2 1 j MODUL KESEHATAN SEKSUAL PEREMPUAN revisi 31 5 2012 copy

  Cover Alternatif 1

  Cover Alternatif 2

  Cover Alternatif 3

  Cover Alternatif 1 Cover Alternatif 2

  Cover Alternatif 3

  “Pemenuhan Hak, Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan” KESEHATAN SEKSUAL PEREMPUAN K P A OMISI ENANGGULANGAN

  IDS

KESEHATAN SEKSUAL PEREMPUAN

  “Pemenuhan Hak, Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan” Penyusun : Syafirah Hardani (KPAN); Surya Anaya (HCPI-AusAID);

  Marcia Soumokil (Burnet Indonesia); Asti Widihastuti (Burnet Indonesia) Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Cetakan I, 2012 Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

KESEHATAN SEKSUAL PEREMPUAN

  

“Pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan”

Yogyakarta, Penerbit LP3Y Cet. I, 2012; 21 x 29 cm; 88 hlm

  ISBN : 978 - 979 - 787 - 008 - 9 Penerbit : Lembaga Penelitian Pendidikan Penerbitan Yogya Jl. Kaliurang km.13,7 Tegalsari Umbulmartani Ngemplak Sleman Yogyakarta Telp. 0274-896141 Fax. 0274-896016 Email: lp3y@idola.net.id; lp3yogya@gmail.com

  Selama ini banyak yang beranggapan bahwa HIV dan AIDS hanya merupakan bagian dari masalah bidang kesehatan. Pada kenyataanya, penyakit ini terkait dengan faktor sosial budaya, pendidikan, ekonomi, kesejahteraan rakyat dan

  Kata Sambutan

  kesehatan reproduksi. Penanggulangan HIV dan AIDS erat kaitannya dengan upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan reproduksi dan hak

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional serta kewajiban yang menyertainya

  Untuk itu, kami menyambut baik gagasan Ikatan Perempuan Positif Indonesia untuk membuat Modul Kesehatan Seksual Perempuan. Modul ini membantu memberikan gambaran kepada peserta latih untuk memahami kesehatan reproduksi baik laki laki dan perempuan secara menarik dan mudah dipahami.

  Semoga modul ini mampu meningkatkan pengetahuan serta mendukung upaya pemberintah untuk tidak hanya menurunkan angka infeksi HIV, namun juga mendukung tujuan pembangunan millennium lainnya, seperti mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi kematian bayi dan meningkatkan kesehatan Ibu. Kami senantiasa mendukung gagasan-gagasan produktif untuk meningkatkan upaya pencegahan HIV pada semua kalangan. Dengan pemberian informasi yang benar, jauh lebih murah dibanding biaya dan risiko yang ditimbulkan jika sudah terlanjur terinfeksi.

  Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada tim yang telah mendukung penyusunan modul ini. Selamat membaca, semoga bermanfaat!

  Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Sekretaris,

  Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH Apakah yang terlintas dalam alam pikiran orang ketika kata “Sehat” dan “Seksualitas” disebutkan? Dalam banyak pengalaman, sehat hamoir selalu diasosiasikan sebagai keadaan tubuh, mental dan akal yang tidak ada cacat, tidak

  terganggu, atau dalam keadaan baik sehingga orang dapat menjalani hidupnya

Oleh : Husein Muhammad*

  dengan wajar dan normal. Tetapi dewasa ini pengertian sehat seperti ini belum cukup memadai. Sehat, tidak hanya terkait dengan keadaan atau situasi tubuh, mental dan pikiran, melainkan juga berhubungan dengan eksistensinya dalam kehidupan dan relasi social. Tambahan terakhir ini ingin menegaskan bahwa orang yang sehat di samping ia tidak memiliki cacat tubuh dan kondisi mental dan akal yang baik, juga memiliki kemampuan mengaktualisasikan dan mengekspresikan dirinya secara mandiri dalam ruang-ruang kehidupan sebagai manusia yang utuh, tanpa tekanan dan gangguan. Jika ia dihubungkan dengan kata reproduksi, maka ia adalah suatu keadaan fisik, mental/pikiran, serta kelaikan social secara menyeluruh berkenaan dengan system reproduksi berikut fungsi-fungsi dan proses-prosesnya, termasuk haknya untuk merencanakan kehamilan bila dan seberapa sering bereproduksi. Intinya, kesehatan manusia tidak bisa dilepaskan dari hubungannya dengan hak-hak asasinya. Bagaimana dengan seksualitas?. Istilah seksualitas sering kali diberi pengertian yang sederhanya, yakni hanya untuk hal-hal yang mengacu pada aktivitas biologis yang berhubungan dengan organ kelamin baik laki-laki maupun perempuan. Sejatinya, lebih dari sekedar soal hasrat tubuh biologis, seksualitas adalah sebuah konsep tentang eksistensi manusia yang mengandung di dalamnya aspek emosi, cinta, aktualisasi, ekspresi, perspektif dan orientasi atas tubuh yang lain. Dalam konteks ini seksualitas merupakan ruang kebudayaan tempat dimana manusia mengekspresikan dirinya terhadap yang lain secara timbal-balik, dalam pengertiannya yang sangat kompleks. Seksualitas, dengan begitu merupakan konstruksi kebudayaan. Secara essensial, seksualitas adalah sesuatu yang instingtif, naluriah, intrinsik dan fitrah bagi semua jenis kelamin makhluk hidup. Ia bukan hanya milik makhluk jantan/laki-laki, tetapi juga makhluk betina/perempuan. Naluri seksual berakar dalam kimiawi tubuh setiap manusia, tak ada bedanya antara jenis kelamin jantan/laki-laki dan betina/perempuan.

  Seksualitas Perempuan

  Seksualitas adalah sentral dalam diri manusia dan bagian dari eksistensinya, tanpa perbedaan antara laki-laki dan perempuan dan dengan kualitas atau kadar yang relative sama. bahkan dalam banyak kasus hasrat cina dan libido perempuan lebih tinggi. Salah satunya adalah perempuan dalam kisah Nabi Yusuf di dalam kitab suci agama-agama, antara lain al-Qur'an. Para ahli tafsir/sejarah mengidentifikasi perempuan itu sebagai Zulaikha. Al-Qur'an menyebutkan : ”Dan perempuan (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu- pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung”.(Q.S. Yusuf, [12:23). Pada ayat selanjutnya disebutkan : ”Qad Syaghafaha Hubban”. Sungguh, hasrat seksualnya (perempuan itu) kepada dia (Yusuf) begitu mendalam”.

  Meski demikian, dalam fenomena social sepanjang sejarah peradaban manusia, seksualitas perempuan selalu mengalami reduksi makna secara besar-besaran. Seksualitas perempuan ditempatkan dalam posisi yang direndahkan, dikurangi, dan dieksploitasi untuk kesenangan dan dalam dominasi laki-laki. Inilah yang belakangan disebut sebagai wajah dari peradaban patriarkhis yang terus menerus dipertahankan, dengan beragam cara dan mekanisme social, politik, ekonomi, budaya, adat, pikiran agama dan lain-lain.

  Di banyak komunitas dunia, termasuk di dunia muslim, seksualitas perempuan diperbincangkan secara ambigu. Ia bisa dibicarakan dengan penuh apresiasi dan diagungkan tetapi dalam waktu yang sama juga sangat tertutup dan ditabukan. Seksualitas dirayakan dengan kemegahan dan penuh nuansa-nuansa sakralitas. Ini misalnya muncul dalam upacara perkawinan. Perkawinan adalah sebuah mekanisme yang disakralkan untuk wahana kebebasan manusia mengaktualisasikan hasrat-hasrat seksualitasnya. Perempuan dalam upacara ini ditampilkan secara terbuka dan dipersiapkan untuk tampil dengan performance yang begitu elok, penuh pesona dan amat potensial menarik hasrat libido laki-laki. Tetapi begitu upacara selesai dan pada momen yang lain tubuh perempuan dan keelokannya seringkali tak boleh ditampilkan dan diekspresikan di ruang publik, hasrat-hasrat biologisnya dibatasi dan dikendalikan oleh orang lain. Pada ruang domestic (rumah tangga), perempuan acapkali tidak memiliki hak-hak seksualitas atas tubuhnya sendiri. Bahkan bukan hanya bisa menikmati hak-hak seksualitasnya, tetapi banyak sekali anggapan budaya bahwa tubuh perempuan, bukan milik dirinya, melainkan milik laki- laki/suami. Ketika dia telah menikah, tubuh itu milik suaminya. “Swarga nunut, neroko katut” atau “Sumur, Kasur dan Dapur” adalah “kata-kata bijak”, yang menggambarkan status dan posisi perempuan/isteri seperti itu. Dalam konteks UU Perkawinan No. 1/1974, perempuan diposisikan sebagai ibu rumah tangga, dan laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Demikian juga dalam teks-teks keagamaan. Perempuan diposisikan sebagai makhluk kelas dua, bagian subordinat laki-laki.

  Pembagian ruang kerja seperti ini berpotensi melahirkan kondisi dan situasi yang tidak menguntungkan bagi aktualisasi hak-hak seksualitas perempuan dan kerentanan bagi kesehatan reproduksinya. Ia juga menyimpan risiko menciptakan kemiskinan perempuan, kebodohan dan reduksi atas hak-hak asasinya yang lain. Dalam banyak pengalaman perempuan, wilayah domestic atau privat tersebut menjadi arena tersembunyi di mana kekerasan dan diksriminasi berlangsung secara sangat serius dan massif

  Beberapa Isu Krusial

  Isu kesehatan perempuan di Indonesia yang paling memprihatikan sampai saat ini antara lain adalah tentang kematian ibu melahirkan. Fakta-fakta tentang kondisi kesehatan ibu di Indonesia, sebagaimana dilaporkan berbagai institusi Negara dan hasil-hasil penelitian sejumlah pihak yang terkait, memperlihatkan bahwa angka Kematian Ibu di negeri ini masih tertinggi di wilayah Asean sekaligus tertinggi di antara Negara-negara muslim lainnya. Kementerian Kesehatan RI menyebut angka 228 per 100.000 ibu meninggal dunia akibat melahirkan. Hasil-hasil penelitian para ahli kependudukan menyatakan bahwa komplikasi kehamilan dan persalinan benar-benar merupakan pembunuh utama dari kaum wanita usia subur. Data-data menunjukkan bahwa 20 - 45 % dari semua kematian kaum wanita dalam kelompok usia subur (15-49 tahun) di kebanyakan negara berkembang disebabkan oleh penyakit yang ada kaitannya dengan kehamilan. Keadaan ini seharusnya menyadarkan semua pihak untuk memberikan perhatiannya yang serius atas kesehatan perempuan yang sedang hamil. Mereka tidak boleh membiarkan penderitaan itu ditanggung oleh perempuan sendiri.

  Adalah sebuah pandangan yang sangat konyol jika kematian ibu akibat melahirkan tidak menjadi peroalan penting, tidak perlu disesali atau mungkin bahkan disyukuri, dengan argument keagamaan bahwa kematian itu bagian dari kesyahidan (martir/pahlawan) yang akan dipastikan masuk sorga. Pandangan ini sudah harus diluruskan. Pernyataan yang bersumber dari teks keagamaan tersebut benar adanya, tetapi ia harus dipahami sebagai pernyataan post vactum. Yakni sebuah pernyataan yang disampaikan sesudah terjadinya peristiwa kematian tersebut, sebagai bentuk penghargaan Tuhan bagi perjuangan berat perempuan. Dengan kata lain, ia tidak boleh dijadikan alasan untuk pembiaran penderitaan yang mematikan itu dengan harapan adanya jaminan sorga. Saya selalu ingin menyampaikan kata-kata indah dari Syeikh Muhammad al- Ghazali dalam pandangannya mengenai posisi agung seorang ibu. Katanya : “Seorang ibu adalah semilir angin sejuk yang menghembuskan nafas kedamaian dan kasih sayang ke seluruh ruang kehidupan. Dan ia sangat berpengaruh dalam pembentukan manusia yang baik”. Kata-kata di atas sesungguhnya menyimpan pesan keniscayaan penghor- matan yang tinggi kepada seorang ibu, karena peran-peran agungnya dalam kehidupan, jauh melebihi penghormatan kepada ayah, tanpa mendikotomisasikan peran keduanya. Ini sejalan dengan kata-kata Nabi 1 1 Muhammad Syeikh al-Ghazali, As-Sunnah an-Nabawiyyah Baina ahl al-Fiqh wa ahl al-Hadits,

  Dar as-Syuruq, Beirut, 1988, hlm.125 2 Shahih Bukhari dan Muslim 3 Baca; Perempuan dan Hak Kesehatan Reproduksi, YLKI, Forum Kesehatan Perempuan dan Ford Foundation, 2002

  “Siapakah orang yang paling utama mendapat perlakuan yang baik?. Nabi menjawab: “Ibumu”. Sesudah itu?. Nabi mengatakan :”Ibumu”, lalu setelah itu?. Nabi sekali lagi menegaskan:”Ibumu”. Kemudian?. Nabi mengatakan: “ayahmu”.

  Aborsi adalah isu krusial lain yang terus menjadi problem kesehatan yang serius bagi perempuan di Indonesia. Hari ini semakin banyak kita mendengar banyak perempuan di negara ini yang tidak menghendaki kehamilan dan mempunyai anak. Mereka kemudian melakukan aborsi dengan caranya sendiri tanpa mengetahui dampak-dampak negatifnya. Ada banyak faktor yang melatarbelakanginya. Sebagian di antaranya yang sering dikemukakan adalah akibat hubungan seks tanpa nikah dan akibat perkosaan. Sebagian lain adalah karena kegagalan menggunakan alat-alat kontrasepsi. Kasus yang terakhir ini menurut laporan berdasarkan penelitian lapangan justeru merupakan faktor penyebab yang paling banyak dibanding yang pertama (akibat hubungan sex pra nikah dan perkosaan). Dalam kasus ini aborsi banyak dilakukan oleh perempuan yang mempunyai suami. Budi Utomo dkk misalnya menemukan bahwa permintaan aborsi oleh perempuan yang bersuami mencapai angka sangat tinggi ; 95 %. Sisanya diminta oleh mereka yang tidak menikah.

  Banyak temuan lapangan yang menunjukkan bahwa tidak sedikit perem- puan hamil, dikehendaki ataupun tidak melakukan aborsi secara diam- diam, tanpa sepengetahuan dokter ahli dan tanpa mempertimbangkan akibat buruk yang akan muncul dikemudian hari. Inilah yang kemudian disebut sebagai aborsi tidak aman (unsafe abortion). Dalam banyak kasus praktik aborsi tidak aman pada gilirannya seringkali membahayakan keselamatan hidupnya. Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan berlangsung berlarut-larut tanpa ada jalan keluar dan tanpa perlindungan hukumnya. 2 3 Sudah saatnya dipikirkan sebuah kemungkinan dibukanya ruang bagi aborsi aman (safe abortion), dengan sejumlah ketentuan yang diperlukan. Terbukanya ruang aborsi aman ini tidak harus serta merta dicurigai apalagi dituduh sebagai membuka kesempatan bagi berkembangnya praktik- praktik prostitusi. Tidak ada hubungan sebab akibat antara aborsi dengan prostitusi atau perzinahan secara langsung. Perzinahan lebih berkaitan dengan sikap dan komitmen moral seseorang. Pengalaman Turki menunjukkan bahwa legalisasi aborsi aman, disamping mengurangi angka kematian ibu, juga tidak banyak lagi terjadi aborsi. HIV-AIDS adalah problem lain yang semakin mengkhawatirkan terhadap kesehatan manusia. Banyak data kwantitatif yang menyebutkan bahwa jumlah pengidap virus HIV-AIDS di Indonesia semakin hari semakin menunjukkan peningkatan. Dalam banyak pandangan kaum muslimin persoalan HIV-AIDS seringkali dinyatakan sebagai hukuman atau kutukan Tuhan atas para pendurhaka kepada-Nya, karena tidak mengikuti petunjuk- petunjuk Tuhan. HIV-AIDS seringkali hanya dilihat sebagai akibat dari hubungan seksual yang haram, baik karena tidak melalui perkawinan yang sah maupun karena hubungan homoseksual. Tetapi mata kita sering tidak melihat fakta bahwa mereka yang terinveksi virus ini adalah juga perempuan yang baik-baik, ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak yang tidak berdosa ?. Penularan HIV-AIDS bisa terjadi melalui hubungan seks yang halal. Ini terjadi ketika salah satu pasangan suami atau istri terinveksi virus ini. Ia juga bisa menular melalui transfusi darah, jarum suntik dan lain-lain. Akal sehat kita tentu saja akan mengatakan alangkah sulitnya memahami fakta-fakta terakhir ini sebagai sebagai tindakan dan perilaku kejahatan yang harus dikutuk dan dinistakan. Para ahli kesehatan menyebutkan bahwa dibanding laki-laki, risiko terkena HIV-AIDS pada perempuan jauh lebih besar, terutama apabila hubungan seks dilakukan tanpa memakai kondom. Hal ini disebabkan luasnya jaringan mukosa dan konsentrasi virus HIV dalam air mani. Kerentanan lebih tinggi terjadi pada perempuan remaja. Dalam konteks penyebaran HIV-AIDS melalui prostitusi, stigmatisasi negatif sering lebih ditujukan kepada kelompok rentan ini (perempuan). Jarang sekali terlintas dalam pikiran orang tentang keterlibatan kaum laki-laki dalam hal ini. Dalam struktur budaya patriarkhi, perempuan seringkali tidak berdaya dalam menghadapi tuntutan biologis laki-laki, sekaligus juga harus menanggung beban ganda; rentan dan terstigma. Tidak banyak orang baik laki-laki maupun perempuan yang sensitif terhadap persoalan ini. Ini merupakan bentuk ketidakadilan dan karena itu perlu diluruskan.

  Tiga problem krusial di atas adalah beberapa saja dari sekian banyak isu kesehatan seksual/reproduksi perempuan yang memerlukan perhatian serius. Ia tidak hanya diselesaikan secara curative dan bersifat medical, tetapi lebih dari itu adalah upaya-upaya yang lebih strategis dan mendasar serta melibatkan semua orang, utamanya para pengambil kebijakan Negara dan organisasi-organisasi social-keagamaan-adat. Upaya-upaya mendasar dan strategis adalah merekonstruksi cara pandang Negara dan kebudayaan (termasuk agama dan tradisi/adat) terhadap perempuan. Perempuan tidak lagi dipandang sebagai sosok yang direndahkan dan didiskriminasi, melainkan sebagai sosok manusia dengan seluruh hak kemanusiaannya sebagaimana makhluk berjenis kelamin yang lain.

  Akhirnya, saya ingin menyampaikan apresiasi atas buku Modul “Kesehatan Seksual Perempuan”, terbitan Ikatan Perempuan Positif Indonesia ini (IPPI). Ini adalah bagian dari upaya sungguh-sungguh untuk ikut serta memberikan pemahaman yang benar bagi masyarakat tentang berbagai isu yang dibahas. Saya tentu saja berharap modul ini akan menjadi bahan dan sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan bersama bangsa Indonesia kini dan nanti. Semoga Allah memberkati.

  Cirebon, 02 Pebruari 2012

  Husein Muhammad

  Komisioner Komnas Perempuan dan Ketua Dewan Kebijakan Fahmina Institute, Cirebon. Isu Kesehatan dan Hak Seksual Reproduksi atau Sexual Reproductive Health and Rights (SRH&R) seringkali dibincangkan namun minim dipahami. Tanpa didasari pengetahuan yang benar tentang kesehatan dan hak seksual reproduksi, perempuan rentan terhadap kehamilan yang tidak

  “Kartini bernyawa Sembilan”

  direncanakan, infeksi saluran reproduksi, infeksi menular seksual termasuk HIV dan kekerasan seksual.

  Untuk Perempuan terinfeksi HIV se-Indonesia

  Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) sebagai sebuah jaringan nasional bagi perempuan terinfeksi HIV dan yang terdampak di Indonesia, pada tahun 2010 melakukan survey penjajakan kebutuhan perempuan terinfeksi HIV di 10 Provinsi. Hasil survey menetapkan prioritas untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dan hak seksual reproduksi bagi perempuan.

  Syukur terucap kepada Sang Khalik, Modul Kesehatan dan Hak Seksual Reproduksi telah selesai dikembangkan oleh Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) berkolaborasi dengan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, HCPI-AusAID, dan Burnet Institute Indonesia, sesuai kebutuhan perempuan secara umum dan secara khusus bagi perempuan terinfeksi HIV.

  Terima kasih yang sebesar besarnya kami sampaikan kepada HCPI-AusAID, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Burnet Institute Indonesia atas komitmen, dukungan serta kepercayaannya kepada IPPI sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi, baik dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan maupun dalam respon penanggulangan HIV AIDS.

  Kepada Surya Anaya (Dogi), Marcia Soumokil, Shafira Hardani, Asti Widiastuti, Meirinda Sebayang, Oldri Sherli Mukuan dan Sunarsih (Aci), terima kasih atas waktu yang diluangkan, tawa dan diskusi alot menjadikan modul ini kaya akan isi dan metode praktis yang kami yakin akan membawa perubahan besar yang lebih baik untuk seluruh perempuan di Indonesia.

  Akhir kata, kepada seluruh perempuan terinfeksi HIV dan yang terdampak di seluruh Indonesia, tangisan, semangat dan celoteh teman-teman menjadi dasar dan kekuatan mengapa modul ini ada, demi mengubah kehidupan kita yang lebih baik.

  Jakarta, 25 November 2011 Baby Rivona Nasution

  Koordinator Nasional, Ikatan Perempuan Positif Indonesia

  Kata Sambutan .................................................................................................................... 1

Daftar Isi

  Kata Pengantar..................................................................................................................... 2 Daftar Isi .............................................................................................................................. 7 Daftar Singkatan .................................................................................................................. 8 Pendahuluan.........................................................................................................................9 Latar Belakang ......................................................................................................................9 Tujuan Buku Pedoman Fasilitator .........................................................................................10 Sasaran dan Rekomendasi Buku Pedoman Fasilitator ..........................................................11 Kriteria Fasilitator .................................................................................................................13 Lembar Tata Nilai Fasilitator .................................................................................................13 Modul 1 : Kesehatan Perempuan, Ruang Lingkup Kesehatan Seksual dan Reproduksi ..... 14 Modul 2 : Hak Seksual dan Reproduksi ..............................................................................20 Modul 3 : Gender ...............................................................................................................26 Modul 4 : Organ Seksual, Organ Reproduksi dan Fungsinya .............................................. 30 Modul 5 : Seksualitas Sehat ............................................................................................... 45 Modul 6 : HIV dan AIDS ..................................................................................................... 58 Modul 7 : PPTCT ................................................................................................................ 63 Modul 8 : Seputar Gangguan Seksual dan Reproduksi: Infeksi Menular Seksual/Infeksi

  Saluran Reproduksi & Gangguan Fungsi Seksual Pada Perempuan .................. 75 Modul 9 : Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi .................................................... 82 Daftar Pustaka .................................................................................................................... 85

  AIDS Acquired Immuno Deficiency Syndrom ARV Anti Retro Viral ART Anti Retroviral Therapy (Terapi obat ARV) CD4 Cluster of Differentiation 4 = T helper cells CEDAW The Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women CST Care, Support and Treatment HAM Hak Asasi Manusia HCPI HIV Cooperation Program for Indonesia HIV Human Immunodeficiency Virus HR Harm Reduction

  ICPD International Conference on Population and Develompent

  IMS Infeksi Menular Seksual

  IO Infeksi Oportunistik

  ISR Infeksi Saluran Reproduksi

  IPPI Ikatan Perempuan Positif Indonesia KB Keluarga Berencana KIE Komunikasi Informasi dan Edukasi KPAN Komisi Penanggulangan AIDS Nasional KRR Kesehatan Reproduksi Remaja NAPZA Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya ODHA Orang Dengan HIV dan AIDS, orang yang telah terinfeksi HIV OHIDA Orang Hidup dengan penderita AIDS, umumnya anggota keluarga PBB Persatuan Bangsa-Bangsa Penasun Pengguna NAPZA suntik PITC Provider Initiated Testing and Counseling PMTCT Prevention Mother to Child Transmission PPTCT Prevention Parent to Child Transmission SMP Sekolah Menengah Pertama SMU Sekolah Menengah Umum SRH&R Sexual Reproductive Health and Rights UN United Nation

  VCT Voluntary Counseling and Testing WHO World Health Organization

  Daftar Singkatan

  Latar Belakang

  Berbagai negara menyatakan sejumlah komitmen global dan regional untuk

  Pendahuluan

  menangani hak-hak dan kebutuhan perempuan sebagai bagian dari respon HIV

  (Dari Team dan Kontributor) yang efektif dalam konteks yang lebih luas. Komitmen ini seperti yang terdapat

  dalam Piagam PBB (1945) dan Deklarasi Universal HAM (1948), Perjanjian internasional yang menangani permasalahan terkait perempuan, kesetaraan gender, kesehatan dan HAM mencakup Deklarasi Wina dan Program Aksi (Konferensi Dunia tentang HAM, 1993), Program Aksi dari Konferensi Internasional tentang Populasi dan Pembangunan (1994) dan Deklarasi Beijing berikut Landasan Aksi (1995). Begitu pula dengan berbagai instrumen HAM internasional serta kovenan dan konvensi HAM regional seperti Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW, 1979) berikut Protokol Pilihan 1999 dan Protokol dari Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Rakyat berkenaan dengan Hak-hak Perempuan di Afrika (2005). Selain itu, negara-negara bertekad untuk meningkatkan respon terhadap masalah AIDS dan perempuan melalui Deklarasi Komitmen tentang HIV-AIDS (2001) dan Deklarasi Politik tentang HIV-AIDS (2006), Deklarasi Milenium PBB dan Tujuan Pembangunan Milenium (2000).

  Merujuk pada realita yang terjadi di Indonesia, angka kematian ibu yang dilaporkan Lancet'2010 untuk Indonesia tercatat sebesar 228 kematian dari 100.000 ibu melahirkan dimana salah satu faktor utama dari permasalahan ini adalah praktek aborsi yang tidak aman dan tidak terpenuhinya kebutuhan akan kontrasepsi berkontribusi pada kehamilan yang tidak direncanakan yang sangat terkait dengan praktek aborsi. Diprekdisikan, setiap tahunnya angka aborsi di Indonesia mencapai 2 juta jiwa dengan ketebatasan pemberi layanan dan situasi layanan yang kurang sehat (Hull et al,2009). Riset Kesehatan Dasar Indonesia (RISKESDAS) tahun 2007 (2008) juga menunjukkan tingkat cakupan yang lebih rendah di kalangan remaja perempuan jika dibandingkan dengan remaja laki-laki. RPJMN 2010-2014 juga menggaris bawahi prevalansi kasus Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP) yang dilaporkan oleh Komnas Perempuan dimana angka kasus ini dilaporkan sebesar 3-4 juta per tahunnya. Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP) ini meliputi kekerasan seksual, sunat perempuan, perkosaan dan trafiking (KOMNAS HAM, KOMNAS PEREMPUAN, KOMNAS ANAK). Berdasarkan data kasus terakhir yang dilaporkan oleh Kemntrian Kesehatan Tujuan Buku Pedoman Fasilitator RI, jumlah kasus AIDS yang dilaporkan periode 30 Juni 2011 berdasarkan

  Meningkatkan pemahaman perempuan khususnya perempuan jenis kelamin, 19139 kasus pada laki-laki dan 7255 kasus pada perempuan. terinfeksi HIV melalui pendidikan terkait Hak Kesehatan Seksual dan

  Dari situasi penularan HIV diatas, dapat dilihat bahwa epidemi AIDS di Reproduksi serta menjadikan aset tenaga terlatih yang akan melatih

  Indonesia telah memasuki tahap Feminisasi dimana penularan HIV pada anggota IPPI dalam upaya membangun kesadaran perempuan terinfeksi perempuan terus meningkat dan mulai memasuki tataran rumah tangga. agar mau mengakses layanan kesehatan reproduksi seksual yang dapat

  Hal ini terjadi dikarenakan perempuan lebih rentan tertular HIV-AIDS. Ada diakses oleh perempuan khususnya perempuan terinfeksi HIV dan tidak beberapa faktor yang mebuat perempuan lebih rentan, diantaranya; diskriminatif. diskriminasi, ketidakadilan dan bentuk kekerasan yang secara meluas

  Dalam buku panduan ini terdapat 9 modul, dengan substansi dan diterima oleh perempuan telah membawa mereka ke situasi paling rentan. pembahasan topik yang berbeda yakni:

  Disamping itu juga faktor biologis perempuan, faktor sosial (budaya patriarki) dan factor ekonomi dimana perempuan bergantung secara Modul 1 Memiliki tujuan untuk memberikan pehaman kepada ekonomi pada laki-laki ikut berkontribusi terhadap penularan HIV-AIDS perempuan terkait definisi dari kesehatan secara umum, pada kaum perempuan. memahami ruang lingkup kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi, mengetahui permasalahan-permasalahan dan bisa

  Tantangan-tantangan yang dihadapi oleh perempuan ketika mengakses mengaitkan kesehatan seksual dan reproduksi dengan kasus- layanan kesehatan meliputi ketidak tahuan kemana harus mengakses, kasus HIV. kebutuhan akan biaya pengobatan, jarak ke tempat layanan, ketidaknyamanan untuk datang mengakses layanan sendiri, dan

  Modul 2 Dalam sesi ini topik yang dibahas adalah tentang Hak Perempuan, kemungkinan tidak tersedianya layanan kesehatan khusus prempuan. yang memiliki harapkan perempuan mampu dan memahami tentang HAM, Hak Asasi Perempuan, Hak Seksual dan Hak

  Menyadari akan pentingnya upaya peningkatan alokasi sumberdaya dan Reproduksi. penguatan kapasitas, berbagai komitmen ini menyediakan landasan yang kuat untuk melakukan respon multisektoral yang lebih baik bagi

  Modul 3 Perempuan diharapkan dapat memahami definisi dan dampak perempuan dan kesetaraan jender dengan menciptakan lingkungan yang dari ketidakadilan Gender dan kerentanan perempuan dalam HIV mendukung untuk menegakkan hak-hak perempuan dan menjawab yang disebabkan oleh relasi kuasa yang sangat tidak seimbang kebutuhan perempuan yang hidup dengan HIV, serta memberikan fokus dengan pasangannya akibat ketidakadilan gender itu sendiri. yang kukuh pada pendekatan pencegahan yang menyeluruh terhadap HIV,

  Modul 4 Dalam buku panduan ini bertujuan untuk menjelaskan kesehatan seksual dan reproduksi dan masalah kekerasan terhadap perbedaan antara organ seksual dan organ reproduksi serta perempuan. fungsinya kepada perempuan. Disamping itu juga yang

  Situasi ini diperburuk dengan masih lemahnya pengetahuan serta informasi terpenting dalam sesi ini adalah memberikan pemahaman perempuan terinfeksi HIV terkait Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi tentang kerentanan biologis perempuan terhadap HIV. serta perlindungan Hukum dan HAM menghambat kaum perempuan untuk

  Modul 5 Diharapkan perempuan dapat menjelaskan perbedaan seks dan dapat melindungi diri sendiri dari ancaman bentuk kekerasan serta HIV- seksualitas, perilaku seks manusia serta bentuk-bentuk AIDS. keintiman yang dapat memperkuat kualitas relasi. Modul 6 Dalam buku ini bertujuan untuk menyamakan persepsi Rekomendasi perempuan terkait HIV dan AIDS. Para kelompok perempuan Dalam proses pembangunan Buku Modul ini dari penggalian kebutuhan, diharapkan dapat membedakan antara HIV dan AIDS, bagaimana proses drafting dan penyusunan Modul dan dilaksanakannya TOT kepada HIV dapat mencegah dan bagaimana cara penularannya. para pelatih Kesehatan Seksual Perempuan, muncul kontribusi berupa

  Modul 7 Dari buku ini adalah berbicara tentang program PPTCT dimana rekomendasi terkait Buku Pedoman Fasilitator ini yang antara lain adalah: perempuan diharapkan dapat memahami terminologi-

  • Buku ini dapat diaplikasikan pada seluruh kelompok perempuan di terminologi yang digunakan dalam program ini dan menyadari

  Indonesia dalam upaya meningkatkan kesadaran perempuan akan akan perbedaannya. Dalam modul ini perempuan diharapkan Kesehatan Seksual dan Kesehatan Reproduksinya. dapat menjelaskan dan mengerti faktor-faktor yang

  • Buku ini dapat menjadi sarana dalam menciptakan pelatih-pelatih mempengaruhi penularan HIV dari Ibu ke anak.

  perempuan yang akan menjadi ujung tombak mempromosikan Modul 8 Dalam buku ini, perempuan diharapkan memahami ruang lingkup kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi. dari Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan Infeksi Menular Seksual.

  • Buku ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan edukasi bagi

  Perempuan diharpkan juga mampu memahami gejela, dampak, perempuan terkait kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi. cara pencegahan dan apa yang bisa dilakukan apabila sudah tertular ISR / IMS.

  Semoga Buku sederhana ini dapat digunakan untuk pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan seperti harapan kita

  Modul 9 Modul yang terakhir dari buku ini, di mana dalam modul ini semua. perempuan diharapkan memahami bentuk layanan Kesehatan Seksual dan Kesehatan Reproduksi dengan mengeksplorasi serta mengidentifikasi layanan, strategi serta hambatan yang ada

  Jakarta, 14 Februari 2012 terkait pelayanan kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi. ttd.:

  Team Penyusun dan Kontributor : Populasi Sasaran Penasehat

  Kelompok sasaran dalam implementasi Buku Pedoman ini adalah kelompok perempuan. Secara khusus Buku Pedoman Fasilitator ini juga ditujukan Nafsiah Mboi kepada perempuan yang hidup dengan HIV, perempuan pekerja seks,

  Catherine Barker perempuan ibu rumah tangga, perempuan migrant, perempuan penasun (pengguna NAPZA suntik), perempuan pasangan lelaki beresiko tinggi,

  Abby Cole Ruddick perempuan difabel, perempuan usia produktif yang aktif secara seksual, perempuan adat, perempuan di pelosok pedesaan dan remaja perempuan.

  Penyusun

  Syafirah Hardani (KPAN) Surya Anaya (HCPI-AusAID)

  Marcia Soumokil (Burnet Indonesia) Asti Widihastuti (Burnet Indonesia)

  Kontributor IPPI

  Puan Meirinda Sebayang (Nasional) Baby Rivona Nasution (Nasional)

  Oldri Sherli Mukuan (Nasional) Sunarsih (Nasional)

  Ayu Oktariani (DKI Jakarta) Dwi Surya Kusuma (Jawa Barat)

  Melly Windi Lianti (Sumatera Utara) Nurhayati (D.I. Yogyakarta)

  Rikka Loretta (Sumatera Utara) Sari Dewi Aznur (Jawa Barat)

  Yulianti (Nusa Tenggara Barat) Weli Sawaki (Papua)

  Sari Novia (JawaTimur) Eli Yati (Jawa Barat)

  Istina Dewi (Bali) Martina (Papua)

  Lembar Tata Nilai Fasilitator KRITERIA FASILITATOR KESEHATAN SEKSUAL PEREMPUAN :

  1. Memiliki tata nilai standar sebagai seorang fasilitator (Lihat lembar tata nilai di bawah).

  2. Memiliki pengetahuan yang memadai terkait HIV Dasar, Kesehatan Seksual dan Kesehatan Reproduksi Perempuan.

  3. Memiliki komitmen serta perhatian penuh pada proses pembelajaran sampai tuntas dan selesai.

  4. Memiliki tehnik memfasilitasi dengan baik (mampu memberikan materi dengan jelas).

  5. Mampu memberikan motivasi bagi peserta untuk belajar dan menerapkan ilmu yang dilatihkan.

  6. Menekankan relevansi isi materi dengan kebutuhan peserta pelatihan.

  7. Bersemangat dan actif dalam membawakan setiap sesi.

  8. Memiliki ketertarikan untuk belajar tentang Kesehatan Seksual dan Reproduksi

  Tujuan Modul 1

  • Peserta mengerti difinisi kesehatan dan kesehatan perempuan secara umum Peserta memahami ruang lingkup Kesehatan Seksual
  • Peserta memahami ruang lingkup Kesehatan Reproduksi •

  Modul 1

  • Kesehatan Perempuan, berbasis bukti terkait epidemi HIV Ruang Lingkup Kesehatan Seksual dan Reproduksi

  Peserta mengetahui dan memahami permasalahan Kesehatan Seksual dan Reproduksi

  • Peserta mampu mengerti dan mengaitkan Kesehatan Seksual dan Reproduksi dengan kasus- kasus HIV yang didapat dari transmisi seksual pada perempuan

  Alat dan Bahan

  • Spidol White Board

  Lembar Plano

  • Kertas Metaplan Warna Warni yang sudah disiapkan dengan pointer pointer ruang lingkup
  • Kesehatan Seksual dan Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi. Pointer pointer yang ditulis

  adalah: Kesejahteraan Seksual, Seksualitas untuk difabel, mutilasi alat genital perempuan,

  Seksualitas terkait Napza, Hak Seksual, Hak Reproduksi, Seksualitas terkait Politik, Organ Seksual, Keberagaman Orientasi Seksual, Mitos-Mitos Seksual, Perilaku Seksual, Seksualitas Manusia, Disfungsi Seksual, Kehamilan yang tidak dikehendaki, Fertilitas-Infertilitas, Infeksi Menular Seksual, Infeksi Saluran Reproduksi, Aborsi Aman, Organ Reproduksi, HIV, Merencanakan Anak bagi Pasangan yang terinfeksi HIV, Mempertahankan dan Memelihara Relasi, Gender dan Relasi Kuasa, Pelecehan dan Kekerasan Seksual dan lain lain.

  • Slide Power Point, sebagai slide klarifikasi.

  Spidol Kecil

  • Waktu

  90 Menit (sesuai dengan kebutuhan)

  Metode dan Kegiatan

  Curah Pendapat

  • Kerja Kelompok
  • Presentasi

  Simulasi

  • Klarifi

  Kegiatan 1: DEFINISI KESEHATAN

  6. Letakkan kertas tersebut tersebut bersebelahan di lantai

  1. Buka sesi dengan menyebutkan topik sesi, tujuan sesi dan waktu yang

  7. Mintalah peserta menceritakan kasus kasus HIV yang terjadi di tempat tersedia untuk sesi ini. Sampaikan bahwa pendapat peserta akan tinggal atau kerjanya yang didapat karena pemahaman tentang sangat dihargai dan keaktifan dalam berpendapat sangat menentukan kesehatan seksual masih rendah. keberhasilan sesi ini.

  8. Simpulkan setelah posisi setiap kartu adalah tepat dan klarifikasi jika 2. Mintalah peserta untuk berpendapat apa yang ada dalam pikirannya ada satu atau dua topik bisa diletakkan di ke dua topik. jika mendengarkan kata Kesehatan Perempuan 9. Jelaskan kaitan antara Kesehatan Seksual dan Kesehatan Reproduksi.

  3. Tulis kata kunci setiap orang yang berpendapat di atas flipchart yang

  10. Mintalah peserta meletakkan kartu kartu sesuai dengan pemahaman sudah disiapkan sehingga opini setiap orang merasa dihargai mereka di bawah ke dua judul Topik di atas.

  4. Analisa, diskusikan dan kaitkan setiap kata kunci yang diungkapkan

  11. Diskusikan dan argumentasikan kenapa mereka meletakkan kartu peserta dengan satu atau lebih kalimat dan dilemparkan kepada tersebut di bagian tersebut satu demi satu, pindahkan jika disepakati peserta untuk mendapatkan feed back. untuk memindahkannya dengan argumentasi yang logis.

  5. Tayangkan slide difinisi Kesehatan versi WHO.

  12. Simpulkan setelah posisi setiap kartu adalah tepat dan klarifikasi jika 6. Bacakan dan simpulkan bahwa opini yang tadi diskusikan sangat tepat ada satu atau dua topik bisa diletakkan di ke dua topik. dan sesuai dengan definisi Kesehatan (versi WHO).

  13. Jelaskan kaitan antara Kesehatan Seksual dan Kesehatan Reproduksi.

  7. Jika tidak ada pertanyaan, alihkan topik diskusi dengan memancing

  14. Mintalah peserta menceritakan kasus kasus HIV yang terjadi di tempat dengan pertanyaan apa yang dipikirkan peserta kalau kemudian tinggal atau kerjanya yang didapat karena pemahaman tentang konsep Kesehatan dilihat dari sisi Seksual dan Reproduksi. kesehatan seksual masih rendah.

  15. Simpulkan setelah posisi setiap kartu adalah tepat dan klarifikasi jika Kegiatan 2: RUANG LINGKUP KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI ada satu atau dua topik bisa diletakkan di ke dua topik.

  1. Tulis setiap pointer ruang lingkup Kesehatan Seksual paling sedikit 8

  16. Tayangkan power point tujuan sesi dan konfirmasikan apakah tujuan pointer kalimat pada kartu kertas plano warna warni yang berbeda tujuan sesi tersebut sudah tercapai.

  2. Juga tuliskan pointer ruang lingkup Kesehatan Reproduksi paling 17. Ucapkan terimakasih kepada peserta atas partisipasinya dalam sesi ini. sedikit 8 pointer kalimat pada kartu kertas plano warna warni yang berbeda

  3. Acak kertas tersebut dan bagikan kepada peserta kemudian diminta

  1. Tayangkan power point yang sudah dipersiapkan pada moment/waktu untuk memikirkan makna dari kalimat kalimat yang mereka sudah yang sudah ditentukan sesuai alur yang dibicarakan. Power point bisa dapatkan dimodifikasi disesuaikan dengan perkembangan informasi pada Topik

  4. Buatkan satu judul Topik bertuliskan: Ruang Lingkup Kesehatan Modul ini dan disesuaikan waktu yang tersedia.

  Seksual di atas kerta berwarna dengan spidol besar supaya mudah

  2. Jelaskan bahwa Lembar Bacaan ada di dalam Modul ini sebagai dibaca lampiran yang merupakan rujukan pengetahuan dan klarifikasi dari

  5. Buatkan satu judul Topik bertuliskan: Ruang Lingkup Kesehatan diskusi dan kesepakatan yang sudah dibicarakan selama sesi ini.

  Reproduksi di atas kerta Berwarna dengan spidol besar supaya mudah

  dibaca

  Lembar Bacaan Modul 1

  2. Kalau kita stres terdapat aktivitas otak yang tinggi yang menyebabkan sekresi (keluarnya) zat corticosteroids.

  3. Hal ini menyebabkan kenaikan tingkat gula darah dan menekan

  Ruang Lingkup Kesehatan Seksual dan Reproduksi

  kegiatan sistem kekebalan sehingga tubuh lebih terbuka terhadap infeksi.

  Definisi kesehatan menurut WHO: 4.

Corticosteroids menekan sistem kekebalan. Tingkat antibodi

  Kesehatan, yaitu keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang meningkat pada malam hari dan menurun pada siang hari, sedangkan menyeluruh, dan bukan hanya sekedar tidak adanya kelemahan dan tingkat corticosteroid menaik pada siang hari dan menurun pada penyakit, merupakan hak asasi manusia. Pencapaian tingkat kesehatan malam hari. yang tertinggi merupakan tujuan sosial terpenting untuk seluruh dunia,

  5. Namun kita juga perlu mengingat bahwa Ketika orang stres mereka yang memerlukan tindakan sektor ekonomi dan sosial lainnya di samping juga cenderung terlibat dalam perilaku tidak sehat misalnya minum sektor kesehatan. alkohol, merokok dan mengabaikan kebutuhan nutrisi tubuh. Kesehatan juga bisa didefinisikan sebagai kesejahteraan jasmani dan

  Terdapat risiko penyakit yang lebih tinggi melalui stress dan rohani. Kesejahteraan adalah kesehatan yang optimal - berfungsinya secara bagaimana cara kita meresponnya. penuh, aktif tataran fisik, intelektual, emosional, sosial, lingkungan hidup serta spiritual. Lawan dari sakit, yaitu berpenyakit atau rusaknya struktur

  Namun, tidak semuanya merupakan kabar buruk. Ilmu Psikoneuroimu- atau fungsi sistem tubuh. Kalau tubuh kita sakit, kita berada pada situasi nologi juga memberi kita beberapa informasi yang baik. "dis-ease (tidak - enak)" dan kita berada dalam keadaan yang "dis-harmony

  (tidak-harmonis)"

  1. Bila kita merasa nyaman, satu zat kimia dari tubuh kita (Proenkephalin) diubah oleh enzim menjadi zat lain yang memproduksi "sensasi rasa nyaman"

  Cenderung jatuh sakit atau tidak?

  2. Selama proses ini, enzim yang sama memproduksin Enketylin yang Pekerjaan juga mempengaruhi kemampuan kita untuk bertahan dari infeksi merupakan suatu anti-mikroba yang kuat kuman penyebab penyakit, kanker dan kematian. Ini dipengaruhi oleh

  3. Jadi, bersenang-senanglah, rasakan kenyamanan, cegah dan perangi posisi kita dalam hirarki organisasi maupun lingkungan dimana kita bekerja. infeksi!

  Misalnya, manajer mungkin tidak jatuh sakit sesering sekretaris. Ini dipengaruhi oleh tempat bekerja mereka. Kita juga mengalami stress dari tekanan sosial maupun dari rumah tangga.

  Semua informasi di atas dapat dilihat dalam sebuah model yang komprehensif yang dinamakan model Biopsikososial. Model ini menelaah kesehatan sebagai satu fungsi di antara berbagai faktor di dalam sistem

  Stres dan Sakit:

  saraf, kekebalan tubuh, pikiran, perilaku pribadi kita, masyarakat dan

  1. Terdapat banyak bukti bahwa stres menyebabkan penurunan lingkungannya. Sebetulnya, hirarkinya tidak sebegitu rumit seperti sebuah kemampuan untuk memerangi infeksi. Misalnya, pelajar lebih sering jejaring yang saling terkait. Hidup dapat dilihat dari salah satu dari berbagai terserang infeksi tenggorokan dan cold sore - radang mulut (karena tataran ini, dimulai dari tingkat makro yang paling tinggi dan berakhir di virus herpes) pada waktu ujian ketika mereka mendapat tekanan tingkat mikro yang paling rendah. besar (mungkin juga harus bergadang untuk belajar!).

  Model Bio-psiko-sosial

  mencakup beragam hubungan, perasaan tentang diri dalam hubungannya dengan orang lain, tempat kita di masyarakat, dan peranan di masyarakat.

  Kesehatan Seksual adalah Kombinasi seks fisik, emosional, intelektual dan sosial, sehingga seks merupakan pengalaman positif untuk memperbaiki kualitas kehidupan kita, menjadikan kita orang yang lebih baik, dan membuat masyarakat kita menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni (WHO 1975).

  Kesehatan bila dikaitkan dengan seksualitas manusia, dirumuskan oleh WHO:

  h. Cinta (Keluarga) i. Cinta (Teman) j. Keluarga (anak) k. Peranan sosial yang berguna l. Kemerdekaan Prasyarat sehat secara Seksual sesuai poin (g) di atas juga menjadi kebutuhan esensi manusia dewasa yang sehat, sehingga Kesehatan Seksual merupakan kondisi yang sangat penting dan esensial bagi manusia.

  g. Cinta (Seksual)

  f. Bekerja dan berpenghasilan

  e. Bayi dan anak-anak

  d. Pakaian

  c. Tempat tinggal / Rumah

  b. Cukup makan

  dari kita sebagai manusia juga merupakan bagian dari dan terhubung dengan dunia yang lebih luas serta lingkungan hidup. Sebagian besar sarana pelayanan kesehatan sering terfokus hanya pada bagian terbawah dari model ini (bagian tubuh dan proses). Namun, kebanyakan orang terfokus pada bagian tengah model ini (hubungan, perasaan, pikiran dan nilai). Kita semua perlu sadar tentang SEMUA bagian dari model ini (hidup) karena mereka semua saling mempengaruhi. Jadi sekarang kita bisa menggabungkan semua informasi di atas menjadi satu format yang mudah dimengerti. Sehat bermakna jauh lebih banyak daripada sekedar berada dalam keadaan tidak sakit. Daftar di bawah ini merupakan persyaratan bagi sehat (dan hidup yang baik) di banyak budaya di dunia. a. Kebahagiaan

  Penjelasan model biopsikososial: Ini menunjukkan bahwa semua bagain

  Psikologis merujuk pada emosi, hubungan, reaksi dan berbagai nilai. Sosial

  1. Biosfir

  13. Atom / Partikel sub-atom Kata Bio-Psiko-Sosial terdiri dari tiga aspek keberadaan manusia. Aspek Biologis mencakup lingkungan alam, proses tubuh kita, dan tubuh kita.

  12. Jaringan/Sel/Organelles /Molekul

  11. Sistem Saraf