BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - WAHYU BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

  kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang medis, ilmu kedokteran dan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan umur harapan hidup, yang berarti bertambah pula populasi lanjut usia (lansia) (Widyastuti dkk, 2011). Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera.

  Kebutuhan yang terbesar bagi lansia adalah meningkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan kesehatan untuk lansia adalah pemeliharaan tidur untuk memastikan pemulihan fungsi tubuh sampai tingkat fungsional yang optimal dan untuk memastikan keterjagaan disiang hari guna menyelesaikan tugas-tugas dan menikmati kualitas hidup yang tinggi (Sumedi, 2010).

  Jumlah pertumbuhan penduduk lanjut usia pada tahun 2000, berkisar 15,8 juta (7,6%) dari jumlah penduduk di Indonesia, dan pada tahun 2005 jumlah lanjut usia meningkat menjadi 18,2 juta (8,2%). Pada tahun 2010, meningkat menjadi 19,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, dan pada tahun 2015 diperkirakan meningkat sekitar kurang lebih 24,4 juta (10%). Sedangkan tahun 2020, diperkirakan lanjut usia meningkat kurang lebih 29 juta (11,4%) dari jumlah penduduk di Indonesia (Sustyani, 2012).

  1 Lanjut usia pada umumnya memiliki banyak keluhan kesehatan, salah satunya adalah insomnia. Insomnia merupakan salah satu gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur di kalangan lansia. Insomnia didefinisikan sebagai suatu keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh salah satu dari sulit memasuki tidur, sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak (Joewana, 2005).

  Cara meningkatkan kesehatan usia lanjut adalah cara senam. Senam lansia merupakan alternatif yang positif untuk membina kesehatan jasmani dan memelihara kebugaran. Senam lansia selain memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Widyastuti dkk, 2011).

  Kegiatan senam oleh lansia di Desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga telah berjalan. Jumlah lansia di Desa Bobotsari sebanyak 503 orang. Berdasarkan informasi dari Puskesmas Bobotsari jumlah lansia yang terkena insomnia di Desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga sebanyak 130 orang. Berdasarkan studi pendahuluan, yaitu wawancara langsung dengan beberapa lansia di Desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga, lansia yang aktif senam masih ada yang mengalami insomnia sebanyak 25 orang. Namun lansia yang mengalami insomnia lebih banyak yang tidak aktif senam yaitu sebanyak 105.

B. Rumusan Masalah

  Senam lansia mempunyai banyak manfaat bagi lansia. Manfaat dari aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh (Widyastuti, 2011).

  Olah raga terbukti memperbaiki kualitas tidur pada lanjut usia. Dengan berolah raga, diharapkan dapat tidur lebih cepat, lebih jarang terbangun dan tidur lebih dalam. Salah satu jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia yaitu senam bugar lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Senam bugar lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Sumedi, T. Wahyudi & Kuswati, A. 2010).

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan tingkat insomnia antara lansia yang aktif senam dan lansia yang tidak aktif senam di Desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga.

C. Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan Umum Mengetahui perbedaan tingkat insomnia antara lansia yang aktif senam dan lansia yang tidak aktif senam di Desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga.

2. Tujuan Khusus a.

  Mengetahui karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan, riwayat pekerjaan, status perkawinan dan sistem pendukung.

  b.

  Mengetahui tingkat insomnia pada lansia yang aktif senam lansia dan lansia yang tidak aktif senam lansia di Desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga.

  c.

  Mengetahui perbedaan tingkat insomnia pada kelompok yang mengikuti senam dan yang tidak mengikuti senam lansia.

  d.

  Mengetahui effect size (besaran pengaruh) untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap tingkat insomnia.

D. Manfaat penelitian 1.

  Bagi peneliti Memberikan tambahan pengetahuan serta pengalaman baru mengenai perbedaan tingkat insomnia antara lansia yang aktif senam dan lansia yang tidak aktif senam.

  2. Bagi responden Memberikan pengetahuan mengenai perbedaan tingkat insomnia antara lansia yang aktif senam dan lansia yang tidak aktif senam.

  3. Bagi institusi terkait Dapat menambah bahan kepustakaan serta wacana bagi Universitas Muhammadiyah Purwokerto khususnya Fakultas Ilmu Kesehatan serta dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penurunan skala insomnia pada lansia.

  4. Bagi ilmu pengetahuan Dapat dijadikan informasi bagi akademis/pendidik, maupun sumber pengetahuan tentang ilmu keperawatan komunitas khususnya tentang perbedaan tingkat insomnia antara lansia yang aktif senam dan lansia yang tidak aktif senam serta sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.

E. Penelitian terkait 1.

  Sumedi, T. Wahyudi & Kuswati, A. (2010) tentang pengaruh senam lansia terhadap penurunan skala insomnia pada lansia di Panti Wredha Dewanata Cilacap. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental. Dengan rancangan pretest-posttest without control group. Pada penelitian ini dilakukan eksperimen berupa pemberian perlakuan senam bugar lansia untuk menurunkan skala insomnia. Penelitian ini menyimpulkan lansia yang mengalami insomnia sebagian besar berada pada kelompok umur 60-74 tahun (elderly) sebanyak 13 responden (81,25%). Berjenis kelamin paling banyak yaitu laki-laki sebanyak 9 responden (56,25%). Derajat insomnia responden sebelum diberi perlakuan senam yaitu 9 responden (56,25%) dengan derajat insomnia ringan, 5 responden (31,25%) dengan derajat insomnia sedang, sedangkan 2 responden (12,5%) lainya berada pada darajat insomnia berat. Derajat insomnia responden sesudah diberi perlakuan senam yaitu 11 responden (68,75%) tidak mengalami gangguan insomnia, 3 responden (18,75%) dengan derajat insomnia ringan, sedangkan 2 responden (12,5%) berada pada darajat insomnia sedang. Terjadi penurunan derajat insomnia setelah diberi perlakuan senam pada 5 responden dengan derajat insomnia sedang menurun menjadi 3 responden, 2 responden yang mengalami derajat insomnia berat menurun menjadi derajat insomnia sedang. Sedangkan 9 responden lainya yang mengalami derajat insomnia ringan sudah tidak mengalami gangguan insomnia lagi. Tiga responden mengalami angka penurunan derajat insomnia yang bagus dari derajat insomnia sedang hingga responden tidak mengalami gangguan insomnia, hal ini dikarenakan responden lebih rutin melaksanakan olahraga setiap hari dari yang dijadwalkan yaitu jalan kaki mengelilingi panti. Ada pengaruh yang bermakna senam bugar lansia terhadap penurunan skala insomnia di Panti Wredha Dewanata Cilacap dengan p value = 0.0001. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengetahui tingkat insomnia. Perbedaan penelitian adalah penelitian terdahulu menggunakan

rancangan pretest-posttest without control group. Sedangkan penelitian ini menggunakan rancangan dua sampel independen yaitu kelompok yang mengikuti senam lansia dan kelompok yang tidak mengikuti senam lansia.

  2. Triyadini dkk (2010) tentang efektifitas terapi massage dengan terapi mandi air hangat terhadap penurunan insomnia lansia. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian quasi eksperiment (eksperimen semu) dengan pendekatan two group comparation pre post static design. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terjadi penurunan derajat insomnia pada 5 orang responden setelah diberi terapi pijat dan terapi mandi air hangat, yaitu 3 orang yang menderita insomnia sedang menjadi insomnia ringan, dan 2 orang yang menderita insomnia ringan menjadi tidak insomnia. Terapi massage memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan skala insomnia. Terapi mandi air hangat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan skala insomnia. Ada perbedaan efektifitas yang bermakna secara statistik antara terapi massage dengan terapi mandi air hangat terhadap penurunan skala insomnia. Terapi massage lebih efektif untuk menurunkan skala insomnia daripada terapi mandi air hangat. Untuk menurunkan skala insomnia pada lansia sebaiknya menggunakan terapi massage yang terbukti lebih berpengaruh terhadap penurunan skala insomnia daripada terapi mandi air hangat. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menambah jumlah sampel serta mengkombinasikan terapi relaksasi lainnya untuk menurunkan skala insomnia agar hasil penelitian dapat lebih maksimal dan dapat digeneralisasi.

  Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengetahui tingkat insomnia. Perbedaan penelitian adalah penelitian terdahulu menggunakan sampel dengan terapi massage dan sampel dengan terapi mandi air hangat. Sedangkan penelitian ini menggunakan rancangan dua sampel independen yaitu kelompok yang mengikuti senam lansia dan kelompok yang tidak mengikuti senam lansia.

  3. Fendi (2012) melakukan penelitian tentang efektifitas senam lansia terhadap perubahan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi di PSTW Budhi Luhur Yogyakarta. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di PSTW Budhi Luhur Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah quasy eksperimental dan menggunakan desain penelitian pretest-posttest with control design. Sampel yang diambil sebanyak 50 responden dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervensi penurunan tekanan darah sistolik sebesar 8,04mmHg. Sedangkan untuk tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi mengalami penurunan sebesar 5,72mmHg. Berdasarkan hasil uji Unpaired T-test, diperoleh hasil p=0,009 untuk nilai sistolik dan p=0,006 untuk nilai diastolik, keduanya lebih kecil dari p value 0,05 sehingga disimpulkan terdapat pengaruh pelaksanaan senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan para lansia untuk selalu mengikti senam lansia secara rutin.

  Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan sampel lansia yang mengikuti senam. Perbedaan penelitian adalah penelitian terdahulu menggunakan senam lansia terhadap perubahan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi. Sedangkan penelitian ini membedakan tingkat insomnia lansia yang mengikuti senam dan yang tidak mengikuti senam.