Pengelolaan zakat di masyarakat: studi tentang model amil zakat di Kabupaten Ponorogo.

(1)

vi

ABSTRAK

Judul : PENGELOLAAN ZAKAT DI MASYARAKAT

(Studi Tentang Model Amil Zakat Di Kabupaten Ponorogo)

Penulis : Mulyono Jamal

Promotor : Prof. Dr. H.M. Ridlwan Nasir, M.A. Promotor : Prof. Dr. H. Zainul Arifin, M.Ag.

Kata kunci : Pengelolaan, Badan Amil Zakat, Lembaga Amil Zakat.

Pelaksanaan syariat zakat di kabupaten Ponorogo telah ada sejak lama, 50 tahun atau lebih, terutama zakat fitrah dan sebagian zakat mal. Kegiatan zakat itu semula dikelola oleh perseorangan (fardiy) oleh masing-masing muzaki. Kemudian ada pengelolaan zakat oleh lembaga secara korporatif (jama>’iy) oleh Badan Amil Zakat, Lembaga Amil Zakat dan panitia zakat. Kabupaten Ponorogo yang mayoritas penduduknya muslim dan dari tinjauan statistik ekonomi mempunyai angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang relatif tinggi, diperkirakan memiliki potensi zakat yang juga relatif besar.

Penelitian ini mengungkap pengelolaan zakat di masyarakat Ponorogo, untuk menemukan tipologi model pengelolaan zakat, kelebihan dan kekurangan tiap model, dan mencari prospek model yang paling tepat, efektif dan efisien yang bisa diterapkan khususnya di masyarakat Ponorogo.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, tidak berangkat dari sebuah teori tetapi dituntun oleh fakta-fakta yang ditemukan di lapangan. Kerangka teoretik yang dipakai teori fenomenologi dan grounded reaserch. Pengumpulan data dari sumber-sumbernya penulis lakukan dengan menggunakan tehnik wawancara yang mendalam, observasi lapangan, dan dokumenter. Untuk menganalisis dan menarik kesimpulan digunakan metode deduktif, induktif dan komparatif. Analisis data dilakukan sejak saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan (Miles & Huberman).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan : 1) Model pengelolaan zakat yang berkembang saat ini di kabupaten Ponorogo ada dua, yaitu model perseorangan, (fardiy)yang masih terus berjalan sampai saat ini, dan model kelembagaan (jama>’iy). Sampai pada tahun (2015) di Ponorogo ada 8 lembaga pengelola zakat yang keseluruhannya memiliki kesamaan dalam fungsi dan tugasnya mengumpulkan dana zakat infak dan sedekah dari muzaki, mendistribusikannya kepada mustahiknya dan mendayagunakannya. Namun demikian delapan lembaga pengelola zakat ini bervariasi dalam beberapa hal, di antaranya usia keberadaannya, status legalitas kelembagaannya, kelengkapan sarana- prasarananya, profesionalitas kinerjanya dan hasil yang dicapainya. 2) Masing-masing model memiliki kelebihan dan kekurangannya. Model korporatif adalah model yang paling efektif dan lebih dekat kepada maqa>sid al-shari>‘ah dalam zakat. Model korporatif mandiri dan korporatif berafiliasi juga mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. 3) Model pengelolaan zakat yang paling efektif dan efisien yang bisa diterapkan di masyarakat Ponorogo khususnya adalah model pengelolaan yang bersifat kelembagaan korporatif, mempunyai payung hukum legal formal dan kinerja yang profesional sesuai dengan kaedah-kaedah hukum syari’ah tentang pengelolaan zakat sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya.

Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa (1) pelembagaan pengelolaan zakat secara formal merupakan sebuah keniscayaan yang harus dihadapi, dalam rangka tecapainya maqa>s{id al-shari>‘ah dalam zakat khususnya dan maqa>sid al-shari>‘ah pada umumnya dalam kehidupan manusia; (2) Undang-undang Zakat dan regulasi terkait lainnya perlu ditegakkan, namun pelaksanaannya perlu diambil langkah-langkah kebijaksanaan agar tidak menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan sosial umat Islam,


(2)

vii

ثحبلا صخلم

عمتجا ةاكزلا ةرادإ : عوضوما

ةاكزلا يلماع ةسسؤم عاونأ ةسارد(

ةقطنم

)وكورونوف

لام ونويلوم : ثحابلا

: فرشما

1

رتسجاما ،رصً ناوضر د جا ا روتكدلا ذاتسأا .

2

رتسجاما ،نفراعلا نيز جا ا روتكدلا ذاتسأا .

.قحتسما و يكزما ،ةاكزلا يلماع ةئي ،ةاكزلا يلماع ةسسؤم ،ةرادإ :ثح تاملك

ت

ةاكزلا ةيمَسإا ةعيرشلا قيبط

ةقطنِ

ضعب و رطفلا ةاكز اصوصخ ةيضام تاونس ذنم ىرج دق وكرونوف

.لاما ةاكز

رهظ م .اهيقحتسم اهيتؤي و تاكز سفن يكزما جرخ ثيح ىدارف نوكزما ب موقي يوكزلا طاشنلا اذ ناكو

سسؤما قيرط نع ةاكزلا ةرادإ ةرخأا تاونسلا ذنم

(ةينطولا ةاكزلا يلماع ةئيهك ،ةيعام ا وأ ة

BAZ

ةسسؤم و )

( ةاكزلا يلماع

LAZ

)

.ةاكزلا ةن وأ

وكورونوف ةرئاد ناكس رثكأ نإ

ةبسن ةيلاع ةجرد مَ نأ ًدجو ةيداصتقَا مهتلاح إ ًرظن اذإو نوملسم

.كلذك ةيلاع ةيوكزلا ةقاطلا ةجرد نأ عقوتما نمف .يا ا لخدلا لدعم

اعلا وأ ةاكزلا ةرادإ تاسسؤم عاونأ نع فشكلا إ يملعلا ثحبلا اذ فدهي

لثمأ نع فشكلا و.اهيلع نلم

أ

عاون

ةرادإ تاسسؤم

.ا رغ و وكورونوف عمت قيبطت مئَما ةيلاعف ا رثكأو ةاكزلا

قئاق ا وأ تًايبلا دوقت يذلا ثحبلا نكل ةنيعم ةيرظن نم قلطني َ يذلا يعونلا ثحبلا نم ةساردلا ذ

لونيمونيفب ىمسما يرظنلا بيرقتلا و يف مدختسي يذلا يرظنلا لكيَاو .ناديما ةدوجوما

.ةرذجا ةساردلا و ةيجو

ليلحتلو .يقئاولا جهنما و ةقيقدلا ةلباقماو نايبتسَا و ةظحَما جهنم مدختسي ا رداصم نم تًايبلا عم و

.ةنراقما و يقيبطتلا و يَدتسَا ركفتلا ةقيرط ثحابلا مدختسي تًايبلا وأ قئاق ا

:ةيلاتلا ةجيتنلا ىلع ةساردلا ذ تلصح

إ )

ام .ةيعام ةرادإ و ةيدرف ةرادإ ناعون وكورونوف عمت ةاكزلا ةراد

تدجو .ةئيَا وأ ةسسؤما لكش ىلعف ةيعام ا ةرادإا امأ .رضا ا تقولا إ ةيراج ةيدرفلا ةرادإا لازت َو تلاز

وكورونوف عمت مويلا إ

8

و ةاكزلا لاومأ ةرادإ ىلع قفتت ةاكزلا ةرادإ تاسسؤم

اَ َيعفت و اعيزوت و اعم ةقدصلا

مغر ىلع اهأ َإ

نم

اهقافتا

يهف رومأ ىلع

،ةينوناقلا ةحصلا ةبسنو ا دجاوت نسك رومأا ضعب فلتُو توافتت

اهليعفت و اهعيزوتو ةيوكزلا لاومأا عم نم يلع تلصح امو اهتيفارحا ةجرد و ةيساسأا اهقفارم و اهلئاسو رفاوتو

.

عون لك )

ا ؤواسم و اهنسا اَ تاسسؤما عاونأ نم

3

ونأ نسحأ نإ )

ا

ا رثكأ و اهلثمأ و ةاكزلا ةرادإ ةسسؤما ع

ماتلا ةيفارحَاو ةينوناقلا ةيصخشلا ىلع موقت يلا ةئيَا وأ ةسسؤما قيرط نع ةيعام ا ةرادإا ي ةيلاعف

اقبط ة

ةاكزلا ةعيرشلا ماكحأ

ىضتقم

اذ ةجيتن

ثحبلا

(

1

)

م ةرادإ ةاكزلا ةرادإ ةرورض

فرص فيثكت و ةيعا

ةقيرطلِ ةاكزلا لاومأ

( ،ةيجاتنإا

ةرورض)

ةاكزلا ةرادإ نناوق قيبطت

.ملسما عمتجا ةيبلسلا بقاوعلل اعفد ةميك ا ةقيرطلِ اهاحئَ و


(3)

viii

ABSTRACT

Title : MANAGEMENT OF ZAKAT IN THE COMMUNITY

(Study of Models of Zakat Workers In Ponorogo District) Writer : Mulyono Jamal

Promotor : Prof. Dr. H.M. Ridlwan Nasir, M.A. Prof. Dr. H. Zainul Arifin, M.Ag.

Key word : Zakat management, Board of zakat workers, Foundation of Zakat workers. The implementation of zakat law in Ponorogo district had been running since few years ago, especially zakat fitri and some of wealth zakat. This activities of zakat were formerly exuted individually by every muzaki. Then the management of zakat was performed corporately by board or foundation of zakat workers or committee of zakat. Majority of Ponorogo population are muslims.and in the economy statistic they have relatively high rate of Bruto Regional Domestic Product (BRDP) that their power rate of zakat is also high.

The purpose of this study is to discover management of zakat in Ponorogo community, and aimed at finding out the types of zakat workers.and deciding the most effective and efficient model of zakat management.

This study is qualitative research, that does not start from certain theory, but led by facts found in the field. The theoretical frames work used in this research were phenomenological approach and grounded research theory.To collect datas from resourses the researcher used the in depth interview, observation method and documentary method. To analyse and take conclusion the writer used deductive, inductive and comparative method of thinking. Data analysing was done since the data collecting begin and after finishing (Miles & Huberman)

The researcher comes to the conclusions that 1) The two types of zakat management that are running to be performed are individual management that is still in progress in Ponorogo, and on the other hand corporative management. In 2015 there are 8 boards or foundations of zakat manajement.which commonly have same task in funding and distributing zakat infaq and sadaqah. Beside that they have some differences among them, in age of existence, legality status of institution, infrastructures they have, professionalism of performance and result of work in fundraising. 2) The most effective and efficient type of zakat management is corporative management, which hold legal and formal institution, professional performance according to shari’ah law of zakat.

The conclusion of this research implicates (1) the urgency of corporative management of zakat, to realize maqa>s{id al-shari>‘ah in human life, (2) that law and regulation of zakat must be enforced in good manner to avoid the negative impact in the community.


(4)

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...i

Halaman Prasyarat...ii

Halaman Pernyataan keaslian...iii

Halaman Persetujuan Promotor ...iv

Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia...v

Abstrak...vi

Ungkapan Syukur dan Terima Kasih...vii

Daftar isi...xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar belakang...1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah...8

C. Rumusan Masalah...9

D. Tujuan Penelitian...10

E. Kegunaan Penelitian...10

F.Kerangka Teoretik...11

G Penelitian Terhahulu...16

H. Metode Penelitian...25

I. Sistematika Pembahasan...31


(5)

xiii

A. Zakat dan Hikmahnya...33

B. Pengelolaan Zakat ...61

1. Sejarah Pengelolaan...63

2. Pengelola Zakat...77

3. Kriteria Pengelola Zakat...80

4. Fungsi dhjan Tugas Pengelola Zakat ...83

5. Pelembagaan Pengelola Zakat...85

6. Peranan Pemerintah dan Ulama Dalam Pengelolaan Zakat...93

BAB III: SETING SOSIAL DAN EKONOMI KABUPATEN PONOROGO A. Letak Geografis...99

B. Sejarah...102

C. Seni Budaya... ...106

D. Agama...109

E. Pendidikan ...111

F. Perekonomian ...113

BAB IV: PENGELOLAAN ZAKAT DI PONOROGO A. Peta Potensi Zakat di Kabupaten Ponorogo ...116

B. Paparan Data dan Temuan Penelitian ...119

1. Badan Amil Zakat Nasional Daerah Kabupaten Ponorogo...119

... 2. LAZIS Muhammadiyah ... ...131


(6)

xiv

3. LAIZ Nahdlatul Ulama’ ...143

4. LAZ Umat Sejahtera...153

5. LAZ NAS Baitul Maal Hidayatullah…….……….... 161

6. Laziswaf Unida Gontor ………..……….…...173

7. LAZIS Mari Berzakat ………..……....179 8. Panitia Zakat Desa Jintap ……….…………...187

BAB V: MODEL PENGELOLAAN ZAKAT DI PONOROGO KELEBIHAN & KEKURANGANNYA . A. Klasifikasi Model Pegelolaan Zakat ………....203

B. Kelebihan dan Kekurangan...222

C. Formulasi Tipe Ideal Pengelolaan Zakat ………...227

BAB VI: PENUTUP A. Kesimpulan ………...……...232

B. Implikasi Teoretik ………....……... 235

C. Rekomendasi ………...238

D. Penutup. ……….….…...239

DAFTAR PUSTAKA... 241 LAMPIRAN


(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam adalah agama yang benar, universal, abadi, sesuai dengan akal manusia di setiap zaman dan generasi. Allah pencipta alam semesta ini telah mengutus rasul nabi akhir zaman Muhammad SAW. untuk menyampaikan agama Islam yang sempurna itu, untuk menuntun manusia kepada jalan Allah, dan menunjukkan mereka kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat.1

Islam sebagai penutup agama-agama samawi datang untuk memenuhi kebutuhan ruhani dan jasmani manusia, mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dalam perjalanannya untuk menggapai kebahagiaan di dunia sampai akhirat2. Disebutkan dalam al-Qur’an,16 (al-Nah}l): 89. :

ىَرْشُبَو ًةََْْرَو ىًدَُو ٍءْيَش ِّلُكِل ًًاَيْ بِت َباَتِكْلا َكْيَلَع اَنْل زَ نو

َنِمِلْسُمْلِل

Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.3

Syariat Islam yang bersumber dari Kitab suci al-Qur’an dan Sunnah

Rasulullah, meliputi hukum aqidah, hukum akhlaq, dan hukum-hukum ‘amaliyyah. Hukum-hukum ‘amaliyyah mencakup hukum-hukum tentang

1Shaykh H{asan Mans}u>r, Shaykh Abd al-Wahha>b Khayr al-Di>n, Shaykh Mustafa> ‘Ina>niy, Kita>b al-Di>n al- Isla>miy (Gontor: Darussalam Press, 2004), 1.

2 H{asan Sirriy, al-Iqtisa>d al-Isla>miy Maba>di’ wa Ahda>f wa Khas}a>is} (Mekah, t.p., 1991), 12. 3


(8)

2

hubungan vertikal manusia dengan Allah, yang biasanya disebut mu‘a>mala>t ma‘a

Alla>h atau ‘iba>da>t, dan hukum-hukum tentang hubungan manusia dengan

sesamanya, ataumu‘a>mala>t ma‘a al-na>s.4

Lima rukun Islam merupakan pilar utama ‘ibadat atau mu‘a>mala>t ma’a Allah. Zakat, salah satu rukun Islam, ialah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan atau diambil – secara umum - dari golangan kaya untuk dibagikan kepada golongan miskin yang berhak menerimanya.5 Perintah zakat di dalam al-Qur’an, sering digandengkan dengan perintah shalat. Contoh-contoh ayat zakat Surat

al-Muzzammil : 20, Surat al-Baqarah: 43, dan Surat al-Tawbah: 103

اًنَسَح اًضْرَ ق َ َا اوُضِرْقَأَو َةاَك زلا اوُتآَو َة ََ صلا اوُميِقَأَو

.

Dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat, dan berikan pinjaman kepada

Allah pinjaman yang baik.6

اوُتآَو َة ََ صلا اوُميِقَأَو

َنِعِكا رلا َعَم اوُعَكْراَو َةاَك زلا

Dan dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat, dan ruku’lah beserta orang-

orang yang ruku’.7

ْذُخ

ْمََُ ٌنَكَس َكَت َََص نِإ ْمِهْيَلَع ِّلَصَو اَِّ ْمِهيِّكَزُ تَو ْمُُرِّهَطُت ًةَقَدَص ْمَِِاَوْمَأ ْنِم

ُ َاَو

ٌميِلَع ٌعيََِ

.

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka.

4Abd al-Wahha>b Khalla>f, Ilm Us}u>l al-Fiqh (Kuwait: Da>r al-Kuwaytiyyah li al-T}iba>~‘ah wa

alNashr wa al-Tawzi>‘, 1968), 32-33.

5 Aly Ahmad al-Sa>lu>s, Mawsu>‘at al-Qad}a>ya> al-Fiqhiyyah al-Mu‘a>s}irah wa al-Iqtis}a>d al-Isla>miy

(Mesir: Maktabah Da>r al-Qur’a>n, 2003), 502.

6.

Kementerian AgamaRI, al-Qur’an dan Terjemah, 2012, 576.

7


(9)

3

Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.8

Golongan yang berhak menerimanya pun telah ditentukan pula dalam

al-Qur’an, Surat al-Tawbah : 60.:

ُتاقدَصلا اَ َِإ

ِباَقِّرلا َِو ْمُهُ بوُلُ ق ِةَف لَؤُمْلاَو اَهْ يَلَع َنِلِماَعْلاَو ِنِكاَسَمْلاَو ِءاَرَقُفْلِل

ٌميِكَح ٌميِلَع ُ َاَو ِ َا َنِم ًةَضيِرَف ِليِب سلا ِنْباَو ِ َا ِليِبَس َِو َنِمِراَغْلاَو

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.9

Zakat memang merupakan bagian dari ‘iba>dah mah}d{ah10 sejajar dengan

shalat, tetapi pada hakikatnya merupakan bagian dari sistem keuangan dan sosial Islam.11Di balik kewajiban zakat ada tujuan dan sasaran yang merupakan

hikmah dari kewajiban itu. Hikmah zakat dan manfaatnya itu kembali kepada kehidupan individual orang yang berzakat (muzaki) maupun kehidupan sosial

pihak yang menerima zakat (mustahik) secara menyeluruh, serta harta yang

dikeluarkan zakatnya. Hikmah zakat itu di antaranya secara ringkas dapatlah dipaparkan sebagai berikut:

8

Ibid., 204.

9

Ibid., 288.

10 Mah}d}ah secara etimologi berarti murni. Iba>dah mah}d{ah maksudnya ibadah murni yang tidak rasional atau tidak rasionable atau ghayr ma’qu>lat al-ma’na. dan biasanya bersifat tawqi>fy yang berarti tergantung adanya nas} dalil. Sedangkan mu‘amalat dicirikan sebagai ibadah yang rasional atau rasionable atau ma’qu>lat al-ma’na.

11Yu>suf al-Qarada>wiy, Fiqh al-Zaka>h Dira>sah Muqa>ranah Liahka>mih wafalsafatih fi> D}au’i al -Qur’a>n wa al-Sunnah (Beirut: Muassasat al-Risa>lah, 1991), 7.


(10)

4

1. Bagi individu muzaki sendiri zakat itu memberi manfaat moral yang luas. Ia

merupakan bentuk ketaatannya kepada Allah, sebagai ungkapan syukur atas nikmat-Nya, membersihkan dirinya dari sifar kikir12, mengobati hati dari penyakit cinta dunia tamak harta, menumbuhkan sifat dermawan, cinta kasih sesama manusia dan akhlaq rabba>niy.13

2. Bagi mustahik atau penerimanya, zakat mengangkat harkat kemanusiaan,

membebaskannya dari belitan kebutuhan hidup yang berat. Bagi fakir miskin,

gha>rim, dan ibn al-sabi>l menjadi santunan mencukupi kebutuhan sandang pangannya, yang pada gilirannya akan meningkatkan kebahagian.

3. Dalam kaitannya dengan kehidupan sosial, zakat merupakan bentuk konkret dari pada sistem jaminan sosial islami bagi golongan ekonomi lemah di masyarakat, sedangkan bagi penerimanya zakat akan membersihkan mereka dari iri dengki, antipati, individualisme dan permusuhan antara kaya dan miskin dalam masyarakat. 14 Hal itu menjadi sarana merealisasikan kesejahteraan sosial yang merupakan sandaran bagi kehidupan umat dan kebahagiannya.15

Syariat zakat sebagai lembaga keuangan umat mempunyai potensi besar yang bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umat. Zakat dapat menjadi salah satu sumber dana dalam kepemilikan umum (

mas}a>dir

milkiyyah

12Abu> Bakr Ja>bir al-Jaza>’iriy, Minha>j al-Muslim (Madi>nah Munawwarah: Maktabat al-‘Ulu>m wa al-hukm, 1995), 240.

13Yu>suf al-Qarada>wi>, Fiqh al-Zaka>h, 756 764. 14 Ibid., 879 887.


(11)

5

‘a>mmah) bersama dengan sumber-sumber lain seperti wakaf, sumber daya alam

dsb.16 , sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana umum untuk umat seperti sarana ibadah, pedidikan, dakwah, kesehatan, sosial ekonomi dan sekaligus sebagai sarana pengembangan sumber daya manusai.

Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim mempunyai potensi zakat

yang sangat besar. Salah seorang pengurus Forum Zakat Indonesia, Sri Adi Bramasetia, di Jakarta menyatakan bahwa jika dikelola serius, potensi zakat di Indonesia, dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, bisa mencapai Rp 300 triliun per tahun. Namun dari potensi yang besar itu, baru tercapai sekitar Rp 1,8 triliun pertahun. Ia mengatakan meski jumlah zakat yang terhimpun di Indonesia naik tiap tahun, namun tidak pernah mencapai potensi yang sesung- sesungguhny. 17 Data lain menyebutkan bahwa potensi zakat di Indonesia mencapai Rp 220 triliun atau sekitar 4 % dari produk domestik bruto (PDB) nasional. Sampai tahun 2012, zakat yang tergali dari masyarakat hampir Rp 3 triliun.18

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai lembaga yang diamanatkan Undang-Undang No 23 Tahun 2011 untuk pengelolaan zakat, menjadi pengelola zakat nasional diharapkan bisa memperlihatkan peranannya. Didin menjelaskan pada tahun 2011, zakat, infak, dan sedekah yang terkumpul dari semua organisasi pengelola zakat baru mencapai Rp 1,73 triliun. Menurut

16 H}asan Sirry, Al-Iqtis}a>d al-Isla>miy..., 85. 17

http:www.voaindonesia.com/conten/potensi-zakat-bisa-capai-rp-300t-per-tahun/1455819.html.


(12)

6

hasil penelitian BAZNAS yang bekerjasama dengan IPB pada tahun 2011 lalu, angka Rp 1,73 triliun hanya 0,8 persen dari potensi zakat di seluruh Indonesia. Harusnya, jika benar-benar dioptimalkan, dana yang terkumpul dari zakat bisa mencapai Rp 217 triliun per tahun.19 Laporan BAZNAS terbaru bulan September 2013 menyebutkan bahwa jumlah penerimaan BAZNAS sampai September 2013 Rp 48.059.878.299,38; dari proyeksi penghimpunan zakat tahun 2013, sebesar Rp 3 triliun. Sedangkan jumlah penyalurannya Rp 29.058.642.22.20 Data ini secara umum menunjukkan bahwa di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, pengelolaan zakatnya masih sangat minim. Data potensi zakat di Indonesia secara nasional itu menjadi indikator yang kuat bahwa pengelolaan zakat di daerah kabupaten Ponorogo Jawa Timur tidak banyak berbeda dengan kenyataan nasional itu.

Ponorogo sebagai sebuah kabupaten yang jumlah penduduknya pada tahun 2014 mencapai 1.294.570 jiwa,21 mayoritas (98,11 %) beragama Islam. Indikator tingkat keagamaannya dapat dilihat dari jumlah masjid pada tahun 2013 mencapai 1448 buah dan mushola 2754 buah.22 Di kabupaten ini juga banyak lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren salaf dan modern, di antaranya Pondok Modern Darussalam Gontor. Pelaksanaan kewajiban zakat sebenarnya sudah ada sejak dahulu dan potensi zakat sebenarnya cukup besar. Namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari survei kepada beberapa lembaga amil zakat dan

19

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/02/mkmz20-potensi-zakat-umat-muslim -indonesia-belum-dimaksimalkan, (Selasa, 2 April 2013, 23:27 wib.)

20

http//:pusat.baznas.go.id/laporan-bulanan/?did=19

21

http//:ppsp.nawasis.info, sumber: Ponorogo Dalam Angka 2014.

22


(13)

7

perorangan, ternyata pengelolaan zakatnya masih sangat minim. Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) yang secara kelembagaan sudah terbentuk atas amanat Undang-undang Zakat dan dikelola oleh unsur-unsur Sekertaris Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo, selama ini belum banyak memainkan perannya dalam mengelola zakat, bahkan yang dilaksanakan baru tahapan menarik infak bulanan dari PNS yang besarnya berkisar antara Rp 500,00 sampai Rp 2.000,00 disesuaikan dengan golongan kepangkatan.23 Unit Pelaksana Zakat (UPZ) di Kementerian Agama yang merupakan salah satu unsur dari BAZDA sudah mengelola zakat profesi dari PNS di kalangan khusus Kementerian Agama saja.24 Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya kurangnya pemahaman terhadap kewajiban zakat, sedikitnya kesadaran melaksanakan kewajiban itu, dan pengelolaannnya yang yang belum maksimal.

Walaupun kegiatan zakat di Ponorogo itu belum maksimal, tetapi pola pengelolaan yang telah ada itu bervariasi. Ada zakat yang dikelola oleh muzaki perorangan, dikeluarkan dihitung sendiri dan dibagikan kepada yang dianggap berhak menerimanya. Ada zakat yang dikelola oleh kelompok atau panitia yang dibentuk oleh lingkungan masjid di tingkat dusun atau desa. Ada pula belakangan lembaga resmi atau badan yang didirikan khusus untuk mengelola dana zakat dan dana lain seperti infak, sedekah dan wakaf, yang biasanya disebut lembaga amil zakat (LAZ) atau badan amil zakat (BAZ) atau LAZIS, BAZIS dan LAZIZWAF.

23 Slamet Purnomo (Kasi Keagamaan Kesra Kabupaten Ponorogo), wawancara, Ponorogo, 19

Desember 2013.

24 Hayat Prihono Wiyati (Penyelenggara Syariah Kemenag Ponorogo), wawancara, Ponorogo, 19


(14)

8

Di antara lembaga zakat yang ada di Ponorogo ialah Lembaga Amil Zakat Umat Sejahtera, Lembaga Amil Zakat Nahdlatul Ulama (LAZISNU), Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (LAZISMU) dan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) yang ditangani oleh jajaran pemerintah daerah dengan sejumlah kementerian terkait seperti kementerian agama, kementerian sosial dsb. Hal ini menarik untuk diteliti bagaimana pengelolaan zakat dan pendayagunaannya di masyarakat.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Membayar zakat sebagai rukun Islam biasa dilakukan oleh wajib zakat di daerah tempat tinggalnya. Pengelolaan harta zakat dilakukan oleh individu dan kelompok atau lembaga. Di beberapa negara Islam seperti Arab Saudi, Qatar, Kuwait ada lembaga-lembaga amil zakat yang mengelola zakat dengan manajemen modern. Di antaranya Bayt al-Zaka>h al-Kuwaytiy. Di Indonesia pun sebenarnya banyak lembaga pengelola zakat dan dana lainnya seperti infak, sedekah dan wakaf, baik itu lembaga yang didirikan pemerintah, organisasi keagamaan, maupun lembaga swasta yang independen.

Peneliti setelah melakukan observasi ke beberapa lembaga amil zakat di Ponorogo.dan beberapa orang muzaki yang sudah sejak lama melaksanakan zakat menemukan sejumlah permasalahan terkait pelaksanaan zakat di antaranya: 1. Di Ponorogo sebenarnya sudah ada beberapa lembaga amil zakat, kepanitiaan zakat termasuk amil zakat fitrah yang merupakan panitia tahunan di masjid-masjid, Di antaranya adalah Lembaga Amil Zakat Umat Sejahtera, Lembaga


(15)

9

Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammaiyah (LAZISMU), Lembaga Amil Zakat dan Sedekah Nahdlatul Ulama’ (LAZISNU), Badan Amil Zakat Nasional Daerah Kabupaten Ponorogo.Masing-masing lembaga mempunyai pola yang berdeda-beda dan tidak ada kordinasi sesama mereka. Pengelolaan zakat oleh lembaga-lembaga itu diperkirakan belum maksimal.

2. Pelaksanaan zakat oleh perorangan juga banyak. Ada juga beberapa orang atau kelompok yang peduli dengan masalah pengumpulan zakat. Mereka dari kalangan jamaah masjid, mushola atau lingkungan RT, RW, dusun atau desa, membentuk panitia pengumpulan zakat dan pembagiannya. Mereka berusaha mengelola zakat fitrah dan zakat ma>l. Ada yang mengumpulkan zakat kemudian langsung membagikannya kepada mustahik-nya. Ada yang mengumpulkan zakat hasil pertanian pada waktu panen, lalu disimpan untuk dibagikan pada waktu-waktu paceklik, sebagai zakat konsumtif. tetapi hal itu memunculkan permasalahan antara lain, seberapakah pengetahuan fiqih mereka tentang zakat; seberapa kesadaran mereka untuk melaksanakan kewajiban zakat.dan jika telah melakukan apakah yang mereka lakukan sudah sesuai dengan yang seharusnya.

3. Undang-undang Republik Indonesia tentang zakat sudah lama diundangkan, tetapi bagaimana implemantasinya dan pengaruhnya dalam pelaksanaan dan pengelolaan zakat di masyarakat belum terlihat nyata.

4. Bagaimana dan seberapa tanggung jawab pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama Republik Indonesia dalam mensosialisasikan undang-undang zakat dan melaksanaannya juga masih menjadi pertanyaan yang besar.


(16)

10

Sebenarnya problematika pelaksanaan zakat di masyarakat tidak terbatas hanya yang tersebut di atas, namun penelitian ini hanya akan menfokuskan bahasannya pada dua pokok masalah, yaitu (1) menggali fenomena model-model pengelolaan zakat di Ponorogo, yang dilaksnakan oleh amil perorangan, kelompok kepanitiaan, maupun lembaga dan berupaya menemukan segi-segi kelebihan dan kekurangan dari masing-masing model (2). menemukan formula model yang efektif dan efisien yang bisa diterapkan khususnya di masyarakat Ponorogo maupun yang lain.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini menfokuskan kajiannya hanya pada masalah berikut:

1. Model-model pengelolaan zakat yang bagaimanakah yang berkembang di Kabupaten Ponorogo?

2. Apa kelebihan dan kekurangan masing-masing model?

3. Bagaimana model pengelolaan zakat yang efektif dan efisien yang bisa diterapkan khususnya di Ponorogo?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan secara mendalam, menginventarisir ragam model pengelolaan zakat, baik yang berupa perorangan, maupun lembaga, khususnya di masyarakat Ponorogo.


(17)

11

2. Mengidentifikasikan segi-segi kelebihan dan kekurangan masing-masing model.

3. Menemukan formula model yang paling efektif efisien dari pengelolaan zakat yang sesuai dengan masyarakat Ponorogo khususnya dan dijadikan acuan bagi masyarakat lain.

E. Kegunaan Penelitian

Realisasi penelitian ini diharapkan dapat memberikan guna dan manfaat yang berarti dalam pengembangan keilmuan secara teoritis dan praktis.

1. Kegunaan Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk:

a. Menambah khazanah keilmuan tentang praktek pengelolaan zakat di masyarakat.

b. Hasil penelitian ini dapat berguna untuk mengembangkan kajian teori-teori fiqh terutama dalam bidang pengelolaan zakat oleh lembaga atau badan amil zakat.

2. Kegunaan Secara Praktis

Sebagaimana tersebut dalam kegunaan secara teoretik, penelitian ini diharapkan bisa berimpliksi secara praktis berikut:

a. Agar konsep-konsep atau teori fiqh amil zakat dari al-Qur’an dan Sunnah itu benar-benar dapat dijadikan pedoman oleh amil zakat dalam pengelolaan zakat.


(18)

12

b. Agar masyarakat dapat mengelola zakatnya secara efektif dan efisien dengan mudah dan benar sebagaimana yang diatur dalam al-Qur’an dan Sunnah secara konsisten, sehingga dengan demikian dapat memberi manfaat yang optimal baik bagi muzaki maupun mustah}}ik.

F. Kerangka Teoretik

Dalam penelitian kualitatif ini ada dua kerangka teoretik yang dipergunakan, yaitu Teori Fenomenologi dan Grounded Research.

1. Teori Fenomenologi

Fenomenologi (Inggris Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani

phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Kata phenomenon mengalami perkembangan arti dari

phenomenology of illusion, kepada phenomenology of mind, hingga perkembangan yang terakhir berarti fact atau z}a>hirah. Menurut Husserl perkembangan arti phenomenologi terjadi dalam tiga fase, yaitu dalam fase matematik, fase psikologi dan fase transendental phenomenology atau yang dikenal dengan first philosophy.25 Sedangkan logos berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Dalam bahasa Inggris Phenomenon bentuk pluralnya

phenomena berarti to show. Secara istilah fenomena merujuk kepada teori yang menyatakan bahwa pengetahuan itu terbatas pada fenomena fisik dan fenomena mental. Fenomena fisik berupa objek persepsi sedangkan fenomena

25Yu>suf Sali>m Sala>mah, al-Fi>>nu>mi>nulu>jiya > al-Mantiq ‘inda Edmund Husserl (Beirut: Da>r


(19)

13

mental menjadi objek introspeksi. Menurut Runes dalam Dictionary Of Philosophy susunan Peter A. Angeles : Fenomena adalah objek persepsi atau objek yang bisa dipahami; fenomena adalah objek dari sense experience, yakni objek pengalaman indera, fenomena adalah sesuatu yang hadir ke dalam kesadaran, fenomena adalah setiap fakta atau kejadian yang dapat diobservasi.26 Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak.

Lorens Bagus memberikan dua pengertian terhadap fenomenologi. Dalam arti luas, fenomenologi berarti ilmu tentang-gejala-gejala atau apa saja yang tampak. Dalam arti sempit, ilmu tentang gejala-gejala yang menammpakkan diri pada kesadaran kita.27 Secara harfiah fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa fenomena (gejala) adalah sumber pengetahuan atau sumber kebenaran. Tokoh penting dalam aliran fenomenologi antara lain adalah Edmund Husserl (1859 - 1938) , Max Scheller (1874 -1928), dan Hartman (1882 - 1950).28

Istilah fenomenologi memiliki tiga konsep. Pertama, ia merupakan salah satu nama teori sosial mikro yang secara garis besar konsepnya adalah setiap gejala atau peristiwa apa saja yang muncul tidak pernah berdiri sendiri. Dengan kata lain, selalu ada rangkaian peristiwa lain yang melingkupinya.

26

Tim PPS IAIN Surabaya, Hermeneutika dan Fenomenologi dari Teori ke Praktik, Surabaya ;t.p. ,2007, 6.

27

http://teguhimanprasetya.wordpress.com/2008/09/25/fenomenologi-1/

28

Ali Maksum, Pengantar Filsafat : Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), 368-369.


(20)

14

Selain itu, menurut fenomenologi, yang tampak bukan merupakan fakta atau realitas yang sesungguhnya, sebab ia hanya merupakan refleksi dari yang ada di baliknya. Kedua, fenomenologi merupakan jenis paradigma penelitian sebagai kontras dari positivistik. Jika positivistik merupakan akar-akar metode penelitian kuantitatif, maka fenomenologi merupakan akar-akar metode penelitian kualitatif. Jika positivistik lebih memusatkan perhatian pada data yang empirik dan mencari hubungan antar-variabel, maka fenomenologi sebaliknya berfokus pada data abstrak dan simbolik dengan tujuan utama memahami gejala yang muncul sebagai sebuah kesatuan utuh. Ketiga, fenomenologi merupakan jenis penelitian kualitatif yang konsep dasarnya adalah kompleksitas realitas atau masalah itu disebabkan oleh pandangan atau perspektif subjek. Karena itu, subjek yang berbeda karena memiliki pengalaman berbeda akan memahami gejala yang sama dengan pandangan yang berbeda. Lewat wawancara yang mendalam, peneliti fenomenologi berupaya memahami perilaku orang melalui pandangannya,29 sehingga yang membedakan dengan jenis penelitian kualitatif yang lain, adalah bahwa fenomenologi menggunakan orang sebagai subjek kajian, bukan teks atau organisasi.

Mazhab fenomenologi adalah mazhab yang melihat fenomena sebagai sesuatu hal yang dapat diamati dengan indera dan diteliti secara ilmiah, tentang gejala atau peristiwa yang penting atau sangat menarik perhatian.

29 Abdullah Muhammad al-Shari>f, Mana>hij al-Bah}th al-‘Ilmiy Dali>l al-T}a>lib fi> Kita>bat al-Abh}a>th wa al-Rasa>’il al-‘Ilmiyyah, (Iskandariya: Maktabat al-Shu‘a>‘ lit}t}iba>‘ah wa al-Nashr, 1996), 129-130.


(21)

15

Mazhab ini lebih mengutamakan pemahaman terhadap perilaku manusia dari sudut pandang orang-orang yang bersangkutan, sehingga metode dan teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi partisipasi, dan dengan melakukan wawancara yang memakai catatan pertanyaan sebagai pegangan, dan mungkin juga akan menganalisis uraian kualitatif dokumen pribadi.

Teori fenomenologi dalam pengumpulan data melakukan pendekatan kualitatif dalam arti untuk mendapatkan data deskriptif dari jawaban atau keterangan informan secara lisan atau tertulis dan prilakunya dalam kenyataan. Mazhab ini lebih sesuai untuk penelitian yang lokasi penelitiannya terbatas dengan subjek penelitian terbatas pula. Dalam penelitian ini Fenomenologi yang merupakan jenis penelitian kualitatif ini dijadikan sebagai alat untuk mengkaji tentang macam-macam pengeloaan zakat p\ada amil zakat di Ponorogo.

2. Grounded research.

Grounded research atau grounded theory adalah metode penelitian kualitatif yang dicetuskan oleh Glaser dan Strauss sejak tahun 1967.

Grounded berasal dari kata ground yang berarti tanah. Arti grounded adalah yang beralasan (mendasar). Grounded research adalah penelitian yang diawali dari kondisi empirik menuju kondisi yang umum atau sering dikatakan penelitian dengan pendekatan induktif.30 Grounded theory sebagai strategi atau metode umum dalam analisis komparatif diimplementasikan

30

Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian, Pendekatan Praktis dan Aplikatif (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), 38.


(22)

16

untuk bisa dipakai membuat prediksi, eksplanasi, interpretasi dan aplikasi yang relevan.31 Teori ini diimplementasikan dalam penelitian kualitatif ini karena peneliti berpartisipasi dalam perilaku sosial yang diteliti. Maka dari itu, untuk meneliti tentang pengelolaan zakat di Kabupaten Ponorogo ini dipilih grounded researh, dengan mengikuti prosedur yang berlaku serta tahapan-tahapannya , mulai dari observasi awal secara intensif terhadap gejala sosial pada sasaran penelitian, kemudian mencari data pendukung (sekunder). Prosedur ini dilakukan di sejumlah lembaga amil zakat yang ada di Ponorogo. Selanjutnya merumuskan masalah, mengidentifikasikannya dan menajamkan tujuan dst. Diikuti observasi lanjutan dan revisi tehadap tahap-tahap pertama dan kedua.Tahapan berikutnya membaca gejala sosial yang diteliti dengan tepat agar mampu menyusun kategori dan rumusan masalah yang akurat, hipotesis yang tajam dan argumentasi yang kuat. Hal itu dilakukan, dengan cara lansung ke lapangan mengumpulkan data-data empirik yang diperlukan dalam penelitian, dengan pendekatan utama yang dilakukannya adalah pendekatan induktif.

G. Penelitian Terdahulu.

Kajian tentang zakat selama ini sudah banyak dilakukan oleh para sarjana dan ulama fiqh dalam karya mereka dalam ilmu fiqh melalui berbagai pendekatan.

31

Barney G. Glaser & Anselm L. Strauss, The Discovery of Grounded Theory Strategies for Qualitative Research (London UK: Aldine Transaction, 2006), 1.


(23)

17

1. Yu>suf al-Qarad}a>wiy dalam bukunya Fiqh al-Zaka>h, Dira>sah Muqa>ranah

li’ah}ka>miha> wa falsafatiha> fi> D}aw’ al-Qr’a>n wa al-Sunnah setebal 1228 halaman itu merupakan studi komparatif hukum zakat dan filsafat hukum-nya dengan acuan al-Qur’an dan Sunnah. Beliau mengupas. dengan rinci dan luas hukum zakat dengan pendekatan komparatif, filosofis sosiologis, dan normatif berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Khusus berkenaan dengan pengelolaan zakat, ia jelaskan bab amil zakat. Ia menekankan pentingnya eksistensi amil sebagai instrument manajemen zakat, syarat-syarat amil zakat secara umum. Dalam hal pelaksanaan zakat ia menekankan pada hubungan zakat dengan negara dan tanggung jawab negara untuk mengelola zakat. Ia tidak merinci aplikasi pengelolaan zakat secara khusus untuk suatu tempat, wilayah atau negara.32

2. A>ya>t Allah al-‘Uz}ma> H{usain ‘Aliy al-Muntaz{iriy, dalam karyanya Kita>b

al-Zaka>h, yang ditulisnya dalam dua jilid masing-masing setebal 368 halaman dan 440 halaman, menguraikan hukum-hukum fiqh zakat secara

kemprehensif, namun belum banyak menyentuh isu-isu kontemporer

berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek zakat.33

3. Syechul Hadi Permono dalam karyanya Pendayagunaan Zakat Disamping Pajak dalam Rangka Pembangunan Nasional, dengan pendekatan normatif, sosiologis dan historis, memfokuskan pada kajian tentang pendayagunaan

32 Yu>suf al-Qarad{a>wy, Fiqh Zakah... , 1205 1225.

33 A>ya>t Allah al-‘Uz}ma> H{usayn ‘Aliy al-Muntaz{iriy, Kita>b al-Zaka>h, (Beyrut: Da>r


(24)

18

zakat di samping pajak dalam rangka pembangunan nasional dalam arti luas menurut fiqh, dan bahwa pengelolaan zakat bagian dari tugas bernegara.34 4. Abdullah ibn Mans}u>r al-Ghafi>liy dalam disertasinya di Universitas

Muhammad ibn Sa‘u>d al-Isla>miyyah yang kemudian diterbitkan dalam

bukunya setebal 623 halaman, Nawa>zil al-Zaka>h Dira>sah Fiqhiyyah

Ta’s}i>liyyah Limustajidda>t al-Zaka>h, memaparkan fiqih zakat kontemporer

yang meliputi masalah-masalah modern tentang konsep harta yang wajib

dizakati, reinterpetasi as}na>f thama>niyyah penerima zakat, investasi harta

zakat sampai kepada reaktualisasi zakat fitrah.35

5. Fu’a>d Abdullah al-‘Umar, dalam bukunya Ida>rat Mu’assasat Zaka>h fi>

al-Mujtama‘a>t al-Mu‘a>s}irah, Dira>sah Tah}li>liyyah Muqa>rinah Ma‘a Bayt al-Zaka>h fi> Dawlat al-Kuwayt, menjelaskan prinsip-prinsip dasar dan pokok pikiran tentang urgensi pendirian lembaga atau komite zakat nasional.

Dalam studinya ia menggunakan pendekatan histori, yang dimulai dari

permulaan pengalaman umat Islam dalam mendirikan lembaga-lembaga

zakat di masa lalu hingga pengalaman mereka di bidang tersebut di masa

kini.36

6. Muhammad Hadi dalam disertasinya yang berjudul Zakat Profesi dan

Implementasinya Bagi Pegawai Negeri Sipil di Tulungagung Jawa Timur,

34

Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992), 84.

35Abdullah ibn Mans}u>r al-Ghafi>liy, Nawa>zil al-Zaka>h Dira>sah Fiqhiyyah Ta’s}i>liyyah

Limustajidda>t al-Zaka>h (Riyad}: Da>r al-Mayma>n linnashr wa al-tauzi>’, 1429 H / 2008), 615 – 623.

36Fu’ad Abdullah al

-‘Umar, Ida>rat Mu’assasat al-Zaka>h fi> al-Mujtama’a>t al-Mu’a>s}irah, Dira>sah Tah}li>liyyah Muqa>rinah Ma’a Bayt al-Zaka>h fi> Dawlah al-Kuwayt (Kuwait: Z}a>t al-Sala>sil, 1996), 6.


(25)

19

menemukan adanya rekonseptualisasi implementasi zakat dan pola-pola

tindakan pegawai dalam pembayaran zakat di Badan Amil Zakat

Tulungagung, atas dasar pemahaman tentang kewajiban zakat, terbitnya

SK Bupati dan interpretasi ulama yang merupakan faktor penentu dalam

mengimplementasikan zakat profesi.37

7. Fakhruddin dalam disertasinya Zakat Produktif di Kota Malang, Studi

Tentang Respons Mustahik Kota Malang Terhadap Zakat Kredit

Perspektif Behaviorisme, meneliti tentang respons mustahik zakat di kota

Malang terhadap zakat produktif yang berupa modal bergulir, dan

menemukan beberapa varian respons mereka tehadap zakat zakat produktif

berupa kredit bergulir tersebut.38

8. Saifuddin Zuhri dalam tesisnya yang berjudul Konsep al-Qur’an Tentang Kesejahteraan Masyarakat Melalui Zakat Infak Dan Shodaqoh dan Implementasinya pada BAZIS dan Konsepsi Baytul Mal Mu’amanah Di Desa Salam Kanci Kec. Bandongan Kab. Magelang. menekankan kajiannya pada penerapan konsep al-Qur’an tentang kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan dana zakat di masyarakat desa.39

37 Muhammad Hadi, “Zakat Profesi dan Implementasinya bagi Pegawai Negeri Sipil di

Tulungagung Jawa Timur‛ (Disertasi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009, viii.

38Fakhruddin, “Zakat Produktif di Kota Malang, Studi tentang Respons Mustahik kota Malang terhadap zakat produktif perspektif behaviorisme” (Disertasi IAIN Surabaya, 2012), v.

39

Saifudin Zuhri, “Konsep al-Qur’an Tentang Kesejahteraan Masyarakat Melalui Zakat Infak Dan Shodaqoh Dan Implementasinya Pada BAZIS Dan Konsepsi Baytul Mal Mu’amanah Di Desa Salam Kanci Kec. Bandongan Kab. Magelang”(Tesis Filsafat Islam IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,1994).


(26)

20

9. Moh. Toriquddin dalam disertasnya yang berjudul Pengelolaan Zakat

Produktif di EL-ZAWA Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Perspektif Maqa>sid al-Shari>‘ah Ibnu ‘Ashu>r.40Dalam

penelitiannya ini ia menyimpulkan di antaranya bahwa pengelolaan dana

zakat di el-Zawa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan cara

diproduktifkan sesuai dengan maqa>s}id al-shari>‘ah Ibnu ‘A>shu>r, dan bahwa

alasan pendistribusian secara produktif sesuai dengan maqa>s{id al-shari>‘ah

Ibnu ‘A>shu>r walaupun masih ada mustahik nakal dan tokoh masyarakat

yang tidak amanah.

10.Abdurrahman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mah}d}ah dan Sosial. Dalam kajiannya ini ia menekankan posisi amil sebagai mediator antara muzaki

dan mustahik, BAZIZ mumudahkan muzaki, dan pemerintah harus

bertanggung jawab menegakkan keadilan di segala bidang termasuk sosial.41

11.Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, dengan

pendekatan normatif dan religius zakat dalam perspektif ekonomi modern,

menemukan bahwa pengelolaan zakat di masyarakat masih rendah dan prioritas penyalurannya masih terbatas pada fakir miskin.42

Penelitian-penelitian di atas bila diklasifikasikan menurut cakupan bahasannya maka dapat dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama empat

40

Moh. Toriquddin, Ringkasan Disertasi Pengelolaan Zakat Produktif di EL-ZAWA Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014, v-vi. 41 Abdurrahman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mah}d}ah dan Sosial ,(Jakarta: Raja Grafindo, 1990).

42


(27)

21

kajian yang masing-masing cakupannya sangat luas dan komprehensif, meskipun dengan spesifikasi dari tiap peneliti. Penelitian Yu>suf al-Qarad}awiy

dengan Fiqh al-Zaka>h-nya merupakan merupakan studi komparatif hukum

zakat dengan pendekatan filosofis al-Qur’an dan Sunnah. A>ya>t Allah al-‘Uz}ma>

H{usayn ‘Aliy al-Muntaz{iriy, dalam karyanya Kita>b al-Zaka>h, menekankan

aspek fiqh klasik secara umum dan belum banyak membahas hal-hal yang

bersifat kekinian. Abdullah ibn Mans}u>r al-Ghafi>liy dengan Nawa>zil al-Zaka>h

Dira>sah Fiqhiyyah Ta’si>liyyah Limustajidda>t al-Zaka>h, menekankan kajiannya

kepada hal-hal yang kontemporer terkait semua hukum zakat. Fu’a>d Abdullah

al-‘Umar, dalam bukunya Ida>rat Mu’assasat al-Zaka>h fi> al-Mujtama‘a>t al

-Mu‘a>s}irah, Dira>sah Tah}li>liyyah Muqa>rinah Ma‘a Bayt al-Zaka>h fi> Dawlat al-Kuwayt, menekankan kajiannya pada manajemen lembaga zakat di beberapa negara Islam yang dikomparasikan dengan manajemen zakat di rumah zakat

Kuwait. Kelompok kedua dua kajian umum tentang zakat secara normatif

dalam konteks ekonomi makro Indonesia. Syechul Hadi Permono dengan

Pendayagunaan Zakat disamping Pajak Dalam Rangka Pembangunan Nasional, dalam kajiannya telah mengaitkan pendayagunaan zakat dengan pajak yang merupakan pilar pembangunan ekonomi nasional Indonesia. Didin Hafidhuddin, dengan Zakat Dalam Perekonomian Modern nya, menyoroti pengelolan zakat secara nasional yang belum optimal dan keterbatasan pendayagunaan penyalurannya pada fakir miskin. Sedangkan kelompok ketiga lima kajian yang cakupannya lokal kedaerahan.terkait dengan BAZ di


(28)

22

Indonesia. Muhammad Hadi meneliti pelaksanaan zakat profesi di kalangan pegawai negeri sipil di BAZNAS Daerah Tulungagung atas dasar pemahaman mereka terhadap kewajiban zakat. Saifuddin Zuhri meneliti implementasi konsepsi al-Qur’an tentang kesejahteraan masyarakat pada LAZIS dan BMT Mu’ammanah di Kabupaten Magelang. Fakhruddin dalam disertasinya tentang zakat produktif, meneliti respons mustahik kota Malang -dalam perspektif

behaviorisme- terhadap zakat produktif berupa modal bergulir bagi mustahik

zakat di kota Malang. Abdurrahman Qadir dalam karyanya Zakat dalam

Dimensi Mah}d}ah dan Sosial, menekankan posisi BAZIS sebagai mediator antara muzaki dan mustahik, di manaBAZIS mumudahkan muzaki, sedangkan pemerintah harus bertanggung jawab menegakkan keadialan di segala bidang termasuk sosial. Moh. Toriquddin dalam disertasinya meneliti pengelolaan zakat produktif di El-ZAWA UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan kesesuaiannya dengan maqa>s}id al-shari>‘ah Ibnu ‘A>shu>r.

Penelitian terdahulu tersebut dapat dipetakan sebagai berikut:

Kelompok Cakupan Peneliti dan karyanya

Pertama Umum

komprehensif , dengan pendekatan al-Qur’an

dan Sunnah sebagai dasar

1. Yusuf al-Qarad{awiy: Fiqh al-Zaka<<h.

2. A>ya>t Allah al-‘Uz}ma> H{usain ‘Aliy al -Muntaz{iriy: Kita>b al-Zaka>h.

3. Abdullah ibn Mans}u>r al-Ghafi>liy:


(29)

23

filosofi. Ta’s}i>liyyah Limustajidda>t al-Zaka>h.

4. Fu’a>d Abdullah al-‘Umar: Ida>rat

Mu’assasat al-Zaka>h fi> al-Mujtama‘a>t

al-Mu‘a>s}irah, Dira>sah Tah}li>liyyah Muqa>rinah Ma‘a Bayt al-Zaka>h fi> Dawlat al-Kuwayt.

Kedua Umum

normatif

da-lam konteks

ekonomi

Indonesia.

1. Syechul Hadi Permono: Pendayaguna-an Zakat Disamping Pajak dalam Rangka Pembangunan Nasional,

2. Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam

Perekonomian Modern,

Ketiga Zakat

aplikatif

lokal

kedaerahan

terkait BAZ

dan LAZ.

1. Muhammad Hadi: Zakat Profesi dan

Implementasinya Bagi Pegawai Negeri Sipil di Tulungagung Jawa Timur.

2. Fakhruddin: Zakat Produktif di Kota

Malang, Studi Tentang Respons

Mustahik Kota Malang Terhadap Zakat Kredit Perspektif Behaviorisme.

3. Saifuddin Zuhri dalam tesisnya yang

berjudul Konsep al-Qur’an Tentang Kesejahteraan Masyarakat Melalui


(30)

24

Zakat Infak Dan Shodaqoh dan Implementasinya pada BAZIS dan

Konsepsi Baytul Mal Mu’amanah Di

Desa Salam Kanci Kec. Bandongan Kab. Magelang.

4. Moh. Toriquddin: Pengelolaan Zakat

Produktif di EL-ZAWA Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Perspektif Maqa>sid al-Shari>‘ah Ibnu ‘Ashu>r.

5. Abdurrahman Qadir: Zakat dalam

Dimensi Mah}d}ah dan Sosial.

Perlu ditambahkan bahwa penelitian yang secara khusus membahas tentang kegiatan zakat pada segmen daerah Kabupaten Ponorogo, yang ada selama ini berbentuk skripsi untuk program studi sarjana strata satu, di salah satu atau dua lembaga amil zakat yang aktif dan produktif, seperti Lembaga Amil Zakat Umat Sejahtera dan Lembaga Amil Zakat Baytul Maal Hidayatullah, seperti skripsi Syamsuri (2007) menekankan penelitiannya pada peranan dalam manajemen zakat yang dilaksanakan LAZ-Umat Sejahtera; dan Miptahudin (2012) di lembaga yang sama yang menekankan penelitiannya, pada pendistribusian harta zakat dan manfaatnya bagi penerima.


(31)

25

Berbeda dari penelitian-penelitian di atas, maka penelitian ini secara spesifik

membahas fenomena ragam model pengelolaan zakat oleh amil zakat di masyarakat Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini diharapkan mampu mendiskripsikan tipologi pengelolaan zakat oleh para amil zakat di kabupaten Ponorogo, kelebihan dan kekurangan masing-masing tipe, kemudian menemukan formula tipe atau model pengelolaan zakat yang paling efektif dan efisien yang lebih sesuai untuk dikembangkan dan diimplementasikan khususnya di Ponorogo atau di tempat lain.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini jenis penelitian kualitatif, dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis, grounded researh. Dua pendekatan ini diambil karena dirasa lebih tepat untuk meneliti fenomena pengelolaan zakat sebagai perilaku sosial keagamaan. Menurut Robert Bogdan dan Steven J. Tylor, metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati,43 juga merupakan studi tentang fenomena kehidupan masyarakat.44 Sebelum melakukan penelitian dengan fokus kajian sebagaimana telah ditentukan di atas, peneliti telah mengobservasi pengelolaan zakat. Peneliti sudah terlibat dalam kepengurusan Lembaga Amil Zakat Umat Sejahtera

43

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan ( Bandung : Remaja Rosdakarya,2004) , 3.

44

Robert Bogdan & Steven J. Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods (New York: Wiley Interscience Publication, 1998), 3.


(32)

26

Ponorogo, duduk sebagai anggota dewan Syari’ah, sehingga peneliti sedikitnya telah memiliki sejumlah sumber informasi yan dapat dijadikan password atau referensi awal untuk memasuki proses pengumpulan data tentang masalah yang dikaji. Mereka di antaranya direktur Lembaga Amil Zakat Umat Sejahtera Ponorogo dan pengurus lainnya, yang dapat dihubungi dan diwawancarai. Meskipun demikian, sebagaimana lazimnya penelitian kualitatif, posisi peneliti adalah sebagai orang yang sedang belajar mengenai masalah pengelolaan zakat, dan belum semua data di lokasi penelitian telah dikuasai dan diketahui. Maka peneliti terus berusaha menggali permasalahan dari pihak terkait.

2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data penelitian kualitatif secara umum, ialah tindakan dan perkataan manusia dalam suatu latar belakang yang bersifat alamiah. Diantara sumber datanya adalah : bahan pustaka, seperti :buku-buku, dokumen, arsip, koran, majalah, jurnal ilmiah, laporan tahunan. Foto dan video yang menggambarkan suasana alamiah juga bisa menjadi sumber data.45 Sumber data dalam penelitian kualitatif ini ada dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber Primer: adalah sumber pokok yang berasal dokumen, catatan, arsip, laporan, yang diperoleh dari observasi dan wawancara46. Data primer ini dapat diperoleh dari observasi dan wawancara dengan pengurus lembaga atau

45

U.Maman Kh., et.al., Metodologi Penelitian Agama, Teori Dan Praktek (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada,2007), 80.

46

Adam al-Zien Muhammad, Dalil ila> Manhajiyat Bahth wa Kita>bat Risa>lah al-Ja>mi’iyyah (Al-Khortum: Da>r Ja>mi’at Umm Durman al-Isla>miyah, 2001), 48.


(33)

27

badan amil zakat, panitia atau tim pengelola zakat, para kiyai, tokoh masyarakat, dan perorangan yang berkecimpung dalam pengelolaan zakat di masyarakat Kabupaten Ponorogo; juga kitab-kitab tafsir al-Qur’an atau tafsir ayat al-ahkam yang membahas zakat dan amil zakat, kitab hadis dan syarhnya khususnya al- Kutub al-Sittah, dan kitab-kitab Fiqh terutama yang membahas zakat.

b. Sumber Sekunder: adalah sumber data yang berasal dari beberapa buku terkait amil zakat atau lembaga, berupa jurnal atau laporan dari lembaga-lembaga zakat di luar negeri dan dalam negeri, brosur, majalah dan lain segagainya.

Penelitian ini secara keseluruhan dilakukan dalam kurun waktu antara tahun 2012 - 2015. Meskipun demikian peneliti tidak setiap saat secara rigid

mendatakan, tetapi secara berkala. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka tehnik atau metode pengumpulan data yang dipakai adalah observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai berikut :

1) Observasi

Observasi adalah pengamatan yang khusus dan pencatatan yang

sistematis ditujukan pada satu atau beberapa fase masalah dalam rangka

penelitian dengan maksud untuk mendapatkan data yang diperlukan

untuk pemecahan persoalan yang dihadapi.


(34)

28

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dan dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan, atau merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh penulis kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab.47

Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara bebas.48 Teknis wawancara ini, pewawancara sudah menyusun inti pokok pertanyaan yang akan diajukan kepada para informan dari pengurus lembaga atau badan amil zakat dan individu, dan mereka bebas mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya informasi lebih padat dan lengkap, sekalipun peneliti harus bekerja keras menganalisisnya, sebab jawaban mereka bisa bervariasi, sehingga diperlukan ketajaman analisisnya. Hasil atau jawaban responden tidak bisa ditafsirkan langsung, tapi perlu analisis dalam bentuk ketegori dimensi-dimensi jawaban yang dibuat oleh peneliti, sesuai variabel penelitian. Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data tentang model-model amil zakat atau pengelola zakat, serta mendalami informasi terkait dengan aktifitas pelaksanaan kewajiban membayar zakat oleh wajib zakat, pengelolaan, intensitas dan prestasinya.

47 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian .....186. 48

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo, 2007), 103.


(35)

29

3). Dokumentasi

Dokumentasi bisa berarti: a. pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dl bidang pengetahuan; b. pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan (spt gambar, foto, guntingan koran, dan bahan referensi lain).49 Maka yang dimaksud dokumentasi di sini adalah metode pengumpulan data melalui benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya yang kesemuanya berkaitan dengan lembaga amil zakat.

3. Analisis Data

Analisis data adalah upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.50

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi, yaitu usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikla-sifikasikan pada langkah berikutnya. Tahap akhir dari analisis data ini ialah

49

Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta :Balai Pustaka, 2005), 272.


(36)

30

mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Kemudian dilanjutkan tahap penafsiran data.51 Dikarenakan penelitian ini kualitatif, dan diawali dengan konsep-konsep dari penafsiran al-Qur’an dan sunnah, maka analisis datanya bisa bersifat analisis secara induksi (dimulai dari data-data yang kongkret, kemudian dihubungkan dengan dalil-dalil umum yang sudah dianggap benar dan analisis secara deduksi (dimulai dari dalil-dalil umum, postulat atau paradigma tertentu, kemudian dihubungkan dengan data-data empiris, sebagai pangkal tolak mengambil kesimpulan, atau menggunakan cara berpikir reflektif John Dewey.52

4. Keabsahan Data

Untuk mengecek keabsahan data, penulis menggunakan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.53 Dengan triangulasi peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu penulis melakukannya dengan jalan:

a. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan kepada sebanyak mungkin pengurus lembaga amil zakat, dan sebagian wajib zakat atau orang yang mempunyai data tentang wajib zakat dan sebagian penerima zakat.

51 Lexy J. Moleong, Metodologi Peneletian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004),

247.

52

Muh. Kasiran, Metodologi Penelitian, Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi penelitian, (Malang : UIN - MALIKI PRESS, 2010), 130.

52


(37)

31

b. Mengeceknya dengan berbagai sumber data.

c. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan dapat dilakukan. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber,yaitu membandingkan dan megecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. .

Metode ini lebih tepat digunakan dalam membahas seluruh hal ihwal amil zakat di Ponorogo dalam dalam melaksanakan semua program kerjanya., sehingga peneliti mampu menghasilkan pemahaman yang komprehensif dan akurat sesuai dengan perkembangan pemikiran aktualisasi zakat dan lembaga amil zakat masakini.

I. Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan dapat dilakukan secara sistematis dan terarah, maka sistematikanya ditempuh sebagai berikut:

Bab kesatu, pendahuluan. Bab ini merupakan bagian awal dari penelitian sebagai permulaan dalam memahami keseluruhan isi pembashasan, memuat beberapa sub bab meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoretik, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, kajian pustaka untuk membahas zakat dan pengelolaannya dalam perspektif konsep dan teori menurut al-Qur’an dan Sunnah, sebagai landasan teori dan kerangka pikir dalam penelitian tentang pengelolaan zakat di masyarakat.


(38)

32

Dalam bab ini diuraikan pengertian zakat dan hikmahnya, dan pengelolaan zakat yang meliputi pengelola zakat, kriteria pengelola, fungsi dan tugas pengelola zakat; dan pelembagaan pengelola zakat.

Bab ketiga setting sosial dan ekonomi kabupaten ponorogo. Bab ini mendeskripsikan Kabupaten Ponorogo dari aspek letak goegrafis, sejarah, seni budaya, kondisi keagamaan, pendidikan dan perekonomiannya. Selain itu juga dideskripsikan secara umum peranan pemerintah dan ulama dalam pengelolaan zakat.

Bab keempat, berisi pengelolaan zakat di Kabupaten Ponorogo. Dalam bab ini diuraikan estimasi peta potensi zakat di Kabupaten Ponorogo, dan paparan data dan temuan penelitian dari kegiatan pengelolaan zakat di masyarakat oleh badan atau lembaga amil zakat, panitia, tim atau unit pengumpul zakat..maupun perorangan.

Bab kelima analisis model pengelolaan zakat. Dalam bab ini dipaparkanan analisis dan pembahasan data temuan tentang pengelolaan zakat yang ditemukan dari lapangan untuk merumuskan teori-teori yang terkandung dalam temuan lapangan. Analisis data dalam bab ini diarahkan kepada klasifikasi model pengelolaan zakat; kelebihan dan kekurangan masing-masing model; dan formulasi model atau tipe yang ideal dalam pengelolaan zakat.

Bab keenam, penutup. Bab penutup ini memuat kesimpulan penelitian, implikasi teoretik, rekomendasi dan kalimat penutup.


(39)

33

BAB II

ZAKAT DAN PENGELOLAANNYA

A.Zakat dan Hikmahnya 1. Pengertian Zakat

Untuk memahami arti zakat, perlu dikemukakan terlebih dahulu arti lugha-

wiy-nya. Kata zakat berasal dari akar kata Arab zaka> yang artinya nama>, yang

berarti tumbuh, sehingga kata al-za>ki> berarti al-na>mi> 1, artinya sesuatu yang tumbuh. Kata zakat atau al-zaka>h secara etimologi menunjuk kepada 5 arti, 1) kebersihan atau kesucian atau al-t}aha>rah, 2) tambah atau al-ziya>dah, tumbuh atau

al-nama>’ atau al-numuw, 3) baik atau al-s}ala>h}, 4) berkah atau al-barakah, dan 5) pujian atau al-madh>.2

Ibn al-Athi>r menjelaskan bahwa kata al-zaka>h mempunyai kesamaan arti

dengan kata al-t}aha>rah, al-nama>’, al-barakah ,dan al-madh}. Kata-kata itu semua dipakai dalam al-Qur’an dan Hadis3.

Dari kata al-zaka>h yang berarti kesucian atau al-

t}aha>rah

, maka kata

zakka

>

berarti

tahhara.

Hal ituitu seperti yang diisyaratkan dalam Surat al-Shams: 9. :

َاكَز ْنَم َحَلْ فَأ ْدَق

1Abu Luis Ma’lu>f, Al-Munjid fi> al-Lughah wa al-A‘la>m (Beirut: Da>r al-Mashriq, 1973), 303. 2Sa’i>d al-Qah{t}a>ny, Al-Zaka>h fi Al-Isla>m Mafhu>m wa Manzilah wa Hikam wa Fawa>’id wa Ah}ka>m wa Shuru>t} wa Masa>’il fi> D}aw’i al-Kita>b wa al-Sunnah (Al-Qasab: Markaz al-Da’wah wa

al-Irsha>d, 2010 M/1431 H), 5.

3 Ibn al-Athi>r, Al-Niha>yah fi> Ghari>b al-H{adi>th wa al-Athar (Qatar: Wiza>rat Awqa>f wa

al-Shu’u>n al-Isla>miyyah, t.th.), 1797. Lihat juga: Ahmad Isma>’i>l Yah}ya>, Al-Zaka>h ‘Iba>dah Ma>liyyah wa Ada>t Iqtisa>diyah (Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, 1986), 17.


(40)

34

Zakka>ha> dalam ayat ini artinya t}ahharaha> atau as}lah}aha>, yang berarti

menyucikannya dan memperbaikinya. Maka arti ayat itu: ”Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya”.4

Arti itu juga terdapat di dalam Surat Al-Nu>r: 21. :

اًدَبَأ ٍدَحَأ ْنِم ْمُكِْم ىَكَز اَم ُُتََْْرَو ْمُكْيَلَع َِا ُلْضَف ََْوَلَو

يِّكَزُ ي ََا نِكَلَو

ْنَم

ُءاَشَي

.

Kalau sekiranya tidak karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.5

Al-zaka>h yang berarti tumbuh atau tambah atau al-ziya>dah, al-nama>’ dan

al-numuw itu seperti dalam kalimat Arab zaka> al-zar’u berati “tanaman itu

tumbuh dan bertambah”.

Al-zaka<h yang berarti kesalehan atau kebaikan atau al-s}ala>h{ adalah seperti makna yang dipakai dalam Surat Al-Kahf: 81. :

ْنَأ ََْدَرَأَف

َز ُِْم اًرْ يَخ اَمُه بَر اَمََُِدْبُ ي

َك

ًةا

َو َ

رقأ

َب

ُْْر

ا

.

Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dan anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya.6

Kata zaka>h dalam ayat ini juga berarti s}ala>h}. Khairan minhu zaka>tan

berarti khairan minhu

s}ala>han

atau ‘amalan s}a>lihan. Zaka>h dalam ayat ini juga

berartibarakah7dan t}aha>rah.

4

Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemah, 2012, 596.

5

Ibid., 353.

6

Ibid., 303.

7Ahmad Mukhta>r ‘Umar, Al-Mu‘jam al-Mawsu>‘iy lialfa>z} al-Qur’a>n wa Qira>’a>tih (Riyad}:


(41)

35

Kata al- zaka>h yang menunjuk arti al-mad}h 8 yang berarti pujian

terkandung dalam Surat al-Najm: 32. :

َزُ ت اف

ْمُكَسُفْ نَأ اْوك

.

Kata fala> tuzakku> anfusakum berarti fala> tamdah}u>ha> wa tansibu>ha> li

al-t}uhri wa al-s}ala>h. Artinya, jangan memuji-muji dirimu; atau jangan

menganggap dirimu suci. Demikian pula dalam Surat al-Nisa>’: 49. :

ْمُهَسُفْ نَأ َنوكَزُ ي َنيِذلا ََِإ َرَ ت َََْأ

..

Kata yuzakku>na anfusahum berarti yamdah}u>n wa yansibu>n anfusahum li

al-s}ala>h, memuji dirinya dan menganggapnya saleh atau baik.

Zakat dalam arti terminologi atau is}t}ila>h}iy shar‘iy didefinisikan dengan bermacam-macam ungkapan. Di antara definisi zakat ialah:

a. Zakat adalah sejumlah harta yang diwajibkan oleh Allah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.9

b. Zakat adalah merupakan sekelompok harta khusus yang wajib dikeluarkan untuk khusus orang yang memilikinya10

8 Abdussala>m Muhammad Ha>ru>n, Mu‘jam Alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m (Kairo:al-Hai’ah al-‘a>mmah lishu’u>n al-Mat}a>bi‘ al-Ami>riyah, Majma‘ al-Lughah al-‘arabiyah, al-Ida>rah al-‘a>mmah li al

-Mu‘jama>t wa ih}ya> al-Tura>th}, 1409H/1989M), 528.

9 Yu>suf al-Qarad}a>wiy, Fiqh al-Zaka>h , 37.

10‘Aliy ibn Muh{ammad ibn ‘AliyAl-Jurja>niy, Mu‘jam al-Ta‘ri<fa>t, Tah}qi>q Muhammad S{iddi>q al-Minsha>wiy (Kairo: Da>r al-Fad{i>lah, t.th. ), 99.


(42)

36

c. Zakat ialah mengeluarkan sebagian tertentu dari harta yang tumbuh, jika telah sampai nisab, untuk segmen-segmen khusus.11

d. Zakat ialah hak yang wajib ditunaikan dalam harta khusus, dengan cara tertentu, hak itu diperhitungkan wajibnya dengan tahun dan nisab.12

e. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.13Definisi zakat yang disebut terakhir ini berbeda dengan definisi sebelumnya. Dalam definisi ini disebutkan wajib zakat atau muzaki yaitu seorang muslim atau badan usaha.

Dari beberapa definisi zakat di atas dapat ditarik benang merah bahwa zakat itu merupakan peribadatan kepada Allah dengan menunaikan kewajiban khusus menurut syariat Islam, berupa harta khusus diperuntukkan kepada kelompok tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula.

2. Dasar Hukum Zakat

Semua definisi zakat di atas juga menunjukkan bahwa zakat itu wajib hukumnya. Dasar hukum zakat atau al-dali<l ‘ala> mashru>‘iyyat al-zaka>h ditetapkan dan ditegaskan dalam banyak ayat al-Qur’an, baik ayat-ayat Makkiyah

maupunayat Madaniyah, sehingga hukum zakat itu bukan hanya wajib tetapi

11Muhammad Rawa>s Qal’ah Ji>,Mu’jam lughat al-Fuqaha> (Beirut: Da>r al-Nafa>’is, 1988), 175. 12Al-Mausu>‘ah al-Fiqhiyyah, mendefinisikan zakat dengan kalimat:

صنلاو لوحلا هبوجو ىف ربتعيو صوصخم هجو ىلع ةصوصخم لاومأ ىف جي قح

13

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Bab I, Pasal 1, Ayat 2.


(1)

241

DAFTAR PUSTAKA

A>ba>diy (al), Al-‘Alla>mah Abi> Abdurrahman Sharaf al-H>aqq al-Shahi>r Muhammad Ashraf Ami>r al-‘Az}i>m. ‘Aun al-Ma’bu>d ‘Ala> Sunan Abi> Da>wu>d. Al-Urdun Oman: Bait al-Afka>r al-Dauliyah. t.th.

..., S}ahi>h Sunan Ibn Ma>jah li al-Ima>m al-Ha>fiz} Abi> ‘Abdilla>h Muh}ammad ibn Zaid al-Qazwi>niy. al-Riya>d}: Maktabah al-Ma’a>rif li Nashr wa al-Tauzi>’, 1997.

Al-Qur’a>n al-Kari>m

Asqala>niy (al), al-Ima>m al-H}a>fiz} Abu> al-Fad}l Ah}mad Ibn ‘aly Ibn Muh}ammad Ibn Muh}ammad Ibn ‘aliy al-Shahi>r biIbn H>ajar. Fath} Ba>ri> bisharh} Sahi>h al-Bakha>riy. Al-Urdun: Bait al-Afka>r al-Dawliyah, 2000.

..., Fath} Ba>ri> Bisharh} S}ah}i>h} Bukha>riy . Urdun: Bait Afka>r al-Dawliyyah, 2006.

Athi>r (al), Ibn . Al-Nihayah fi> Ghari>b Hadi>th wa A>tha>r. Qatar: Wiza>rah al-Auqa>f wa al-Shu’un al-Isla>miyah. 1997.

Auwdah, Ja>sir. Maqa>s{id al-Shari>‘ah Kafalsafah li al-Tashri>‘ al-Isla>miy Ru’yah Manz}umiyyah. Hemdon USA: al-Ma‘had al-‘a>lamiy li al-Fikr al-Isla>miy/The International Institute oaf Islamic Thought, 2012 M / 1432 H.

Dimasqiy (al), al-H}a>fiz} Abu> al-Fida>’ Isma>’i>l ibn ‘Umar Ibn Kathi>r al-Qurashiy. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘az}i>m. Bairut: Da>r Ibn H}azm, 1420 H / 2000 M.

Fa>siy (al), al-‘Alla>mah Muh}addith Marh}u>m Sayid Muh{ammad Abd al-H{ayi al-Katta>niy al-Idri>siy al-H{usniy. Niz{a>m H{uku>mah Nabawiyyah Musamma> Tara>ti>b Nabawiyyah. Bairu>t: Dar al-Arqam ibn Abi> al-al-Arqam, t.th.

..., Niz{a>m al-H{uku<mah al-Nabawiyyah al-Musamma> al-Tara>ti>b al-Ida>riyyah . Bairu>t:Shirkah Da>r al-Arqam ibn Abi> al-Arqam, cet. 2, , Tah{qi>q Dr. Abdulla>h al-Kha>lidiy, t.th.

Glaser, Barney G & Anselm L. Strauss. The Discovery of Grounded Theory Strategies for Qualitative Research. London UK: Aldine Transaction, 2006.

Ha>ru>n, Abdussala>m Muhammad. Mu’jam Alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m . T}ab’ah Munaqqah}ah al-Juz’ al-Awwal min al-Hamzah ila> al-D}a>d . Jumh>riyah


(2)

242

Mis}r al-‘Arabiyah: Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyah al-Ida>rah al-‘A>mmah lilmu’jama>t wa Ih}ya>’i al-Tura>th, 1409 H/1989 M.

Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Moder. Jakarta: Gema Insani Press, 2004.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten Ponorogo Penduduk http://ppsp.nawasis.info, sumber: Ponorogo Dalam Angka 2012. http://pusat.baznas.go.id/laporan-bulanan/?did=19.

http://teguhimanprasetya.wordpress.com/2008/09/25/fenomenologi-1/

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/04/02/mkmz20-potensi-zakat-umat-muslim-indonesia-belum-dimaksimalkan, (Selasa, 2 April2013, 23:27 wib.).

http://www.voaindonesia.com/content/potensipzakat-bisa-capai-rp-300t-per-tahun/1455819.html.

Ian Dey. Qualitative Data Analysis, a User Friendly Guide For Social Scientists . London: Routledge Taylor & Francis Group, 1993.

Jaza>’iriy (al), Abu> Bakr Ja>bir. Minha>j al-Muslim Kita>b ‘Aqa>id wa A>da>b wa Akhla>q wa ‘Iba>da>t wa Mu’a>mala>t. al-Madi>nah al-Munawarah: Maktabah al-‘Ulu>m wa al-H}ikam, 1995.

Jurja>niy (al), ‘Aliy ibn Muhammad ibn ‘Aliy. Kita>b al-Ta’ri>fa>t. Pdf file. t.th. ... ‘Aliy ibn Muhammad al-Sayid al-Shari>f. Mu’jam al-Ta’ri>fa>t, Qa>mu>s

limus}t}alah}a>t wa Ta’ri>fa>t ‘Ilm al-Fiqh wa Lughah wa Falsafah wa al-Mant{iq wa al-Tas}awuf wa al-Nah}w wa al-S}arf wa al-Bala>ghah. Al-Qa>hirah: Da>r al-Fad}i>lah li al-NasHr wa al-Tauzi>’ wa al-Tas}di>r, 2004. Karamiy (al), H>}afiz} Ahmad ‘Ajjaj. al-Ida>rah fi> ‘As}r al-Rasu>l S}alla> Allah ‘alaih

wasallam >Dira>sah Ta>ri>khiyyah li Nuz}um Ida>riyah fi Dawlah al-Isla>miyyah al-U>la>. al-Qa>hirah: Da>r al-Sala<m li al-T}iba>’ah wa al-Nashr, 2007.

Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemah . Jakarta: Sukses Publishing, 2012.

Karl Popper.Mant}iq al-Kashf al-‘Ilmiy.Terj. Ma>her Abd al-Qa>dir Muhammad Aly. Bairut: Da>r al-Nahd}ah al-‘Arabiyah,1986.


(3)

243

Kasiran, Muh. Metodologi Penelitian,Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian. Malang: UIN MALIKI Press, 2010. Kathi>r, Abu al-Fida>’Isma>’i>l Ibn ‘Umar Ibn. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘az}i>m . Bairu>t: Da>r

Ibn H{azm, 2000 H / 1420 M.

Khalla>f, Abdul Wahha>b. Ilm Usu>l al-Fiqh. Kwait: al-Da>r al-Kwaitiyah lit}t}}iba>’ah wa al-Nashr wa al-Tauzi>’, 1968.

Maksum, Ali. Pengantar Filsafat, Dari Masa Klasik Hingga Posmodernisme. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Mans}u>r, Shaykh H}asan, Shaykh ‘Abd al- Wahha>b Khair al-Di>n, Shaykh Mus}t}afa> ‘Ina>niy. Kita>b al-Di>n al-Isla>miy. Gontor: Darussalam Press, 2004.

M. Ikhsan Shiddieqy, “MA Revisi UU Zakat”, Republika, (1 November 2013), 1. Mashhu>r, Ni‘mat Abd al-Lat}i>f. Al-Zaka>h al-Usus al-Shar‘iyyah wa al-Dawr

al-Inma>’iy wa al-Tawzi>‘iy. Beirut: al-Mu’assasah al-Ja>mi‘iyyah Liddira>sah (The International Institute of Islamic Thought) wa Nashr wa al-Tawzi>‘, 1993.

Masyhuri dan M Zainuddin. Metodologi Penelitian, Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: PT Refika Aditama, 2008.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/.../134-penelitian-sosiologi-hukum-islam-Penelitian Sosiologis Hukum Islam, written by Mudjia Rahardjo, Sunday, 28 February, 2010.

Muhadjir, Noeng. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998. Muhammad Hadi. Zakat Profesi dan Implementasinya Bagi Pegawai Negeri Sipil

Di Tulungagung Jawa Timur. Disertasi Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Tahun 2009.

Muhammad, Adam al-Zein. Al-Dali>l ila> Manhajiya>t Bah}th wa Kita>ba>t al-Risa>lah al-Ja>mi’iyah. Al-Khortum: Da>r al-Ja>mi’a>t Um Durman al -Isla>miyah, 2010.

Munir, Ahmad. Harta Dalam Perspektif al-Qur’an Wawasan Etika, Pencarian, Pemilikan dan Pemanfaatan Harta. Ponorogo: Penerbit STAIN Po Press, 2010.


(4)

244

Nasa>iy (al), Abu Abdurrahma>n Ahh}mad ibn Shu’aib ibn ‘aliy. Sunan al-Nasa>iy. Hakam ‘ala> ah}a>di>thih wa a>tha>rih Muhammad Na>sir al-Di>n Alba<niy. al-Riya>d}: Maktabah al-Ma’a>rif li al-Nashr wa al-Tauzi>’, al-T}ab’ah al -u>la>,1988 M / 1408 H.

Nasha>r (al), Aly Sa>mi>, al-Mantiq al-Su>riy Mundh Aristo H}atta>‘usu>rina> al-H}a>d}irah. al-Iskandariyah: Da>r al-Ma’rifah al-Ja>mi’iyah, 2000.

Nasution, Harun dan Azyumardi Azra. Perkembangan Modern dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985.

Nawawiy (al), al-Ima>m al-H}a<fiz} Muh}yi> al-Di>n Abu Zakariya> Yah}ya> Ibn Sharaf Ibn Murry. al-Minha>j fi> sharh} Muslim Ibn al-H}ajjaj Sharh} al-Nawawiy ‘ala> Muslim . al-Urdun: Bait al-Afka>r al-Dauliyah, 2000.

Ni’mat, Abd al-Lati>f Mashhu>r. Al-Zakah , al-Usus al-Shar’iyah wa al-Daur al-Inma>’iy wa al-Tauz’iy. Bairu>t: Al-Mu’assasah al-Ja>mi’iyah li al-Dira>sa>t wa al-Nashr wa al-Tauzi>’, 1993 M / 1413 H.

Ni>sa>bu>riy (al), Abu al-Hasan Muslim ibn al-H}ajja>j. S}ah>i>h} Muslim. Al-Riya>d}: Da>r al-T}ayyibah, 1426.

Permono, Sjechul Hadi. Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992.

Pramono, Muh Fajar. Raden Bathoro Katong Bapak-e Wong Ponorogo. Ponorogo: Lembaga Penelitian Pemberdayaan Birokrasi Dan Masyarakat Ponorogo, Cet. 1. 2006,

Qadir, Abdurrahman. Zakat Dalam Dimensi Mah{d}ah dan Sosial. Jakarta: Raja Grafindo, 1990.

Qah}}t}a>ny (al), Sa’i>d Ibn ‘Aly Ibn Wahf . Al-Zaka>h fi> al-Isla>m, Mafhu>m, wa Manzilah wa H}ikam wa Fawa>’id wa Ah}ka>m wa Shuru>t} wa Masa>’il, fi> D}au’i al-Kita>b wa al-Sunnah. Markaz al-Da’wah wa al-Irsha>d Al-Qasb: 2010 M / 1431H.

Qal’ah Ji, Muhammad Rawas. Mu’jam Lughah al-Fuqaha>’. Bairut: Da<>r al-Nafa>is, 1988.

Qarad}a>wy (al), Yusuf. Fiqh al-Zaka>h Dira>sah Muqa>ranah liah}ka>miha> wafalsafatiha> fi> d}aui Al-Qur’an wa al-Sunnah. Bairut: Muassasah al-Risa>lah, 1991.


(5)

245

..., Mausu>’ah al-Qad}a>ya> al-Fiqhiyah al-Mu’a>s}irah wa al-Iqtisa>d al-Isla>miy, al-T}ab’ah al-Sa>bi’ah. Jumhu>riyah Mis}r al-‘Arabiyah: Maktabah Da>r al -Qur’a>n, 2002 M / 1423 H.

Robet Bogdan & Steven J. Taylor. Introduction to Qualitatif Research Method. New York: Wiley Interscience Publication, 1998.

Sa>lu>s (al), ‘Aliy Ah{mad. Al-Iqtisa>d Isla>miy wa Qad}a>ya> Fiqhiyah al-Mu’a>s}irah. Al-Dauh}ah: Da>r al-Thaqa>fah, 1996.

Saifuddin Zuhri. Konsep al-Qur’an Tentang Kesejahteraan Masyarakat Melalui Zakat Infaq dan Shodaqoh dan Implementsinya Pada BAZIS dan Konsepsi

Baitul Mal Mu’ammanah di Desa Salam Kanci. Kec. Bandongan

Magelang, Tesis Filsafat Islam IAIN/Uin Sunan Kalijaga Jogjakarta Tahun 1994.

Sala>mah, Yu>suf Sali>m. al-Fi>>nu>mi>nulu>jiya al-Mantiq ‘inda Edmund Husserl. Beirut: Da>r al-Tanwi>r li al-T}iba>‘ah wa al-Nashr, 2007.

Sarakhsiy (al), Al-Ima>m al-Za>hid Shams al-Di>n. Kita>b al-Mabsu>t}.t.t, t.p, 2010. Shari>f (al), Abdullah Muhammad. Mana>hij al-Bah}th al-‘Ilmiy Dali>l al-T}a>lib fi>

Kita>bat al-Abh}a>th wa al-Rasa>’il al-‘Ilmiyyah. Iskandariya: Maktabat al-Shu‘a>‘ lit}t}iba‘ah wa al-Nashr, 1996.

Shauka>ny (al), Muhammad ibn ‘Aly. Nail Aut}a>r Asra>r Muntaqa Akhba>r. al-Riya>d{: Da>r al-Ba>z al-Jauzy, 1428 H.

Sirriy, H}asan. al-Iqtisa>d a-Isla>miy Maba>di’ wa Ahda>f wa Khasa>’is}. al-T}ab’ah al -u>la>>. Makkah:t.p., 1991.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algesindo, 2007.

Sugianto, Alip. Eksotika Parawisata Ponorogo. Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru, 2015.

Sumarto. Menelusuri Perjalanan Reyog Ponorogo. Ponorogo: CV Kotareog Media, 2014.

Team PPS IAIN Surabaya. Hermeneutika dan Fenomenologi dari nTeori ke Praktek. Surabaya, 2007.


(6)

246

Tirmidhiy (al), al-H}a>fiz} Abu> ‘I>sa> Muhammad ibn ‘I>sa>. Al-Ja>mi’ al-Kabi>r, al-Mujallad al-Tha>ni>, Abwa>b al-Zaka>h. Bairut: Da>r al-Gharb al-Isla>miy, 1996.

U.Maman Kh, et.al., Metodologi Penelitian Agama, Teori dan Praktek. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007.

Umar, Ah}mad Mukhta>r. al-Mu’jam al-Mausu>’iy ljalfa>z} al-Qur’a>n wa Qira>a>tih. al-Riya>d{: Mu’assasah Sut}u>r al-Ma’rifah, 2002 M/1423 H.

www.alukah.net, Ahmad ibn Muhammad al-Khali>l, Amwa>l al-Zaka>hal-Z}a>hirah wa al-Ba>t}inah.

Yah}ya>, Ahmad Isma>’i>l. Al-Zaka>h ‘iba>dah Ma>liyyah wa Ada>t Iqtisha>diyah. Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, 1986.

Zuhri, Saifudin. Konsep al-al-Qur’an Tentang kesejahteraan Masyarakat Melalui Zakat Infaq dan Shodaqoh dan Implementasinya Pada BAZIZ dan Konsepsi Baitul Mal Mu’amanah di Desa Salam Kanci Kec. Bandongan Kab, Magelang. Tesis Filsafat Islam IAIN/UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, 1994.

Zuhriy (al), Muhammad ibn Sa’ad ibn Mani>’. Kita>b al-T}abaqa>t al-Kabi>r . Tah}qi>q ‘Aliy Muhammad ‘Umar. Kairo: Maktabat al-Kha>njiy, 2001.