Valid

12 0.589 ≥0.30 Valid

13 0.672 ≥0.30 Valid

14 0.558 ≥0.30 Valid

15 0.571 ≥0.30 Valid

16 0.507 ≥0.30 Valid

17 0.614 ≥0.30 Valid

18 0.588 ≥0.30 Valid

19 0.493 ≥0.30 Valid

20 0.792 ≥0.30 Valid

21 0.637 ≥0.30 Valid

22 0.754 ≥0.30 Valid

23 0.367 ≥0.30 Valid

24 0.724 ≥0.30 Valid

25 0.662 ≥0.30 Valid

26 0.514 ≥0.30 Valid

27 0.817 ≥0.30 Valid

28 0.545 ≥0.30 Valid

29 0.533 ≥0.30 Valid

30 0.738 ≥0.30 Valid

31 0.838 ≥0.30 Valid


(60)

48

34 0.22 ≥0.30 Tidak Valid

35 0.73 ≥0.30 Valid

36 0.64 ≥0.30 Valid

37 0.439 ≥0.30 Valid

38 0.68 ≥0.30 Valid

39 -0.06 ≥0.30 Tidak Valid

40 0.249 ≥0.30 Tidak Valid

41 0.722 ≥0.30 Valid

42 0.713 ≥0.30 Valid

Tabel 4

Blue Print Try Out Skala Kecemasan Premenopause

No Dimensi Indikator

AITEM Jml Favorable Un Favorebel 1. Suasana hati yang menunjukkan ketidaktenangan psikis

- Mudah marah

- Perasaan sangat

tegang 3,37 18 9 1 3 2 2. Pikiran yang tidak menentu

- Mudah khawatir

- Sulit konsentrasi

-

Membesar-besarkan masalah

- Merasa tidak

berdaya 7,38 2,39 4,40 14,41 23 11 20 19 3 3 3 3 3. Motivasi/ dorongan untuk mencapai sesuatu - Ketergantungan yang tinggi - Menghindari

situasi yang tidak nyaman

- Melarikan diri dari kenyataan 12,42 30,43 25,44 36 17 28 3 3 3 4. Perilaku gelisah - Gugup

- Kewaspaadn yang

berlebih - Sangat sensetif

10,45 8,46 35 6 22 26 3 3 2 5. Reaksi-reaksi biologis yang tak terkendali - Berkeringat - Gemetar - Pusing - Berdebar-debar - Mual 5 15 31 21 33 13 24 16 27 29 2 2 2 2 2


(61)

49

- Mulut kering 32 34 2

JUMLAH

46

Tabel 5

Hasil Seleksi Aitem Skala Kecemasan Premenopause pada Subjek Tryout

Aitem Corrected Item-Total Correlation Nilai Koefisien Keterangan

1 0.198 ≥0.30 Tidak Valid

2 -0.066 ≥0.30 Tidak Valid

3 -0.138 ≥0.30 Tidak Valid

4 0.174 ≥0.30 Tidak Valid

5 0.307 ≥0.30 Valid

6 0.289 ≥0.30 Tidak Valid

7 -0.33 ≥0.30 Tidak Valid

8 0.128 ≥0.30 Tidak Valid

9 -0.354 ≥0.30 Tidak Valid

10 0.335 ≥0.30 Valid

11 0.322 ≥0.30 Valid

12 0.352 ≥0.30 Valid

13 -0.23 ≥0.30 Tidak Valid

14 -0.066 ≥0.30 Tidak Valid

15 0.213 ≥0.30 Tidak Valid

16 -0.019 ≥0.30 Tidak Valid

17 0.115 ≥0.30 Tidak Valid

18 0.306 ≥0.30 Valid

19 -0.161 ≥0.30 Tidak Valid

20 -0.22 ≥0.30 Tidak Valid

21 0.46 ≥0.30 Valid

22 0.2 ≥0.30 Tidak Valid

23 0.528 ≥0.30 Valid

24 0.273 ≥0.30 Tidak Valid

25 0.467 ≥0.30 Valid

26 0.083 ≥0.30 Tidak Valid


(62)

50

28 0.427 ≥0.30 Valid

29 0.511 ≥0.30 Valid

30 0.344 ≥0.30 Valid

31 0.331 ≥0.30 Valid

32 0.387 ≥0.30 Valid

33 0.318 ≥0.30 Valid

34 -0.044 ≥0.30 Tidak Valid

35 -0.123 ≥0.30 Tidak Valid

36 -0.006 ≥0.30 Tidak Valid

37 0.626 ≥0.30 Valid

38 0.603 ≥0.30 Valid

39 0.63 ≥0.30 Valid

40 0.603 ≥0.30 Valid

41 0.651 ≥0.30 Valid

42 0.409 ≥0.30 Valid

43 -0.03 ≥0.30 Tidak Valid

44 0.248 ≥0.30 Tidak Valid

45 0.432 ≥0.30 Valid

46 0.093 ≥0.30 Tidak Valid

1. Reliabilitas

Reliabilitas atau keterandalan adalah indeks-indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti mnunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dikatakan konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Untuk diketahui bahwa perhitungan atau uji reliabilitas harus dilakukan pada pertanyaan yang telah dimiliki atau memenuhi uji validitas, jika tidak memenuhi syarat uji validitas, maka tidak perlu diteruskan (Noor, 2011).

Suatu cirri instrumen yang berkualitas baik adalah reliable, yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan eror


(63)

51

pengukuran kecil. Pengertian reliabilitas mengacu pada keterpecayaan atau koefisiensi hasil alat ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran (Azwar,2013).

Penelitian ini menggunakan reliabilitas dengan konsistensi internal, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Alpha Cronbach. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0for windows(Suginono, 2011).

Reliabilitas dinyatakan koefisien reliabilitas (rxx) jika angkanya dalam rentang 0 sampai 1,000. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,000 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 maka semakin rendah pula reliabilitasnya (Azwar, 2013).

Dari hasil try out variabel Religiusitas dan Kecemasan Premenopause yang dilakukan oleh peneliti maka dihasilkan nilai reliabilitas sebesar:

Tabel 6

Reliabilitas Statistik Try out

Reliabilitas Statistik

Variabel Alpha

Cronbach

Jumlah Aitem

Religiusitas 0,962 35


(64)

52

Dari tabel diatas nilai Alpha Cronbach variabel Religiusitas sebesar 0.962, nilai tersebut mendekati 1.00 maka aitem yang yang ditry outkan reliabel. Begitu pula dengan nilai Alpha Cronbach variabel Kecemasan Premenopause sebesar 0.885, nilai Alpha Cronbach mendekati 1.00 maka aitem yang telah ditry outkan reliabel.

E. Analisis Data

Menganalisis data merupakan langkah kritis dalam suatu penelitian, dari hasil penarikan sampel dan pengumpulan data akan diperoleh data kasar agar data kasar dapat dibaca dan diintrepretasikan, maka dibutuhkan adanya metode analisis data.

Penelitian ini, peneliti menggunkan analisis korelasi product momen dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.00. (Santoso 2002) mengatakan bahwa tujuan analisis korelasi ini adalah ingin mengetahui apakah diantar dua variabel terdapat hubungan, dan jika ada hubungan, bagaiaman arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Jika besarnya korelasi > 0,5 maka berarti memang terdapat hubungan (korelasi) yang kuat antara dua variabel tersebut.

Ada beberapa hal yang harus dipenuhi apabila menggunakan teknik korelasiproduct moment, yaitu:

1. Data kedua variabel berbentuk data kuantitatif (interval dan rasio). 2. Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.


(65)

53

Nilai koefisien korelasi berkisar dari 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi nilai koefisien korelasinya berarti semakin kuat korelasinya dan sebaliknya semakin rendah nilai koefisien korelasinya maka semakin lemah pengaruh kedua variabel (Muhid, 2012: 95).

Uji korelasi dapat menghasilkan korelasi yang bersifat positif (+) dan negatif. Jika korelasinya positif (+) menunjukkan adanya hubungan yang searah semakin tinggi variabel bebas maka semakin tinggi pula nilai variabel terikatnya dan sebaliknya. Jika korelasinya negatif (-) menunjukkan hubungan yang bersifat tidak searah (berbanding terbalik) artinya semakin tinggi nilai variabel bebas maka semakin rendah nilai variabel terikatnya.

Rumus analisa dataproduct moment correlationadalah:

Keterangan:

rxy = Korelasi antara variabel x dan y

∑ XY = Perkalian skor variabel x dan variabel y ∑ X = ∑ skor variabel x (religiusitas)

∑ Y = ∑ skor variabel y (kecemasan premenopause)


(66)

54

Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis diperlukan guna mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak.

Uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji linieritas (Noor, 2011). 1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak (Noor, 2011).

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Dengan kaidah apabila signifikansi >0,05 maka dikatakan distribusi normal, sebaliknya jika signifikansi <0,05 maka dikatakan distribusi tidak normal.

2. Uji Linieritas

Uji linearitas hubungan dilakukan untuk membuktikan apakah variabel bebas mempunya hubungan yang linear dengan variabel terikat. Uji linearitas dilakukan dengan menguji taraf keberartian equation of linierity dari hubungan linearitas tersebut. Linieritas menunjukan variasi hubungan linier dari kedua variabel yang diuji. Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka ketentuan mengenai linieritas variabel bebas dan terikat pada program SPSS diindikasikan dengan:


(67)

55

a. Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 (Sig. > 0.05) mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan linier (non linier) antara kedua variabel yang diuji

b. Apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (Sig. < 0.05) mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara kedua variabel yang diuji.

Uji linieritas menggunakan test of linierity bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan linier atau tidak. Kaidah yang digunakan ialah jika sig. > 0,05, maka sebaran dapat dikatakan normal dan sebaliknya jika sig. < 0,05, maka sebaran dapat dikatakan tidak normal.

3. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini menggunkan uji korelasi product momen, jika uji prasyarat memenuhi. Apabila uji prasyarat tidak memenuhi maka menggunakan uji non parametrik.


(68)

56 Bab 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek

Sebelum melaksanakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak terdapat kendala dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Persiapan penelitian meliputi penyusunan alat ukur (skala), penentuan skor untuk alat ukur serta persiapan administrasi. Sebelum persiapan penelitian ada tahap-tahap yang harus dilakukan yaitu:

1. Merumuskan masalah yang akan dikaji dan menentukan tujuan yang akan dicapai.

2. Melakukan studi pustaka atau studi literatur dengan tujuan mencari dan menelaah teori serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

3. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing skripsi untuk mendiskusikan dan menyempurnakan data atas konsep yang mendasari penelitian.

4. Menentukan populasi dan sampel penelitian yang sesuai dengan tujuan serta landasan teori.

5. Mempersiapkan penelitian

6. Pekerjaan lapangan yaitu mulai dari penyebaran skala sampai mengumpulkannya kembali.


(69)

57

8. Analisis data dan membuat laporan penelitian.

Sedangkan persiapan penyusunan instrumen penelitian atau alat ukur yang digunakan untuk mengetahui hubungan Kontrol Diri dengan Perilaku Kepatuhan Pengobatan adalah menggunakan skala, langkah-langkah dalam penyusunan skala tersebut yakni:

1. Menentukan indikator setiap variabel yang didasari teori pada bab II. 2. Membuatblue printdari masing-masing skala yang memuat presentase

dan jumlah pernyataan atau aitem yang digunakan sebagai pedoman penyusunan skala.

3. Membuat dan menyusun pernyataan yang mencakup aitem favorabel dan unfavorabel berdasarkanblue printyang telah dibuat.

4. Penentuan nomor urut aitem dengan pertimbangan penyebaran yang merata pada aitem favorabel dan aitem unfavorabel berdasarkan yang penting dalam uji validitas dan uji reliabilitas.

5. Skala dalam penelitian ini terdiri dari 46 aitem untuk skala Kecemasan Premenopause dan 42 aitem untuk skala Religiusitas. Pada kedua variabel memiliki empat kriteria jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

6. Setelah alat ukur atau aitem-aitem kedua variabel sudah dianggap siap maka selanjutnya menentukan subjek penelitian. Subjek penelitian atau populasi (sebagaimana yang telah dirumuskan dalam metode penelitian) ini adalah wanita usia 50-55 tahun di Desa Prambon.


(70)

58

Karakteristik responden penelitian berdasarkan usia dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 7

Deskripsi Usia

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

50 28 31.5 31.5 31.5

51 21 23.6 23.6 55.1

52 12 13.5 13.5 68.5

53 10 11.2 11.2 79.8

54 12 13.5 13.5 93.3

55 6 6.7 6.7 100.0

Total 89 100.0 100.0

Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 89 responden yang menjadi sampel dalam penelitian, presentase usia 50 tahun sebesar 31%, usia 51 tahun 23%, usia 52 tahun 13%, usia 53 tahun 11%, usia 54 tahun 13% dan usia 55 tahun 6%.

Desa Prambon adalah satu desa yang berada di daerah Kabupaten Madiun. Di Desa Prambon terdapat ± 1500 jiwa. Penduduk yang digunakan subjek penelitian adalah wanita yang berusia 50-55 tahun yang


(71)

59

memenugi aspek premenopause. Peneliti menggunkan subjek sebanyak 89 wanita. Adapun aspek premenopause meliputi:

1. Menstruasi tidak teratur

2. Hot Flashes(perasaan panas dari dada hingga wajah) 3. Night Sweat(keringat di malam hari)

4. Dryness vaginal(kekeringan pada vagina) 5. Mudah lupa dan mudah tersinggung 6. Insomnia(susah tidur)

7. Depresi (rasa cemas) 8. Fatigue(mudah lelah) 9. Perubahan fungsi seksual 10.Inkontinensia Urin

Pelaksanaan penelitian dimulai sejak 25 April 2016 sampai 22 Juli 2016 Satu bulan pertama digunakan untuk menggali data awal pada tempat penelitian serta mencari berbagai referensi untuk penelitian dari berbagai sumber terkait. Setelah itu pada tanggal 27 Juni 2016 digunakan untuk menyebar instrumen untuk melakukan uji coba pendahuluan, selanjutnya ketika instrument tersebut sudah benar valid dan reliabel kemudian disebar lagi pada tanggal 18 Juli 2016 untuk dilakukan penelitian pengambilan respon dari instrument tersebut yang di buat sesuaiblue print.Selanjutnya waktu penelitian yang masih ada digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data-data yang belum diperoleh oleh peneliti sekaligus penyusunan hasil laporan penelitian. Kemudian dilakukan analisa pada


(72)

60

data yang terkumpul dan dilakukan proses penyusunan laporan penelitian. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8

Pelaksanaan penelitian

No. Tanggal Keterangan

1 25 April 2016–8 Juni 2016 Penyusunan Proposal

2 13 Juni 2016 Seminar Proposal

3 19 Juni 2016 Revisi Proposal

4 27 Juni 2016 Penyebaran Instrumen Uji Coba

Pendahuluan

5 2 Juli 2016 Skoring Hasil Uji Coba

6

13 Juli 2016–20 Juli 2016

Penyusunan dan Penyebaran Instrumen Penelitian

7 21 Juli 2016 Skoring Hasil Penelitian

8 22 Juli 2016 - 23 Juli 2016 Analisis Data

9

24 Juli 2016

Menyusun Laporan Hasil

Penelitian

B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Data

1. Deskripsi data

Tabel 9 Deskripsi statistik


(1)

78

urusannya dengan cara yang telah ditetapkan, maka hamba-Nya dapat menjalankan urusanya lebih baik.


(2)

Bab 5

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara religiusitas dengan kecemasan premenopause pada wanita usia 50-55 tahun di Desa Prambon Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.

B. Saran

Berrdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara religiusitas dengan kecemasan premenopause pada wanita 50-55 tahun yang berada di desa ini. sehungga diharapkan responden yang mengalami kecemasan premenopause agar lebih mendekatka diri kepada Allah dan lebih berserah diri kepada Allah atas semua yang mungkin akan terjadi

2. Bagi peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam penelitian. Seperti kurang cermat dalam membuat aitem sehingga untuk peneliti berikutnya agar lebih memperhatikan penggunaan bahasa yang mudah


(3)

80

peneliti yang berminat mengadakan penelitian dengan topik senada, disarankan untuk memperhatikan hal lain yang mungkin berpengaruh terhadap kecemasan premenopause. Dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa menyelaraskan dengan populasi di mana akan diteliti. Karena aitem yang di pakai hanya dapat digunakan untuk yang beragama muslim.


(4)

81

Daftar Pustaka

Ancok, D dan Suroso, F.N. 2004. Psikologi Islam, Solusi atau Problem-problem Psikologi. Cetakan V. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsini. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta : PT. Rineka Citra.

Azwar, Saifuddin.. 2003 Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta(ID): Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah Penduduk Menurut Umur, Jeis Kelamin, Provinsi, Kabupaten/Kota. www.badan-pusat-statistik.go.id. Diakses tanggal 30 April 2016.

Chatijah, S dan Purwadi. Hubungan antara Religiusitas dengan Sikap Konsumtif Remaja. No 2. Thn 2007.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2001 Menuju Indonesia Sehat 2020. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun. Jumlah Penduduk Lanjut Usia. http//madiun,dinken.go.id. Diakses tanggal 30 april 2016.

Eka, N dan Flasifatul F. Religiusitas dan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN) pada Siswa Madrasah Aliyah. Jurnal psikologi. Vol 6. Thn 2011. Semarang: Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Euis, S dan Alfi, P. Berpikir Positif dan Harga Diri pada Wanita yang Mengalami Masa Premenopause. Jurnal psikologi. No 1. Thn 2011. Yogyakarta: universitas Ahmad Dahlan.

Gunarsa, Yulia Singgih D. 2003. Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta: PT.Bpk Gunung Mulia.

Hendropuspito, C. 1983. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius dan Bpk Gunung Mulia.


(5)

82

Jailani, N. hubungan Antara Religiusitas dengan Perilaku Dissaving pada Ibu PKK Aktif Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Jurnal Psikologi. Malang: Universitas Brawijaya.

Kartono, K. 2003. Psikologi Wanita Jilid 2: Wanita Sebagai Ibu dan Nenek. Bandung: Mandar Maju.

Kasdu, Dini. 2004. Kiat Sehat dan Bahgia di Usia Menopause. Jakarta: Puspa Swara.

Khairunisa. Hubungan Antara Pengetahuan Pramenopause dan Sikap Menghadapi Menopause pada Ibu Pramenopause Di Desa Mintomulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Thn 2014. Ungaran: Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran.

Maftukhatus, S dan Erika, S. Hubungan Pengaturan Emosi Positif dengan Kecemasan Menjelang Menopause pada Perempuan Pekerja. Jurnal Psikologi. Vol 11. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Mangunwijaya, Y.B. 1986. Menumbuhkan Sikap Religius Anak. Jakarta: Gramedia.

Nashori, F dan Mucharam, R.D. 2002. Mengembangkan Kreativitas dalam Prespektif Psikologi Islami. Yogyakarta: Menara Kudus.

Ni, Putu W. Kecemasan pada Wanita Menjelang Menopause. Surabaya: STIKES William Booth.

Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Kencana.

Oktavena, dkk. Hubungan Sikap Ibu Premenopause dengan Perubahan yang Terjadi Menjelang Masa Menopause di Keluraha Woloan 1 Kecamatan Tomohon Barat Kota Tomohon Manado. Thn 2014. Manado: Universitas Sam Ratulangi Manado.

Proverawati, Atikah. 2010. Menopause dan Sindrom Premenopause. Yogyakarta: Nuha media.

Putikah, T. Hubungan antara Pengetahuan Sikap dan Perilaku dengan Kecemasan Wanita Menopause. Tesis. Thn 2010. Surakarta: Universitas Sebelas Marat.

Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.


(6)

83

Saputri, dkk. Hubungan antara Religiusitas dan Dukungan Sosial dengan Psychological Well-being pada Santri Kelas VIII Pondok Pensantren Tahfidzul Qur’an Ibnu ‘Abbas Klaten. Solo:

Universitas Sebelas Maret.

Smart, Aqila. 2010. Bahagia Di Usia Menopause. Yogyakarta: A Plus Books.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA, CV.

Videbeck, S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Wade, C dan Tavris, C. 2007. Psikologi Edisi 9. Jakarta: Erlangga