KEDUDUKAN BARANG LELANG TERHADAP SARANA DAN PRASARANA YANG DIGUNAKAN UNTUK MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DI KEJAKSAAN NEGERI GOWA (Presfektif Hukum Islam)

  

KEDUDUKAN BARANG LELANG TERHADAP SARANA DAN

PRASARANA YANG DIGUNAKAN UNTUK MELAKUKAN TINDAK

PIDANA PENCURIAN DI KEJAKSAAN NEGERI GOWA

(Presfektif Hukum Islam)

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar

  Sarjana Hukum (SH) Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar

  Oleh :

RISKA ALFIANA

  NIM: 10300113104

  

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2017

  PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :

  Nama : Riska Alfiana Nim : 10300113104 Tempt /Tgl. Lahir : Palopo, 20 Februari 1995 Jurusan : Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Fakultas : Syariah dan Hukum Alamat : Samata Gowa, Perum. Patri Abdullah blok Judul : Kedudukan Barang Lelang Terhadap Sarana dan Prasarana yang di Gunakan Untuk Melakukan Tindak Pidana Pencurian

  (studi kasus : Kejaksaan Negeri Gowa dalam Presfektif Hukum Islam)

  Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar hasil karya sendiri. jika di kemudian hari terbukti bahwa ini merupakanduplikat, tiruan, plagiat, atau di buat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Samata, 20 November 2017 Penulis RISKA ALFIANA NIM : 10300113104

  KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan sayang, memberikan petunjuk dan hidayah-Nya kepada kita sekalian sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi dengan judul, “Kedudukan Barang Lelang Tehadap Sarana dan Prasarana yang

  Digunakan Dalam Tindak Pidana Pencurian

  ” yang merupakan tugas akhir dan salah satu syarat pencapaian gelar sarjana Hukum pada Universitas Islam Negeri Makassar. Shalawat serta salam senantiasa penulis panjatkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan (jahiliah) menuju alam yang terang benderang, menyempurnakan akhlak manusia sebagai rahmatan lil alamin sekaligus penutup para Nabi.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung terutama keluarga besarku yang memberikan semangat dan mendoakanku, Ayahandaku tercinta Ali Akbar dan Ibunda tersayang Nakira yang dengan penuh cinta dan kesabaran serta kasih sayang dalam membesarkan, mendidik dan mendukung penulis yang tidak henti- hentinya memanjatkan do‟a demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis. Saudaraku tercinta Ahmad Kurnia pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk dukungan moral maupun materi, semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat, Kesehatan, Karunia, Keberkahan di dunia dan akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis.

  Dengan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih serta penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Prof. Dr. Mardan, M.Ag selaku Wakil Rektor I. Prof. Dr. H.

  Lomba Sultan, M.A. selaku Wakil Rektor II dan Prof. Siti Aisyah, M.A., Ph.D. selaku Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  2. Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Dr. H. Abd. Halim Talli, M.Ag. selaku pembantu dekan I. Dr. Hamsir., S.H, M.H. selaku pembantu dekan II. Dr. Saleh Ridwan, M.Ag. selaku pembantu dekan III.

  3. Dra. Nila Sastrawati, M. Si selaku Ketua Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan. Dr. Kurniati, M.Hi selaku sekertaris jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Fakul tas Syari‟ah dan Hukum dan seluruh dosen pengajar yang telah memberikan arahan dan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis serta staff akademik Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar atas bantuan yang diberikan selama berada di

Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  4. Kepala perpustakaan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan Kepala Perpustakaan Fakultas Syari‟ah dan Hukum serta para pengelola atau pustakawan yang telah banyak membantu dalam memenuhi kebutuhan referensi kepada penulis.

  5. Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag Selaku Pembimbing I dan Azhar Sinilele, SH.,MM.,MH Selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan dan perhatiannya dengan penuh kesabaran serta ketulusan yang diberikan kepada penulis.

  6. Dr. Hamzah Hasan, M. Hi. Selaku Peguji dan Dr. Dudung Abdullah, M. Ag Selaku Penguji yang telah meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan dan perhatiannya dengan penuh kesabaran serta ketulusan yang diberikan kepada penulis.

  7. Saudara-saudariku, Ahmad Kurnia, Asrianti S.pd, Mawar, Dagus Ekawati Putri.s, Hj.Hariani penulis hanya mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala do‟a, motivasi, bantuan dan dukungan berupa materi maupun moral yang diberikan kepada penulis.

  8. Sahabat Nur Hikma Rahman, Rugaya Saulatu, Andi Halima, Rosmini, Intan Saakinah Aulia, Nurkhasanah, Salma dan Keluarga Besar IPA 4, yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis disaat susah maupun senang, atas kebaikan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi penulis.

  9. Terkhusus Saudara Ali Thamli yang telah banyak mewarnai hidup penulis baik suka maupun duka, terima kasih yang sebesar-besarnya untuk segala kebaikannya, perhatiannya dan pengorbanannya kepada penulis.

10. Teman-teman Jurusan Hukum Pidana Dan Ketatanegaraan terkhusus HPK A, B, dan C, terima kasih atas segala kebersamaan dan canda tawa kalian.

  11. Keluarga KKN angkatan 55 Desa Balasuka Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa yang banyak memberikan motivasi dan semangat penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi.

  12. Kepada Bapak Abdu Racmat selaku KAPISIDUM.ibu Fatmawati yang cantik selaku Jaksa dan bapak Kasubag Bin, pak Said, serta pak Anto, dan keluarga besar Kejaksaan Negeri Gowa terimah kasih banyak atas bantuan yang anda berikan selama penulis berada di sana

  13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan sumbangsih, baik moral maupun material kepada penulis selama kuliah hingga penulisan skripsi ini selesai.

  Akhirnya hanya kepada Allah SWT jugalah penulis serahkan segalanya, semoga semua pihak yang membantu mendapatkan pahala di sisi Allah SWT., serta skripsi ini bermanfaat bagi semua orang terkhusus bagi penulis sendiri.

  Samata, 20 November 2017 Penulis, RISKA ALFIANA NIM 10300113104

  DAFTAR ISI

  JUDUL ................................................................................................................. i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. ii PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................. iii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................... viii PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... x ABSTRAK ...................................................................................................... xvii

  

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1-11

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ........................................... 8 C. Rumusan Masalah .......................................................................... 9 D. Kajian Pustaka ................................................................................ 9 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 11

BAB II TINJAUAN TEORETIS ............................................................. 12-29

A. Pengertian Tentang Pencurian...................................................... 12 1. Pengertian barang sitaan ........................................................ 15 B. Pengertian Tentang Lelang .......................................................... 21

  1. jenis-jenis lelang....................................................................... 22 2. pandangan hukum Islam tentang lelang ................................... 23

  C. Pihak

  • – pihak yang berwenang dalam pelaksanaan lelangBarang Rampasan ............................................................ 25

  1. kejaksaan ................................................................................. 25 2. jurusita ..................................................................................... 28

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 30-33

  B.

  Pendekatan Penelitian .................................................................. 30 C. Sumber Data ................................................................................. 31 D.

  Metode Pengumpulan Data ........................................................... 31 E. Instrument Penelitian ................................................................... 32 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 32

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 34-64 A. Gambaran Umum Kejaksaan Negeri Gowa ................................. 34 B. Pelaksanaan Lelang Barang Hasil Curian Yang di Lakukan Oleh Kejaksaan Negeri Gowa ............................................................... 39 C. Kedudukan Barang Lelang Hasil Curian Dalam Presfektif Hukum Islam .................................................................................................

  55 BAB V PENUTUP ..................................................................................... 65-66 A. Kesimpulan .................................................................................. 65 B. Implikasi Penelitian ................................................................. 65-66

  DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 67-68

  LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN A.

   Transliterasi Arab-Latin

  Daftar huruf bahasa Arab dan Transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel beriku :

1. Konsonan

  Ba b Be ت Ta t Te ث

  Sa s es (dengan titik di atas) ج

  Jim j Je ح

  Ha h ha (dengan titik di bawah) خ

  Kha kh ka dan ha د Dal d De ذ

  Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ب

  ر Ra r Er

  ز Zai z Zet ش

  Sin s Es ش

  Syin sy es dan ye ص

  Sad s es (dengan titik di bawah) ض

  Dad d de (dengan titik di bawah) ط Ta t te (dengan titik di bawah) ظ

  Za z zet (dengan titik di bawah) ع „ain „ apostrof terbalik

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا

  Zal ż zet (dengan titik di atas)

  غ Gain g Ge ف

  Fa f Ef ق

  Qaf q Qi ك Kaf k Ka ل

  Lam l El و

  Mim m Em ٌ

  Nun n En و

  Wau w We ھ Ha h Ha ء hamzah

  ‟ Apostrof

  Y Ya Ye Hamzah ( ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (

  ‟ ).

2. Vokal

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal Bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau menoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal Bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut :

  Tanda Nama Huruf Latin Nama ا fathah

  A a ا kasrah I i ا

  dammah U u

  Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

  Tanda Nama Huruf Latin Nama

  ى

  fathah dan Ai a dani yaa‟

  fathah dan wau Au a dan u

  ؤ Contoh: فْي ك : kaifa ل ْو ھ : haula 3.

   Maddah

  Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu : Harakat dan Nama Huruf dan Nama

  Huruf Tanda Fathah dan alif atau a a dan garis di atas

  ى…│ ا … yaa‟ Kasrah i i dan garis di atas

  ى dan yaa‟ Dhammmah dan u u dan garis di atas

  و waw Contoh: تاي : maata ي ي ر : ramaa

  : qiila مْي ل ت ْو ً ي : yamuutu 4. Transliterasi untuk

  taa‟marbuutah ada dua, yaitu taa‟marbuutah yang

  atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid( َ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonang anda) yang diberi tandasyaddah.

  ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ( ي ب) maka ia ditranslitersikan sebagai huruf maddah menjadi i.

  و د ع : „aduwwun Jika huruf

  nu”ima

  :

  : rabbanaa ا نْيَّج ن : najjainaa ك حْنا : al- haqq ى ع ن

  Contoh : ا نَّب ر

   Syaddah (Tasydid) Syaddah

  hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dhammah, transliterasinya adalah [t].sedangkan

  : al-hikmah 5.

  Contoh : ة ض ْو ر نا فْط ْلْا : raudah al- atfal ة نْي د ًنا ة ه ضا فْنا : al- madinah al- fadilah ة ًْك حْنا

  taa‟ marbuutah itu ditransliterasikan dengan ha [h].

  yang menggunakan kata sedang al- serta bacaan kedua kata tersebut terpisah, maka

  taa‟ marbuutah diikuti oleh kata

  Kalau pada kata yang berakhir dengan

  taa‟ marbuutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

  Contoh : ي ه ع : „Ali (bukan „Aliyyatau „Aly)

6. Kata Sandang

  Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا

  (

  alif lam ma‟arifah). Dalam pedoman transiliterasi ini, kata sandang

  ditransilterasikan seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya.kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

  Contoh : صًَّشنا : al-syamsu (bukan asy-syamsu) ة ن سن َّسن ا : al-zalzalah (az-zalzalah) ة ف سه فْن ا : al-falsafah د لَ بْن ا : al-bilaadu 7.

   Hamzah

  Aturan transliterasi huruf hamz ah menjadi apostrof („) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  Contoh : ٌ ْو ر يْا ت : ta‟muruuna ع ْوَّننا : al-nau‟ ءْي ش : syai‟un ت ْر ي ا : umirtu 8.

   Penulisan Kata Bahasa Arab Yang Lazim Digunakan Dalam Bahasa Indonesia

  Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam Bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan telah menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan Bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata Al- Qur‟an (dari Al-Qur‟an), al-hamdulillah, dan munaqasyah.

  Fizilaal Al- Qur‟an Al-Sunnah qabl al-tadwin 9.

   Lafz al- Jalaalah (هٰللّا)

  Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaafilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

  Contoh : ٰللّا نْي د diinullah ٰللّاا ب billaah Adapun taamarbuutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-

  jalaalah , ditransliterasi dengan huruf [t].contoh : hum fi rahmatillaah

10. Huruf Kapital

  Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ajaran Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf capital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul refrensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). contoh:

  Wa ma muhammadun illaa rasul Inna awwala baitin wudi‟ alinnasi lallazii bi bakkata mubarakan Syahru ramadan al-lazii unzila fih al- Qur‟a

  Nazir al-Din al-Tusi Abu Nasr al- Farabi Al-Gazali

  Jika nama resmi seseorang menggunakan kata ibnu (anak dari) dan Abu (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

  Abu Al-Wafid Mummad Ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu Al-Walid Muhammad (bukan : rusyd, abu al-walid Muhammad ibnu)

  Nasr Hamid Abu Zaid, ditulis menjadi: Abu Zaid, Nasr Hamid (bukan: Zaid, Nasr Hamid Abu) B.

   Daftar Singkatan

  Beberapa singkatan yang dilakukan adalah : swt. =

  subhanallahu wata‟ala

  saw. =

  sallallahu „alaihi wasallam

  r.a =

  radiallahu „anhu

  H = Hijriah M = Masehi

  = QS Al-Baqarah/2:4 atau QS Al-Imran/3:4 QS…/…4 HR = Hadis Riwayat

  ABSTRAK Nama : Riska alfiana NIM : 10300113104

Judul : Kedudukan Barang Lelang Terhadap Sarana dan Prasarana

yang di Gunakan Untuk Melakukan Tindak Pidana Pencurian di Kejaksaaan Negeri Gowa (Presfektif Hukum Islam)

  Pokok masalah penelitian ini adalah proses pelelangan terhadap sarana dan prasarana yang di gunakan untuk melakukan tindak pidana pencurian dalam presfektif hukum Islam ? pokok masalah tersebut selanjutnya dibagi ke dalam beberapa sub masalah, yaitu 1) bagaimana proses pelelangan terhadap sarana dan prasarana yang digunakaan untuk melakukan tindak pidana pencurian di Kejaksaan Negeri Gowa? 2) bagaimana kedudukan barang lelang terhadap sarana dan prasarana yang digunakan untuk melakukan tindak pidana pencurian dalam prespektif hukum Islam?

  Jenis Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif lapangan (field research) atau dalam penelitian hukum disebut penelitian empiris dengan pendekatan yuridis syar‟I dimaksudkan pendekatan yang di dasarkaan pada hukumIslam dan teologi normatif yang didasarkan pada peraturaan perundaang-undangan. Sumber data diperoleh dari data primer berupa wawancara, observasi, dan data sekunder berupa studi kepustakaan dan dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan, yang diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif sehingga mengungkapkan hasil yang diharapkan dan kesimpulan dari permasalahan. Penelitian ini berlokasi di Kejaksaan Negeri Gowa, Kabupaten Gowa.

  Hasil penelitian yang diperoleh dari peneltian ini adalah: 1)Pelaksanaan lelang terhadap barang yang di gunakan dalam tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Gowa selama ini tidak berjalan efektif. Hal ini disebabkan oleh lamanya waktu yang dibutuhkan oleh pihak Kejaksaan , jurusita dan paanitia lelang yang terkait dalam proses penyelesaian suatu lelang terhadap barang rampasan. 2) Dalam pandangan Hukum Islam barang Lelang yang di rampas untuk negara yaitu barang yang di gunakan dalam tindak pidana, hukumnya boleh karna penyitaan yang dilakukan oleh negara tersebut bisa dibenarkan oleh syariat karena penyitaan tersebut dalam rangka mewujudkan kepentingan bersama seluruh masyarakat serta dalam rangka pengembalian hak.

  Implikasi dari penelitian ini adalah: 1)perlu adanya pengawasan terhadap pelaksanaan lelang barang rampasan ini seperti yang diketahui bahwa kepada pelaksanaan lelang barang rampasan itu dilakukan oleh pihak Kejaksaan, Jurusita dan panitia lelang. serta pengumuman lelang harus di umumkan bukan hanya benda yang tidak bergerak tetapi benda yang bergerak juga melalui media sehingga masyarakat menngetahui informasi tersebut.2) perlunya Sikap hati-hati dalam beragama untuk menjaga diri untuk tidak berperan serta memperdagangkan harta milik orang lain tanpa seizin pemiliknya, baik barang sitaan tersebut diperdagangkan dengan cara lelang terbuka atau pun lelang tertutup. jangan sampai terjerumus dalam tindakan memakan harta orang lain dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh agama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangMasalah Sebagaimana yang termasuk dalam Undang-Undang Dasar 1945

  menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtstaat), sebagai negara hukum maka Indonesia mempunyai serangkaian peraturan hukum supaya kepentingan masyarakat dapat terlindungi.

  Kejahatan pencurian merupakan fenomena kehidupan manusia dan masyarakat, oleh karena itu tidak dapat dilepaskan dari ruang dan waktu, masalah manusia yang berupa kenyataan sosial, yang sebab musababnya kurang dipahami. Hal ini terjadi dimana saja dan kapan saja dalam pergaulan hidup. Naik turunnya angka kejahatan pencurian tergantung pada keadaan masyarakat, keadaan politik, ekonomi, kebudayaan dan lain sebagainya. Berhadapan dengan suatu gejala yang luas dan mendalam, yang bersarang sebagai penyakit dalam tubuh masyarakat, sehingga membahayakan kehidupan setidak-tidaknya menimbulkan kerugian dan masalah pidana.

  Dalam pemeriksaan suatu kasus atau perkara pidana baik itu pidana umum maupun pidana khusus, seperti kasus pencurian khususnya pencurian kendaraan seringkali penyidik harus melakukan upaya paksa dalam bentuk penyitaan barang atau benda yang dimiliki oleh tersangka karena akan dijadikan sebagai alat bukti untuk menjerat para pelaku kejahatan pencurian guna melengkapi bukti - bukti dalam hal penyelidikan sehingga bisa dapat diajukan ke

  1 kejaksaan berdasarkan barang sitaan yang ada. 1

  2

  • – Pasal 1 butir (16) KUHAP. Menurut Pasal 1 butir 16 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ) mengenai pengertian penyitaan dalam arti yang luas menyebutkan bahwa : “ Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaanya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud untuk kepetingan pembuktian dalam penyidik, penuntutan dan peradilan.”

  Di dalam Pasal 46 ayat (1) dan (2) Kitab Undang

  • – Undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ) yang menyebutkan bahwa : Ayat (1). “ Benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka dari siapa benda itu disita, atau kepada orang atau kepada mereka yang paling berhak apabila: a.

  Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi; b. Perkara itu tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau ternyata tidak merupakan tindak pidana; c.

  Perkara tersebut dikesampingkan untuk kepentingan umum atau perkara itu ditutup demi hukum, kecuali apabila benda itu diperoleh dari suatu tindak

  2

  pidana atau yang digunakan untuk melakukan suatu tinda k pidana.” Pasal 39 KUHAP.Di dalam Pasal ini disebutkan bahwa benda

  • – benda yang dapat dilakukan penyitaan antara lain : 1.

  Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan delik.

  2. Benda yang dipergunakan untuk menghalang – halangi penyidik delik.

  3. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan delik.

  4. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan delik yang dilakukan.

  3

  Pasal 45 ayat (1) KUHAP. Di dalam Pasal ini dinyatakan bahwa : “ Dalam hal benda sitaan terdiri atas benda yang dapat lekas rusak atau yang membahayakan, sehingga tidak mungkin untuk disimpan sampai putusan pengadilan terhadap perkara yang bersangkutan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap atau jika biaya penyimpanan benda tersebut menjadi terlalu tinggi, sejauh mungkin dengan persetujuan tersangka atau kuasanya dapat diambil tindakan sebagai berikut : a.

  Apabila perkara masih ada di tangan penyidik atau penuntut umum, benda tersebut dapat di jual lelang atau dapat diamankan oleh penyidik umum atau penuntut umum, dengan disaksikan oleh tersangka atau kuasa hukumnya; b. Apabila perkara sudah di tangan pengadilan, maka benda tersebut dapat diamankan atau dijual lelang oleh penuntut umum atas izin hakim yang menyidangkan perkaranya dan disaksikan oleh tersangka atau kuasa

  3 hukumnya.

  Kegiatan jual beli termasuk dalam kegiatan perdagangan yang merupakan perbuatan yang diizinkan. Hal ini dapat dilihat dari dasar hukum yang yang dapat dijadikan petunjuk transaksi jual beli. Perdagangan atau jual beli dapat dilakukan dengan tunai dan dapat juga dilakukan dengan pembayaran yang di tangguhkan.

  Jual beli mempunyai berbagai macam bentuk. Jika di tinjau dari segi penentuan harga, maka terdapat bentuk jual beli muzayadah (lelang). Jual beli (lelang) adalah jika seseorang penjual menawarkan barang

  muzayadah

  dagangannya dalam pasar di hadapan para calon pembeli kemudian para pembeli saling bersaing dalam menambah harga, kemudian barang dagangan itu di berikan

  4

  kepada orang yang Paling tinggi dalam memberikan harga.mayoritas ulama berpendapat bahwa jual beli muzayadah (lelang) hukumnya boleh, Lelang menurut pengertian transaksi mua‟amalat kontemporer dikenal sebagai bentuk penjualan barang di depan umum kepada penawar tertinggi. Dalam

  Islam juga memberikan kebebasan keleluasaan dan keluasan ruang gerak bagi kegiatan usaha umat Islam dalam rangka mencari karunia Allah berupa rezki yang halal melalui berbagai bentuk transaksi saling menguntungkan yang berlaku di masyarakat tanpa melanggar ataupun merampas hak-hak orang lain secara tidak

  4 sah.

  Di dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 36 / KMK.04 / 2002 tentang Jasa Pra Lelang Dalam Lelang Barang Yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang Yang Dikuasai Negara dan Barang Yang Menjadi Milik Negara pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada Pasal 1 angka 5 menjelaskan bahwa lelang adalah penjualan barang yang dilakukan dimuka umum termasuk melalui media elektronik, dengan penawaran lisan dengan harga yang semakin meningkat atau dengan penawaran harga yang semakin menurun, dan atau dengan penawaran harga secara tertulis yang didahulukan dengan usaha mengumpulkan peminat.

  Adapun tata cara yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang akan melakukan pelelangan terhadap barang rampasan (pihak kejaksaan) adalah sebagai berikut : Pra Lelang.

  4

  5

  Pra lelang itu merupakan suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh pihak kejaksaan berdasarkan Putusan Pengadilan. Pelaksanaan pra lelang itu terdiri beberapa tahapan, antara lain : Sebelum dijual lelang barang rampasan perlu mendapatkan izin.

  Izin untuk menjual lelang barang rampasan diberikan oleh Kepala Kejaksaan Negeri, Kepala Kejaksaan Tinggi, dan Jaksa Agung Muda.

  • – Permohonan izin lelang yang diberikan Kajari atau Kacabjari itu selambat lambatnya 7 ( tujuh ) hari dan Kajati sudah memberikan keputusan apakah barang rampasan akan diberikan izin untuk dijual lelang atau tidak. Permohonan izin untuk menjual lelang barang rampasan harus melampirkan dokumen atau surat-surat yang berkaitan dengan pelaksanaan lelang barang rampasan tersebut.

  Adapun dokumen-dokumen yang yang harus dilampirkan itu antara lain turunan Putusan Pengadilan yang membuktikan bahwa barang bukti dimaksud telah dinyatakan dirampas untuk Negara, pertelaan yang jelas dari barang rampasan yang akan dilelang tersebut dalam satu daftar, kondisi dari barang rampasan oleh instansi yang terkait dengan barang rampasan tersebut, dan perkiraan harga dasar atau harga limit yang wajar dari instansi berwenang yang didasarkan pada kondisi barang rampasan tersebut.

  Setelah mendapatkan izin untuk melakukan pelelangan terhadap barang rampasan tersebut, maka pihak kejaksaan melakukan penentuan kondisi barang rampasan yang dimintakan kepada ahli atau kepada Instansi yang ada relevansinya dengan barang rampasan tersebut.

  Langkah selanjutnya adalah menentukan harga dasar atau harga limit yang dimintakan kepada Instansi yang berwenang, didasarkan pada kondisi

  6

  barang rampasan yang telah ditetapkan oleh ahlinya tersebut dan dilakukan secara

  5 tertulis.

  Allah berfirman dalam QS AN „Nisa/4:29

          

              

 

  Terjemahanya Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

  6 kepadamu.

  Dalam hukum di Indonesia lelang merupakan penjualan terbuka untuk umum atau di muka umum dengan penawaran harga yang dilakukan secara tertulis atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahuluhi dengan pengumuman lelang terlebih dahulu. Keputusan Jaksa Agung.

  Keputusan Jaksa Agung tanggal 5 Agustus 1988. Di dalam keputusan Jaksa Agung tersebut disebutkan bahwa benda

  • – benda yang dapat dilakukan pelelangan adalah benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan delik dan benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan

5 Mekanisme lelang barang rampasan oleh

  

kejaksaan https://parismanalus2013.Wordpres.com/2015/04/09/di akses pada tanggal 08 Juli 2017

13.00 WITA

  6

  7

  delik yang dilakukan seperti yang disebutkan di dalam Pasal 39 KUHAP pada

  7 point 1 dan 4.

  Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 303 / KMK.01 /2002 tentang Crash Program Pengurusan Piutang Negara Perbankan pada Pasal 13 ayat (1). Di dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 303 KMK.01 / 2002 ini dijelaskan bahwa : “ Penjualan secara lelang di dahului dengan Pengumuman Lelang yang dilakukan oleh Penjual melalui surat kabar harian, selebaran, atau tempelan yang mudah di baca oleh umum dan atau melalui media elektronik termasuk internet di

  8 wilayah kerja Kantor Lelang tempat barang akan dijual. .

  Berdasarkan hal tersebut, orang yang mengetahui bahwa barang tersebut hasil curian atau hasil pemerasan maka hendaklah dia menasihati orang yang mencurinya dengan cara yang baik, lembut dan penuh hikmah agar dia tidak lagi melakukan pencurian. Jika dia tidak mau menghentikan kebiasaannya itu dan tetap mengulangi kejahatannya tersebut, maka dia wajib melaporkan tindakan tersebut kepada pihak yang berwenang agar pelakunya diberi hukuman yang setimpal dengan kejahatannya serta mengembalikan hak kepada pemiliknya. Dan itu termasuk tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, dan karena hal itu sebagai tindakan mencegah orang zhalim dan kezhalimannya sekaligus sebagai

  9 pertolongan baginya dan orang yang dizhalimi.

  Berdasarkan uraian itulah , maka penulis terdorong untuk mengangkat sebuah penelitian yang berjudul “Kedudukan Barang Lelang Terhadap Sarana dan

  Prasarana Yang Digunakan Untuk Melakukan Tindak Pidana Pencurian di Kejaksaan Negeri Gowa Dalam Presfektif Hukum Islam 7 ”. 8 Keputusan Jaksa Agung tanggal 5 agustus 1988 CV. Eka Jaya. Petunjuk Pelaksanaan Lelang (Jakarta : 2002), h. 796.

  8

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

  Adapun ruang lingkup penelitian ini hanya mencakup mengenai kedudukan barang lelang terhadap sarana dan prasarana yang digunakan untuk melakukan tindak pidana pencurian dalam presPektif hukum islam dan nasional dan proses pelelangan yang di laksanakan kejaksaan Negeri Gowa.

  Deskripsi Fokus

  Untuk menghindari munculnya salah pengertian terhadap judul “Kedudukan Barang Lelang Hasil Curian di Kejaksaan Negeri Sungguminasa dalam Presfektif Hukum Islam” maka perlu di jelaskan istilah-istilah teknis tersebut : a.

  Kedudukan : keadaan yang sebenarnya (tentang perkara dan sebagainya) b. lelang : Lelang adalah proses membeli dan menjual barang atau jasa dengan cara menawarkan kepada penawar, menawarkan tawaran harga lebih tinggi, dan kemudian menjual barang kepada penawar harga tertinggi c. Pencuri : adalah pengambilamilik. dan tindakannya disebut mencuri.

  d.

  Penyitaan : adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.

  e.

  Delik :Dalam Kamus Bahasa Indonesia, arti delik diberi batasan sebagai berikut. “perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang; tindak pidana f. Hukum nasional : perbuatan hukum yang berlaku di suatu negara yang terdiri atas prinsip-prinsip suatu peraturan yang harus di taati oleh masyarakat pada

  9

  g.

  Hukum Islam : yaitu, hukum yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadist yang mengatur Jinayah dan Jarimah.

C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang sebagimana yang di uraikan di atas, penulis akan merumuskan masalah pokok sebagai berikut :

  1. Bagaimana Proses Pelelangan Barang Terhadap Sarana dan Prasarana Yang di Gunakan untuk Melakukan Tindak Pidana Pencurian di Kejaksaan Negeri Gowa? 2. Bagaimana Kedudukan Barang Lelang Terhadap Sarana dan Prasarana yang di Gunakan untuk Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dalam

  Presfektif Hukum Islam Yang di Lelang Kejaksaan? D.

   Kajian Pustaka

  Berikut ini di kemukakan isi garis-garis besar berupa bahan pustaka yangtelah penulis kumpulkan dari beberapa bahan pustaka tersebut dapat di rangkum isi pokoknya sebagai berikut.

  1. Jurnal Pengolaan Barang Sitaan di jelaskan tentang bagaimana upaya penyidik dalam menangani kasus khususnya kasus pencurian yang di lakukan penyidik dalam bentuk penyitaan dan di limpahkan ke kejaksaan.

  2. Dalam buku KUHAP dan KUHP Redaksi Sinar Grafi di jelaskan dalam

  pasal 39 yang dapat di lakukan penyitaan yaitu benda yang telah dipergunakan untuk melakukan delik, benda yang dipergunakan untuk menghalangi delik, benda yang khusus di buat untuk melakukan delik dan benda yang ada hubungannya dalam melakukan delik, sedangkan dalam pasal 45 ayat 1(KUHAP) di jelaskan bahwa benda sitaan yang dapat di lakukan lelang oleh penyidik

  10

  3. Dalam Ensoklopedia Fiqih Muamalah dalam pandangan Mazhab tidak jauh beda dari kumpulan artikel Lelang Dalam Pandangan Islam bahwa ada yang membolehkan dan ada juga yang mengatakan makruh serta di jelaskan apa yang di maksud lelang.

  4. Keputusan Jaksa Agung di jelaskan tentang benda yang dapat di lakukan pelelangan adalah benda yang di pergunakan secara langsung untuk melakukan delik seperti yang di sebutkan dalam pasal 39 KUHAP pada point 1 dan 4

5. Eka Jaya, Petunjuk Pelaksanaan Lelang di jelaskan tentang proses awal di adakan lelang dan langkah langkahnya.

  6. Kumpulan Artikel Lelang Dalam Pandangan Islam membahas tentang bagaimana lelang menurut pandangan Islam, bahwa ada yg mengatakan boleh dan makruh berdasarkan pendapat tersebut tentunya kita harus merujuk pada sumber yang terpercaya yaitu Al-

  Qur‟an dan Hadist . di dalam surah an-nisa ayat 29 dan al-mulk ayat 15 di terangkan bahwa adanya kebebesan, keleluasaan dan keluasan ruang gerak bagi kegiatan usaha umat Islam dalam rangka karunia Allah berupa rezeki yang halal melalu bentuk transaksi saling menguntungkan yang berlaku di masyarakat tanpa melanggar atau pun merampas hak-hak orang lain secara tidak sah.

  7. Artikel Pengusaha Muslim Membahas tentang haram Hukumnya barang hasil curian di lelang ataupun di jual karna melanggar syariat agama karena dengan membelinya itu berarti membantu seseorang dalam berbuat dosa dan menyebabkan barang tersebut tidak kembali ketangan pemilik sebenarnya .

  11

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.

   Tujuan penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui kedudukan barang lelang terhadap sarana dan prasarana yang di gunakan untuk melakukan tindak pidana pencurian di Kejaksaan

  Negari Gowa serta dalam presfektif hukum Islamnya b. Untuk mengetahui proses pelelangan Terhadap sarana dan prasarana yang digunakan untuk melakukan tindak pidana pencurian di Kejaksaan Negeri

  Gowa 2.

   kegunaan penelitian

  Adapun yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : a.

  

di harapkan dapat memberikan kegunaan teoritis, untuk menambah

  pengetahuan dibidang Hukum khususnya dalam Hukum ketatanegaraan Islam b.

  

Di harapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap perkembangan hukum

  di Indonesia, Khususnya kedudukan Barang Lelang Terhadap Sarana dan Prasarana yang di Gunakan Untuk Melakukan Tindak Pidana Pencurian di Kejaksaan dalam Prespektif Hukum Islam.

  

BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Tentang Pencurian Pencurian dalam (KUHP, Pasal 362, 363, 364, 365) perbuatan dengan

  sengaja mengambil benda yang seluruhnya atau sebagaian milik orang lain

  10

  dengan maksud memilikinya secara melawan hukum Tindak pidana pencurian sebgaimana telah di atur dalam pasal 362

  KUHP merupakan pencurian dalam bentuk pokok adapun unsur-unsurnya ,yaitu unsur “Objektif” ada perbuatan yang mengambil yang di ambil suatu barang , barang tersebut seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain. Ada “ perbuatan” dan perbuatan itu dilarang undang-undang apabila dilanggar akan mendapat sanksi pidana berupa penjara. Sedangkan unsur “Subjektif” yaitu, yang dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum.

  Menurut R. Soesilo , elemen-elemen tindak pidana pencurian pasal 362 KUHP, yaitu : 1.

  Perbuatan “mengambil”, yang diambil harus sesuatu “barang”, barang itu harus seluruhnya atau kepunyaan orang lain pengambilan itu dilakukan dengan maksud untuk “memiliki” barang itu dengan “melawan hukum” atau melawan hak.

  2. Mengambil untuk dikuasainya, maksudnya waktu pencuri mengambil barang itu, barang belum ada pada kekuasaanya, apabila waktu memiliki sudah ada ditangannya, maka perbuatan ini bukan pencurian melainkan penggelapan.

  3. Sesuatu barang , segala sesuatu yang berwujud termasuk pula binatang , misalnya uang, baju, kalung,dan sebagainya. Dalam pengertian barang

  13

  termasuk pula “daya listrik” dan “gas”, meskipun tidak berwujud, akan tetapi dapat dialirkan dalam pipa atau kawat. Barang tidak perlu memiliki nilai ekonomis . oleh karena itu, mengambil beberapa helai rambut wanita ( untuk kenang-kenangan) tidak dengan izin wanita itu, masuk pencurian meskipun dua helai rambut itu tidak ada harganya.

  4. Barang itu, seluruhnya atau sebagian kepunyaan barang orang lain, suatu barang yang bukan kepunyaan orang lain tindak menimbulkan pencurian misalnya binatang liar yang hidup di alam, barang-barang yang sudah dibuang oleh yang punya.

  5. Pengambilan itu harus dengan sengaja dan dengan maksud untuk dimiliknya. Orang “karena keliru” mengambil barang orang lain itu bukan pencurian. Seseorang “menemui” barang di jalan kemudian diambilnya. Bila waktu mengambil sudah ada “untuk memiliki” barang itu masuk pencurian. Jika waktumengambil itu ada pikiran barang akan diserahkan

  11 kepada polisi.

  Pencurian adalah mengambil barang orang lain secara sembunyi- sembunyi dengan itikad tidak baik. Menurut Mahmud Syaltut pencurian adalah mengambil barang orang lain dengan sembunyi-sembunyi yang di lakukan oleh

  12 orang yang tidak di percaya menjaga barang tersebut.

  Pencurian itu ada dua macam, yaitu pencurian yang harus dikenai sanksi dan pencurian yang harus di kenai had. Pencurian yang harus dikenakan sanksi adalah pencurian yang syarat- syarat penjatuhan had-nya tidak lengkap, jadi karena syarat-syarat penjatuhan belum lengkap, pencurian tidak di kenakan had, tetapi dikenai sanksi.

  had-nya 11 Ismu Gunadi dan Joenaedi efendi, Cepat &Mudah Memahami Hukum Pidana.

  (jakarta:kenanapanamedia group 2014), h.127

– 129.

  14

  Rasulullah SAW. Telah memberi putusan dengan melipat gandakan tanggungan atas orang yang mencuri barang , yang pencurinya tidak di hukum potong tangan. Putusan Rasululah SAW, itu telah menjatuhkan atas pencuri buah

  • – buahan yang masih bergantungan di pohon dan pencuri kambing yang ada di tempat gembalaan. Rasulullah SAW. Juga memberi putusan terhadap kasus pencurian Kambing dari Kandungannya dengan hukuman potong tangan apabila yang dicurinya telah mencapai satu nisab. Semua keterangan Rasulullah SAW. Di riwayatkan oleh ahmad, Nasa‟i, dan hakim.

  Pencurian yang hukum had ada dua macam, yaitu : 1. Pencurian shugra, yaitu pencurian yang hanya wajib dikenai hukuman potong tangan

2. Pencurian kubra, yaitu pencurian harta secara merampas dan menantang , disebut juga hirabah.

  Sifat-sifat yang di anggap pencuri yang harus di-had adalah sebagai berikut: a.

  Orang yang mencuri itu mukalaf. Pencuri tersebut orang yang dewasa dan berakal. Dengan demikian, anak kecil dan orang gila yang mencuri tidak bisa di-had karena keduanya bukan orang mukallaf akan tetapi, anak kecil harus di beri sedikit pelajaran.

  b.