ADSORPSI NIKEL DAN KOBALT PADA RESIN PENUKAR ION LEWATIT MONOPLUS TP 207 XL DALAM BEBERAPA LARUTAN SULFAT
Penanggung Jawab:
Kapuslit Metalurgi – LIPI
Dewan Redaksi :
Ketua Merangkap Anggota:
Ir. Ronald Nasoetion, MT
Anggota:
Dr. Ir. Rudi Subagja Dr. Ir. F. Firdiyono Dr. Agung Imadudin Dr. Ika Kartika, MT Ir. Yusuf
Ir. Adil Jamali, M.Sc (UPT BPM – LIPI) Prof. Riset. Dr. Ir. Pramusanto (Puslitbang TEKMIRA)
Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi, DEA (UI) Dr. Ir. Sunara, M.Sc (ITB)
Sekretariat Redaksi:
Pius Sebleku, ST Tri Arini, ST
Arif Nurhakim, S.Sos
Penerbit:
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI
Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Gedung 470
Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553
Alamat Sekretariat:
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI
Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Gedung 470
Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553 E-mail Majalah ilmu dan teknologi terbit berkala setiap tahun, satu volume terdiri atas 3 nomor.
VOLUME 26 NOMOR 1, APRIL 2011 ISSN 0126 – 3188
AKREDITASI : SK 187/AU1/P2MBI/08/2009
Pengantar Redaksi ………. iii Metoda FZ pada Pembuatan Kristal Tunggal La
Abstrak ……….. v
2-2xSr1+2xMn2O7
Kendala dan Kemungkinan Pengembangan Proses Caron untuk Bijih Nikel Laterit Kadar Rendah Indonesia
Agung Imaduddin ………. 1
Konsentrasi Pasir Besi Titan dari Pengotornya dengan Cara Magnetik
Arifin Arif dan Edi Herianto……….……..… 7
Deddy Sufiandi ……….………. 5
Pengaruh Penambahan Serat Polyvinyl Alcohol dan Superplastisizer Polycarboxylate Ethers terhadap Sifat Mekanik Material ECC
Percobaan Peningkatan Kadar Mangan Menggunakan Magnetic Separator
Harsisto, dkk………... 21
Masih Terbukanya Peluang Penelitian Proses Caron untuk Mengolah Laterit Kadar Rendah di Indonesia
Immanuel Ginting dan Deddy Sufiandi…27
Adsorpsi Nikel dan Kobalt pada Resin Penukar Ion Lewatit Monoplus TP 207 XL dalam Beberapa Larutan Sulfat
Puguh Prasetiyo dan Ronald Nasoetion.... 35
Frideni G.F……….... 45
(2)
(3)
Pengantar Redaksi | iii
PENGANTAR REDAKSI
Syukur Alhamdulillah Majalah Metalurgi Volume 26 Nomor 1, April 2011 kali ini
menampilkan 6 buah tulisan.
Tulisan pertama hasil penelitian disampaikan oleh Agung Imaduddin berjudul
“
Metoda FZ pada Pembuatan Kristal Tunggal La2-2xSr1+2xMn2O7.”
Selanjutnya Arifin
Arif dan Edi Herianto tentang
”Kendala dan Kemungkinan Pengembangan Proses Caron
untuk
Bijih Nikel Laterit Kadar Rendah Indonesia”
. Harsisto dan Kawan-Kawan juga
menulis tentang
”Pengaruh Penambahan Serat Polyvinyl Alcohol dan Superplastisizer
Polycarboxylate Ethers
Terhadap Sifat Mekanik Material ECC”.
Immanuel Ginting dan Dedy
Sufiandi menulis tentang
”
Percobaan Peningkatan Kadar Mangan Menggunakan Magnetik
Separator”.
Berikutnya Puguh P dan Ronald Nasoetion MT menulis tentang
”Masih Terbuka
Peluang Penelitian Proses Caron untuk Mengolah Laterit Kadar Rendah di Indonesia”
.
Pada bagian berikutnya ada 1 buah makalah terbaik pada Seminar Metalurgi 2009
yaitu
“
Adsorpsi Nikel Dan Kobalt pada Resin Penukar Ion Lewatit Monoplus TP 207 XL dalam
Beberapa Larutan Sulfat“
yang disampaikan oleh Frideni GF dan Kawan-Kawan.
Semoga penerbitan Majalah Metalurgi volume ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia penelitian di Indonesia.
(4)
(5)
Abstrak | v
METALURGI (Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 548
Agung Imaduddin (Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI)
Metoda FZ pada Pembuatan Kristal Tunggal La2-2xSr1+2xMn2O Metalurgi, Volume 26 No.1 April 2011
7
La2-2xSr1+2xMn2O7 (x=0,4) mempunyai CMR (Colossal Magnetoresistance) terbesar dibandingkan bahan Mn oxide lainnya[1]. Untuk menyelidiki sifat CMR ini, kita harus dapat membuat kristal tunggalnya. Untuk itu kami telah membuat kristal tunggal La2-2xSr1+2xMn2O7 (x=0,4) atau disebut LSMO 327. Kristal tunggal kami buat dengan metoda FZ (Floating Zone). Sebelum pembuatan kristal tunggal dengan memakai metoda FZ, kami telah menganalisa hubungan suhu dan konsentrasi x dengan memakai thermo-couple dan analisa EPMA (Electron Probe Microanalysis). Setelah penumbuhan dengan memakai metoda FZ, analisa struktur kristal dan sifat kristalisasinya pada hasil kristal tunggalnya dilakukan dengan memakai XRD dan rocking curve, kemudian kami juga memakai EPMAuntuk mengetahui komposisi unsur yang terbentuk. Dari hasil metoda FZ ini diketahui bahwa permukaan cleave (permukaan kelupas) nya adalah bidang ab, dan memiliki nilai half full value width nya 0,115° , yang menunjukkan kualitas kristal tunggal yang tinggi. Dari EPMA diketahui bahwa nilai x pada La2-2xSr1+2xMn2O7 adalah 0,409. Kata kunci : CMR, Kristal tunggal, LSMO 327, Metoda floating zone
La2-2xSr1+2xMn2O7 (x=0.4) has the most large CMR (Colossal Magnetoresistance) [1]
. In order to research on CMR effect, we have to prepare high quality single crystals. We have grown La2-2xSr1+2xMn2O7 single crystal of x = 0.4 (or LSMO 327). We have grown single crystals with FZ (Floating Zone) method. Before growing single crystals using the FZ method, we have analyzed the relation of temperature and concentration x by using thermo-couple and analysis of EPMA (Electron Probe Microanalysis). After growing using the FZ method, analysis of crystal structure and its crystallization properties were carried out using XRD and Rocking curve, then we were also using EPMA to determine its elemental composition. From the results of the FZ method, we know that the cleaved surface is the ab plane, and has a half full value width of 0.115° , which indicates a high quality single crystal. From the EPMA result, we know that the value of x at the LA2-2xSr1 +2 xMn2O7 is 0.409.
(6)
vi |
Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188METALURGI (Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 546.6
Arifin Arif dan Edi Herianto (Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI)
Kendala dan Kemungkinan Pengembangan Proses Caron untuk Bijih Nikel Laterit Kadar Rendah Indonesia Metalurgi, Volume 26 No.1 April 2011
Bagian terbesar dari bijih nikel laterit Indonesia yang cadangannya lebih dari 1 milyar ton termasuk pada klasifikasi bijih berkadar rendah. Komposisi bijih kadar rendah tersebut sangat bervariasi, dari bijih saprolit yang tinggi kandungan oksida magnesium dan silikatnya serta bijih limonit yang tinggi kandungan oksida besi dan aluminiumnya. Selain itu bijih limonit juga berpotensi mengandung silikat yang cukup tinggi. Oleh karena itu selalu ada kemungkinan dari suatu cebakan bijih, kandungan total magnesium dengan aluminium dan atau silikat dari bijih campuran tersebut masih melampaui dari batas kritis olahan proses HPAL. Oleh karena itu pengolahan optimal tidak dapat diharapkan hanya dari proses HPAL. Seperti diketahui walaupun kinerjanya tinggi tetapi proses HPAL cocok hanya untuk bijih yang kandungan magnesium dan atau silikatnya rendah seperti limonit murni. Untuk itu perlu disiapkan alternatif berupa proses yang komposisi bijih umpannya dapat lebih fleksibel. Kalau pilihannya adalah proses Caron tampaknya masih diperlukan langkah pendekatan terhadap beberapa kendala yang harus dihadapi oleh proses tersebut bila akan dikembangkan kedepan.
Kata kunci : Bijih nikel, Laterit, Saprolit, Limonit, Proses HPAL, Proses Caron
The largest portion of more than 1 billion ton Indonesian nickel laterite ore deposits can be classified as low grade. It is informed that the compositions of the ores varies in wide range, with high magnesium oxide and silicates contents for saprolite and high iron and aluminium oxides for limonite. The limonit ores are also potential in containing high enough silicate. Due to it always possible that the total magnesium and aluminium and or silicates contents of the mixed ores deposits are higher than the ore feed compositions critical limits of HPAL, so it is predicted that the optimal treatment would not be achieved if based only on HPAL process. As have been known even HPAL is high in performance but just only suitable for certain ores with low magnesium and low silicates contents such likes pure limonite. For that it requires to provide alternative processes which are more flexible toward ore feed compositions. If the selected process is Caron, still it needs some steps of problems approach that have to be faced for the future process development.
(7)
Abstrak | vii
METALURGI (Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620.18
Deddy Sufiandi (Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI)
Konsentrasi Pasir Besi Titan dari Pengotornya dengan Cara Magnetik Metalurgi, Volume 26 No.1 April 2011
Pasir besi titan Indonesia cadangannya cukup besar terutama di daerah sekitar pantai Selatan Jawa. Salah satu potensi pasir besi titan yang akan di teliti adalah pasir besi dari daerah Tegal Buleud Pantai Selatan Sukabumi. Pemanfaatan pasir besi titan merupakan alternatif yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri baja yang dalam perkembangan dan kebutuhannya semakin meningkat dengan terbatasnya cadangan bijih besi konvensional. Tujuan penelitian untuk mendapatkan kualitas pasir besi titan yang memenuhi persyaratan peleburan, perlu dilakukan konsentrasi untuk meningkatkan kadar besi dengan cara magnetik. Metode percobaan adalah melakukan identifikasi pasir besi titan dengan mengunakan analisa XRD. Kemudian dilakukan proses preparasi sampel dan pengayakan sebelum dimasukan kedalam peralatan pemisah magnetik dan dari pemisah magnet akan dihasilkan produk konsentrat, middling, dan tailing. Hasil percobaan menunjukkan produk konsentrat pasir besi titan mempunyai kandungan Fe203 80 % dan TiO2 20 %. Dan
pemisahan pasir besi titan dengan kondisi optimum diperoleh pada kondisi arus 3,5 ampere dan fraksi - 100 mesh dengan perolehan konsentrat rata-rata 90 %.
Kata kunci : Pasir besi titan, Magnetic separator, Tegal Buleud - Sukabumi Selatan, Industri baja
Titan iron sand has been found a lot in Indonesia especially around west coast of Java. One of titan iron sand used in this research is iron sand from Tegal Buleud area at Sukabumi west coast. The utilization of iron sand is an alternative to fill-up the rising demand of raw material for steel industry development due to limited amount of conventional iron ore. To obtain the quality of titan iron sand which is suitable with the requirement for smelting, it is needed to have concentration process by magnetic separator to increase iron content. The step of experiment were identification of titan iron sand composition, preparation of sample and sampling processes, and material separation using magnetic separator to get concentrate, middling, and tailing products. The result of experiment shown concentrate product of titan iron sand has Fe2O3 and TiO2 with weight composition 80 %
and 20 % respectively. And also The optimum condition in magnetic separator was 3.5 Ampere current and fraction -100 mesh got average concentrate yield about 90 %.
(8)
viii |
Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188METALURGI (Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620
Harsisto, Hartati, Yulinda Lestari, Ari Yustisia Akbar (Pusat Penelitian Metalurgi - LIPI)
Pengaruh Penambahan Serat Polyvinil Alcohol dan Superplastisizer Polycarboxylate Ethers terhadap Sifat Mekanik Material ECC
Metalurgi, Volume 26 No.1 April 2011
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh penambahan serat PVA dan superplastisizer tipe polycarboxylate ethers (tipe P) terhadap sifat mekanik material ECC. Tujuan dari penggunaan PVA adalah untuk meningkatkan kekuatan beton sehingga apabila dikenai beban, tipe retakan yang terjadi adalah retak rambut (microcrack). Superplasticizer ditambahkan untuk meningkatkan kelecakan (workability) ECC sehingga mudah dipadatkan dan didapatkan mutu yang lebih baik. Pengujian material ECC dilakukan dengan mengukur kuat tekan dan kuat lentur menggunakan universal testing machine. Dari variasi komposisi sampel ECC yang dilakukan, komposisi paling efektif terdapat pada perbandingan semen : air : pasir : fly ash : SP : PVA = 1 : 0,68 : 0,94 : 1,6 : 0,01 : 0,02 dengan kuat tekan 196 kg/cm2 dan kuat lentur 145,3 kgf.
Kata kunci : Self healing concrete, Engineered cement composite, Polyvinyl alcohol, Superplastisizer, Fly ash This research was conducted to study the effect of PVA fiber and polycarboxylate ethers typed superplastisizer (type P) to the mechanical properties of ECC materials. The purpose of the use of PVA is to increase the strength of the concrete so that when subjected to load, type of fracture is microcrack. Superplasticizer was added to enhance ECC workability so it was easily compressed and get better quality. ECC material testing was conducted by measuring the compressive and flexural strength using a universal testing machine. The most effective composition of ECC material on the ratio of cement: water: sand: fly ash: SP: PVA = 1 : 0.68 : 0.94 : 1.6 : 0.01 : 0.02 has compressive and flexural strength of 196 kg/cm2 and 145.3 kgf respectively.
(9)
Abstrak | ix
METALURGI (Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620.1
Imanuel Ginting dan Deddy Sufiandi (Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI) Percobaan Peningkatan Kadar Mangan Menggunakan Magnetic Separator Metalurgi, Volume 25 No.2 Agustus 2010
Percobaan pemisahan besi dari mangan dengan magnetik seperator telah dilakukan terhadap bijih mangan dari daerah Trenggalek Jawa Timur dengan variabel percobaan yaitu rapat arus 2,5 ampere dengan tegangan atau
voltage yang disesuaikan dengan kondisi alat. Umpan percobaan yang digunakan dalam pemisahan ini adalah bijih mangan yang telah melalui proses roasting sebelumnya. Kondisi optimal proses pemisahan diperoleh pada kuat arus 2,5 ampere dengan kandungan 50,99 % Mn dan kandungan besi 0,27 %.
Kata kunci : Mangan, Pemanggangan, Magnetik separator, Produk
The separation tests of roasted manganese ore by magnetic separator have been carried out. The test variables were the current densities such like 2,5 ampere and the voltage which suitable to the tool condition. The optimal condition of 50.99 % content of Mn and 0.27 % Fe content achieved is current density 2.5 ampere.
(10)
x |
Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188METALURGI (Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620.1
Puguh Prasetiyo dan Ronald NNasoetion
Masih Terbuka Peluang Penelitian Proses Caron untuk Mengolah Laterit Kadar Rendah di Indonesia (Pusat Penelitian Metalurgi - LIPI)
Metalurgi, Volume 26 No.1 April 2011
Indonesia memiliki cadangan nikel pada peringkat dua dunia. Cadangan tersebut berupa bijih nikel oksida yang lazim disebut laterit, berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) terutama di Sulawesi Tenggara dan Halmahera. Adapun laterit terdiri dari limonit berkadar Ni<1,5 % dan saprolit berkadar Ni > 1,5 %. Laterit kadar tinggi saprolit berkadar Ni > 1,8 % sudah diolah di Sulawesi Tenggara dengan jalur pyrometalurgi oleh PT Antam (Aneka Tambang) untuk memproduksi FeNi (ferro nikel) di Pomalaa, dan PT INCO Canada untuk memproduksi nikel mattte (Ni-matte) di Soroako. Laterit kadar rendah yang terdiri dari limonit dan saprolit dengan kandungan Ni < 1,8 %, belumdiolah di dalam negeri. Secara komersial untuk mengolah laterit kadar rendah digunakan proses Caron yang pertama kali dibangun di Nicaro Cuba oleh Freeport USA pada tahun 1942. Atau proses HPAL (High Pressure Acid Leaching) juga pertama kali dibangun di Moa Bay Cuba oleh Freeport USA pada tahun 1959. Kedua proses tersebut tergolong dalam jalur hydrometalurgi, dan pemilihan proses tergantung dari kondisi bijih terutama pada kandungan Mg (magnesium). Laterit kadar rendah dengan kandungan Mg (magnesium) rendah (Mg < 6 % atau MgO < 10 %) lebih sesuai untuk diolah dengan proses HPAL, dan magnesium tinggi (Mg > 6 % atau MgO > 10 %) diolah dengan proses Caron. Dalam perkembangannya setelah tahun 1990-an, proses Caron mulai ditinggalkan karena mengkonsumsi energi tinggi dengan perolehan yang rendah untuk nikel (Ni : 70 – 80 %) maupun kobal (Co maks 50 %). Selanjutnya beralih ke proses HPAL karena proses ini mengkonsumsi energi rendah dengan perolehan tinggi untuk nikel (Ni > 90 %) maupun kobal (Co > 90 %). Dengan melihat kenyataan kegagalan tiga HPAL plant generasi kedua di Australia (Bulong tutup 2003, Cawse tutup 2008, dan Murrin Murrin berpindah kepemilikan ke Minara pada 2003/2004 dan beralih ke heap leach tahun 2007). Serta masih berlangsungnya Caron plant di Cuba (Nicaro dan Punta Gorda), Queensland Nickel di Yabulu Australia, dan Tocantin Brasilia. Maka proses Caron masih punya peluang untuk mengolah laterit kadar rendah di Indonesia. Peluang tersebut semakin terbuka apabila perolehan metal (recovery Ni dan Co) pada proses Caron bisa ditingkatkan setara dengan perolehan metal (recovery Ni dan Co) pada proses HPAL, dan ekonomis konsumsi energinya.
Kata kunci : Laterit kadar rendah, Limonit, Saprolit, Hidrometalurgi, Proses Caron, Proses HPAL, Magnesium (Mg)
Indonesia had the resources of nickel at the second in the world. The resources are nickel oxide which said laterite. The abundant of laterite locate at Sulawesi Tenggara (South-East Sulawesi) and Halmahera. There are two main mineral in laterite, limonit contains Ni<1,5% and saprolit contains Ni>1,5%. The high grade nickel saprolit contains Ni>1,8% has been processed in Sulawesi Tenggara to produce FeNi (ferro nickel) in Pomalaa by PT Antam, and to produce Ni-matte (nickel matte) in Sorowako by PT INCO Canada. The low grade laterite (limonit and saprolit contains Ni<1,8%) not yet processed in Indonesia. To process the low grade laterite are used Caron’s process or HPAL’s process (High Pressure Acid Leaching). The condition of laterite’s ores are used to choice the process. The Caron’s process is remained after 1990’s because it consume high energy with low metal recovery (Ni : 70 – 80 % Co max 50 %). The choice to process low gradelaterite is HPAL because it consume low energy wiyh high recovery of metal (Ni > 90 % and Co > 90 %). The fact three HPAL plant in Australia unsuccessful (Bulong closed on 2003, Cawse closed on 2008, and Murrin Murrin taked over by Minara and change to heap leach on 2007) and the Caron plant still exist in Cuba (Nicaro and Punta Gorda), Queensland Nickel di Australia, and Tocantin Brasilia. Then Caron’s process still have opportunity to process the low grade laterite in Indonesia if the recovery of metal can be increase as same as HPAL and the consume of energy can be decreased.
Keywords : Low grade of laterite, Ilmonite, Saprolite, Hydrometallurgy, Caron process, HPAL process, Magnesium (Mg)
(11)
Abstrak | xi
METALURGI (Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 26 No. 1 April 2011 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 669.7
Frideni G. F, A. Wisma, M.Z. Mubarok, S. Purwadaria (Program Studi Sarjana Teknik Metalurgi, FTTM-ITB) Adsorpsi Nikel dan Kobal pada Resin Penukar Ion Lewatit Monoplus TP 207 XL dalam Beberapa Larutan Sulfat
Metalurgi, Volume 26 No.1 April 2011
Resin penukar ion Lewatit Monoplus TP 207 XL adalah salah satu resin untuk memisahkan logam dari larutan hasil pelindian bijih nikel laterit. Resin ini tahan terhadap abrasi, dapat digunakan pada suhu diatas suhu kamar, memiliki kelarutan yang rendah dalam larutan hasil leaching sehingga dapat digunakan berulang-ulang. Tulisan ini membahas kinetika proses adsorpsi nikel dan kobalt pada resin penukar ion Lewatit Monoplus TP 207 XL dalam beberapa larutan nikel dan kobalt sintetik dengan pH 3, 4, dan 5 pada suhu kamar, 40 °C, dan 50 °C. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa dalam larutan nikel sulfat dan kobalt sulfat sintetik pH 5, persen adsorpsi nikel dan kobalt masing-masing dapat mencapai 92,19% dan 97,12% bila adsorpsinya dilakukan pada suhu 50 °C. Berdasarkan studi kinetika yang telah dilakukan, laju adsorpsi pada resin saat awal proses (≤ 2 j am) cenderung terkendali oleh laju difusi ion-ion melalui lapis difusi dalam fluida. Hasil percobaan menunjukkan pH dan suhu larutan berpengaruh pada persen adsorpsi nikel dan kobalt dan resin lebih sesuai untuk adsorpsi logam-logam ini secara bersamaan, karena tidak cukup selektif untuk memisahkan keduanya. Kemungkinan penggunaan resin ini untuk mengadsorpsi nikel dan kobalt dari beberapa larutan hasil pelindian nikel laterit kadar rendah yang telah dikurangi kandungan ion besinya juga disajikan dalam tulisan ini.
Kata kunci : Resin, Lewatit Monoplus TP 207 XL, Laterit, Pelindian, Difusi
Lewatit Monoplus TP 207 XL ion exchange resin has a function to separate metal from nickel ore laterite in leaching solution. This resin has good wear ability and low solubility inside of solution after leaching process, therefore can be used at elevated temperature frequently. This study concern on kinetic of nickel and cobalt absorption of Lewatit Monoplus TP 207 XL ion exchange resin in nickel solution and synthetic cobalt, with potential hydrogen various around 3,4 and 5 at room temperature of 40 °C and 50 °C. Result shows that nickel and cobalt adsorption percentage can be obtained approximately around 92.19% and 97.12%, respectively, in nickel sulfide solution and 5 potential hydrogen of synthetic cobalt at temperature 50 °C. Based on kinetic study which has been done, absorption rate of resin at the first process (≤ 2 h) effected by ions diffusion rate through diffusion layer in the fluid. Result shows that potential hydrogen and solution temperature affect in nickel and cobalt absorption percentages, and also resin more appropriate to absorb these metals simultaneously, due to difficulty to separate of them. This study also shows possibility to using this resin for absorption nickel and cobalt in various solutions which is obtained from low nickel laterite with low ferrous ions after leaching process.
(12)
(13)
ADSORPSI NIKEL DAN KOBALT PADA RESIN PENUKAR ION
LEWATIT MONOPLUS TP 207 XL
DALAM BEBERAPA LARUTAN SULFAT
Frideni G.F , G. A Wisma, M.Z. Mubarok, dan S. Purwadaria
Program Studi Sarjana Teknik Metalurgi, FTTM-ITB, Jl. Ganesa 10 Bandung, 40312
E-mail :
Intisari
Resin penukar ion Lewatit Monoplus TP 207 XL adalah salah satu resin untuk memisahkan logam dari larutan hasil pelindian bijih nikel laterit. Resin ini tahan terhadap abrasi, dapat digunakan pada suhu diatas suhu kamar, memiliki kelarutan yang rendah dalam larutan hasil leaching sehingga dapat digunakan berulang-ulang. Tulisan ini membahas kinetika proses adsorpsi nikel dan kobalt pada resin penukar ion Lewatit Monoplus TP 207 XL dalam beberapa larutan nikel dan kobalt sintetik dengan pH 3, 4, dan 5 pada suhu kamar, 40
°
C, dan 50°
C. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa dalam larutan nikel sulfat dan kobalt sulfat sintetik pH 5, persen adsorpsi nikel dan kobalt masing-masing dapat mencapai 92,19% dan 97,12% bila adsorpsinya dilakukan pada suhu 50°
C. Berdasarkan studi kinetika yang telah dilakukan, laju adsorpsi pada resin saat awal proses ( ≤ 2 jam) cenderung terkendali oleh laju difusi ion-ion melalui lapis difusi dalam fluida. Hasil percobaan menunjukkan pH dan suhu larutan berpengaruh pada persen adsorpsi nikel dan kobalt dan resin lebih sesuai untuk adsorpsi logam-logam ini secara bersamaan, karena tidak cukup selektif untuk memisahkan keduanya. Kemungkinan penggunaan resin ini untuk mengadsorpsi nikel dan kobalt dari beberapa larutan hasil pelindian nikel laterit kadar rendah yang telah dikurangi kandungan ion besinya juga disajikan dalam tulisan ini.Kata kunci : Resin, Lewatit Monoplus TP 207 XL, Laterit, Pelindian, Difusi
Abstract
Lewatit Monoplus TP 207 XL ion exchange resin has a function to separate metal from nickel ore laterite in leaching solution. This resin has good wear ability and low solubility inside of solution after leaching process, therefore can be used at elevated temperature frequently. This study concern on kinetic of nickel and cobalt absorption of Lewatit Monoplus TP 207 XL ion exchange resin in nickel solution and synthetic cobalt, with potential hydrogen various around 3,4 and 5 at room temperature of 40
°
C and 50°
C. Result shows that nickel and cobalt adsorption percentage can be obtained approximately around 92.19% and 97.12%, respectively, in nickel sulfide solution and 5 potential hydrogen of synthetic cobalt at temperature 50 °C. Based on kinetic study which has been done, absorption rate of resin at the first process (≤ 2 h) effected by ions diffusion rate through diffusion layer in the fluid. Result shows that potential hydrogen and solution temperature affect in nickel and cobalt absorption percentages, and also resin more appropriate to absorb these metals simultaneously, due to difficulty to separate of them. This study also shows possibility to using this resin for absorption nickel and cobalt in various solutions which is obtained from low nickel laterite with low ferrous ions after leaching process.Keywords : Resin, Lewatit Monoplus TP 207 XL, Laterit, Leaching, Diffusion
PENDAHULUAN
Mengikuti Hellferich
[1-2]Resin Permukaan Larutan
, proses
adsorpsi nikel pada resin penukar ion
Lewatit Monoplus TP 207 XL secara
hipotetik diawali dengan perpindahan
massa ion-ion nikel dari ruah latutan
kepermukaan resin, adsorpsi nikel pada
permukaan resin dan dilanjutkan dengan
difusi nikel kebagian dalam resin. Proses
adsorpsi ini ditunjukkan secara skematik
seperti;
(14)
46 |
Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188/ hal 45-52dengan
l
menyatakan larutan,
r
menyatakan
resin, s menyatakan
permukaan butiran resin,
k
sadalah
koefisien perpindahan massa dalam
larutan,
k
rSetelah kesetimbangan tercapai antara
nikel yang teradsorpsi pada resin dengan
nikel dalam larutan dimuka resin , akan
diperoleh hubungan :
adalah koefisien perpindahan
massa dalam resin, dan
K
adalah konstanta
kesetimbangan reaksi adsorpsi.
=
K
(2)
Laju pemuatan nikel pada resin sebelum
kesetimbangan tercapai dapat dinyatakan
oleh laju perpindahan massa nikel dari
ruah larutan ke permukaan resin ;
=
(3)
dan laju perpindahan massa nikel pada
resin yang dapat dinyatakan dengan
persamaan,
=
(4)
(4)
dengan A adalah luas antarmuka
resin-larutan.
Apabila laju pemuatan resin terkendali
oleh laju perpindahan massa ion-ion Ni
dari ruah larutan kepermukaan resin, maka
pada keadaan tunak laju perpindahan
massa dalam resin [
] akan sama
dengan laju perpindahan massa dalam
larutan [ -
] Kondisi ini biasanya
terjadi dalam larutan dengan konsentrasi
nikel yang rendah. Dengan menyelesaikan
kedua persamaan tersebut (Persamaan 3 =
Persamaan 4) dan dengan
mensubstitusikannya ke Persamaan (2),
akan diperoleh relasi ;
=
(5)
Subtitusi persamaan ini ke dalam
Persamaan (4) memberikan,
=
k’(K
-
) (6)
dengan
k’=k
sk
rA/(k
sK+k
s)
Bila konsentrasi nikel dalam larutan pada
permukaan resin konstan, integrasi
Persamaan 6 menghasilkan,
ln
=k’t
(7)
Dengan memperhatikan bahwa pada
keadaan kesetimbangan berlaku
=
dan
adalah pemuatan nikel resin
pada t = 0 yang nilainya = 0, persamaan
diatas dapat disederhanakan menjadi,
ln
= k’t
(8)
Persamaan ini menyatakan bahwa
hubungan
ln
dengan t
linier.
PROSEDUR PERCOBAAN
Untuk mempelajari kinetika adsorpsi
nikel dan/atau kobalt pada resin penukar
ion Lewatit Monoplus TP 207 XL dari
larutan nikel dan/atau kobalt sulfat,
dilakukan serangkaian percobaan adsorpsi
dibawah tekanan atmosfer pada suhu
kamar, 40 °C, dan 50 °C, dengan
menggunakan larutan-larutan artifisial
yang pH-nya 3, 4 dan 5. Keseluruhan
percobaan dilakukan dengan menggunakan
resin 4x atau 1x dari perkiraan kebutuhan
teoritik.
Percobaan adsorpsi nikel dan kobal juga
dilakukan dengan menggunakan larutan
hasil pelindian bijih nikel laterit yang ion
besinya telah dikurangi. Pelindian
dilakukan dalam larutan asam sulfat 1 M
pada tekanan atmosfer dan percobaan
adsorpsi ion-ion nikel dan kobalt dilakukan
dalam larutan hasil pelindian pada
temperatur 50
°C dan 60
Nikel dan kobalt yang masih tertinggal
dalam larutan, dianalisis dengan
menggunakan
flame
AAS (
Atomic
Absorption Spectrophotometer
) Shimadzu
seri AA 6300.
°C, dengan
menggunakan resin 4x teoritik.
(15)
Adsorpsi Nikel dan …../ Frideni G.F
| 47
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kinetika Adsorpsi Nikel pada Resin
Penukar Ion Lewatit TP 207 XL dalam
Larutan Sulfat Artifisial
Dari data hasil pengujian adsorpsi nikel
dalam larutan nikel sulfat dengan
konsentrasi awal kurang lebih 280 ppm Ni,
dialurkan hubungan antara % adsorpsi
nikel dengan waktu sebagaimana disajikan
pada Gambar-gambar 1, 2 dan 3
berturut-turut dari hasil percobaan pada pH 3, pH 4
dan pH 5.
Untuk perhitungan kinetika perlu
diprediksi kondisi kesetimbangan (keadaan
terminal proses adsorpsi), yaitu saat tidak
lagi terjadi perubahan konsentrasi ion
logam dalam resin. Oleh karena percobaan
dilakukan selama 4 jam, kondisi
kesetimbangan diasumsikan sebagai
konsentrasi ion logam tertinggi dalam resin
selama 4 jam pengamatan. Sedangkan data
yang digunakan untuk perhitungan kinetika
adalah data adsorpsi resin selama 2 jam,
karena adsorpsi sudah tidak signifikan lagi
setelah 2 jam proses adsorpsi.
Gambar 1. Persen adsorpsi Ni sebagai fungsi
waktu dalam larutan nikel sulfat pH 3 pada suhu kamar, 40 °C, dan 50 °C
Gambar 2. Persen adsorpsi Ni sebagai fungsi
waktu dalam larutan nikel sulfat pH 4 pada suhu kamar, 40 °C, dan 50 °C
Gambar 3. Persen adsorpsi Ni sebagai fungsi
waktu dalam larutan nikel sulfat pH 5 pada suhu kamar, 40 °C, dan 50 °C
Hubungan
ln
dengan t untuk
hasil-hasil percobaan di atas ditunjukkan
pada Gambar 4, 5 dan 6. Keseluruhannya
menunjukkan hubungan yang linier dengan
koefisien korelasi (R) mendekati 1. Energi
aktivasi proses (Tabel 1) < 4,46 kkal/mol
menekankan bahwa proses terkendali oleh
difusi melalui lapis difusi dalam fluida
[3].
Tabel 1. Energi aktifasi proses adsorpsi nikel
pH k’
/ R
(kalori/mol) (kkalori/mol)
3 -154,2 -154,2 306,395 0,306
4 -2244 -2244 4458,825 4,459
(16)
48 |
Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188/ hal 45-52Gambar 4. Kinetika proses adsorpsi nikel dalam
larutan dengan pH 3
Gambar 5. Kinetika proses adsorpsi nikel dalam
larutan dengan pH 4
Gambar 6. Kinetika proses adsorpsi nikel dalam
larutan dengan pH 5
Kinetika Adsorpsi Kobalt pada Resin
Penukar Ion Lewatit TP 207 XL dalam
Larutan Sulfat Artifisial.
Hubungan antara % adsorpsi kobal
dengan waktu dari serangkaian percobaan
yang dilakukan dalam larutan kobal sulfat
63,48 ppm Co, disajikan pada Gambar 7, 8
dan 9 berturut-turut dari hasil percobaan
pada pH 3, pH 4 dan pH 5. Sama seperti
perilaku adsorpsi nikel pada resin yang
digunakan, laju adsorpsi pada resin
menurun dengan peningkatan waktu
adsorpsi.
Hubungan
ln
dengan t untuk
hasil-hasil percobaan di atas ditunjukkan
pada Gambar 10,
11
dan
12.
Keseluruhannya menunjukkan hubungan
yang linear meskipun tidak sebaik
pengaluran yang dilakukan pada adsorpsi
nikel. Energi aktivasi proses (Tabel 2) <
4,4 kkal/mol menyatakan kembali bahwa
proses terkendali oleh difusi melalui lapis
difusi dalam fluida.
Gambar 7. Persen adsorpsi Co sebagai fungsi
waktu dalam larutan kobalt sulfat pH 3 pada suhu kamar, 40 °C dan 50 °C
Gambar 8. Persen adsorpsi Co sebagai fungsi
waktu dalam larutan kobalt sulfat pH 4 pada suhu kamar, 40 °C, dan 50 °C
Gambar 9. Persen adsorpsi Co sebagai
fungsi
waktu dalam larutan kobalt sulfat pH 5 pada suhu kamar, 40 °C, dan 50 °C
(17)
Adsorpsi Nikel dan …../ Frideni G.F
| 49
Gambar 10. Kinetika proses adsorpsi kobalt dalam larutan dengan pH 3
Gambar 11. Kinetika proses adsorpsi kobalt dalam larutan dengan pH 4
Gambar 12. Kinetika proses adsorpsi kobalt dalam larutan dengan pH 5
Tabel 2. Energi aktifasi proses adsorpsi kobalt
pH k’ /
R (Kalori/mole) (kkalori/mole)
3 -1560 -1560 3099,718 3,100
4 -1892 -1892 3759,402 3,759
5 -2196, -2196 4363,449 4,363
Kinetika Adsorpsi Nikel dan Kobalt
pada Resin Penukar Ion Lewatit TP 207
XL dalam Larutan Nikel-Kobalt Sulfat
Artifisial
Untuk menentukan % adsorpsi Ni+Co
dari larutan nikel-kobalt artifisial,
konsentrasi nikel dan kobalt dalam larutan
diubah dalam unit mol/L. Oleh karena itu
hubungan antara % adsorpsi dengan waktu
yang ditunjukkan pada Gambar 13 dan 14
didasarkan pada % mol (Ni+Co) yang
teradsorpsi pada resin. Konsentrasi total
awal Ni+Co yang digunakan dalam
percobaan adalah sebesar 0,024 mol/L.
Gambar 13. Persen adsorpsi Ni+Co sebagai fungsi
waktu pada suhu kamar dengan resin 1x teoritik
Gambar 14. Persen adsorpsi Ni+Co sebagai fungsi
waktu pada suhu kamar dengan resin 4x teoritik
Dengan cara yang sama seperti yang
dilakukan sebelumnya, laju adsorpsi
Ni+Co
dialurkan hubungan
ln
dengan t dari hasil-hasil
percobaan di atas sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 15 dan 16.
(18)
50 |
Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188/ hal 45-52Gambar 15. Kinetika adsorpsi Ni+Co dalam
larutan yang mengandung resin 1 kali teoritik
Gambar 16. Kinetika adsorpsi Ni+Co dalam
larutan yang mengandung resin 4 kali teoritik
Pengaruh Temperatur dan pH terhadap
Kemampuan Adsorpsi Nikel dan Kobalt
pada Resin Penukar Ion Lewatit TP
207 XL dari Larutan Artifisial
Gambar 17 dan 18 berturut-turut
menunjukkan pengaruh peningkatan pH
terhadap persen adsorpsi nikel dan kobal
pada pada temperatur kamar, 40 °C, dan
50 °C.
Gambar 17. Pengaruh pH dan temperature pada persen adsorpsi nikel dalam larutan nikel sulfat setelah selama 4 jam
Gambar 18. Pengaruh pH dan temperatur pada
persen adsorpsi kobalt dalam larutan kobalt sulfat setelah selama 4 jam
Proses adsorpsi Ni+Co berlangsung
dengan energi aktifasi yang rendah, karena
cenderung terkendali oleh laju pepindahan
massa ion-ion nikel dalam larutan. Proses
ini tidak sensitif terhadap kenaikan suhu.
Laju adsorpsi nikel secara keseluruhan
lebih lambat dari laju adsorpsi kobal,
meskipun dari larutan dengan konsentrasi
kobalt jauh lebih rendah dari nikel.
Peningkatan jumlah nikel dan kobal
yang dapat diadsorpsi pada suhu yang
lebih tinggi kemungkinan berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi kesetimbangan
ion-ion nikel dan kobalt pada resin.
Adsorpsi pada pH yang lebih tinggi dari
DpH (DpH nikel 2,2 dan DpH kobal 2,7)
[4]meningkatkan laju adsorpsi nikel dan
kobal serta jumlah nikel dan kobal yang
dapat teradsorpsi selama 4 jam.
Selektifitas Resin Penukar Ion Lewatit
TP 207 XL Terhadap Nikel dan Kobalt
Gambar 19. perbandingan persen adsorpsi nikel
dan kobalt dalam larutan nikel-kobalt sulfat pada berbagai pH dengan suhu kamar selama 4 jam
(19)
Adsorpsi Nikel dan …../ Frideni G.F
| 51
Gambar 20. Perbandingan persen adsorpsi nikel
dan kobalt dalam larutan nikel-kobalt sulfat pada berbagai pH dengan suhu kamar selama 4 jam
Nikel dan kobal memiliki DpH dengan
rentang perbedaan yang kecil pada resin
penukar ion Lewatit Monoplus TP 207 XL.
Bersamaan dengan itu laju adsorpsi nikel
lebih lambat dari laju adsorpsi kobalt.
Sebagai konsekuensinya selektifitas resin
terhadap nikel dan kobalt dalam larutan
sulfat sangat rendah. Sebagai
kesimpulannya resin penukar ion Lewatit
TP Monoplus 207 XL lebih sesuai untuk
digunakan mengadsorpsi nikel dan kobalt
secara bersamaan.
Adsorpsi Nikel dan Kobalt pada Resin
Lewatit TP 207 XL dari Larutan Hasil
Pelindian
Larutan hasil pelindian yang digunakan
adalah hasil pelindian dibawah tekanan
atmosfer pada 95°C dengan menggunakan
reagen pelindi larutan asam sulfat 1 M.
Larutan hasil pelindian mengandung
pengotor besi yang tinggi, sehingga besi
harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi
ion Fe
3+dengan berbagai metoda, dan
selanjutnya dilakukan presipitasi besi
dengan menaikkan pH. Ion-ion nikel dan
kobalt dari larutan yang telah dipisahkan
besinya di adsorpsi dengan resin Lewatit
Monoplus TP 207 XL pada pH 4-4,5.
Gambar-gambar 21, 22 dan 23
menunjukkan persen adsorpsi nikel, kobalt,
dan/atau besi dari larutan hasil pelindian
yang telah dikurangi kadar besinya.
Gambar 21. Persen adsorpsi nikel, kobalt, dan besi dari larutan hasil pelindian (besi dioksidasi dengan H2O2) pada pH 4 dengan suhu 50°C
Gambar 22. Persen adsorpsi nikel dan besi dari
larutan hasil pelindian (besi dioksidasi dengan aerasi 2 tahap) pada pH 4,5 dengan temperatur 60°C
Gambar 23. Persen adsorpsi nikel dari larutan hasil pelindian (besi dioksidasi elektrokimia dengan beberapa variasi waktu) pada pH 4,5 dengan temperatur 60°C (adsorpsi besi sangat kecil dan diabaikan)
Besi yang tertinggal cenderung ikut
teradsorpsi saat adsorpsi nikel pada pH 4 -
4,5. Oleh karena itu besi dari larutan hasil
pelindian harus dipisahkan sebanyak
mungkin, sebelum dilakukan recovery
(20)
52 |
Majalah Metalurgi, V 26.1.2011, ISSN 0126-3188/ hal 45-52nikel dengan Lewatit Monoplus TP 207
XL.
KESIMPULAN
Dari percobaan adsorpsi yang telah
dilakukan diketahui bahwa resin penukar
ion Lewatit TP Monoplus 207 XL dapat
digunakan untuk mengadsorpsi nikel,
kobalt, dan besi pada pH sekitar 4.
Keasaman larutan sangat mempengaruhi
laju dan jumlah ion-ion nikel dan kobalt
yang dapat di adsorpsi. Resin ini tidak
selektif untuk memisahkan nikel dan
kobalt dari larutan nikel-kobalt sulfat
karena DpH untuk pemisahan kedua ion
tersebut sangat berdekatan. Laju adsorpsi
nikel lebih lambat dari laju adsorpsi kobalt
dari larutan sulfat artifisial. Proses adsorpsi
terkendali oleh laju difusi ion-ion melalui
lapis difusi dalam fluida. Adsorpsi nikel
dan kobalt dari larutan hasil pelindian
berlangsung dengan laju yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kunin, R.,
Ion Exchange Resin
, Second
Edition, John Wiley and Son, Inc.,
New York.
[2] Zaimawati, Z. 2005.
Development of
Resin in Pulp Process for Recovery
Nickel and Cobalt from Laterite Leach
Slurries
, PhD Thesis, Murdoch Univ.
WA.
[3] Habashi, F.1970.
Principle Of
Extractive Metallurgy
, Volume 2
(Hydrometallurgy), Gordon and
Research, Science Publisher, Inc, New
York.
[4]
Metal Winning by Hydrometallurgy,
Lewatit, Bayer Chamicals.
(21)
Indeks |
Indeks Penulis
A
Agung Imaduddin 1
Ari Yustisia Akbar 21
Arifin Arif 7
D
Deddy Sufiandi 15, 27
E
Edi Herianto 7
F
Frideni G.F 45
G
G. A Wisma 45
H
Harsisto 21
Hartati Soeroso 21
I
Immanuel Ginting 27
M
M.Z. Mubarok 45
P
Puguh Prasetiyo 35
R
Ronald Nasoetion 3
S
S. Purwadaria 45
Y
(22)
(23)
Indeks |
Indeks
B
Bijih nikel 7, 12, 13, 14, 35, 36, 43, 44,
45, 46
C
Caron process 7, 13, 35, 44
CMR 1
D
Difusi 45, 47, 48, 52
E
Engineered cement composit 21., 22
F
Floating zone method 1
Fly ash 21, 23, 24
H
Hidrometalurgi 14, 35, 36
HPAL process 7, 35
Hydrometallurgy 35, 52
I
Ilmonite 35
Industri baja 15, 16, 27
K
Kristal tunggal 1, 2 , 3, 4 , 5
L
Laterit 7, 10, 11, 12, 13, 14, 35, 36, 37,
38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 52
Laterite 7, 10, 13, 14, 35, 40, 43, 44, 52
Laterit kadar rendah 7, 13, 35, 36, 37,
38, 39, 40, 41, 43,
44, 45
Leaching 10, 20, 35, 36, 38, 39, 51, 43,
44, 45
Lewatit Monoplus TP 207 XL 45, 46,
51, 52
Limonit 7, 8, 11, 12, 13, 35, 36, 37, 41,
42, 43
Low grade of laterite 35
LSMO 1, 2
LSMO 327 12
M
Magnesium (Mg) 35, 37
Magnetic separator 15, 16, 17, 19, 27,
28, 29, 31, 32, 33
Mangan 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
38
Metoda floating zone 1
N
Nickel ore 7
P
Pasir besi titan 15, 16, 17, 18, 19, 20
Polyvinyl alcohol 21, 23, 24
Product 9, 14, 15, 27, 38
Produk 3, 7, 8 , 9, 11, 14, 15, 16, 17, 18,
20, 23, 27, 28, 33, 35, 36, 38, 40,
41, 43
Proses Caron 7, 8, 9, 10, 12, 13, 35, 36,
37, 38, 41, 43
Proses HPAL 7, 8, 9, 13, 35, 36, 37, 39,
40, 41, 43
R
Resin 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52
Roasting 27, 28, 30, 31, 32, 33
S
Saprolite 7, 35, 42
Self healing concrete 21, 22, 23
Single crystal 1, 5
Steel industry 15
Superplastisize 21, 24
(24)
|
Majalah Metalurgi, V 25.1.2011, ISSN 0126-3188T
Tegal Buleud - Sukabumi Selatan 15
Tegal Buleud- South Sukabumi 15
Titans iron sand 15
(25)
PANDUAN BAGI PENULIS
1.
Penulis yang berminat menyumbangkan hasil karyanya untuk dimuat di dalam majalah
Metalurgi, diharuskan mengirim naskah asli dalam bentuk final baik hardcopy atau
softcopy (dalam file doc), disertai pernyataan bahwa naskah tersebut belum pernah
diterbitkan atau tidak sedang menunggu penerbitannya dalam media tertulis manapun.
2.
Penulis diminta mencantumkan nama tanpa gelar, afiliasi kedudukan dan alamat emailnya
setelah judul karya tulisnya, dan ditulis dengan Times New Roman (TNR), jarak 1 spasi,
font 12.
3.
Naskah harus diketik dalam TNR font 12 dengan satu (1) spasi. Ditulis dalam bentuk
hardcopy dengan kertas putih dengan ukuran A4 pada satu muka saja. Setiap halaman
harus diberi nomor dan diusahakan tidak lebih dari 30 halaman
4.
Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, harus disertai dengan
judul yang cukup ringkas dan dapat melukiskan isi makalah secara jelas. Judul ditulis
dengan huruf kapital menggunakan TNR font 14 dan ditebalkan. Untuk yang berbahasa
Indonesia, usahakanlah untuk menghindari penggunaan bahasa asing.
5.
Isi naskah terdiri dari Judul naskah, Nama Pengarang dan Institusi beserta email,
Intisari/Abstract, Pendahuluan, Tata Kerja/Prosedur Percobaan, Hasil Percobaan,
Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka, Ucapan Terimakasih dan Riwayat
Hidup. Pakailah bahasa yang baik dan benar, singkat tapi cukup jelas, rapi, tepat dan
informatif serta mudah dicerna/dimengerti. Sub judul ditulis dengan huruf kapital TNR font
12, ditebalkan tanpa penomoran urutan sub judul, misalnya :
PENDAHULUAN
PROSEDUR PERCOBAAN
, dan seterusnya.
6.
Naskah harus disertai intisari pendek dalam bahasa Indonesia dan abstract dalam bahasa
Inggris ditulis TNR 10 jarak 1 spasi diikuti dengan kata kunci/keywords ditulis miring. Isi
dari intisari/abstract merangkum secara singkat dan jelas tentang :
•
Tujuan dan Ruang Lingkup Litbang
•
Metoda yang Digunakan
•
Ringkasan Hasil
•
Kesimpulan
7.
Isi pendahuluan menguraikan secara jelas tentang :
•
Masalah dan Ruang Lingkup
•
Status Ilmiah dewasa ini
•
Hipotesis
•
Cara Pendekatan yang Diharapkan
•
Hasil yang Diharapkan
8.
Tata kerja/prosedur percobaan ditulis secara jelas sehingga dapat dipahami langkah-
langkah percobaan yang dilakukan.
9.
Hasil dan pembahasan disusun secara rinci sebagai berikut :
•
Data yang disajikan telah diolah, dituangkan dalam bentuk tabel atau gambar, serta diberi
keterangan yang mudah dipahami. Penulisan keterangan tabel diletakkan di atas tabel,
rata kiri dengan TNR 10 dengan spasi 1. Kata tabel ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak
diberi tanda titik .
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I
(26)
PANDUAN BAGI PENULIS
Contoh
:
Tabel 1. Harga kekerasan baja SS 316LPenulisan keterangan gambar ditulis di bawah gambar, rata kiri dengan TNR 10 jarak 1
spasi, format “
in line with text
”. Kata gambar ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak diberi
tanda titik.
Contoh
:
Gambar 1. Struktur mikro baja SS 316L•
Pada bagian pembahasan terlihat adanya kaitan antara hasil yang diperoleh dengan
konsep dasar dan atau hipotesis
•
Kesesuaian atau pertentangan dengan hasil litbang lainnya
•
Implikasi hasil litbang baik secara teoritis maupun penerapan
10.
Kesimpulan berisi secara singkat dan jelas tentang :
•
Esensi hasil litbang
Penalaran penulis secara logis dan jujur, fakta yang diperoleh
11.
Penggunaan singkatan atau tanda-tanda diusahakan untu memakai aturan nasional atau
internasional. Apabila digunakan sistem satuan maka harus diterapkan Sistem Internasional
(SI)
12.
Kutipan atau Sitasi
•
Penulisan kutipan ditunjukkan dengan membubuhkan angka (dalam format superscript)
sesuai urutan.
•
Angka kutipan ditulis
sebelum
tanda titik akhir kalimat tanpa spasi, dengan tanda kurung
siku dan
tidak
ditebalkan (
bold
).
•
Jika menyebut nama, maka angka kutipan langsung dibubuhkan setelah nama tersebut.
•
Tidak perlu memakai catatan kaki.
•
Urutan dalam Daftar Pustaka ditulis sesuai dengan nomor urut kutipan dalam naskah.
Contoh:
Struktur mikro baja SS 316L
[2].
13.
Penyitiran pustaka dilakukan dengan memberikan nomor di dalam tanda kurung. Daftar
pustaka itu sendiri dicantumkan pada bagian akhir dari naskah. Susunan penulisan dari
pustaka sebagai berikut :
1.
Buku dengan satu pengarang atau dua pengarang (hanya nama pengarang yang
dibalik) :
[1] Peristiwady, Teguh. 2006.
Ikan-ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia : Petunjuk
Identifikasi
. Jakarta : LIPI Press.
[2] Bambang, Dwiloka dan Ratih Riana. 2005.
Teknik Menulis Karya Ilmiah.
Jakarta :
Rineka Cipta.
2.
Buku dengan tiga pengarang atau lebih
[1] Suwahyono, Nurasih dkk. 2004
. Pedoman
Penampilan Majalah Ilmiah Indonesia
.
Jakarta : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI.
3.
Buku tanpa nama pengarang, tapi nama editor dicantumkan.
[1] Brojonegoro, Arjuno dan Darwin (Ed.). 2005.
Pemberdayaan UKM melalui Program
Iptekda LIPI
, Jakarta : LIPI Press.
4.
Buku tanpa pengarang, tapi ditulis atas nama Lembaga.
[1] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Nasional. 2006.
Kamus Besar bahasa
Indonesia
Jakarta : Balai Pustaka.
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I
(27)
PANDUAN BAGI PENULIS
5.
Artikel dari Jurnal/majalah dan koran (bila tanpa pengarang)
[1] Haris, Syamsudin. 2006.,,Demokratisasi Partai dan Dilema Sistem Kepartaian di
Indonesia”.
Jurnal Penelitian Politik
.: 67-76 Jakarta.
6.
Artikel dari bunga rampai
[1] Oetama, Yacob. 2006.,, Tradisi Intelektualitas, Taufik Abdullah, Jurnalisme Makna”.
Dalam A.B. Lapian dkk. (Ed.),
Sejarah dan Dialog Peradaban
. Jakarta : LIPI Press.
7.
Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan
[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis,
Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
8.
Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan
[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis,
Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
9.
Tulisan Bersumber dari Internet
[1] Rustandy, Tandean. 2006 “Tekan Korupsi Bangun Bangsa”.
2007)
14.
Ucapan terimakasih ditulis dengan huruf kapital TNR font 12 dan ditebalkan. Isi dari
ucapan terimakasih ditulis dengan TNR 12 dan spasi 1.
15.
Naskah yang dinilai kurang tepat untuk dimuat di dalam majalah akan dikirim kembali
kepada penulis. Saran-saran akan diberikan apabila ketidak tepatan tersebut hanya
disebabkan oleh format atau cara penyajian.
16.
Penulis bertanggung jawab penuh atas kebenaran naskahnya.
17.
Setiap penerbitan tidak ada dua kali atau lebih penulis utama yang sama. Apabila ada, salah
satu naskahnya penulis utama tersebut ditempatkan pada penulis kedua.
Serpong, 8 Juni 2009
Redaksi Majalah Metalurgi
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I
(1)
(2)
Indeks |
Indeks
B
Bijih nikel 7, 12, 13, 14, 35, 36, 43, 44, 45, 46
C
Caron process 7, 13, 35, 44 CMR 1
D
Difusi 45, 47, 48, 52
E
Engineered cement composit 21., 22
F
Floating zone method 1 Fly ash 21, 23, 24
H
Hidrometalurgi 14, 35, 36 HPAL process 7, 35 Hydrometallurgy 35, 52
I
Ilmonite 35
Industri baja 15, 16, 27
K
Kristal tunggal 1, 2 , 3, 4 , 5
L
Laterit 7, 10, 11, 12, 13, 14, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 52 Laterite 7, 10, 13, 14, 35, 40, 43, 44, 52 Laterit kadar rendah 7, 13, 35, 36, 37,
38, 39, 40, 41, 43, 44, 45
Leaching 10, 20, 35, 36, 38, 39, 51, 43, 44, 45
Lewatit Monoplus TP 207 XL 45, 46, 51, 52 Limonit 7, 8, 11, 12, 13, 35, 36, 37, 41,
42, 43
Low grade of laterite 35 LSMO 1, 2
LSMO 327 12
M
Magnesium (Mg) 35, 37
Magnetic separator 15, 16, 17, 19, 27, 28, 29, 31, 32, 33 Mangan 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
38
Metoda floating zone 1
N
Nickel ore 7
P
Pasir besi titan 15, 16, 17, 18, 19, 20 Polyvinyl alcohol 21, 23, 24
Product 9, 14, 15, 27, 38
Produk 3, 7, 8 , 9, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 23, 27, 28, 33, 35, 36, 38, 40, 41, 43
Proses Caron 7, 8, 9, 10, 12, 13, 35, 36, 37, 38, 41, 43
Proses HPAL 7, 8, 9, 13, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 43
R
Resin 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52 Roasting 27, 28, 30, 31, 32, 33
S
Saprolite 7, 35, 42
Self healing concrete 21, 22, 23 Single crystal 1, 5
Steel industry 15 Superplastisize 21, 24
(3)
| Majalah Metalurgi, V 25.1.2011, ISSN 0126-3188
T
Tegal Buleud - Sukabumi Selatan 15 Tegal Buleud- South Sukabumi 15 Titans iron sand 15
(4)
PANDUAN BAGI PENULIS
1. Penulis yang berminat menyumbangkan hasil karyanya untuk dimuat di dalam majalah Metalurgi, diharuskan mengirim naskah asli dalam bentuk final baik hardcopy atau softcopy (dalam file doc), disertai pernyataan bahwa naskah tersebut belum pernah diterbitkan atau tidak sedang menunggu penerbitannya dalam media tertulis manapun. 2. Penulis diminta mencantumkan nama tanpa gelar, afiliasi kedudukan dan alamat emailnya
setelah judul karya tulisnya, dan ditulis dengan Times New Roman (TNR), jarak 1 spasi, font 12.
3. Naskah harus diketik dalam TNR font 12 dengan satu (1) spasi. Ditulis dalam bentuk hardcopy dengan kertas putih dengan ukuran A4 pada satu muka saja. Setiap halaman harus diberi nomor dan diusahakan tidak lebih dari 30 halaman
4. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, harus disertai dengan judul yang cukup ringkas dan dapat melukiskan isi makalah secara jelas. Judul ditulis dengan huruf kapital menggunakan TNR font 14 dan ditebalkan. Untuk yang berbahasa Indonesia, usahakanlah untuk menghindari penggunaan bahasa asing.
5. Isi naskah terdiri dari Judul naskah, Nama Pengarang dan Institusi beserta email, Intisari/Abstract, Pendahuluan, Tata Kerja/Prosedur Percobaan, Hasil Percobaan, Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka, Ucapan Terimakasih dan Riwayat Hidup. Pakailah bahasa yang baik dan benar, singkat tapi cukup jelas, rapi, tepat dan informatif serta mudah dicerna/dimengerti. Sub judul ditulis dengan huruf kapital TNR font 12, ditebalkan tanpa penomoran urutan sub judul, misalnya :
PENDAHULUAN
PROSEDUR PERCOBAAN, dan seterusnya.
6. Naskah harus disertai intisari pendek dalam bahasa Indonesia dan abstract dalam bahasa Inggris ditulis TNR 10 jarak 1 spasi diikuti dengan kata kunci/keywords ditulis miring. Isi dari intisari/abstract merangkum secara singkat dan jelas tentang :
•Tujuan dan Ruang Lingkup Litbang
•Metoda yang Digunakan
•Ringkasan Hasil
• Kesimpulan
7. Isi pendahuluan menguraikan secara jelas tentang :
• Masalah dan Ruang Lingkup
• Status Ilmiah dewasa ini
•Hipotesis
•Cara Pendekatan yang Diharapkan
• Hasil yang Diharapkan
8. Tata kerja/prosedur percobaan ditulis secara jelas sehingga dapat dipahami langkah- langkah percobaan yang dilakukan.
9. Hasil dan pembahasan disusun secara rinci sebagai berikut :
• Data yang disajikan telah diolah, dituangkan dalam bentuk tabel atau gambar, serta diberi keterangan yang mudah dipahami. Penulisan keterangan tabel diletakkan di atas tabel, rata kiri dengan TNR 10 dengan spasi 1. Kata tabel ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak diberi tanda titik .
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I
(5)
PANDUAN BAGI PENULIS
Contoh : Tabel 1. Harga kekerasan baja SS 316L
Penulisan keterangan gambar ditulis di bawah gambar, rata kiri dengan TNR 10 jarak 1 spasi, format “in line with text”. Kata gambar ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak diberi tanda titik.
Contoh : Gambar 1. Struktur mikro baja SS 316L
• Pada bagian pembahasan terlihat adanya kaitan antara hasil yang diperoleh dengan konsep dasar dan atau hipotesis
• Kesesuaian atau pertentangan dengan hasil litbang lainnya
• Implikasi hasil litbang baik secara teoritis maupun penerapan 10.Kesimpulan berisi secara singkat dan jelas tentang :
• Esensi hasil litbang
Penalaran penulis secara logis dan jujur, fakta yang diperoleh
11.Penggunaan singkatan atau tanda-tanda diusahakan untu memakai aturan nasional atau internasional. Apabila digunakan sistem satuan maka harus diterapkan Sistem Internasional (SI)
12.Kutipan atau Sitasi
• Penulisan kutipan ditunjukkan dengan membubuhkan angka (dalam format superscript) sesuai urutan.
• Angka kutipan ditulis sebelum tanda titik akhir kalimat tanpa spasi, dengan tanda kurung siku dan tidak ditebalkan (bold).
• Jika menyebut nama, maka angka kutipan langsung dibubuhkan setelah nama tersebut.
• Tidak perlu memakai catatan kaki.
• Urutan dalam Daftar Pustaka ditulis sesuai dengan nomor urut kutipan dalam naskah.
Contoh: Struktur mikro baja SS 316L[2].
13.Penyitiran pustaka dilakukan dengan memberikan nomor di dalam tanda kurung. Daftar pustaka itu sendiri dicantumkan pada bagian akhir dari naskah. Susunan penulisan dari pustaka sebagai berikut :
1. Buku dengan satu pengarang atau dua pengarang (hanya nama pengarang yang dibalik) :
[1] Peristiwady, Teguh. 2006. Ikan-ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia : Petunjuk Identifikasi. Jakarta : LIPI Press.
[2] Bambang, Dwiloka dan Ratih Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta : Rineka Cipta.
2. Buku dengan tiga pengarang atau lebih
[1] Suwahyono, Nurasih dkk. 2004. PedomanPenampilan Majalah Ilmiah Indonesia. Jakarta : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI.
3. Buku tanpa nama pengarang, tapi nama editor dicantumkan.
[1] Brojonegoro, Arjuno dan Darwin (Ed.). 2005. Pemberdayaan UKM melalui Program Iptekda LIPI, Jakarta : LIPI Press.
4. Buku tanpa pengarang, tapi ditulis atas nama Lembaga.
[1] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Nasional. 2006. Kamus Besar bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka.
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I
(6)
PANDUAN BAGI PENULIS
5. Artikel dari Jurnal/majalah dan koran (bila tanpa pengarang)
[1] Haris, Syamsudin. 2006.,,Demokratisasi Partai dan Dilema Sistem Kepartaian di Indonesia”. Jurnal Penelitian Politik.: 67-76 Jakarta.
6. Artikel dari bunga rampai
[1] Oetama, Yacob. 2006.,, Tradisi Intelektualitas, Taufik Abdullah, Jurnalisme Makna”. Dalam A.B. Lapian dkk. (Ed.), Sejarah dan Dialog Peradaban. Jakarta : LIPI Press.
7. Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan
[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis, Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
8. Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan
[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis, Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
9. Tulisan Bersumber dari Internet
[1] Rustandy, Tandean. 2006 “Tekan Korupsi Bangun Bangsa”.
2007)
14.Ucapan terimakasih ditulis dengan huruf kapital TNR font 12 dan ditebalkan. Isi dari ucapan terimakasih ditulis dengan TNR 12 dan spasi 1.
15.Naskah yang dinilai kurang tepat untuk dimuat di dalam majalah akan dikirim kembali kepada penulis. Saran-saran akan diberikan apabila ketidak tepatan tersebut hanya disebabkan oleh format atau cara penyajian.
16.Penulis bertanggung jawab penuh atas kebenaran naskahnya.
17.Setiap penerbitan tidak ada dua kali atau lebih penulis utama yang sama. Apabila ada, salah satu naskahnya penulis utama tersebut ditempatkan pada penulis kedua.
Serpong, 8 Juni 2009 Redaksi Majalah Metalurgi