28. Survei Magnetotellurik Daerah Panas Bumi Sipoholon
SURVEI MAGNETOTELLURIK
DAERAH PANAS BUMI SIPOHOLON, KABUPATEN TAPANULI UTARA
PROVINSI SUMATERA UTARA
Muhammad Kholid, Ahmad Zarkasy, Sriwidodo
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Daerah panas bumi Sipoholon adalah salah satu dari 16 lokasi panas bumi yang terdapat
di provinsi Sumatera Utara dan sampai saat ini baru satu daerah panas bumi yang telah
dieksploitasi menjadi tenaga listrik. Secara geologi daerah ini terbentuk oleh Sesar Sumatera yang
melintang mulai dari Sabang di utara sampai Teluk Semangko di selatan. Struktur geologi yang
berkembang di daerah penelitian didominasi oleh sesar-sesar normal dengan arah umum baratlaut
– tenggara, sehingga membentuk zona depresi Tarutung yang mengontrol pemunculan
manifestasi air panas ke permukaan.
. Manifestasi panas bumi terdiri dari 12 lokasi yang muncul kepermukaan secara
berkelompok, diantaranya adalah air panas Ria-Ria dari Tapanuli yang bertipe Khlorida, air panas
Simamora, Saitnihuta dan Sitompul yang bertipe karbonat, serta air panas Hutabarat dan
Panabungan yang bertipe sulfat
Survei magnetotellurik telah dilakukaan didaerah Sipoholon sebanyak 27 titik
pengukuran dengan jarak antar titik 2 km, membentuk 5 lintasan. Hasil surveI magnetotellurik
didaerah ini untuk mengetahui gambaran umum dari lapisan bawah permukaan, hasil survei MT
di daerah ini, sebaran tahanan jenis rendah yang diinterpretasikan sebagai respon dari batuan
ubahan (batuan penudung) tersebar di sekitar mata air panas Siria-ria dengan penyebaran ke arah
timur. Reservoir panas bumi panas bumi diperkirakan berada di bawah batuan penudung berada
pada kedalaman sekitar 800 - 1500 meter.
PENDAHULUAN
Daerah panas bumi Sipoholon secara geologi
terbentuk oleh Sesar Sumatera yang
melintang mulai dari Sabang di utara sampai
Teluk Semangko di selatan. Daerah panas
bumi ini ditandai dengan munculnya
manifestasi mata air panas yang terdapat
sepanjang zona depresi Tarutung.
Metode magnetotellurik merupakan metode
yang saat ini banyak digunakan untuk
menentukan keberadaan reservoir
panas
bumi, dikarenakan metode ini dapat
menjangkau
kedalaman hingga puluhan
kilometer dibawah permukaan.
Survei magnetotellurik telah dilakukan
didaerah panas bumi Sipoholon sebanyak 27
titik ukur pada bulan Desember 2010. Data
yang didapat cukup baik, hanya beberapa data
yang kurang baik karena pengaruh noise
disekitar kota Tarutung.
GEOLOGI
Batuan-batuan vulkanik di daerah
Sipoholon diperkirakan berasal dari 5 buah
pusat titik erupsi yang berbeda, yaitu Dolok
Martimbang, Dolok Palangka Gading,
Gunung Api Tua Toba, Dolok Siborboron dan
Dolok Jorbing. Batuan sedimennya berupa
endapan karbonat sinter, sedangkan endapan
permukaan berupa satuan batuan aluvium.
Batuan vulkanik yang tersingkap termasuk
jenis vulkanik tua berumur Tersier dan
mempunyai penyebaran yang luas, sedang
dari
produk
vulkanik
muda
Toba
mendominasi hampir seluruh daerah panas
bumi Sipoholon. Batuan tua berumur Tersier
yang tersingkap dibagian barat maupun yang
dibagian timur diperkirakan sebagai alas
(basement).
Litologi batuan daerah panas bumi
Sipoholon mulai dari yang tertua sampai
termuda adalah : satuan aliran lava Jorbing
(Tmlj), satuan aliran lava Siborboron (Tmlsb),
satuan piroklastik Toba 1 (Qvt), satuan
piroklastik Toba 2 (Qvt), satuan aliran lava
Palangka Gading (Qvpg), satuan kubah lava
Martimbang (Qvma), sinter karbonat (Qgs)
dan aluvial (Qal).
Struktur geologi daerah ini secara
regional termasuk dalam zona Sesar Sumatera
yang melintang mulai dari Sabang di utara
sampai Teluk Semangko di selatan. Struktur
geologi yang berkembang di daerah penelitian
didominasi oleh sesar-sesar normal dengan
arah umum baratlaut – tenggara, sehingga
membentuk zona depresi Tarutung yang
mengontrol pemunculan manifestasi air panas
ke permukaan.
PEMBAHASAN
Pengukuran MT yang dilakukan di daerah
panas bumi Sipoholon menggunakan alat
Phoenix MTU-5A dengan range frekuensi
antara 320-0,0034 Hz. Pengukuran dilakukan
pada 27 titik ukur yang tersebar membentuk 5
lintasan di antaranya berarah baratdayatimurlaut dan yang lainnya cenderung berarah
baratlaut-tenggara. Pengukuran pada setiap
titik ukur rata-rata dilakukan siang hingga
pagi hari dengan selang waktu antara 12-18
jam
a. Lintasan 1
Model tahanan jenis 2D lintasan 1 yang
berada paling utara berarah baratdayatimurlaut diperlihatkan oleh Gambar 4. Pada
model ini terlihat adanya sebaran tahanan
jenis sedang (50-250 Ohm-m) dipermukaan
dengan ketebalan 200 meter, lapisan ini
diperkirakan merupakan top soil, sedangkan
tahanan jenis tinggi ( > 250 Ohm-m)
disebelah barat daya diperkirakan karena
pengaruh dari daerah vulkanik. Lapisan
dibawahnya adalah tahanan jenis rendah
dengan nilai tahanan jenis < 50 Ohm-m
terdapat pada kedalaman 200-1500 meter.
Tahanan jenis rendah ini diduga merupakan
clay, clay ini diperkirakan merupakan hasil
alterasi hydrothermal dan/atau merupakan
bagian dari batuan sedimen karena kedua
batuan ini memiliki interval nilai tahanan jenis
yang relatif sama sehingga cukup sulit untuk
dibedakan. Lapisan berikutnya merupakan
tahanan jenis sedang 50-250 Ohm-m terlihat
penyebarannya di bawah tahanan jenis rendah,
tahanan jenis sedang ini diinterpretasikan
sebagai respon dari batuan metamorf. Pada
penampang ini diinterpretasikan terdapat
struktur patahan diantara titik MTST-02 dan
MTST-03.
b. Lintasan 2
Penampang tahanan jenis 2D lintasan 2
diperlihatkan oleh Gambar 5, penampang ini
memperlihatkan lapisan tahanan jenis tinggi
dipermukaan mulai titik MTST-08 hingga
MTST-10 hingga kedalaman sampai 800
meter, kemudian tahanan jenis yang nilainya
rendah dibagian baratdaya penyebarannya
dipermukaan dengan ketebalan sekitar 100200 m, yaitu dititik MTST-07 dan MTST-08,
sedangkan tahanan jenis rendah dibagian
timurlaut kearah barat daya penyebarannya
cenderung lebih dalam dibanding pada
lintasan 1. Pada titik MTST-08 terlihat
tahanan jenis rendah ini tidak menerus hal ini
diperkirakan adanya struktur patahan, struktur
ini merupakan kemenerusan dari struktur yang
ada antara titik MTST-02 dan MTST-03 pada
lintasan 1 dan merupakan salah satu struktur
yang membentuk graben Sipoholon. Dibawah
titik MTST-08 kearah timurlaut terdapat
tahanan jenis sedang, tahanan jenis sedang
yang berada di sebelah timurlaut diperkirakan
merupakan daerah prospek yang berada
dibagian utara.
c. Lintasan 3
Hasil pemodelan tahanan jenis 2D lintasan 3
(Gambar 6) memperlihatkan pola sebaran
tahanan jenis rendah terdapat mulai titik
MTST-14 sampai MTST-17, penyebarannya
kearah timurlaut
kemungkinan masih
menerus, tahanan jenis rendah ini terdapat
hingga kedalaman 1500 meter. Tahanan jenis
rendah
diinterpretasikan sebagai batuan
ubahan akibat adanya interaksi antara fluida
panas dengan batuan disekitarnya. Batuan
ubahan ini berfungsi sebagai batuan penudung
pada sistem panas bumi di daerah ini,
sedangkan disekitar titik MTST-13 yaitu
disekitar mata air panas Siria-ria tahanan jenis
rendah terlihat menipis, penipisan ini diduga
karena ada pengaruh dari proses alterasi
karena keberadaan sumber panas dibawah
lapisan tahanan jenis rendah ini.
reservoir. Puncak dari sebaran tahanan jenis
rendah ini dibagian timurlaut yang diprediksi
sebagai batuan penudung berada pada
kedalaman sekitar 2000 meter di bawah
permukaan tanah. Pada penampang ini
diinterpretasikan terdapat struktur yang
terdapat disekitar titik MTST-28, struktur ini
merupakan kelurusan dari struktur yang ada
pada lintasan 4
d. Lintasan 4
Sebaran tahanan jenis pada lintasan 4
diperlihatkan pada Gambar 7. Pada lintasan
ini, tahanan jenis rendah terdapat ditengah
lintasan yaitu di titik MTST-19, MTST-20
dan MTST-21 hingga kedalaman 1000 m,
sedangkan di MTST 22 dimana terdapat mata
air panas Penabungan terlihat tidak menerus,
di titik ini justru tahanan jenisnya meninggi,
kemungkinan karena pengaruh travertin.
Tahanan jenis rendah muncul lagi disebelah
timurlaut dititik MTST-23 hingga kedalaman
2000 m, sedangkan tahanan jenis sedang yang
terdapat dibawah tahanan jenis rendah pada
titik MTST-19 dan MTST-20 diperkirakan
merupakan daerah prospek yang terdapat
dibagian selatan. Pada titik MTST-21
merupakan batas prospek dari reservoir
disebelah utara dengan prospek dari reservoir
disebelah selatan. Disebelah baratdaya
tahanan jenis rendah terlihat tidak menerus
dibawah titik MTST-18, diperkirakan terdapat
struktur patahan di daerah ini.
DISKUSI
e. Lintasan 5
Lintasan 5 yang diperlihatkan pada Gambar 8
merupakan lintasan paling selatan yang
berarah baratdaya-timurlaut. Sebaran tahanan
jenis pada penampang ini memperlihatkan
tahanan jenis rendah terdapat di titik MTST24, MTST-27 dan MTST-28 hingga
kedalaman 4000 m, sedangkan ditengah yaitu
dititik MTST-25 dan MTST-26 tahanan jenis
rendah hanya sampai kedalaman 800 m,
tahanan jenis sedang yang terdapat dibawah
tahanan jenis rendah pada titik MTST-25 dan
MTST-26
kemungkinan adanya batuan
intrusi yang tidak muncul dipermukaan,
sedangkan tahanan jenis sedang yang berada
di bagian timurlaut diperkirakan merupakan
Pembentukan sistem panas bumi di daerah
Sipoholon diperkirakan berkaitan erat dengan
aktivitas tektonik yang menyebabkan
terbentuknya zona depresi Tarutung, menurut
hasil survei terpadu (PMG,2005) terdapat
beberapa bentukan geologi yang bisa menjadi
sumber panas, pertama berupa sisa panas
dapur magma yang berasosiasi dengan
kerucut gunung api muda, kedua bisa berupa
tubuh batuan intrusi muda. Secara geologi ada
beberapa area di daerah ini yang
memungkinkan menjadi sumber panas, yaitu
Gunung Martimbang dan Gunung Palangka
Gading, keduanya berumur Kuarter, produk
batuan berkomposisi andesitik dan masih
memungkinkan menyimpan sisa panas dari
dapur magmanya. Peran kedua gunungapi ini
ditunjang dengan aktivitas struktur (graben)
yang memanjang dengan arah barat laut –
tenggara. Struktur inilah yang mengontrol
pemunculan manifestasi panas bumi yang ada
di daerah penyelidikan, sehingga terbentuk
sumber-sumber air panas yang menyebar dari
bagian utara (Sipoholon) sampai selatan. Hasil
survei terpadu tersebut juga menyimpulkan
bahwa aktivitas panas di bagian barat dataran
ini sudah mulai mendingin, kemungkinan
aktivitas panas sudah bergeser ke wilayah
timur akibat peristiwa geologi yang berupa
gempa akhir-akhir ini.
Berdasarkan hasil survei MT di
daerah ini, sebaran tahanan jenis rendah ( < 50
Ohm-m) yang diinterpretasikan sebagai
respon dari batuan ubahan (batuan penudung)
tersebar di sekitar mata air panas Siria-ria
dengan penyebaran ke arah timur. Reservoir
panas bumi panas bumi diperkirakan berada di
bawah batuan penudung berada pada
kedalaman sekitar 800 - 1500 meter dengan
asumsi ketebalan rata-rata dari reservoir
adalah 1500 meter
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil survei
MT di
daerah panas bumi Sipoholon, dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
a. Batuan penudung yang merupakan batuan
ubahan akibat adanya interaksi antara
fluida panas dengan batuan disekitarnya
ditunjukkan dengan respon tahanan jenis
rendah.
b. Reservoir panas bumi diperkirakan berada
di bawah batuan penudung yang tersebar
di bagian timur daerah penyelidikan.
c. Puncak dari reservoir ini berada pada
kedalaman 800- 1500 meter dibawah
permukaan.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Nikmatul, 1972. Inventarisasi gejala
kenampakan
panas
bumi
Sumatera.Direktorat Vulkanologi
Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of
Indonesia. Vol. I A. General Geology
Of
Indonesia
And
Adjacent
Archipelagoes. Government Printing
Office. The Hague. Netherlands.
Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute
Equilibria Deviation of Na-K-Mg –
Ca Geo- Indicators. Geochemica
Acta 52. pp. 2749-2765.
Hochstein, MP;1982: Introduction to
Geothermal Prospecting, Geothermal
Institute, University of Auckland,
New Zealand.
Lawless,
J.,
1995.
Guidebook:
An
Introduction to Geothermal System.
Short course. Unocal Ltd. Jakarta.
Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry and
Geothermal System. Academic Press
Inc. Orlando.
Pusat Sumber Daya Geologi 2005.
Penyelidikan
terpadu
geologi,
geokimia dan geofisika daerah panas
bumi Sipoholon Siria-ria, Kab.
Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Laporan.
SNI 13-6169-1999. Metode estimasi potensi
energi panas bumi di Indonesia. Badan
Standardisasi Nasional.
Gambar 1. Peta indeks lokasi survei
Gambar 2. Peta Geologi daerah panas bumi Sipoholon (Tim Survei Geologi, Geokimia dan
Geofisika Terpadu , 2005)
Gambar 3. Peta titik ukur magnetotellurik
Baratdaya
Timurlaut
Gambar 4. Model tahanan jenis lintasan 1
Baratdaya
Timurlaut
Batuan Penudung
Reservoir??
Gambar 5. Model tahanan jenis lintasan 2
Baratdaya
Timurlaut
Mata air panas Siria-ria
u
Batuan Penudung
Reservoir??
Gambar 6. Model tahanan jenis lintasan 3
Timurlaut
Baratdaya
Mata air panas Penabungan
u
Gambar 7. Model tahanan jenis 2D lintasan 4
Baratdaya
Gambar 8. Model tahanan jenis 2D lintasan 5
Timurlaut
DAERAH PANAS BUMI SIPOHOLON, KABUPATEN TAPANULI UTARA
PROVINSI SUMATERA UTARA
Muhammad Kholid, Ahmad Zarkasy, Sriwidodo
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Daerah panas bumi Sipoholon adalah salah satu dari 16 lokasi panas bumi yang terdapat
di provinsi Sumatera Utara dan sampai saat ini baru satu daerah panas bumi yang telah
dieksploitasi menjadi tenaga listrik. Secara geologi daerah ini terbentuk oleh Sesar Sumatera yang
melintang mulai dari Sabang di utara sampai Teluk Semangko di selatan. Struktur geologi yang
berkembang di daerah penelitian didominasi oleh sesar-sesar normal dengan arah umum baratlaut
– tenggara, sehingga membentuk zona depresi Tarutung yang mengontrol pemunculan
manifestasi air panas ke permukaan.
. Manifestasi panas bumi terdiri dari 12 lokasi yang muncul kepermukaan secara
berkelompok, diantaranya adalah air panas Ria-Ria dari Tapanuli yang bertipe Khlorida, air panas
Simamora, Saitnihuta dan Sitompul yang bertipe karbonat, serta air panas Hutabarat dan
Panabungan yang bertipe sulfat
Survei magnetotellurik telah dilakukaan didaerah Sipoholon sebanyak 27 titik
pengukuran dengan jarak antar titik 2 km, membentuk 5 lintasan. Hasil surveI magnetotellurik
didaerah ini untuk mengetahui gambaran umum dari lapisan bawah permukaan, hasil survei MT
di daerah ini, sebaran tahanan jenis rendah yang diinterpretasikan sebagai respon dari batuan
ubahan (batuan penudung) tersebar di sekitar mata air panas Siria-ria dengan penyebaran ke arah
timur. Reservoir panas bumi panas bumi diperkirakan berada di bawah batuan penudung berada
pada kedalaman sekitar 800 - 1500 meter.
PENDAHULUAN
Daerah panas bumi Sipoholon secara geologi
terbentuk oleh Sesar Sumatera yang
melintang mulai dari Sabang di utara sampai
Teluk Semangko di selatan. Daerah panas
bumi ini ditandai dengan munculnya
manifestasi mata air panas yang terdapat
sepanjang zona depresi Tarutung.
Metode magnetotellurik merupakan metode
yang saat ini banyak digunakan untuk
menentukan keberadaan reservoir
panas
bumi, dikarenakan metode ini dapat
menjangkau
kedalaman hingga puluhan
kilometer dibawah permukaan.
Survei magnetotellurik telah dilakukan
didaerah panas bumi Sipoholon sebanyak 27
titik ukur pada bulan Desember 2010. Data
yang didapat cukup baik, hanya beberapa data
yang kurang baik karena pengaruh noise
disekitar kota Tarutung.
GEOLOGI
Batuan-batuan vulkanik di daerah
Sipoholon diperkirakan berasal dari 5 buah
pusat titik erupsi yang berbeda, yaitu Dolok
Martimbang, Dolok Palangka Gading,
Gunung Api Tua Toba, Dolok Siborboron dan
Dolok Jorbing. Batuan sedimennya berupa
endapan karbonat sinter, sedangkan endapan
permukaan berupa satuan batuan aluvium.
Batuan vulkanik yang tersingkap termasuk
jenis vulkanik tua berumur Tersier dan
mempunyai penyebaran yang luas, sedang
dari
produk
vulkanik
muda
Toba
mendominasi hampir seluruh daerah panas
bumi Sipoholon. Batuan tua berumur Tersier
yang tersingkap dibagian barat maupun yang
dibagian timur diperkirakan sebagai alas
(basement).
Litologi batuan daerah panas bumi
Sipoholon mulai dari yang tertua sampai
termuda adalah : satuan aliran lava Jorbing
(Tmlj), satuan aliran lava Siborboron (Tmlsb),
satuan piroklastik Toba 1 (Qvt), satuan
piroklastik Toba 2 (Qvt), satuan aliran lava
Palangka Gading (Qvpg), satuan kubah lava
Martimbang (Qvma), sinter karbonat (Qgs)
dan aluvial (Qal).
Struktur geologi daerah ini secara
regional termasuk dalam zona Sesar Sumatera
yang melintang mulai dari Sabang di utara
sampai Teluk Semangko di selatan. Struktur
geologi yang berkembang di daerah penelitian
didominasi oleh sesar-sesar normal dengan
arah umum baratlaut – tenggara, sehingga
membentuk zona depresi Tarutung yang
mengontrol pemunculan manifestasi air panas
ke permukaan.
PEMBAHASAN
Pengukuran MT yang dilakukan di daerah
panas bumi Sipoholon menggunakan alat
Phoenix MTU-5A dengan range frekuensi
antara 320-0,0034 Hz. Pengukuran dilakukan
pada 27 titik ukur yang tersebar membentuk 5
lintasan di antaranya berarah baratdayatimurlaut dan yang lainnya cenderung berarah
baratlaut-tenggara. Pengukuran pada setiap
titik ukur rata-rata dilakukan siang hingga
pagi hari dengan selang waktu antara 12-18
jam
a. Lintasan 1
Model tahanan jenis 2D lintasan 1 yang
berada paling utara berarah baratdayatimurlaut diperlihatkan oleh Gambar 4. Pada
model ini terlihat adanya sebaran tahanan
jenis sedang (50-250 Ohm-m) dipermukaan
dengan ketebalan 200 meter, lapisan ini
diperkirakan merupakan top soil, sedangkan
tahanan jenis tinggi ( > 250 Ohm-m)
disebelah barat daya diperkirakan karena
pengaruh dari daerah vulkanik. Lapisan
dibawahnya adalah tahanan jenis rendah
dengan nilai tahanan jenis < 50 Ohm-m
terdapat pada kedalaman 200-1500 meter.
Tahanan jenis rendah ini diduga merupakan
clay, clay ini diperkirakan merupakan hasil
alterasi hydrothermal dan/atau merupakan
bagian dari batuan sedimen karena kedua
batuan ini memiliki interval nilai tahanan jenis
yang relatif sama sehingga cukup sulit untuk
dibedakan. Lapisan berikutnya merupakan
tahanan jenis sedang 50-250 Ohm-m terlihat
penyebarannya di bawah tahanan jenis rendah,
tahanan jenis sedang ini diinterpretasikan
sebagai respon dari batuan metamorf. Pada
penampang ini diinterpretasikan terdapat
struktur patahan diantara titik MTST-02 dan
MTST-03.
b. Lintasan 2
Penampang tahanan jenis 2D lintasan 2
diperlihatkan oleh Gambar 5, penampang ini
memperlihatkan lapisan tahanan jenis tinggi
dipermukaan mulai titik MTST-08 hingga
MTST-10 hingga kedalaman sampai 800
meter, kemudian tahanan jenis yang nilainya
rendah dibagian baratdaya penyebarannya
dipermukaan dengan ketebalan sekitar 100200 m, yaitu dititik MTST-07 dan MTST-08,
sedangkan tahanan jenis rendah dibagian
timurlaut kearah barat daya penyebarannya
cenderung lebih dalam dibanding pada
lintasan 1. Pada titik MTST-08 terlihat
tahanan jenis rendah ini tidak menerus hal ini
diperkirakan adanya struktur patahan, struktur
ini merupakan kemenerusan dari struktur yang
ada antara titik MTST-02 dan MTST-03 pada
lintasan 1 dan merupakan salah satu struktur
yang membentuk graben Sipoholon. Dibawah
titik MTST-08 kearah timurlaut terdapat
tahanan jenis sedang, tahanan jenis sedang
yang berada di sebelah timurlaut diperkirakan
merupakan daerah prospek yang berada
dibagian utara.
c. Lintasan 3
Hasil pemodelan tahanan jenis 2D lintasan 3
(Gambar 6) memperlihatkan pola sebaran
tahanan jenis rendah terdapat mulai titik
MTST-14 sampai MTST-17, penyebarannya
kearah timurlaut
kemungkinan masih
menerus, tahanan jenis rendah ini terdapat
hingga kedalaman 1500 meter. Tahanan jenis
rendah
diinterpretasikan sebagai batuan
ubahan akibat adanya interaksi antara fluida
panas dengan batuan disekitarnya. Batuan
ubahan ini berfungsi sebagai batuan penudung
pada sistem panas bumi di daerah ini,
sedangkan disekitar titik MTST-13 yaitu
disekitar mata air panas Siria-ria tahanan jenis
rendah terlihat menipis, penipisan ini diduga
karena ada pengaruh dari proses alterasi
karena keberadaan sumber panas dibawah
lapisan tahanan jenis rendah ini.
reservoir. Puncak dari sebaran tahanan jenis
rendah ini dibagian timurlaut yang diprediksi
sebagai batuan penudung berada pada
kedalaman sekitar 2000 meter di bawah
permukaan tanah. Pada penampang ini
diinterpretasikan terdapat struktur yang
terdapat disekitar titik MTST-28, struktur ini
merupakan kelurusan dari struktur yang ada
pada lintasan 4
d. Lintasan 4
Sebaran tahanan jenis pada lintasan 4
diperlihatkan pada Gambar 7. Pada lintasan
ini, tahanan jenis rendah terdapat ditengah
lintasan yaitu di titik MTST-19, MTST-20
dan MTST-21 hingga kedalaman 1000 m,
sedangkan di MTST 22 dimana terdapat mata
air panas Penabungan terlihat tidak menerus,
di titik ini justru tahanan jenisnya meninggi,
kemungkinan karena pengaruh travertin.
Tahanan jenis rendah muncul lagi disebelah
timurlaut dititik MTST-23 hingga kedalaman
2000 m, sedangkan tahanan jenis sedang yang
terdapat dibawah tahanan jenis rendah pada
titik MTST-19 dan MTST-20 diperkirakan
merupakan daerah prospek yang terdapat
dibagian selatan. Pada titik MTST-21
merupakan batas prospek dari reservoir
disebelah utara dengan prospek dari reservoir
disebelah selatan. Disebelah baratdaya
tahanan jenis rendah terlihat tidak menerus
dibawah titik MTST-18, diperkirakan terdapat
struktur patahan di daerah ini.
DISKUSI
e. Lintasan 5
Lintasan 5 yang diperlihatkan pada Gambar 8
merupakan lintasan paling selatan yang
berarah baratdaya-timurlaut. Sebaran tahanan
jenis pada penampang ini memperlihatkan
tahanan jenis rendah terdapat di titik MTST24, MTST-27 dan MTST-28 hingga
kedalaman 4000 m, sedangkan ditengah yaitu
dititik MTST-25 dan MTST-26 tahanan jenis
rendah hanya sampai kedalaman 800 m,
tahanan jenis sedang yang terdapat dibawah
tahanan jenis rendah pada titik MTST-25 dan
MTST-26
kemungkinan adanya batuan
intrusi yang tidak muncul dipermukaan,
sedangkan tahanan jenis sedang yang berada
di bagian timurlaut diperkirakan merupakan
Pembentukan sistem panas bumi di daerah
Sipoholon diperkirakan berkaitan erat dengan
aktivitas tektonik yang menyebabkan
terbentuknya zona depresi Tarutung, menurut
hasil survei terpadu (PMG,2005) terdapat
beberapa bentukan geologi yang bisa menjadi
sumber panas, pertama berupa sisa panas
dapur magma yang berasosiasi dengan
kerucut gunung api muda, kedua bisa berupa
tubuh batuan intrusi muda. Secara geologi ada
beberapa area di daerah ini yang
memungkinkan menjadi sumber panas, yaitu
Gunung Martimbang dan Gunung Palangka
Gading, keduanya berumur Kuarter, produk
batuan berkomposisi andesitik dan masih
memungkinkan menyimpan sisa panas dari
dapur magmanya. Peran kedua gunungapi ini
ditunjang dengan aktivitas struktur (graben)
yang memanjang dengan arah barat laut –
tenggara. Struktur inilah yang mengontrol
pemunculan manifestasi panas bumi yang ada
di daerah penyelidikan, sehingga terbentuk
sumber-sumber air panas yang menyebar dari
bagian utara (Sipoholon) sampai selatan. Hasil
survei terpadu tersebut juga menyimpulkan
bahwa aktivitas panas di bagian barat dataran
ini sudah mulai mendingin, kemungkinan
aktivitas panas sudah bergeser ke wilayah
timur akibat peristiwa geologi yang berupa
gempa akhir-akhir ini.
Berdasarkan hasil survei MT di
daerah ini, sebaran tahanan jenis rendah ( < 50
Ohm-m) yang diinterpretasikan sebagai
respon dari batuan ubahan (batuan penudung)
tersebar di sekitar mata air panas Siria-ria
dengan penyebaran ke arah timur. Reservoir
panas bumi panas bumi diperkirakan berada di
bawah batuan penudung berada pada
kedalaman sekitar 800 - 1500 meter dengan
asumsi ketebalan rata-rata dari reservoir
adalah 1500 meter
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil survei
MT di
daerah panas bumi Sipoholon, dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
a. Batuan penudung yang merupakan batuan
ubahan akibat adanya interaksi antara
fluida panas dengan batuan disekitarnya
ditunjukkan dengan respon tahanan jenis
rendah.
b. Reservoir panas bumi diperkirakan berada
di bawah batuan penudung yang tersebar
di bagian timur daerah penyelidikan.
c. Puncak dari reservoir ini berada pada
kedalaman 800- 1500 meter dibawah
permukaan.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Nikmatul, 1972. Inventarisasi gejala
kenampakan
panas
bumi
Sumatera.Direktorat Vulkanologi
Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of
Indonesia. Vol. I A. General Geology
Of
Indonesia
And
Adjacent
Archipelagoes. Government Printing
Office. The Hague. Netherlands.
Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute
Equilibria Deviation of Na-K-Mg –
Ca Geo- Indicators. Geochemica
Acta 52. pp. 2749-2765.
Hochstein, MP;1982: Introduction to
Geothermal Prospecting, Geothermal
Institute, University of Auckland,
New Zealand.
Lawless,
J.,
1995.
Guidebook:
An
Introduction to Geothermal System.
Short course. Unocal Ltd. Jakarta.
Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry and
Geothermal System. Academic Press
Inc. Orlando.
Pusat Sumber Daya Geologi 2005.
Penyelidikan
terpadu
geologi,
geokimia dan geofisika daerah panas
bumi Sipoholon Siria-ria, Kab.
Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Laporan.
SNI 13-6169-1999. Metode estimasi potensi
energi panas bumi di Indonesia. Badan
Standardisasi Nasional.
Gambar 1. Peta indeks lokasi survei
Gambar 2. Peta Geologi daerah panas bumi Sipoholon (Tim Survei Geologi, Geokimia dan
Geofisika Terpadu , 2005)
Gambar 3. Peta titik ukur magnetotellurik
Baratdaya
Timurlaut
Gambar 4. Model tahanan jenis lintasan 1
Baratdaya
Timurlaut
Batuan Penudung
Reservoir??
Gambar 5. Model tahanan jenis lintasan 2
Baratdaya
Timurlaut
Mata air panas Siria-ria
u
Batuan Penudung
Reservoir??
Gambar 6. Model tahanan jenis lintasan 3
Timurlaut
Baratdaya
Mata air panas Penabungan
u
Gambar 7. Model tahanan jenis 2D lintasan 4
Baratdaya
Gambar 8. Model tahanan jenis 2D lintasan 5
Timurlaut