BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Guru a. Konsep Guru - KOKO DWIKI ADITYA BAB II
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Guru a. Konsep Guru Guru selalu memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Guru mempunyai kedudukan tinggi dalam agama Islam. Islam
menyamakan pendidik dengan ulama yang sangat dihargai kedudukannya. Firman Allah SWT: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al- Mujadalah 11)
Guru mempunyai kedudukan penting dalam pendidikan, dengan adanya guru maka pembelajaran akan berjalan dan sesuai dengan tujuan pendidikan. Al-Ghazali dalam Iqbal, M. (2013: 112) Guru merupakan orang tua yang sejati yaitu yang membimbing, mengarahkan, dan mendidik anak, tidak hanya sebatas sampai usia dewasa tetapi lebih dari itu, tidak hanya memberikan ilmu tetapi guru adalah sosok yang bertanggung jawab akan keberhasilan anak di dunia sekaligus di akhirat kelak sehingga padanya terbentuk
8 hubungan batin yang tidak bisa terputus oleh tempat dan waktu. Dalam hal ini Guru sebagai pendidik digambarkan oleh al-Ghazali dalam beberapa kitabnya dengan berbagai istilah kata, seperti al-
muallimin (guru), al-mudarris (pengajar), al-muadib (pendidik),
dan al-walid (orang tua).Ki Hadjar Dewantara dalam Mujito, W. (2014 : 73) Guru memiliki arti Tut Wuri Handayani yaitu dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan. Ing madya mangun karsa pada saat ini diantara peserta didik, guru harus menciptakan prakarsa dan ide. Ing ngarsa sung tulada berarti ketika guru berada di depan, seorang guru harus memberi teladan atau contoh dengan tindakan yang baik. Guru juga harus membimbing peserta didik dengan kasih sayang, sehingga peserta didik dapat leluasa dan bebas mengembangkan potensi yang ada dalam diri.
Mulyasa, E (2005) Guru adalah “pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya”. Guru adalah sebagai panutan bagi setiap orang dan menjadi tokoh yang sangat berperan penting dalam pendidikan. Tugas menjadi guru menuntut untuk selalu mencontohkan hal-hal yang baik kepada orang lain. Guru juga didefinisikan oleh Sukadi (2006: 8) sebagai sosok manusia yang patut digugu dan ditiru. Digugu dalam arti segala ucapannya dapat dipercayai. Ditiru berarti segala tingkah lakunya harus dapat menjadi contoh atau teladan bagi masyarakat.
Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan jabatan profesional, yang diharapkan berperan menjadi pembimbing, panutan, teladan, motivator, pemahaman, cerdas emosional dan sosial, dan memiliki daya saing. Seorang guru harus mempunyai keahlian untuk membentuk karakter dan perilaku serta akhlak yang baik bagi anak didiknya.
b. Kompetensi Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus
dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi
dalam kinerja guru.Kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga Guru antara lain: (1) Kompetensi kepribadian: Kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia, (2) Kompetensi pedagogik: Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, (3) Kompetensi profesional: Penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya, (4)
Kompetensi sosial: Kemampuan Guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan
saja ditentukan sekolah, pola struktur dan isi kurikulumnya, akan
tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi profesional guru
yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten
akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelolah kelasnya
sehingga belajar para siswa akan lebih optimal. Kurikulum
pendidikan guru harus disusun atas dasar kompetensi yang
diperlukan oleh setiap guru. Tujuan program pendidikan, sistem
penyampaian, evaluasi dan sebagainya hendaknya direncanakan
sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru
secara umum. Diharapkan guru tersebut mampu menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya sebaik mungkin untuk membimbing
siswanya.c. Tugas pokok dan fungsi Guru
Kebijakan pemerintah berkaitan dengan Sistem Pendidikan Nasional tertera dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Guru dalam Bab XI pasal 39 adalah
“Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.” Guru adalah figur seorang pemimpin dan sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik, selain itu guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Tugas guru merupakan suatu proses mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik. Peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik adalah korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator.
Guru sebagai seorang profesional memiliki lima tugas pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan konseling.
Guru juga mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting salah satunya adalah guru sebagai pembimbing. Guru sebagai pembimbing harus bisa menuntun dan mengarahkan siswa untuk membentuk karakter serta akhlak yang baik bagi siswa.
d. Guru Kelas
Guru kelas merupakan guru yang mengikuti kelas pada satuan pendidikan sekolah dasar, yang bertugas melaksanakan pembelajaran pada semua mata pelajaran, kecuali pendidikan agama dan olahraga. Guru kelas juga mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mendidik serta membimbing siswanya karena mempunyai waktu yang lebih lama dengan siswa di dalam kelas maupun sekolah. Siswa akan terbiasa dengan guru kelas dan akan mencontoh apa yang dilakukan oleh guru kelasnya, oleh karena itu guru kelas harus mempunyai karakter, perilaku, serta kebiasaan yang baik untuk ditiru siswanya.
Guru kelas adalah seorang pendidik sekaligus orang tua di sekolah. Peran guru kelas dalam pembelajaran sangat penting dan yang paling utama. Bimbingan harus dilakukan oleh guru kelas kepada siswa karena guru kelaslah yang mempunyai tanggung jawab besar untuk membimbing serta mengarahkan siswa untuk lebih baik. Bimbingan akhlak harus diberikan sedini mungkin kepada siswa oleh guru kelas, dengan memberikan contoh perilaku-perilaku yang baik maka siswa akan mengikuti dan untuk membiasakan untuk berbuat baik maka siswa akan terbiasa.
Tanggung jawab dan tugas guru kelas sangat besar untuk membentuk karakter dan perilaku siswa. Siswa bisa melihat apa yang dilakukan oleh guru kelasnya sehingga akan menirunya baik itu buruk maupun baik. Guru kelas harus selalu memberikan perhatian yang lebih kepada siswa karena guru kelas yang mempunyai waktu lebih lama serta mengetahui siswanya.
2. Pembimbingan Akhlak Siswa
Pembimbingan akhlak sangat penting dilakukan pada pendidikan khususnya pada jenjang sekolah dasar. Sekolah dasar merupakan jenjang dimana pada masa ini anak mengalami perkembangan dari anak-anak menuju remaja atau operasional konkret. Siswa harus diberi bimbingan dan tuntunan oleh guru supaya siswa dapat mengendalikan dirinya serta mempunyai karakter dan perilaku yang baik atau akhlak yang baik. Akhlak meruapakan sifat yang tertanam oleh setiap individu oleh karena itu bimbingan akhlak harus diberikan sejak dini kepada siswa.
a. Konsep Pembimbingan
Walgito, B. (2010, 6) Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya. Di samping itu, bimbingan juga mengandung makna memberikan bantuan atau pertolongan dengan pengertian bahwa dalam menentukan arah diutamakan kepada yang dibimbingnya.
Bimbingan dapat diberikan kepada seorang individu atau sekumpulan individu atau kelompok. Bimbingan juga dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan dari anak sampai orang dewasa. Melalui bimbingan kita dapat mencegah agar kesulitan itu tidak timbul tetapi kita juga bisa untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang telah menimpa.
Tujuan bimbingan adalah agar individu dapat menyesuaikan diri kepada lingkungannya sesuai potensi yang ada dalam dirinya. Terutama keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bimbingan dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, memecahkan masalah yang dihadapi menerima diri sendiri secara realistis, serta menyesuaikan diri dengan lingkugan.
Fungsi seorang pembimbing di sekolah adalah membantu kepala sekolah beserta stafnya di dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah (school welfare). Tujuan pendidikan salah satunya adalah membentuk akhlak serta karakter siswa.
b. Definisi Akhlak
Umat Islam dalam hal akhlak meneladani Rasullulah SAW sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Qalam ayat 4 yang artinya: “sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Siswa perlu mendapatkan perhatian, ditanggapi, dihargai, dan diperlakukan seperti orang dewasa, memerlukan keharmonisan dalam hubungan pendidikan dan siterdidik. Al-Ghazali dalam Iqbal, A (2013: 200) :
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab merupakan bentuk jamak kata al khuluq yang secara lughowi (bahasa) berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Akhlak bukanlah pengetahuan (marifah) tentang baik dan jahat maupun qudrat untuk baik dan buruk, bukan pula pengalaman (
fi’l) yang baik dan jelek, melainkan suatu
keadaan jiwa yang mantap (
hay’a rasikha fin nafs). Ia
mendefinisikan akhlak sebagai suatu kemantapan jiwa yang menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah, tanpa harus direnungkan dan disengaja. Jika kemantapan itu demikian, sehingga menghasilkan amal-amal yang baik, jika amal-amal yang tercela yang muncul dari keadaan (kemantapan) itu, maka itu dinamakan akhlak buruk.
Akhlak merupakan bagian terpenting yang ada pada setiap orang. Adanya akhlak maka akan membuat perilaku dan karakter seseorang akan terbentuk entah itu baik ataupun buruk. Membentuk akhlak yang baik harus dilakukan sejak dini, dari usia anak sekolah dasar karena pada masa ini siswa berada dalam tahap pembentukan karakter. Siswa sekolah dasar sangatlah tepat untuk diberikan bimbingan akhlak untuk membentuk kepribadian siswa.
Muhammad Abdullah Draz dalam (Ilyas, Y. 2015: 5) membagi ruang lingkup akhlak kepada lima bagian yaitu: (1) akhlak pribadi, (2) akhlak berkeluarga, (3) akhlak bermasyarakat, (4) akhlak bernegara, (5) akhlak beragama. Dari kelima ruang lingkup tersebut sebagai seorang guru harus memberikan pengetahuan serta bimbingan kepada siswa supaya kelima ruang lingkup tersebut dapat tercapai. Ruang lingkup tersebut sangatlah penting dan harus diberikan kepada siswa.
c. Adab Siswa Kepada Guru
Siswa harus mempunyai adab kepada gurunya baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Harus menghormati gurunya dalam pembelajaran. Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun, sehingga harus ada pada diri siswa. Menuntut ilmu harus didasari dengan adab supaya ilmu menjadi berkah, terus bertambah dan menjadi berkah. Adab dalam menuntut ilmu merupakan bagian dari ilmu.
Al-Ghazali dalam Iqbal, M (2013: 98) dalam kitab Bidayah al-Hidayah menjelaskan konsep etika belajar siswa terhadap Guru sebagai berikut:
Tabel. 2.1. Adab Siswa Kepada Guru No. Adab Siswa Kepada Guru 1. Memulai memberi hormat dan salam kepada gurunya.
2. Sedikit bicara di hadapan gurunya.
3. Tidak membicarakan yang tidak ditanyakan gurunya.
4. Tidak bertanya sebelum mohon izin terlebih dahulu.
5. Tidak mengatakan di hadapan gurunya: “si anu bilang yang bertentangan dengan yang anda (Ustadz) bilang.”
6. Tidak menunjukkan sikap seolah-olah bertentangan dengan pendapat gurunya karena merasa yang paling benar dibandingkan gurunya.
7. Tidak bertanya kepada teman sebangku ketika guru sedang menjelaskan, tidak menoleh ke kiri atau ke kanan di hadapan gurunya bahkan ia harus duduk dengan tenang, diam dan sopan mirip di waktu sholat.
8. Tidak memperbanyak pertanyaan ketika gurunya sedang konsentrasi fikiran memecahkan suatu masalah ilmu.
9. Berdiri apabila gurunya sedang berdiri sebagai penghormatan.
10. Tidak mengikuti gurunya ketika meninggalkan majelis dengan berbagai pertanyaan.
11. Tidak menghadang gurunya di tengah jalan dengan maksud bertanya tetapi menanti sampai gurunya berada di rumahnya.
12. Tidak menyakiti gurunya dengan dugaan buruk karena perbuatannya kelihatan secara dzohiri sebagai perbuatan tercela sebab gurunya tahu akan rahasia-rahasia yang tersembunyi sebagai hakikat perbuatannya itu.
Etika belajar siswa menurut Imam Al-Ghazali dalam pernyataan di atas, menganggap guru sebagai orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi lebih baik. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama. Seorang siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam arti menghormati, memuliakan dengan ucapan dan perbuatan, sebagai balas jasa atas kebaikan yang diberikannya. Siswa berbuat baik dan berakhlak mulia atau bertingkah laku kepada guru dengan dasar pemikiran sebagai berikut: (a) Memuliakan dan menghormati guru termasuk satu perintah agama, (b) Guru adalah orang yang sangat mulia, (c) Guru adalah orang yang sangat besar jasanya dalam memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan mental kepada siswa, (d) Dilihat dari segi usia, maka pada umumnyaguru lebih tua dari pada muridnya, sedangkan orang muda wajib menghormati orang yang lebih tua.
Peran guru dalam pandangan Al-Ghazali menjadi sangat menonjol karena rasio manusia tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya tanpa adanya pembimbing yang dapat membantu serta mengarahkan ke mana tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
Dalam proses belajar, siswa harus mendapat bimbingan yang ketat dari guru. Al-Ghazali dengan demikian mengesampingkan rasio atau paling tidak meminimalisir fungsi rasio yang semestinya digunakan dalam landasan etis kehidupan pembelajaran siswa.
Alhasil, terlihat jelas dalam sistem pemikiran Al-Ghazali bahwa aql (akal) akan tersesat jika tidak dibimbing secara terus- menerus oleh guru. Para siswa harus mempercayakan kepada guru mengenai urusan-urusannya ibarat pasien yang harus tunduk kepada dokter. Al-Ghazali menjelaskan bahwa apapun yang disarankan oleh sang guru kepada siswa, siswa harus tunduk dengan mengesampingkan pendapat pribadinya, karena kesalahan gurunya (syaikh) adalah lebih bermanfaat baginya daripada putusannya sendiri. Meskipun benar karena pengalaman akan menampakkan detail-detail yang barangkali asing, sekalipun begitu akan sangat berguna.
d. Adab Guru Kepada Siswa
Guru juga harus menjaga perilakunya untuk menjaga wibawa sebagai seorang guru. Guru harus menjadi contoh yang baik bagi siswanya, selalu menjaga sikapnya dan selalu berbuat baik. guru juga mempunyai etika untuk memperlakukan siswanya dan menjaga perasaan siswanya.
Iqbal, M (2013: 132) seorang pengajar harus memiliki adab dan juga tugas yang harus dilaksanakannya. Al-Ghazali merumuskannya dalam kitab Ihya’ Ulumuddin sebagai berikut:
Tabel. 2.2 Adab Guru Kepada Siswa No. Adab Guru Kepada Siswa
1. Memiliki rasa kasih sayang kepada murid dan memperlakukannya sebagaimana anaknya sendiri.
2. Mengikuti teladan Rasulullah SAW, yaitu tidak meminta upah atas tugasnya.
3. Tidak meninggalkan nasehat.
4. Menasehati dan mencegah murid dari akhlak tercela.
5. Tidak mewajibkan pada murid agar mengikuti guru tertentu dan kecenderungannya.
6. Memperlakukan murid sesuai dengan kesanggupannya yaitu memberikan pengetahuan sesuai pemahaman otak murid atau kadar pemahamannya.
7. Kerja sama dengan murid di dalam membahas dan menjelaskan masalah.
8. Seorang guru harus mengamalkan ilmunya.
Berdasarkan uraian di atas terlihat jelas bahwa sosok guru yang ideal adalah guru yang memiliki motivasi mengajar yang tulus yaitu ikhlas dalam mengamalkan ilmunya, bertujuan mendekatkan diri pada Allah SWT, bertindak sebagai orang tua yang penuh kasih sayang kepada anaknya, dapat mempertimbangkan kemampuan intelektual anaknya, mampu menggali potensi yang dimiliki siswanya, bersikap terbuka dan demokratis untuk menerima dan menghargai pendapat para siswanya, dapat bekerja sama dalam memecahkan masalah dan mampu menjadi tipe ideal serta idola bagi siswanya serta perbuatannya mencerminkan ilmu yang dimilikinya. Siswa akan mengikuti perbuatan baik yang dilakukan oleh gurunya menuju kesuksesan dunia dan akherat. Jika hal itu diterapkan dalam proses pendidikan maka tidak hanya tujuan pendidikan yang dicapai, tetapi jauh yang lebih substansial yakni terbentuknya relasi (hubungan) guru dan murid yang baik, guru bukan dinilai sebagai penjual ilmu tetapi dinilai dari keikhlasan hati dan tujuannya (transfer of knowledge dan penyempurnaan akhlak).
e. Teman Belajar
Al-Ghazali dalam Iqbal, M (2013: 152) menjelaskan cara beretika dengan teman antara lain: Tabel. 2.3 Adab sesama teman
No. Adab sesama teman
1. Membantu keuangan/materi duniawi sahabat
2. Membantu tenaga dengan segera sebelum ia meminta bantuan kepada kita
3. Menyembunyikan rahasia-rahasianya dan aibnya
4. Menyampaikan berita gembira kepadanya tentang perbuatan-perbuatannya yang mendapat sambutan baik dari orang lain dan memperhatikan omongan teman dengan tanpa membatahnya
5. Memanggilnya dengan panggilan yang disenanginya
6. Memaafkan kesalahan-kesalahannya dan tak menyalahkannya/mencelanya
7. Mendoakannya baik dikala ia masih hidup maupun sudah meninggal
8. Melangsungkan tali persahabatan dengan keluarga dan sanak familinya kawan yang sudah meninggal
9. Meringankan beban seorang kawan dan tidak memberi beban berat kepadanya sehingga dia lebih mudah dan ringan di dalam menyelesaikan kepentingan- kepentingannya sendiri
10. Memberi salam terlebih dahulu ketika bertemu
11. Memberi penghormatan kepada kawan yang sedang berkenan keluar meninggalkan tempat pertemuan dengan turut serta berdiri mengiringi perjalanannya
12. Diam dan mendengarkan teman ketika ia sedang bicara dan jangan memutus pembicaraannya
f. Siswa Sekolah Dasar
Siswa merupakan faktor terpenting dalam menyukseskan kemajuan pendidikan. Ramli, M (2015: 14) Siswa merupakan salah satu komponen terpenting dalam pendidikan, tanpanya proses pendidikan tidak akan terlaksana. Pengertian tentang siswa dirasa perlu diketahui dan dipahami secara mendalam oleh seluruh pihak. Sehingga dalam proses pendidikannya nanti tidak akan terjadi kemelencengan yang terlalu jauh dengan tujuan pendidikan yang direncanakan.
Menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh akan memudahkan siswa mendapatkan ilmunya. Al-Ghazali dalam (Iqbal, A. 2013: 87) siswa merupakan orang yang bersih hatinya untuk menerima ilmu dari guru demi pendewasaan pikiran, hati dan akal demi kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Siswa seharusnya tidak melibatkan diri dalam urusan duniawi, ia harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Ilmu adalah cahaya yang tidak akan sampai pada diri siswa tanpa adanya kesungguhan untuk belajar.
Siswa adalah subjek utama dalam pendidikan. Ia harus diberikan bimbingan, tuntunan, serta pengetahuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pada usia sekolah dasar siswa sangatlah perlu diberikan bimbingan akhlak karena pada usia inilah pembentukan karakter dimulai.
Ardana dalam (Asri B 2004: 16) karakteristik siswa adalah salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran. Biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pengajaran, dan ciri-ciri jasmani serta emosional, yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.
Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi “Setiap anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama Islam), selanjutnya kedua orang tuanyalah yang membelokannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya?” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim, Abu Dawud,
Tirmidzi, Nasa’i, Malik). Hadits diatas menjelaskan bahwa ada dua hal yang dapat di pahami yaitu, pertama setiap manusia yang lahir memiliki potensi, menjadi orang jahat dan potensi yang lainnya. Kedua potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama orang tua karena merekalah yang pertama yang sangat berperan dalam menjadikan anaknya menjadi yahudi, nasrani, dan majusi.
Dengeng dalam Asri, B (2004: 17) karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang telah dimilikinya. Menganalisis karateristik siswa dimaksudkan untuk mengetahui ciri-ciri perseorangan siswa. Hasil dari kegiatan ini akan berupa daftar yang memuat pengelompokan karakteristik siswa, sebagai pijakan untuk mendeskripsikan metode yang optimal untuk mencapai hasil belajar tertentu.
Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa siswa merupakan komponen penting dalam pendidikan. Karakteristik siswa merupakan keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita- citanya. Pendidikan tidak akan pernah lepas dari siswa karena siswa adalah komponen utama pendidikan.
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Juwita Putri (2017) dengan judul “Peranan Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Akhlak Peserta Didik di MIN 2 Teluk Betung Bandar Lampu ng”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa peranan guru akidah akhlak dalam membina akhlak peserta didik di MIN 2 Teluk Betung Bandar Lampung sudah dilakukan dengan baik. Guru akidah akhlak sudah menjalankan tugas dengan prosedur atau kurikulum yang berlaku. Peranan guru akidah akhlak dalam membina akhlak siswa adalah dengan cara menerapkan pembiasaan sekolah, kenyataan ini terlihat dari pelaksanaa pendidikan sehari-hari di sekolah di antaranya pembiasaan mengucapkan salam, berperilaku baik, bertutur kata lembut, kerapian dalam berpakaian, disiplin belajar dan menghormati guru dan sesama teman.
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Selly Sylviyanah (2012) dengan judul “Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar”. Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Nur Ar-Rahman dengan hasil bahwa upaya pembinaan akhlak mulia yang dilakukan meliputi perencanaan serta pelaksanaan. Perencanaan pembinaan akhlak mulia dilakukan dengan menetapkan indikator, tujuan, serta ruang lingkup akhlak mulia yang perlu dibina oleh SDIT Nur al- Rahman. Akhlak mulia tersebut yaitu akhlak mulia kepada Allah seperti sholat, membaca Al-
Qur’an, serta akhlak mulia kepada sesama manusia (orang tua, guru, teman). Pelaksanaan pembinaan akhlak mulia pada SDIT Nur al-Rahman menggunakan tiga metode yaitu pembiasaan, keteladanan, serta pemberian pahala dan sanksi
(reward dan punishment) .
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Imam Sutomo (2014) dengan judul
“Modification of character education into akhlaq Pendidikan Akhlaq education for the global community life”.
membutuhkan pendekatan yang komprehensif, keterlibatan
keluarga dan masyarakat sebagai mitra sekolah, ciptaan budaya
moral yang positif di sekolah, dan dukungan intensif dalam ruang
kelas. Secara teoritis menanamkan karakter yang baik dan
pertumbuhan moral. Kesadaran, itu membutuhkan cukup waktu
untuk karakter dan moral tumbuh secara bertahap, tidak dengan
paksa.Penelitian keempat yang dilakukan oleh Mohamad Khairi Haji Othman dkk, dengan judul
“Teachers’ Techniques in Developing of Akhlaq and Values i n the Students”. Penelitian ini menunjukkan
bahwa teknik yang dipraktikkan berdasarkan persepsi siswa adalah teknik pemodelan untuk mengembangkan nilai-nilai moral siswa dan signifikan bagi para guru sejak itu siswa dihadapkan pada guru di sekolah untuk sebagian besar kehidupan sehari-hari mereka, dan oleh karena itu guru harus menyadari hal itu mereka juga harus berperilaku baik. Penelitian ini menjelaskan bahwa teknik ceramah dan diskusi merupakan teknik yang cukup tinggi, dalam penelitian ini, teknik role-play dan simulasi/re-enactment merupakan teknik yang cukup rendah.
Penelitian-penelitian di atas menjelaskan bahwa akhlak merupakan hal yang sangat penting bagi diri siswa. Akhlak harus ditanamkan sejak dini kepada siswa supaya siswa mempunyai kepribadian yang baik. Guru sangat berperan penting dalam membentuk akhlak siswa karena guru lah yang membimbing serta mendidik siswa di sekolah dan mempunyai waktu yang lebih lama dengan siswa di sekolah. Nilai moral harus ditanamkan di sekolah untuk membentuk karakter siswa yang baik dan mempunyai akhlak serta perilaku yang baik.
Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian-penelitian di atas adalah dalam penelitian yang dilakukan peneliti disini akan meneliti bagaimana peran guru kelas dalam membimbing siswa supaya siswa mempunyai akhlak yang baik serta selalu membiasakan hal-hal yang baik di dalam kelas maupun di sekolah. Peneliti melakukan penelitian di kelas III karena untuk membentuk akhlak harus sejak dini dan membiasakan hal-hal yang baik sejak kelas rendah supaya di kelas tinggi siswa sudah terbiasa dengan hal tersebut dan mempunyai akhlak yang baik. Persamaan penelitian adalah sama-sama melakukan penelitian tentang akhlak.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan di atas telah kita ketahui bahwa betapa pentingnya pembimbingan akhlak bagi siswa sekolah dasar, agar siswa mempunyai perilaku yang baik dan berguna bagi kehidupannya. Jika siswa telah diberikan pembimbingan akhlak, maka ia akan menjadi seseorang yang berbudi luhur yang penuh dengan akhlak mulia. Bimbingan akhlak diberikan supaya anak bisa menghormati orang tua, guru, serta masyarakat disekitarnya.
Pelaksanaan pembimbingan akhlak merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk membentuk suatu kepribadian siswa yang baik, sesuai dengan ajaran agama Islam serta dapat mengamalkannya dikehidupan sehari-hari. Kepribadian siswa yang baik itu tidak luput dari akhlak yang mulia. Akhlak mulia tidak begitu saja ada pada diri seseorang, namun perlu pembinaan dan bimbingan.
Interaksi sangat penting dalam proses belajar mengajar. Selain siswa dapat manfaat, guru juga memperoleh umpan balik (feedback). Guru juga mengetahui berbagai persoalan, pengalaman dan imajinasi siswa yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Interaksi yang baik akan mendorong terciptanya metode pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif efektif, dan menyenangkan. Dengan interaksi yang baik, guru dan siswa saling menginspirasidan menyemangati.
Guru harus terus memberikan motivasi dan dorongan terhadap siswa. Guru akan maksimal memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan demi mengembangkan potensi keseluruhan siswanya. Dengan demikian, guru berhasil dalam mengajar dan membentuk kepribadian siswa, sehingga siswa memiliki jati diri yang jelas.
Peran Guru kelas sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pembimbingan akhlak siswa. Guru kelas dalam pembelajaran mempunyai tanggung jawab yang besar, serta mempunyai waktu yang lebih lama dengan siswa sehingga terjadi interaksi satu sama lain antara guru kelas dengan siswa. Adanya interaksi tersebut akan digunakan guru untuk membimbing akhlak pada siswa.
Sesuai dengan tujuan pendidikan salah satunya adalah membimbing dan membina siswa secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi yang demikian. Siswa yang diharapkan akan mampu memadukan pengetahuan dengan akhlak yang mulia.
Guru Pembimbingan Siswa Akhlak
1. Korektor Sifat Sikap
2. Inspirator
- Simpati
3. Informator
- Empati
4. Organisator
- Toleransi
5. Motivator
6. Inisiator
7. Fasilitator
8. Pembimbing
9. Demonstrator
10. Pengelola kelas
11. Mediator
12. Supervisor
13. Evaluator Gambar. 2.1. Kerangka Pikir