AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BAGI PENGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN GANDA (Analisis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No.12 tahnn 2006 dan Pasiil 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974) -

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BAGI
PENGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN GANDA
(Analisis Normatif Pasel

6

Undang-Undang No.12 tahnn

2006

Pasiil 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan
Untuk Menempuh UJian
Sarjana Hukum

RAHMADAN RIZKISAPUTRA
50 2011 259

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

FAKULTAS HUKUM '
2015

i

dan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM

PERSETUDJAN DAN PENGESAHAN

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR
BAGI reNGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN
GANDA (Analisis Nonnatif Pasal 6 Undang-Undang
No.12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No. I
lahun 1974)
] lama
NIM/NIRM
Program Studi

Program Kekhususan

: RAHMADAN RIZKI SAPUTRA
:50 201i259
; llmu Hukum
: Hukum Perdata

PEMBIMBTNG:
ZULFIKRINAWAWI, SH., MH
Palembang, 19 Agustus2015

MOTO:

'Yakinlah dirimu lebih dari yang kau bayangkan, karena
tiap waktu yang kau lalui adalah takdir yang kau pilih"
(Rakmudan Rizki Saputra)

KUPERSEMBAHKAN KEPADA:
>
>

>
>

\

KEDUA ORANG TUAKU TERCIMTA
SAUDARA-SAUDARAKU TERS^^ YANG
KEPONAKAN-KEPONAKAN K U TERSAYANG
SESEORANG YANG K E L A K AKAN MENJADI
MAKMUMKU
> TEMAN-TEMAN SEPERJUANGANKU
> ALMAMATERKU

iii

1^

Judul Skripsi :AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DIBAWAH UMUR
BAGI PENGANUT ASAS PERKAWINAN GANDA
(AnalSsis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No.12

tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No.l tahun
1974.
Penulis,

Pembimbing,

Rahmadan Rizki Saputra

Zulfikri Nawawi, S H . , M H
ABSTRAK

Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimanan akibat hukum perkawinan
penganul asas kewarganegaraan ganda ?

di bawah

2. Bagaimana Upaya anak berkewarganegaraan
melangsungkan perkawinan di bawah umur ?


umur

bagi

ganda agar dapat

Selaras dengan tujuan yang bermaksud untuk mengetahui akibat
hukum perkawinan dibawah umur bagi penganul asas perkawinan ganda (
Analisis Normatif Pasal 6 Undang-undang No 12 tahun 2006 dan Pasal 7
Undang-undang No 1 tahun 1974), maka jenis penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif yang bersifat dcskriktif (menggambarkan), oleh
kamanya tidak bermaksud untuk menguji hipotesa.
Teknik pengumpulan data dititik bcratkan kepada penelitian
kepustakaan dengan cara mengkaji bahan hukum primer, bahan hukum
skunder, dan bahan hukum tcrsier.
Teknik pengolahan data dilakukan dengan mencrapkan analisis isi
(Content Analisys) untuk selanjutnya dikontruksikan kedalam suatu
kesimpulan.
Berdasarkan penclusuran lebih Jauh, terutama yang bersangkut paut
dengan permasalahan, dapal di simpulkan sebagai berikut:

1. Akibat hukum perkawinan di bawah umur bagi penganut asas
kewarganegaraan ganda adalah :

iv

Pertama, diharuskan memilih salah satu kewarganegaraan.
Berdasarkan ketentuan pasal 6 Undang - undang nomor 12 tahun
2006 ayat 1 yang menyandang status berkewarganegaraan ganda jika
sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu
kewarganegaraanya.
Kedua, dianggap sudah dewasa dan cakap melakukan perbuatan
hukum. Sesuai dengan ketentuan perundang - undangan pasal 47
dan 50 Undang - undang Nomor 1 rahun 1974 tentang perkawinan,
dimana kekuasaan orang tua berakhir bila anak sudah mencapai 18
tahun (kecuali sudah kawin sebelum umur itu).
Ketiga, paspor ganda yang dipegangnya dinyatakan tidak berlaku.
Berdasarkan
ketentuan
pasal
6,

apabila
anak
yang
berkewarganegaraan ganda telah mclangsungkan perkawinan maka
secara otomatis ia harus segera meninggalkan salah satu
kewarganegaraan yang disandangnya.
Keempat, dicabutnya hak untuk fasilitas sebagai warga negara
Indonesia yang berkewarganegaraan ganda. Jika anak tersebut
melangsungkan perkawinan, maka secara otomatis hak untuk
fasilitas sebagai warga negara Indonesia yang berkewarganegaraan
ganda dicabut.
2. Upaya anak berkewarganegaraan ganda agar dapat melangsungkan
perkawinan di bawah umur :
a. Mengajukan surat buti kewarganegaraan ganda
b. Magajukan Dispensasi Untuk Melangsungkan Perkawinan D i
Bawah Umur

K A T A PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur atas kehadirat

Allah SWT, karena berkat taufiq dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Dan leriring serta salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Adapun judul skripsi ini " A K I B A T H U K U M P E R K A W I N A N D I
B A W A H UMUR BAGI

PENGANUT ASAS K E W A R G A N E G A R A A N

G A N D A (Analisis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No. 12 tahun 2006
dan Pasal 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974)'\ Skripsi ini ditulis sebagai
syarat

untuk menempuh

ujian

sarjana

hukum pada Fakultas Hukum


Universitas Muhammadiyah Palembang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempuma
sebagaimana mestinya penulisan ilmiah lainnya. Namun penuulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya, meskipun dengan
keterbatasan kemampuan serta bahan yang tersedia. Olch karena itu kritik
dan saran yang bersifat mcmbangun dcmi kcsempumaan skripsi ini akan
diterima.
Kemudian dengan

rasa tulus dan ikhlas penuHs

menghaturkan

ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak

Dr.

H.


M.ldris.,SE,.M.si.,

selaku

Rektor

Universitas

Muhammadiyah Palembang.
2. Ibu Dr.Hj.

Sri Suatmiati.,SH.,M.Hum, Selaku

Dekan

Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
3. Bapak dan Ibu Wakil Dekan 1, \l


I I I , dan I V Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah.
4. Bapak Zulfikri Nawawi, SH.,MH, selaku Pembimbing Skripsi yang
telah memberi pengarahan dan bimbingan.
5. Bapak M . Soleh Idrus, SH.,MS, Selaku Pembimbing Akademik yang
telah membimbing selama kuliah.

vi

6. Bapak Mulyadi Tanzili, SH.,MH, Selaku Ketua Bagian hukum
keperdataan

Fakultas

Hukum

Universitas

Muhammadiyah

Palembang.
7. Seluruh Staf

Dosen dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang.
8. Kedua orang tuaku lercinta (ayahanda

Sartono.ibunda Sudartini)

Ketiga ayundaku( Nove Sadriah,S.Kep, Ners, Diana Paristhy Sari,S.
P A U D , Rami Purwasih,S.Pd ) adikku (Aisyah Nurlaily) dan kelima
ponakan ku tersayang (Daniel, Zibran, Kenzie, Alvaro, Keisha).
Yang

telah

senantiasa

memberikan
mendoakanku,

dukungan
dan

moril

dan

materil, yang

memotivasi

dan

mengharapkan

kesuksesanku Terimakasih atas kasih sayang yang kalian curahkan
kepadaku selama penulis menuntut ilmu pengetahuan di Universitas
Muhammadiyah Palembang sampai dengan selesainya skripsi ini.
9. Almamater ku dan teman satu Angkatan 2011 yang selalu memberi
semangat.
lO.Sahabat-sahabat seperjuanganku (Amir, Asta. Dafi, Mesa, Ika Bela,
Sari. Imey). Yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka
yang selalu memberi semangat dalam berjuang demi cita-citaku.
1 l.Posko KKN-209 Desa Srijabo Baru Kec. Sungai Pinang, Kab. Ogan
Ilir (Bpk/lbu Kades,Ibu Tona, Ibu Ida, Agung, Dede, Adrian, Roy,
Nanang, Seprina, Melly, Ejak, Nesti, Indri)
Semoga semua bantuan, dukungan dan amal baik yang telah diberikan
mendapal imbalan sebagaimana mestinya dari Allah SWT. Dan skripsi
ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri maupun yang membacanya.

Palembang, 10 Agustus 2015
Penulis

Rahmadan Rizki Saputra

vii

D A F T A R ISI
HALAMAN JUDUL

i

HALAMAN PERSETUJUAN

ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

iii

ABSTRAK.

iv

K A T A PENGANTAR.

vi

D A F T A R ISI

viu

BAB I P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang

1

B. Permasalahan

6

C. Ruang Lingkup dan Tujuan

,..7

D. Metode Penelitian

,.7

E. Sistematika Penulisan

8

BAB I I T I N J A U A N PUSTAKA
A. Pengertian Perkawinan

11

1. Menurut Hukum Islam
2. Menurut

Undang

11
-

undang

Perkawinan

No.l

1974
3. Menurut

tahun
15

Kitab

Undang

-

undang

(BW)

Hukum

Perdata
16

B. Syarat dan Rukun Perkawinan

17

1. Syarat sahnya Perkawinan

17

2. Rukun Nikah

21

C. Tujuan Perkawinan

22

D. Perkawinan Campuran

27

a. Sejarah Pengaturan Perkawinan Campuran
viii

27

b. Pengaturan dalam Undang - undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan
c. Pengaturan

29
Mengenai

Anak

dalam

Perkawinan

Campuran

30

E. Perkawinan di Bawah Umur

35

1. Batasan Usia Menurut Hukum Islam

36

2. Batasan Usia Menurut Undang - undang No.l Tahun 1974

37

3. Batasan Umur Ideal Menurut Gander

39

BAB HI PEMBAHASAN
A. Akibat Hukum Perkawinan di Bawah Umur bagi Penganut Asas
Kewarganegaraan Ganda

41

1. Konsep Anak Berkewarganegaraan Ganda (terbatas)

41

2. Anak Berkewarganegaraan Ganda yang Melakukan Perkawinan
di Bawah Umur

45

B. Upaya Anak Berkewarganegaraan Ganda agar dapat Melangsungkan
Perkawinan di Bawah Umur

51

1. Mengajukan Surat Bukti Kewarganegaraan Ganda

51

2. Mengajukan Dispensasi unluk Melangsungkan Perkawinan
di Bawah Umur

54

BAB I V PENUTUP
A. Kesimpulan

57

B. Saran

58

D A F T A R PUSTAKA
LAMPIRAN

ix

BAB I
Pendahuluan
A . Lalar Belakang
Perkawinan
dalam

setiap

merupakan

bagian

dari perjalanan

hidup

manusia.

ajaran agama tujuannya bukan saja untuk menyalurkan

insting seksual manusia dan meletakkanny a pada jalan yang benar. tetapi
berfungsi juga sebagai sarana reproduksi manusia untuk mcngagungkan
daumenaati perintah Tuhan sesuai dengan tugas manusia.
Dalam
bagi

hal perkaw inan sescorang tlapai memilih

kehidupannya

kelak,

tidak

jarang

\ ang

sescorang

terbaik

melakukan

perkawinan dengan orang lain yang berbeda suku. agama. dan bangsa
yang

dengan

tujuan

yang

kata

lain

lerpenting

sering
adalah

discbul perkawinan
membenluk

keluarga

campuran

tetapi

(rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

i*crkawinan campuran sudah banyak dilakukan oleh warga negara
Indonesia di berbagai
masyarakat.

daerah seiring dengan

perkcmbangan pemikiran

Jika pada masa kolonial dan tcodal perkawinan

terjadi karena kchidupan bcrmasyarakat
itu, yang sering terjadi anlara lain

dan kondisi sosial pada waktu

perkawinan antara pejabat Belanda

dengan kerabat dari pejabai Bumi I'ulcra.

1

campuran

2

Di

samping

itu lidak jarang terjadi perkawinan antara orang-

orang Belanda yang tertarik dengan perempuan pribumi dari golongan
rakyat

biasa,

demikian halnya

Masuknya pedagang
pendorong

dengan

anak

keturunan

mereka.

dari Arab dan Tiongkok juga menjadi salah satu

berkembangnya

interaksi

antar masyarakat yang berbeda

bangsa dan lunduk pada hukum yang berlainan ini unluk

melangsungkan

perkawinan campuran di lanah air.
Globalisasi
adalah

salah

Mcnurut

survey

menikah

ekonomi,

salu faklor pendorong

perkenalan

bekas

informasi,

yang dilakukan

yang
antara

teman

membawa
lain

adalah

kerja/bisnis,

pendidikan.

dan

lerjadinva perkawinan

oleh

Mixed

pasangan
perkenalan

berkenalan

Couple

berbeda
melalui
saat

Dengan

banyak

scharusnya

Indonesia

dengan

berlibur,

perlindungan

hukum

campuran

di

diakomodasi dengan baik dalam perundang-undangan

didefjnisikan

^'pan

dalam

bekas

Mohuinmad

Paiz,

Status

Nomor

hukum

hnp://wwvv.mixeikouple.cvm/ariides/modphp?mody}ublis

anak

Indonesia

lain.
sudah

campuran

ini

di Indonesia.

1 Tahun

hasil

teman

juga terjadi

di Indonesia, perkawinan

Undang-undang

kemudian

dari negara

dalam perkawinan

Dalam perundang-undangan

Club, jaiur

internet,

tcnaga kerja

icrjadinya perkawinan

campuran.

kewarganegaraan

sckolah/kuliah. dan sahahat pena.'* Perkawinan campuran
pada tenaga kerja

transportasi

1974

perkawinan

campuran
tentang

campuran.

3

Perkawinan pasal 57,

yang

daJam undang-undang

ini ialah ^'Perkawinan

di Indonesia

tunduk pada

kewarganegaraan
Indonesia",

dan

dimaksud

dengan

hukum yang
salah

perkawinan
antara

berlainan,

satu

campuran

dua orang
karena

pihak

perbedaan

berkewarganegaraan

sedangkan dalam Staalblad 1898 No. 158 lentang

perkawinan campuran

yang

sendiri perkawinan campuran

peraturan

diartikan sebagai

Perkawinan antara orang-orang yang di Indonesia tunduk pada hukumhukum

yang

berlainan. ^'

dari

situ

dapat

ditarik

kesimpulan

bahwasanya pada perkawinan campuran, meskipun pada dasarnya sama
iiUiksud

ya.ip

tcrkandung

dalam

kedua

peraturan tadi. akan tetapi

Undang-undang perkawinan lebih detail lag! mcniel;Kkan mengenai sianasiapa saja yang lunduk pada hukum yang berlainan guna pelaksanaan
perkawinan campurari.
Selama
dalam

hampir

setengah

perkawinan campuran

abad

pengaturan

antara warga

negara Indonesia

warga negara asing, mcngacu pada Undang-undang
1958

tciUang

kewarganegaraan.

Seiring

kewarganegaraan

herjalannya

dengan

Nomor 62
waktu

Tahun

Undang-

undang ini dinilai lidak sanggup lagi mcngakomodasi kepcntingan para
pihak

dalam

perkawinan

campuran,

terutama

perlindungan untuk istri

dan anak.

^' Sudarsono.

Hukum Perkawinan Nasionai. (.lakarla: I'T Asdi MahasaWa. 2005).

hlm.200.

k

Barulah pada 11 Juli 2006, Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan
Undang- undang kewarganegaraan yang baru. I.ahimya undang-undang ini
disambut gembira

oleh warga Indonesia yang menikah dengan warga

negara asing. walaupun pro dan kontra masih saja timbul. namun secara
garis

bcsar

undang-undang

baru

>ang

memperbolehkan

kewarganegaraan (lerbalas) ini sudah memberikan penccrahan

dwi

baru dalam

Miciig-ii.i.d j>cr,soalan-pcrsoa!an yang lahir dari perkawinan campuran.
Pcrsoalan

yang

rentan

campuran adalah

masalah

kcvvii.igaiK;gai"aaii

yang

lunggal, sehingga

anak

bisa

memiliki

salu

dan

iimbul

sering

kewarganegaraan
lama mcnganiit

dalam

anak.

Undang-undang

prtnsip

kewarganegaraan

yang lahir dari perkawinan campuran

kewarganegaraan,

yang

dalam

hanya

Undang-undang

;c!,sUHii d:lv:.pukan bahwa yang harus diikuti adalah
ayahnya. Pengaturan

perkawinan

kewarganegaraan

ini mcnimbulkan pcrsoalan apabila di kemudian

hari perkawinan orang tua pecah, tenlu ibu akan kesuHtan

mcndapat

pengasuhan anaknya yang warga negara asing.
Mengenai
dan

resmi

perkawiiiau

kepentiiigan anak

menurut

hukum

ciimpurau

di

hasil

dari

Indonesia

dan pcngambil

perkawinan
adalah

keputusan

campuran

agar

memahami

pelaku
dan

jncndapat penccrahan mengenai konsep lentang kewarganegaraan ganda
bagi anak-anak
Nomor

hasil perkawinan campuran.

12 Tahun 2006

tentang

Dalam

Kewarganegaraan

Undang-undang
pasal

6 ayat ( 1 1

5

disebulkan

bahwa:

sebagaimana

mengenai

dimaksud

perkawinan

status

anak

hasil

dari

perkawinan

didalam pasal 4 huruf c, d, f, m (anak

antara

WNI

dengan

WNA) dan pasal

5

berakibal

berkewarganegaraan

ganda, setelah berusia 18 tahun atau sudah

anak

harus

tersebut

menyatakan

memilih

hasil

kawin

salah

satu

dimungkinkan

timbul

menyandang

status

kewarganegaraannya.
Dalam
suatu

hal

mclangsungkan

masalah

terlebih

bagi

kewarganegaraan ganda Apabila

perkawinan
anak

yang

anak lersehut hendak

melangsungkan

pciTiikaljan di l.mwali urnut', sedangkan mcnurutbatasan umur pada Undangundang Perkawinan pasal 7 aval (1) hanya mengizinkan jika
laki

sudah

jicicuijiLi.in
terdapat

mencapai

umur

19

sudali mencapai

umur

{sembilan belas)
16 (enam

lahun

belas)

pihak

laki-

dan

pihak

tahun. Meskipun

dispensasi pada ayat selanjutnya tclapi nantinya akan timbul

permasalahan j i k a

anak

yang

berkewarganegaraan

ganda

tersebui

melangsungkan perkawinan.
Perkawinan

di bawah

umur yang dilakukan oleh anak

yang

mempunyai kewarganegaraan ganda berpolensi masalah sebab nantinya
.ikar.

!(:rjau!

bcnUiran

kaidah

hukum

yang

berkailan

dengan

kcde\yasaaa dan keeakapan melakukan perbuatan hukum terutama dalam
masalah perkawinan.

6

Sebagai eonloli

adalah dalam hal perkawinan, menurut hukum

Indonesia, terdapat syarat material dan formal yang perlu dipenuhi. Ketika
seorang anak yang
harus

belum

mcmeiiuhi kedua

berusia

18 lahun

hendak

pemberi

dilangsungkan.

kewarganegaraan

maka

syarat tersebut. Syarat materil harus mengikuti

hukum Indonesia sedangkan syarat formal mengiknii
perkawinan

menikah

Namun
yang

berdasarkan

lain,

hai

hukum

hukum dari

tersebut

tempat
negara

diizinkan,

lalu

ketentuan mana yang harus dlikutinya
Dengan lahirnya Undang-undang Kewarganegaraan yang baru yakni
Undang- undang Nomor 12 Tahun 2006. sangat menarik untuk dikaji
bagaimana

pengaruii lahirnya Untlang-undang ini lerhadap status hukum

anak dari perkawinan campuran

yang mclangsungkan

pcrkauinan tli

bawah umur.

B. Permasalahan
Yang menjadi permasalahan adalah :
!. Apa akibat hukum yang timbul pada perkawinan di bawah
umur yang dilakukan anak berkewarganegaraan ganda?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan anak

berkewarganegaraan

ganda agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah umur?

C. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengkaji,

dan

mcnganalisis

hcrkewarganegaraan

ganda

akibat hukum yang

dalam melangsungkan

mendiskripsikan,
limbul pada

anak

pernikahan di bawah

umur. scrla pcngaruhnya dengan status dan kedudukan hukum sebagai
warga Negara dan unluk mendiskripsikan

upaya-upaya

yang dilakukan

olch aiiak bci kcvvat pancgaraan ganda dalam melakukan perkawinan di
bawah

umur

berdasarkan

perturan

memperhalikan ketentuan pasal 6
200b dan pasal

/ Undang-undang

hukum

Undang-undang

yang

ada.

Nomor

dengan

12

Tahun

Nomor 1 Tahun 1974 sebagai dasar

scrla rujukan berkaitau dengan kclculuan formal dan material

dalam

melangsungkan perkawinan.

D. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian Normatif. Dengan demikian sumber bahan hukum penelitian ini
mcncakup:
1. Bahan hukum Primer, yailu bahan hukum yang
hal ini bahan hukum
Undang

Hukum

yang

Perdata,

dimaksud

adalah

mengikat. Dalam
kitab

Undang-

Undang- undang No.12 tahun 2006

8

lentang Kewarganegaraan. Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan.
2. Bahan hukum Sckundcr, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai
lerdiri

dari

bahan

hukum

primer. Bahan

Literatur yang berkailan

dengan

hukum ilu

landasan

hukum

operasional

hukum Perkawinan lerutama mengenai

perkawinan

di

niiiur,

anak

baucili

perkawinan

kewarganegaraan

campuran,

kemudian

ganda

pada

rancangan

hasil

Undang-undang.

buku icks (teks books) yang ditulis para ahli hukum {de herseende
'.;.;•), juii.ial iiukum. jjeudapat para

pakar

hukum. Disamping ilu

juga didukuiig oleh berbagai laporan penelitian. artikel, dan datadata penunjang dari internet.
3. Bahari hukum
pctunjuk

1 ersier,

bahan

hukum yang

membenkan

maupun penjelasan tcrhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder.
dimaksud

yaitu

terdiri

dari

Dalam hal ini
kanius

bahan

hukum.

hukum
kamus

yang
bahasa.

cnsiklopedia. dan Iain-lain.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan rangkaian urutan dari beberapa
uraian

beberapa suatu sistem pcmbahasan dalam suatu rangkaian ilmiah.

Dalam penelitian

ini akan

digambarkan

sistematika

penelilian yang

9

telah

dilakukan

sehingga mempennudah dalam memahami isi dari

penelitian ini. Dengan adanya pcmbahasan
penelitian

akan

lebih jeias

arah

tujuan

yang

sistematis,

sualu

penelilian

tersebut.

Dalam

kaitannya dengan penelitian skripsi i n i , sistematika dalam penelitian
penelitian ini disusun dalam empat bab sebagai berikut:

BAB 1

Pendahuluan, yang terdiri
batasan masalah,

dari:

rumusan

latar belakang masalah.

m asal ah,

tujuan

penel i ti an.

maniaal penclilian, dan lekhnik penelitian serta sistematika
pcmbahasan scputar masalah ini.
BAB n

Kajian Tcori, Pada hah ini akan diuraikan tentang teoriteori

yang

herkaitan
umur

melandasi

dengan

bagi

penelitian dan

akibat

penganul

hukum

pendapat

penelitian

scbelumnya sebagai

yang

perkawinan di bawah

kewarganegaraan

beberapa

dari

pcmbahasan

berbagai

ganda.

literatur.

dan

Serta
hasil

landasanleori pcmbahasaii

pada bab berikutnya.
B A B 111

Pcmbahasan. berisi tentang: jawaban dari semua rumusan
iiiasalali

mengenai

apa

bawah

umur bagi anak

upaya

yang

dilakukan

akibat

hukum

perkawinan

kewarganegaraan
anak

ganda,

di

serta

yang berkewarganegaraan

10

ganda

agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah

umur.
BAB IV

Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB H
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian perkawinan.
1.

Menurut Hukum Islam
Pada prinsipnya. pernikahan

adalah

akad

untuk

mcnghalalkan

hubungan serta membalasi hak dan kewajiban, lolong - menolong antara
laki - laki dan perempuan dimana antara keduanya bukan muhrim.
Istilah Perkawinan bera.sal dari kata "nikah"

yang artinya

mengumpulkan, saling memasukan. dan digunakan untuk arti bersetubuh
(wathi).

Sedangkan dalam bahasa Indonesia perkawinan berasal dari kata

"kawin" yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan
jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.
Dewasa ini kcrap kali dibedakan antara "nikah" dan "kawin". Akan
tetapi pada prinsipnya antara "pernikahan" dan "perkawinan" adalah sama.
hanya berbeda dalam menarik akat kita saja. Apabila dilinjau dari segi
hukum nampak jeias bahwa pernikahan adalah akad sue) dan luhur antara
laki - laki dan perempuan bukan muhrim yang menjadi sebab sahnya status
sebagai suami istri dan dihaluikanya hubungn seksual dengan

11

tujuan

12

mancapai keluarga sakinah. penuh kasih sayang, kebijakan dan saling
menyantuni."^*
Dalam referensi lain, Secara Etimologi pernikahan berarti:
j ^ i j i.^Yang

artinya berscnggama dan bercampur. Nikah mempunyai

dua arti yakni arti kiasan dan arti sebenarnya. Menurut arti sebenamya
nikah

adalah

"dham"

yang

berarti

"menghiinpit'V'menindih", atau

"berkumpul". Sedangkan arti kiasan nikah adalah "waihaa", yang artinya
bersetubuh."**
Secara Tenninologi pernikahan itu hakekatnya adalah "aqad'" antara
calon suami istri untuk memperbolehkan keduanya bergaul sebagai suami
istri.^' Hal ini senada dengan imam safi'i yang mengartikan nikah adalah
akad yang mengandung ketentuan hukum kebolchan Wathaa dengan laladz
nikah atau Tazwij atau dengan lafadz yang semakan dengan keduanya.
Kompilasi Hukum Islam juga memberikan definisi yang hampir
sama. Dalam bab II dasar - dasar pernikahan. Pasal 2 disebutkan bahwa:
"Perkawinana menurut hukum Islam adalah perkawinan, yaitu akad yang
sangat kuat atau Miitsaaqan Ghaiishan untuk mentaati perintah Allah dan
melakukannya merupakan amal ihadah. "^^

^'Sudarsono. 1992. Pokok-pokok

Hukum Islam , i'dkarla: Rineka Cipta, him 188.

Kamal Mukhtar. 1993. Asas Hukum Islam lentang pernikahan
Bintang, him.l.
^^Mahniud Yuniis, 1981. Hukum pernikahan
Agung, him.I.

. Surabaya: Bulan

dalamm Islam, cel.9 Jakarta: Hidakarya

Dari pengertian diatas dapat dlpahami bahwa pernikahan adalah akad
yang suci dan kuat Miitsaaqan Ghaliizhan antara laki ~ laki dan perempuan
untuk memperbolehkan melakukan hubungan biologis serla untuk mentaati
perintah Allah dan melakukanya merupakan bagian dari amal ibadah
kepada-nya.
Pengertian

tersebui mengisyaratkan

adanya

akad. karena

akad

merupakan proses yang sangat fundamental yang tidak boleh ditiadakan
dalam satu pernikahan. Jika suatu pernikahan tanpa diketahui oleh suatu
akad maka pernikahan tersebut tidak sah dan balal. Akad sendiri adalah
rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan qabul yang diucapkan oleh
mempelai pria atau wakilnya dan disaksikan oleh dua orang saksi.
Apabila seorang laki - laki dan perempuan melakukan hubungan
seksual tanpa adanya akad nikah, maka tidak ubahanya seperti kchidupan
liar binatang. Dan apabila itu terjadi dalam kchidupan manusia maka
sesungguhnya

manusia

memposisikan

dirinya

sama seperti

binatang.

padahal Allah menciplakan dalam model yang sebaik - baiknya dan paling
mulia diantara para mahluk-Nya yang lain.
Keberlangsungan

hidup manusia di dunia ini memerlukan sebuah

keseimbangan. dan keseimbangan ilu bisa terlaksana jika manusia dapal
memerankan

fungsinya dalam menjaga sesuatu yang mendasar dalam

' Abdul Ghani Abdullah. 1994. Pengantar Kompilasi
hukum Indonesia Jakarta: gema Insani press, hlin.78

Hukum Islam dalam

latanan

kehidupanya. Termasuk menjaga

tujuan -

tujuan hukum Islam yang

kemudian di sebut Maqasid A T - syari'ah. Imam Al-Syatibi menyimpulkan
bahwa tujuan hukum Islam atau Maqasid Al-syari'ah di dunia ada lima hal
yaitu sebagai berikut:^'
1. Memelihara agama {Hifdz

Al-Din),

yang

dimaksud

adalah

hubungan manusia dengan Allah seperti shalat, zakat, puasa, haji.
dan syahadat.
2. Memelihara diri {Hifdz Al-Nofs),

yaitu larangan menghina orang

lain, larangan bunuh diri dan sebagainya.
3. Memelihara keturunan dan kehormatan, seperti aturan - aturan
pernikahan, larangn berzina dan Iain-lain.
4. Memelihara harta yakni larangan mencuri, mengghasab barang
orang lain.
5. Memelihara akal didalamnya terdapat kewajiban menuntut ilmu
dan sebagainya.
Salah satu dari kelima hal tersebut diatas dalam kaitanya dengan
pernikahan adalah memelihara keturunan dan kehormatan. Dalam kerangka
inilah

sesungguhnya

manusia

dianjurkan

untuk

melakukan

sebuah

pernikahan dengan lawan jenisnya, agar eksistensinya kchidupan manusia
di dunia ini bisa tents berlanjut. Pernikahan sebagai salah satu institusi

Asatri Jaya Bakri. 1996. Konsep Maqasid
Grafindo Pustaka. him.65.

Syari'ah

menunn

al-Syafihi.

Jakarta: PT Raja

15

agama sudah

barang

lentu memiliki

seperangkat aturan

yang harus

dipenuhi.
Namun

demikian,

agar

pernikahan

yang

akan

dilaksanakan

diharapkan nantinya menjadi pernikahan yang sakinah. mawaddah dan
rahmah bisa tercapai, maka hal - hal yang mendukung harus dipersiapkan
juga. Mengingat betapa besamya tanggung jawab, baik suami maupun istri
perlu memiliki kesiapan matang, baik psikis maupun fisik.
Hal ini karena pekerjaan berat ini tidak mungkin terlaksana dengan
persiapan yang asal - asalan dan kondisi fisik maupun psikis yang buruk.
Diperlukan kesiapan

fisik dalam menempuh kchidupan rumah tangga.

scbab rumah tangga bukanlah suatu permainan yang santai. Rumah tangga
merupakan sualu perjuangan yang berat. bahkan kadangkala sangal keras.
dan tentu memerlukan ketahanan fisik yang prima.
Bagi
memerlukan

wanita

misalnya.

tenaga

yang

rutinitas

sangat

kerja

dalam

rumah

besar. dari menguriis

diri.

tangga
rumah.

mengurus dan melayani kebutuhan suami lahir maupun baiin. Belum lagi
kalau dikaruniai Tuhan keturunan. hal ini akan menamhah beban istri.
Semua ini memtTlukan ketahanan fisik yang prima.**'

2.

Menurut Undang - undang Perkawinan N o . l lahun 1974
Menurut Undang -undang N o . l tahun 1974 pasal 1:
^'Rahmat Hakim. 2000. Hukum Pcniikahan

Islam. Bandung: C V Pustaka Sella, him. 139.

16

"Perkawinan ialah ikalan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. "
Pengertian perkawinan seperti yang tercantum diatas bila diperinci yaitu:
1. Perkawinan ialah ikatan iahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri;
2. Ikatan lahir batin ilu ditunjukan untuk membentuk keluarga ( rumah
tangga) yang bahagia kekal sejahtera.
3. Ikatan lahir batin dan tujuan bahagia yang kekal itu berdasarkan pada
Ketuhanan yang Maha Esa.
Indonesia

sebagai

Negara

berdasarkan

Pancasila,

yang

sila

pertamanya ialah Ketuhanan yang Maha Esa, maka antara perkawinan
dengan agama atau kerohanian mempunyai hubungn yang sangat erat,
karena perkawinan bukan saja mempunyai unsur jasmani tetapi juga
mempunyai unsur rohani yang memegang peranan sangal penting.
3.

Menrut Kitab Undang - undang Hukum Perdata ( B W )
Pengertian

dasar perkawainan

menurut

BW adalah

menganut

pengertian dasar perkawinan barat (perdata). artinya menurut B W suatu
perkawinan adalah sah jika telah dilangsungkan berdasarkan ketentuan
Undang - undang dan telah memenuhi syarat - syaray yang digariskan oleh
Undang - undang. Ha! ini terbukti dari isi pasal 26 yang berbunyi;

17

"Undang - undang memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan hubungan perdatanya"^^
B. Syarat dan Rukun Perkawinan
1. Syarat sahnya Perkawinan
Dalam melaksanakan

suatu perkawinan. maka sebelumya

harus

dipenuhi dulu syarat - syarat untuk dapat tcrwujudnya suatu perkawinan
yang sah. Diantara syarat - syarat sah perkawinan itu antara lain:
a.

Menurut Hukum Islam
Setelah ditetapkanya Undang - undang N o . l lahun 1974 tentang

perkawinan, maka dasar ber'akunya Hukum Islam di bidang perkawinan.
talak dan rujuk mengacu pada Undang - undang ini, lerutama pada pasal 2
ayat (1) dan ayat (2) yang mcnetapkan:
"Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing masing agama dan kepercayaan itu. Tiap - tiap perkawinan dicatai
menurut paraturan - peraturan perundang - undangan yang berlaku "
Oleh karena itu, syarat sahnya perkawinan mcnurut Hukum Islam
harus memnuhi syarat - syarat sebagai berikut:
Perkawinan tidak dilakukan yang bertentangan dengan larangan ~
larangan termasuk dalam ketentuan A l - Qur'an surat A l - Baqoroh ayat
221.

yaitu

larangan

perkawinan

pcngcualian dalam sural A l

karena

perbedaan

agama

dengan

Maidah ayai 5. yailu khusus laki ~ laki Islam

Sution Usman Adji S.H., 2002. Kawin Ian dan kawin aniur agama. Yogyakarta;
Liberty, him. 126.

18

boleh mengawini perempuan -

perempuan ahli kitab, seperti yahudi.

nasrani. Kemudian tidak bertentangan dengan larangan - larangan tersebut
dalam A l - Quranul Karim surat A n ~ Nisaa ayat 22, 23 dan 24.

b.

Menurut Undang - undang Perkawinan N o . l lahun 1974
Syarat sahnya perkawinan menurut Undang - undang Perkawinan

N o . l tahun 1974 harus:
1) Didasarkan kepada persetujuan babas antara calon suami dan calon
islri, berarti tidak ada paksaan didalam perkawina.
2) Pada asasnya perkawinan itu adalah salu istri bagi satu suami dan
sebaliknya hanya satu suami bagi satu istri. kecuali

mendapat

dispensasi oleh Pengadiian Agama dengan syarat ~ syarat yang berat
untuk boleh beristri lebih dari satu dan harus ada izin dari istri
pertama.

adanya

kepastian

dari

pihak

suami

bahwa

mampu

menjamin keperluan - keperluan hidup isteri - isleri dan anak - anak
serta jaminan bahwa suami akan berlaku adil, terhadap isleri - isteri
dan anak-anak mereka.
3) Pria harus telah berumur 19 ( sembilan belas) tahun dan wanita 16
(enam belas) tahun.
4) Harus mendapat izin masing - masing dari kedua orang tua mereka.
kecuali dalam hal - hal terlenlu dan calon pengantin lelah berusia21
(dua puluh salu ) tahun atau lebih, atau mendapat dispensasi dari

Pengadiian Agama apabila umur para calon kurang dari 19 dan 16
tahun.
5) Tidak termasuk larangan - larangan perkawinan 2 (dua) orang yang:
a) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas maupun
ke bawah.
b) Berhubungan daran dalam garis keturunan ke samping yaitu
antara saudara, antara saudara dengan saudara orang tua dan
antara seseorang dengan saudara neneknya.
c) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dengan
ibu/ bapak tiri.
d) Berhubungan sesusuan, yaitu orang tua susan dan bibi/ paman
susan.
e) Berhubungan saudara dengan istri (ipar) atau sebagai bibi atau
kepoakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri, lebih dari
seorang.
f)

Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan Iain
yang berlaku dilarang kawin.

6) Seorang yang masih terkait tali perkawinan dengan orang lain,
kecuali dispensasi oleh pengadiian.
7) Seorang yang telah cerai untuk kedua kalinya. maka diantara mereka
tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi,

sepanjang

hukum

masing -

masing agamnya

dan kepercayaannya

itu dari yang

bersangkutan tidak menentukan lain,
8) Seorang wanita yang perkawinanya terputus unluk kawin lagi lelah
lampau tenggang waktu tunggu.
9) Perkawinan harus dilangsungkan menurut tat cara perkawinan yang
diatur oleh Peraturan Pemerinah Nonior 9 tahun 1975 j o . Peraturan
Menteri Agama No.3 tahun 1975 tentang pencatatan nikah, talak dan
rujuk.

c.

Menurut Kitab Undang - undang Hukum Perdata ( B W )
Bahwa menurut kitab Undang - undang Hukum Perdata

(Bugerlijk

Wetboek). selanjutnya akan disebut K U H Perdata. ialah;
1) Bahwa Undang - undang memandang soal perkawinan hanya dalam
hubungan pedatanya saja, asas perkawinan menurut K U H Perdata.
zmenghendaki adanya kala sepakat yang dinyatakan secara bebas
antara kedua calon suami islri, jadi lidak boleh adanya paksaan dari
salah satu pihak.
2) Bila ada paksaan maka perkawinan tidak dapat dilangsungkan atau
setelah dilangsungkan dapal dibaialkan kembali.
3) Bagi laki- laki akan kawain disyaratkau harus berumur sekurang kurangnya

18 tahun ( delapan

perempuan 15 (lima belas) tahun.

belas ) tahun. sedangkan

bagi

21

4) Setiap orang yang hendak melakukan perkawinan harus terlebih
dahulu memberitahukan kehendak itu kepada pegawai catatan sipil
ditcmpat tinggal salah salu diantara keduanya dengan syarat - syarat
yang cukup kepastian dan memperlihatkan kehendak kedua calon
suami isleri, izin orang tua atau wali pengawas alau keputusan
Pengadiian Negeri bilamana diperluakan serta akta kelahiran calon
suami isteri.
5) Bilamana perkawinan itu dalaha perkawinan yang kedua. harus
dilampirkan akata perceraian alau akala kematian. salah satu diantara
keduanya. Kemudian juga akata

pengumuman akan melakukan

perkawinan dan lain - Iain.
6) Bilamana dalam tenggang waktu salah satu bulan terhitung sejak
pengumuman

hendak

kawin.

perkawinan

dilangsungkan. maka perkawinan itu lidak

tersebut

lidak

boleh dilangsngkan

kembali kecuali setelah diulangi lagi pengumuman kembali untuk
kedua kalinya seperti semula.
7) Perkawinan tidak dapat dibuktika dengan cara lain melainkan hanya
dengan akta perkawinan yang dibenarkan oleh pejabat Catatan Sipil
dimana pekarwinan tersebut dilangsungkan. kecuali dalam hal - hal
lain berdasarkan perlimbangan dari hakim dengan hukli bukti y ang
cukup mengenai ketidakadaan akta - akta perkawinan tersebut.

22

2. Rukun Nikah
a) Adanya calon pengantin

laki -

laki

dan

ealon

pengantin

perempuan.
b) Kedua calon mempelai haruslah Islam, akil baligh ( dewasa dan
berakal), sehat baik jasmani maupun rohani.
1) 1 larus ada perselujuan bebas antara kedua calon pengantin.
2J Harus ada wali nikah.
3) Harus ada 2 orang saksi, dalam hal ini Islam, dewasa, dan adil.
4) Membayar mahar (mas kawin)
5) Sebagai

proses

terakhir

dan

lanjulan

dari

akad

nika

adalah

pemyataan Ijab dan Qabul. Ijab yang berarti pemyataan kehendak
dari calon mcngantin wanita yang la/imnya diwakili oleh wali.
Sedangkan Qabul berarti pernyataan penerima dari pihak laki - laki
IJab pihak perempuan.

C . T u j u a n Perkawinan
Tujuan perkawinan dalam Islam adalah : Untuk memenuhi luntuian
hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan dengan laki-laki dan perempuan
dalam rangka mewujudkan sualu kckeluargaan yang bahagia dengan dasar
cinta dan kasih sayang, untuk mcmperoleh keturunan yang sah dalam

23

masyarakat dengan mengikuti ketentuan - ketentuan yang iciah diatur oleh
Syari'ah.
Rumusan tujuan perkawinan di atas dapat diperinci sebagai berikut:
a. Mcnghalalkan hubungan keiamin untuk memenuhi tuntutan hajat
tabiat kemanusiaan
b. Mewujudkan suatu kckeluargaan dengan dasar cinta kasih.
c. Mcmperoleh keturunan yang sah."**
Oleh karen itulah pernikahan adalah satu-satunya Syariat Allah yang
mengisaratkan

banyak aspek didalamya. Diantara aspek-aspek

tersebut

adalah:
a) Aspek personal yang meliputi penyaluran kebutuhan biologis dan
reproduksi generasi.
b) Aspek sosiak melalui pernikahan bisa membentuk rumah tangga
yang baik sebagai fondasi masyarakat

yang baik dan

membuat

manusia mcjadi krealif karena adanya langgung jawab yang timbul
sebab ada pernikahan.
c) Asoek ritual, sebagai salah satu model ibadah kepada .A.Uah karena
mengikuti Sunnah rosul.

^° ' Soemiyati, 1999. Hukum Perkawinan
Yogyakarta: Liberty, him.12.

Islam dan Undang-undang

Perkawinan.

d) Aspek moral, ada garis demarkasi yang tegas antara manusia dan
hewan dalam

menyalurkan libiso seksual, karena manusia harus

mengikuti aturan atau norma-norma agama sedangkan hewan tidak.
e) Aspek kultural, karena

lebih membedakan

kultur atau

budaya

manusia primitive dan manusia modern, walaupun dalam primitive
mungkin terdapat aturan - aturan pernikahn namun dapat dipastikan
aturan-aturan kita jauh lebih baik daripada aturan-aturan mereka. Hal
ini menunjukan bahwa kultur kita lebih baik dari pada kultur mereka.

Setiap perbuatan hukum selalu ada tujuan dan hikmahnya. begitu
juga dengan pernikahan. Banyak hikmah yang akan dicapai ketika seorang
melakukan pernikahan, disamping secara hakikat adalah untuk mencapai
ridha Allah SWT.

Diantara hikmah dari pernikahan tersebut adalah;
1.

Untuk mengikuti sunnah Rosul
Tujuan pertama dari pernikahan adalah untuk mengikuti Sunnah

Rosul, diantara hadis nabi yang menganjurkan umatnya unluk menikah
adalah:

Artinya:

25

" Perkawinan itu adalah sunnahku, maka barang siapa yang benci
terhadap smmahkii, ia bukan termasuk umatku ". (HR. Bukhari)

2.

Untuk mencari ketenangan hidup
Seorang manusia disaaat usianya sudah mulai dewasa dan mulai

tertarik pada lawan jenis, maka ia akan selalu resah dan gelisah. Hal
demikian

menjadi

wajar,

karena

pada

dasarnya

manusia

diciptakan

berpasang-pasangan untuk saling kasih mengasihi. saling menyayangi dan
mencintai. Dan ternyata perasaan tersebut dapat ditemukan dalam rumah
tangga yang diawali dengan proses pernikahan. Pernikahan yang pada
dasarnya unluk membenluk keluarga yang sakinah. mawaddah, warahmah
bertujuan agar manusia dapat memperoleh ketenagan dalam hidupnya. Hal
ini sesuai dengan finnan Allah dalam sural Ar-Ruum ayal 21 yang artinya:
^'Dan diantara landa-tanda kekuasaanya ialah dia menciplakan
untukmii istri-istri dan jenismu sendiri, supaya kamu cenderimg dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
sayang. Sesunguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandalanda bagi kaum yang berfikir". (Ar-Ruum ayal 21)

3.

Untuk menyambung silaturahrni
Pada awalnva Tuhan hanya menclptakan seorang manusia, yaitu

Adam A.S. kemudian Tuhan menciplakan Siti llawa sebagai pasanganya.
Sctalah itu manusia berkembang biak menjadi berbagai kelompok bangsa
yang tersebar keseluruh alam karena desakan habitat yang menyempit serta
sifat

primordial keingintahuan

manusia

untuk

mengetahui

sisi

alam

26

semesta.

Meraka

semakin

mejauh

dari

lokasi asal

nenek

moyang,

membentuk kelompok bangsa sendiri yang secara evolutif menyebabkan
perubahan, peradaban bahasa, dan wama kulit hingga akhirnya mereka
lidak mengenai

salu sama lainya. Datangnya

Islam dengan institusi

pernikahan memberi peluang, menyambung kembali tali kasih yang telah
lama putus.

4.

Untuk mcmperoleh keturunan
Dapat dibayangkan bagaimana sedihnya perasaan suami dan istri jika

dalam pernikahnnya mereka tidak dikaruniai keturunan. Sesunguhnya salah
satu dari pada tujuan pcrnikahan untuk mendapatkan keturunan. Tidak
hanya pada manusia saja. naluri mcmperoleh keluruiut itu ada. hahkan pada
binatang

dan

tumbuh-lumbuhaii pun

berkembang

biak adalah

suatu

keniscayaan. Dengan adanya keturunan maka akan ada general penerus
yang akan melanjukan cita-cita para orang tua pendahulunya.

Pemah

seorang sahabat meminang seorang perempuan mandul, lalu ia bertanya:
"wahai

Rasullulah.

saya

lelah

meminang

seorang

perempuan

yang

berbangsa dan cantik, tapi mandul." Maka Nabi Muhammad SAW
mencegahnya seraya bersabda:

Artinya:

28

ini mulai luntur. Pada awalnya perkawinan campuran mengharuskan salah
satu

pihak

melakukan

pendidikan hukum

dengan

mengikuti hukum

pemerintah kolonial j i k a ingin melakukan perkawinan campuran yang
kemudian diikuti dengan perpindahan agama menjadi kristen."*
Dalam hal ini terdapat ketidak sesuaian pasal 26 B W yakni undangundang tidak memandang perkawinan dari sudut keagamaan melainkan
semata -mata " in deszelf burgerlijke beferkigen".

Perkawinan campuran

pada masa itu dipcrbolehkan tetapi hanya sudah memenuhi syarat dengan
secara suka rela tunduk pada hukum perdata liropa.
Dalam peraturan iainya S 1861 / 38 dan S 1874 / 63 sebenarnya di
ilhami oleh kasus pernikahan seorang laki - laki asal Maluku dengan
perempuan keturunan Belanda permasalahan yang utama adalah terkait
pendudukan hukum namaun sesuai ijin dari insiansi yang bewenang pada
masa itu pejabat Hindia Belanda Mr. Du Cloux Komisaris Gubernemen
memberi palokan yang secara garis besar menyatakan bahwa:
1) Dalam perkawinan campuran semacam ini pihak

perempuan

mengikuti kedudukan suami;
2) Bahwa dalam perkawinan sedeniikion pihak Indonesia Nasrani
bebas untuk memilih apakah ia hendak

tunduk pada hukum

perdata eropa atau tidak.

^^'Sudargo Gautama. 1996. Segi segi Ihikim
.Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, lilni.77.

Peraturan

Perkawinan

Catnpuran

29

b.

Pengaturan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
Perkawinana campuran yang dibahas lebih niendalam dalam hal ini

adalah perkawinan yang terjadi antara dua orang lunduk pada hukuni
nasionai

yang

berbeda.

Seperti

disebutkan

dalam

Undang-undang

Perkawinan N o . l tahun 1974 pasal 57 yakiii: "Perkawinan anlara dua orang
yang di indonesia tunduk pada hukum yang berlainan. karena perbedaaan
kewarganegaraan dan salah satu pihak berkcwarganegaraaan

Indonesia."

Penafsiran pasal ini bahwa perkawinan campuran yang dimaksud
ialah perkawinan antara 2 orang y ang tunduk pada hukum yang berlainan
karena

perbedaaan

berkewarganegaraan

kewarganegaraan

atau

salah

satu

pihak

asing. Dari situ dapat diketahui bahwa

Undang-

undang Perkawinan Indonesia tidak mengenai perkawinan campuran dalam
arti perbedaan agama. yang ada

ialah perkawinan

campuran

karena

perbedaan warga negara.
Sedangkan mengenai

persyaratan

lelah dilciapkan oleh undang-

undang dalam pasal 60 Undang-undang Perkawinan anlara lain:
Ayat (1): Perkawinan

campuran

iidak dapal dilangsungkan

sebuelum

terbukti bahwa syarat-syarat perkawinan yang ditentukan oleh hukum yang
berlaku bagi pihak masing-masing lelah dipenuhi.

30

Ayat (2): Untuk membuktikan bahwa syarat-syarat tersebut dalam ayat (1)
telah dipenuhi dan karena itu tidak ada rintangan untuk melangsungkan
perkawinan campuran, maka oleh mereka yang memirul hukum yang masih
berlaku

bagi pihak masing-masing

herwenang

mencatal perkawinan.

diberikan surat keterangan bahwa syarat-syarat Telah dipenuhi.
Ayal (3): Jika pejabat yang besangkutan menolak untuk memberikan surat
keterangan itu, maka alas permintaan yang berkepantingan Pengadiian
memberikan keputusan dengan tidak beracara serta tidak boleh dimintakan
banding lagi tentang soal apakah pcnolakan pemberian surat keterangan itu
beralasan apa tidak.
Ayat (4): Jika Pengadiian memutuskan bahwa pcnolakan tidak bcralasan
maka keputusan i l u menjadi pengganti keterangan yang tersebui ayat (3).
Ayal (5): Sural keterangan atau keputusan pengganti kelrangan tidak
mempunyai kekuatan hukum lagi jika perkawinan ilu lidak dilangsungkan
dalam masa 6 (enam) bulan sesudah keterangan itu diberikan.

c.

l^cngauiran Mengenai Anak Dalam Perkawinan Campuran
1)

Mcniini! Teori Hukum Perdata Internasiona!

Untuk menentukan status anak dan hubungan antara anak dan orang
tua. peril! dilihal dahulu perkawinan ornag tuanya schagai

pcrsoalan

pendahuluan, apakah perkawinan orang tiian) a sah seliingga anak memiliki
hubungan hukum dengan ayahnya. atau perkawinan tersebut tidak sah.

sehingga anak dianggap sebagai anak luar nikah yang hanya memiliki
hubungan hukum dengan ibunya.
Sejak dahulu dikaui bahwa soal keturunan termasuk status personal.
Negara-negara common law berpegang pada prinsip Domisili (ius soli)
sedangkan Negara-ncgara civil
{ius sanguinis)Umumnya

law berpegang pada prinsip Nasionalitas

yang dipakai ialah hukum personal dari sang

ayah sebagai kepala keluarga {paler

familians)

pada

masalah-masalah

keturunan secara sah. Sistcm kewarganegaraan dari ayah adalah yang
lerbanyak diperguanakan di negara-negara lain, seperti misalnya Jennan.
Yunani. Italia. Swiss dan kelompok negara-negara sosialis.
Dalam sistem hukum Indonesia, Prof. Sudargo Gautama menyatakan
kecondonganya pada sistem hukum dari ayah demi kcsatuan hukum dalam
keluarga, bahwa semua anak-anak dalam keluarga itu sepanjang mengenai
kekuasaan tertentu orang tua terhadap anak mereka (ouderlijke

machi)

tunduk pada hukum yang sama. Kecondongan pada sistem hukum ayah
demi kesaluan hukum, memiliki tujuan yang baik yailu kesatuan dalam
keluarga. nakmun dalam hal kewarganegaraan ibu berbeda dari ayah, laiu
terjadi perpccahan dalam perkawinan tersehiit maka akan sulit bagi ibunya

Sudargo Gautama. 1995. Hukum Perdata Iniernasional
Buku ke-7. Bandung: Penerbil Alumni, him.3.

Indonesia.

B, Jilid III Bagian 1.

32

untuk

mengasuh

dan

membesarkan

anak-anakanya

yang

berbeda

kewarganegaraaan, terutama bila anak-anak tersebut masih dibawah umur.
Dalam

konsep

Islam,

kecondongan

kepada

ayah

merupakan

keharusan. ini ditandai dengan adanya wali bagi pihak wanita. wali harus
laki-laki/ bapak dan sederetan keluarga laki-laki dari pihak bapak yang
telah diletapkan dalam Al-qur'an dan Al-hadils.
"Tidaklah
(dipersaksikan)
2)

sah nikah

itu kecuali

dua orang saksi yang

dengan

adanya

wali

dan

adil".

Mcnurut undang-undang Kewarganegaraan baru Undang-undang
Nomor 12 Tahun 2006
Undang-undang kewarganegaraan

yang baru memual asas-asas

kewarganegaraaan umum atau universal. Adapaun asas-asas yang dianut
dalam Undang-undang ini sebagai berikut:
a)

Asas

ius sanguinis (law of Ihr blood)

adalah asas yang

menentukan kewarganegaraan sescorang berdasarkan keturunan.
bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
b) Asas ius soli (Icnv of (he .soil) secara terbatas adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan .sescorang berdasarkan

negara

tempat kelahiran. yang diberlakiikan terbatas bagi anak-anak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini.
c) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan
satu kewarganegaraan bagi setiap orang.

33

d) Asas

kewarganegaraan

menetukan

ganda

kewarganegaraan

lerbalas
ganda

adalah

bagi

asas

anak-anak

yang
sesuai

dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenai kewarganegaraan
ganda

(bipatride)

ataupun

tanpa

kewarganegaraan

(apatride).

Kewarganegaraan ganda yang diberikan pada anak dalam undang-undang
ini merupakan sualu pengecualian.
Mengenai
kewarganegaraan

hilangnya kewarganegaraan
ayah atau

anak.

ibu (apabila anak

maka

tersebut

hilangnya

tidak

punya

hubungan hukum dengan ayahnya) tidak secara otomalis menyebabkan
kewarganegaraan anak menjadi hilang.
Berdasarkan Undang-undang ini anak yang lahir dari perkawinan
seorang perempuan W N I dengan laki-laki W N A . maupun anak yang lahir
dari perkawinan seorang perempuan W N A dengan laki-laki WNl.samasama

diakui

sebagai

warga

negara

Indonesia. Anak

tersebut

akan

berkewarganegaraan ganda dan setelah anak berusia 18 tahun alau sudah
kawin mak ia harus menentukan pilihanya. Pernyataan untuk memilin
tersebui harus disampaikan paling lambat 3 (tiga) lahun setelah anak
berusia 18 tahun alau setelah kawin.
Pemberian kewarganegaraan ganda ini merupakan terobosan baru
yang positif bagi anak-anak hasil dari pcrkaxi inan campuran. Namun perlu
dilelaah,

apakah

pemberian kcvNarganeguraaii iui akan menimbulkan

34

permasalahan baru di kemudian hari atau lidak. Memiliki kewarganegaraan
ganda berarti tunduk pada dua wilayah yuridiksi.
Indonesia memiliki sistcm Hukum Perdata Iniernasional peninggalan
Hindia

Belanda.

Dalam hal status persona indonesia

menganut asas

konkordasi, yang anlaranya tercantum dalam Pasal 16 A . B . (mengikuti
pasal 6 A B Belanda, yang disalin lagi dari pasal 3 Code Civil Perancis).
Berdasarkan pasal 16 A B tersebut dianut prinsip nasionalitas untuk status
personal. Hal ini berarti warga negara Indonesia yang berada di luar negeri.
sepanjang mengenai hal-lial yang terkait dengan status personalnya, tetapi
berada

dibawah

lingkungan

kekuasaan

hukum

nasionai

Indonesia,

sebaliknya. menurut jurisprudensi. maka orang-orang using yang berada
dalam wilayah Republik Indonesia dipergunakan juga hukum nasionai
mereka

sepanjang

hal tersebut

masuk

dalam

hidang status

personal

mereka.'''
Dalam jurisprudensi Indonesia yang termasuk status personal antara
lain perceraian. pembalalan perkawinan. perwaiian anak-anak. wewenang
hukum. dun kewenangan melakukan perbuatan hukum. soal nama, soal
status anak-anak yang di bawah umur.''*'

Sudargo Ciaulama. op.cii.,

13

'Sudargo Gautama, op. oil.. 66.

35

E . Perkawinan di Bawah Umur

Perkawinan di bawah umur yaitu sualu perkawinan yang terjadi
dimana pihak mempelai atau salah satunya hehim mencapai umur yang
disyaratkan olch Undang-undang yang berlaku. y aitu jika pihak pria sudali
mencapai umur 19 lahun (sembilan belas) lahuu dan pihak wanita 16 (enam
belas) lahun.

Dalam Islam perkawinan merupakan sesuatu y ang agung dan mulia.
yang harus dipertanggung jawabkan

kepada Allah SWT. Orang yang

melangsungkan perkawinan hendaklah terdiri alas orang-orang y ang dapal
mcmpertauggungajuwabkan apa yang diperbualuya ilu terhadap istri alau
suaminya terhadap keluarga. dan tenlunya Juga terhadap .Allah SWT.

Syarat Islam mengajarkan bahwa salah salu syarat utama kcabsahan
suatu syariat adalah apabila yang bersangkutantelah aqil baliqh. olch karena
itu seorang pria y ang bclum baliqh belum dapal melaksanakan qabul secara
sah dalam suatu akad nikah. Perlu diketahui bahwa dalam pclaksanaan akad
nikah calon mempelai pria mesli mengatakan Qabul (penerimaan nikah)
secara sadar dan bcrlaiiggung jawab.

Adapun calon mempelai istri didalam pclaksanaan akad nikah tidak
lurut serla menyatakan sesuatu sebab ijab dilakukan olch walinya. Oleh
karena ilu perkawinan pria yang sudah baligh dengan wanita yang belum

36

baligh dapat dinilai sah. Kembali pada kedudukan nikah yang agung dan
mulia itu juga berfungsi sebagai forum pendidikan dan pembinaan generasi
yang akan datang, maka hendaknya suatu perkawinan itu dilaksanakan
setelah kedua belah pihak betul-betut mempunyai kesiapan dan kemampuan
untuk melaksanakan tugas sebagaimana suami dan istri yang baik bahkan
siap untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya kelak.

Adapun batasan usia untuk melangsungkan perkawinan anlara lain:

1. Batasan usia menurut Hukum Islam
Dalam hukum Islam tidak terdapat kaidah yang sifatnya menentukan
batasan umur melaksanakan perkawinan. akan lelapi dalam syara