BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar - Dewi Purwati BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan suatu kata majemuk yang terdiri dari

  kata “prestasi” dan “belajar”. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. (Suyono, 2014:9).

  Harahap (Hamdani, 2011:138) memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan peserta didik yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

  Selain itu, Hamdani (2011:137) berpendapat bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.

  Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalan individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Aunurrahman (2010:35). Sedangkan menurut Slameto (2010:2) pengertian belajar secara psikologis yaitu belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh

  

7 suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

  Menurut Sardiman (2007:20) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Menurut Muhibbin (2011:63) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

  Hilgard dan Browner mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu di mana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, pematangan atau keadaan sesaat seseorang seperti kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya. (Purwanto, 2010:84). Hamdani (2011:138) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

  Berdasarkan pendapat di atas penulis simpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu aktivitas yang telah dilaksanakan. Hasil prestasi yang baik tergantung tingkat intelegensi seseorang. Sedangkan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk melakukan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan dalam setiap jenjang pendidikan yang menimbulkan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan hasil lainnya. Jadi prestasi belajar merupakan suatu pencapaian dari hasil yang telah dilakukan individu maupun kelompok.

2. Prinsip-Prinsip Belajar

  Sardiman (2007:24) mengemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar, antara lain: a) Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.

  b) Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para siswa.

  c) Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam atau dasar kebutuhan atau kesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan derita.

  d) Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan.

  e) Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.

  f) Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu: a. Diajar secara langsung.

  b. Kontrol, kontak, penghayatan, dan pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain) c. Pengenalan atau peniruan. g) Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, berpikir kritis dan lain- lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.

  h) Perkembangan pengalaman peserta didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan. i) Bahan pelajaran yang bermakna atau berarti, lebih mudah dan menarik utuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna. j) Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan peserta didik, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar. k) Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga peserta didik melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri

  Sedangkan menurut M. Dalyono (2010:51-55) prinsip-prinsip belajar dibagi menjadi lima, yaitu :

a) Kematangan Jasmani dan Rohani.

  Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya kemampuan berpikir, ingatan, fantasi dan sebagainya.

  b) Memiliki Kesiapan.

  Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlengkapan akan banyak mengalami kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang baik.

  c) Memahami Tujuan.

  Setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuannya, ke mana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat cepat selesai dan berhasil. Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan kebingungan pada orangnya hilang kegairahan, tidak sistematis, atau asal ada saja. Orang yang belajar tanpa tujuan ibarat kapal berlayar tanpa tujuan terombang-ambing tak tentu arah yang di tuju sehingga akhirnya bisa terlanggar batu karang atau terdampar ke suatu pulau.

  d) Memiliki Kesungguhan.

  Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain itu akan banyak waktu dan tenaga terbuang dengan percuma. Sebaliknya, belajar dengan sungguh- sungguh serta tekun akan memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang lebih efektif. Prinsip kesungguhan sangat penting artinya. Biarpun seseorang itu sudah memiliki kematangan, kesiapan serta mempunyai tujuan yang konkret dalam melakukan kegiatan belajarnya, tetapi kalau tidak bersungguh-sungguh, belajar asal ada saja, bermals-malas, akibatnya tidak memperoleh hasil yang memuaskan.

  e) Ulangan dan Latihan.

  Prinsip yang tak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Sebaliknya belajar tanpa diulang hasilnya akan kurang memuaskan. Bagaimanapun pintarnya seseorang harus mengulang pelajarannya atau berlatih sendiri di rumah agar bahan-bahan yang dipelajari tambah meresap dalam otak, sehingga tahan lama dalam ingatan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara untuk membantu berfungsinya ingatan. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah kematangan jasmani dan rohani, memiliki kesiapan, memahami tujuan, memiliki kesungguhan, dan ulangan atau latihan.

3. Ciri-Ciri Belajar

  Djamarah (2002:15)mengemukakan hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar.

  a. Perubahan yang terjadi secara sadar.

  Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu

  b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.

  Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi bisa menulis.

  c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

  Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar litu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

  Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

  Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

  d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

  Perubahan yang bersifat semantara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya, kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang, melainkan akan terus dimiliki dan bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih.

  e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

  Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian, perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

  Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya, jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi, ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi, aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.

4. Cara Meningkatkan Prestasi Belajar

  Ada banyak cara untuk meningkatkan prestasi belajar, berikut ini adalah saran-saran yang dikemukakan Crow and Crow dengan singkat dan terinci untuk mencapai hasil belajar yang lebih efisien.

  a. Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti.

  b. Usahakan adanya tempat belajar yang memadai.

  c. Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan keaktifan mental.

  d. Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar.

  e. Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu istirahat yang teratur.

  f. Carilah kalimat-kalimat topik atau inti pengertian dari tiap paragraf.

  g. Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati (silent recitation ).

  h. Lakukan metode keseluruhan (whole method) bilamana mungkin. i. Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat. j. Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi. k. Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut. l. Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan usahakan/ cobalah untuk menemukan jawabannya. m. Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar. n. Pelajari dengan teliti tabel-tabel, grafik-grafik, dan bahan ilustrasi lainnya. o. Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan. p. Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar itu. q. Pelajari baik-baik pernyataan (statement) yang dikemukakan oleh pengarang, dan tentanglah jika diragukan kebenarannya. r. Telitilah pendapat beberapa pengarang. s. Belajarlah menggunakan kamus dengan sebaik-baiknya. t. Analisislah kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya. (Ngalim Purwanto,

  2010:120-121) 5.

   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar diri individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Dalam hal tersebut maka prestasi belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

  Yang tergolong faktor internal adalah:

  a. Faktor Jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

  b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: 1) Faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

  2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

  c. Faktor kematangan fisik maupun psikis

  d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan Yang tergolong faktor eksternal, ialah:

  a. Faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan leluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.

  b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahauan, teknologi, kesenian.

  c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

  (Ahmadi, 2013:138) Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

  1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.

  2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.

  3. Faktor Pendekatan Belajar (Approach to Learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. (Muhibbin, 2004:132)

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor dari dalam siswa (internal) dan faktor dari luar siswa (eksternal). Faktor dari dalam siswa (internal) meliputi faktor jasmaniah, faktor kematangan fisik maupun psikis, faktor psikologis, dan faktor lingkungan spritual atau keamanan sedangkan faktor dari luar siswa (eksternal) diantaranya meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

B. Penelitian Terdahulu

  Selama penulis melakukan penelitian peneliti melakukan penelusuran terhadap beberapa skripsi penulis tidak mendapatkan karya yang sama persis dengan penelitian yang akan diteliti. Namun ada beberapa karya yang berkaitan dengan prestasi belajar, sebagai berikut :

  1. Skripsi Rokhyati mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul Studi Komparatif Tentang

  Prestasi Belajar Mata Pelajaran Penidikan Agama Islam Kelas yang Menggunakan Metode Ceramah Dengan yang Menggunakan Metode Resitasi Siswa Kelas 2 Semester 2 SMP N Padamara Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2004/2005. Dalam

  skripsinya menggunakan metode pengumpulan data dokumentasi dan metode tes sebagai data utama mencari hasil prestasi Pendidikan Agama Islam.

  Hasil penelitiannya diperoleh uji yaitu 7,80. Kemudian hasil dari uji dibandingkan dengan maka diperoleh uji lebih besar dari baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% yaitu 1,684 < 7, 80 > 2, 423. Maka Hipotesis Alternatifnya diterima dan Hipotesis Nihilnya ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang menggunakan Metode Ceramah dengan yang menggunakan Metode Resitasi siswa kelas 2 Semester 2 SMP N Padamara Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga.

  Dari penelitian terdahulu diatas, dalam penelitian penulis berjudul Studi Komparasi Prestasi Belajar Mahasiswa Kader dengan Mahasiswa Non Kader Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2013/2014 berbeda dengan penelitian yang penulis susun. Pada penelitian ini penulis lebih fokus pada nilai Indeks Prestasi Komulatif (IPK) mahasiswa Fakultas Agama Islam. Metode pengumpulan datanya yaitu wawancara, dokumentasi dan observasi dengan menggunakan sumber data asli prestasi belajar mahasiswa Fakultas Agama Islam.

  2. Skripsi Bayu Iswanto mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul Studi Komparasi Prestasi

  

Belajar Pendidikan Agama Islam antara Siswa Jurusan Teknik Perbaikan

Body Otomotif dengan Siswa Jurusan Teknik Audio Video Kelas XII

Semester Gasal SMK Negeri 2 Banyumas Tahun Pelajaran 2013/2014.

  Dalam skripsinya ini pengumpulan datanya menggunakan nilai prestasi asli Pendidikan Agama Islam. Untuk mengetahui analisa datanya menggunakan rumus indeks Komparasiyaitu

  “t test”. Selanjutnya

  dilakukan perhitungan dengan rumus Kai Kuadrat data pendukung kebenaran atau kepalsuan hipotesis tersebut.

  Hasil penelitiannya diperoleh hasil

  “t test”melalui tabel nilai t pada

  t.s 5% dan1% dengan nilai = 4,41 lebih besar dari nilai dengan t.s 5% = 2,01 dan t.s 1% = 2,68 yaitu 2,01 < 4,41 > 2,68.

  Dari perhitungan Kai Kuadrat dibuktikan dengan hasil ( ) Kai Kuadrat melalui analisis tabel nilai ( ) Kai Kuadrat pada t.s 5% dan t.s 1% dengan nilai = 19,65 lebih besar dari nilai t.s 5% = 3,841 dan t.s 1% = 6,635 yaitu 3, 841 < 19, 65 > 6, 635. Dari perhitungan persentase dibuktikan dengan hasil nilai melalui analisis tabel nilai ( ) Kai Kuadrat pada t.s 5% dan t.s 1% yaitu nilai = 0,16 lebih kecil dari nilai t.s 5% = 3, 841 dan 1% = 6, 635 yaitu 3, 841 > 0,16 < 6, 635. Maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam antara Siswa Jurusan Teknik Perbaikan Body Otomotif dengan Siswa Jurusan Teknik Audio Video Kelas XII Semester Gasal SMK N 2 Banyumas Tahun Pelajaran 2013/2014, tetapi adanya perbedaan tersebut tidak membawa persentase perbedaan yang sangat besar secara signifikan.