AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BAGI PENGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN GANDA (Analisis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No.12 tahnn 2006 dan Pasiil 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974) -
AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BAGI
PENGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN GANDA
(Analisis Normatif Pasel
6
Undang-Undang No.12 tahnn
2006
Pasiil 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan
Untuk Menempuh UJian
Sarjana Hukum
RAHMADAN RIZKISAPUTRA
50 2011 259
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM '
2015
i
dan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM
PERSETUDJAN DAN PENGESAHAN
AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR
BAGI reNGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN
GANDA (Analisis Nonnatif Pasal 6 Undang-Undang
No.12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No. I
lahun 1974)
] lama
NIM/NIRM
Program Studi
Program Kekhususan
: RAHMADAN RIZKI SAPUTRA
:50 201i259
; llmu Hukum
: Hukum Perdata
PEMBIMBTNG:
ZULFIKRINAWAWI, SH., MH
Palembang, 19 Agustus2015
MOTO:
'Yakinlah dirimu lebih dari yang kau bayangkan, karena
tiap waktu yang kau lalui adalah takdir yang kau pilih"
(Rakmudan Rizki Saputra)
KUPERSEMBAHKAN KEPADA:
>
>
>
>
\
KEDUA ORANG TUAKU TERCIMTA
SAUDARA-SAUDARAKU TERS^^ YANG
KEPONAKAN-KEPONAKAN K U TERSAYANG
SESEORANG YANG K E L A K AKAN MENJADI
MAKMUMKU
> TEMAN-TEMAN SEPERJUANGANKU
> ALMAMATERKU
iii
1^
Judul Skripsi :AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DIBAWAH UMUR
BAGI PENGANUT ASAS PERKAWINAN GANDA
(AnalSsis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No.12
tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No.l tahun
1974.
Penulis,
Pembimbing,
Rahmadan Rizki Saputra
Zulfikri Nawawi, S H . , M H
ABSTRAK
Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimanan akibat hukum perkawinan
penganul asas kewarganegaraan ganda ?
di bawah
2. Bagaimana Upaya anak berkewarganegaraan
melangsungkan perkawinan di bawah umur ?
umur
bagi
ganda agar dapat
Selaras dengan tujuan yang bermaksud untuk mengetahui akibat
hukum perkawinan dibawah umur bagi penganul asas perkawinan ganda (
Analisis Normatif Pasal 6 Undang-undang No 12 tahun 2006 dan Pasal 7
Undang-undang No 1 tahun 1974), maka jenis penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif yang bersifat dcskriktif (menggambarkan), oleh
kamanya tidak bermaksud untuk menguji hipotesa.
Teknik pengumpulan data dititik bcratkan kepada penelitian
kepustakaan dengan cara mengkaji bahan hukum primer, bahan hukum
skunder, dan bahan hukum tcrsier.
Teknik pengolahan data dilakukan dengan mencrapkan analisis isi
(Content Analisys) untuk selanjutnya dikontruksikan kedalam suatu
kesimpulan.
Berdasarkan penclusuran lebih Jauh, terutama yang bersangkut paut
dengan permasalahan, dapal di simpulkan sebagai berikut:
1. Akibat hukum perkawinan di bawah umur bagi penganut asas
kewarganegaraan ganda adalah :
iv
Pertama, diharuskan memilih salah satu kewarganegaraan.
Berdasarkan ketentuan pasal 6 Undang - undang nomor 12 tahun
2006 ayat 1 yang menyandang status berkewarganegaraan ganda jika
sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu
kewarganegaraanya.
Kedua, dianggap sudah dewasa dan cakap melakukan perbuatan
hukum. Sesuai dengan ketentuan perundang - undangan pasal 47
dan 50 Undang - undang Nomor 1 rahun 1974 tentang perkawinan,
dimana kekuasaan orang tua berakhir bila anak sudah mencapai 18
tahun (kecuali sudah kawin sebelum umur itu).
Ketiga, paspor ganda yang dipegangnya dinyatakan tidak berlaku.
Berdasarkan
ketentuan
pasal
6,
apabila
anak
yang
berkewarganegaraan ganda telah mclangsungkan perkawinan maka
secara otomatis ia harus segera meninggalkan salah satu
kewarganegaraan yang disandangnya.
Keempat, dicabutnya hak untuk fasilitas sebagai warga negara
Indonesia yang berkewarganegaraan ganda. Jika anak tersebut
melangsungkan perkawinan, maka secara otomatis hak untuk
fasilitas sebagai warga negara Indonesia yang berkewarganegaraan
ganda dicabut.
2. Upaya anak berkewarganegaraan ganda agar dapat melangsungkan
perkawinan di bawah umur :
a. Mengajukan surat buti kewarganegaraan ganda
b. Magajukan Dispensasi Untuk Melangsungkan Perkawinan D i
Bawah Umur
K A T A PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur atas kehadirat
Allah SWT, karena berkat taufiq dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Dan leriring serta salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Adapun judul skripsi ini " A K I B A T H U K U M P E R K A W I N A N D I
B A W A H UMUR BAGI
PENGANUT ASAS K E W A R G A N E G A R A A N
G A N D A (Analisis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No. 12 tahun 2006
dan Pasal 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974)'\ Skripsi ini ditulis sebagai
syarat
untuk menempuh
ujian
sarjana
hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempuma
sebagaimana mestinya penulisan ilmiah lainnya. Namun penuulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya, meskipun dengan
keterbatasan kemampuan serta bahan yang tersedia. Olch karena itu kritik
dan saran yang bersifat mcmbangun dcmi kcsempumaan skripsi ini akan
diterima.
Kemudian dengan
rasa tulus dan ikhlas penuHs
menghaturkan
ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak
Dr.
H.
M.ldris.,SE,.M.si.,
selaku
Rektor
Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Ibu Dr.Hj.
Sri Suatmiati.,SH.,M.Hum, Selaku
Dekan
Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
3. Bapak dan Ibu Wakil Dekan 1, \l
I I I , dan I V Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah.
4. Bapak Zulfikri Nawawi, SH.,MH, selaku Pembimbing Skripsi yang
telah memberi pengarahan dan bimbingan.
5. Bapak M . Soleh Idrus, SH.,MS, Selaku Pembimbing Akademik yang
telah membimbing selama kuliah.
vi
6. Bapak Mulyadi Tanzili, SH.,MH, Selaku Ketua Bagian hukum
keperdataan
Fakultas
Hukum
Universitas
Muhammadiyah
Palembang.
7. Seluruh Staf
Dosen dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang.
8. Kedua orang tuaku lercinta (ayahanda
Sartono.ibunda Sudartini)
Ketiga ayundaku( Nove Sadriah,S.Kep, Ners, Diana Paristhy Sari,S.
P A U D , Rami Purwasih,S.Pd ) adikku (Aisyah Nurlaily) dan kelima
ponakan ku tersayang (Daniel, Zibran, Kenzie, Alvaro, Keisha).
Yang
telah
senantiasa
memberikan
mendoakanku,
dukungan
dan
moril
dan
materil, yang
memotivasi
dan
mengharapkan
kesuksesanku Terimakasih atas kasih sayang yang kalian curahkan
kepadaku selama penulis menuntut ilmu pengetahuan di Universitas
Muhammadiyah Palembang sampai dengan selesainya skripsi ini.
9. Almamater ku dan teman satu Angkatan 2011 yang selalu memberi
semangat.
lO.Sahabat-sahabat seperjuanganku (Amir, Asta. Dafi, Mesa, Ika Bela,
Sari. Imey). Yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka
yang selalu memberi semangat dalam berjuang demi cita-citaku.
1 l.Posko KKN-209 Desa Srijabo Baru Kec. Sungai Pinang, Kab. Ogan
Ilir (Bpk/lbu Kades,Ibu Tona, Ibu Ida, Agung, Dede, Adrian, Roy,
Nanang, Seprina, Melly, Ejak, Nesti, Indri)
Semoga semua bantuan, dukungan dan amal baik yang telah diberikan
mendapal imbalan sebagaimana mestinya dari Allah SWT. Dan skripsi
ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri maupun yang membacanya.
Palembang, 10 Agustus 2015
Penulis
Rahmadan Rizki Saputra
vii
D A F T A R ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
iii
ABSTRAK.
iv
K A T A PENGANTAR.
vi
D A F T A R ISI
viu
BAB I P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
1
B. Permasalahan
6
C. Ruang Lingkup dan Tujuan
,..7
D. Metode Penelitian
,.7
E. Sistematika Penulisan
8
BAB I I T I N J A U A N PUSTAKA
A. Pengertian Perkawinan
11
1. Menurut Hukum Islam
2. Menurut
Undang
11
-
undang
Perkawinan
No.l
1974
3. Menurut
tahun
15
Kitab
Undang
-
undang
(BW)
Hukum
Perdata
16
B. Syarat dan Rukun Perkawinan
17
1. Syarat sahnya Perkawinan
17
2. Rukun Nikah
21
C. Tujuan Perkawinan
22
D. Perkawinan Campuran
27
a. Sejarah Pengaturan Perkawinan Campuran
viii
27
b. Pengaturan dalam Undang - undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan
c. Pengaturan
29
Mengenai
Anak
dalam
Perkawinan
Campuran
30
E. Perkawinan di Bawah Umur
35
1. Batasan Usia Menurut Hukum Islam
36
2. Batasan Usia Menurut Undang - undang No.l Tahun 1974
37
3. Batasan Umur Ideal Menurut Gander
39
BAB HI PEMBAHASAN
A. Akibat Hukum Perkawinan di Bawah Umur bagi Penganut Asas
Kewarganegaraan Ganda
41
1. Konsep Anak Berkewarganegaraan Ganda (terbatas)
41
2. Anak Berkewarganegaraan Ganda yang Melakukan Perkawinan
di Bawah Umur
45
B. Upaya Anak Berkewarganegaraan Ganda agar dapat Melangsungkan
Perkawinan di Bawah Umur
51
1. Mengajukan Surat Bukti Kewarganegaraan Ganda
51
2. Mengajukan Dispensasi unluk Melangsungkan Perkawinan
di Bawah Umur
54
BAB I V PENUTUP
A. Kesimpulan
57
B. Saran
58
D A F T A R PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
BAB I
Pendahuluan
A . Lalar Belakang
Perkawinan
dalam
setiap
merupakan
bagian
dari perjalanan
hidup
manusia.
ajaran agama tujuannya bukan saja untuk menyalurkan
insting seksual manusia dan meletakkanny a pada jalan yang benar. tetapi
berfungsi juga sebagai sarana reproduksi manusia untuk mcngagungkan
daumenaati perintah Tuhan sesuai dengan tugas manusia.
Dalam
bagi
hal perkaw inan sescorang tlapai memilih
kehidupannya
kelak,
tidak
jarang
\ ang
sescorang
terbaik
melakukan
perkawinan dengan orang lain yang berbeda suku. agama. dan bangsa
yang
dengan
tujuan
yang
kata
lain
lerpenting
sering
adalah
discbul perkawinan
membenluk
keluarga
campuran
tetapi
(rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
i*crkawinan campuran sudah banyak dilakukan oleh warga negara
Indonesia di berbagai
masyarakat.
daerah seiring dengan
perkcmbangan pemikiran
Jika pada masa kolonial dan tcodal perkawinan
terjadi karena kchidupan bcrmasyarakat
itu, yang sering terjadi anlara lain
dan kondisi sosial pada waktu
perkawinan antara pejabat Belanda
dengan kerabat dari pejabai Bumi I'ulcra.
1
campuran
2
Di
samping
itu lidak jarang terjadi perkawinan antara orang-
orang Belanda yang tertarik dengan perempuan pribumi dari golongan
rakyat
biasa,
demikian halnya
Masuknya pedagang
pendorong
dengan
anak
keturunan
mereka.
dari Arab dan Tiongkok juga menjadi salah satu
berkembangnya
interaksi
antar masyarakat yang berbeda
bangsa dan lunduk pada hukum yang berlainan ini unluk
melangsungkan
perkawinan campuran di lanah air.
Globalisasi
adalah
salah
Mcnurut
survey
menikah
ekonomi,
salu faklor pendorong
perkenalan
bekas
informasi,
yang dilakukan
yang
antara
teman
membawa
lain
adalah
kerja/bisnis,
pendidikan.
dan
lerjadinva perkawinan
oleh
Mixed
pasangan
perkenalan
berkenalan
Couple
berbeda
melalui
saat
Dengan
banyak
scharusnya
Indonesia
dengan
berlibur,
perlindungan
hukum
campuran
di
diakomodasi dengan baik dalam perundang-undangan
didefjnisikan
^'pan
dalam
bekas
Mohuinmad
Paiz,
Status
Nomor
hukum
hnp://wwvv.mixeikouple.cvm/ariides/modphp?mody}ublis
anak
Indonesia
lain.
sudah
campuran
ini
di Indonesia.
1 Tahun
hasil
teman
juga terjadi
di Indonesia, perkawinan
Undang-undang
kemudian
dari negara
dalam perkawinan
Dalam perundang-undangan
Club, jaiur
internet,
tcnaga kerja
icrjadinya perkawinan
campuran.
kewarganegaraan
sckolah/kuliah. dan sahahat pena.'* Perkawinan campuran
pada tenaga kerja
transportasi
1974
perkawinan
campuran
tentang
campuran.
3
Perkawinan pasal 57,
yang
daJam undang-undang
ini ialah ^'Perkawinan
di Indonesia
tunduk pada
kewarganegaraan
Indonesia",
dan
dimaksud
dengan
hukum yang
salah
perkawinan
antara
berlainan,
satu
campuran
dua orang
karena
pihak
perbedaan
berkewarganegaraan
sedangkan dalam Staalblad 1898 No. 158 lentang
perkawinan campuran
yang
sendiri perkawinan campuran
peraturan
diartikan sebagai
Perkawinan antara orang-orang yang di Indonesia tunduk pada hukumhukum
yang
berlainan. ^'
dari
situ
dapat
ditarik
kesimpulan
bahwasanya pada perkawinan campuran, meskipun pada dasarnya sama
iiUiksud
ya.ip
tcrkandung
dalam
kedua
peraturan tadi. akan tetapi
Undang-undang perkawinan lebih detail lag! mcniel;Kkan mengenai sianasiapa saja yang lunduk pada hukum yang berlainan guna pelaksanaan
perkawinan campurari.
Selama
dalam
hampir
setengah
perkawinan campuran
abad
pengaturan
antara warga
negara Indonesia
warga negara asing, mcngacu pada Undang-undang
1958
tciUang
kewarganegaraan.
Seiring
kewarganegaraan
herjalannya
dengan
Nomor 62
waktu
Tahun
Undang-
undang ini dinilai lidak sanggup lagi mcngakomodasi kepcntingan para
pihak
dalam
perkawinan
campuran,
terutama
perlindungan untuk istri
dan anak.
^' Sudarsono.
Hukum Perkawinan Nasionai. (.lakarla: I'T Asdi MahasaWa. 2005).
hlm.200.
k
Barulah pada 11 Juli 2006, Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan
Undang- undang kewarganegaraan yang baru. I.ahimya undang-undang ini
disambut gembira
oleh warga Indonesia yang menikah dengan warga
negara asing. walaupun pro dan kontra masih saja timbul. namun secara
garis
bcsar
undang-undang
baru
>ang
memperbolehkan
kewarganegaraan (lerbalas) ini sudah memberikan penccrahan
dwi
baru dalam
Miciig-ii.i.d j>cr,soalan-pcrsoa!an yang lahir dari perkawinan campuran.
Pcrsoalan
yang
rentan
campuran adalah
masalah
kcvvii.igaiK;gai"aaii
yang
lunggal, sehingga
anak
bisa
memiliki
salu
dan
iimbul
sering
kewarganegaraan
lama mcnganiit
dalam
anak.
Undang-undang
prtnsip
kewarganegaraan
yang lahir dari perkawinan campuran
kewarganegaraan,
yang
dalam
hanya
Undang-undang
;c!,sUHii d:lv:.pukan bahwa yang harus diikuti adalah
ayahnya. Pengaturan
perkawinan
kewarganegaraan
ini mcnimbulkan pcrsoalan apabila di kemudian
hari perkawinan orang tua pecah, tenlu ibu akan kesuHtan
mcndapat
pengasuhan anaknya yang warga negara asing.
Mengenai
dan
resmi
perkawiiiau
kepentiiigan anak
menurut
hukum
ciimpurau
di
hasil
dari
Indonesia
dan pcngambil
perkawinan
adalah
keputusan
campuran
agar
memahami
pelaku
dan
jncndapat penccrahan mengenai konsep lentang kewarganegaraan ganda
bagi anak-anak
Nomor
hasil perkawinan campuran.
12 Tahun 2006
tentang
Dalam
Kewarganegaraan
Undang-undang
pasal
6 ayat ( 1 1
5
disebulkan
bahwa:
sebagaimana
mengenai
dimaksud
perkawinan
status
anak
hasil
dari
perkawinan
didalam pasal 4 huruf c, d, f, m (anak
antara
WNI
dengan
WNA) dan pasal
5
berakibal
berkewarganegaraan
ganda, setelah berusia 18 tahun atau sudah
anak
harus
tersebut
menyatakan
memilih
hasil
kawin
salah
satu
dimungkinkan
timbul
menyandang
status
kewarganegaraannya.
Dalam
suatu
hal
mclangsungkan
masalah
terlebih
bagi
kewarganegaraan ganda Apabila
perkawinan
anak
yang
anak lersehut hendak
melangsungkan
pciTiikaljan di l.mwali urnut', sedangkan mcnurutbatasan umur pada Undangundang Perkawinan pasal 7 aval (1) hanya mengizinkan jika
laki
sudah
jicicuijiLi.in
terdapat
mencapai
umur
19
sudali mencapai
umur
{sembilan belas)
16 (enam
lahun
belas)
pihak
laki-
dan
pihak
tahun. Meskipun
dispensasi pada ayat selanjutnya tclapi nantinya akan timbul
permasalahan j i k a
anak
yang
berkewarganegaraan
ganda
tersebui
melangsungkan perkawinan.
Perkawinan
di bawah
umur yang dilakukan oleh anak
yang
mempunyai kewarganegaraan ganda berpolensi masalah sebab nantinya
.ikar.
!(:rjau!
bcnUiran
kaidah
hukum
yang
berkailan
dengan
kcde\yasaaa dan keeakapan melakukan perbuatan hukum terutama dalam
masalah perkawinan.
6
Sebagai eonloli
adalah dalam hal perkawinan, menurut hukum
Indonesia, terdapat syarat material dan formal yang perlu dipenuhi. Ketika
seorang anak yang
harus
belum
mcmeiiuhi kedua
berusia
18 lahun
hendak
pemberi
dilangsungkan.
kewarganegaraan
maka
syarat tersebut. Syarat materil harus mengikuti
hukum Indonesia sedangkan syarat formal mengiknii
perkawinan
menikah
Namun
yang
berdasarkan
lain,
hai
hukum
hukum dari
tersebut
tempat
negara
diizinkan,
lalu
ketentuan mana yang harus dlikutinya
Dengan lahirnya Undang-undang Kewarganegaraan yang baru yakni
Undang- undang Nomor 12 Tahun 2006. sangat menarik untuk dikaji
bagaimana
pengaruii lahirnya Untlang-undang ini lerhadap status hukum
anak dari perkawinan campuran
yang mclangsungkan
pcrkauinan tli
bawah umur.
B. Permasalahan
Yang menjadi permasalahan adalah :
!. Apa akibat hukum yang timbul pada perkawinan di bawah
umur yang dilakukan anak berkewarganegaraan ganda?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan anak
berkewarganegaraan
ganda agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah umur?
C. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengkaji,
dan
mcnganalisis
hcrkewarganegaraan
ganda
akibat hukum yang
dalam melangsungkan
mendiskripsikan,
limbul pada
anak
pernikahan di bawah
umur. scrla pcngaruhnya dengan status dan kedudukan hukum sebagai
warga Negara dan unluk mendiskripsikan
upaya-upaya
yang dilakukan
olch aiiak bci kcvvat pancgaraan ganda dalam melakukan perkawinan di
bawah
umur
berdasarkan
perturan
memperhalikan ketentuan pasal 6
200b dan pasal
/ Undang-undang
hukum
Undang-undang
yang
ada.
Nomor
dengan
12
Tahun
Nomor 1 Tahun 1974 sebagai dasar
scrla rujukan berkaitau dengan kclculuan formal dan material
dalam
melangsungkan perkawinan.
D. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian Normatif. Dengan demikian sumber bahan hukum penelitian ini
mcncakup:
1. Bahan hukum Primer, yailu bahan hukum yang
hal ini bahan hukum
Undang
Hukum
yang
Perdata,
dimaksud
adalah
mengikat. Dalam
kitab
Undang-
Undang- undang No.12 tahun 2006
8
lentang Kewarganegaraan. Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan.
2. Bahan hukum Sckundcr, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai
lerdiri
dari
bahan
hukum
primer. Bahan
Literatur yang berkailan
dengan
hukum ilu
landasan
hukum
operasional
hukum Perkawinan lerutama mengenai
perkawinan
di
niiiur,
anak
baucili
perkawinan
kewarganegaraan
campuran,
kemudian
ganda
pada
rancangan
hasil
Undang-undang.
buku icks (teks books) yang ditulis para ahli hukum {de herseende
'.;.;•), juii.ial iiukum. jjeudapat para
pakar
hukum. Disamping ilu
juga didukuiig oleh berbagai laporan penelitian. artikel, dan datadata penunjang dari internet.
3. Bahari hukum
pctunjuk
1 ersier,
bahan
hukum yang
membenkan
maupun penjelasan tcrhadap bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder.
dimaksud
yaitu
terdiri
dari
Dalam hal ini
kanius
bahan
hukum.
hukum
kamus
yang
bahasa.
cnsiklopedia. dan Iain-lain.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan rangkaian urutan dari beberapa
uraian
beberapa suatu sistem pcmbahasan dalam suatu rangkaian ilmiah.
Dalam penelitian
ini akan
digambarkan
sistematika
penelilian yang
9
telah
dilakukan
sehingga mempennudah dalam memahami isi dari
penelitian ini. Dengan adanya pcmbahasan
penelitian
akan
lebih jeias
arah
tujuan
yang
sistematis,
sualu
penelilian
tersebut.
Dalam
kaitannya dengan penelitian skripsi i n i , sistematika dalam penelitian
penelitian ini disusun dalam empat bab sebagai berikut:
BAB 1
Pendahuluan, yang terdiri
batasan masalah,
dari:
rumusan
latar belakang masalah.
m asal ah,
tujuan
penel i ti an.
maniaal penclilian, dan lekhnik penelitian serta sistematika
pcmbahasan scputar masalah ini.
BAB n
Kajian Tcori, Pada hah ini akan diuraikan tentang teoriteori
yang
herkaitan
umur
melandasi
dengan
bagi
penelitian dan
akibat
penganul
hukum
pendapat
penelitian
scbelumnya sebagai
yang
perkawinan di bawah
kewarganegaraan
beberapa
dari
pcmbahasan
berbagai
ganda.
literatur.
dan
Serta
hasil
landasanleori pcmbahasaii
pada bab berikutnya.
B A B 111
Pcmbahasan. berisi tentang: jawaban dari semua rumusan
iiiasalali
mengenai
apa
bawah
umur bagi anak
upaya
yang
dilakukan
akibat
hukum
perkawinan
kewarganegaraan
anak
ganda,
di
serta
yang berkewarganegaraan
10
ganda
agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah
umur.
BAB IV
Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB H
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian perkawinan.
1.
Menurut Hukum Islam
Pada prinsipnya. pernikahan
adalah
akad
untuk
mcnghalalkan
hubungan serta membalasi hak dan kewajiban, lolong - menolong antara
laki - laki dan perempuan dimana antara keduanya bukan muhrim.
Istilah Perkawinan bera.sal dari kata "nikah"
yang artinya
mengumpulkan, saling memasukan. dan digunakan untuk arti bersetubuh
(wathi).
Sedangkan dalam bahasa Indonesia perkawinan berasal dari kata
"kawin" yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan
jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.
Dewasa ini kcrap kali dibedakan antara "nikah" dan "kawin". Akan
tetapi pada prinsipnya antara "pernikahan" dan "perkawinan" adalah sama.
hanya berbeda dalam menarik akat kita saja. Apabila dilinjau dari segi
hukum nampak jeias bahwa pernikahan adalah akad sue) dan luhur antara
laki - laki dan perempuan bukan muhrim yang menjadi sebab sahnya status
sebagai suami istri dan dihaluikanya hubungn seksual dengan
11
tujuan
12
mancapai keluarga sakinah. penuh kasih sayang, kebijakan dan saling
menyantuni."^*
Dalam referensi lain, Secara Etimologi pernikahan berarti:
j ^ i j i.^Yang
artinya berscnggama dan bercampur. Nikah mempunyai
dua arti yakni arti kiasan dan arti sebenarnya. Menurut arti sebenamya
nikah
adalah
"dham"
yang
berarti
"menghiinpit'V'menindih", atau
"berkumpul". Sedangkan arti kiasan nikah adalah "waihaa", yang artinya
bersetubuh."**
Secara Tenninologi pernikahan itu hakekatnya adalah "aqad'" antara
calon suami istri untuk memperbolehkan keduanya bergaul sebagai suami
istri.^' Hal ini senada dengan imam safi'i yang mengartikan nikah adalah
akad yang mengandung ketentuan hukum kebolchan Wathaa dengan laladz
nikah atau Tazwij atau dengan lafadz yang semakan dengan keduanya.
Kompilasi Hukum Islam juga memberikan definisi yang hampir
sama. Dalam bab II dasar - dasar pernikahan. Pasal 2 disebutkan bahwa:
"Perkawinana menurut hukum Islam adalah perkawinan, yaitu akad yang
sangat kuat atau Miitsaaqan Ghaiishan untuk mentaati perintah Allah dan
melakukannya merupakan amal ihadah. "^^
^'Sudarsono. 1992. Pokok-pokok
Hukum Islam , i'dkarla: Rineka Cipta, him 188.
Kamal Mukhtar. 1993. Asas Hukum Islam lentang pernikahan
Bintang, him.l.
^^Mahniud Yuniis, 1981. Hukum pernikahan
Agung, him.I.
. Surabaya: Bulan
dalamm Islam, cel.9 Jakarta: Hidakarya
Dari pengertian diatas dapat dlpahami bahwa pernikahan adalah akad
yang suci dan kuat Miitsaaqan Ghaliizhan antara laki ~ laki dan perempuan
untuk memperbolehkan melakukan hubungan biologis serla untuk mentaati
perintah Allah dan melakukanya merupakan bagian dari amal ibadah
kepada-nya.
Pengertian
tersebui mengisyaratkan
adanya
akad. karena
akad
merupakan proses yang sangat fundamental yang tidak boleh ditiadakan
dalam satu pernikahan. Jika suatu pernikahan tanpa diketahui oleh suatu
akad maka pernikahan tersebut tidak sah dan balal. Akad sendiri adalah
rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan qabul yang diucapkan oleh
mempelai pria atau wakilnya dan disaksikan oleh dua orang saksi.
Apabila seorang laki - laki dan perempuan melakukan hubungan
seksual tanpa adanya akad nikah, maka tidak ubahanya seperti kchidupan
liar binatang. Dan apabila itu terjadi dalam kchidupan manusia maka
sesungguhnya
manusia
memposisikan
dirinya
sama seperti
binatang.
padahal Allah menciplakan dalam model yang sebaik - baiknya dan paling
mulia diantara para mahluk-Nya yang lain.
Keberlangsungan
hidup manusia di dunia ini memerlukan sebuah
keseimbangan. dan keseimbangan ilu bisa terlaksana jika manusia dapal
memerankan
fungsinya dalam menjaga sesuatu yang mendasar dalam
' Abdul Ghani Abdullah. 1994. Pengantar Kompilasi
hukum Indonesia Jakarta: gema Insani press, hlin.78
Hukum Islam dalam
latanan
kehidupanya. Termasuk menjaga
tujuan -
tujuan hukum Islam yang
kemudian di sebut Maqasid A T - syari'ah. Imam Al-Syatibi menyimpulkan
bahwa tujuan hukum Islam atau Maqasid Al-syari'ah di dunia ada lima hal
yaitu sebagai berikut:^'
1. Memelihara agama {Hifdz
Al-Din),
yang
dimaksud
adalah
hubungan manusia dengan Allah seperti shalat, zakat, puasa, haji.
dan syahadat.
2. Memelihara diri {Hifdz Al-Nofs),
yaitu larangan menghina orang
lain, larangan bunuh diri dan sebagainya.
3. Memelihara keturunan dan kehormatan, seperti aturan - aturan
pernikahan, larangn berzina dan Iain-lain.
4. Memelihara harta yakni larangan mencuri, mengghasab barang
orang lain.
5. Memelihara akal didalamnya terdapat kewajiban menuntut ilmu
dan sebagainya.
Salah satu dari kelima hal tersebut diatas dalam kaitanya dengan
pernikahan adalah memelihara keturunan dan kehormatan. Dalam kerangka
inilah
sesungguhnya
manusia
dianjurkan
untuk
melakukan
sebuah
pernikahan dengan lawan jenisnya, agar eksistensinya kchidupan manusia
di dunia ini bisa tents berlanjut. Pernikahan sebagai salah satu institusi
Asatri Jaya Bakri. 1996. Konsep Maqasid
Grafindo Pustaka. him.65.
Syari'ah
menunn
al-Syafihi.
Jakarta: PT Raja
15
agama sudah
barang
lentu memiliki
seperangkat aturan
yang harus
dipenuhi.
Namun
demikian,
agar
pernikahan
yang
akan
dilaksanakan
diharapkan nantinya menjadi pernikahan yang sakinah. mawaddah dan
rahmah bisa tercapai, maka hal - hal yang mendukung harus dipersiapkan
juga. Mengingat betapa besamya tanggung jawab, baik suami maupun istri
perlu memiliki kesiapan matang, baik psikis maupun fisik.
Hal ini karena pekerjaan berat ini tidak mungkin terlaksana dengan
persiapan yang asal - asalan dan kondisi fisik maupun psikis yang buruk.
Diperlukan kesiapan
fisik dalam menempuh kchidupan rumah tangga.
scbab rumah tangga bukanlah suatu permainan yang santai. Rumah tangga
merupakan sualu perjuangan yang berat. bahkan kadangkala sangal keras.
dan tentu memerlukan ketahanan fisik yang prima.
Bagi
memerlukan
wanita
misalnya.
tenaga
yang
rutinitas
sangat
kerja
dalam
rumah
besar. dari menguriis
diri.
tangga
rumah.
mengurus dan melayani kebutuhan suami lahir maupun baiin. Belum lagi
kalau dikaruniai Tuhan keturunan. hal ini akan menamhah beban istri.
Semua ini memtTlukan ketahanan fisik yang prima.**'
2.
Menurut Undang - undang Perkawinan N o . l lahun 1974
Menurut Undang -undang N o . l tahun 1974 pasal 1:
^'Rahmat Hakim. 2000. Hukum Pcniikahan
Islam. Bandung: C V Pustaka Sella, him. 139.
16
"Perkawinan ialah ikalan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. "
Pengertian perkawinan seperti yang tercantum diatas bila diperinci yaitu:
1. Perkawinan ialah ikatan iahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri;
2. Ikatan lahir batin ilu ditunjukan untuk membentuk keluarga ( rumah
tangga) yang bahagia kekal sejahtera.
3. Ikatan lahir batin dan tujuan bahagia yang kekal itu berdasarkan pada
Ketuhanan yang Maha Esa.
Indonesia
sebagai
Negara
berdasarkan
Pancasila,
yang
sila
pertamanya ialah Ketuhanan yang Maha Esa, maka antara perkawinan
dengan agama atau kerohanian mempunyai hubungn yang sangat erat,
karena perkawinan bukan saja mempunyai unsur jasmani tetapi juga
mempunyai unsur rohani yang memegang peranan sangal penting.
3.
Menrut Kitab Undang - undang Hukum Perdata ( B W )
Pengertian
dasar perkawainan
menurut
BW adalah
menganut
pengertian dasar perkawinan barat (perdata). artinya menurut B W suatu
perkawinan adalah sah jika telah dilangsungkan berdasarkan ketentuan
Undang - undang dan telah memenuhi syarat - syaray yang digariskan oleh
Undang - undang. Ha! ini terbukti dari isi pasal 26 yang berbunyi;
17
"Undang - undang memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan hubungan perdatanya"^^
B. Syarat dan Rukun Perkawinan
1. Syarat sahnya Perkawinan
Dalam melaksanakan
suatu perkawinan. maka sebelumya
harus
dipenuhi dulu syarat - syarat untuk dapat tcrwujudnya suatu perkawinan
yang sah. Diantara syarat - syarat sah perkawinan itu antara lain:
a.
Menurut Hukum Islam
Setelah ditetapkanya Undang - undang N o . l lahun 1974 tentang
perkawinan, maka dasar ber'akunya Hukum Islam di bidang perkawinan.
talak dan rujuk mengacu pada Undang - undang ini, lerutama pada pasal 2
ayat (1) dan ayat (2) yang mcnetapkan:
"Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing masing agama dan kepercayaan itu. Tiap - tiap perkawinan dicatai
menurut paraturan - peraturan perundang - undangan yang berlaku "
Oleh karena itu, syarat sahnya perkawinan mcnurut Hukum Islam
harus memnuhi syarat - syarat sebagai berikut:
Perkawinan tidak dilakukan yang bertentangan dengan larangan ~
larangan termasuk dalam ketentuan A l - Qur'an surat A l - Baqoroh ayat
221.
yaitu
larangan
perkawinan
pcngcualian dalam sural A l
karena
perbedaan
agama
dengan
Maidah ayai 5. yailu khusus laki ~ laki Islam
Sution Usman Adji S.H., 2002. Kawin Ian dan kawin aniur agama. Yogyakarta;
Liberty, him. 126.
18
boleh mengawini perempuan -
perempuan ahli kitab, seperti yahudi.
nasrani. Kemudian tidak bertentangan dengan larangan - larangan tersebut
dalam A l - Quranul Karim surat A n ~ Nisaa ayat 22, 23 dan 24.
b.
Menurut Undang - undang Perkawinan N o . l lahun 1974
Syarat sahnya perkawinan menurut Undang - undang Perkawinan
N o . l tahun 1974 harus:
1) Didasarkan kepada persetujuan babas antara calon suami dan calon
islri, berarti tidak ada paksaan didalam perkawina.
2) Pada asasnya perkawinan itu adalah salu istri bagi satu suami dan
sebaliknya hanya satu suami bagi satu istri. kecuali
mendapat
dispensasi oleh Pengadiian Agama dengan syarat ~ syarat yang berat
untuk boleh beristri lebih dari satu dan harus ada izin dari istri
pertama.
adanya
kepastian
dari
pihak
suami
bahwa
mampu
menjamin keperluan - keperluan hidup isteri - isleri dan anak - anak
serta jaminan bahwa suami akan berlaku adil, terhadap isleri - isteri
dan anak-anak mereka.
3) Pria harus telah berumur 19 ( sembilan belas) tahun dan wanita 16
(enam belas) tahun.
4) Harus mendapat izin masing - masing dari kedua orang tua mereka.
kecuali dalam hal - hal terlenlu dan calon pengantin lelah berusia21
(dua puluh salu ) tahun atau lebih, atau mendapat dispensasi dari
Pengadiian Agama apabila umur para calon kurang dari 19 dan 16
tahun.
5) Tidak termasuk larangan - larangan perkawinan 2 (dua) orang yang:
a) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas maupun
ke bawah.
b) Berhubungan daran dalam garis keturunan ke samping yaitu
antara saudara, antara saudara dengan saudara orang tua dan
antara seseorang dengan saudara neneknya.
c) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dengan
ibu/ bapak tiri.
d) Berhubungan sesusuan, yaitu orang tua susan dan bibi/ paman
susan.
e) Berhubungan saudara dengan istri (ipar) atau sebagai bibi atau
kepoakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri, lebih dari
seorang.
f)
Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan Iain
yang berlaku dilarang kawin.
6) Seorang yang masih terkait tali perkawinan dengan orang lain,
kecuali dispensasi oleh pengadiian.
7) Seorang yang telah cerai untuk kedua kalinya. maka diantara mereka
tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi,
sepanjang
hukum
masing -
masing agamnya
dan kepercayaannya
itu dari yang
bersangkutan tidak menentukan lain,
8) Seorang wanita yang perkawinanya terputus unluk kawin lagi lelah
lampau tenggang waktu tunggu.
9) Perkawinan harus dilangsungkan menurut tat cara perkawinan yang
diatur oleh Peraturan Pemerinah Nonior 9 tahun 1975 j o . Peraturan
Menteri Agama No.3 tahun 1975 tentang pencatatan nikah, talak dan
rujuk.
c.
Menurut Kitab Undang - undang Hukum Perdata ( B W )
Bahwa menurut kitab Undang - undang Hukum Perdata
(Bugerlijk
Wetboek). selanjutnya akan disebut K U H Perdata. ialah;
1) Bahwa Undang - undang memandang soal perkawinan hanya dalam
hubungan pedatanya saja, asas perkawinan menurut K U H Perdata.
zmenghendaki adanya kala sepakat yang dinyatakan secara bebas
antara kedua calon suami islri, jadi lidak boleh adanya paksaan dari
salah satu pihak.
2) Bila ada paksaan maka perkawinan tidak dapat dilangsungkan atau
setelah dilangsungkan dapal dibaialkan kembali.
3) Bagi laki- laki akan kawain disyaratkau harus berumur sekurang kurangnya
18 tahun ( delapan
perempuan 15 (lima belas) tahun.
belas ) tahun. sedangkan
bagi
21
4) Setiap orang yang hendak melakukan perkawinan harus terlebih
dahulu memberitahukan kehendak itu kepada pegawai catatan sipil
ditcmpat tinggal salah salu diantara keduanya dengan syarat - syarat
yang cukup kepastian dan memperlihatkan kehendak kedua calon
suami isleri, izin orang tua atau wali pengawas alau keputusan
Pengadiian Negeri bilamana diperluakan serta akta kelahiran calon
suami isteri.
5) Bilamana perkawinan itu dalaha perkawinan yang kedua. harus
dilampirkan akata perceraian alau akala kematian. salah satu diantara
keduanya. Kemudian juga akata
pengumuman akan melakukan
perkawinan dan lain - Iain.
6) Bilamana dalam tenggang waktu salah satu bulan terhitung sejak
pengumuman
hendak
kawin.
perkawinan
dilangsungkan. maka perkawinan itu lidak
tersebut
lidak
boleh dilangsngkan
kembali kecuali setelah diulangi lagi pengumuman kembali untuk
kedua kalinya seperti semula.
7) Perkawinan tidak dapat dibuktika dengan cara lain melainkan hanya
dengan akta perkawinan yang dibenarkan oleh pejabat Catatan Sipil
dimana pekarwinan tersebut dilangsungkan. kecuali dalam hal - hal
lain berdasarkan perlimbangan dari hakim dengan hukli bukti y ang
cukup mengenai ketidakadaan akta - akta perkawinan tersebut.
22
2. Rukun Nikah
a) Adanya calon pengantin
laki -
laki
dan
ealon
pengantin
perempuan.
b) Kedua calon mempelai haruslah Islam, akil baligh ( dewasa dan
berakal), sehat baik jasmani maupun rohani.
1) 1 larus ada perselujuan bebas antara kedua calon pengantin.
2J Harus ada wali nikah.
3) Harus ada 2 orang saksi, dalam hal ini Islam, dewasa, dan adil.
4) Membayar mahar (mas kawin)
5) Sebagai
proses
terakhir
dan
lanjulan
dari
akad
nika
adalah
pemyataan Ijab dan Qabul. Ijab yang berarti pemyataan kehendak
dari calon mcngantin wanita yang la/imnya diwakili oleh wali.
Sedangkan Qabul berarti pernyataan penerima dari pihak laki - laki
IJab pihak perempuan.
C . T u j u a n Perkawinan
Tujuan perkawinan dalam Islam adalah : Untuk memenuhi luntuian
hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan dengan laki-laki dan perempuan
dalam rangka mewujudkan sualu kckeluargaan yang bahagia dengan dasar
cinta dan kasih sayang, untuk mcmperoleh keturunan yang sah dalam
23
masyarakat dengan mengikuti ketentuan - ketentuan yang iciah diatur oleh
Syari'ah.
Rumusan tujuan perkawinan di atas dapat diperinci sebagai berikut:
a. Mcnghalalkan hubungan keiamin untuk memenuhi tuntutan hajat
tabiat kemanusiaan
b. Mewujudkan suatu kckeluargaan dengan dasar cinta kasih.
c. Mcmperoleh keturunan yang sah."**
Oleh karen itulah pernikahan adalah satu-satunya Syariat Allah yang
mengisaratkan
banyak aspek didalamya. Diantara aspek-aspek
tersebut
adalah:
a) Aspek personal yang meliputi penyaluran kebutuhan biologis dan
reproduksi generasi.
b) Aspek sosiak melalui pernikahan bisa membentuk rumah tangga
yang baik sebagai fondasi masyarakat
yang baik dan
membuat
manusia mcjadi krealif karena adanya langgung jawab yang timbul
sebab ada pernikahan.
c) Asoek ritual, sebagai salah satu model ibadah kepada .A.Uah karena
mengikuti Sunnah rosul.
^° ' Soemiyati, 1999. Hukum Perkawinan
Yogyakarta: Liberty, him.12.
Islam dan Undang-undang
Perkawinan.
d) Aspek moral, ada garis demarkasi yang tegas antara manusia dan
hewan dalam
menyalurkan libiso seksual, karena manusia harus
mengikuti aturan atau norma-norma agama sedangkan hewan tidak.
e) Aspek kultural, karena
lebih membedakan
kultur atau
budaya
manusia primitive dan manusia modern, walaupun dalam primitive
mungkin terdapat aturan - aturan pernikahn namun dapat dipastikan
aturan-aturan kita jauh lebih baik daripada aturan-aturan mereka. Hal
ini menunjukan bahwa kultur kita lebih baik dari pada kultur mereka.
Setiap perbuatan hukum selalu ada tujuan dan hikmahnya. begitu
juga dengan pernikahan. Banyak hikmah yang akan dicapai ketika seorang
melakukan pernikahan, disamping secara hakikat adalah untuk mencapai
ridha Allah SWT.
Diantara hikmah dari pernikahan tersebut adalah;
1.
Untuk mengikuti sunnah Rosul
Tujuan pertama dari pernikahan adalah untuk mengikuti Sunnah
Rosul, diantara hadis nabi yang menganjurkan umatnya unluk menikah
adalah:
Artinya:
25
" Perkawinan itu adalah sunnahku, maka barang siapa yang benci
terhadap smmahkii, ia bukan termasuk umatku ". (HR. Bukhari)
2.
Untuk mencari ketenangan hidup
Seorang manusia disaaat usianya sudah mulai dewasa dan mulai
tertarik pada lawan jenis, maka ia akan selalu resah dan gelisah. Hal
demikian
menjadi
wajar,
karena
pada
dasarnya
manusia
diciptakan
berpasang-pasangan untuk saling kasih mengasihi. saling menyayangi dan
mencintai. Dan ternyata perasaan tersebut dapat ditemukan dalam rumah
tangga yang diawali dengan proses pernikahan. Pernikahan yang pada
dasarnya unluk membenluk keluarga yang sakinah. mawaddah, warahmah
bertujuan agar manusia dapat memperoleh ketenagan dalam hidupnya. Hal
ini sesuai dengan finnan Allah dalam sural Ar-Ruum ayal 21 yang artinya:
^'Dan diantara landa-tanda kekuasaanya ialah dia menciplakan
untukmii istri-istri dan jenismu sendiri, supaya kamu cenderimg dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
sayang. Sesunguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandalanda bagi kaum yang berfikir". (Ar-Ruum ayal 21)
3.
Untuk menyambung silaturahrni
Pada awalnva Tuhan hanya menclptakan seorang manusia, yaitu
Adam A.S. kemudian Tuhan menciplakan Siti llawa sebagai pasanganya.
Sctalah itu manusia berkembang biak menjadi berbagai kelompok bangsa
yang tersebar keseluruh alam karena desakan habitat yang menyempit serta
sifat
primordial keingintahuan
manusia
untuk
mengetahui
sisi
alam
26
semesta.
Meraka
semakin
mejauh
dari
lokasi asal
nenek
moyang,
membentuk kelompok bangsa sendiri yang secara evolutif menyebabkan
perubahan, peradaban bahasa, dan wama kulit hingga akhirnya mereka
lidak mengenai
salu sama lainya. Datangnya
Islam dengan institusi
pernikahan memberi peluang, menyambung kembali tali kasih yang telah
lama putus.
4.
Untuk mcmperoleh keturunan
Dapat dibayangkan bagaimana sedihnya perasaan suami dan istri jika
dalam pernikahnnya mereka tidak dikaruniai keturunan. Sesunguhnya salah
satu dari pada tujuan pcrnikahan untuk mendapatkan keturunan. Tidak
hanya pada manusia saja. naluri mcmperoleh keluruiut itu ada. hahkan pada
binatang
dan
tumbuh-lumbuhaii pun
berkembang
biak adalah
suatu
keniscayaan. Dengan adanya keturunan maka akan ada general penerus
yang akan melanjukan cita-cita para orang tua pendahulunya.
Pemah
seorang sahabat meminang seorang perempuan mandul, lalu ia bertanya:
"wahai
Rasullulah.
saya
lelah
meminang
seorang
perempuan
yang
berbangsa dan cantik, tapi mandul." Maka Nabi Muhammad SAW
mencegahnya seraya bersabda:
Artinya:
28
ini mulai luntur. Pada awalnya perkawinan campuran mengharuskan salah
satu
pihak
melakukan
pendidikan hukum
dengan
mengikuti hukum
pemerintah kolonial j i k a ingin melakukan perkawinan campuran yang
kemudian diikuti dengan perpindahan agama menjadi kristen."*
Dalam hal ini terdapat ketidak sesuaian pasal 26 B W yakni undangundang tidak memandang perkawinan dari sudut keagamaan melainkan
semata -mata " in deszelf burgerlijke beferkigen".
Perkawinan campuran
pada masa itu dipcrbolehkan tetapi hanya sudah memenuhi syarat dengan
secara suka rela tunduk pada hukum perdata liropa.
Dalam peraturan iainya S 1861 / 38 dan S 1874 / 63 sebenarnya di
ilhami oleh kasus pernikahan seorang laki - laki asal Maluku dengan
perempuan keturunan Belanda permasalahan yang utama adalah terkait
pendudukan hukum namaun sesuai ijin dari insiansi yang bewenang pada
masa itu pejabat Hindia Belanda Mr. Du Cloux Komisaris Gubernemen
memberi palokan yang secara garis besar menyatakan bahwa:
1) Dalam perkawinan campuran semacam ini pihak
perempuan
mengikuti kedudukan suami;
2) Bahwa dalam perkawinan sedeniikion pihak Indonesia Nasrani
bebas untuk memilih apakah ia hendak
tunduk pada hukum
perdata eropa atau tidak.
^^'Sudargo Gautama. 1996. Segi segi Ihikim
.Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, lilni.77.
Peraturan
Perkawinan
Catnpuran
29
b.
Pengaturan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
Perkawinana campuran yang dibahas lebih niendalam dalam hal ini
adalah perkawinan yang terjadi antara dua orang lunduk pada hukuni
nasionai
yang
berbeda.
Seperti
disebutkan
dalam
Undang-undang
Perkawinan N o . l tahun 1974 pasal 57 yakiii: "Perkawinan anlara dua orang
yang di indonesia tunduk pada hukum yang berlainan. karena perbedaaan
kewarganegaraan dan salah satu pihak berkcwarganegaraaan
Indonesia."
Penafsiran pasal ini bahwa perkawinan campuran yang dimaksud
ialah perkawinan antara 2 orang y ang tunduk pada hukum yang berlainan
karena
perbedaaan
berkewarganegaraan
kewarganegaraan
atau
salah
satu
pihak
asing. Dari situ dapat diketahui bahwa
Undang-
undang Perkawinan Indonesia tidak mengenai perkawinan campuran dalam
arti perbedaan agama. yang ada
ialah perkawinan
campuran
karena
perbedaan warga negara.
Sedangkan mengenai
persyaratan
lelah dilciapkan oleh undang-
undang dalam pasal 60 Undang-undang Perkawinan anlara lain:
Ayat (1): Perkawinan
campuran
iidak dapal dilangsungkan
sebuelum
terbukti bahwa syarat-syarat perkawinan yang ditentukan oleh hukum yang
berlaku bagi pihak masing-masing lelah dipenuhi.
30
Ayat (2): Untuk membuktikan bahwa syarat-syarat tersebut dalam ayat (1)
telah dipenuhi dan karena itu tidak ada rintangan untuk melangsungkan
perkawinan campuran, maka oleh mereka yang memirul hukum yang masih
berlaku
bagi pihak masing-masing
herwenang
mencatal perkawinan.
diberikan surat keterangan bahwa syarat-syarat Telah dipenuhi.
Ayal (3): Jika pejabat yang besangkutan menolak untuk memberikan surat
keterangan itu, maka alas permintaan yang berkepantingan Pengadiian
memberikan keputusan dengan tidak beracara serta tidak boleh dimintakan
banding lagi tentang soal apakah pcnolakan pemberian surat keterangan itu
beralasan apa tidak.
Ayat (4): Jika Pengadiian memutuskan bahwa pcnolakan tidak bcralasan
maka keputusan i l u menjadi pengganti keterangan yang tersebui ayat (3).
Ayal (5): Sural keterangan atau keputusan pengganti kelrangan tidak
mempunyai kekuatan hukum lagi jika perkawinan ilu lidak dilangsungkan
dalam masa 6 (enam) bulan sesudah keterangan itu diberikan.
c.
l^cngauiran Mengenai Anak Dalam Perkawinan Campuran
1)
Mcniini! Teori Hukum Perdata Internasiona!
Untuk menentukan status anak dan hubungan antara anak dan orang
tua. peril! dilihal dahulu perkawinan ornag tuanya schagai
pcrsoalan
pendahuluan, apakah perkawinan orang tiian) a sah seliingga anak memiliki
hubungan hukum dengan ayahnya. atau perkawinan tersebut tidak sah.
sehingga anak dianggap sebagai anak luar nikah yang hanya memiliki
hubungan hukum dengan ibunya.
Sejak dahulu dikaui bahwa soal keturunan termasuk status personal.
Negara-negara common law berpegang pada prinsip Domisili (ius soli)
sedangkan Negara-ncgara civil
{ius sanguinis)Umumnya
law berpegang pada prinsip Nasionalitas
yang dipakai ialah hukum personal dari sang
ayah sebagai kepala keluarga {paler
familians)
pada
masalah-masalah
keturunan secara sah. Sistcm kewarganegaraan dari ayah adalah yang
lerbanyak diperguanakan di negara-negara lain, seperti misalnya Jennan.
Yunani. Italia. Swiss dan kelompok negara-negara sosialis.
Dalam sistem hukum Indonesia, Prof. Sudargo Gautama menyatakan
kecondonganya pada sistem hukum dari ayah demi kcsatuan hukum dalam
keluarga, bahwa semua anak-anak dalam keluarga itu sepanjang mengenai
kekuasaan tertentu orang tua terhadap anak mereka (ouderlijke
machi)
tunduk pada hukum yang sama. Kecondongan pada sistem hukum ayah
demi kesaluan hukum, memiliki tujuan yang baik yailu kesatuan dalam
keluarga. nakmun dalam hal kewarganegaraan ibu berbeda dari ayah, laiu
terjadi perpccahan dalam perkawinan tersehiit maka akan sulit bagi ibunya
Sudargo Gautama. 1995. Hukum Perdata Iniernasional
Buku ke-7. Bandung: Penerbil Alumni, him.3.
Indonesia.
B, Jilid III Bagian 1.
32
untuk
mengasuh
dan
membesarkan
anak-anakanya
yang
berbeda
kewarganegaraaan, terutama bila anak-anak tersebut masih dibawah umur.
Dalam
konsep
Islam,
kecondongan
kepada
ayah
merupakan
keharusan. ini ditandai dengan adanya wali bagi pihak wanita. wali harus
laki-laki/ bapak dan sederetan keluarga laki-laki dari pihak bapak yang
telah diletapkan dalam Al-qur'an dan Al-hadils.
"Tidaklah
(dipersaksikan)
2)
sah nikah
itu kecuali
dua orang saksi yang
dengan
adanya
wali
dan
adil".
Mcnurut undang-undang Kewarganegaraan baru Undang-undang
Nomor 12 Tahun 2006
Undang-undang kewarganegaraan
yang baru memual asas-asas
kewarganegaraaan umum atau universal. Adapaun asas-asas yang dianut
dalam Undang-undang ini sebagai berikut:
a)
Asas
ius sanguinis (law of Ihr blood)
adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan sescorang berdasarkan keturunan.
bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
b) Asas ius soli (Icnv of (he .soil) secara terbatas adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan .sescorang berdasarkan
negara
tempat kelahiran. yang diberlakiikan terbatas bagi anak-anak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini.
c) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan
satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
33
d) Asas
kewarganegaraan
menetukan
ganda
kewarganegaraan
lerbalas
ganda
adalah
bagi
asas
anak-anak
yang
sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenai kewarganegaraan
ganda
(bipatride)
ataupun
tanpa
kewarganegaraan
(apatride).
Kewarganegaraan ganda yang diberikan pada anak dalam undang-undang
ini merupakan sualu pengecualian.
Mengenai
kewarganegaraan
hilangnya kewarganegaraan
ayah atau
anak.
ibu (apabila anak
maka
tersebut
hilangnya
tidak
punya
hubungan hukum dengan ayahnya) tidak secara otomalis menyebabkan
kewarganegaraan anak menjadi hilang.
Berdasarkan Undang-undang ini anak yang lahir dari perkawinan
seorang perempuan W N I dengan laki-laki W N A . maupun anak yang lahir
dari perkawinan seorang perempuan W N A dengan laki-laki WNl.samasama
diakui
sebagai
warga
negara
Indonesia. Anak
tersebut
akan
berkewarganegaraan ganda dan setelah anak berusia 18 tahun alau sudah
kawin mak ia harus menentukan pilihanya. Pernyataan untuk memilin
tersebui harus disampaikan paling lambat 3 (tiga) lahun setelah anak
berusia 18 tahun alau setelah kawin.
Pemberian kewarganegaraan ganda ini merupakan terobosan baru
yang positif bagi anak-anak hasil dari pcrkaxi inan campuran. Namun perlu
dilelaah,
apakah
pemberian kcvNarganeguraaii iui akan menimbulkan
34
permasalahan baru di kemudian hari atau lidak. Memiliki kewarganegaraan
ganda berarti tunduk pada dua wilayah yuridiksi.
Indonesia memiliki sistcm Hukum Perdata Iniernasional peninggalan
Hindia
Belanda.
Dalam hal status persona indonesia
menganut asas
konkordasi, yang anlaranya tercantum dalam Pasal 16 A . B . (mengikuti
pasal 6 A B Belanda, yang disalin lagi dari pasal 3 Code Civil Perancis).
Berdasarkan pasal 16 A B tersebut dianut prinsip nasionalitas untuk status
personal. Hal ini berarti warga negara Indonesia yang berada di luar negeri.
sepanjang mengenai hal-lial yang terkait dengan status personalnya, tetapi
berada
dibawah
lingkungan
kekuasaan
hukum
nasionai
Indonesia,
sebaliknya. menurut jurisprudensi. maka orang-orang using yang berada
dalam wilayah Republik Indonesia dipergunakan juga hukum nasionai
mereka
sepanjang
hal tersebut
masuk
dalam
hidang status
personal
mereka.'''
Dalam jurisprudensi Indonesia yang termasuk status personal antara
lain perceraian. pembalalan perkawinan. perwaiian anak-anak. wewenang
hukum. dun kewenangan melakukan perbuatan hukum. soal nama, soal
status anak-anak yang di bawah umur.''*'
Sudargo Ciaulama. op.cii.,
13
'Sudargo Gautama, op. oil.. 66.
35
E . Perkawinan di Bawah Umur
Perkawinan di bawah umur yaitu sualu perkawinan yang terjadi
dimana pihak mempelai atau salah satunya hehim mencapai umur yang
disyaratkan olch Undang-undang yang berlaku. y aitu jika pihak pria sudali
mencapai umur 19 lahun (sembilan belas) lahuu dan pihak wanita 16 (enam
belas) lahun.
Dalam Islam perkawinan merupakan sesuatu y ang agung dan mulia.
yang harus dipertanggung jawabkan
kepada Allah SWT. Orang yang
melangsungkan perkawinan hendaklah terdiri alas orang-orang y ang dapal
mcmpertauggungajuwabkan apa yang diperbualuya ilu terhadap istri alau
suaminya terhadap keluarga. dan tenlunya Juga terhadap .Allah SWT.
Syarat Islam mengajarkan bahwa salah salu syarat utama kcabsahan
suatu syariat adalah apabila yang bersangkutantelah aqil baliqh. olch karena
itu seorang pria y ang bclum baliqh belum dapal melaksanakan qabul secara
sah dalam suatu akad nikah. Perlu diketahui bahwa dalam pclaksanaan akad
nikah calon mempelai pria mesli mengatakan Qabul (penerimaan nikah)
secara sadar dan bcrlaiiggung jawab.
Adapun calon mempelai istri didalam pclaksanaan akad nikah tidak
lurut serla menyatakan sesuatu sebab ijab dilakukan olch walinya. Oleh
karena ilu perkawinan pria yang sudah baligh dengan wanita yang belum
36
baligh dapat dinilai sah. Kembali pada kedudukan nikah yang agung dan
mulia itu juga berfungsi sebagai forum pendidikan dan pembinaan generasi
yang akan datang, maka hendaknya suatu perkawinan itu dilaksanakan
setelah kedua belah pihak betul-betut mempunyai kesiapan dan kemampuan
untuk melaksanakan tugas sebagaimana suami dan istri yang baik bahkan
siap untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya kelak.
Adapun batasan usia untuk melangsungkan perkawinan anlara lain:
1. Batasan usia menurut Hukum Islam
Dalam hukum Islam tidak terdapat kaidah yang sifatnya menentukan
batasan umur melaksanakan perkawinan. akan lelapi dalam syara
PENGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN GANDA
(Analisis Normatif Pasel
6
Undang-Undang No.12 tahnn
2006
Pasiil 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan
Untuk Menempuh UJian
Sarjana Hukum
RAHMADAN RIZKISAPUTRA
50 2011 259
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM '
2015
i
dan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM
PERSETUDJAN DAN PENGESAHAN
AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR
BAGI reNGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN
GANDA (Analisis Nonnatif Pasal 6 Undang-Undang
No.12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No. I
lahun 1974)
] lama
NIM/NIRM
Program Studi
Program Kekhususan
: RAHMADAN RIZKI SAPUTRA
:50 201i259
; llmu Hukum
: Hukum Perdata
PEMBIMBTNG:
ZULFIKRINAWAWI, SH., MH
Palembang, 19 Agustus2015
MOTO:
'Yakinlah dirimu lebih dari yang kau bayangkan, karena
tiap waktu yang kau lalui adalah takdir yang kau pilih"
(Rakmudan Rizki Saputra)
KUPERSEMBAHKAN KEPADA:
>
>
>
>
\
KEDUA ORANG TUAKU TERCIMTA
SAUDARA-SAUDARAKU TERS^^ YANG
KEPONAKAN-KEPONAKAN K U TERSAYANG
SESEORANG YANG K E L A K AKAN MENJADI
MAKMUMKU
> TEMAN-TEMAN SEPERJUANGANKU
> ALMAMATERKU
iii
1^
Judul Skripsi :AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DIBAWAH UMUR
BAGI PENGANUT ASAS PERKAWINAN GANDA
(AnalSsis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No.12
tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No.l tahun
1974.
Penulis,
Pembimbing,
Rahmadan Rizki Saputra
Zulfikri Nawawi, S H . , M H
ABSTRAK
Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimanan akibat hukum perkawinan
penganul asas kewarganegaraan ganda ?
di bawah
2. Bagaimana Upaya anak berkewarganegaraan
melangsungkan perkawinan di bawah umur ?
umur
bagi
ganda agar dapat
Selaras dengan tujuan yang bermaksud untuk mengetahui akibat
hukum perkawinan dibawah umur bagi penganul asas perkawinan ganda (
Analisis Normatif Pasal 6 Undang-undang No 12 tahun 2006 dan Pasal 7
Undang-undang No 1 tahun 1974), maka jenis penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif yang bersifat dcskriktif (menggambarkan), oleh
kamanya tidak bermaksud untuk menguji hipotesa.
Teknik pengumpulan data dititik bcratkan kepada penelitian
kepustakaan dengan cara mengkaji bahan hukum primer, bahan hukum
skunder, dan bahan hukum tcrsier.
Teknik pengolahan data dilakukan dengan mencrapkan analisis isi
(Content Analisys) untuk selanjutnya dikontruksikan kedalam suatu
kesimpulan.
Berdasarkan penclusuran lebih Jauh, terutama yang bersangkut paut
dengan permasalahan, dapal di simpulkan sebagai berikut:
1. Akibat hukum perkawinan di bawah umur bagi penganut asas
kewarganegaraan ganda adalah :
iv
Pertama, diharuskan memilih salah satu kewarganegaraan.
Berdasarkan ketentuan pasal 6 Undang - undang nomor 12 tahun
2006 ayat 1 yang menyandang status berkewarganegaraan ganda jika
sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu
kewarganegaraanya.
Kedua, dianggap sudah dewasa dan cakap melakukan perbuatan
hukum. Sesuai dengan ketentuan perundang - undangan pasal 47
dan 50 Undang - undang Nomor 1 rahun 1974 tentang perkawinan,
dimana kekuasaan orang tua berakhir bila anak sudah mencapai 18
tahun (kecuali sudah kawin sebelum umur itu).
Ketiga, paspor ganda yang dipegangnya dinyatakan tidak berlaku.
Berdasarkan
ketentuan
pasal
6,
apabila
anak
yang
berkewarganegaraan ganda telah mclangsungkan perkawinan maka
secara otomatis ia harus segera meninggalkan salah satu
kewarganegaraan yang disandangnya.
Keempat, dicabutnya hak untuk fasilitas sebagai warga negara
Indonesia yang berkewarganegaraan ganda. Jika anak tersebut
melangsungkan perkawinan, maka secara otomatis hak untuk
fasilitas sebagai warga negara Indonesia yang berkewarganegaraan
ganda dicabut.
2. Upaya anak berkewarganegaraan ganda agar dapat melangsungkan
perkawinan di bawah umur :
a. Mengajukan surat buti kewarganegaraan ganda
b. Magajukan Dispensasi Untuk Melangsungkan Perkawinan D i
Bawah Umur
K A T A PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur atas kehadirat
Allah SWT, karena berkat taufiq dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Dan leriring serta salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Adapun judul skripsi ini " A K I B A T H U K U M P E R K A W I N A N D I
B A W A H UMUR BAGI
PENGANUT ASAS K E W A R G A N E G A R A A N
G A N D A (Analisis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No. 12 tahun 2006
dan Pasal 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974)'\ Skripsi ini ditulis sebagai
syarat
untuk menempuh
ujian
sarjana
hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempuma
sebagaimana mestinya penulisan ilmiah lainnya. Namun penuulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya, meskipun dengan
keterbatasan kemampuan serta bahan yang tersedia. Olch karena itu kritik
dan saran yang bersifat mcmbangun dcmi kcsempumaan skripsi ini akan
diterima.
Kemudian dengan
rasa tulus dan ikhlas penuHs
menghaturkan
ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak
Dr.
H.
M.ldris.,SE,.M.si.,
selaku
Rektor
Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Ibu Dr.Hj.
Sri Suatmiati.,SH.,M.Hum, Selaku
Dekan
Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
3. Bapak dan Ibu Wakil Dekan 1, \l
I I I , dan I V Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah.
4. Bapak Zulfikri Nawawi, SH.,MH, selaku Pembimbing Skripsi yang
telah memberi pengarahan dan bimbingan.
5. Bapak M . Soleh Idrus, SH.,MS, Selaku Pembimbing Akademik yang
telah membimbing selama kuliah.
vi
6. Bapak Mulyadi Tanzili, SH.,MH, Selaku Ketua Bagian hukum
keperdataan
Fakultas
Hukum
Universitas
Muhammadiyah
Palembang.
7. Seluruh Staf
Dosen dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang.
8. Kedua orang tuaku lercinta (ayahanda
Sartono.ibunda Sudartini)
Ketiga ayundaku( Nove Sadriah,S.Kep, Ners, Diana Paristhy Sari,S.
P A U D , Rami Purwasih,S.Pd ) adikku (Aisyah Nurlaily) dan kelima
ponakan ku tersayang (Daniel, Zibran, Kenzie, Alvaro, Keisha).
Yang
telah
senantiasa
memberikan
mendoakanku,
dukungan
dan
moril
dan
materil, yang
memotivasi
dan
mengharapkan
kesuksesanku Terimakasih atas kasih sayang yang kalian curahkan
kepadaku selama penulis menuntut ilmu pengetahuan di Universitas
Muhammadiyah Palembang sampai dengan selesainya skripsi ini.
9. Almamater ku dan teman satu Angkatan 2011 yang selalu memberi
semangat.
lO.Sahabat-sahabat seperjuanganku (Amir, Asta. Dafi, Mesa, Ika Bela,
Sari. Imey). Yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka
yang selalu memberi semangat dalam berjuang demi cita-citaku.
1 l.Posko KKN-209 Desa Srijabo Baru Kec. Sungai Pinang, Kab. Ogan
Ilir (Bpk/lbu Kades,Ibu Tona, Ibu Ida, Agung, Dede, Adrian, Roy,
Nanang, Seprina, Melly, Ejak, Nesti, Indri)
Semoga semua bantuan, dukungan dan amal baik yang telah diberikan
mendapal imbalan sebagaimana mestinya dari Allah SWT. Dan skripsi
ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri maupun yang membacanya.
Palembang, 10 Agustus 2015
Penulis
Rahmadan Rizki Saputra
vii
D A F T A R ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
iii
ABSTRAK.
iv
K A T A PENGANTAR.
vi
D A F T A R ISI
viu
BAB I P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
1
B. Permasalahan
6
C. Ruang Lingkup dan Tujuan
,..7
D. Metode Penelitian
,.7
E. Sistematika Penulisan
8
BAB I I T I N J A U A N PUSTAKA
A. Pengertian Perkawinan
11
1. Menurut Hukum Islam
2. Menurut
Undang
11
-
undang
Perkawinan
No.l
1974
3. Menurut
tahun
15
Kitab
Undang
-
undang
(BW)
Hukum
Perdata
16
B. Syarat dan Rukun Perkawinan
17
1. Syarat sahnya Perkawinan
17
2. Rukun Nikah
21
C. Tujuan Perkawinan
22
D. Perkawinan Campuran
27
a. Sejarah Pengaturan Perkawinan Campuran
viii
27
b. Pengaturan dalam Undang - undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan
c. Pengaturan
29
Mengenai
Anak
dalam
Perkawinan
Campuran
30
E. Perkawinan di Bawah Umur
35
1. Batasan Usia Menurut Hukum Islam
36
2. Batasan Usia Menurut Undang - undang No.l Tahun 1974
37
3. Batasan Umur Ideal Menurut Gander
39
BAB HI PEMBAHASAN
A. Akibat Hukum Perkawinan di Bawah Umur bagi Penganut Asas
Kewarganegaraan Ganda
41
1. Konsep Anak Berkewarganegaraan Ganda (terbatas)
41
2. Anak Berkewarganegaraan Ganda yang Melakukan Perkawinan
di Bawah Umur
45
B. Upaya Anak Berkewarganegaraan Ganda agar dapat Melangsungkan
Perkawinan di Bawah Umur
51
1. Mengajukan Surat Bukti Kewarganegaraan Ganda
51
2. Mengajukan Dispensasi unluk Melangsungkan Perkawinan
di Bawah Umur
54
BAB I V PENUTUP
A. Kesimpulan
57
B. Saran
58
D A F T A R PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
BAB I
Pendahuluan
A . Lalar Belakang
Perkawinan
dalam
setiap
merupakan
bagian
dari perjalanan
hidup
manusia.
ajaran agama tujuannya bukan saja untuk menyalurkan
insting seksual manusia dan meletakkanny a pada jalan yang benar. tetapi
berfungsi juga sebagai sarana reproduksi manusia untuk mcngagungkan
daumenaati perintah Tuhan sesuai dengan tugas manusia.
Dalam
bagi
hal perkaw inan sescorang tlapai memilih
kehidupannya
kelak,
tidak
jarang
\ ang
sescorang
terbaik
melakukan
perkawinan dengan orang lain yang berbeda suku. agama. dan bangsa
yang
dengan
tujuan
yang
kata
lain
lerpenting
sering
adalah
discbul perkawinan
membenluk
keluarga
campuran
tetapi
(rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
i*crkawinan campuran sudah banyak dilakukan oleh warga negara
Indonesia di berbagai
masyarakat.
daerah seiring dengan
perkcmbangan pemikiran
Jika pada masa kolonial dan tcodal perkawinan
terjadi karena kchidupan bcrmasyarakat
itu, yang sering terjadi anlara lain
dan kondisi sosial pada waktu
perkawinan antara pejabat Belanda
dengan kerabat dari pejabai Bumi I'ulcra.
1
campuran
2
Di
samping
itu lidak jarang terjadi perkawinan antara orang-
orang Belanda yang tertarik dengan perempuan pribumi dari golongan
rakyat
biasa,
demikian halnya
Masuknya pedagang
pendorong
dengan
anak
keturunan
mereka.
dari Arab dan Tiongkok juga menjadi salah satu
berkembangnya
interaksi
antar masyarakat yang berbeda
bangsa dan lunduk pada hukum yang berlainan ini unluk
melangsungkan
perkawinan campuran di lanah air.
Globalisasi
adalah
salah
Mcnurut
survey
menikah
ekonomi,
salu faklor pendorong
perkenalan
bekas
informasi,
yang dilakukan
yang
antara
teman
membawa
lain
adalah
kerja/bisnis,
pendidikan.
dan
lerjadinva perkawinan
oleh
Mixed
pasangan
perkenalan
berkenalan
Couple
berbeda
melalui
saat
Dengan
banyak
scharusnya
Indonesia
dengan
berlibur,
perlindungan
hukum
campuran
di
diakomodasi dengan baik dalam perundang-undangan
didefjnisikan
^'pan
dalam
bekas
Mohuinmad
Paiz,
Status
Nomor
hukum
hnp://wwvv.mixeikouple.cvm/ariides/modphp?mody}ublis
anak
Indonesia
lain.
sudah
campuran
ini
di Indonesia.
1 Tahun
hasil
teman
juga terjadi
di Indonesia, perkawinan
Undang-undang
kemudian
dari negara
dalam perkawinan
Dalam perundang-undangan
Club, jaiur
internet,
tcnaga kerja
icrjadinya perkawinan
campuran.
kewarganegaraan
sckolah/kuliah. dan sahahat pena.'* Perkawinan campuran
pada tenaga kerja
transportasi
1974
perkawinan
campuran
tentang
campuran.
3
Perkawinan pasal 57,
yang
daJam undang-undang
ini ialah ^'Perkawinan
di Indonesia
tunduk pada
kewarganegaraan
Indonesia",
dan
dimaksud
dengan
hukum yang
salah
perkawinan
antara
berlainan,
satu
campuran
dua orang
karena
pihak
perbedaan
berkewarganegaraan
sedangkan dalam Staalblad 1898 No. 158 lentang
perkawinan campuran
yang
sendiri perkawinan campuran
peraturan
diartikan sebagai
Perkawinan antara orang-orang yang di Indonesia tunduk pada hukumhukum
yang
berlainan. ^'
dari
situ
dapat
ditarik
kesimpulan
bahwasanya pada perkawinan campuran, meskipun pada dasarnya sama
iiUiksud
ya.ip
tcrkandung
dalam
kedua
peraturan tadi. akan tetapi
Undang-undang perkawinan lebih detail lag! mcniel;Kkan mengenai sianasiapa saja yang lunduk pada hukum yang berlainan guna pelaksanaan
perkawinan campurari.
Selama
dalam
hampir
setengah
perkawinan campuran
abad
pengaturan
antara warga
negara Indonesia
warga negara asing, mcngacu pada Undang-undang
1958
tciUang
kewarganegaraan.
Seiring
kewarganegaraan
herjalannya
dengan
Nomor 62
waktu
Tahun
Undang-
undang ini dinilai lidak sanggup lagi mcngakomodasi kepcntingan para
pihak
dalam
perkawinan
campuran,
terutama
perlindungan untuk istri
dan anak.
^' Sudarsono.
Hukum Perkawinan Nasionai. (.lakarla: I'T Asdi MahasaWa. 2005).
hlm.200.
k
Barulah pada 11 Juli 2006, Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan
Undang- undang kewarganegaraan yang baru. I.ahimya undang-undang ini
disambut gembira
oleh warga Indonesia yang menikah dengan warga
negara asing. walaupun pro dan kontra masih saja timbul. namun secara
garis
bcsar
undang-undang
baru
>ang
memperbolehkan
kewarganegaraan (lerbalas) ini sudah memberikan penccrahan
dwi
baru dalam
Miciig-ii.i.d j>cr,soalan-pcrsoa!an yang lahir dari perkawinan campuran.
Pcrsoalan
yang
rentan
campuran adalah
masalah
kcvvii.igaiK;gai"aaii
yang
lunggal, sehingga
anak
bisa
memiliki
salu
dan
iimbul
sering
kewarganegaraan
lama mcnganiit
dalam
anak.
Undang-undang
prtnsip
kewarganegaraan
yang lahir dari perkawinan campuran
kewarganegaraan,
yang
dalam
hanya
Undang-undang
;c!,sUHii d:lv:.pukan bahwa yang harus diikuti adalah
ayahnya. Pengaturan
perkawinan
kewarganegaraan
ini mcnimbulkan pcrsoalan apabila di kemudian
hari perkawinan orang tua pecah, tenlu ibu akan kesuHtan
mcndapat
pengasuhan anaknya yang warga negara asing.
Mengenai
dan
resmi
perkawiiiau
kepentiiigan anak
menurut
hukum
ciimpurau
di
hasil
dari
Indonesia
dan pcngambil
perkawinan
adalah
keputusan
campuran
agar
memahami
pelaku
dan
jncndapat penccrahan mengenai konsep lentang kewarganegaraan ganda
bagi anak-anak
Nomor
hasil perkawinan campuran.
12 Tahun 2006
tentang
Dalam
Kewarganegaraan
Undang-undang
pasal
6 ayat ( 1 1
5
disebulkan
bahwa:
sebagaimana
mengenai
dimaksud
perkawinan
status
anak
hasil
dari
perkawinan
didalam pasal 4 huruf c, d, f, m (anak
antara
WNI
dengan
WNA) dan pasal
5
berakibal
berkewarganegaraan
ganda, setelah berusia 18 tahun atau sudah
anak
harus
tersebut
menyatakan
memilih
hasil
kawin
salah
satu
dimungkinkan
timbul
menyandang
status
kewarganegaraannya.
Dalam
suatu
hal
mclangsungkan
masalah
terlebih
bagi
kewarganegaraan ganda Apabila
perkawinan
anak
yang
anak lersehut hendak
melangsungkan
pciTiikaljan di l.mwali urnut', sedangkan mcnurutbatasan umur pada Undangundang Perkawinan pasal 7 aval (1) hanya mengizinkan jika
laki
sudah
jicicuijiLi.in
terdapat
mencapai
umur
19
sudali mencapai
umur
{sembilan belas)
16 (enam
lahun
belas)
pihak
laki-
dan
pihak
tahun. Meskipun
dispensasi pada ayat selanjutnya tclapi nantinya akan timbul
permasalahan j i k a
anak
yang
berkewarganegaraan
ganda
tersebui
melangsungkan perkawinan.
Perkawinan
di bawah
umur yang dilakukan oleh anak
yang
mempunyai kewarganegaraan ganda berpolensi masalah sebab nantinya
.ikar.
!(:rjau!
bcnUiran
kaidah
hukum
yang
berkailan
dengan
kcde\yasaaa dan keeakapan melakukan perbuatan hukum terutama dalam
masalah perkawinan.
6
Sebagai eonloli
adalah dalam hal perkawinan, menurut hukum
Indonesia, terdapat syarat material dan formal yang perlu dipenuhi. Ketika
seorang anak yang
harus
belum
mcmeiiuhi kedua
berusia
18 lahun
hendak
pemberi
dilangsungkan.
kewarganegaraan
maka
syarat tersebut. Syarat materil harus mengikuti
hukum Indonesia sedangkan syarat formal mengiknii
perkawinan
menikah
Namun
yang
berdasarkan
lain,
hai
hukum
hukum dari
tersebut
tempat
negara
diizinkan,
lalu
ketentuan mana yang harus dlikutinya
Dengan lahirnya Undang-undang Kewarganegaraan yang baru yakni
Undang- undang Nomor 12 Tahun 2006. sangat menarik untuk dikaji
bagaimana
pengaruii lahirnya Untlang-undang ini lerhadap status hukum
anak dari perkawinan campuran
yang mclangsungkan
pcrkauinan tli
bawah umur.
B. Permasalahan
Yang menjadi permasalahan adalah :
!. Apa akibat hukum yang timbul pada perkawinan di bawah
umur yang dilakukan anak berkewarganegaraan ganda?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan anak
berkewarganegaraan
ganda agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah umur?
C. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengkaji,
dan
mcnganalisis
hcrkewarganegaraan
ganda
akibat hukum yang
dalam melangsungkan
mendiskripsikan,
limbul pada
anak
pernikahan di bawah
umur. scrla pcngaruhnya dengan status dan kedudukan hukum sebagai
warga Negara dan unluk mendiskripsikan
upaya-upaya
yang dilakukan
olch aiiak bci kcvvat pancgaraan ganda dalam melakukan perkawinan di
bawah
umur
berdasarkan
perturan
memperhalikan ketentuan pasal 6
200b dan pasal
/ Undang-undang
hukum
Undang-undang
yang
ada.
Nomor
dengan
12
Tahun
Nomor 1 Tahun 1974 sebagai dasar
scrla rujukan berkaitau dengan kclculuan formal dan material
dalam
melangsungkan perkawinan.
D. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian Normatif. Dengan demikian sumber bahan hukum penelitian ini
mcncakup:
1. Bahan hukum Primer, yailu bahan hukum yang
hal ini bahan hukum
Undang
Hukum
yang
Perdata,
dimaksud
adalah
mengikat. Dalam
kitab
Undang-
Undang- undang No.12 tahun 2006
8
lentang Kewarganegaraan. Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan.
2. Bahan hukum Sckundcr, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai
lerdiri
dari
bahan
hukum
primer. Bahan
Literatur yang berkailan
dengan
hukum ilu
landasan
hukum
operasional
hukum Perkawinan lerutama mengenai
perkawinan
di
niiiur,
anak
baucili
perkawinan
kewarganegaraan
campuran,
kemudian
ganda
pada
rancangan
hasil
Undang-undang.
buku icks (teks books) yang ditulis para ahli hukum {de herseende
'.;.;•), juii.ial iiukum. jjeudapat para
pakar
hukum. Disamping ilu
juga didukuiig oleh berbagai laporan penelitian. artikel, dan datadata penunjang dari internet.
3. Bahari hukum
pctunjuk
1 ersier,
bahan
hukum yang
membenkan
maupun penjelasan tcrhadap bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder.
dimaksud
yaitu
terdiri
dari
Dalam hal ini
kanius
bahan
hukum.
hukum
kamus
yang
bahasa.
cnsiklopedia. dan Iain-lain.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan rangkaian urutan dari beberapa
uraian
beberapa suatu sistem pcmbahasan dalam suatu rangkaian ilmiah.
Dalam penelitian
ini akan
digambarkan
sistematika
penelilian yang
9
telah
dilakukan
sehingga mempennudah dalam memahami isi dari
penelitian ini. Dengan adanya pcmbahasan
penelitian
akan
lebih jeias
arah
tujuan
yang
sistematis,
sualu
penelilian
tersebut.
Dalam
kaitannya dengan penelitian skripsi i n i , sistematika dalam penelitian
penelitian ini disusun dalam empat bab sebagai berikut:
BAB 1
Pendahuluan, yang terdiri
batasan masalah,
dari:
rumusan
latar belakang masalah.
m asal ah,
tujuan
penel i ti an.
maniaal penclilian, dan lekhnik penelitian serta sistematika
pcmbahasan scputar masalah ini.
BAB n
Kajian Tcori, Pada hah ini akan diuraikan tentang teoriteori
yang
herkaitan
umur
melandasi
dengan
bagi
penelitian dan
akibat
penganul
hukum
pendapat
penelitian
scbelumnya sebagai
yang
perkawinan di bawah
kewarganegaraan
beberapa
dari
pcmbahasan
berbagai
ganda.
literatur.
dan
Serta
hasil
landasanleori pcmbahasaii
pada bab berikutnya.
B A B 111
Pcmbahasan. berisi tentang: jawaban dari semua rumusan
iiiasalali
mengenai
apa
bawah
umur bagi anak
upaya
yang
dilakukan
akibat
hukum
perkawinan
kewarganegaraan
anak
ganda,
di
serta
yang berkewarganegaraan
10
ganda
agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah
umur.
BAB IV
Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB H
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian perkawinan.
1.
Menurut Hukum Islam
Pada prinsipnya. pernikahan
adalah
akad
untuk
mcnghalalkan
hubungan serta membalasi hak dan kewajiban, lolong - menolong antara
laki - laki dan perempuan dimana antara keduanya bukan muhrim.
Istilah Perkawinan bera.sal dari kata "nikah"
yang artinya
mengumpulkan, saling memasukan. dan digunakan untuk arti bersetubuh
(wathi).
Sedangkan dalam bahasa Indonesia perkawinan berasal dari kata
"kawin" yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan
jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.
Dewasa ini kcrap kali dibedakan antara "nikah" dan "kawin". Akan
tetapi pada prinsipnya antara "pernikahan" dan "perkawinan" adalah sama.
hanya berbeda dalam menarik akat kita saja. Apabila dilinjau dari segi
hukum nampak jeias bahwa pernikahan adalah akad sue) dan luhur antara
laki - laki dan perempuan bukan muhrim yang menjadi sebab sahnya status
sebagai suami istri dan dihaluikanya hubungn seksual dengan
11
tujuan
12
mancapai keluarga sakinah. penuh kasih sayang, kebijakan dan saling
menyantuni."^*
Dalam referensi lain, Secara Etimologi pernikahan berarti:
j ^ i j i.^Yang
artinya berscnggama dan bercampur. Nikah mempunyai
dua arti yakni arti kiasan dan arti sebenarnya. Menurut arti sebenamya
nikah
adalah
"dham"
yang
berarti
"menghiinpit'V'menindih", atau
"berkumpul". Sedangkan arti kiasan nikah adalah "waihaa", yang artinya
bersetubuh."**
Secara Tenninologi pernikahan itu hakekatnya adalah "aqad'" antara
calon suami istri untuk memperbolehkan keduanya bergaul sebagai suami
istri.^' Hal ini senada dengan imam safi'i yang mengartikan nikah adalah
akad yang mengandung ketentuan hukum kebolchan Wathaa dengan laladz
nikah atau Tazwij atau dengan lafadz yang semakan dengan keduanya.
Kompilasi Hukum Islam juga memberikan definisi yang hampir
sama. Dalam bab II dasar - dasar pernikahan. Pasal 2 disebutkan bahwa:
"Perkawinana menurut hukum Islam adalah perkawinan, yaitu akad yang
sangat kuat atau Miitsaaqan Ghaiishan untuk mentaati perintah Allah dan
melakukannya merupakan amal ihadah. "^^
^'Sudarsono. 1992. Pokok-pokok
Hukum Islam , i'dkarla: Rineka Cipta, him 188.
Kamal Mukhtar. 1993. Asas Hukum Islam lentang pernikahan
Bintang, him.l.
^^Mahniud Yuniis, 1981. Hukum pernikahan
Agung, him.I.
. Surabaya: Bulan
dalamm Islam, cel.9 Jakarta: Hidakarya
Dari pengertian diatas dapat dlpahami bahwa pernikahan adalah akad
yang suci dan kuat Miitsaaqan Ghaliizhan antara laki ~ laki dan perempuan
untuk memperbolehkan melakukan hubungan biologis serla untuk mentaati
perintah Allah dan melakukanya merupakan bagian dari amal ibadah
kepada-nya.
Pengertian
tersebui mengisyaratkan
adanya
akad. karena
akad
merupakan proses yang sangat fundamental yang tidak boleh ditiadakan
dalam satu pernikahan. Jika suatu pernikahan tanpa diketahui oleh suatu
akad maka pernikahan tersebut tidak sah dan balal. Akad sendiri adalah
rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan qabul yang diucapkan oleh
mempelai pria atau wakilnya dan disaksikan oleh dua orang saksi.
Apabila seorang laki - laki dan perempuan melakukan hubungan
seksual tanpa adanya akad nikah, maka tidak ubahanya seperti kchidupan
liar binatang. Dan apabila itu terjadi dalam kchidupan manusia maka
sesungguhnya
manusia
memposisikan
dirinya
sama seperti
binatang.
padahal Allah menciplakan dalam model yang sebaik - baiknya dan paling
mulia diantara para mahluk-Nya yang lain.
Keberlangsungan
hidup manusia di dunia ini memerlukan sebuah
keseimbangan. dan keseimbangan ilu bisa terlaksana jika manusia dapal
memerankan
fungsinya dalam menjaga sesuatu yang mendasar dalam
' Abdul Ghani Abdullah. 1994. Pengantar Kompilasi
hukum Indonesia Jakarta: gema Insani press, hlin.78
Hukum Islam dalam
latanan
kehidupanya. Termasuk menjaga
tujuan -
tujuan hukum Islam yang
kemudian di sebut Maqasid A T - syari'ah. Imam Al-Syatibi menyimpulkan
bahwa tujuan hukum Islam atau Maqasid Al-syari'ah di dunia ada lima hal
yaitu sebagai berikut:^'
1. Memelihara agama {Hifdz
Al-Din),
yang
dimaksud
adalah
hubungan manusia dengan Allah seperti shalat, zakat, puasa, haji.
dan syahadat.
2. Memelihara diri {Hifdz Al-Nofs),
yaitu larangan menghina orang
lain, larangan bunuh diri dan sebagainya.
3. Memelihara keturunan dan kehormatan, seperti aturan - aturan
pernikahan, larangn berzina dan Iain-lain.
4. Memelihara harta yakni larangan mencuri, mengghasab barang
orang lain.
5. Memelihara akal didalamnya terdapat kewajiban menuntut ilmu
dan sebagainya.
Salah satu dari kelima hal tersebut diatas dalam kaitanya dengan
pernikahan adalah memelihara keturunan dan kehormatan. Dalam kerangka
inilah
sesungguhnya
manusia
dianjurkan
untuk
melakukan
sebuah
pernikahan dengan lawan jenisnya, agar eksistensinya kchidupan manusia
di dunia ini bisa tents berlanjut. Pernikahan sebagai salah satu institusi
Asatri Jaya Bakri. 1996. Konsep Maqasid
Grafindo Pustaka. him.65.
Syari'ah
menunn
al-Syafihi.
Jakarta: PT Raja
15
agama sudah
barang
lentu memiliki
seperangkat aturan
yang harus
dipenuhi.
Namun
demikian,
agar
pernikahan
yang
akan
dilaksanakan
diharapkan nantinya menjadi pernikahan yang sakinah. mawaddah dan
rahmah bisa tercapai, maka hal - hal yang mendukung harus dipersiapkan
juga. Mengingat betapa besamya tanggung jawab, baik suami maupun istri
perlu memiliki kesiapan matang, baik psikis maupun fisik.
Hal ini karena pekerjaan berat ini tidak mungkin terlaksana dengan
persiapan yang asal - asalan dan kondisi fisik maupun psikis yang buruk.
Diperlukan kesiapan
fisik dalam menempuh kchidupan rumah tangga.
scbab rumah tangga bukanlah suatu permainan yang santai. Rumah tangga
merupakan sualu perjuangan yang berat. bahkan kadangkala sangal keras.
dan tentu memerlukan ketahanan fisik yang prima.
Bagi
memerlukan
wanita
misalnya.
tenaga
yang
rutinitas
sangat
kerja
dalam
rumah
besar. dari menguriis
diri.
tangga
rumah.
mengurus dan melayani kebutuhan suami lahir maupun baiin. Belum lagi
kalau dikaruniai Tuhan keturunan. hal ini akan menamhah beban istri.
Semua ini memtTlukan ketahanan fisik yang prima.**'
2.
Menurut Undang - undang Perkawinan N o . l lahun 1974
Menurut Undang -undang N o . l tahun 1974 pasal 1:
^'Rahmat Hakim. 2000. Hukum Pcniikahan
Islam. Bandung: C V Pustaka Sella, him. 139.
16
"Perkawinan ialah ikalan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. "
Pengertian perkawinan seperti yang tercantum diatas bila diperinci yaitu:
1. Perkawinan ialah ikatan iahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri;
2. Ikatan lahir batin ilu ditunjukan untuk membentuk keluarga ( rumah
tangga) yang bahagia kekal sejahtera.
3. Ikatan lahir batin dan tujuan bahagia yang kekal itu berdasarkan pada
Ketuhanan yang Maha Esa.
Indonesia
sebagai
Negara
berdasarkan
Pancasila,
yang
sila
pertamanya ialah Ketuhanan yang Maha Esa, maka antara perkawinan
dengan agama atau kerohanian mempunyai hubungn yang sangat erat,
karena perkawinan bukan saja mempunyai unsur jasmani tetapi juga
mempunyai unsur rohani yang memegang peranan sangal penting.
3.
Menrut Kitab Undang - undang Hukum Perdata ( B W )
Pengertian
dasar perkawainan
menurut
BW adalah
menganut
pengertian dasar perkawinan barat (perdata). artinya menurut B W suatu
perkawinan adalah sah jika telah dilangsungkan berdasarkan ketentuan
Undang - undang dan telah memenuhi syarat - syaray yang digariskan oleh
Undang - undang. Ha! ini terbukti dari isi pasal 26 yang berbunyi;
17
"Undang - undang memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan hubungan perdatanya"^^
B. Syarat dan Rukun Perkawinan
1. Syarat sahnya Perkawinan
Dalam melaksanakan
suatu perkawinan. maka sebelumya
harus
dipenuhi dulu syarat - syarat untuk dapat tcrwujudnya suatu perkawinan
yang sah. Diantara syarat - syarat sah perkawinan itu antara lain:
a.
Menurut Hukum Islam
Setelah ditetapkanya Undang - undang N o . l lahun 1974 tentang
perkawinan, maka dasar ber'akunya Hukum Islam di bidang perkawinan.
talak dan rujuk mengacu pada Undang - undang ini, lerutama pada pasal 2
ayat (1) dan ayat (2) yang mcnetapkan:
"Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing masing agama dan kepercayaan itu. Tiap - tiap perkawinan dicatai
menurut paraturan - peraturan perundang - undangan yang berlaku "
Oleh karena itu, syarat sahnya perkawinan mcnurut Hukum Islam
harus memnuhi syarat - syarat sebagai berikut:
Perkawinan tidak dilakukan yang bertentangan dengan larangan ~
larangan termasuk dalam ketentuan A l - Qur'an surat A l - Baqoroh ayat
221.
yaitu
larangan
perkawinan
pcngcualian dalam sural A l
karena
perbedaan
agama
dengan
Maidah ayai 5. yailu khusus laki ~ laki Islam
Sution Usman Adji S.H., 2002. Kawin Ian dan kawin aniur agama. Yogyakarta;
Liberty, him. 126.
18
boleh mengawini perempuan -
perempuan ahli kitab, seperti yahudi.
nasrani. Kemudian tidak bertentangan dengan larangan - larangan tersebut
dalam A l - Quranul Karim surat A n ~ Nisaa ayat 22, 23 dan 24.
b.
Menurut Undang - undang Perkawinan N o . l lahun 1974
Syarat sahnya perkawinan menurut Undang - undang Perkawinan
N o . l tahun 1974 harus:
1) Didasarkan kepada persetujuan babas antara calon suami dan calon
islri, berarti tidak ada paksaan didalam perkawina.
2) Pada asasnya perkawinan itu adalah salu istri bagi satu suami dan
sebaliknya hanya satu suami bagi satu istri. kecuali
mendapat
dispensasi oleh Pengadiian Agama dengan syarat ~ syarat yang berat
untuk boleh beristri lebih dari satu dan harus ada izin dari istri
pertama.
adanya
kepastian
dari
pihak
suami
bahwa
mampu
menjamin keperluan - keperluan hidup isteri - isleri dan anak - anak
serta jaminan bahwa suami akan berlaku adil, terhadap isleri - isteri
dan anak-anak mereka.
3) Pria harus telah berumur 19 ( sembilan belas) tahun dan wanita 16
(enam belas) tahun.
4) Harus mendapat izin masing - masing dari kedua orang tua mereka.
kecuali dalam hal - hal terlenlu dan calon pengantin lelah berusia21
(dua puluh salu ) tahun atau lebih, atau mendapat dispensasi dari
Pengadiian Agama apabila umur para calon kurang dari 19 dan 16
tahun.
5) Tidak termasuk larangan - larangan perkawinan 2 (dua) orang yang:
a) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas maupun
ke bawah.
b) Berhubungan daran dalam garis keturunan ke samping yaitu
antara saudara, antara saudara dengan saudara orang tua dan
antara seseorang dengan saudara neneknya.
c) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dengan
ibu/ bapak tiri.
d) Berhubungan sesusuan, yaitu orang tua susan dan bibi/ paman
susan.
e) Berhubungan saudara dengan istri (ipar) atau sebagai bibi atau
kepoakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri, lebih dari
seorang.
f)
Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan Iain
yang berlaku dilarang kawin.
6) Seorang yang masih terkait tali perkawinan dengan orang lain,
kecuali dispensasi oleh pengadiian.
7) Seorang yang telah cerai untuk kedua kalinya. maka diantara mereka
tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi,
sepanjang
hukum
masing -
masing agamnya
dan kepercayaannya
itu dari yang
bersangkutan tidak menentukan lain,
8) Seorang wanita yang perkawinanya terputus unluk kawin lagi lelah
lampau tenggang waktu tunggu.
9) Perkawinan harus dilangsungkan menurut tat cara perkawinan yang
diatur oleh Peraturan Pemerinah Nonior 9 tahun 1975 j o . Peraturan
Menteri Agama No.3 tahun 1975 tentang pencatatan nikah, talak dan
rujuk.
c.
Menurut Kitab Undang - undang Hukum Perdata ( B W )
Bahwa menurut kitab Undang - undang Hukum Perdata
(Bugerlijk
Wetboek). selanjutnya akan disebut K U H Perdata. ialah;
1) Bahwa Undang - undang memandang soal perkawinan hanya dalam
hubungan pedatanya saja, asas perkawinan menurut K U H Perdata.
zmenghendaki adanya kala sepakat yang dinyatakan secara bebas
antara kedua calon suami islri, jadi lidak boleh adanya paksaan dari
salah satu pihak.
2) Bila ada paksaan maka perkawinan tidak dapat dilangsungkan atau
setelah dilangsungkan dapal dibaialkan kembali.
3) Bagi laki- laki akan kawain disyaratkau harus berumur sekurang kurangnya
18 tahun ( delapan
perempuan 15 (lima belas) tahun.
belas ) tahun. sedangkan
bagi
21
4) Setiap orang yang hendak melakukan perkawinan harus terlebih
dahulu memberitahukan kehendak itu kepada pegawai catatan sipil
ditcmpat tinggal salah salu diantara keduanya dengan syarat - syarat
yang cukup kepastian dan memperlihatkan kehendak kedua calon
suami isleri, izin orang tua atau wali pengawas alau keputusan
Pengadiian Negeri bilamana diperluakan serta akta kelahiran calon
suami isteri.
5) Bilamana perkawinan itu dalaha perkawinan yang kedua. harus
dilampirkan akata perceraian alau akala kematian. salah satu diantara
keduanya. Kemudian juga akata
pengumuman akan melakukan
perkawinan dan lain - Iain.
6) Bilamana dalam tenggang waktu salah satu bulan terhitung sejak
pengumuman
hendak
kawin.
perkawinan
dilangsungkan. maka perkawinan itu lidak
tersebut
lidak
boleh dilangsngkan
kembali kecuali setelah diulangi lagi pengumuman kembali untuk
kedua kalinya seperti semula.
7) Perkawinan tidak dapat dibuktika dengan cara lain melainkan hanya
dengan akta perkawinan yang dibenarkan oleh pejabat Catatan Sipil
dimana pekarwinan tersebut dilangsungkan. kecuali dalam hal - hal
lain berdasarkan perlimbangan dari hakim dengan hukli bukti y ang
cukup mengenai ketidakadaan akta - akta perkawinan tersebut.
22
2. Rukun Nikah
a) Adanya calon pengantin
laki -
laki
dan
ealon
pengantin
perempuan.
b) Kedua calon mempelai haruslah Islam, akil baligh ( dewasa dan
berakal), sehat baik jasmani maupun rohani.
1) 1 larus ada perselujuan bebas antara kedua calon pengantin.
2J Harus ada wali nikah.
3) Harus ada 2 orang saksi, dalam hal ini Islam, dewasa, dan adil.
4) Membayar mahar (mas kawin)
5) Sebagai
proses
terakhir
dan
lanjulan
dari
akad
nika
adalah
pemyataan Ijab dan Qabul. Ijab yang berarti pemyataan kehendak
dari calon mcngantin wanita yang la/imnya diwakili oleh wali.
Sedangkan Qabul berarti pernyataan penerima dari pihak laki - laki
IJab pihak perempuan.
C . T u j u a n Perkawinan
Tujuan perkawinan dalam Islam adalah : Untuk memenuhi luntuian
hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan dengan laki-laki dan perempuan
dalam rangka mewujudkan sualu kckeluargaan yang bahagia dengan dasar
cinta dan kasih sayang, untuk mcmperoleh keturunan yang sah dalam
23
masyarakat dengan mengikuti ketentuan - ketentuan yang iciah diatur oleh
Syari'ah.
Rumusan tujuan perkawinan di atas dapat diperinci sebagai berikut:
a. Mcnghalalkan hubungan keiamin untuk memenuhi tuntutan hajat
tabiat kemanusiaan
b. Mewujudkan suatu kckeluargaan dengan dasar cinta kasih.
c. Mcmperoleh keturunan yang sah."**
Oleh karen itulah pernikahan adalah satu-satunya Syariat Allah yang
mengisaratkan
banyak aspek didalamya. Diantara aspek-aspek
tersebut
adalah:
a) Aspek personal yang meliputi penyaluran kebutuhan biologis dan
reproduksi generasi.
b) Aspek sosiak melalui pernikahan bisa membentuk rumah tangga
yang baik sebagai fondasi masyarakat
yang baik dan
membuat
manusia mcjadi krealif karena adanya langgung jawab yang timbul
sebab ada pernikahan.
c) Asoek ritual, sebagai salah satu model ibadah kepada .A.Uah karena
mengikuti Sunnah rosul.
^° ' Soemiyati, 1999. Hukum Perkawinan
Yogyakarta: Liberty, him.12.
Islam dan Undang-undang
Perkawinan.
d) Aspek moral, ada garis demarkasi yang tegas antara manusia dan
hewan dalam
menyalurkan libiso seksual, karena manusia harus
mengikuti aturan atau norma-norma agama sedangkan hewan tidak.
e) Aspek kultural, karena
lebih membedakan
kultur atau
budaya
manusia primitive dan manusia modern, walaupun dalam primitive
mungkin terdapat aturan - aturan pernikahn namun dapat dipastikan
aturan-aturan kita jauh lebih baik daripada aturan-aturan mereka. Hal
ini menunjukan bahwa kultur kita lebih baik dari pada kultur mereka.
Setiap perbuatan hukum selalu ada tujuan dan hikmahnya. begitu
juga dengan pernikahan. Banyak hikmah yang akan dicapai ketika seorang
melakukan pernikahan, disamping secara hakikat adalah untuk mencapai
ridha Allah SWT.
Diantara hikmah dari pernikahan tersebut adalah;
1.
Untuk mengikuti sunnah Rosul
Tujuan pertama dari pernikahan adalah untuk mengikuti Sunnah
Rosul, diantara hadis nabi yang menganjurkan umatnya unluk menikah
adalah:
Artinya:
25
" Perkawinan itu adalah sunnahku, maka barang siapa yang benci
terhadap smmahkii, ia bukan termasuk umatku ". (HR. Bukhari)
2.
Untuk mencari ketenangan hidup
Seorang manusia disaaat usianya sudah mulai dewasa dan mulai
tertarik pada lawan jenis, maka ia akan selalu resah dan gelisah. Hal
demikian
menjadi
wajar,
karena
pada
dasarnya
manusia
diciptakan
berpasang-pasangan untuk saling kasih mengasihi. saling menyayangi dan
mencintai. Dan ternyata perasaan tersebut dapat ditemukan dalam rumah
tangga yang diawali dengan proses pernikahan. Pernikahan yang pada
dasarnya unluk membenluk keluarga yang sakinah. mawaddah, warahmah
bertujuan agar manusia dapat memperoleh ketenagan dalam hidupnya. Hal
ini sesuai dengan finnan Allah dalam sural Ar-Ruum ayal 21 yang artinya:
^'Dan diantara landa-tanda kekuasaanya ialah dia menciplakan
untukmii istri-istri dan jenismu sendiri, supaya kamu cenderimg dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
sayang. Sesunguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandalanda bagi kaum yang berfikir". (Ar-Ruum ayal 21)
3.
Untuk menyambung silaturahrni
Pada awalnva Tuhan hanya menclptakan seorang manusia, yaitu
Adam A.S. kemudian Tuhan menciplakan Siti llawa sebagai pasanganya.
Sctalah itu manusia berkembang biak menjadi berbagai kelompok bangsa
yang tersebar keseluruh alam karena desakan habitat yang menyempit serta
sifat
primordial keingintahuan
manusia
untuk
mengetahui
sisi
alam
26
semesta.
Meraka
semakin
mejauh
dari
lokasi asal
nenek
moyang,
membentuk kelompok bangsa sendiri yang secara evolutif menyebabkan
perubahan, peradaban bahasa, dan wama kulit hingga akhirnya mereka
lidak mengenai
salu sama lainya. Datangnya
Islam dengan institusi
pernikahan memberi peluang, menyambung kembali tali kasih yang telah
lama putus.
4.
Untuk mcmperoleh keturunan
Dapat dibayangkan bagaimana sedihnya perasaan suami dan istri jika
dalam pernikahnnya mereka tidak dikaruniai keturunan. Sesunguhnya salah
satu dari pada tujuan pcrnikahan untuk mendapatkan keturunan. Tidak
hanya pada manusia saja. naluri mcmperoleh keluruiut itu ada. hahkan pada
binatang
dan
tumbuh-lumbuhaii pun
berkembang
biak adalah
suatu
keniscayaan. Dengan adanya keturunan maka akan ada general penerus
yang akan melanjukan cita-cita para orang tua pendahulunya.
Pemah
seorang sahabat meminang seorang perempuan mandul, lalu ia bertanya:
"wahai
Rasullulah.
saya
lelah
meminang
seorang
perempuan
yang
berbangsa dan cantik, tapi mandul." Maka Nabi Muhammad SAW
mencegahnya seraya bersabda:
Artinya:
28
ini mulai luntur. Pada awalnya perkawinan campuran mengharuskan salah
satu
pihak
melakukan
pendidikan hukum
dengan
mengikuti hukum
pemerintah kolonial j i k a ingin melakukan perkawinan campuran yang
kemudian diikuti dengan perpindahan agama menjadi kristen."*
Dalam hal ini terdapat ketidak sesuaian pasal 26 B W yakni undangundang tidak memandang perkawinan dari sudut keagamaan melainkan
semata -mata " in deszelf burgerlijke beferkigen".
Perkawinan campuran
pada masa itu dipcrbolehkan tetapi hanya sudah memenuhi syarat dengan
secara suka rela tunduk pada hukum perdata liropa.
Dalam peraturan iainya S 1861 / 38 dan S 1874 / 63 sebenarnya di
ilhami oleh kasus pernikahan seorang laki - laki asal Maluku dengan
perempuan keturunan Belanda permasalahan yang utama adalah terkait
pendudukan hukum namaun sesuai ijin dari insiansi yang bewenang pada
masa itu pejabat Hindia Belanda Mr. Du Cloux Komisaris Gubernemen
memberi palokan yang secara garis besar menyatakan bahwa:
1) Dalam perkawinan campuran semacam ini pihak
perempuan
mengikuti kedudukan suami;
2) Bahwa dalam perkawinan sedeniikion pihak Indonesia Nasrani
bebas untuk memilih apakah ia hendak
tunduk pada hukum
perdata eropa atau tidak.
^^'Sudargo Gautama. 1996. Segi segi Ihikim
.Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, lilni.77.
Peraturan
Perkawinan
Catnpuran
29
b.
Pengaturan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
Perkawinana campuran yang dibahas lebih niendalam dalam hal ini
adalah perkawinan yang terjadi antara dua orang lunduk pada hukuni
nasionai
yang
berbeda.
Seperti
disebutkan
dalam
Undang-undang
Perkawinan N o . l tahun 1974 pasal 57 yakiii: "Perkawinan anlara dua orang
yang di indonesia tunduk pada hukum yang berlainan. karena perbedaaan
kewarganegaraan dan salah satu pihak berkcwarganegaraaan
Indonesia."
Penafsiran pasal ini bahwa perkawinan campuran yang dimaksud
ialah perkawinan antara 2 orang y ang tunduk pada hukum yang berlainan
karena
perbedaaan
berkewarganegaraan
kewarganegaraan
atau
salah
satu
pihak
asing. Dari situ dapat diketahui bahwa
Undang-
undang Perkawinan Indonesia tidak mengenai perkawinan campuran dalam
arti perbedaan agama. yang ada
ialah perkawinan
campuran
karena
perbedaan warga negara.
Sedangkan mengenai
persyaratan
lelah dilciapkan oleh undang-
undang dalam pasal 60 Undang-undang Perkawinan anlara lain:
Ayat (1): Perkawinan
campuran
iidak dapal dilangsungkan
sebuelum
terbukti bahwa syarat-syarat perkawinan yang ditentukan oleh hukum yang
berlaku bagi pihak masing-masing lelah dipenuhi.
30
Ayat (2): Untuk membuktikan bahwa syarat-syarat tersebut dalam ayat (1)
telah dipenuhi dan karena itu tidak ada rintangan untuk melangsungkan
perkawinan campuran, maka oleh mereka yang memirul hukum yang masih
berlaku
bagi pihak masing-masing
herwenang
mencatal perkawinan.
diberikan surat keterangan bahwa syarat-syarat Telah dipenuhi.
Ayal (3): Jika pejabat yang besangkutan menolak untuk memberikan surat
keterangan itu, maka alas permintaan yang berkepantingan Pengadiian
memberikan keputusan dengan tidak beracara serta tidak boleh dimintakan
banding lagi tentang soal apakah pcnolakan pemberian surat keterangan itu
beralasan apa tidak.
Ayat (4): Jika Pengadiian memutuskan bahwa pcnolakan tidak bcralasan
maka keputusan i l u menjadi pengganti keterangan yang tersebui ayat (3).
Ayal (5): Sural keterangan atau keputusan pengganti kelrangan tidak
mempunyai kekuatan hukum lagi jika perkawinan ilu lidak dilangsungkan
dalam masa 6 (enam) bulan sesudah keterangan itu diberikan.
c.
l^cngauiran Mengenai Anak Dalam Perkawinan Campuran
1)
Mcniini! Teori Hukum Perdata Internasiona!
Untuk menentukan status anak dan hubungan antara anak dan orang
tua. peril! dilihal dahulu perkawinan ornag tuanya schagai
pcrsoalan
pendahuluan, apakah perkawinan orang tiian) a sah seliingga anak memiliki
hubungan hukum dengan ayahnya. atau perkawinan tersebut tidak sah.
sehingga anak dianggap sebagai anak luar nikah yang hanya memiliki
hubungan hukum dengan ibunya.
Sejak dahulu dikaui bahwa soal keturunan termasuk status personal.
Negara-negara common law berpegang pada prinsip Domisili (ius soli)
sedangkan Negara-ncgara civil
{ius sanguinis)Umumnya
law berpegang pada prinsip Nasionalitas
yang dipakai ialah hukum personal dari sang
ayah sebagai kepala keluarga {paler
familians)
pada
masalah-masalah
keturunan secara sah. Sistcm kewarganegaraan dari ayah adalah yang
lerbanyak diperguanakan di negara-negara lain, seperti misalnya Jennan.
Yunani. Italia. Swiss dan kelompok negara-negara sosialis.
Dalam sistem hukum Indonesia, Prof. Sudargo Gautama menyatakan
kecondonganya pada sistem hukum dari ayah demi kcsatuan hukum dalam
keluarga, bahwa semua anak-anak dalam keluarga itu sepanjang mengenai
kekuasaan tertentu orang tua terhadap anak mereka (ouderlijke
machi)
tunduk pada hukum yang sama. Kecondongan pada sistem hukum ayah
demi kesaluan hukum, memiliki tujuan yang baik yailu kesatuan dalam
keluarga. nakmun dalam hal kewarganegaraan ibu berbeda dari ayah, laiu
terjadi perpccahan dalam perkawinan tersehiit maka akan sulit bagi ibunya
Sudargo Gautama. 1995. Hukum Perdata Iniernasional
Buku ke-7. Bandung: Penerbil Alumni, him.3.
Indonesia.
B, Jilid III Bagian 1.
32
untuk
mengasuh
dan
membesarkan
anak-anakanya
yang
berbeda
kewarganegaraaan, terutama bila anak-anak tersebut masih dibawah umur.
Dalam
konsep
Islam,
kecondongan
kepada
ayah
merupakan
keharusan. ini ditandai dengan adanya wali bagi pihak wanita. wali harus
laki-laki/ bapak dan sederetan keluarga laki-laki dari pihak bapak yang
telah diletapkan dalam Al-qur'an dan Al-hadils.
"Tidaklah
(dipersaksikan)
2)
sah nikah
itu kecuali
dua orang saksi yang
dengan
adanya
wali
dan
adil".
Mcnurut undang-undang Kewarganegaraan baru Undang-undang
Nomor 12 Tahun 2006
Undang-undang kewarganegaraan
yang baru memual asas-asas
kewarganegaraaan umum atau universal. Adapaun asas-asas yang dianut
dalam Undang-undang ini sebagai berikut:
a)
Asas
ius sanguinis (law of Ihr blood)
adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan sescorang berdasarkan keturunan.
bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
b) Asas ius soli (Icnv of (he .soil) secara terbatas adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan .sescorang berdasarkan
negara
tempat kelahiran. yang diberlakiikan terbatas bagi anak-anak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini.
c) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan
satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
33
d) Asas
kewarganegaraan
menetukan
ganda
kewarganegaraan
lerbalas
ganda
adalah
bagi
asas
anak-anak
yang
sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenai kewarganegaraan
ganda
(bipatride)
ataupun
tanpa
kewarganegaraan
(apatride).
Kewarganegaraan ganda yang diberikan pada anak dalam undang-undang
ini merupakan sualu pengecualian.
Mengenai
kewarganegaraan
hilangnya kewarganegaraan
ayah atau
anak.
ibu (apabila anak
maka
tersebut
hilangnya
tidak
punya
hubungan hukum dengan ayahnya) tidak secara otomalis menyebabkan
kewarganegaraan anak menjadi hilang.
Berdasarkan Undang-undang ini anak yang lahir dari perkawinan
seorang perempuan W N I dengan laki-laki W N A . maupun anak yang lahir
dari perkawinan seorang perempuan W N A dengan laki-laki WNl.samasama
diakui
sebagai
warga
negara
Indonesia. Anak
tersebut
akan
berkewarganegaraan ganda dan setelah anak berusia 18 tahun alau sudah
kawin mak ia harus menentukan pilihanya. Pernyataan untuk memilin
tersebui harus disampaikan paling lambat 3 (tiga) lahun setelah anak
berusia 18 tahun alau setelah kawin.
Pemberian kewarganegaraan ganda ini merupakan terobosan baru
yang positif bagi anak-anak hasil dari pcrkaxi inan campuran. Namun perlu
dilelaah,
apakah
pemberian kcvNarganeguraaii iui akan menimbulkan
34
permasalahan baru di kemudian hari atau lidak. Memiliki kewarganegaraan
ganda berarti tunduk pada dua wilayah yuridiksi.
Indonesia memiliki sistcm Hukum Perdata Iniernasional peninggalan
Hindia
Belanda.
Dalam hal status persona indonesia
menganut asas
konkordasi, yang anlaranya tercantum dalam Pasal 16 A . B . (mengikuti
pasal 6 A B Belanda, yang disalin lagi dari pasal 3 Code Civil Perancis).
Berdasarkan pasal 16 A B tersebut dianut prinsip nasionalitas untuk status
personal. Hal ini berarti warga negara Indonesia yang berada di luar negeri.
sepanjang mengenai hal-lial yang terkait dengan status personalnya, tetapi
berada
dibawah
lingkungan
kekuasaan
hukum
nasionai
Indonesia,
sebaliknya. menurut jurisprudensi. maka orang-orang using yang berada
dalam wilayah Republik Indonesia dipergunakan juga hukum nasionai
mereka
sepanjang
hal tersebut
masuk
dalam
hidang status
personal
mereka.'''
Dalam jurisprudensi Indonesia yang termasuk status personal antara
lain perceraian. pembalalan perkawinan. perwaiian anak-anak. wewenang
hukum. dun kewenangan melakukan perbuatan hukum. soal nama, soal
status anak-anak yang di bawah umur.''*'
Sudargo Ciaulama. op.cii.,
13
'Sudargo Gautama, op. oil.. 66.
35
E . Perkawinan di Bawah Umur
Perkawinan di bawah umur yaitu sualu perkawinan yang terjadi
dimana pihak mempelai atau salah satunya hehim mencapai umur yang
disyaratkan olch Undang-undang yang berlaku. y aitu jika pihak pria sudali
mencapai umur 19 lahun (sembilan belas) lahuu dan pihak wanita 16 (enam
belas) lahun.
Dalam Islam perkawinan merupakan sesuatu y ang agung dan mulia.
yang harus dipertanggung jawabkan
kepada Allah SWT. Orang yang
melangsungkan perkawinan hendaklah terdiri alas orang-orang y ang dapal
mcmpertauggungajuwabkan apa yang diperbualuya ilu terhadap istri alau
suaminya terhadap keluarga. dan tenlunya Juga terhadap .Allah SWT.
Syarat Islam mengajarkan bahwa salah salu syarat utama kcabsahan
suatu syariat adalah apabila yang bersangkutantelah aqil baliqh. olch karena
itu seorang pria y ang bclum baliqh belum dapal melaksanakan qabul secara
sah dalam suatu akad nikah. Perlu diketahui bahwa dalam pclaksanaan akad
nikah calon mempelai pria mesli mengatakan Qabul (penerimaan nikah)
secara sadar dan bcrlaiiggung jawab.
Adapun calon mempelai istri didalam pclaksanaan akad nikah tidak
lurut serla menyatakan sesuatu sebab ijab dilakukan olch walinya. Oleh
karena ilu perkawinan pria yang sudah baligh dengan wanita yang belum
36
baligh dapat dinilai sah. Kembali pada kedudukan nikah yang agung dan
mulia itu juga berfungsi sebagai forum pendidikan dan pembinaan generasi
yang akan datang, maka hendaknya suatu perkawinan itu dilaksanakan
setelah kedua belah pihak betul-betut mempunyai kesiapan dan kemampuan
untuk melaksanakan tugas sebagaimana suami dan istri yang baik bahkan
siap untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya kelak.
Adapun batasan usia untuk melangsungkan perkawinan anlara lain:
1. Batasan usia menurut Hukum Islam
Dalam hukum Islam tidak terdapat kaidah yang sifatnya menentukan
batasan umur melaksanakan perkawinan. akan lelapi dalam syara