BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT KELAS III DI RSUD DR. R. GOETOENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA TAHUN 2017 - repository perpustakaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular
bersamaan dengan pemeriksaaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode langsung, metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer, dan yang kedua metode tak langsung, metode yang menggunakan sfigmomanometer (Hidayat & Uliya, 2012).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu faktor umur, jenis kelamin, genetik, nutrisi, obesitas, olah raga, stres, merokok dan kualitas tidur (Susilo & Wulandari, 2011). Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah, tidur merupakan suatu fenomena dasar yang penting bagi kehidupan, kurang lebih sepertiga dari kehidupan manusia dijalankan dengan tidur. Tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (Natural Healing Mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Noviani, 2011).
Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk
1 mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pantas (Khasanah, 2012).
Perubahan kualitas tidur dialami oleh pekerja salah satunya adalah perawat. Perawat adalah mereka yang dipersiapkan untuk mengerjakan tugas mulia dan penting untuk menyelamatkan umat manusia, fisik, dan mentalnya. Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk mengatakan aktivitas perawat dalam praktek, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesional.
Pada peran ini perawat diharapkan mampu memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, atau, masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dalam masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks. Perawat juga bertugas untuk memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien (Handayani, 2008)
Kekurangan tidur terjadi ketika durasi tidur berkurang. Manusia umumnya tidur selama 8 jam dalam 24 jam. Pekerja shift mengalami kehilangan waktu tidur kurang lebih 7 jam dalam 24 jam. Meski kerja shift merupakan sesuatu yang integral bagi perawat yang bekerja di rumah sakit tapi mempunyai dampak negatif antara lain gangguan tidur, gangguan tidur kronis, dan penggunaan medikasi yang meningkat. Bekerja secara shift, perawat akan mengalami stimuli fisik dan sosial dari sumber eksternal yang berlawanan dengan ritme sirkardian (circardian rhytms) dari siang ke malam. Hasilnya mungkin menjadi masalah besar dari perubahan kualitas tidur, kesehatan dan fungsi sosial dan emosional (Thurston, 2010).
Survei Tepas et.al. (2005) menunjukkan bahwa tenaga kerja shift malam kurang tidur, shift sore banyak tidur dan shift pagi lama tidurnya yaitu antara
shift malam dan shift sore. Demikian pula survey Smith et.al (1982) dalam
Wijayanti (2014) menunjukkan bahwa shift malam paling menonjol berpengaruh terhadap kualitas, time, dan periode tidur. Dampak kerja shift khususnya shift malam akan menyebabkan perubahan pada kualitas tidur perawat diantaranya perubahan jam tidur yang biasanya tidur di malam hari menjadi tidur di siang hari (napping) yang berdampak pada sering terbangun atau terjaga dari tidur, waktu dan kedalaman tidur berkurang, kekurangan total jam tidur dalam 24 jam, dan timbulnya kelelahan yang berakibat terjadinya penurunan kewaspadaan dalam bekerja (Wahyuni, 2013).
Menurut Calhoun & Harding (2010), apabila tidur mengalami gangguan dan tidak terjadi penurunan tekanan darah saat tidur, maka akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi yang berujung kepada penyakit kardiovaskular. Setiap 5% penurunan normal yang seharusnya terjadi dan tidak dialami oleh seseorang, maka kemungkinan 20% akan terjadi peningkatan tekanan darah.
Selain itu salah satu faktor dari kualitas tidur yang buruk yaitu kebiasaan durasi tidur yang pendek juga dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah.
Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang berlainan, tergantung pada kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa, aktivitas pekerjaan, usia dan kondisi kesehatan. Kurang tidur yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikis. Dari segi fisik, kurang tidur akan menyebabkan muka pucat, mata sembab, badan lemas dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Sedangkan dari segi psikis, kurang tidur akan menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lamban menghadapi rangsangan dan sulit berkonsentrasi (Endang, 2007 dalam Komalasari, 2012).
Wendy et.al (2010) menyatakan bahwa gangguan tidur secara terus menerus akan mengakibatkan perubahan fisiologis tubuh berupa ketidakseimbangan homeostasis tubuh. Jika hal tersebut terjadi, maka system saraf simpatis akan diaktifkan oleh hipotalamus sebagai efek dari ketidakseimbangan homeostasis. Sistem saraf simpatis yang aktif, akan megakibatkan peningkatan tahanan perifer dan peningkatan curah jantung yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kualitas tidur buruk akan mengalami perubahan tekanan darah.
Berdasarkan hasil penelitian Magfirah (2016) tentang hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswi program studi S1 fisioterapi angkatan 2013 dan 2014 di Universitas Hasanuddin, didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tekanan darah sistolik antara kualitas tidur baik dengan kualitas tidur buruk berdasarkan hasil uji Mann-whitney dengan hasil p=0,002. Selanjutnya, terdapat perbedaan tekanan darah diastolik antara kualitas tidur baik dan kualitas tidur buruk dengan dengan hasil p=0,001. Terdapat pula hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dengan hasil analisis Chi-square p=0,001.
Berdasarkan hasil penelitian Tavasoli (2015) tentang Correlation Between
Sleep Quality and Blood Pressure Changes in Iranian Children, didapatkan
hasil penelitian ada hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada anak-anak di Iran.
Perawat merupakan orang yang paling sering berhubungan dengan pasien dan paling beresiko untuk terkena keluhan kesehatan. Perawat disamping itu juga mengalami perubahan kualitas tidur, setelah menjalankan sistem kerja
shift yang memperbesar kemungkinan untuk mengalami keluhan kesehatan
(Ayas, 2014). World Health Organization (WHO), menyebutkan bahwa pada tahun 2015 di negara berkembang kejadian hipertensi menempati 40% dan di negara maju kejadian hipertensi menempati 35%. Pada tahun 2007 angka kejadian hipertensi di Indonesia menurun 31,7%, namun di tahun 2013 meningkat kembali menjadi 25,8%. Pada tahun 2015 di Jawa Tengah kejadian hipertensi mencapai 148.254 kasus yang menempati urutan pertama dari kasus penyakit tidak menular yaitu sebesar 53,06% (Riskesdas, 2015). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas menunjukkan angka kejadian hipertensi pada tahun 2015 sebesar 1,5% dari total penduduk. Pada Januari sampai Oktober 2015 kejadian hipertensi di Kabupaten Banyumas menempati urutan pertama sebesar 37.693 kasus (Dinkes Banyumas, 2015).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga didapatkan data jumlah perawat di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2016 sebanyak 145 perawat dengan jumlah perawat yang di Kelas III total ada 57 perawat. Hasil wawancara menggunakan kuesioner terhadap 10 orang perawat yang sift malam didapatkan 80% perawat mengalami kualitas tidur buruk dan 20% kualitas tidur baik. Saat dilakukan pengukuran tekanan darah didapatkan 60% perawat memiliki tekanan darah tinggi dan 40% tekanan darah normal.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah perawat kelas III di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2017”.
B. Rumusan Masalah
Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang berlainan, tergantung pada kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa, aktivitas pekerjaan, usia dan kondisi kesehatan. Kurang tidur yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikis. Dari segi fisik, kurang tidur akan menyebabkan muka pucat, mata sembab, badan lemas dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Sedangkan dari segi psikis, kurang tidur akan menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lamban menghadapi rangsangan dan sulit berkonsentrasi. Gangguan tidur secara terus menerus akan mengakibatkan perubahan fisiologis tubuh berupa ketidakseimbangan homeostasis tubuh. Jika hal tersebut terjadi, maka system saraf simpatis akan diaktifkan oleh hipotalamus sebagai efek dari ketidakseimbangan homeostasis. Sistem saraf simpatis yang aktif, akan megakibatkan peningkatan tahanan perifer dan peningkatan curah jantung yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kualitas tidur buruk akan mengalami perubahan tekanan darah
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Bagaimanakah hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah perawat kelas III di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga
Tahun 2017 ?” C.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah perawat kelas III di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus a.
Mengidentifikasi karakteristik perawat kelas III di RSUD dr. R.
Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2017 b. Mengidentifikasi kualitas tidur perawat kelas III di RSUD dr. R.
Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2017.
c.
Mengidentifikasi tekanan darah perawat kelas III di RSUD dr. R.
Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2017.
d.
Menganalisis hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah perawat kelas III di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan digunakan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada perawat, dimana kualitas yang buruk akan dapat mempengaruhi proses homeostatis tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah.
2. Manfaat praktis a.
Bagi Peneliti Diharapkan dengan melakukan penelitian dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu tentang kesehatan.
Peneliti mendapatkan pengalaman nyata dalam mencari literatur ilmiah, menyusun karya ilmiah, melakukan pengambilan data, menganalisis data dan melakukan pembahasan mengenai hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada perawat b.
Bagi Tempat Penelitian Bagi manajemen Rumah Sakit dapat sebagai sumber informasi, sehingga dapat dijadikan dasar dalam menentukan perbandingan jumlah perawat dan pasien sehingga akan dapat meminimalisir beban kerja pada perawat yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah. c.
Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang kualitas tidur dan tekanan darah pada perawat.
d.
Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadiakn dasar bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian tentang peningkatan tekanan darah pada perawat dan faktor yang dapat mempengaruhinya seperti beban kerja perawat.
E. Keaslian Penelitian
Nama (tahun) Judul Metode penelitian Hasil penelitian Persamaan dan Perbedaan Imawan (2015)
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada desain penelitian, jumlah sampel dan teknik analisa data. Sedangkan persamaannya terletak pada jenis pendekatan dan teknik pengambilan sampel.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada desain
Ada perbedaan tekanan darah yang signifikan (p value = 0,026) antara shift pagi, sore dan malam
cross sectional .
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan
Perbedaan tekanan darah antara shift pagi, sore dan malam pada perawat
Rahmaning sih (2015)
Hasil penelitian menunjukkan jumlah sampel terbesar adalah sampel pria yaitu 26 sampel dan kelompok usia terbesar 19-22 tahun. Kualitas tidur tebanyak adalah kualitas tidur buruk. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat korelasi antara kualitas tidur dengan tekanan darah sistolik p=0,739 dan diastolik p=0,802 (p>0,05) pada pekerja dengan sistem rotasi shift.
Hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pekerja pabrik dengan sistem rotasi shift
dianalisis dengan menggunakan uji korelatif Spearman.
Tabel 1.1 Keaslian Penelitianresponden penelitian sebanyak 51 sampel pekerja pabrik dipilih dengan menggunakan teknik purposive
sectional . Jumlah
pendekatan cross
observasional analitik dengan
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
sampling. Data
Nama (tahun) Judul Metode penelitian Hasil penelitian Persamaan dan Perbedaan
pengumpulan data variabel independen dan dependen dilakukan secara bersama-sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yaitu 80 orang dengan kategori usia 13-18 tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan
Setelah tidak termasuk duplikat kasus dan orang- orang dengan data yang cukup, 76 anak masuk ke dalam studi. Secara keseluruhan kualitas tidur adalah baik dalam 48 dan buruk dalam 28 orang anak. Rata-rata diastolik BP beban (P = 0,019), diastolik beban waktu bangun (P = 0.045),
puluh enam pasien berusia 5-15 tahun sejarah infeksi saluran kemih dimasukkan dalam studi ini. Mereka menjalani 24 jam BP pemantauan. Selain itu, mengisi kuesioner indeks kualitas tidur
observasional analitik. Delapan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
Tavasoli (2015) Correlation Between Sleep Quality and Blood Pressure Changes in Iranian Children
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada desain penelitian, jumlah sampel, teknik pengambilan sampel dan teknik analisa data. Sedangkan persamaannya terletak pada jenis pendekatan.
tingkat kemaknaan 95 % (α = 0,05) disajikan dalam tabel 3x2 diperoleh nilai p = 0,000 yakni lebih kecil dibandingkan α (0,05) dengan Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu terdapat hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada remaja.
Square test dengan
Hasil uji statistik Chi-
sampling jenuh /total sampling.
sectional, dimana
rawat inap di RSUD Banyudono
pendekatan cross
observasional analitik dengan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada remaja di Desa Tombasian
Lumantow (2016)
pada perawat rawat inap di RSUD Banyudono. penelitian, jumlah sampel, teknik pengambilan sampel dan teknik analisa data. Sedangkan persamaannya terletak pada jenis pendekatan.
Kruskal Wallis
dengan taraf signifikansi (α=0,05) menggunakan
sampling . Uji statistik
Populasi dalam penelitian yaitu seluruh perawat rawat inap di RSUD Banyudono yang berjumlah 38 orang perawat. Teknik pengambilan sampel menggunakan total
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada desain penelitian, jumlah sampel, teknik pengambilan sampel dan teknik analisa data. Sedangkan persamaannya terletak pada jenis pendekatan
Nama Hasil penelitian Persamaan dan Judul Metode penelitian (tahun)
Perbedaan
Pittsburg dan data berarti waktu tidur dibandingkan dengan sistolik (P = 0.022), BP catatan negara bebas-Biduk
(P = 0.009) Statistik berbeda antara kelompok-kelompok. Dengan membagi anak-anak menjadi dua kelompok kualitas tidur baik dan buruk, parameter tekanan darah itu tidak berbeda. Selain itu, ada tidak ada korelasi antara BP klasifikasi dan latensi tidur, durasi tidur, tidur efisiensi, gangguan tidur, disfungsi hari karena kantuk, dan secara keseluruhan skor kualitas tidur
Calhoun Sleep Quality Penelitian ini Studi observasional Perbedaan
(2010) and Blood menggunakan metode menunjukkan korelasi penelitian ini
Pressure penelitian yang kuat antara dengan penelitian observasional tingkat keparahan sebelumnya adalah analitik dengan apnea tidur obstruktif terletak pada desainpendekatan cross (OSA) dan tingkat penelitian, jumlah
sectional, keparahan hipertensi, sampel, teknik
sedangkan studi pengambilan prospektif pasien sampel dan teknik dengan OSA analisa data. menunjukkan Sedangkan hubungan positif persamaannya antara OSA dan risiko terletak pada jenis kejadian hipertensi. pendekatan percobaan intervensi dengan continuous
positive airway pressure (CPAP)
menunjukkan efek sederhana, tetapi tidak konsisten pada BP pada pasien dengan OSA berat dan kemungkinan lebih besar manfaat pada pasien dengan sebagian CPAP