Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepedulian Guru-Guru PAK terhadap Keadilan dan Kesetaraan Jender di Aras SMU dan SMK di Salatiga T1 712008045 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Alkitab mengutarakan bahwa Tuhan menciptakan manusia seturut dengan gambar dan
rupa Allah (Kejadian 1: 26-27). Berdasarkan pernyataan ini juga diketahui bahwa hak dan
kewajiban manusia haruslah sama. Manusia dengan akalnya dapat berfikir secara kritis, tentu
dikarenakan adanya tahap pembelajaran. Tahap pembelajaran tersebut tentunya tidak terlepas
dari didikan-didikan yang ada. Seperti halnya pendidikan yang akan memperbaharui ataupun
dapat membantu sikap dan tata cara kita di dalam menjalani kehidupan untuk masa kedepannya.
Wawasan pendidikan merupakan salah satu ruang lingkup yang secara potensial dapat
membantu meningkatkan wawasan dan keyakinan pada diri kita sebagai pendidik dan naradidik.
Hasil pendidikan merupakan konsep-konsep ilmiah tentang aspek-aspek dan dimensi-dimensi
pendidikan sebagai salah satu gejala dalam kehidupan manusia. Pada hakikatnya, yang disebut
dengan pendidikan adalah pengaruh bimbingan, arahan dari orang dewasa kepada anak yang
belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang .
Kepribadian yang dimaksud adalah semua aspek yang meliputi cipta, rasa dan karsa. 1
Dalam pelaksanaannya pendidik harus mempunyai kepercayaan diri bahwa ia mampu
memberikan arahan pada anak didiknya. Sebaliknya anak yang perlahan-lahan mulai matang
juga mempunyai kepercayaan bahwa pendidik yang memberinya arahan mampu membuat
dirinya menjadi manusia dewasa yang berkepribadian lebih baik.


1

Aqib Zainal, Elham Rohmanto,Membangun Profesionalisme Guru Dan Pengawas Sekolah,
(Bandung:Yrama Widya,2007): 13
1

Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.2 Seiring dengan itu, standart di dalam UUD
1945 dinyatakan bahwa “Pendidikan Nasional menjamin pemerataan pendidikan yang bermutu,
relevan, efisien sesuai tuntutan lokal, nasional”. 3
Secara filosofi pemerataan pendidikan menciptakan kesempatan pendidikan yang
bermutu tanpa dibedakan menurut kelas, status sosial, lokasi, perbedaan Jender. Namun
realitanya di sekolah-sekolah ternyata masih terjadi ketidakpekaan terhadap kesetaraan dan
keadilan jender, akibatnya kurang mengembangkan kapasitas kemanusiaan secara penuh.4 Pesan
yang akan disampaikan kepada komunikan berupa buku teks, catatan lisan, cerita, sikap
perlakuan kepada naradidik oleh pendidik dan lain sebagainya. Pesan itu telah dikemas
sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna, dan diaplikasikan
para siswa.5
Dalam usia atau masa-masa ini, tahun berpindahnya usia dari masa kanak-kanak ke tahap

dewasa, dimana mereka ada di dalam tahap kondisi kritis sedang mencari identitas diri baik itu
dalam segi kepribadian, seksual, pergaulan, maupun karier mereka. Dalam perkembangan masa
kini pengajaran guru tersebut harus dapat

menumbuhkan disiplin diri menjadi disiplin ilmu,

karena setiap muridnya ternyata memiliki signifikansi maupun kebutuhan yang sangat khas.
Mereka membutuhkan dan menghadapi masa depan, dengan demikian sebagai guru kita tidak
boleh melaksanakan pendidikan tanpa mempertimbangkan sikap dan kesadaran yang relevan
bagi murid-murid tersebut.
2

Ibid:20
Dikutip dari Dien Sumiyatiningsih,Ringkasan Disertasi,(Semarang:UNNES2010):1
4
Yamin Martinis, Profesionalisasi Guru Dan Implementasi KTSP,(Jakarta:Gaung Persada Press2007):9
5
Ibid Aqib Zainal, Elham Rohmanto:20

3


2

Layaknya bagaimana Tuhan Yesus dapat mengajar para muridNya bahkan Dia dapat
memberikan pengajaran bagi semua orang tanpa pilih kasih, yang pengertian terhadap dinamika
di kalangan sosial masyarakat. Alkitab mengungkapkan banyak contoh mengenai perilaku
pendidik yang menjadi teladan dalam kehidupan kristiani, terutama sikap Tuhan Yesus kepada
laki-laki dan perempuan, Yesus adalah Guru yang agung (Rabi). Yesus mengajar dengan otoritas
dan wibawa, Perjanjian Baru banyak menyebut Tuhan Yesus sebagai guru (Matius 12:38; 22:16,
24, 36) sebagai seorang guru, Tuhan Yesus sangat menguasai peranNya. Relasi antara Yesus
sebagai guru dan para muridNya adalah antara pendidik dan peserta didik yang sangat baik
(Yohanes 13:13). Sebagai seorang guru, Dia tidak membiarkan para muridNya mengatasi
masalahnya sendiri tanpa pertolongan gurunya, terutama saat menghadapi badai besar di Danau
Galilea (Markus 4: 38). 6
Jender dengan bias (berpihak kepada kepentingan tertentu, pada umumnya kepentingan
laki-laki) merupakan konstruksi yang merasuk keberbagai aspek budaya, mulai dari sistem
gagasan, sistem sosial, sistem tingkah laku, sampai benda-benda budaya yang ada. Bias jender
menjadi bagian yang menyatu dengan budaya atau merupakan unsur dari kebudayaan itu
sendiri.7
Jender merupakan bagian dari sistem nilai atau ideologi dalam masyarakat. Karena sudah

menjadi sistem nilai, maka jender akan merasuk dan berpengaruh pada sistem sosial, kemudian
berpengaruh pula pada benda dan tekhnologi yang ada. Berdasarkan kerangka berpikir tersebut,
maka sistem nilai jender akan berpengaruh pada kehidupan sistem sosial di sekolah. Artinya

6
7

Dien Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif Dan Menarik.(Yogyakarta:Andi Offset2006): 46-48
Muthali’in Achmat, Bias Jender dalam Pendidikan.(Surakarta:Muhammadiyah University Press2001): 54
3

prilaku yang tampak dalam kehidupan sosial sekolah akan menampakkan bias jender. Interaksi
guru-guru, guru murid, dan murid-murid baik yang terjadi di dalam maupun di luar kelas.
Sosialisasi berarti proses pembelajaran kebudayaan seseorang dari masa anak-anak
hingga masa tua. Belajar mengenai pola-pola tindakan dalam berinteraksi dengan individu
sekelilingnya, yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang ada dalam kehidupan
sehari-harinya. Sosialisasi selain berlangsung dalam lingkungan keluarga, juga dapat dipelajari
melalui pengalamannya bergaul dengan sesama warga masyarakat dan juga secara formal di
sekolah. Proses sosialisasinya juga berlangsung di sekolah, sekolah melakukan transfer nilai-nilai
dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, termasuk nilai dan norma yang bias jender.

Weiner mengatakan bahwa kelompok feminis sangat berperan dalam mengembangkan
kepentingan kurikulum perspektif jender. Kelompok GIST (Girls into Science and Technology
Project) menyatakan: hal yang paling menghambat adalah bahwa para guru sebagian besar tidak
melihat persoalan minimnya representasi anak perempuan sebagai sebuah persoalan. Atau
mencoba untuk mengkaji ulang nilai-nilai yang menghambat anak perempuan atau nilai-nilai
yang mereka anut sendiri dan sikapnya terhadap anak perempuan. 8
Pendidikan Agama Kristen (PAK) sebagai bagian tujuan pendidikan nasional, harus
mencakup seluruh unsur pertumbuhan dan perkembangan manusia, yaitu aspek fisik, psikologis,
intelektual, sosial, mental-spiritual, serta menyangkut iman kepada Tuhan Allah dalam Yesus
Kristus. Karena itu, guru PAK harus memahami jender dan realita bias jender yang
mempengaruhi prilaku, masa depan, pemulihan jurusan, dan karier remaja SMU dan SMK.
Konteks masyarakat terus mengalami perkembangan, maka tidak semua orang bisa mengajar

8

Gadis Aravia, Feminisme Sebuah Kata Hati.(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara2006): 75
4

PAK dengan sekedar pengetahuan Alkitab yang terbatas. Ia harus mengalami proses persiapan
yang matang serta kompetensi untuk mengajar yang ditandai dengan pengetahuan umum,

teologi, serta mampu menjadi teladan iman, dan menerapkan keadilan dan kesetaraan jender
dalam sikap dan proses belajar mengajar. Dengan begitu peran guru PAK sangatlah penting bagi
para murid-muridnya, ditambah lagi mereka harus menguasi tekhnik-tekhnik mengajar yang
dapat menambah ketertarikan para murid untuk belajar khususnya di bidang Pendidikan Agama
Kristen. 9

1.2. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, penulis ingin melihat bagaimana kepedulian GuruGuru PAK terhadap keadilan dan kesetaraan jender ketika mereka mendidik nara didik. Bias
jender terjadi sebenarnya tidak menjadi masalah asalkan di dalamnya tidak ada yang menjadi
korban.

Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu strategi yang tepat untuk memperkenalkan
nilai-nilai keadilan dan kesetaraan jender adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Jika
dilakukan secara simultan dan berkelanjutan, perubahan pemikiran anak-anak akan terus
berlangsung dari generasi ke generasi, hingga akhirnya pada kurun waktu beberapa tahun
mendatang, mitos dan kultur patrarkhi akan bisa terbebaskan.10 Disamping itu peran dan posisi
kaum perempuan di ranah publik juga makin diakui, sehingga tidak muncul lagi peristiwa
ketidakadilan yang bias jender baik dalam bentuk:


9

http://edukasi.kompasiana.com//2011/12/08/guru-pak-dalam-masyarakat/, pada tanggal 10 Juni 2012,
pukul 15.00 WIB
10
http//sawali.info/2010/08/05/pelatihan-pendidikan-sekolah-berwawasan/, pada tanggal 10 Juni 2012,
pukul 15.45 WIB
5

1. Marginalisasi (peminggiran),
2. Double burden (peran ganda),
3. Kekerasan (violence),
4. Stereo-type (citra baku/pelabelan), dan
5. Subordinasi (penomorduaan) yang menimpa kaum perempuan.

Terlebih di sekolah-sekolah bagaimana murid akan memahaminya dan bagaimana
kesadaran para guru ketika mereka mengajar kepada muridnya, sebab siswa-siswi tersebut yang
akan menjadi generasi penerus untuk kedepannya. Jika dari awal mereka tidak diberi
pemahaman mengenai ini, maka untuk kedepannya juga mereka akan tetap seperti dahulu, bias
jender akan membudaya di dalam diri mereka. Berkaitan dengan realita tersebut maka penulis

akan meneliti bagaimana kepedulian guru-guru PAK terhadap keadilan dan kesetaraan jender
baik dalam kebudayaan pernikahan, pemikiran karier, keterlibatan di bidang publik dari beberapa
SMU dan SMK yang ada di Salatiga.

1.3.Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman guru-guru PAK di SMU dan SMK di Salatiga terhadap
keadilan dan kesetaraan jender.
2. Bagaimana sikap kepedulian guru-guru PAK terhadap keadilan dan kesetaraan jender
di SMU dan SMK.

1.4.Tujuan Penelitian

1. Mengungkapkan pemahaman guru-guru PAK di SMU dan SMK di Salatiga terhadap
keadilan dan kesetaraan jender
6

2. Mengungkapkan kepedulian guru-guru PAK terhadap keadilan dan kesetaraan jender di
SMU dan SMK di Salatiga


1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Metode penelitian kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu pristiwa
interaksi manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif sendiri.

Tipe penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif, dimana tipe ini bermaksud
untuk mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenan dengan masalah dan unit yang diteliti
dan mencari kebenaran ilmu melalui langkah-langkah yang sistematis. Dalam penelitian ini,
penulis akan mendeskripsikan bagaimana realita bias jender di SMU dan SMK dan kepedulian
guru-guru terhadap keadilan dan kesetaraan jender di sekolah

1.6. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data

1. Teknik Wawancara: adalah interview mendalam yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan kepada informan. Untuk melakukan
wawancara maka peneliti harus terlebih dahulu mempersiapkan pedoman wawancara,
namun pada situasi tertentu wawancara dilakukan secara spontan seperti dalam pembicaraan

sehari-hari tetapi tetap terfokus pada masalah penelitian. Sebagai teknik sumber
data/informan kunci yaitu guru-guru PAK sekolah di aras SMU dan SMK di Salatiga, dalam
hal ini akan ditentukan beberapa sekolah yang ada di Salatiga, murid-murid SMU dan SMK.
2. FGD (Focus Group Discusion): yakni peneliti akan mengaplikasikan pertanyaan kepada
kelompok naradidik SMU dan SMK (3 kelompok masing-masing kelompok 7 orang)

7

dengan pertanyaan yang sangat khusus. FGD dilakukan memilih data dari informan kunci.
FGD sebagai diskusi yang dirancangkan dengan baik untuk memperoleh persepsi dalam
bidang perhatiannya pada lingkungan yang permisif dan tidak menekan.11
3. Studi Pustaka: adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan bahan atau data dari
berbagai buku sumber dan dokumen lain yang tersedia untuk menjawab permasalahan
dalam rumusan masalah. Selanjutnya sumber data sekunder yang akan digunakan sebagian
besar diperoleh dari internet, jejaring sosial, majalah, bulletin, dan surat kabar.

1.7.Sistematika Penulisan

Bab I (Pendahuluan), yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan.


Bab II (Pendekatan Teoritis), dalam bab ini akan dikaji lebih dalam mengenai kepedulian
guru-guru PAK terhadap jender dan beberapa teori dari para ahli yang berkaitan tentang
jender dan pendidikan, yaitu peran guru, jender, dan remaja.

Bab III (Pendekatan Lapangan), membahas hasil penelitian sekaligus menganalisa
perasalahan yang ada, serta berusaha menjawab pertanyaan perumusan permasalahan.

Bab IV Refleksi dan kritik Teologis.

Bab V (Penutup), merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang dapat
disampaikan oleh penulis tentang jender dan pendidikan

11

Maleong J. Lexy. Metode Penelitian Kualitatif,( Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offest,1989-2008):226
8

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Kompetensi Pedagogik dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru SMK Negeri se-Kota Salatiga T1 162009041 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepedulian Guru-Guru PAK terhadap Keadilan dan Kesetaraan Jender di Aras SMU dan SMK di Salatiga T1 712008045 BAB II

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepedulian Guru-Guru PAK terhadap Keadilan dan Kesetaraan Jender di Aras SMU dan SMK di Salatiga T1 712008045 BAB IV

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepedulian Guru-Guru PAK terhadap Keadilan dan Kesetaraan Jender di Aras SMU dan SMK di Salatiga T1 712008045 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepedulian Guru-Guru PAK terhadap Keadilan dan Kesetaraan Jender di Aras SMU dan SMK di Salatiga

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sekolah Guru B di Salatiga T1 152008006 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sekolah Guru B di Salatiga T1 152008006 BAB II

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sekolah Guru B di Salatiga T1 152008006 BAB IV

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sekolah Guru B di Salatiga T1 152008006 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga T1 162009034 BAB I

0 0 5