Paparan Kepala Bappeda dalam Diklatpim III

(1)

ISU STRATEGIS, PERMASALAHAN, DAN

ARAH PEMBANGUNAN RPJMD 2010-2015

Disampaikan Oleh

Kepala Bappeda Provinsi Kepulauan Riau


(2)

(3)

Jumlah pulau : 2.408 pulau Berpenghuni : 366 buah (15 %) Belum berpenghuni : 2.042buah (85%) Pulau Terdepan : 19 buah

(Karimun 2, Batam 4, Bintan 1, Natuna 12)

(catatan : Baru 1.795 pulau dari 2.408 pulau yang diakui dan 613 masih dalam proses penetapan di PBB)

Secara Administratif Terdiri dari: 1.Kabupaten Bintan

2.Kabupaten Karimun 3.Kabupaten Lingga 4.Kabupaten Natuna 5.Kab. Kepulauan Anambas 6.Kota Batam

7.Kota Tanjungpinang Jumlah Wilayah Administrasi:

• Kabupaten : 5

• Kota : 2

• Kecamatan : 59

• Kelurahan : 133

• Desa : 218

Gambaran Umum Daerah

Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan UU No 25 Tahun 2002 Pemerintahan efektif berjalan mulai tanggal 1 Juli 2004

Letak : 4o ‘ LU s.d o ‘ LS Dan o ‘ BT s.d 9o7 ‘ BT

Luas Wilayah : ± 251.810,71 Km2

Darat : 10.595,41 KM2 atau 4,21 %

Laut : 241.215,30 KM2 atau 95,79 %

Batas Wilayah :

Utara : Vietnam & Kamboja Selatan : Sumsel & Jambi

Barat : Singapura, Malaysia & Riau Timur : Malaysia Timur & Kal Bar


(4)

RPJMD PROVINSI KEPULAUAN

RIAU TAHUN 2010-2015


(5)

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

A. Sektor Sosial Budaya:

1. Belum optimalnya pelestarian dan pengembangan

daya tarik budaya melayu dan budaya lokal;

2. Infiltrasi budaya luar/asing akibat dampak

globalisasi;


(6)

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

(lanjutan)

B. Sektor Ekonomi Kelautan

:

1. Belum optimalnya daya saing keunggulan

komparatif ekonomi kelautan;

2. Mayoritas nelayan masih hidup dalam kemiskinan;

3. Belum terintegrasinya pengembangan sektor

kelautan

4. Rendahnya penerapan teknologi mutakhir ;

5. Belum optimalnya pemanfaatan Singapura sebagai

pusat perdagangan dunia;

6. Adanya konflik perbatasan dengan negara tetangga

terutama Singapura dan Malaysia


(7)

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

(lanjutan)

B. Sektor Ekonomi Kelautan (lanjutan):

7. Kurangnya minat masyarakat bekerja di sektor perikanan; 8. Belum berperan aktifnya lembaga pendidikan tinggi yang

khusus mengelola sumber daya kelautan dan perikanan; 9. Rendahnya kapasitas kelembagaan dalam merencanakan,

mengelola dan memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan;

10.Belum optimalnya pengembangan industri pengolahan hasil laut.

11.Belum optimalnya pemanfataan peluang kepariwisataan bahari


(8)

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

(lanjutan)

C. Sektor Energi:

1.Kurangnya pasokan gas dan listrik untuk

memenuhi di wilayah di luar Kota Batam,

Tanjung Pinang, dan Kabupaten Karimun;

2.Belum disahkannya rencana tata ruang


(9)

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

(lanjutan)

D. Masalah Ekonomi Masyarakat Lokal dan Ekonomi Kecil:

1. Prinsip ekonomi kerakyatan belum diterapkan dalam pembangunan ekonomi masyarakat;

2. Kurangnya koordinasi antar daerah dalam perencanaan pembangunan ekonomi masyarakat;

3. Rendahnya kapasitas dan kemampuan masyarakat

dalam berusaha melalui organisasi atau wadah ekonomi kolektif;

4. Belum optimalnya pemanfaatan potensi ekonomi desa dan kelurahan;


(10)

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

(lanjutan)

D. Masalah Ekonomi Masyarakat Lokal dan Ekonomi Kecil (lanjutan):

5. Belum optimalnya pembinaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah;

6. Terbatasnya sarana pasar /tempat pelelangan ikan bagi masyarakat pedesaan;

7. Kurangnya dukungan sektor industri untuk

meningkatkan nilai tambah produksi tangkapan nelayan dan hasil panen petani;

8. Rendahnya jiwa kewirausahaan, terbatasnya akses modal dan informasi pemasaran


(11)

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

(lanjutan)

E.Sektor Lingkungan Hidup:

1. Penurunan kualitas lingkungan hidup, terutama di

Kota Batam, Kabupaten Karimun, dan Kota Tanjung

Pinang;

2. Banyak kawasan lindung yang dikonversi menjadi

kawasan budidaya (pembangunan);

3. Lemahnya pengendalian lingkungan hidup

4. Belum optimalnya pelaksanaan pengawasan


(12)

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

(lanjutan)

F.Sektor Sumber Daya Manusia:

1. Masih rendahnya kualitas SDM;

2. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat

Kepulauan Riau;

3. Kualitas pendidikan yang belum optimal;

4.Rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan;

5.Rendahnya tingkat kesejahteraan buruh atau

karyawan;

6.Belum efektifnya Kelembagaan Pengarusutamaan

Gender (Kelembagaan PUG)


(13)

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

(lanjutan)

G.Sektor Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) dan Produk-Produk Kebijakan :

1. Perbedaan persepsi/pemahaman terhadap otonomi daerah;

2. Rendahnya tingkat kordinasi antara Bupati/Walikota dengan Gubernur;

3. Belum optimalnya komunikasi antar masyarakat,

pemerintah dan dunia usaha dalam pembinaan kesadaran berbangsa dan segala aspek bidang pembangunan;

4. Belum optimalnya pengelolaan pemerintahan dengan sistem yang berbasi IT (informasi teknologi)


(14)

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

(lanjutan)

G.Sektor Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) dan Produk-Produk Kebijakan (lanjutan):

5. Rendahnya efisiensi, efektivitas serta akuntabilitas aparatur dalam tata kelola pemerintahan dan

keuangan daerah

6. Belum optimalnya peran serta dan kapasitas masyarakat dalam pembangunan;

7. Rendahnya tingkat pemahaman terhadap aparatur peraturan perundang-undangan.


(15)

ISU STRATEGIS DAERAH

1. Kesenjangan pembangunan antar wilayah yang tinggi, khususnya Batam dan wilayah lainnya;

2. Rendahnya kualitas SDM sebagai konsekuensi dari rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan;

3. Optimalisasi penanganan wilayah perbatasan,

pulau-pulau

terdepan

dan

pulau-pulau

kecil

untuk

peningkatan kesejahteraan masyarakat dikawasan

tersebut.

4. Peningkatan konektivity di semua daerah

5. Pengembangan sektor energi kelistrikan, gas, dan air

bersih untuk mendukung sektor industri


(16)

ISU STRATEGIS DAERAH

6.Kurangnya pengembangan sektor tersier (industri

pengolahan) untuk mendukung nilai tambah (

value

added

) terutama untuk industri pengelolaan hasil-hasil

kelautan dan perikanan;

7.Peningkatan

pengarusutamaan

gender

dalam

pembangunan;

8.Menurunnya kualitas lingkungan hidup akibat berbagai

pencemaran;

9.Belum terkelolanya dengan baik pluralitas agama, suku

dan budaya sebagai modal sosial.


(17)

V I S I

TERWUJUDNYA KEPULAUAN RIAU SEBAGAI

BUNDA TANAH MELAYU YANG SEJAHTERA,

BERAKHLAK MULIA DAN RAMAH

LINGKUNGAN


(18)

M I S I

1. Mengembangkan Budaya Melayu sebagai payung bagi budaya lainnya dalam kehidupan masyarakat

2. Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya kelautan, perikanan, dan pulau-pulau kecil terdepan secara efisien, lestari dan untuk kesejahteraan masyarakat

3. Mengembangkan wisata berbasis kelautan, budaya lokal dan keunggulan wilayah

4. Mengembangkan potensi ekonomi lokal dengan keberpihakan kepada rakyat kecil (wong cilik)

5. Meningkatkan investasi dengan pembangunan infrastruktur yang berkualitas

6. Memberdayakan masyarakat melalui pendidikan dan kesehatan yang berkualitas

7. Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang baik, etos kerja, disiplin, budi pekerti, dan supremasi hukum

8. Mewujudkan kehidupan yang demokratis, berkeadilan serta berkesetaraan gender


(19)

     

 


(20)

STRATEGI PEMBANGUNAN

Pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau dilaksanakan

dengan dua strategi pendekatan (dual track), yaitu:

Mempercepat pelaksanaan Free Trade Zone wilayah

BBK (termasuk Tanjungpinang ) agar sejajar dengan

kawasan-kawasan sejenis yang sudah lebih maju dan

sejahtera.

Selain itu, juga mengembangkan sentra-sentra

ekonomi di wilayah Natuna, Anambas dan Lingga

(NAL) sesuai dengan potensi/ agro ekosistem

dominan.


(21)

FOKUS PEMBANGUNAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

1. Bidang Pendidikan; 2. Bidang Kesehatan;

3. Bidang Kelautan dan Perikanan; 4. Bidang Pariwisata;

5. Bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM);

6. Bidang Perhubungan (Connectivity);

7. Bidang Infrastruktur (Jalan, Listrik, Air dan Migas);

8. Bidang Pengentasan Kemiskinan (Rumah Tidak Layak Huni/RTLH).


(22)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Provinsi Kepulauan Riau


(1)

V I S I

TERWUJUDNYA KEPULAUAN RIAU SEBAGAI

BUNDA TANAH MELAYU YANG SEJAHTERA,

BERAKHLAK MULIA DAN RAMAH

LINGKUNGAN


(2)

M I S I

1.

Mengembangkan Budaya Melayu sebagai payung bagi budaya lainnya dalam kehidupan masyarakat

2. Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya kelautan, perikanan, dan pulau-pulau kecil terdepan secara efisien, lestari dan untuk kesejahteraan masyarakat

3. Mengembangkan wisata berbasis kelautan, budaya lokal dan keunggulan wilayah

4. Mengembangkan potensi ekonomi lokal dengan keberpihakan kepada rakyat kecil (wong cilik)

5. Meningkatkan investasi dengan pembangunan infrastruktur yang berkualitas


(3)


(4)

STRATEGI PEMBANGUNAN

Pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau dilaksanakan

dengan dua strategi pendekatan (dual track), yaitu:

Mempercepat pelaksanaan Free Trade Zone wilayah

BBK (termasuk Tanjungpinang ) agar sejajar dengan

kawasan-kawasan sejenis yang sudah lebih maju dan

sejahtera.


(5)

FOKUS PEMBANGUNAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

1. Bidang Pendidikan;

2. Bidang Kesehatan;

3. Bidang Kelautan dan Perikanan;

4. Bidang Pariwisata;

5. Bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM);

6. Bidang Perhubungan (

Connectivity

);

7. Bidang Infrastruktur (Jalan, Listrik, Air dan Migas);

8. Bidang Pengentasan Kemiskinan (Rumah Tidak Layak Huni/RTLH).


(6)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Provinsi Kepulauan Riau