BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sekolah 1. Pengertian Manajemen - YANUAR A. BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sekolah 1. Pengertian Manajemen Organisasi atau lembaga pendidikan baik formal maupun non formal

  sangat membutuhkan pengelolaan atau manajemen. Terry dan Leslie (2009: 1) mengatakan bahwa manajemen adalah suatu proses kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok individu ke arah tujuan organisasional atau maksud yang nyata. Fattah (2011: 1) mengatakan bahwa manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Muhaimin, dkk (2011: 4) mengatakan bahwa manajemen pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan serangkaian proses pengelolaan berbagai komponen yang ada di dalamnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang manajemen, seperti yang dikatakan Terry dan Leslie (Kompri, 2014: 3) mengatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang khas terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber lainnya. Rohiat (2010: 2) yang mengatakan bahwa dalam

  7 proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian

  (organizing) , pemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).

  Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep manajemen adalah menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian menjadi suatu rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh. Proses pengambilan keputusan melibatkan pendayagunaan segala sumber daya secara

  

efisien disertai cara penetapan dan cara pelaksanaan oleh seluruh jajaran

  dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen dalam perencanaan perlu untuk melaksanakan analisis SWOT, yaitu Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), Threats (tantangan).

2. Pengertian Manajemen Sekolah

  Manajemen dapat dilakukan oleh setiap organisasi diberbagai bidang, termasuk sekolah. Sagala (2011: 55) mengatakan bahwa manajemen sekolah adalah proses dan instansi yang memimpin dan membimbing penyelenggaraan pekerjaan sekolah sebagai suatu organisasi dan mewujudkan tujuan pendidikan dan tujuan sekolah yang telah ditetapkan.

  Manajemen sekolah merupakan suatu proses. Rohiat (2010: 14) mengemukakan bahwa manajemen sekolah adalah melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah atau organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin, dan pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses.

  Pengelolaan manajemen dilakukan untuk mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki secara terintegrasi dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan sekolah. Pengelolaan dilakukan oleh Kepala Sekolah (KS) dengan kewenangan sebagai manajer sekolah melalui komando atau keputusan yang telah ditetapkan dengan mengarahkan sumberdaya untuk mencapai tujuan. Rohiat (2010: 14) mengatakan bahwa manajer mengaturnya melalui proses dari urutan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian).

  Manajemen sekolah diartikan sebagai proses pendayagunaan sumber daya sekolah. Pendayagunaan sumber daya tersebut melalui kegiatan fungsi- fungsi manajemen. Fungsi tersebut diantaranya adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian secara lebih efektif dan efisien dengan segala aspeknya menggunakan semua potensi yang tersedia agar tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien serta produktivitas sekolah yang bermutu.

  Terdapat beberapa langkah pelaksanaan manajemen peningkatan mutu sekolah. Sagala (2011: 55-56) menjelaskan bahwa setiap sekolah melaksanakan manajemen peningkatan mutu dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Merumuskan visi, misi, tujuan dan target peningkatan mutu secara berkelanjutan; b. Menyusun perencanaan sekolah mengunakan model perencanaan strategik; c. Melaksanakan program sekolah sesuai formulasi perencanaan;

  d. Melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap program kerja yang dilaksanakan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas serta kualitas penyelenggaraan program sekolah;

  e. Menyusun laporan kemajuan sekolah dan melaporkannya kepada orang tua siswa kemajuan hasil belajar anak-anaknya di sekolah, melaporkan kemajuan sekolah kepada masyarakat dan

  stakeholders sekolah serta pemerintah daerah;

  f. Merumuskan program baru sebagai hasil evaluasi program sekolah dan kelanjutan dari program yang telah dilaksanakan menggunakan perencanaan strategik sekolah. Langkah yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan manajemen peningkatan mutu harus melalui tahapan-tahapan.

  Tahapan manejemen dimulai dari proses merumuskan rencana dan tujuan, pengunaan strategi yang tepat, pelaksanaan dan pelaporan serta ditutup dengan menentukan langkah baru untuk meningkatkan mutu yang lebih baik. Langkah ini penting untuk mengukur pencapaian tujuan dan kualitas sekolah.

3. Manajemen Sekolah Dasar

  Sekolah dasar (SD) tidak ubahnya sebagai institusi atau lembaga yang mengemban misi tertentu. Misi yang diemban yaitu melakukan proses edukasi, proses sosialisasi, dan proses transformasi peserta didik dalam rangka mengantarkan peserta didik menuju pendidikan yang selanjutnya.

  Sekolah dasar membutuhkan manajemen yang baik untuk mencapai tujuannya. Bafadal (2006: 55) mengungkapkan bahwa manajemen SD pada dasarnya merupakan penerapan manajemen sekolah di SD. Manajemen SD merupakan proses, dalam arti serangkaian kegiatan yang diupayakan oleh KS bagi kepentingan sekolahnya. Marini (2014: 3) mengatakan bahwa manajemen SD merupakan kegiatan mengelola atau mengatur SD. Manajemen SD berarti penggunaan orang-orang dan sumber daya yang lain untuk mencapai tujuan sekolah dasar tersebut.

  Manajemen SD dalam pelaksanaannya memiliki tujuan. Tujuan manajemen SD dijelaskan oleh Bafadal (2006: 56) bahwa tujuan manajemen sekolah adalah sebagai berikut:

  “Tujuan institusional sekolah dasar, yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Dengan manajemen sekolah dasar yang baik, tujuan tersebut diharapkan dicapai secara efektif dan ef isien”. Manajemen SD memiliki kegiatan-kegiatan yang dijalankan dalam proses manajemen. Bafadal (2006: 58) menjabarkan kegiatan manajemen sekolah dasar meliputi:

  a. Manajemen pembelajaran

  b. Manajemen peserta didik

  c. Manajemen kepegawaian

  d. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan

  e. Manajemen keuangan

  f. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat g. Manajemen layanan khusus. Manajemen SD pada hakikatnya merupakan segala proses pedayagunaan semua komponen. Pendayagunaan komponen manajemen SD meliputi komponen manusia maupun komponen bukan manusia yang dimiliki sekolah dalam rangka mencapai tujuan secara efisien.

4. Komponen-Komponen dalam Manajemen Sekolah

  Manajemen sekolah didalamnya terdapat komponen-komponen yang mendukung dalam proses pelaksanaannya. Suryosubroto (2010: 32-163) menjabarkan komponen-komponen dalam manajemen sekolah antara lain sebagai berikut: a. Manajemen Kurikulum

  Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh seluruh peserta didiknya, baik dilakukan di dalam sekolah maupun diluar sekolah. Pengalaman peserta didik di sekolah dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan pendidikan antara lain: mengikuti pelajaran di kelas, praktik keterampilan, latihan-latihan olahraga dan kesenian dan kegiatan karya wisata atau praktik dalam laboratorium di sekolah.

  Manajemen kurikulum di dalamnya terdapat kegiatan yang dititik beratkan kepada kelancaran pembinaan situasi belajar mengajar.

  Kegiatan manajemen dititikberatkan pada usaha pembinaan situasi belajar di sekolah agar selalu terjamin kelancarannya. Kegiatan manajemen kurikulum yang terpenting menurut Suryosubroto (2010: 42-44) dibagi menjadi dua kegiatan yaitu sebagai berikut:

  1) Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru

  a) Pembagian tugas mengajar

  b) Pembagian tugas/ tanggung jawab dalam membina ekstrakulikuler c) Koordinasi penyusunan persiapan mengajar

  2) Kegiatan yang berhubungan dengan proses pelaksanaan belajar mengajar a) Penyusunan jadwal pelajaran.

  b) Penyusunan program (rencana) berdasarkan satuan waktu tertentu (caturwulan, semesteran, tahunan).

  c) Pengisian daftar kemajuan peserta didik.

  d) Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar.

  e) Laporan hasil evaluasi.

  f) Kegiatan bimbingan penyuluhan. Kegiatan manajemen kurikulum melibatkan semua komponen mulai dari tugas pendidik hingga proses pelaksanaan pembelajaran di kelas.

  Hal tersebut dimaksudkan agar pelaksanaan kurikulum dapat berjalan sesuai dengan arah yang ditentukan.

  b. Manajemen Personal Sekolah Personal dalam sekolah disebut dengan pegawai. Personal di sekolah meliputi unsur guru dan karyawan. Secara terperinci dapat disebutkan keseluruhan personal sekolah adalah KS, guru, pegawai tata usaha dan pesuruh atau penjaga sekolah.

  Kepala sekolah (KS) harus mampu menjadi manajer yang efisien dan pemimpin yang efektif. KS harus mencerminkan tampilan sebagai kekepalasekolahanan sejati, yaitu memiliki kemampuan manajemen dan dapat menampilkan sikap dan sifat sebagai KS. Istilah kekepalasekolahan bermakna segala yang berkaitan dengan tugas dan fungsi KS. Danim (2009: 12-13) menyebutkan bahwa fungsi organik manajemen merupakan roda gigi dalam menjalankan fungsi substansif, interaksi sinergis keduanya melahirkan sosok perilaku kekepalasekolahan ideal, yaitu mampu membawa organisasi sekolah untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

  Kinerja KS dalam kaitannya dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh KS dalam mengimplementasikan MBS di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Mulyasa (2011: 126) menjelaskan kepemimpinan KS yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria sebagai berikut:

  1) Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif. 2) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 3) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan masyarakat secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan. 4) Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah. 5) Bekerja dengan tim manajemen. 6) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

  Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria untuk menjadi KS yang efektif harus mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Pelaksanaan tugas KS yaitu dengan memberdayakan semua sumber daya yang ada dan berhasil mewujudkan tujuan sekolah yang telah ditetapkan sebelumnya.

  c. Manajemen Tatalaksana Sekolah Prinsip dalam manajemen tatalaksana sekolah adalah bertanggung jawab mengurusi semua kegiatan yang berlangsung di dalam sekolah.

  Beberapa tatalaksana sekolah (ketatausahaan sekolah) yang terpenting menurut Suryosubroto (2010: 104-111) adalah: 1) Surat dinas dan buku agenda 2) Buku ekspedisi (bukti surat yang dikirim sudah sampai kepada alamat atau orang yang diberi tanggung jawab) 3) Buku catatan rapat sekolah (notulen) 4) Buku pengumuman 5) Pemeliharaan gedung (bangunan sekolah) 6) Pemeliharaan halaman sekolah

  7) Pemeliharaan perlengkapan sekolah 8) Kegiatan manajemen yang didindingkan. Manajemen tatalaksana sekolah harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar dapat menciptakan sekolah yang memiliki pola manajemen kegiatan yang tersusun dengan rapi. Kegiatan yang tersusun dan terencana dengan baik akan berdampak pada peningkatan menuju sekolah yang efektif.

  d. Manajemen Sarana Pendidikan Sarana prasarana merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan pendidikan. Suharsimi dalam Suryosubroto

  (2010: 114) mengatakan bahwa yang termasuk prasarana pendidikan adalah bangunan sekolah dan alat perabot sekolah. Prasarana pendidikan ini juga berperan dalam proses belajar mengajar walaupun secara tidak langsung. Garis besarnya manajemen sarana dan prasarana meliputi lima hal yaitu: penentuan kebutuhan, proses pengadaan, pemakaian, pencatatan atau pengurusan, dan pertanggungjawaban.

  e. Manajemen Keuangan Sekolah Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Manajemen keuangan sekolah akan sangat terasa apabila diterapkan pada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Manajemen keuangan dalam MBS menuntut kemampuan sekolah untuk dapat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2011: 47).

  Persoalan yang menyangkut keuangan sekolah pada garis besarnya berkisar pada: uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), uang kesejahteraan personel dan gaji serta keuangan yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan sekolah seperti perbaikan sarana dan sebagainya.

  f. Organisasi Sekolah (Lembaga Pendidikan Formal) Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuan dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan, fungsi, dan wewenang yang telah ditentukan. Suryosubroto (2010: 139-140) mengatakan bahwa melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui tugas dan wewenang KS, tugas guru, tugas karyawan sekolah (pegawai tata usaha).

  g. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (Kegiatan Humas) Hubungan sekolah dengan masyarakat menjadi sangat perlu untuk menunjang peningkatan mutu dan prestasi sekolah. Purwanto (2010: 12) mengatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat mencakup hubungan sekolah dengan sekolah-sekolah lain, hubungan sekolah dengan pemerintah setempat, hubungan sekolah dengan instansi-instansi dan hubungan sekolah dengan masyarakat pada umumnya. Selanjutnya diuraikan bahwa hendaknya semua hubungan itu merupakan hubungan kerja sama yang bersifat pedagogis, sosiologis dan produktif yang dapat mendatangkan keuntungan dan perbaikan serta kemajuan bagi kedua belah pihak.

  Fungsi pokok hubungan sekolah dengan masyarakat adalah menarik simpati masyarakat umumnya serta publik khususnya. Fungsi tersebut membantu sekolah mensukseskan program-programnya sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat diantaranya adalah mengatur, memelihara, mengembangkan serta memberi pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah melalui berbagai bentuk komuikasi.

  Hubungan sekolah dengan dengan masyarakat juga memiliki tujuan. Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat ditinjau dari kepentingan sekolah. Sianipar dalam Purwanto (2010: 189-190) mengatakan bahwa pengembangan penyelenggaraan hubungan sekolah dan masyarakat bertujuan untuk: a) Memelihara kelangsungan hidup sekolah.

  b) Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan.

  c) Memperlancar proses belajar mengajar.

  d) Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah. Hubungan sekolah dengan masyarakat yang baik dapat menjadi sebuah dukungan atas penyelenggaraan pendidikan. Dukungan dari masyarakat diharapkan mampu untuk mencapai tujuan sekolah yang telah direncanakan. Oleh karena itu, sekolah dan masyarakat harus membangun kerjasama yang baik agar tercapai sekolah yang bermutu. h. Manajemen Peserta Didik Peserta didik merupakan salah satu komponen dalam proses manajemen sekolah. Arikunto (1986: 11) menjelaskan devinisi peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan. Arti peserta didik yang lebih khusus dijelaskan dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Penjelasan tentang arti peserta didik di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang terdaftar dalam suatu proses pembelajaran tertentu.

  Manajemen peserta didik memiliki arti yaitu pengelolaan peserta didik di dalam proses pendidikan di sekolah. Pengelolaan peserta didik tersebut dimaksudkan agar tercapainya kompetensi peserta didik secara maksimal.

5. Fungsi Manajemen

  Manajemen berlangsung dalam suatu proses berkesinambungan secara sistemik, yang meliputi pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, staffing (penyusunan personalia), pengarahan dan kontrol. Proses yang berkesinambungan dan yang memiliki fungsi dijelaskan oleh Hamalik (2010: 32) bahwa masing-masing fungsi manajemen tersebut mencakup beberapa sub fungsi yang bekerja secara bergiliran. Manajemen sekolah yang terdiri dari beberapa sub fungsi yang bekerja secara bergiliran mempunyai karakteristik tersendiri sebagai bagian dari fungsi manajemen.

  Rohiat (2010: 14) menjelaskan bahwa fungsi manajemen sebagai suatu karakteristik dari pendidikan muncul dari kebutuhan untuk memberikan arah pada perkembangan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam operasional sekolah.

  Terdapat beberapa fungsi dalam manajemen sekolah. Sagala (2011: 56) menjabarkan fungsi manajemen sekolah dapat diuraikan sebagai berikut: a. Fungsi perencanaan

  Perencanaan mengutamakan kontinuitas program sebagai lanjutan bagi terciptanya stabilitas kegiatan belajar mengajar di sekolah.

  Perencanaan adalah proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan dilakukan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Proses perencanaan dilaksanakan secara kolaboratif atau kerja sama, yaitu dengan mengikutsertakan personal sekolah dalam semua tahap perencanaan.

  b. Fungsi pengorganisasian Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah perusahaan, sekolah, perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara para anggota sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.

  Istilah organisasi dalam menjalankannya dapat disebut sebagai pengorganisasian, Sagala (2011: 58) menjelaskan bahwa pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerjasama sekolah. Tugas-tugas tersebut demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing unit organisasi.

  c. Fungsi penggerakan (Actuating) Salah satu fungsi manajemen ialah fungsi penggerakan.

  Menggerakkan (actuating) diungkapkan oleh Terry (1977) dalam Sagala (2011: 59) yang berarti merangsang anggota kelompok melaksanakan tugasnya dengan antusias dan kemauan yang baik. Tugas menggerakkan dilakukan oleh pemimpin. Oleh karena itu kepemimpinan KS mempunyai peran yang sangat penting dalam menggerakkan personal sekolah melaksanakan program kerjanya. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menggerakkan adalah tugas pemimpin, pemimpin memiliki kemampuan untuk membujuk orang-orang mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh semangat.

  d. Fungsi pengoordinasian Fungsi manajemen selanjutnya adalah pengoordinasian. Sagala

  (2011: 61) berpendapat bahwa koordinasi dalam operasionalnya mengerjakan unit-unit, orang-orang, lalu lintas informasi, dan pengawasan selektif mungkin, semuanya harus seimbang dan selaras dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sergiovani (1987) dalam Sagala (2011: 61) mengemukakan bahwa organisasi yang baik memberikan susunan administratif, aturan, mekanisme pengkoordinasian yang dibutuhkan untuk memudahkan menjalankan aktivitas organisasi secara maksimal.

  Pengoordinasian mutlak diperlukan dalam organisasi pendidikan khususnya sekolah. Pengoordinasian dalam organisasi sekolah menurut Sagala (2011: 62) terdapat pembagian kerja yang amat substansi yaitu pekerjaan mendidik, pekerjaan manajemen sekolah dan manajemen pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai mutu yang dipersyaratkan.

  e. Fungsi pengarahan Guru, tenaga kependidikan, dan karyawan sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya membutuhkan informasi dan arah yang jelas. Personel sekolah membutuhkan pengarahan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Sagala (2011: 64) dalam bukunya mengatakan bahwa pengarahan (directing) dilakukan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan. Terry (2009: 181) mengatakan bahwa “directing” pengarahan adalah mengintegrasikan usaha anggota suatu kelompok, sehingga dengan selesainya tugas yang diserahkan kepada personal untuk memenuhi tujuan individual dan kelompok.

  Pengarahan dilakukan oleh individu yang memiliki jiwa kepemimpinan. Pengarahan dalam manajemen sekolah dilakukan oleh KS.

  Pengarahanan oleh individu yang mempunyai kepemimpinan diharapkan dapat mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan. Kerjasama memerlukan proses pemantauan (monitoring), yaitu suatu kegiatan mengumpulkan data dalam usaha mengetahui kegiatan sekolah telah mencapai tujuannya atau tidak, dan kendala yang ditemui dalam pelaksanaannya. Hasil pemantauan itu menjadi penjelas bagi KS dalam memberi arahan dan menyampaikan informasi penting meningkatkan kinerja sekolah. Pemantauan dalam manajemen yang dilakukan oleh KS sangat penting untuk dilakukan karena diharapkan dapat meningkatkan mutu dan prestasi sekolah tersebut.

  f. Fungsi pengawasan Pengawasan dapat dilakukan sebagai proses untuk meninjau secara langsung dari sebuah kegiatan yang dilakukan. Sutisna (1983) dalam

  Sagala (2011: 65) mengatakan bahwa mengawasi adalah proses administrasi melihat yang terjadi di lapangan sesuai dengan yang seharusnya terjadi atau tidak, jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya.

  Pengawasan dalam proses manajemen menjadi sangat perlu untuk dilakukan. Sagala (2011: 65) mengatakan bahwa pengawasan diartikan sebagai salah satu kegiatan mengetahui realisasi perilaku personal sekolah dan tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai yang dikehendaki atau tidak, kemudian dari hasil pengawasan akan dilakukan perbaikan. Pengawasan meliputi pemeriksaan semua berjalan sesuai rencana yang dibuat atau tidak, instruksi-instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang ditetapkan.

B. Mutu Pendidikan

  Mutu pendidikan harus terus ditingkatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman. Sallis (2015: 23) mengatakan bahwa mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri. Karwati (2013: 15) menjelaskan pengertian mutu adalah berkaitan dengan baik buruknya suatu benda, kadar, atau derajat. Mutu pendidikan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1 dalam Karwati (2013: 17) adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional. Kualitas atau mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat.

  Mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting bagi setiap institusi. Mutu bagi dunia pendidikan, khususnya sekolah merupakan hal yang sangat penting. Mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan sebaliknya. Mulyasana (2012: 98) mengatakan bahwa baik buruk atau berkualitas tidaknya pendidikan akan banyak dipengaruhi oleh sistem tata kelola. Tata kelola pendidikan sangat mempengaruhi baik buruk atau berkualitas tidaknya pendidikan.

  Sallis (2015: 24) mengatakan mutu dalam pendidikan yang pada akhirnya merupakan hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan.

  Kesuksesan mutu dalam pendidikan dapat dilihat dari ketercapaian hasil pendidikan yang berkualitas. Mulyasana (2012: 120) mengatakan sebagai berikut:

  “Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan cara membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidak mampuan, ketidak berdayaan, ketidak benaran, ketidak jujuran, dan dari buruknya akhlak dan keimanan”. Kesuksesan dan kegagalan peningkatan mutu menjadi tantangan tersendiri bagi setiap sekolah. Komariah (2008: 29) dalam bukunya mengatakan bahwa mutu sudah menjadi keharusan yang tidak terbantahkan

  • – dan merupakan konsep yang paling manjur menjawab berbagai tantangan tantangan yang semakin kompleks. Mutu menjadi indikator penting bagi efektivitas sekolah.

  Mutu sebagai indikator didalamnya terdapat berbagai sumber. Sallis (2015: 24) menjelaskan tentang sumber mutu dalam pendidikan sebagai berikut:

  “Sesungguhnya ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misal sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialis atau kejujuran, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi tergolong mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar dan anak didik, kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor- faktor tersebut”. Sumber mutu harus terus ditingkatkan pelayanannya dalam dunia pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan yang paling utama dilakukan oleh

  KS sebagai pemimpin. Peningkatan mutu juga harus didukung oleh semua pihak yang terkait. Peningkatan mutu melalui kerja sama juga dijelaskan oleh Sallis (2015: 162) yang mengatakan bahwa peningkatan mutu adalah sebuah kerja keras, dan mendapatkan dukungan semua pihak adalah pendekatan terbaik dalam menangani hal tersebut.

  Mencapai lembaga pendidikan yang bermutu, maka lembaga pendidikan perlu memiliki pengelolaan administrasi pendidikan yang baik.

  Aktivitas pengelolaan administrasi tersebut menyangkut segenap kegiatan penataan atau pengaturan untuk menjalin kerjasama sekelompok individu untuk mencapai tujuan seperti guru dan karyawan. Upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan adalah menentukan standar. Standar pendidikan Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah. Standar Nasional Pendidikan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  Standar Nasional Pendidikan menurut peraturan pemerintah 19/2005 dalam Mulyasana (2012: 147) antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut: a. standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; b. standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu;

  c. standar proses adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan;

  d. standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan;

  e. standar sarana dan prasarana adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan tekhnologi informasi dan komunikasi; f. standar pengelolaan adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/ kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan;

  g. standar pembiayaan adalah standar yang mengukur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun;

  h. standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. Standar pendidikan dalam proses pelaksanaannya memiliki tujuan untuk dapat memberikan sumbangsih dalam pelayanan pendidikan khususnya sekolah berkualitas. Sekolah dapat dikatakan berkualitas disampaikan oleh Sagala (2011: 170) apabila prestasi sekolah menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam prestasi akademik, memiliki nilai-nilai kejujuran, dan memiliki tanggung jawab yang tinggi. Peningkatan kualitas sekolah juga dibarengi dengan usaha yang dilakukan. Upaya meningkatkan kualitas juga dapat dikatakan sebagai usaha sadar dari sekolah untuk melakukan perubahan dari yang rendah menuju perubahan kualitas yang lebih tinggi sesuai dengan standar atau sesuai dengan tujuan yang telah dietapkan dan diinginkan sekolah.

  1. Mutu Sekolah

  Mutu adalah perubahan. Sebagai bentuk perubahan, mutu harus terus diperbaiki melalui program yang berkelanjutan. Fattah (2013: 119) mengatakan mutu berkelanjutan adalah sebagai berikut:

  “Bahwa melalui pendekatan perbaikan mutu berkelanjutan, diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya mutu pendidikan yang tidak hanya mengandalkan pendekatan yang bersifat konvensional, melainkan dibutuhkan suatu pendekatan dalam rangka optimalisasi sumber daya dan sumber dana”. Mutu sekolah pada dasarnya merupakan suatu komponen yang terpadu dari mutu pendidikan. Mutu sekolah lebih mengkhususkan pada pengembangan dan peningkatan mutu di lingkungan sekolah. Karwati (2013: 53) mengatakan bahwa peningkatan mutu sekolah melalui manajemen mutu adalah proses pengkoordinasian sumber daya yang ada di sekolah melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Peningkatan mutu sekolah yang diharapkan, baik dari proses yang ingin dilaksanakan di sekolah maupun dari ukuran atau karakteristik lulusan yang ingin dicapai oleh sekolah.

  2. Mutu Sekolah Dasar

  Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting keberadaannya, sebab pendidikan di sekolah dasar merupakan pendidikan yang paling penting keberadaannya. Oleh karena itu, keberadaan sekolah dasar di Indonesia harus bermutu, yaitu baik dan berwawasan keunggulan.

  Sekolah dasar membutuhkan manajemen yang baik untuk dapat meningkatkan mutu pendidikannya. Bafadal (2006: 35) mengatakan bahwa pada prinsipnya, sekolah dasar sebagai satuan pendidikan tidak akan menjadi bermutu baik atau unggul dengan sendirinya, melainkan melalui upaya peningkatan mutu pendidikannya.

  Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar hanya akan terjadi secara efektif apabila dikelola melalui manajemen yang tepat.

  Bafadal (2006: 35) menjelaskan selama ini peningkatan mutu pendidikan cenderung melalui manajemen yang sentralistik. Program peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar ditetapkan dan diupayakan secara sentralistik oleh pemerintah pusat. Peningkatan mutu pendidikan dasar sementara ini kurang memperhatikan kondisi, atau tidak berbasis sekolah.

  Peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar harus terus dilakukan untuk dapat menciptakan sekolah yang bermutu. Bafadal (2006: 36) mengatakan bahwa peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar akan terjadi bilamana ada kemauan dan prakarsa dari bawah, KS, guru kelas, orang tua peserta didik, komite sekolah, berkemauan dan bekerja keras berupaya mengemban program-program peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya.

3. Indikator Mutu sekolah

  Mutu sekolah memiliki indikator dalam menentukan keberhasilannya. Karwati (2013: 56) mutu sekolah memperngaruhi pengetahuan peserta didik melalui pelatihan dan talenta dari tenaga guru, apakah berlangsung di dalam ruang kelas, serta seluruh budaya dan atmosfir sekolah (Daniel P. Mayer., et al., 2000) National Center for

  

Education Statistic (NCES) USA. Ketiga bidang ini, ada 13 indikator mutu

  sekolah yang berkaitan dengan pengetahuan peserta didik. Indikator tersebut tersebut terbagi dalam 3 kelompok yaitu konteks sekolah, guru, dan kelas. 13 indikator tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

  

GURU

SEKOLAH KELAS

  1.Kepemimpinan

  1. Kemampuan

  1. Isi Sekolah Akademik Kurikulum

  2.Tujuan Sekolah Guru

  2. Pedagogi

  3.Komunitas

  2. Penugasan

  3. Teknologi Pendidik dan Mengajar

  4. Ukuran Kelas

  3. Pengalaman Tenaga

  Guru Kependidikan

  4.Kedisiplinan

  4. Pengembangan

  5.Lingkungan Profesi Akademik

  

Pembelajaran

Peserta Didik

Gambar 2.1 Indikator Mutu Sekolah

  Berdasarkan gambar indikator mutu sekolah di atas, selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Sekolah Konsep ini meliputi cara pendekatan sekolah terhadap kepemimpinan pendidikan dan sasaran sekolah, pengembangan komunitas professional, dan penciptaan suatu iklim yang meminimalisasi masalah kedisiplinan serta memotivasi keunggulan akademik yang memengaruhi mutu sekolah dan pengetahuan peserta didik.

  b. Guru Mutu sekolah meningkat ketika guru memiliki keterampilan akademik yang tinggi, mengajar sesuai bidangnya seperti guru tersebut dilatih, dan teribat dalam program induksi yang bermutu tinggi serta pengembangan professional.

  c. Ruang Kelas Untuk memahami keefektifan ruang kelas, maka diperlukan pemahaman tetang isi kurikulum, pedagogi, materi pelajaran, dan peralatan sekolah yang digunakan.

  Selain indikator mutu yang telah disebutkan, masih terdapat beberapa indikator mutu sekolah lainnya. Matthew, dkk dalam Karwati (2013: 57) memberikan indikator mutu sekolah yang dikenal dengan ISQ (Indicator of School Quality) yaitu sebagai berikut:

  1) Dukungan orang tua (Parent Support); 2) Kinerja Pendidik (Teacher Excellence); 3) Komitmen Peserta Didik (Student Commitment); 4) Kepemimpinan Sekolah (School Leadership); 5) Mutu Pembelajaran (Instructional Quality); 6) Manajemen Sumber Daya (Resource Management); 7) Kenyamanan Sekolah (School Safety).

  Indikator mutu sekolah dapat menjadi petunjuk atau sebagai keterangan untuk mengukur ketercapaian mutu sekolah. Oleh karena itu perlu adanya komitmen yang tinggi dan dukungan oleh berbagai pihak yang terkait terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

4. Strategi Peningkatan Mutu Sekolah

  Sekolah perlu untuk melakukan perubahan mutu dan kualitas sekolah. Perubahan mutu sekolah harus melalui strategi dan pola-pola yang benar. Mulyasana (2012: 123) mengatakan bahwa untuk mendukung tercapainya pola penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, pimpinan lembaga pendidikan mesti melakukan langkah-langkah yang lebih efektif, efisien, dan produktif. Karwati (2013: 59) mengatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan mutu proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.

  Mencapai target menjadi sekolah yang bermutu perlu adanya strategi yang melibatkan seluruh sumber daya yang terdapat di sekolah.

  Danim dalam Karwati (2013: 61) menyarankan untuk meningkatkan mutu sekolah dapat dilakukan dengan melibatkan lima faktor yang dominan, yaitu:

  1. Kepemimpinan Kepala Sekolah (KS) KS harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan layanan yang optimal, dan disiplin kerja yang kuat. Mulyasa (2011: 98-120) mengatakan bahwa dinas pendidikan telah menetapkan bahwa KS harus mampu melaksanakan pekerjaannya antara lain sebagai: a. KS sebagai Educator (Pendidik)

  KS dalam menjalankan fungsinya sebagai educator, dalam hal ini berarti KS memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Iklim sekolah yang kondusif dapat diciptakan dengan memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi (acceleration) bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.

  b. KS sebagai Manajer KS juga melakukan fungsinya sebagai manajer. Fungsi sebagai manajer berarti KS harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

  c. KS sebagai Administrator

  KS sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, KS harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah.

  d. KS Sebagai Supervisor KS sebagai supervisor maka KS harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya. KS sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan. e. KS sebagai Leader Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

  f. KS sebagai Innovator KS melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator.

  Sebagai innovator KS harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

  g. KS sebagai Motivator KS sebagai motivator harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).

  Meningkatkan mutu di SD membutuhkan KS yang dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Tidak hanya sekedar melakukan pekerjaan tetapi juga dilandasi dengan rasa tanggung jawab.

  KS harus dapat memahami semua pekerjaannya. Tidak sekedar memahami, yang terpenting adalah KS mampu mengamalkan dan menjadikan hal tersebut dalam bentuk tindakan nyata di sekolah dengan penuh tanggung jawab. Pelaksanaan peran, fungsi dan tugas tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena saling terkait dan mempengaruhi, serta menyatu dalam pribadi seorang KS professional. KS yang demikianlah yang akan mampu mendorong visi menjadi aksi dalam paradigma baru manajemen pendidikan.

  2. Peserta Didik Pend ekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat”, sehingga kompetensi dan kemampuan peserta didik dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada peserta didik.

  3. Guru Perlibatan guru secara maksimal, dengan meningkatkan kompetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, Kelompok Kerja Guru (KKG), lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan di sekolah.

  4. Kurikulum

  Adanya kuriklum yang ajeg atau tetap tetapi dinamis, dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goal (tujuan) dapat dicapai secara maksimal.

  5. Jaringan Kerjasama Jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan atau instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap di dalam dunia kerja.

C. Prestasi Sekolah Dasar

  Prestasi dapat diraih disegala bidang. Prestasi menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008:1213) menjelaskan pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sufyarma (2004: 212) mengatakan bahwa prestasi dimaksudkan sebagai suatu hasil yang dicapai atau perubahan akibat suatu sistem yang diperkenalkan atau yang digunakan.

  Pendapat yang telah disampaikan di atas dapat diketahui bahwa pencapaian suatu hasil yang telah dilakukan disebut sebagai prestasi dan dinilai melalui piala atau penghargaan yang diperoleh.

  Ketercapaian prestasi sekolah merupakan gambaran bahwa proses pendidikan di sekolah sudah berada dalam penyelenggaraan sekolah yang efektif. Makmun dalam Komariah (2008: 8) menegaskan bahwa efektivitas sekolah pada dasarnya menunjukkan tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai (achievement atau observed output) dengan hasil yang diharapkan (objectives, targets, intended output ) seperti yang telah ditetapkan.

  Pencapaian hasil yang diharapkan menunjukkan bahwa proses pendidikan yang dilaksanakan tersebut berkualitas. Komariah (2008: 8) mengatakan bahwa kualitas sekolah dapat diidentifikasi dari banyaknya peserta didik yang memiliki prestasi, baik prestasi akademik maupun prestasi bidang lain, serta lulusannya relevan dengan tujuan. Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi sekolah dapat diidentifikasi melalui banyaknya siswa yang memiliki prestasi baik berupa prestasi akademik maupun non akademik dengan melihat tingkat kesesuaian hasil dengan tujuan yang telah ditetapkan.

  Prestasi yang terdapat di sekolah khususnya sekolah dasar lebih banyak didominasi oleh pencapaian prestasi dari peserta didik. Prestasi peserta didik tinggi, semakin tinggi pula prestasi dari sekolah dasar tersebut. Prestasi sekolah dasar juga dapat ditentukan oleh faktor lain seperti pelaksanaan proses manajemen sekolah dasar dan beberapa komponen yang mendukung lainnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ketercapaian prestasi sekolah dasar dapat ditentukan oleh beberapa komponen yang berperan di dalamnya, seperti prestasi peserta didik dan prestasi manajemen sekolah.