Analisis Simiotika Makna Pesan Film Dalam Mihrab Cinta - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA PESAN FILM

DALAM MIHRAB CINTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar

  

Sarjana Sosial Jurusan Jurnalistik Pada

Fakultas Dakwah Dan Komunikasi

UIN Alauddin Makassar

Oleh

  

ANDI FIKRA PRATIWI A.

NIM. 50500107055

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2011

  

PENGESAHAN SKRIPSI

  Skripsi yang berjudul, “Analisis Semiotika Makna Pesan Film Dalam Mihrab

  Cinta ”, yang disusun oleh A. Fikra Pratiwi, NIM: 50500107055, Mahasiswa Jurusan

  Jurnalistik pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari senin, tanggal 9 Agustus 2011, bertepatan dengan 9 Ramadhan 1432 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Komunikasi Jurusan Jurnalistik ( dengan beberapa perbaikan ).

  Makassar, 9 Agustus 2011 M

  9 Ramadhan 1432 H

  DEWAN PENGUJI :

  Ketua : ( ) Sekretaris : ( ) Munaqisy I : ( ) Munaqisy II : ( ) Pembimbing I : ( ) Pembimbing III : ( )

  Diketahui oleh : Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag.

  NIP. 19661130 199303 1 003

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Pembimbing penulisan skripsi saudara Andi Fikra Pratiwi A, NIM: 50500107055, mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul,

  “Analisis Semiotika Makna Pesan Film Dalam Mihrab Cinta

  ”, memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.

  Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.

  Makassar, 27 Juli 2011 Pembimbing II

  Pembimbing I Dr. Muh. Nadjib, M.Ed, M.Lib Ramsiah Tasruddin, S.Ag, M.Si

  NIP. 19710225 200501 2 001 NIP. 19540306 197803 1 002

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Makassar, 8 Juli 2011 Penyusun,

  ANDI FIKRA PRATIWI A NIM. 50500107055

KATA PENGANTAR

  

ﻢﯿﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ

  Segala puji kita limpahkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan kita nikmat berupa Iman dan Islam serta berkat dan rahmat hidayah-Nya pula sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Alhamdulillah.

  Shalawat dan Taslim hendaklah senantiasa kita curahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw yang telah menunjukkan jalan kebenaran, dan jalan Ilahi yang patut kita teladani selamanya Insya Allah.

  Dalam perjuangan yang keras untuk menyelesaikan skripsi ini penulis berterimakasih kepada Ayahanda Arifuddin, dan Ibunda Andi Aslamiah Hafid atas do

  ’a tulus yang tak pernah henti bagi anak-anaknya. Ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada:

  1. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT, M.S., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar beserta pembantu rektor UIN Alauddin Makassar.

  2. Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar beserta pembantu dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

  3. Dr. Hidayat M.Said, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

  4. Dr. Firdaus, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar sekaligus sebagai munaqis I.

  5. Dr. Muh. Najib, M.Ed, M.Lib., selaku Pembimbing I yang telah membantu memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  6. Ramsiah Tasruddin, S.Ag, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah memberikan semangat dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  7. Drs. Syam’un, M.Pd., MM., sebagai Munaqis II yang telah memberikan masukan dalam perbaikan skripsi.

  8. Kepada seluruh dosen dalam dan dosen luar yang mengajar di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

  9. Kepada staf perpustakaan dan staf tata usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

  10. Kepada Kak Nova, Kak Pipit, dan Kak Wiwin yang telah memberikan do’a, dukungan, waktu, tenaga dan materi hingga akhir studi. Untuk Abdul Ghani yang penuh pengertian dan perhatian pada penulis.

  11. Seluruh keluarga Darma Setiawan, sepupu Fitri, Nila, Asri, Suke, dan sahabat Ocha, Evi, Dwi, Dewi Yacob, Dewi Pur, Kak Dinul, Uti Tuwo, Asmi, Fitri, Rahmadina, Endang yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

  12. Teman-teman jurnalistik angkatan 2007, yang telah memberikan pengalaman baru dalam proses perkuliahan dan pertemanan.

  13. Seluruh junior jurusan jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar. Akhirnya hanya pada Allah swt jualah kita kembalikan segala sesuatu dengan mengharap Ridha-Nya. Amin.

  Billahi taufik wal hidayah Wassalamu Alaikum wr. wb

  Makassar, 8 Juni 2011 Penulis Andi Fikra Pratiwi A.

  NIM: 50500107055

  

DAFTAR ISI

  Latar Belakang ……………………………………………..….………….1 B. Rumusan Masalah ……………….…………………………….………….8 C. Definisi Operasional …………………………………………………..….8 D.

  Metode Pengolahan dan Analisis Data ………….…………………..…..31

  Jenis Penelitian ………………………………………………........…….29 B. Metode Pendekatan …………………………………………….………..29 C. Metode Pengumpulan Data …………………………...…………………30 D.

  BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………...…. 29-31 A.

  Tinjauan Tentang Film ………………………….……….………..…….12 B. Tinjauan Teori Semiotika ……………………….................…………....19 C. Pemaknaan Dalam Analisis Semiotika ……………………..……..…….27

  BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………….……...12-27 A.

  Garis-Garis Besar ………………………………...…………………..….11

  Ruang Lingkup Penelitian …………………………………...……….…..9 E. Tujuan Penelitian ……………………………………………..…………10 F. Kegunaan Penelitian ………………………..…………………………...10 G.

  BAB I PENDAHULUAN …………………………………………..………...…..1-11 A.

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………….....i

  ABSTRAK …………………………………………………………..…….…….……x

  DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….………………..ix

  DAFTAR ISI ……………………………………………………………..……..…..vii

  KATA PENGANTAR …………………………………………………..……………v

  PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI …………………………..………………...iv

  PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………...…………...…..iii

  PENGESAHAN SKRIPSI ………………………………………...……………….….ii

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………...…………32-61

  A. Prereferensi Film Dalam Mihrab Cinta ……………….…………….32

  B. Analisis Data ………………………………………………….….....40

  C. Pembahasan ……………………………………………………...….48

  BAB V PENUTUP ………………………………………………………………62-68

  A. Kesimpulan ………………..…………………………..…...………..62

  B. Saran …………………………………………………………..…….68

  DAFTAR PUSTAKA ……………………….……………………...…………….…69

  Lampiran ……………………………………………………………………………..70

  Riwayat Hidup …………………………………………………………………….....82

  DAFTAR GAMBAR

  Camber 2.1 Teori segi tiga makna Pierce …………..……..…………………..…20

Gambar 2.2 Teori semiotik Ferdinand de Saussure

  ……...….………...….….….21

Gambar 2.3 Teori semiotik oleh Roland Barthes

  ……………………………….23

Gambar 4.1 Sign Conctruction Of

  “Dalam Mihrab Cinta”………………….…..60

  ABSTRAK Nama : Andi Fikra Pratiwi A.

  Nim : 50500107055 Judul Skripsi : Analisis Semiotika Makna Pesan Film

  “Dalam Mihrab Cinta” Film merupakan manifestasi perkembangan kehidupan budaya masyarakat pada masanya. Konstruksi sebuah film misalnya, merupakan salah satu esensi menelevisikan kebudayaan tertentu, pada gilirannya merepresentasikan nilai-nilai budaya melalui demonstrasi skenario oleh sutradara-sineas.

  Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui struktur tanda dalam konstruksi film Habiburrahman “Dalam Mihrab Cinta” dan 2) untuk mengetahui makna sosial budaya dan religi dalam konstruksi film Habiburrahman

  “Dalam Mihrab Cinta”. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan teknis semiotik Ferdinan de Saussure dengan mengkaji teks dan konteks sebuah film, serta relasi antara penanda (signifier) dan petanda (signified) dalam konten film bernuansa religi (sign).

  Hasil penelitian dengan pendekatan teknis semiotik Ferdinand de Saussure menunjukkan bahwa 1) struktur tanda pada film ini ditandai dengan ucapan, do ’a, busana muslim dan muslimah, baju batik, tingkat sosial dari tiap keluarga seperti perumahan mewah, rumah besar dengan interior yang nampak mahal, dan mobil, kesederhanaan usaha butik batik milik keluarga Syamsul. 2) Makna sosial budaya yang terkandung dalam film ini ditandai dengan budaya jawa sangat kental seperti dialek, istilah-istilah jawa, peribahasa, pakaian, bangunan rumah (seperti atap keraton), budaya lokal dan budaya Thiong Hoa berkembang dan hidup rukun seperti Etnis Thiong Hoa (klenteng dan barongsai). Dalam film ini hal menarik juga digambarkan ternyata gerombolan pencopet juga tidak kalah besar dan kuatnya di jawa. 3) Makna religi pada film Dalam Mihrab Cinta ditandai dengan Konstruksi visual lokasi pesantren, dengan aktifitas santri-santriwati, kiayi. Relasi antara penanda (signifier) dan petanda (signified) dalam konten film bernuansa religi (sign) berdasarkan Ferdinand. Tanda (sign) dari segi busana menampilkan para pemeran pria dan wanita menggunakan baju kokoh, kopiah, busana muslim diantaranya baju gamis. Relasi signifier- signified dapat dimaknai dirinya adalah seorang ustadz. Pria dan wanita memakai baju batik, dapat dimaknai dengan kota asal mereka (Jawa pada umumnya), atau untuk mengapresiasikan kecintaannya pada budaya Indonesia.

  Mengucapkan kalimat Insya Allah, ketika melakukan perjanjian, dapat dimaknai dengan berharap Ridha atau meminta sesuatu pada Allah Swt. Dalam beberapa scene yang ada muatan kalimat dari para tokoh yang terlontar berdasarkan Firman Allah Swt, dan hadis nabi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Film merupakan manifestasi perkembangan kehidupan budaya masyarakat

  pada masanya. Dari zaman ke zaman, film mengalami perkembangan baik dari segi teknologi yang digunakan maupun tema yang diangkat. Hal ini disebabkan film berkembang sejalan dengan unsur-unsur budaya masyarakat yang melatar- belakanginya. Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol.

  1 Makna hanya dapat disimpan di dalam simbol. Budaya dapat dipahami sebagai

  tatanan kehidupan yang di dalamnya manusia membangun makna melalui praktik-

  2 praktik reperesentasi simbolik yakni dengan berkomunikasi satu sama lain.

  Di dalam berkomunikasi, sebenarnya terdapat berbagai simbol yang sering dijumpai dan sarat dengan makna yang signifikan dengan budaya. Salah satu contoh yang diketengahkan adalah produksi budaya televisi, membudayakan televisi berarti

  3 menjadikan televisi bagian yang fungsional dari perkembangan kebudayaan.

  Konstruksi sebuah film misalnya, merupakan salah satu esensi menayangkan kebudayaan tertentu, pada gilirannya merepresentasikan nilai-nilai budaya melalui demonstrasi skenario oleh sutradara-sineas. 1 Alex Sobur., Semiotika Komunikasi, (Cet. 3; Bandung; Remaja Rosdakarya, 2006), h. 176- 177. 2 Idi Subandy., Budaya Populer Sebagai Komunikasi, (Cet. 1; Jogjakarta; Jalasutra, 2007), h.

  xx-xxi. 3 Alex Sobur., op. cit, h. 185

  

1

  2 Kini perkembangan perfilman Indonesia telah berada di posisi puncaknya dimana para sineas-sineas muda serta para pemilik production house yang memiliki dana besar dapat dengan mudah memproduksi suatu film. Faktanya dapat kita lihat kini, bioskop-bioskop di tanah air banyak yang menayangkan film karya anak bangsa dengan judul serta alur film yang beragam. diantaranya komedi, drama, percintaan remaja, serta yang sedang naik daun kini yaitu film horor, film yang memiliki muatan pornografi, hingga yang bernuansa religi.

  Keberadaan jenis-jenis film yang beragam, juga memunculkan berbagai pendapat dari praktisi media, masyarakat, dan khususnya varian penelitian dikalangan akademisi yang concern dibidang analisis teks media. Secara teknis, misalnya proporsi dalam pembuatan film yang logis dan rasional, menurut JB. Kristanto

  … dalam mengulas film terdapat hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya struktur kisahnya harus logis, memenuhi hukum sebab-akibat, dan dengan sendirinya karakter tokoh-tokohnya juga harus berkembang sesuai dengan jalur kisah dan sebab-akibat tadi. Kedua, fotografi harus mampu menciptakan kembali realitas seperti yang seharusnya terjadi, karena bukankah hakekat kamera itu merekam realitas yang ada di

  4 depannya.

  Disisi lain, yaitu dari segi normatifitas film yang dipublikasi melalui media tertentu, menurut Yusuf Qardhawi, misalnya; … bioskop merupakan media untuk menonton film. Banyak kaum muslimin yang menanyakan eksistensi gedung-gedung bioskop, arena pertujukan, dan sejenisnya

  … secara materi tidak ada masalah dan tidak mengapa. Status hukumnya tergantung pada kegunaannya. Adapun halal dan 4 Disadur dari, Rumah Film; ”Tentang Mengulas Film,” Situs Resmi Rumah Film. http://www .old .rumah film.org /artikel_film.htm/ (24 November 2010).

  3 baiknya jika memenuhi syarat-syarat yang dianjurkan tentang menonton film di

  5 bioskop.

  Kriteria normatif sebagaimana diutarakan Yusuf Qardhawi, tidak mesti lepas

  6

  dari sudut pandang para sineas dalam mengkonstruksi makna dalam film-nya. Hal ini berarti, selain teks, tanda simbolis, lambang, dan sebagainya yang dikonstruksi melalui film yang tampak dipermukaan, tidak menafikan sisi abstrak pemikiran atau ide-ide para sineas. Pada gilirannya, penafsiran kontekstual terhadap film cenderung berbeda-beda, meskipun makna yang dibangun oleh sineas didasarkan atas nilai-nilai konsensus suatu budaya. Sejalan dengan ungkapan Watson, bahwa

  “budaya juga perlu dipahami secara dinamis, yakni serangkaian ide, reaksi dan ekspektasi yang

  7

  berubah secara konstan saat orang atau kelompok itu berubah ”.

  Kekuatan sebuah agama dalam menyangga nilai-nilai sosial, terletak pada kemampuan simbol-simbolnya untuk merumuskan sebuah dunia tempat nilai-nilai itu

8 Kerena itu, film bergenre religius di Indonesia (, … menjadi bahan dasarnya.

  cenderung dapat dimaknai sebagai repsresentasi suatu budaya religi yang dihadirkan melalui teknologi visualisasi simbol-simbol yang signifikan dengan realitas sosial.

  Realitas sosial budaya teridentifikasi melalui simbol, bagaimana manusia

  9

  berkomunikasi lewat simbol. Komunikasi terjadi dengan perantaraan tanda-tanda

  5 6 Yusuf Qardhawi, Halal Haram Dalam Islam (Cet.1; Solo: Era Intermedia, 2000, h.427-428. 7 Idi Subandy., loc. cit, h. xx-xxi. 8 Ibid., h. xx-xxi. 9 Alex Sobur., op. cit, h. 177.

  Ibid., h. 178.

  4

  10

  (sign), basis seluruh komunikasi adalah tanda-tanda. Dari sudut pandang itu, relatif mendukung eksistensi simbolis yang tersaji dalam film bergenre religius. Dimana unsur-unsur simbolis (tanda) religius suatu film, secara struktural dapat diidentifikasi dalam tema, narasi-bahasa, karakter penokohan, busana yang digunakan, dan lainnya sebagai mencerminkan nilai-nilai keagamaan.

  Film yang disutradarai oleh Habiburrahman relatif memberikan gambaran realitas religius melalui media film. Namun, struktur film bertema religi tersebut, perlu ditelaah secara substansial apakah pesan simbolik dalam film itu merupakan representasi makna religi suatu agama, bukan justru pembiasan atau reduksi nilai agama. Dalam pada itu, khususnya ajaran Islam menyeru kepada umat Muslim agar cermat memilih dan memilah sajian informasi, sebagaimana dalam Firman Allah Swt dalam Q.S al-Hujurat (49) ayat 6.

  $ $ $ b b tB 4’n?tã (#qßsÎ6óÁçGsù 7's#»ygpg¿2 JBöqs% (#qç7ŠÅÁè? r& (#þqãY¨•t6tGsù :*t6t^Î/ 7,Å™$sù óOä.uä!%y` Î) (#þqãZtB#uä tûïÏ%©!$# pkš‰r'¯»tƒ tûüÏBω»tR óOçFù=yèsù

  Terjemahannya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik dengan membawa berita, maka telitilah berita itu agar kalian tidak memberikan keputusan kepada suatu kaum tanpa pengetahun sehingga kalian akan

  11

  menyesali diri atas apa yang telah kalian kerjakan ”.

  Penggunaan kata naba

  (berita) dalam ayat ini mempunyai konotasi, bahwa

  berita tersebut adalah berita penting, bukan sekadar berita. Menurut ar-Râghib al-

  10 11 Ibid., dalam kata pengantar H. Santoso (Guru Besar pascasarjana UNPAD, Bandung).

  Departemen Agama RI, Al-Qur ’an Dan Terjemahannya. (Semarang: CV. Toha Putera, 1989), h. 864.

  5 Ashfahâni, berita pada dasarnya tidak disebut naba

   sampai mempunyai faedah besar, yang bisa menghasilkan keyakinan atau ghalabah azh-zhann (dugaan kuat).

  Didasarkan atas studi pendahuluan, salah satu film religi yang menjadi fenomena dan cenderung menarik perhatian sebagian khalayak, adalah film Ayat- Ayat Cinta. Film ini merupakan film religi hasil adaptasi dari sebuah novel best seller karya Habiburrahman El Shirazy berjudul Ayat Ayat Cinta yang ditulisnya dalam

  12

  keadaan kaki kanannya patah. Ide cerita (film) terinspirasi dari Al-Qur ’an surat Az

  Zukhruf ayat 67, yang artinya; ”Orang-orang yang suka saling mencintai satu sama

  13

  pada hari kiamat akan bermusuhan kecuali orang-orang yang bertakwa ”.

  Film ini melakukan penayangan perdana pada pertama tahun 2008. Walaupun kisah dalam film dan novel Ayat-Ayat Cinta berlatarkan kehidupan di Kairo, namun

  14

  proses pengambilan gambar tidak dilakukan di Kairo. Menyusul keberhasilan film Ayat-Ayat Cinta, Habiburrahman El Shirazy merilis lagi sebuah film yang fenomenal yang diangkat berdasarkan novel best sellernya; Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 dengan judul yang sama Ketika Cinta Bertasbih dimana seluruh setting dalam novel dihidupkan dengan pengambilan gambar dari lokasi sebenarnya di Kairo-Mesir.

  Termasuk KBRI di Mesir, Sungai Nil, bahkan Universitas Al Azhar yang selama ini tidak memperbolehkan film asing melakukan syuting di lokasi tersebut. Separuh

  12 Habiburrahman El Shirazy., “Habiburrahman El Shirazy Ustadz ‘Luar-Dalam’di KCB, KHalifah, Edisi 26 (September 2010), h. 43. 13 Departemen Agama R.I., Al-Qur ’an Dan Terjemahannya (Semarang; CV. Toha Putera,

1989), h. 803. Terjemahan aslinya “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi

sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa ”. 14 Habiburrahman El Shirazy., op. cit.

  6 mahasiswa Indonesia asli yang menimba ilmu di Universitas Al Azhar Kairo-Mesir

  

15

juga terlibat dalam proses pembuatannya.

  Melanjutkan kesuksesan versi layar lebarnya, film Ketika Cinta Bertasbih (KCB) yang tayang pada stasiun televisi RCTI bekerja sama dengan Sinemart meluncurkan versi sinetron special Ramadhan dengan judul yang sama. Sinetron; Ketika Cinta Bertasbih Special Ramadhan, secara cerita digarap sebagai kelanjutan versi filmnya yang fenomenal dan telah sukses disaksikan jutaan penonton di Asia Tenggara. Sinetron ini menyajikan tontonan yang penuh konflik internal yang akan

  16 memberikan pelajaran hidup bagi pemirsa di rumah selama Ramadhan .

  Film karya Habiburrahman El Shirazy (sebagai penulis serta yang menyutradarai filmnya sendiri), suatu hal yang memungkinkan dan yang ingin ditonjolkan adalah pesan nilai-nilai Islam dalam film-nya. Namun, pada waktu dan tempat yang berlainan, masyarakat dengan varian latar belakang budaya, pendidikan, dan seterusnya, bahkan dalam pengakajian mendalam (riset ilmiah) para analis film

  

17

  dapat memberi interpretasi yang berbeda. Salah satu asumsi, misalnya, dari segi judul yang diangkat oleh Habiburrahman tentang kata “Mihrab” yang didukung dengan lokasi pesantren, secara eksplisit dapat dikategorikan berkonotasi religi.

  15 Disadur dari, Darmawan., “Review Film Ketika Cinta Bertasbih”. Blog Darmawan. http:// darmawanku.blogspot .com/2009/07/review-film-ketika-cinta-bertasbih (24 November 2010). 16 Kapan lagi.com, “KCB Raih Sukses Lewat Versi Sinetron”, Situs Resmi Kapanlagi.

http://www. Kapanlagi.com/showbiz/sinetron/kcb-raih-sukses-lewat-versi-sinetron/ (23 Agustus 2010)

17 Hal ini didasarkan skripsi tentang (analisis teks) Film berjudul “Pesan Dakwah Dalam Film

Ketika Cinta Bertasbih “ yang dilaksanakan oleh Nahdatunnisa Asry (Mahasiswa Fakultas Dakwah

dan Komunikasi UIN Alauddin).

  7 Namun, terdapat kata

  “cinta” dibelakang kata “mihrab”, yang boleh jadi memberi makna sosial multiinterpretasi yang cenderung tidak relevan dengan nuansa religi.

  Berbeda halnya dengan analisa konteks sosial budaya, dimana Habiburrahman pada scene tertentu menggambarkan simbol atau ciri khas budaya Jawa di dalam film-nya. Misalnya, dari segi bahasa (kejawen) dan dialeknya, dari segi pakaian

  18

  (batik), dan lain sebagainya yang menampilkan budaya jawa secara simbolis. Pada umumnya, perbedaan yang timbul terhadap kajian film (analisis teks) bermuara pada pemilihan metodologi yang digunakan peneliti. Karena itu, maksud yang mendasari penulis untuk mengadakan penelitian, adalah mengungkap gambaran fenomena tanda (sign) dalam film karya Habiburrahman, yaitu; Dalam Mihrab Cinta. Dengan maksud tersebut, kajian semiotika merupakan metode yang relevan digunakan dalam membedah film Dalam Mihrab Cinta. Mengkaji teks dan konteks sebuah film, serta relasi antara penanda (signifier) dan petanda (signified) dalam konten film bernuansa religi (sign). Berangkat dari latar belakang dan identifikasi masalah, maka judul penelitian yang diajukan adalah;

  “Analisis Semiotika Makna Pesan Film Dalam Mihrab Cinta ”.

18 Sebuah studi pendahuluan, setelah mencermati data-alur film “Dalam Mihrab Cinta”, Publikasi Film, 23 Desember 2010.

  8

  B. Rumusan Masalah

  Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat rumusan masalah, yakni: 1.

  Bagaimana struktur tanda dalam konstruksi film Habiburrahman “Dalam Mihrab Cinta

  ”? 2. Bagaimana makna pesan religi dan sosial budaya dalam konstruksi film

  Habiburrahman “Dalam Mihrab Cinta”?

  C. Defenisi Operasional

  Adapun judul yang akan dibahas dalam skripsi ini yakni “Analisis Semiotika

  Makna Pesan Film Dalam Mihrab Cinta ”. Untuk menghindari kesalahpahaman, penulis memberikan pengertian yang terkandung dalam judul skripsi ini, yakni:

  1. Analisis Semiotika: Secara etimologis berasal dari kata yunani semeion yang berarti “tanda”. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederatan objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif.

  2. Makna Pesan: Arti atau maksud dari setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi lisan maupun tertulis yang dikirim dari satu orang ke orang lain.

  3. Film: Film (cara pengucapan: Filêm atau Félêm) adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie (berpindah gambar). Film secara kolektif sering disebut sinema. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film

  19 dihasilkan dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera. 19 Heru Effendi., Mari Membuat Film (Edisi ke 2: Jakarta: Erlangga, 2009), h. 3.

  9

4. Dalam Mihrab Cinta; adalah Film yang diproduksi oleh Sinemart Pictures.

  Dalam Mihrab Cinta adalah karya novelis Habiburrahman El Shirazy yang dikemas dalam sebuah Film drama dengan jenis film cerita panjang (Feature-Length Films) berdurasi lebih dari 120-180 menit.

D. Ruang Lingkup Penelitian

  Dalam pembahasan ini peneliti memberikan batasan yang bertujuan untuk menghindari persepsi yang meluas. Fokus (objek) studi yang diketengahkan adalah makna pesan film “Dalam Mihrab Cinta”, yang dianalisis melalui studi semiotika. Semiotika merupakan bagian dari analisis teks media, yang menekankan pengungkapan tanda (sign) serta signifikansi penanda (signifier) dan petanda (signified) dalam menafsirkan teks dari suatu objek (film) yang sedang diteliti. Didasarkan atas kerangka teori tersebut, makna pesan yang ingin dikaji lebih mendalam adalah, makna sosial budaya dan aspek religi film; Dalam Mihrab Cinta

  ”. Kebudayaan dan masyarakat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan sebuah masyarakat juga dapat dipisahkan dengan komunikasi

  … Ada yang menekankan analisis budaya pada praktik budaya yang dijalani sehari-hari (culture of everyday life) dan ada pula yang menekankan pada teks-teks budaya

  20 seperti yang dikontruksi dalam bentuk bahasa verbal, visual atau auditori di media.

  Pada film “Dalam Mihrab Cinta” Habiburrahman menghadirkan budaya

  Jawa yang dapat kita identifikasi salah satunya dari pakaian, seperti tag line pada

20 Ibid., h. xx-xxii.

  10

  21

  salah satu media online Pada “film ”Dalam Mihrab Cinta” angkat budaya daerah”. aspek religi juga akan melakukan hal yang serupa, dimana peneliti menekankan pengungkapan tanda (sign) serta signifikansi penanda (signifier) dan petanda (signified) dalam menafsirkan teks dari suatu objek (film) yang diteliti.

E. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui bagaimana penulis memanfaatkan tanda dalam mengkonstruksi makna film Habiburrahman “Dalam Mihrab Cinta”.

2. Untuk mengetahui makna sosial budaya dan religi dalam konstruksi film

  Habiburrahman “Dalam Mihrab Cinta”.

F. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik dalam teoritis maupun praktis.

  1. Kegunaan teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi rujukan-rujukan pada pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait dengan pembuatan film.

  2. Kegunaan praktis: Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat berguna bagi para mahasisiwa dan para professional untuk membuat hiburan film yang lebih berkualitas dan merfungsi agamis.

21 Kapan lagi.com, “Film “Dalam Mihrab Cinta” Angkat Budaya Daerah”, Situs Resmi Kapan

  lagi. http://www. Kapan lagi.com/selebriti/Indonesia/h/habiburrahman-el-shirazy (28 juni 2011)

  11

G. Garis-Garis Besar isi

  Dalam pembahasan ini, secara garis besarnya akan diuraikan secara terperinci dalam lima bab, yaitu:

  1. Bab pertama, merupakan bab pendahuluan. Dalam hal ini akan diuraikan pokok-pokok pikiran yang melatarbelakangi timbulnya permasalahan, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian dan garis-garis besar isi skripsi.

  2. Bab kedua, bab ini menyajikan tinjauan pustaka sebagai kajian teoritis yang menguraikan tentang asal mula kehadiran film serta penggambaran mengenai teori semiotika yang digunakan.

  3. Bab ketiga, bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan, yakni jenis penelitian, metode pendekatan, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, dan analisis data.

4. Bab keempat, bab ini mengemukakan tentang hasil penelitian dengan menggunakan metode-metode yang telah ditentukan pada kerangka penelitian.

  5. Bab kelima, merupakan bab penutup. Dalam bab ini dirumuskan isi dan kandungan pokok pembahasan skripsi dalam suatu kesimpulan dan diikuti dengan implikasi penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Film

  1. Pengertian Film

  1 Film (cara pengucapan: Filêm atau Félêm) adalah gambar-hidup, juga sering

  disebut movie (semula pelesetan untuk “berpindah gambar”). Film, sering disebut

  'sinema'. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera.

  Dalam arti lain film adalah serentetan gambar yang bergerak dengan atau tanpa suara, baik yang terekam pada film, video tape, video disc, atau media lainnya. Sedangkan bahasa film adalah bahasa gambar. Jadi, film menyampaikan ceritanya melalui serangkaian gambar yang bergerak, dari satu adegan ke adegan lainnya, dari satu emosi ke emosi lain, dari satu peristiwa ke peristiwa yang lain. Faktor utama dalam film adalah kemampuan gambar bercerita kepada publik penontonnya.

  Film pertama kali diciptakan pada tahun 1805 oleh Lumiere Brothers. Kemudian pada tahun 1899 George Melies mulai menampilkan film dengan gaya editing yang berjudul

  “Trip To The Moon”. Pada tahun 1902 Edwin Peter membuat film yang berjudul 1 “Life Of In American Fireman”. Kebutuhan manusia akan hiburan

  Film adalah selaput, dipakai untuk menanamkan gulungan serangkaian gambar-gambar yang

diambil dari obyek-obyek yang bergerak dan akhirnya proyeksi dari pada hasil pengambilan gambar

tersebut., Ensiklopedi Indonesia (Jakarta; Ichtiar Baru,1991), h 1007. ,

  13 melalui sebuah gambar yang bergerak lama kelamaan mulai menarik minat masyarakat luas pada umumnya. Disini mulai terletak adannya sebuah organize yang akan mengatur atau menyuplai hal tersebut. Masuknya film sebagai dunia industri berawal dari sini. Sebuah karya film mulai diperjualbelikan atau dengan kata lain mulai ada value yang harus dikeluarkan oleh masyarakat, mulai ada peraturan-

  2 peraturan tentang segala hal yang berkaitan dengan film .

2. Unsur-Unsur Pembentukan Film

  Setiap membicarakan film maka akan selalu bersinggungan dengan unsur- unsur pembentukan film. Pemahaman terhadap unsur-unsur pembentukan film tentu akan banyak membantu kita untuk memahami film dengan baik.

  Pertama yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Film, dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Masing-masing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya berdiri sendiri. dapat dikatakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film seperti mise-en-scene yaitu segala hal yang berada di depan kamera contohnya setting atau latar, tata cahaya, kostum, dan make up, serta akting dan pergerakan pemain.

  Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya seta hubungan kamera dengan objek yang diambil. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar yang lain. Yang terakhir adalah suara yakni segala hal dalam film yang 2 Indonext

  , “Tentang Film,” Situs Resmi Indonext. http://www.indonext27.blogspot.com/ (23 Agustus 2010).

  14 mampu kita tangkap melalui indra pendengaran. Kedua adalah unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh,

  3 masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya .

  3. Memahami Film

  Bahan baku atau materi yang memadai belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik, jika seorang sutradara salah mengolahnya begitupun sebaliknya. Sebuah film yang memiliki cerita atau tema kuat bisa menjadi tidak berarti tanpa pencapaian sinematik dan naratif yang memadai.

  Bahasa film adalah kombinasi anatara bahasa suara dan bahasa gambar. Sineas menawarkan sebuah solusi melalui filmnya dengan harapan tentunya bisa diterima dengan baik oleh orang yang menonton. Melalui pengalaman mental dan budaya yang dimilikinya, penonton berperan aktif secara sadar maupun tidak sadar untuk memahami sebuah film. Keberhasilan seseorang dalam memahami film secara utuh sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tersebut terhadap aspek naratif dan

  4 aspek simatik sebuah film .

  4. Jenis-Jenis Film a.

  Film Dokumenter (Documentary Films) Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, dan pendidikan. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai 3 4 Ibid.

  Himawan Pratista., Memahami Film (Cet. 1: Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 3.

  15 aliran dari film dokumenter misalnya dokudrama (docudrama). Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia. Para pembuat film bisa bereksperimen dan belajar tentang banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Ini bisa dilihat dari banyaknya film dokumenter yang bisa kita saksikan melalui saluran televisi seperti program National Geographic dan Animal Planet. Bahkan saluran televisi Discovery Channel pun mantap menetapkan diri sebagai saluran televisi yang hanya menayangkan program dokumenter tentang keragaman alam dan budaya.

  b.

  Film Cerita Pendek (Short Films) Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau seseorangmaupun kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik.

  Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.

  c.

  Film Cerita Panjang (Feature-Length Films) Film dengan durasi lebih dari 60 menit pada umumnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini.

  Beberapa film berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.

  16 Dalam skripsi ini peneliti memilih jenis film cerita panjang yang diputar di bioskop yang berjudul

  “Dalam Mihrab Cinta” menurut peneliti adalah suatu bentuk

  5 komunikasi transendental dengan durasi lebih dari 120 menit.

5. Klasifikasi film a.

  Definisi Genre Film Istilah genre berasal dari bahasa perancis yang bermakna “bentuk” atau tipe”. Dalam film genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas) seperti setting, isi dan subyek, ikon, mood serta karakter. Klasifikasi tersebut menghasilkan genre-genre populer seperti aksi, petualangan, drama, komedi, horor, western, thriller, film noir, roman, dan sebagainya.

  Fungsi utama genre adalah untuk memudahkan klasifikasi sebuah film. Film yang diproduksi sejak awal perkembangan sinema hingga kini mungkin telah jutaan lebih jumlahnya. Genre membantu kita memilih film-film tersebut sesuai dengan spesifikasinya. Selain untuk klasifikasi, genre juga dapat berfungsi sebagai antisipasi penonton terhadap film yang akan ditonton. Jika seseorang penonton telah memutuskan untuk melihat sebuah film bergenre tertentu maka sebelumnya ia telah mendapatkan gambaran umum (ide) di kepalanya tentang film yang akan ia tonton. Misalnya jika ia ingin mendapatkan hiburan ringan, umumnya kita akan memilih film

  6 bergenre aksi atau komedi. 5 Komuniksi transendental adalah sebuah proses komunikasi vertikal antara manusia dan

pencipta-Nya, salah satu caranya dengan sholat, karena sholat merupakan aktivitas sehari-hari oleh

umat manusia yang dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Sholat adalah dialog

lewat puji-pujian dan permohonan kepadaNya. Di sadur dari., kumpulan kutbah.blogspot.com, (8 Juni

2011). 6 Himawan Pratista., Op.cit., h. 9-10

  17 b.