BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Kurikulum 1. Pengertian Manajemen Kurikulum - BAB II HIKMAH MURNIATUN PAI'18

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Kurikulum 1. Pengertian Manajemen Kurikulum

  a. Pengertian Manajemen Manajemen kurikulum merupakan salah satu bagian dari manajemen pendidikan. Sebelum lebih lanjut berbicara tenetang manajemen kurikulum, maka terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian manajemen itu sendiri.

  Manajemen berasal daari kata “to manage” yang artinya mengatur. Manajemen bisa diartikan sebagai seni, ilmu, dan profesi.

  Follet mengartikan “manajemen sebagai seni, karena untuk menapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, seorang manajer harus bisa mengatur dan menggerakkan orang untuk melakukan tugas- tugasnya” (Bukhari, 2005: 1).

  Manajemen adalah sebuah proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya (Hamalik, 2010: 16).

  Sedangkan Menurut Sondang P. Siagyan (1979) Manajemen adalah suatu aktivitas menggerakan orang lain (memberdayakan), sesuatu kegiatan memimpin, atas dasar sesuatu yang telah diputuskan dahulu. (Muflihin, 2015: 5)

  7 Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen mengandung beberapa pengertian antara lain: 1) Manajemen sebagai suatu proses. 2) Manajemen sebagai suatu aktifitas orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen.

  3) Manajemen sebagai suatu seni sekaligus sebagai suatu ilmu yang akan dipelajari untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  Pengertian diatas memberikan gambaran bahwasannya manajemen merupakan bagian penting dalam pendidikan karena di dalamnya terdapat sebuah proses memadukan sumber-sumber belajar yang terdiri dari beberapa aspek mulai dari guru sebagai fasilitator, peserta didik, bahan pelajaran, buku maupun media sebagai alat bantu yang digunakan untuk mencapai keberhasilan pendidikan.

  b. Pengertian Kurikulum Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga pada zaman Yuanani kuno yang berasal dari kata curir dan curere.

  Pada waktu itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Orang mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish (Sanjaya, 2010a: 3).

  Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran (Hamalik, 2010a: 17).

  Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknyam baik dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Pengalaman anak didik di sekolah dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan pendidikan antara lain: menigkuti pelajaran di kelas, praktik ketrampilan, latihan-latihan, olahraga dan kesenian, dan kegiatan karyawisata atau praktik dalam laboratorium di sekolah (Suryosubroto, 2010: 32).

  Sedangkan dalam kamus Webser kurikulum diartikan dalam dua macam yaitu: 1) Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau di pelajari murid di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu. 2) Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau departemen (Hidayat, 2013: 20-21).

  Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di sekolah dengan bantuan, bimbingan dan tanggungjawab sekolah beserta komponen yang ada di dalamnya, yang dengan perencaan tersebut para siswa melakukan berbagai kegiatan belajarsehingga terjadi perubahan sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.

  Pelaksanan menjalankan kurikulum bukanlah proses yang dilaksanakan secara individu melainkan usaha bersama dari semua komponen pendidikan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing- masing sehingga dapat diarahkan pada proses pencapaian tujuan bersama.

  Manajemen kurikulum menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI (2011: 191) adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.

  Sedangkan menurut Khoirudin (2013: 5). Manajemen kurikulum adalah suatu proses usaha bersama (kerjasama) dalam suatu organisai melalui proses yang sistematis dan terkoordinasi yang mengatur dan memperlancar tujuan pengajaran di sekolah secara efektif dan efisien.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen kurikulum merupakan segenap usaha bersama dalam proses pengelolaan kurikulum untuk memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2. Komponen-komponen Manajemen Kurikulum

  a. Komponen Tujuan Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin diharapkan. Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Misalnya, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah membentuk masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran (Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI (2011: 194)

  Sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat pendidiikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya (Hamalik, 2011: 24).

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan merupakan hal sangat diperlukan untuk menentukan arah pencapaian yang diinginkan, dengan adanya tujuan maka akan mudah dalam menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

  b. Komponen Isi/ Materi Pembelajaran Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Dalam

  Undang-undang Pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan bahwa “Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan suatu pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional” (Bab IX, Ps. 39) (Hamalik, 2011: 25).

  Pada komponen isi kurikulum lebih banyak menitikberatkan pada pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran. isi kurikulum hendaknya memuat semua aspek yang berhubungan dengan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap atau perilaku), dan psikomotorik (ketrampilan atau skill) yang terdapat pada isi setiap mata pelajaran yang disampaikan dalam kegiatan proses pembelajaran. isi kurikulum dan kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mencpaai tujuan dari semua aspek tersebut (Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 2011: 195).

  Komponen isi berkaitan dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai siswa yang memuat berbagai aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga dapat diarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran.

  c. Komponen Metode Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum (Hamalik,

  2011:26). Kmponen metode ini berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Metode yang tepat adalah metode yang sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang akan dicapai dalam setiap pokok bahasan. Dlaam posisi ini guru hendaknya tidak menerapkan satu metode saja, tetapi guru dapat menerapkan berbagai metode agar proses pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan dan mencapai sasaran yang direncanakan .

  d. Komponen Evaluasi Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir (Oliva, 1988). Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, evaluasi, merujuk pada pendapat tersebut, maka dalam konteks pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum dapat dipertahankan. Evaluasi itu sendiri merupakan komponen yang digunakan untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan (Tim Dosen Administrasi UPI, 2011: 196).

  Melalui evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa.

  Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu dilakukan.

3. Fungsi Manajemen Kurikulum

  Fungsi dari menejemen kurikulum dan pembelajaran diantaranya sebagai berikut: a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif. b. Meningkatakan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakulrikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.

  c. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.

  d. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, dengan pengelolaan kurikulum yang professional, efektif dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.

  e. Meningkatkan efesiensi dan efektiftas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembalajaran. Dengan demikian ketidak sesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Disamping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efesien, karena adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum. f. Meningkatakan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara professional akan melibatkan masyarakat khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat (Rusman, 2012: 5).

  Sebuah kurikulum akan berjalan dengan baik apabila kurikulum tersebut dapat dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi-fungsi tersebut harus dimanfaatkan secara optimal agar proses manajemen kurikulum dapat berjalan lancar serta dapat memberikan hasil yang maksimal.

4. Prinsip manajemen Kurikulum

  a. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiaran kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.

  b. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berdasarkan pada demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana,dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.

  c. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat. d. Efektifitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat.

  e. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen kurikulum harus bisa memperkuat dan mengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum ( Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 2011: 192).

  Dalam proses manajemen kurikulum diperlukan adanuya pertimbangan dan disesuaikan dengan tujuan yang telah direncanakan.

  Prinsip ini bisa dijadikan pedoman dalam proses manajemen kurikulum agar jalanannya manajemen kurikulum tidak keluar dari prinsip yang telah ditentukan.

5. Tahapan-tahapan Manajemen Kurikulum a. Tahap perencanaan.

  Pada tahap ini perlu dijadikan menjadi Rencana Pembelajaran (RP). Guru melakukan persiapan yang komperhensif sebelum melakukan proses belajar mengajar di kelas. Pada tahap ini guru melakukan persiapan dari mulai tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan, metode yang tepat yang akan digunakan, media dan alat yang mendukung proses pembelajaran, buku sumber atau referensi, dan alat evaluasi yang akan diterapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu kepala sekolah perlu memberikan perhatian, pembinaan dan bantuan serta memeriksa pekerjaan guru tersebut, kepala sekolah melakukan pemeriksaan secara cermat untuk memberikan penilaian dan umpan balik apabila ada yang perlu diperbaiki atau ditambahkan. Dengan ini akan memberikan dampak bagi guru untuk melakukan persiapan dan perencanaan pembelajaran dengan baik (Tim Dosen Administrasi UPI, 2011: 197).

  Pada tahap ini, perlu dijabarkan sampai menjadi rencana pembelajaran (RP), untuk itu perlu dilakukan tahap sebagai berikut: 1) Menjabarkan GBPP menjadi analisis mata pelajaran. Yang paling pokok dalam tahapan ini adalah mengkaji mana pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang paling esensial atau yang biasanya sukar dipahami oleh siswa dan biasanya pokok bahasan ini menjadi prioritas utama. 2) Menghitung hari kerja efektif dan jam mata pelajaran, memperhitungkan hari libur, hari untuk ulangan dan hari tidak efektif. 3) Menyusun program tahunan. Dalam mengisi program ini yang terpenting adalah membandingkan jumlah jam efektif dan alokasi waktu tatap muka dalam format analisis mata pelajaran. 4) Menyusun program semester, dalam penyusunannya hampir sama dengan program tahunan, namun lebih spesifik lagi (Arbangi, dkk

  2016: 60). b. Tahap pengorganisasian dan koordinasi.

  Pada tahap pengorganisasian dan koordinasi ini merupakan tahap yang perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh Kepala Sekolah bersama tim yang dibentuk untuk memudahkan pembagian tugas sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Kepala sekolah berkewajiban untuk mengelola dan mengatur penyusunnan kalender akademik, jadwal pelajaran, tugas dan kewajiban guru sertra program kegiatan sekolah (Tim Dosen Administrasi UPI, 2011: 197-198).

  Pada tataran ini, kepala sekolah bertugas untuk melakukan atau mengatur antara lain: 1) Pembagian tugas megajar dan tugas lain yang perlu dilakukan secara merata sesuai dengan bidang keahlian dan minat guru.

  2) Menyusun jadwal pelajaran diupayakan agar guru mengajar maksimal lima hari/ minggu.

  3) Menyusun jadwal kegiatan perbaikan dan pengayaan secara normal setiap mata pelajaran akan memerlukan kegiatan perbaikan siswa yang belum tuntas atau tidak memenuhi SKBM (Standar Kegiatan Belajar Mengajar) (Arbangi, dkk, 2016: 61).

  c. Tahap pelaksanan.

  Pada tahap ini merupakan tahap yang paling menentukan apakah sekolah di bawah kepemimpinan kepala sekolah dapat mewujudkan program sekolah atau tidak. Perencanaan, pengorganisasian dan koordinasi yang telah di susun akan dibuktikan keberhasilannya dalam tahap pelaksanaan ini proses belajar mengajar akan berjalan secara efektif apabila guru dan kepala sekoloah memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik apabila guru dan kepala sekolah bersama-sama untuk membuka diri terhadap masukan atau kritikan yang membangun. Seorang guru harus siap untuk diberi masukan oleh kepala sekolah berdasarkan hasil supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Dengan demikian, kepala sekolah dan guru akan terbuka dalam memberikan masukan atau kesulitan yang dihadapi dengan tujuan untuk kemajuan dan peningkatan mutu pembelajaran (Tim Dosen Administrasi UPI, 2011: 198-199).

  Menurut Dede Rosyada, seperti yang dikutip oleh Mh. Yamin, mengatakan bahwa kurikulum merupakan elemen yang dijual sekolah kepada pelanggannya. Semakin baik kurikulum dirancang pihak sekolah maka akan semakin tinggi pula daya tarik sekolah tersebut (Arbangi, dkk, 2016: 61).

  d. Tahap evaluasi dan pengendalian Pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif atau tidak dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi ini penting dilakukan secara benar karena bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah dilakukan berjalan atau tidak sesuai dnegan rencana yang telah ditetapkan. Kepala sekolah berperan dalam mengendalikan sistem evaluasi agar evaluasi dapat dilasanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah bekerjasama dengan guru untuk melakukan evaluasi dengan objektif agar hasil evaluasi benar-benar menunjukkan hasil belajar siswa yang sesungguhnya. Evaluasi yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan objektif dapat mengukur kemampuan siswa akan berdampak pada peningkatan mutu yang berkelanjutan (Tim Dosen Administrasi UPI, 2011: 199).

  Tahap evaluasi merupakan tahap penilaian apakah kurikulum yang djalankan sudah mencpai tujuan pembelajaran atau belum.

  Dengan adanya evaluasi maka kekurangan-kekurangan yang masih ada dapat dicarikan solusi yang tepat untuk mengatasinya.

  Proses manajemen kurikulum tidak mungkin dijalankan begitu saja melainkan ada tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Melalui tahapan-tahapan inilah manajemen kurikulum dapat berjalan teratur sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dari proses pembelajaran.

B. Kualitas Pendidikan

  1. Pengertian Kualitas Pendidikan Kata kualitas masuk ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa

  Inggris, yaitu quality dan kata ini sesungguhnya berasal dari bahasa latin, yaitu qualitas yang masuk ke dalam bahasa Inggris melalui bahasa Prancis

  Kuno yaitu qualite. Dalam kamus-kamus lengkap (kamus komperhensif) bahasa Inggris, kata itu mempunyai bannyak arti, diantaranya: a. Suatu staf atau atribut yang khas dan membuat berbeda.

  b. Standar tertinggi sifat kebaikan.

  c. Memiliki sifat kebaikan tertinggi (Arbangi, dkk, 2016: 83).

  Menurut Hamalik (2009) dalam Sa’dun (2016: 244) Pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi deskriptif.

  Dalam artian normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik (Hamalik, 2008). Berdasarkan kriteria intrisik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik, tenaga kerja yang terlatih. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan hasil tes prestasi belajar.

  Terdapat banyak definisi tentang kualitas. Ada yang menyebutkan bahwa kualitas atau mutu adalah suatu nilai atau suatu keadaan. Namun, pada umumnya kualitas memiliki elemen-elemen sebagai berikut: pertama, meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kedua, mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. Ketiga, merupakan kondisi yang selalu berubah. (Arbangi dkk, 2016: 85).

  Sedangkan pendidikan Menurut John Dewey pendidikan diartikan

  “sebagai social continuity of life” yang berarti kelangsungan hidup sosial

  Adapun menurut Langevold pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing kepada yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya (Mansur, 2009: 84).

  Berdasarkani pengertian kualitas dan pendidikan dapat peneliti simpulkan bahwa kualitas pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dari sekolah untuk melakukan perubahan, baik dari segi pendidikan yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dan faktor- faktor input agar mendapatkan output yang setinggi-tingginya.

  Menurut Suti (2011: 2) Mutu atau kualitas pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pendidikan secara efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstra kurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan.

  Sebuah mutu atau kualitas pendidikan memilikibeberapa komponen di antaanya: (1) Kesiapan dan motivasi siswa. (2) Kemampuan guru profesional dan kerjasama dalam organisasi sekolah. (3) kurikulum meliputi relevansi isi dan operasional proses pembelajarannya. (4) Sarana dan prasarana meliputi kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran. (5) Partisipasi masyarakat (orang tua, pengguna lulusan dan perguruan tinggi) dalam pengembangan program-program pendidikan di sekolah (Suti, 2011: 2).

  2. Indikator Mutu Pendidikan Ukuran kualitas pendidikan tidak hanya dilihat dari prestasi akademiknya saja, yaitu berupa nilai ujian, tetapi pengaruh hasil pendidikan untuk kehidupan sehari-hari, bahkan mencakup dimensi yang amat jauh, yaitu tanggung jawab sosial, politik dna budaya (Nurkholis, 2005: 71). “Sekolah dapat dikatakan berkualitas apabila prestasi sekolah khususnya prestasi sekolah menunjukan pencapaian yang tinggi dalam prestasi akademik, memiliki nilai-nilai kejujuran, dan memilki tanggung jawab yang tinggi” (Sagala, 2007:170).

  Pendidikan bermutu atau berkualitas adalah pendidikan yang mampu melakukan pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan cara membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran dan dari buruknya akhlak dan keimanan (Mulyasa, 2012: 120).

  Sedangkan menurut Arbangi, dkk (2016: 91). Indiaktor atau kriteria yang dijadikan tolak ukur mutu pendidikan yaitu: a. Hasil akhir pendidikan.

  b. Hasil langsung penndidikan, inilah yang dipakai sebagai titik tolak pengukuran mutu pendidikan suatu lempaga pendidikan, misalnya tes tertulis, daftar cek, sakala rating, dan sakala sikap.

  c. Proses pendidikan.

  d. Instrumen input yaitu alat berinteraksi dengan raw input (siswa).

  e. Raw input dengan lingkungan.

  Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan kualitas pndidikan tidak hanya dilihat dari prestasi akademiknya saja melainkan bagaimana karakter siswa itu terbentuk dari proses pembelajaran yang dilaluinya. Kualitas pendidikan juga sangat penting bagi siswa untuk mengimbangi perubahan dan kemajuan di berbagai bidang, seperti bidang ilmu pengetahuan, bidang sosial budaya, bidang ekonomi dan lain-lain.

  Pendidikan yang berkualitas dapat dilihat dari bagaimana sebuah lembaga pendidikan dapat mencetak keluaran yang berkualitas. Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas maka diperlukan adanya cara-cara yang menunjang pencapaian tersebut. Manajemen kurikulum dapat dijadikan sebagai cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

  Sallis (Danim, 2006) dalam Sa’dun (2016: 244) menjelaskan karakteristik sekolah yang bermutu sebagai berikut :

  a. Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal.

  b. Sekolah berfokus pada upaya mencegah masalah yang muncul, dalam makna ada komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.

  c. Sekolah memiliki investasi pada sumber dayanya.

  d. Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik ditingkat pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administratif.

  e. Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebgaai instrumen untuk berbuat benar pada peristiwa atau kejadian berikutnya. f. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas.

  g. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.

  h. Sekolah mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas, mampu menciptakan kualitas, dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas. i. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kejelasan arah kerja secara vertikal dan horizontal. j. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang dicapai sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut. k. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.

  Manajemen kurikulum merupakan upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. dengan adanya pengelolaan kurikulum yang baik mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi maka tujuan pembelajaran terlaksana secara berhasil guna dan berdaya guna dalam dunia pendidikan. Semakin baik sebuah kurikulum dirancang maka akan semakin baik pula hasil yang diperoleh.

C. PENELITIAN TERDAHULU

  Berdasarkan hasil pencarian terhadap penelitian terdahulu, maka ditemukan ada tiga penelitian terdahulu yang serupa, yaitu:

  1. Manajemen Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Output Di SMA Islam Darul Ulum Cipaki Kab Cilacap 2014/2015. Peneliti Siti Maunah (1106010017 ) dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan manajemen sekolah di SMA Islam Darul Ulum Cipari terbukti berhasil meningkatkan hasil nilai belajar siswa dalam ujian akhirtahun, tahun pelajaran 2014/2015 dari tahun-tahun sebelumnya. Disamping itu juga berhasil mencapai target sebagai sekoloah dengan peringkat 1 untuk sekolah negeri dan swasta se- Kecamatan Cipari dedngan hasil 100% lulus.

  Perbedaan peneliti terdahulu dengan peneliti yang akan peneliti lakukan adalah pada variabel penelitian dan fokus penilitan. Variabel penelitian terdahulu adalah Manajemen sekolah dan kualitas output sedangkan variabel penelitian ini adalah manajemen kurikulum dan kualitas pendidikan. Kemudian fokus penelitian terdahulu lebih luas yaitu tentang manajemen sekolah sedangkan dalam penelitian ini lebih terfokus pada manajemen kurikulum.

  2. Manajemen Kesiswaan dalam Upaya Peningkatan mutu output sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga 2014/2015. Peneliti Saras Pangestika (1106010001) dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga bisa dikatakan berjalan dengan baik yaitu dengan adanya dampak positif pada input siswa yang mengalami kenaikan selama 3 tahun terakhir dan adanya perolehan prestasi yang signifikan dibanding akademik maupun non akademik. mulai dari tahun 2010 yang hanya mendpaat 1 prestasi kemudian bertambah daritahun 2011 mendapat 4 prestasi, lalu bertambah 8 prestasi pada tahun 2012. Setelah itu disusul dengan 15 prestasi di tahun 2014 dan pada tahun 2014 mendapat 27 prestasi.

  Perbedaan peneliti terdahulu dengan peneliti yang akan peneliti lakukan adalah pada variabel penelitian dan fokus penilitan. Pada penelitian yang dilakukan lokasi penelitian dilakukan di SD IT Harapan Umat Purbalingga. Variabel penelitian terdahulu adalah Manajemen kesiswaan dan mutu output sedangkan variabel penelitian ini adalah manajemen kurikulum dan kualitas pendidikan. Kemudian fokus penelitian terdahulu yaitu fokus tentang kesiswaan sedangkan dalam penelitian ini lebih fokus pada manajemen kurikulum.

  3. Problematika Manajemen Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Solusinya di SMP Islam Hidayatullah Semarang. Peneliti Patumi (063311016) dari Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan SMP Islam Hidayaullah Semarang melaksanakan manajemen kurikulum PAI dengan problematika sebagai berikut. 1) Kegiatan Insidental, 2) Penyusunan anggaran kurikulum kurang tepat, 3) Kurang adanya keterpaduan kompetensi keagaman guru, 4) Latar belakang peserta didik yang berbeda, 5) Perbedaan pengetahuan keagamaan, perbedaan pemahaman tentang pendidikan Islam yang tidak searah Sedangkan solusi untuk mengatasi problematika manajemen kurikulum PAI adalah sebagai berikut. 1) Menerapkan perencanaan strategis, 2) Memperkecil tingkat kesalahan penyusunan anggaran, berfikir kreatif, dinamis dan selaras dengan kebutuhan perkembangan masyarakat, 3) Menyeragamkan kompetensi keagamaan pendidik, 4) Mengkaji kemampuan awal peserta didik, 5) Menerapkan manajemen konflik.

  Perbedaan peneliti terdahulu dengan peneliti yang akan peneliti lakukan adalah pada variabel penelitian, fokus penilitan dan analisis data.

  Variabel penelitian terdahulu adalah Problematika Manajemen kurikulum dan solusinya, sedangkan variabel penelitian ini adalah manajemen kurikulum dan kualitas pendidikan. Kemudian fokus penelitian terdahulu lebih kepada problematika dalam pelaksanaan manajemen kurikulum, sedangkam fokus penelitian ini lebih kepada tahapan pelaksanaan Manajemen Kurikulum. Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif analitik, sdangkan penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif.